Alga Hijau Chlorophyta
Alga Hijau Chlorophyta
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat karunia-
Nya kami telah menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu dengan judul “Alga
Hijau (Chlorophyta)”. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan
yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi
ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-
kendala yang kami hadapi teratasi.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi
pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai, Amiin.
Penulis
i
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian alga hijau ……………………………………………………………. 3
2.2. Ciri-ciri alga hijau ………………………………………………………………. 3
2.3. Reproduksi alga hijau …………………………………………………………... 6
2.4. Macam-macam alga hijau ……………………………………………………… 8
2.5.Manfaat alga hijau ……………………………………………………………… 10
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengenalkan dan menjadi sumber informasi bagi sang pembaca tentang
alga hijau yang hidup di perairan laut.
2. Untuk mengetahui lebih dekat tentang alga hijau dan manfaatnya bagi kehidupan.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini yaitu untuk dapat menjadi sebuah pengenal dan
sumber informasi tentang alga hijau bagi sang pembaca.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Alga hijau
Alga hijau juga disebut sebagai Chlorophyta. Hal itu berkaitan dengan
warnanya yang hijau. Warna hijau di alga hijau dikarenakan oleh pigmen klorofil
yang terkandung di dalamnya. Selain itu, alga hijau juga memiliki pigmen karoten
yang memberi warna kuning. Sehingga, ada jenis alga yang memiliki warna
kekuningan. Pigmen-pigmen ini yang menjadi salah satu dasar pengklasifikasian
alga hijau ke dalam filum Chlorophyta. Alga hijau diklasifikasikan ke dalam
kingdom Protista. Alga hijau termasuk dalam kingdom Protista, karena dia terdiri
dari sel eukariotik yang masih sederhana. Alasan itu sama saat pengklasifikasian
jamur dari filum Mycomycota. Jamur Oomycota memiliki tubuh terdiri dari filamen
dan sel memiliki dinding sel yang terdiri dari zat selulosa mirip dengan jamur dari
kingdom Fungi. Tetapi, jamur ini diklasifikasikan ke dalam kingdom Protista. Hal itu
dikarenakan, jamur dari filum Oomycota memiliki sel eukariotik yang masih
sederhana, seperti halnya Alga hijau. Alga hijau dikelompokkan ke dalam makhluk
hidup fotoautotrof. “Foto” memiliki arti “cahaya” dan “autotrof” memiliki arti
“mampu menciptakan makanan sendiri”. Jadi, alga mampu menciptakan
makanannya sendiri dengan bantuan cahaya matahari melalui proses fotosintesis,
seperti halnya tumbuhan. Hal itu, memungkinkan alga menjadi produsen primer bagi
ekosistem laut dan menjadi makanan bagi individu lainnya (Zaif, 2009).
4
daripada sel prokariotik. Sedangkan, sel prokariotik tidak memiliki keduanya. Sel
prokariotik hanya memiliki nukleoid.
2. Memiliki Kloroplas
Kloroplas pada alga memiliki banyak variasi bentuk yang berbeda-beda. Di
dalam kloroplas terdapat klorofil.
3. Memiliki pigmen klorofil a dan b.
Pigmen klorofil ini akan yang akan menjadi salah satu pembeda dalam
pengklasifikasian alga hijau dengan alga lain. Klorofil akan memberi warna hijau
pada alga ini. Klorofil juga akan berperan dalam proses fotosintesis. Alga hijau
mampu membuat makanannya sendiri dan mampu menjadi sumber makanan bagi
individu lain. Sehingga alga hijau dikelompokkan sebagai makhluk hidup foto
autotrof yang berarti mampu membuat makanannya sendiri dengan bantuan cahaya
matahari dan menjadi produsen primer yang berarti menjadi produsen utama dalam
ekosistem yang mampu menjadi sumber makanan bagi individu lain.
Alga hijau akan menyerap karbon dioksida yang terlarut dalam air dan air
menggunakan selnya dengan proses osmosis melalui membran semi-permeable.
Setelah itu, proses fotosintesis akan dimulai di dalam kloroplas dengan
menggunakan klorofil dan bantuan cahaya matahari. Enam molekul karbon dioksida
dan enam molekul air akan dirubah difotosintesis oleh klorofil dengan bantuan
cahaya matahari. Hasil dari proses fotosintesis ini akan menghasilkan satu molekul
glukosa dan enam molekul oksigen. Cadangan makanan akan disimpan di dalam
kloroplas dalam bentuk pirenoid. Pirenoid adalah butir-butir protein pembentuk pati.
