TTV
Nama Keluhan Diagnosa Medis
No.
TD: 130/90 mmHg
Hipertensi, Stroke,
Nyeri kepala, kaki nadi: 82 kali/menit
1. Danuri Kardiomegali dan
bengkak RR: 20 kali/menit
F.20
suhu: 36,8oC
TD: 150/100
Gatal di kaki dan mmHg
2. Slamet Ucok tangan, berjalan Dermatitis, Stroke nadi: 80 kali/menit
menggunakan tongkat RR: 18 kali/menit
suhu: 36,1oC
TD: 140/78 mmHg
Dematitis,
Gatal di kaki, nyeri ulu nadi: 82 kali/menit
3. Takimcun Gastritis,
hati RR: 20 kali/menit
Hipertensi dan F.20
suhu: 36,5oC
TD: 140/80 mmHg
Dermatitis, HT dan nadi: 82 kali/menit
4. Komarudin Gatal di kaki dan tangan
F.20 RR: 20 kali/menit
suhu: 36,6oC
TD: 110/60 mmHg
nadi: 78 kali/menit
5. Erwinsyah Tidak ada keluhan F.20
RR: 22 kali/menit
suhu: 37,1oC
TD: 120/70 mmHg
nadi: 82 kali/menit
6. Sutino Tidak ada keluhan F.20
RR: 20 kali/menit
suhu: 36,1oC
TD: 130/80 mmHg
Gatal di kaki, sakit Dermatitis, DM nadi: 78 kali/menit
7. Efendi
kepala dan badan lemas dan Hipertensi RR: 20 kali/menit
suhu: 36,3oC
TD: 110/70 mmHg
nadi: 80 kali/menit
8. Suhatman Gatal seluruh badan Dermatitis dan F.20
RR: 20 kali/menit
suhu: 36oC
TD: 130/70 mmHg
Gatal di kaki, nyeri lutut Dematitis, Gout nadi: 82 kali/menit
9. Rein
dan kaki terasa kaku Artritis dan F.20 RR: 20 kali/menit
suhu: 36,9oC
TD: 130/90 mmHg
Kaki gatal, nyeri dan Dermatitis dan nadi: 88 kali/menit
10. Surorejo
terasa kaku Gout Artritis RR: 20 kali/menit
suhu: 36,7oC
TD: 100/60 mmHg
nadi: 78 kali/menit
11. Nurdin Tidak ada keluhan Katarak dan F.20
RR: 20 kali/menit
suhu: 36,3oC
TD: 130/80 mmHg
Hipertensi,
Sakit kepala dan gatal di nadi: 82 kali/menit
12. Arifin Dermatitis dan
kaki RR: 22 kali/menit
Demensia
suhu: 36,7oC
TD: 100/80 mmHg
nadi: 80 kali/menit
13. Supardi Tidak ada keluhan F.20
RR: 22 kali/menit
suhu: 36,5oC
TD: 100/60 mmHg
Hipertensi,
Sakit kepala, gatal di nadi: 78 kali/menit
14. Kristian Dermatitis dan
seluruh badan RR: 20 kali/menit
Demensia
suhu: 36,3oC
TD: 150/90 mmHg
Dermatitis,
nadi: 90 kali/menit
15. Mamat Usman Gatal di seluruh badan Hipertensi dan
RR: 22 kali/menit
Stroke
suhu: 37,3oC
TD: 130/90 mmHg
Kaki terasa nyeri dan Gout Artritis dan nadi: 84 kali/menit
16. Slamet A
kaku, badan gatal-gatal Dermatitis RR: 20 kali/menit
suhu: 36,8oC
Gout Artitis, TD: 140/80 mmHg
Kaki terasa nyeri dan
Bambang Dermatitis, nadi: 86 kali/menit
17. kaku, badan gatal-gatal,
Sugiarto Hipertensi dan RR: 20 kali/menit
sakit kepala
Riwayat Stroke suhu: 36,4oC
TD: 140/80 mmHg
nadi: 80 kali/menit
18. Jupri Tidak ada keluhan Hipertensi
RR: 18 kali/menit
suhu: 36,4oC
TD: 100/60 mmHg
nadi: 76 kali/menit
19. Tukija Tidak ada keluhan Demensia
RR: 20 kali/menit
suhu: 36,1oC
TD: 160/100
mmHg
Dermatitis dan
20. Lie Goan Tjeng Gatal di seluruh badan nadi: 90 kali/menit
Hipertensi
