Anda di halaman 1dari 18

TINJAUAN PUSTAKA

Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha –usaha itu dapat
bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. Yang bersifat permanen pada wanita disebut
tubektomi dan pada pria disebut vasektomi.2
Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal itu harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut: 1) dapat dipercaya, 2) tidak menimbukan efek yang mengganggu
kesehatan, 3) daya kerjanya diatur menurut kebutuhan, 4) tidak menimbulkan gangguan sewaktu
melakukan koitus, 5) tidak memerlukan motivasi terus-menerus, 6) mudah pelaksanaannya,
7)murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, 8) dapat diterima
penggunaanya oleh pasangan yang bersangkutan.

Akseptabilitas2
Akseptabilitas suatu cara kontrasepsi ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: 1) dapat
dipercaya, 2) tidak ada efek sampingan atau hanya ada efek sampingan ringan, 3) tidak
mempengaruhi koitus, 4) mudah penggunaannya, 5) harga obat/alat kontrasepsi terjangkau.
Akseptabilitas ini terbukti apabila pasangan tetap mempergunakan cara kontrasepsi yang
bersangkutan, dan baru berhenti jika pasangan ingin mendapat anak lagi, atau jika kehamilan
tidak akan terjadi lagi karena umur wanita sudah lanjut atau oleh karena ia telah menjalani
kontrasepsi permanen.

Metode kontrasepsi3
Metode-metode dengan efektivitas bervariasi yang saat ini digunakan adalah :
1. Kontrasepsi tanpa menggunakan alat-alat/obat-obatan
2. Kontrasepsi secara mekanis baik untuk pria maupun wanita
3. Kontrasepsi dengan obat-obat spermatisida
4. Kontrasepsi Hormonal (oral, suntik, implant)
5. Kontrasepsi dengan AKDR
6. Kontrasepsi Mantap (tubektomi dan vasektomi)
1. KONTRASEPSI TANPA MENGGUNAKAN ALAT-ALAT/ OBAT-OBATAN
1.1 Senggama terputus (coitus interuptus)
Cara ini mungkin merupakan cara kontrasepsi yang tertua yang dikenal oleh manusia, dan
mungkin masih merupakan cara yang banyak dilakukan sampai sekarang. Senggama terputus
ialah penarikan penis dari vagina sebelum terjadi ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan,
bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari sebelumnya oleh sebagian besar pria, dan setelah itu
masih ada waktu kira-kira 1 detik sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat ini dapat
digunakan untuk menarik keluar penis dari vagina. Keuntungannya, cara ini tidak membutuhkan
biaya, alat-alat maupun persiapan, akan tetapi kekurangannya bahwa untuk mensukseskan cara
ini dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pihak pria dan bisa mengurangi
kenikmatan/kepuasan dalam berhubungan seksual. Selanjutnya penggunaan cara ini dapat
menimbulkan neurasteni.
Efektivitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama terputus
setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4-18 kehamilan per 100 perempuan per tahun). Dan
efektivitasnya akan jauh menurun jika sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada
penis. Kegagalan dengan cara ini dapat disebabkan oleh:
1. Adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi (praejeculatory fluid) yang dapat
mengandung sperma, apalagi pada koitus yang berulang (repeated coitus);
2. Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina;
3. Pengeluaran semen dekat pada vulva dapat menyebabkan kehamilan.

1.2 Perpanjangan masa menyusui anak (Prolonged lactation)


Sepanjang sejarah para wanita mengetahui bahwa kemungkinan untuk menjadi hamil lebih kecil
apabila mereka menyusui anaknya segera setelah melahirkan. Menyusui secara eksklusif
merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif, selama ibu belum mendapat
haid, dan waktunya kurang dari 6 bulan pascapersalinan. Efektivitasnya dapat mencapai 98 %1.
Hal ini dapat efektif bila ibu menyusui lebih dari 8 kali sehari dan bayi mendapat cukup asupan
per laktasi; ibu belum mendapat haid, dan atau dalam 6 bulan pasca persalinan.
Laktasi dikaitkan dengan adanya prolaktinemia dan prolaktin menekan adanya ovulasi. Tetapi
ovulasi pada suatu saat akan terjadi dan dapat mendahului haid pertama sehingga apabila hanya
mengandalkan pemberian ASI saja dapat memberikan resiko kehamilan untuk itu dapat
dipertimbangan pemakaian kontrasepsi lain.
1.3 Pantang berkala (rhythm method)
Cara ini awalnya diperkenalkan oleh Kyusaku Ogino dari Jepang dan Hermann Knaus dari
Jerman, pada saat yang sama, kira-kira tahun1931. Oleh karena itu cara ini sering juga disebut
cara Ogino-Knaus. Mereka bertitik tolak dari hasil penyelidikan bahwa seorang wanita hanya
dapat hamil selama beberapa hari saja dalam tiap daur haidnya. Masa subur yang disebut ”Fase
Ovulasi” mulai 48 jam sebelum ovulasi dan berakhir 24 jam setelah ovulasi. Sebelum dan
sesudah masa itu, wanita tersebut berada dalam masa tidak subur.
Kesulitan cara ini ialah bahwa waktu yang tepat dari ovulasi sulit untuk ditentukan;
ovulasi umumnya terjadi 14 ± 2 hari sebelum hari pertama haid yang akan datang. Pada wanita
dengan haid yang tidak teratur, akan tetapi variasi yang tidak jauh berbeda, dapat diterapkan
masa subur dengan perhitungan :
“Daur haid terpendek dikurangi 18 hari dan daur haid terpanjang dikurangi 11 hari”.
Masa aman ialah sebelum daur haid terpendek yang telah dikurangi.