4. Memiliki pigmen karotenoid
Pigmen karotenoid ini juga akan menjadi salah satu pembeda dalam
pengklasifikasian alga hijau dengan alga lain. Pigmen karotenoid akan memberi
warna kuning seperti wortel, karena wortel juga memiliki pigmen karotenoid seperti
pada alga. Sehingga, nantinya ada alga hijau yang memiliki warna hijau kekuningan.
5. Tubuh berupa talus
Alga hijau tidak memiliki bagian tubuh daun, batang, dan akar seperti
tumbuhan tingkat atas pada umumnya. Oleh karena itu, alga hijau juga disebut
5
sebagai talofita. Bagian tubuh dari alga hijau terdiri dari blade, stipe, dan holdfast.
Blade merupakan bagian tubuh dari alga hijau yang menyerupai daun. Blade
memiliki fungsi sebagai tempat penyerapan zat hara, karbon dioksida, dan air yang
berguna bagi proses fotosintesis untuk menghasilkan glukosa, fotosintesis tersebut
juga terjadi pada blade ini. Blade ini berbeda dengan daun pada tumbuhan. Daun
memiliki sisi atas dan sisi bawah, sisi atas adalah untuk berfotosintesis dan sisi
bawah adalah tempat stomata yang berfungsi sebagai tempat pertukaran gas.
Sedangkan, blade pada alga hijau memiliki kedua sisi yang sama, dan keduanya
mampu berfotosintesis dan menukar gas. Stipe merupakan bagian tubuh dari alga
hijau yang menyerupai batang. Stipe berfungsi sebagai tempat percabangan bagi
blade dan penghubung antara blade dan holdfast. Dan yang terakhir adalah holdfast,
holdfast adalah bagian tubuh dari alga hijau yang menyerupai akar. Ini berbeda
dengan akar pada tumbuhan tingkat atas. Holdfast hanya berfungsi sebagai alat
perekat pada substrat saja, tidak untuk menyerap air seperti akar pada tumbuhan
tingkat atas.
6. Tersusun atas banyak sel
Alga hijau tersusun dari banyak sel atau juga disebut dengan multiseluler.
Alga hijau bersifat makroskopik, berarti alga hijau mampu dilihat menggunakan
mata telanjang. Oleh karena itu, alga hijau juga dijuluki sebagai makroalga.
Sebenarnya, alga hijau memiliki banyak spesies yang terdiri dari satu sel atau yang
disebut dengan mikroalga. Tapi, itu tidak termasuk dalam pokok bahasan ini.
7. Memiliki dinding sel
Alga hijau memiliki dinding sel yang terdiri dari zat selulosa dan juga zat
kapur, silika, protein, atau campuran dari tiga zat tersebut. Tiga zat tersebut akan
membuat struktur yang kaku pada alga hijau.
8. Habitat di perairan air laut
Alga hijau dapat ditemukan di perairan air laut dangkal terutama di wilayah
pesisir melekat pada substrat koral, pasir, dan pecahan karang dengan sebaran yang
luas. Alga hijau hidup pada daerah intertidal (pasang surut) terendah hingga daerah
6
subtidal. Alga hijau beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan yang memiliki
salinitas air yang tinggi. Alga hijau toleran terhadap salinitas air yang tinggi itu.
9. Alga hijau dewasa tidak dapat bergerak aktif
Alga hijau dewasa tidak memiliki alat gerak yang memungkin untuk
berpindah tempat atau bergerak. Alga hijau hanya melekat pada substrat dengan
bantuan holdfast. Holdfast adalah bagian talus dari alga hijau yang menyerupai akar,
tapi ini bukan akar. Holdfast hanya bisa membantu alga hijau untuk melekat pada
substrat. Sehingga, alga hijau tidak akan terbawa arus pantai kemana-mana. Alga
hijau memiliki alat gerak pada fase hidupnya yang dimana dia menjadi gamet atau
zoospora pada spesies tertentu.
10. Memiliki gamet biflagel
Gamet dari alga hijau pada umumnya biflagel. Biflagel berarti memiliki dua
flagel.