RR: 22 kali/menit
suhu: 36oC
TD: 110/80 mmHg
nadi: 80 kali/menit
21. Sugeng Tidak ada keluhan Demensia
RR: 20 kali/menit
suhu: 36,3oC
TD: 130/90 mmHg
nadi: 86 kali/menit
22. Bagol Gatal di seluruh badan Dermatitis dan F.20
RR: 18 kali/menit
suhu: 36,2oC
TD: 110/70 mmHg
Tampak merah-merah di nadi: 78 kali/menit
23. Hamdani Dermatitis dan F.20
kaki RR: 20 kali/menit
suhu: 36,6oC
TD: 120/80 mmHg
F.20 dan Riwayat nadi: 80 kali/menit
24. Tanggijil Tidak ada keluhan
BPH RR: 20 kali/menit
suhu: 36oC
TD: 130/70 mmHg
Dermatitis, nadi: 78 kali/menit
25. Pawi Gatal di seluruh badan
Hipertensi dan F.20 RR: 22 kali/menit
suhu: 36,2oC
TD: 120/80 mmHg
nadi: 84 kali/menit
26. Angko Gatal di kaki Dermatitis dan F.20
RR: 24 kali/menit
suhu: 36,9oC
TD: 160/100
Kaki terasa nyeri dan Dermatitis, Gout mmHg
27. Fredrik kaku, gatal di seluruh Artritis dan nadi: 86 kali/menit
badan Hipertensi RR: 24 kali/menit
suhu: 37,3oC
TD: 100/60 mmHg
Badan lemas, nyeri DM, Hipertensi dan nadi: 76 kali/menit
28. Agus Hepiyanto
kepala Stroke RR: 18 kali/menit
suhu: 36,5oC
TD: 110/80 mmHg
nadi: 80 kali/menit
29. M. Soleh Tidak ada keluhan Hipertensi
RR: 20 kali/menit
suhu: 36,6oC
TD: 130/70 mmHg
Dermatitis,
nadi: 80 kali/menit
30. Hantoro Gatal di kaki Hipertensi, Stroke
RR: 22 kali/menit
dan F.20
suhu: 36,7oC
TD: 180/100
Hipertensi, mmHg
Gatal di seluruh badan,
31. Taufik Dermatitis, DM nadi: 84 kali/menit
sakit kepala
dan Stroke RR: 18 kali/menit
suhu: 36,8oC
TD: 110/70 mmHg
nadi: 80 kali/menit
32. Yusuf Tidak ada keluhan Demensia
RR: 20 kali/menit
suhu: 36oC
TD: 120/70 mmHg
nadi: 80 kali/menit
33. Jakaria Tidak ada keluhan Demensia
RR: 18 kali/menit
suhu: 36,9oC
TD: 100/80 mmHg
Gatal di seluruh badan, nadi: 78 kali/menit
34. Madi Dermatitis
badan merah-merah RR: 20 kali/menit
suhu: 37oC
TD: 120/80 mmHg
nadi: 88 kali/menit
35. Gunawan Tidak ada keluhan Demensia
RR: 22 kali/menit
suhu: 36,5oC
TD: 110/60 mmHg
nadi: 80 kali/menit
36. Gagu Tidak ada keluhan Demensia
RR: 18 kali/menit
suhu: 36,3oC
1.1 Pendahuluan
Populasi lansia di indonesia sangat menarik diamati karena Peningkatan populasi
lanjut usia di Indonesia dimulai pada tahun 1971 sebesar 4,48%, pada tahun 2000
jumlah lnasi di Indonesia sebesar 7,28% kemudian pada tahun 2010 meningkat
menjadi 9,77% dan pada tahun 2020 diproyeksikan menjadi sebesar 11,34% (Astuti
et al, 2000). Dilihat dari sebaran penduduk lansia menurut provinsi, presentase
penduduk lansia paling tinggi ada di provinsi DI Yogyakarta (13,04%), Jawa Timur
(10,40%), Jawa Tengah (10,34%), sedangkan Sumatera Barat menduduki posisi ke
tujuh yaitu sebesar 8, 09% (Susenus, 2012). Hal ini mengakibatkan peningkatan
jumlah lansia di panti werdha juga meningkat karena banyak lansia yang tidak
memiliki kelurga.