2. KONTRASEPSI SECARA MEKANIS


2.1 PRIA
2.1.1 Kondom.
Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan koitus, dan
mencegah tumpahnya sperma dalam vagina. Bentuk kondom adalah silindris dengan pinggir
yang tebal pada ujung yang terbuka, sedang ujung yang buntu berfungsi sebagai penampung
sperma. Diameternya biasanya kira-kira 31-36,5 mm dan panjang lebih kurang 19 mm. Kondom
dilapisi dengan pelicin yang mempunyai sifat spermatisid.
Keuntungan kondom, selain untuk tujuan kontrasepsi juga dapat memberi perlindungan
terhadap penyakit kelamin5. Kekurangannya ialah ada kalanya pasangan yang
mempergunakannya merasakan selaput karet tersebut sebagai penghalang dalam kenikmatan
sewaktu melakukan koitus. Sebab-sebab kegagalan memakai kondom ialah bocor atau koyaknya
alat itu atau tumpahnya sperma yang disebabkan oleh tidak dikeluarkannya penis segera setelah
terjadi ejakulasi. Efek sampingan kondom tidak ada, kecuali jika ada alergi terhadap bahan untuk
membuat karet.
Efektivitas kondom ini tergantung dari mutu kondom dan dari ketelitian dalam
penggunaannya. Mengenai pemakaian kondom perlu diperhatikan hal-hal berikut :
1. Jangan melakukan koitus sebelum kondom terpasang dengan baik.
2. Pasanglah kondom sepanjang penis yang sedang dalam ereksi. Pada pria yang tidak
bersunat, prepusium harus ditarik terlebih dahulu.
3. Tinggalkan sebagian kecil dari ujung kondom untuk menampung sperma. Pada kondom
yang mempunyai kantong kecil di ujungnya, keluarkanlah udara terlebih dahulu sebelum
kondom dipasang.
4. Pergunakanlah bahan pelicin secukupnya pada permukaan kondom untuk mencegah
terjadinya robekan.
5. Keluarkanlah penis dari vagina sewaktu masih dalam keadaan ereksi dan tahanlah
kondom pada tempatnya ketika penis dikeluarkan dari vagina, supaya sperma tidak
tumpah.

2.2 WANITA
2.2.1 Pessarium
Bermacam-macam pessarium telah dibuat untuk tujuan kontrasepsi. Secara umum
pessarium dapat dibagi atas dua golongan, yakni (1) diafragma vaginal ; dan (2) cervical cap.