7
2. Zoospora
Alga hijau mampu membentuk zoospora pada saat kondisi lingkungan tidak
mendukung. Zoospora adalah spora berflagel dan hasil meiosis dari sel induk. Jadi,
zoospora memiliki ciri-ciri sel yang tidak indentik dengan sel induk. Zoospora
memiliki kromosom sel haploid atau setengah dari kromosom sel induk. Zoospora
akan akan melepaskan diri dari sel induknya dan pergi untuk menemukan tempat
yang cocok untuk dirinya. Setelah zoospora menemukan tempat yang cocok untuk
dirinya, dia akan melekatkan dirinya pada suatu substrat dan mulai menjadi individu
baru.
3. Aplanospora
Aplanospora tidak berbeda jauh dengan zoospora. Perbedaan diantara
zoospora dan aplanospora hanya pada alat geraknya. Aplanospora tidak mempunyai
flagel seperti zoospora atau alat gerak lain yang memungkinkan aplanospora untuk
berpindah tempat dari tempat asalnya ke tempat lain. Aplanospora tidak bisa bergerak
aktif dan juga tidak dapat berpindah tempat secara aktif seperti zoospora.
Aplanospora hanya berpindah tempat secara pasif, apabila ada arus yang
membawanya ke suatu tempat.
Sedangkan reproduksi seksual alga hijau dilakukan dengan cara peleburan sel
gamet. Reproduksi ini memiliki proses yang lebih panjang daripada reproduksi
aseksual. Reproduksi ini dilakukan oleh alga hijau hanya pada saat lingkungan tidak
mendukung dan menguntungkan alga. Ada beberapa tipe reproduksi seksual dari alga
hijau ini, yaitu:
1. Isogami
Isogami adalah peleburan sel gamet yang yang indentik, memiliki ukuran,
dan bentuk yang sama. Sehingga tidak dapat dibedakan mana yang sel gamet betina
dan mana yang sel gamet jantan.
2. Anisogami
Anisogami adalah peleburan sel gamet yang dapat dibedakan kelaminnya,
mana yang jantan dan mana yang betina. Kedua sel gamet memiliki bentuk yang
8
sama, tetapi memiliki ukuran yang berbeda. Sel gamet jantan pada umumnya
memiliki ukuran yang lebih kecil dibanding sel gamet betina.
3. Oogami
Oogami adalah peleburan sel gamet yang sangat berbeda. Kedua sel gamet
memiliki memiliki ukuran dan bentuk yang sama. Pada umumnya sel gamet jantan
adalah yang berukuran lebih kecil dari sel gamet betina dan memiliki flagel.
Sedangkan, sel gamet betina berukuran lebih besar daripada sel gamet jantan dan
tidak memiliki flagel. Alga hijau mengalami pergiliran keturunan yang biasa disebut
dengan metagenesis. Pergiliran keturunan ini adalah perubahan dari fase sporofit ke
fase gametofit, atau sebaliknya. Pertama alga hijau menjadi fase sporofit. Fase
sporofit adalah dimana alga hijau mengahasilkan spora haploid. Pada saat alga hijau
menjadi fase sporofit yang memiliki kromosom sel diploid, alga hijau akan
menghasilkan empat spora yang memiliki kromosom haploid hasil dari proses
pembelahan sel secara meiosis dari sel induk. Kedua spora itu akan membelah lagi
menjadi delapan secara mitosis. Spora haploid ini akan menjadi individu dengan fase
gametofit. Fase gametofit adalah fase dimana sel alga menghasilkan sel gamet
haploid. Pada fase gametofit, setiap sel alga hijau akan menghasilkan dua sel gamet
haploid hasil dari pembelahan sel secara mitosis dari sel induk. Sel gamet jantan dan
betina yang terjadi fertilisasi akan membentuk diploid zygot. Diploid zygot ini akan
membelah secara mitosis menjadi dua diploid zygot. Setiap diploid zygot akan tubuh
menjadi fase sporofit alga hijau kembali (Priadi, 2009).
9
- Chlorococcum.
Tubuh bersel satu, tempat hidup air tawar, bentuk bulat telur, setiap sel
memiliki satu kloroplas bentuk mangkuk. Reproduksi dengan membentuk zoospora
(secara aseksual).
2. Chlorophyta bersel tunggal dapat bergerak
- Chlamidomonas.
Bentuk sel bulat telur, memiliki 2 flagel sebagai alat gerak, terdapat 1
vacuola, satu nukleus dan kloroplas. Pada kloroplas yang bentuknya seperti mangkuk
terdapat stigma (bintik mata) dan pirenoid sebagai tempat pembentukan zat tepung.