Panti Wredha adalah suatu institusi hunian bersama dari para lanjut usia secara
biologis,social,psikologis dan spiritual. Pelayanan kesehatan dan kebutuhan harian
dari para penghuni biasanya disediakan oleh pengurus panti, baik secara sukarela
ataupun diserahkan oleh pihak keluarga, diurus segala keperluannya. Tempat ini ada
yang dikelola oleh pemerintah dan ada pula oleh swasta. Aktifitas sehari-hari yang
harus dilakukan oleh lansia ada lima macam yaitu makan, mandi, berpakaian,
mobilitas dan toiletif. Untuk memenuhi kebutuhan, lansia memerlukan pengetahuan
dan sikap yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perilakunya dalam kemandirian
pemenuhan kebutuhan activity daily living (ADL) karena proses penuaan (aging).
Faktor-faktor yang umum terkait dengan dermatitis yaitu personel hygiene tentang
kebiasaan mandi, pakaian, kebiasaan menggunakan handuk, dan kebiasaan mencuci
sprei.
Lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat proses alamiah dengan
adanya penurunan kondisi fisik, psikologis, maupun sosial yang saling berinteraksi.
Permasalahan yang berkembang memiliki keterkaitan dengan perubahan kondisi
fisik yang menyertai lansia. Perubahan kondisi fisik pada lansia yang turut menyertai
menurunnya kesehatan kulit terkait dengan semakin menurunnya kemampuan
fungsional sehingga menjadi tergantung kepada orang lain dalam kebiasaan higiene
perorangan.
Salah satu terapi komplementer pada pasien dengan dermatitis adalah dengan
minyak kepala. Terapi ini didukung oleh penelitian Dewi, Adiliano (2016) yang
berjudul “Pengaruh Minyak Kelapa Terhadap Penurunan Rasa Gatal Pada Pasien
Diabetes Melitus Di RSUD Kota Salatiga”, bahwa ada pengaruh minyak kelapa
terhadap penurunan rasa gatal pada pasien diabetes mellitus di RSUD Kota Salatiga.
Aktivasi sel T
Peningkatan Ig E
2.2.6 Penatalaksanaan
1. Terapi Topical
a. Steroid Topical: fluticasone 0.05% 2 x/minggu pada area yang telah sembuh
tetapi mudah mengalami eksema
b. Inhibitor kalsineurin topical: Salp takrolimus 0.03% telah disetujui sebagai
terapi intermiten DA sedang-berat pada anak ≥ 2 tahun dan takrolimus
0.1% untuk dewasa. Krim pimekrolinus 1% untuk anak ≥ 2 tahun
dengan DA ringan-sedang.
2. Anti-infeksi
Sefalosporin dan penicillinase-resistant penicillins (dikloksasilin, oksasilin,
kloksasilin) diberikan untuk pasien yang tidak dikolonisasi oleh strain S aureus
resisten. Stafilokokus yang resisten terhadap metisilin memerlukan kultur
dan uji sensitivitas untuk menentukan obat yang cocok. Mupirosin topikal
dapat berguna untuk lesi yang mengalami infeksi sekunder terbatas. Terapi
antivirus untuk infeksi herpes simplek kulit sangat penting untuk pasien DA
luas. Asiklovir oral 3 x 400 mg/h atau 4 x 200 mg/h untuk 10 hari untuk
dewasa dengan infeksi herpes simplek kulit. Sedangkan asiklovir iv
diberikan untuk eczema herpetikum diseminata. Infeksi dermatofit dapat
menyebabkan eksaserbasi DA, sehingga harus diterapi dengan anti-jamur
topical atau sistemik.
3. Pruritus
Karena pruritus biasanya lebih parah pada malam hari, antihistamin sedatif,
hidroksizin atau difenhidramin, mempunyai kelebihan (oleh efek samping
mengantuk) bila diberikan pada waktu tidur. Doksepin memiliki efek
antidepresan dan efek blok terhadap reseptor H1 dan H2. Obat ini dapat
diberikan dengan dosis 10-75 mg oral malam hari atau sampai 2 x 75 mg
pada pasien dewasa. Pemberian doksepin 5% topikal jangka pendek (1
minggu) dapat mengurangi pruritus tanpa menimbulkan sensitisasi.