2.2.1.1 Diafragma vaginal


Pada tahun 1881 Mensinga dan Flensburg (Belanda) telah menciptakan untuk pertama
kalinya diafragma vaginal guna mencegah kehamilan.
Dewasa ini diafragma vaginal terdiri atas kantong karet yang berbentuk mangkuk dengan per
elastis pada pinggirnya. Per ini ada yang terbuat dari logam tipis yang tidak dapat berkarat, ada
pula yang dari kawat halus yang tergulung sebagai spiral dan mempunyai sifat seperti per.
Diafragma dimasukkan ke dalam vagina sebelum koitus untuk menjaga jangan sampai
sperma masuk ke dalam uterus. Untuk memperkuat khasiat diafragma, obat spermatisida
dimasukkan ke dalam mangkuk dan dioleskan pada pinggirnya. Diafragma vaginal sering
dianjurkan pemakaiannya dalam hal-hal seperti :
1. keadaan dimana tidak tersedia cara yang lebih baik.
2. jika frekuensi koitus tidak seberapa tinggi, sehingga tidak dibutuhkan perlindungan yang
terus-menerus.
3. jika pemakaian pil, AKDR, atau cara lain harus dihentikan untuk sementara waktu oleh
karena sesuatu sebab.
Diafragma paling cocok untuk dipakai pada wanita dengan dasar panggul yang tidak
longgar dan dengan tonus dinding vagina yang baik.
Pada keadaan-keadaan tertentu pemakaian diafragma tidak dapat dibenarkan, misalnya pada 1)
sistokel yang berat; 2) prolapsus uteri; 3) fistula vagina; 4) hiperantefleksio atau hiperretrofleksio
uterus.
Umumnya diafragma vaginal tidak menimbulkan banyak efek sampingan. Efek sampingan
mungkin disebabkan oleh reaksi alergi terhadap obat-obat spermatisida yang dipergunakan, atau
oleh karena terjadi perkembangbiakan bakteri yang berlebihan dalam vagina jika diafragma
dibiarkan terlalu lama terpasang di situ.
Efektivitas nya sedang (bila digunakan dengan spermasida angka kegagalan 6-18 kehamilan per
100 perempuan per tahun pertama)1.
Kekurangan khasiat diafragma vaginal ialah : 1) diperlukan motivasi yang cukup kuat; 2)
umumnya hanya cocok untuk wanita yang terpelajar dan tidak untuk dipergunakan secara
massal; 3) pemakaian yang tidak teratur dapat menimbulkan kegagalan; 4) tingkat kegagalan
lebih tinggi daripada pil atau AKDR.
Keuntungan cara ini ialah : 1) hampir tidak ada efek sampingan; 2) dengan motivasi yang baik
dan pemakaian yang betul, hasilnya cukup memuaskan; 3) dapat dipakai sebagai pengganti pil
atau AKDR pada wanita-wanita yang tidak boleh mempergunakan pil atau AKDR oleh karena
suatu sebab.

2.2.1.2 Cervical cap


Cervical cap dibuat dari karet atau plastik, dan mempunyai bentuk mangkuk yang dalam
dengan pinggirnya terbuat dari karet yang tebal. Ukurannya ialah dari diameter 22 mm sampai
33 mm; jadi lebih kecil daripada diafragma vaginal. Cap ini dipasang pada porsio servisis uteri
seperti memasang topi. Dewasa ini alat ini jarang dipakai untuk kontrasepsi.
3. KONTRASEPSI HORMONAL
Saat diperkenalkan pada tahun 1960, kontrasepsi hormonal menjadi sebuah perubahan drastis
dari metode-metode tradisional sebelumnya. Kontrasepsi ini tersedia dalam berbagai bentuk,
oral, injeksi, dan implant. Kontrasepsi oral adalah kombinasi estrogen dan progestin atau hanya
progestin – mini pil. Kontrasepsi injeksi atau implant hanya mengandung progestin atau
kombinasi estrogen dan progestin. Pada tahun 1995, 10,4 juta wanita di AS menggunakan
kontrasepsi oral untuk mengendalikan kesuburannya.