3. Chlorophyta berbentuk koloni tidak bergerak
- Hydrodictyon.
Hydrodictyon banyak ditemukan di dalam air tawar dan koloninya
berbentuk seperti jala. Ukuran cukup besar sehingga dapat dilihat dengan mata
telanjang. Reproduksi vegetatif dengan zoospora dan fragmentasi. Fragmentasi
dilakukan dengan cara melepas sebagian koloninya dan membentuk koloni baru.
Sedangkan reproduksi generatif dengan konjugasi.
4. Chlorophyta berbentuk koloni dapat bergerak
- Volvox.
Volvox ditemukan di air tawar, koloni berbentuk bola jumlah antara 500
sampai 5000 buah. Tiap sel memiliki 2 flagel dan sebuah bintik mata. Reproduksi
aseksual dengan fragmentasi dan seksual dengan konjugasi sel-sel gamet.
5. Chlorophyta berbentuk benang
- Spyrogyra.
Ganggang ini didapatkan di sekitar kita yaitu di perairan. Bentuk tubuh
seperti benang, dalam tiap sel terdapat kloroplas berbentuk spiral dan sebuah inti.
Reproduksi vegetatif dengan fragmentasi, sedangkan reproduksi seksual dengan
konjugasi.
- Oedogonium.
Ganggang ini berbentuk benang, ditemukan di air tawar dan melekat di
dasar perairan. Reproduksi vegetatif dilakukan oleh setiap sel menghasilkan sebuah
10
zoospora yang berflagela banyak. Reproduksi generatif adalah salah satu benang
membentuk alat kelamin jantan (antiridium) dan menghasilkan gamet jantan
(spermatozoid). Pada benang yang lain membentuk alat kelamin betina yang disebut
Oogonium. Oogonium akan menghasilkan gamet betina (ovum). Sperma tozoid
membuahi ovum dan terbentuk zigot. Zigot akan tumbuh membentuk individu.
6. Chlorophyta berbentuk lembaran
- Ulva.
Ganggang ini ditemukan di dasar perairan laut dan menempel di dasar,
bentuk seperti lembaran daun. Berkembangbiak secara vegetatif dengan
menghasilkan spora dan spora tumbuh menjadi Ulva yang haploid (n), Ulva haploid
disebut gametofit haploid. Kemudian secara generatif menghasilkan gamet jantan dan
gamet betina. Pertemuan gamet jantan dan gamet betina akan menghasilkan zigot
(Z2n). Zigot berkembang menjadi Ulva yang diploid disebut sporofit. Selanjutnya
sporofit membentuk spora yang haploid setelah mengalami meiosis. Selanjutnya
mengalami mitosis dan menghasilkan gametofit haploid (Ivan,2009).
- Chara.
Chara hidup di air tawar terutama melekat pada batu-batuan. Bentuk talus
seperti tumbuhan tinggi, menyerupai batang, yang beruas-ruas dan bercabang-cabang,
berukuran kecil. Pada ruasnya terdapat nukula dan globula. Di dalam nukula terdapat
arkegonium dan menghasilkan ovum. Di dalam globula terdapat anteridium yang
memproduksi spermatozoid. Spermatozoid akan membuahi ovum dan menghasilkan
zigospora yang berdinding sel. Pada reproduksi secara vegetatif dilakukan dengan
cara fragmentasi (Priadi, 2009).
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Alga hijau diklasifikasikan ke dalam filum Chlorophyta dan kingdom protista.
Alga hijau memiliki ciri-ciri sel eukariotik, klorofil a dan b, pigmen karoten, multiseluler,
tubuh berupa talus, gamet biflagel, alga hijau dewasa tidak dapat bergerak aktif, dan
habitat di perairan laut dangkal. Alga hijau dapat melakukan reproduksi dengan cara
seksual dengan cara peleburan sel gamet dan aseksual dengan cara fragmentasi, zoospora,
dan aplanospora. Alga hijau memiliki banyak manfaat bagi ekosistem dan manusia. Alga
hijau dapat dimanfaatkan sebagai makanan.
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa khususnya mahasiswa biologi ditekankan untuk lebih
mengenal lebih dekat tentang alga hijau, mampu mengenalinya, dan memanfaatkannya
agar bermanfaat bagi diri kita dan orang lain.
13
DAFTAR PUSTAKA