Walaupun demikian, dapat terjadi efek sedasi pada pemberian topical area
yang luas dan dermatitis kontak alergik.
4. Terapi foto
UVB broadband, UVA broadband, UVB narrowband (311 nm), UVA-1
(340-400nm), dan kombinasi UVA-B dapat berguna sebagai terapi penyerta
DA. Target UVA dengan/tanpa psoralen adalah sel LC dan eosinofil,
sedangkan UVB berfungsi imunosupresif melalui penghambatan fungsi sel
penyaji antigen, LC dan merubah produksi sitokin oleh keratinosit. Efek
samping jangka pendek terapi foto di antaranya eritema, nyeri kulit, garal,
dan pigmentasi; sedangkan efek samping jangka panjang adalah penuaan
kulit premature dan keganasan kulit.
5. Terapi sistemik
Pemakaian prednison oral jarang pada DA kronik. Beberapa pasien dan
dokter lebih menyukai pemberian steroid sistemik karena terapi topical dan
hidrasi kulit memberikan hasil yang lambat. Siklosporin adalah obat
imunosupresif poten yang bekerja terutama terhadap sel T dengan cara
menekan transkripsi sitokin. Pasien DA dewasa dan anak yang refrakter
terhadap terapi konvensional, dapat berhasil dengan siklosporin jangka
pendek. Dosis 5 mg/kg umumnya dipakai secara sukses dalam pemakaian
jangka pendek dan panjang (1 tahun). Pemberian probiotik (Lactobacillus
rhamnosus strain GG) saat perinatal, menunjukkan penurunan insiden DA
pada anak berisiko selama 2 tahun pertama kehidupan. Ibu diberi placebo
atau lactobasilus GG perhari selama 4 minggu sebelum melahirkan dan
kemudian baik ibu (menyusui) atau bayi terus diberi terapi tiap hari selama
6 bulan. Hasil di atas menunjukkan bahwa lactobasilus GG bersifat
preventif yang berlangsung sesudah usia bayi. Hal ini terutama didapat
pada pasien dengan uji kulit positif dan IgE tinggi.
2.2.7 Komplikasi
1. Problem mata
Dermatitis palpebra dan blefaritis kronik dapat menyebabkan gangguan
visus dan skar kornea. Keratokonjungtivitis atopic biasanya bilateral dan
menimbulkan gejala gatal, terbakar, keluar air mata dan sekresi mukoid.
Keratokonus adalah deformitas konikal kornea akibat gosokan kronik.
Katarak dilaporkan terjadi pada 21% pasien DA berat. Belum jelas apakah
ini akibat manifestasi primer DA atau sebagai akibat pemakaian ekstensif
steroid topical dan sistemik.
2. Infeksi
DA dapat mengalami komplikasi infeksi virus berulang yang merupakan
refleksi dari defek local fungsi sel T. Infeksi virus yang paling serius adalah
akibat infeksi herpes simplek, menghasilkan Kaposi varicelliform eruption
atau eczema herpeticum.
Gambar 2.5. Eksema herpetikum.
3. Dermatitis/eritroderma eksfoliatif
Komplikasi ini terjadi akibat superinfeksi, seperti S aureus penghasil toksin
atau infeksi herpes simplek, iritasi berulang, atau terapi yang tidak
mencukupi. Pada beberapa kasus, penghentian steroid sistemik yang dipakai
mengontrol DA berat dapat menjadi factor pencetus eritroderma eksfoliatif.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Do :
Defisit pengetahuan
- Kakek S tampak bingung
Praktek keperawatan gerontik merupakan bagian aplikasi dari keperawatan stase gerontik
yang dilaksanakan pada tanggal 8 April 2019 sampai 27 April 2019 di PSTW Budi Mulia
Ciracas, Jakarta Timur. Praktek keperawatan gerontik ini merupakan bagian dari praktek
keperawatan yang memiliki proses keperawatan yaitu proses pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan. Pada bab ini penulis akan
menguraikan tentang hasil implementasi yang telah dilaksanakan kepada Kakek S, serta
membahas kesenjangan yang didapat antara teori dengan keadaan di lapangan selama
melakukan intervensi.
