Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-Undang RI nomor 5 tahun 2014 pasal 1 ayat 1 menyatakan
bahwa Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi
bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja
yang bekerja pada instansi pemerintah. Calon Pegawai Negeri Sipil yang
selanjutnya disingkat CPNS adalah warga negara Indonesia yang lolos seleksi
pengadaan PNS, diangkat dan ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
(PPK), serta telah mendapatkan persetujuan teknis dan penetapan nomor
induk pegawai (PerLAN nomor 12 tahun 2018 pasal 1 ayat 6).
Calon Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat CPNS wajib
menjalani masa prajabatan selama satu tahun. Selama masa prajabatan, CPNS
wajib mengikuti Pelatihan Dasar CPNS sebanyak satu kali. Pelatihan Dasar
CPNS bertujuan untuk mengembangkan kompetensi CPNS yang dilakukan
secara terintegrasi. Kompetensi CPNS diukur berdasarkan kemampuan untuk
menunjukan sikap perilaku bela negara; mengaktualisasikan nilai-nilai dasar
PNS dalam pelaksanaan tugas jabatannya; mengaktualisasikan kedudukan
dan peran PNS dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan
menunjukkan penguasaan kompetensi teknis yang dibutuhkan sesuai dengan
bidang tugas.
Dalam penyelenggaraannya, peserta pelatihan dasar wajib mengikuti
kegiatan evaluasi untuk menilai pencapaian pembentukan karakter. Evaluasi
tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu evaluasi sikap perilaku, evaluasi akademik,
dan evaluasi aktualisasi. Evaluasi aktualisasi mendapatkan bobot penilaian
terbesar yaitu 50% yang terdiri atas rancangan aktualisasi dengan bobot
penilaian 20% dan pelaksanaan aktualisasi dengan bobot penilaian 30%.
Rancangan aktualisasi disusun untuk menerapkan nilai-nilai dasar
aparatur sipil negara serta peran dan kedudukan PNS dalam habituasi di
instansi asal. Nilai-nilai dasar aparatur sipil negara yaitu akuntabilitas,
2

nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan anti korupsi. Peran dan
kedudukan ASN meliputi manajemen ASN, whole of government, dan
pelayanan publik. Penerapan nilai-nilai dasar ASN serta peran dan kedudukan
PNS dalam habituasi diharapkan dapat membentuk sikap dan pola pikir
CPNS agar bisa menjalankan fungsinya sebagai pelaksana kebijakan publik,
pelayan publik, serta perekat dan pemersatu bangsa dengan optimal.
Realita menunjukkan bahwa ada beberapa fungsi PNS yang tidak
berjalan dengan optimal. Ketidakberfungsian ini menimbulkan beberapa isu
yang harus segera ditangani. Isu yang penulis temukan di tempat tugas antara
lain rendahnya minat membaca pada siswa, rendahnya tingkat kedisiplinan
siswa, dan rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia.
Isu-isu tersebut muncul karena PNS tidak menjalankan fungsi dan
kedudukannya dengan optimal.
B. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya kegiatan aktualisasi di SMK Negeri IV SPP
SPMA Singkawang yaitu:
1. mampu menumbuhkan sikap semangat pengabdian yang berorientasi pada
kepentingan masyarakat, bangsa, negara, dan tanah air;
2. mampu menerapkan kompetensi teknis, manajerial, sosiokultural, dan
kepemerintahan;
3. mampu menerapkan efisiensi, efektivitas, inovasi, dan berorientasi mutu
pada pelaksanaan tugas yang dilakukan dengan semangat kerja sama dan
tanggung jawab sesuai dengan lingkungan kerja dan organisasinya;
4. mampu menerapkan nilai-nilai akuntabilitas sehingga memiliki tanggung
jawab dan integritas terhadap tugas yang dikerjakan;
5. mampu menerapkan nilai-nilai nasionalisme sehingga bekerja atas dasar
semangat nilai-nilai Pancasila;
6. mampu menerapkan nilai-nilai etika publik sehingga menciptakan
lingkungan kerja yang harmonis dan kondusif;
7. mampu menerapkan nilai-nilai komitmen mutu sehingga dapat
mewujudkan pelayanan prima terhadap masyarakat;
3

8. mampu menerapkan nilai-nilai anti korupsi sehingga dapat mewujudkan


sikap jujur dan tidak mengambil keputusan berdasarkan kepentingan pihak
tertentu.
C. Tempat dan Waktu Kegiatan
Kegiatan Pelatihan Dasar Calon PNS Golongan III Angkatan XXV
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019 diselenggarakan oleh Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Kalimantan Barat dalam
rangka pelaksanaan pembentukan karakter PNS. Kegiatan ini dilaksanakan
mulai tanggal 23 April 2019 (acara pembukaan) sampai dengan tanggal 2 Juli
2019 (acara penutupan) bertempat di Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Provinsi Kalimantan Barat Jl. Gusti Johan Idrus No.12 Pontianak.
Pelatihan dasar ini dilaksanakan dengan durasi waktu pelatihan
sebanyak 511 jam pelajaran (JP) atau 51 hari kerja yang terdiri atas
pembelajaran klasikal sebanyak 191 JP (setara 21 hari kerja) di tempat
pelatihan (on campus) dan pembelajaran non klasikal berupa aktualisasi di
tempat kerja (off campus) sebanyak 320 JP (setara 30 hari kerja). Pada saat
pembelajaran klasikal, peserta diwajibkan untuk menginap di asrama yang
telah ditentukan.
4

BAB II
GAMBARAN UMUM

A. PROFIL INSTANSI
1. Keadaan Umum
SMKN IV SPP-SPMA Singkawang adalah Sekolah Pertanian Pertama di
Kalimantan Barat yang berdiri sejak tanggal 1 Januari 1967 dengan nama
SPMA Daerah Kalimantan Barat selanjutnya disebut Sekolah Pertanian
Pembangunan (Agricultural School for Development) oleh Gubernur
Kalimantan Barat (Soemadi, Bc.Hk) dengan SK. No. 006/II-E/1.
Penyelenggara sekolah ini diserahkan kepada Dinas Pertanian Provinsi
Kalimantan Barat yang diperkuat dengan surat Keputusan Gubernur No.
002/IV-B/1-7 tanggal 3 Januari 1969.
Penyelenggaraan SPP bertujuan untuk menghasilkan tenaga teknis
pertanian tingkat terampil dalam rangka mengisi kebutuhan tenaga kerja di
sektor pertanian. Penyelenggaraan SPP yang sudah memiliki gedung sekolah
sendiri dan berlokasi di Kota Pontianak, kemudian dipindahkan ke kota
Singkawang pada tahun 1986 hingga saat ini karena mendapatkan bantuan
gedung baru dari bank dunia. Penguatan lembaga teknis di bawah dinas
Pertanian Provinsi Kalimantan Barat diperkuat pada tahun 2001, melalui
Keputusan Gubernur Kalimantan Barat No. 340 tahun 2001 tanggal 12
Novenber 2001 dengan terbentuknya Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Sekolah Pertanian Pembangunan-Sekolah Menengah Atas (SPP-SPMA
Provinsi Kalimantan Barat sebagai Unit pelaksana Teknis Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat yang landasan
penyelenggaraan pendidikannya bertempat di SPP-SPMA. Saat itu,
kurikulum yang digunakan adalah kurikulum KBK dari Kementerian
Pertanian untuk seluruh Sekolah PP yang ada di Indonesia.
Selanjutnya dibuat Nota Kesepakatan Bersama Menteri Pertanian dan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor : 1018/Kpts/HM.220/7/2008 dan
Nomor: 04/VII/KB/2008 tanggal 31 Juli 2008 tentang Pembinaan Pendidikan
5