4.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu tahapan awal ketika seorang perawat mengumpulkan
informasi secara terus menerus tentang Kakek S yang diberikan intervensi.
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar
diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan yang dialaminya
(Suprajitno, 2004). Proses pengkajian dilakukan dengan metode wawancara dan
observasi selama satu hari yaitu tanggal 9 April 2019 di Wisma Cenderawasih
PSTW Budi Mulia Ciracas.
4.4 Implementasi
1. Perawatan kulit
Minyak kelapa mengandung aneka bahan yang berguna untuk merawat kecantikan
dan kesehatan kulit seperti misalnya vitamin E, Trigliserida, senyawa fenolik,
oleic acid, tokoferol dan masih banyak lagi (cantikalamiku.com). Perawatan kulit
bertujuan untuk melembabkan kulit dan mengurangi resiko terjadinya kerusakan
integritas kulit lebih parah. Perawatan kulit pada Kakek S dilakukan dengan cara
membersihkan kulit dengan sabun antiseptik kemudian mengoleskan minyak
kelapa ke kulit yang kering, setelah dilakukan perawatan kulit selama 1 minggu
kulit Kakek S lembab, lesi tampak mengering tidak tampak lesi baru.
2. Kompres dingin
Berdasarakan penelitian oleh Nurchairiyah, Andi (2015) yang berjudul
“Efektifitas Kompres Dingin Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Fraktur
Tertutup Di Ruang Dahlia RSUD Arifin Achmad” dengan hasil ada perbedaan
yang signifikan intensitas nyeri pada pasien fraktur tertutup sesudah diberikan
kompres dingin. Hal ini sejalan dengan hasil implementasi pemberian kompres
dingin pada kaki Kakek S yaitu Kakek S mengatakan gatal berkurang setelah
diberikan kompres dingin.
3. Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah usaha sadar untuk menimbulkan perubahan tingkah
laku hidup sehat, baik lingkungan masyarakat dan sosial (Sari, 2012). Sementara
pendidikan kesehatan menurut WafidIqbal Mubarak & Nurul C (2009) dalam Sari
(2012) yaitu Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang
dinamis di mana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer materi/teori
dari seseorang ke orang lain dan pula seperangkat prosedur, tetapi perubahan
tersebut terjadi karena adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok,atau
masyarakat sendiri.
4.5 Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran keberhasilan rencana tindakan keperawatan dalam
memenuhi kebutuhan pasien. Tahap evaluasi ini merupakan tahap keberhasilan
dalam menggunakan proses keperawatan dalam pelaksanaan tindakan. Dalam tahap
ini kelompok tidak menemukan hambatan karna hasil yang diharapkan dapat di lihat
dengan jelas yaitu semua tindakan keperawatan yang dilaksanakan dapat berhasil
dengan baik.
BAB V
ANALISIS SWOT
6.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan pengkajian di Wisma Cenderawasih PSTW Budi Mulia Ciracas,
penulis menemukan 21 kasus Dermatitis salah satunya Kakek S.
Implementasi yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut pada Kakek S
antara lain adalah intervensi mansiri seperti kompres hangat, perawatan kulit dengan
minyak zaitun, memotong kuku dan pendidikan kesehatan. Pada dasarnya kegiatan
yang dilakukan mendapat dukungan dari Kakek S, sehingga proses pemulihan dapat
berjalan dengan lancar.
6.2 Saran
Berdasarkan dari kesimpulan di atas maka disarankan untuk:
1. Lansia
Lansia dapat lebih peduli akan kebersihan dengan dukungan perawat dan
kesadaran dirinya.
2. Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa lebih meningkatkan kemampuan dan menambah bekal
tentang konsep keperawatan lansia, sehingga terdapat optimalisasi kinerja dalam
melakukan praktek klinik keperawatan lansia. Mahasiswa diharapkan mempunyai
konsep yang lebih tentang pengorganisasian dengan berbagai alternatif
pendekatan sehingga akan lebih mempermudah pelaksanaan praktek gerontik.