Menengah Kejuruan pada Sekolah Pertanian Pembangunan. Kelembagaan


dikuatkan kembali menjadi UPT Dinas Pertanian melalui Keputusan
Gubernur Kalimantan Barat Nomor 28 tahun 2009 tentang Pembentukan,
Susunan Organisasi, dan Tata kerja Sekolah Pertanian Pembangunan –
Sekolah Pertanian Menengah Atas Provinsi Kalimantan Barat.
Seiring dengan revitalisasi pendidikan pertanian serta tindak lanjut
dari nota kesepakatan bersama antara Menteri Pendidikan dan Menteri
Pertanian, maka mulai pada tahun ajaran 2010-2011, SPP SPMA
diinstruksikan mengikuti ujian Nasional yang diselenggarakan oleh
Kemdiknas. Sebagai salah satu persyaratan terdaftarnya sekolah yang
mengikuti ujian nasional maka SPP SPMA diberi nama dengan SMKN IV/
SPP-SPMA dengan NPSN 30110600 dengan NSS. 341136102004. Sejak
saat itu SPP-SPMA yang masih dikelola oleh Dinas Pertanian Provinsi
Kalimantan Barat yang menggunakan kurikulum KBK versi Kementerian
Pertanian juga menggunakan kurikulum KTSP versi Kementerian Pendidikan
terutama untuk mata pelajaran adaptif dan normatif dengan tujuan dapat
mengikuti ujian secara secara nasional.
Sejak tahun 2012, ijazah sudah dikeluarkan oleh Kementerian
Pendidikan Nasional sehingga penggunaan kurikulum KTSP untuk semua
mata pelajaran diberlakukan sesuai spektrum 2008. Pada tahun 2012, SPP-
SPMA melaksanakan ISO 2008:9001, sebagai salah satu syarat Rintisan
Sekolah Berbasis Internasional dan melaksanakan akreditasi pertama kali
dengan nilai A untuk semua program studi, yaitu Agribisnis Tanaman
Perkebunan (ATP), Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikutura (ATPH),
serta Agribisnis Ternak Ruminansia (ATR).
Pada tanggal 28 Desember 2017, melalui keputusan Gubernur No. 167
Tahun 2017, terjadi perubahan nomenklatur pada SPP-SPMA, menjadi
UPTD. Satuan Pendidikan SMKN IV SPP-SPMA Singkawang, bersamaan
dengan pengalihan seluruh SMA-SMK di tiap kabupaten/kota di bawah
wewenang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pr ovinsi Kalimantan Barat.
Dengan peralihan tersebut maka secara kelembagaan, SPP-SPMA sudah
6

menjadi satu di antara sekolah di bawah pengelolaan Dinas Pendidikan dan


Kebudayaan Kalimantan Barat sehingga aturan kependidikan mengikuti
aturan pendidikan nasional.

2. Visi dan Misi Organisasi


Visi SMK Negeri IV SPP-SPMA Singkawang adalah:
“Terwujudnya Lembaga Pendidikan Menengah Pertanian yang handal untuk
menghasilkan SDM Pertanian yang bermoral-etika, terampil, siap kerja,
berdaya saing, berdedikasi, memiliki Kemampuan berkolaborasi dan berjiwa
wirausaha.”
Berdasarkan visi di atas, maka misi sekolah adalah sebagai berikut:
1. Memperkuat kelembagaan pendidikan pertanian
2. Meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan pertanian
3. Meningkatkan sistem penerimaan siswa dan pembinaan kepribadian
siswa
4. Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan
5. Meningkatkan dan mengoptimalkan kerjasama dengan stake-holders
baik dalam maupun luar negeri

3. Nilai- Nilai Organisasi


Nilai-nilai organisasi di SMK Negeri IV SPP SPMA Singkawang adalah
sebagai berikut:
a. Religius
b. Nasionalis
c. Mandiri
d. Integritas
e. Gotong royong
f. Toleransi
g. Tanggung jawab
h. Kreatif
i. Peduli lingkungan
7

4. Struktur Organisasi Sekolah

Tabel 1. Struktur Organisasi Sekolah


No. Jabatan Nama
1. Komite Sekolah H. Manik, S.Pi.
2. Kepala Sekolah Edianus Agustinus, S.Pd.
3. Bendahara BOS Legiyem
4. Bendahara APBD Dedi Mauli, S.P.
5. Waka Kesiswaan Wira Hidayat, S.E., M.Pd.
6. Waka Kurikulum Aghnina, S.E.
7. Waka Sarana dan Giovani Rikho, S.Ag.
Prasarana
8. Waka Humas Erli Puspitasari, S.P., M.MA.
9. Kaprodi ATPH Ir. Murdiyanto
10. Kaprodi ATP Eka Susanti, S.P.
11. Kaprodi ATR Mochamad Nurudin, S.ST.
12. Kepala Asrama Christian Didju, S.Pd.
13. BK/BP Sri Emiaty, S.P.
14. Pembina OSIS Christian Didju, S.Pd.
15. Pembina Is’an, S.ST.
Pramuka
16. Pustakawan Suraiya, A.Ma.
17. Koordinator Wira Hidayat, S.E., M.Pd.
Koperasi
18. Koordinator Kindang, S.H.
Ekstrakurikuler
8

B. TUGAS DAN FUNGSI


Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
menjelaskan tugas dan fungsi guru. Uraian tugas dan fungsi guru sebagai
berikut.
1. Tugas guru adalah sebagai pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (pasal 1
ayat 1).
2. Fungsi guru adalah meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen
pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional
(pasal 4).

C. URAIAN TUGAS
Tugas guru mata pelajaran sesuai dengan peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Apartur Negara dan Reformasi Birokrasi No.16 Tahun 2009
Pasal 13 Ayat 2 sebagai berikut.
1. menyusun kurikulum pembelajaran pada satuan pendidikan;
2. menyusun silabus pembelajaran;
3. menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran;
4. melaksanakan kegiatan pembelajaran;
5. menyusun alat ukur/soal sesuai mata pelajaran;
6. menilai dan mengevaluasi proses dan hasil belajar pada mata pelajaran
yang diampunya;
7. menganalisis hasil penilaian pembelajaran;
8. melaksanakan pembelajaran/perbaikan dan pengayaan dengan
memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi;
9. menjadi pengawas penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil
belajar tingkat sekolah dan nasional;
10. membimbing guru pemula dalam program induksi;
11. membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler proses pembelajaran;
9

12. melaksanakan pengembangan diri;


13. melaksanakan publikasi ilmiah; dan
14. membuat karya inovatif.
10

BAB III
KONSEP DASAR APARATUR SIPIL NEGARA

A. Identifikasi Nilai-Nilai Dasar ASN


Berdasarkan Peraturan Kepala LAN-RI Nomor 38 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Diklat Prajabatan pola baru, peserta diklat diharapkan mampu
menginternalisasikan nilai-nilai dasar profesi PNS dengan cara mengalami sendiri
dalam penerapan dan aktualisasi pada tempat tugas sehingga peserta diklat dapat
merasakan manfaatnya secara langsung. Nilai dasar tersebut merupakan
seperangkat prinsip yang menjadi landasan dalam menjalankan profesi. Nilai-nilai
dasar tersebut adalah : Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen
Mutu, dan Anti Korupsi.
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab.
Namun pada dasarnya, kedua konsep itu memiliki makna yang berbeda.
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab. Akuntabilitas adalah
suatu kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai sedangkan akuntabilitas
adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau
institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya.
Akuntabilitas tidak akan terwujud apabila tidak ada alat akuntabilitas berupa:
Perencanaan Strategis, Kontrak Kinerja, dan Laporan Kinerja.
Dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, ada beberapa indikator
dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang harus diperhatikan, yaitu :
a. Kepemimpinan : Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah
dimana pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan
lingkungannya.
b. Transparansi : Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang
dilakukan oleh individu maupun kelompok/instansi.
c. Integritas : adalah adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan
dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
11

d. Tanggung Jawab : adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau


perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja.tanggung jawab
juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban
e. Keadilan : adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal,
baik menyangkut benda atau orang.
f. Kepercayaan : Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan.
Kepercayaan ini yang akan melahirkan akuntabilitas.
g. Keseimbangan: Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka
diperlukan keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan
dan kapasitas.
h. Kejelasan: Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus memiliki
gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang
diharapkan.
i. Konsistensi : adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan sesuatu
sampai pada tercapai tujuan akhir.

2. Nasionalisme
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai ASN. Bahkan tidak
hanya sekedar wawasan saja tetapi kemampuan mengaktualisasikan nasionalisme
dalam menjalankan fungsi dan tugasnya merupakan hal yang lebih penting.
Diharapkan dengan nasionalisme yang kuat, maka setiap pegawai ASN memiliki
orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik, bangsa, dan negara.
Nilai-nilai yang berorientasi pada kepentingan publik menjadi nilai dasar
yang harus dimiliki oleh setiap pegawai ASN. Pegawai ASN dapat mempelajari
aktualisasi sila demi sila dalam Pancasila agar memiliki karakter yang kuat
dengan nasionalisme dan wawasan kebangsaannya.
Ada lima indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme yang harus
diperhatikan, yaitu :
12

a. Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa


Ketuhanan YME menjadikan Indonesia bukan sebagai negara sekuler
yang membatasi agama dalam ruang privat. Pancasila justru mendorong nilai-
nilai ketuhanan mendasari kehidupan masyarakat dan berpolitik.
b. Sila kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Sila kedua memiliki konsekuensi ke dalam dan ke luar. Ke dalam berarti
menjadi pedoman negara dalam memuliakan nilai-nilai kemanusiaan dan hak
asasi manusia. Ini berarti negara menjalankan fungsi “melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
c. Sila ketiga: Persatuan Indonesia
Semangat kebangsaan adalah mengakui manusia dalam keragaman dan
terbagi dalam golongan-golongan. Keberadaan bangsa Indonesia terjadi
karena memiliki satu nyawa, satu asal akal yang tumbuh dalam jiwa rakyat
sebelumnya, yang menjalani satu kesatuan riwayat, yang membangkitkan
persatuan karakter dan kehendak untuk hidup bersama dalam suatu wilayah
geopolitik nyata.
d. Sila keempat : Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan /Perwakilan
Demokrasi permusyawaratan mempunyai dua fungsi. Fungsi pertama
badan permusyawaratan/perwakilan bisa menjadi ajang memperjuangkan
asprasi beragam golongan yang ada di masyarakat. Fungsi kedua, semangat
permusyawaratan bisa menguatkan negara persatuan, bukan negara untuk satu
golongan atau perorangan.
e. Sila kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia
Dalam rangka mewujudkan keadilan sosial, para pendiri bangsa
menyatakan bahwa negara merupakan organisasi masyarakat yang bertujuan
menyelenggarakan keadilan.
13

3. Etika Publik
Etika dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku serta keyakinan untuk
menentukan perbuatan yang pantas guna menjamin adanya perlindungan hak-hak
individu, mencakup cara-cara pengambilan keputusan untuk membantu
membedakan hal-hal yang baik dan buruk serta mengarahkan apa yang
seharusnya dilakukan sesuai nilai-nilai yang dianut (Catalano, 1091).
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam undang-undang
ASN, memiliki indikator sebagai berikut :
a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia 1045.
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada public
h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karir.

4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada orang lain yang
tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu kinerja pegawai. Bidang
apapun yang menjadi tanggung jawab pegawai negeri sipil semua mesti
14

dilaksanakan secara optimal agar dapat memberi kepuasan kepada stakeholder.


Komitmen mutu merupakan tindakan untuk menghargai efektivitas, efisiensi,
inovasi dan kinerja yang berorientasi mutu dalam penyelenggaraan pemerintahan
dan pelayanan publik.

5. Anti Korupsi
Korupsi sering dikatakan sebagai kejahatan luar biasa, karena dampaknya
yang luar biasa, menyebabkan kerusakan baik dalam ruang lingkup pribadi,
keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih luas. Kerusakan tidak hanya
terjadi dalam kurun waktu yang pendek, namun dapat berdampak secara jangka
panjang.
Ada 9 (sembilan) indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi yang harus
diperhatikan, yaitu:
a. Jujur
Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama bagi
penegakan integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran mustahil
seseorang bisa menjadi pribadi yang berintegritas.
b. Peduli
Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang memiliki sifat kasih
sayang. Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi akan memperhatikan
lingkungan sekelilingnya di mana masih terdapat banyak orang yang tidak
mampu, menderita, dan membutuhkan uluran tangan.
c. Mandiri
Mentalitas kemandirian yang dimiliki seseorang memungkinkannya untuk
mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja secara efektif.
d. Disiplin
Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Ketekunan dan konsistensi
untuk terus mengembangkan potensi diri membuat seseorang akan selalu
mampu memberdayakan dirinya dalam menjalani tugasnya.
15

e. Tanggung Jawab
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan menyadari bahwa
keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan perbuatan baik
demi kemaslahatan sesama manusia. Segala tindak tanduk dan kegiatan yang
dilakukannya akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang
Maha Esa, masyarakat, negara, dan bangsanya.
f. Kerja Keras
Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan kualitas hasil
kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik yang sebesar-besarnya.
g. Sederhana
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari
kebutuhannya dan berupaya memenuhi kebutuhannya dengan semestinya
tanpa berlebih-lebihan.
h. Berani
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian untuk
menyatakan kebenaran dan menolak kebathilan.
i. Adil
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa yang dia terima
sesuai dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut untuk mendapatkan
lebih dari apa yang ia sudah upayakan.

B. Kedudukan dan Peran ASN


1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas
dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai
sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil
Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.
Adapun peran ASN dalam kedudukannya adalah sebagai Pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik, dan perekat dan pemersatu bangsa. ASN
16

berfungsi, bertugas, dan berperan untuk melaksanakan kebijakan yang


dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

2. Whole Of Government ( WoG)


WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintah yang
meyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintah dari keseluruhan sektor
dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-
tujuan pembangunan kebijakan ,manajemen program dan dan pelayanan
publik. Oleh karena itu WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency,
yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait
dengan urusan-urusan yang relevan.

3. Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan
umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat dan daerah dan
di lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan /atau jasa, baik
dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat ( Lembaga Administrasi negara:
1998 ). Adapun menurut Departemen dalam Negeri menyebutkan bahwa
pelayanan publik adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan
cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal
tercipta kepuasan dan keberhasilan. Setiap pelayanan menghasilkan
produk, baik berupa barang dan jasa (Pengembangan Kelembagaan
Pelayanan terpadu Satu Pintu, 2004).
17

BAB IV
RANCANGAN AKTUALISASI NILAI-NILAI DASAR PROFESI PNS

A. Identifikasi Masalah dan Gagasan


Proses pembelajaran di sekolah tidak terlepas dari berbagai isu. Isu
tersebut dapat berasal dari sumber daya manusia yang meliputi peserta didik
dan guru, proses pembelajaran, lingkungan, atau sarana prasarana. Isu-isu
yang menjadi perhatian penulis adalah isu dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia. Munculnya isu dapat disebabkan oleh tidak terlaksananya peran
dan kedudukan PNS, baik itu dari segi manajemen ASN, pelayanan publik,
maupun whole of government.
Penulis menemukan tiga isu dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di
SMK Negeri IV SPP SPMA Singkawang. Isu-isu tersebut sebagai berikut.
1. Rendahnya minat membaca Bahasa Indonesia pada peserta didik kelas X
ATP (Agribisnis Tanaman Perkebunan)
2. Rendahnya tingkat kedisiplinan peserta didik kelas X ATP (Agribisnis
Tanaman Perkebunan)
3. Rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia yang diperoleh peserta didik
kelas X ATP (Agribisnis Tanaman Perkebunan)
Isu-isu tersebut dianalisis menggunakan teknik APKL (Aktual, Problematik,
Kekhalayakan, Layak) dengan skala penilaian 1 sampai 5, sebagai berikut.
18

Tabel 2. Analisis Penilaian Isu dengan Metode APKL


No. Isu Kriteria Jumlah Ranking
A P K L
1. Rendahnya tingkat
pemahaman teks dalam
materi pelajaran Bahasa 4 3 4 3 14 2
Indonesia pada peserta
didik
2. Rendahnya tingkat
kedisiplinan peserta 4 3 2 2 11 3
didik
3. Rendahnya hasil
belajar Bahasa
Indonesia yang
5 5 5 4 17 1
diperoleh peserta didik
kelas X

Keterangan
1) Skala Nilai (1-5) :
1= Sangat Rendah
2= Rendah
3= Sedang
4= Tinggi
5= Sangat Tinggi
2) Kriteria:
A= Aktual
P= Problematik
K= Kekhayalakan
L= Layak
Berdasarkan hasil APKL, ditemukan isu dengan perolehan tertinggi dan akan
diangkat dalam rancangan aktualisasi ini, yaitu Rendahnya Hasil Belajar
Bahasa Indonesia yang Diperoleh Peserta Didik Kelas X. Penyebab terjadinya
isu tersebut antara lain dikarenakan:
1) Peserta didik kurang menyenangi kegiatan membaca;
2) Kurangnya jumlah buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk peserta didik
kelas X;
3) Metode pembelajaran masih didominasi ceramah; dan
19

4) Tidak tersedianya media pembelajaran yang mendukung


Untuk mengetahui penyebab isu, penulis melakukan analisis penyebab isu dengan
menggunakan metode USG (Urgency, Seriousness, dan Growth) dengan skala
penilaian 1-5. Analisis USG terdapat pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Analisis Penyebab Isu dengan Metode USG


Kriteria
No. Isu Jumlah Ranking
U S G
1. Peserta didik kurang
menyenangi kegiatan 4 4 3 11 3
membaca
2. Kurangnya jumlah buku
pelajaran Bahasa
4 4 4 12 2
Indonesia untuk peserta
didik kelas X
3. Metode pembelajaran
masih didominasi 3 4 3 10 4
ceramah
4. Tidak tersedianya
media pembelajaran 5 5 5 15 1
yang mendukung

Dari analisis menggunakan teknik USG maka ditemukan penyebab utama isu
yaitu “Tidak tersedianya media pembelajaran yang mendukung”.
Berdasarkan hasil dua sistem analisis tersebut, ditetapkan judul penulisan yaitu
Optimalisasi hasil belajar dalam pelajaran Bahasa Indonesia kelas X ATP
dengan menggunakan media diorama.

Anda mungkin juga menyukai