3.1 Kontrasepsi estrogen plus progestin (kombinasi)


Kontrasepsi kombinasi estrogen-progesteron dapat diberikan per oral, suntikan IM, atau dalam
bentuk koyo. Kontrasepsi oral paling sering digunakan dan sering terdiri dari kombinasi suatu zat
estrogen dan bahan prosgestasional yang diminum tiap hari selama 3 minggu dan berhenti
selama 1minggu, agar terjadi perdarahan lucut (with drawal bleeding) dari uterus.
Efektivitasnya tinggi (hampir menyerupai efektivitas tubektomi), bila digunakan setiap hari (1
kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun pertama penggunaan)1.
Mekanisme kerja
Efek kontraseptif obat-obat yang mengandung steroid bersifat multiple, tetapi efek yang
terpenting adalah mencegah terjadinya ovulasi dengan menekan gonadotropin releasing factors
dari hypothalamus. Yang mana hal ini dapat menghambat sekresi follicle stimulating hormone
dan lutenizing hormone dari hipofisis.
Estrogen saja dalam dosis yang memadai akan menghambat ovulasi dengan menekan
gonadotropin. Estrogen ini juga mungkin akan menghambat implantasi dengan mengubah
pematangan endometrium. Estrogen mempercepat transportasi ovum; namun, progestin
menyebabkan perlambatan. Karena itu, peran keduanya dalam mengubah motilitas tuba dan
uterus masih belum jelas.
Progestin menyebabkan terbentuknya mucus servik yang kental, sedikit, selular, dan
menghambat jalannya sperma. Kapasitasi sperma juga mungkin terhambat. Seperti estrogen,
progestin menyebabkan endometrium menjadi kurang memungkin kan untuk implantasi
blastokista. Akhirnya progestin juga dapat menghambat ovulasi dengan menekan gonadotropin.
Efek gabungan dari estrogen dan progestin dalam kaitannya dengan kontrasepsi adalah
supresi ovulasi yang sangat efektif, blockade penetrasi sperma oleh mucus serviks, dan
penghambatan implantasi di endometrium apabila dua mekanisme pertama gagal. Kontrasepsi
oral kombonasi estrogen plus progestin, apabila diminum setiap hari selama 3 dari 4 minggu,
menghasilkan proteksi terhadap kehamilan yang hampir absolute.
Keamanan
Secara umum, kontrasepsi oral yang jika dipantau pemberianya dengan benar terbukti relatif
aman bagi sebagian besar wanita. Kemungkinan efek samping dari pil KB yang selama ini
terlalu banyak dan terlalu lama mendapat perhatian efek merugikan pada para pemakai mungkin
hanya terjadi akibat rasa cemas karena publisitas yang terus menerus.Sayangnya, dokter serta
masyarakat awam sering kebingungan karena laporan yang banyak dan sering bertentangan
tersebut.
Efek yang menguntungkan
Pil kombinasi estrogen plus progestin adalah bentuk kontrasepsi reversibel paling efektif yang
tersedia. Dilaporkan angka kegagalan 0,32 per 100 wanita-tahun atau kurang. Efek
menguntungkan lainnya yang dilaporkan adalah kepadatan tulang meningkat; pengeluaran darah
menstruasi dan anemia berkurang; angka kehamilan ektopik lebih rendah sampai 90%;
dismenorea yang berkaitan dengan endometriosis berkurang; kista ovarium fungsional sampai
80% dan salpingitis berkurang; keluhan premenstruasi berkurang; angka kanker endometrium
dan ovarium berkurang sampai 40%; berbagai penyakit payudara jinak berkurang sampai 40%;
perbaikan hirsutisme; perbaikan akne; pencegahan aterogenesis; insiden dan keparahan penyakit
radang panggul berkurang; dan perbaikan rematoid artritis.3,5
Kemungkinan efek yang merugikan
Efek metabolik
 Lipoprotein dan lemak
Kontrasepsi oral kombinasi meningkatkan kadar trigliserida dan kolesterol total. Estrogen
menurunkan konsentrasi kolesterol LDL dan meningkatkan HDL, sedangkan sebagian
progestin menyebabkan hal yang sebaliknya. Hal ini penting untuk mengetahui pada
proses pembentukan penyakit pembuluh arteri.
 Metabolisme karbohidrat
Kontrasepsi oral dapat menurunkan toleransi glukosa pada sejumlah pemakai dengan
persentase yang signifikan. Hal ini tampaknya terjadi sebagai akibat langsung dosis
estrogen yang digunakan. Progestin biasanya meningkatkan sekresi insulin dan
menciptakan resistensi insulin. Karena efek ini, steroid kontrasepsi dapat
mengintensifkan diabetes yang sudah ada atau mungkin ternyata cukup diabetogenik
sehingga mampu memicu munculnya diabetes secara klinis pada wanita yang rentan.
Tapi efek ini seperti pada kehamilan, efek diabetogeniknya sering reversibel apabila
kontrasepsi oralnya dihentikan.
 Metabolisme protein
Estrogen akan meningkatkan pembentukan berbagai globulin oleh hati. Meningkatnya
pembentukan angiotensinogen tampaknya berkaitan dengan dosis, dan konversinya oleh
renin menjadi angiotensin I dicurigai menimbulkan hipertensi. Fibrinogen dan mungkin
faktor II, VII, IX, X, XII, XIII, akan meningkat sejalan dengan dosis estrogen, dan
insiden kedua bentuk trombosis ini berkaitan dengan dosis estrogen.
Penyakit hati
Kolestasis dan ikterus kolestatik merupakan penyulit yang jarang terjadi pada pemakai
kontrasepsi oral; gejala dan tanda akan hilang apabila obat dihentikan. Tampaknya kontrasepsi
oral mempercepat terjadinya penyakit kandung empedu pada wanita yang rentan, tapi secara
keseluruhan tidak terjadi peningkatan resiko jangka panjang. Dan tidak ada alasan untuk
menghentikan kontrasepsi oral pada wanita yang telah pulih dari hepatitis virus.
Neoplasia
Kemungkinan kontrasepsi hormonal sebagai penyebab kanker tampaknya kecil. Sebenarnya,
pada penelitian-penelitian justru diperlihatkan adanya efek protektif terhadap kanker ovarium
dan endometrium.
 Hiperplasia dan kanker hati
Pemakaian kontrasepsi estrogen plus progestin dilaporkan secara tidak langsung
dikaitkan dengan kejadian hiperplasia nodularis fokal hepatika dan pembentukan tumor
yang jinak, tetapi tidak selalu. Keterkaitan ini dijumpai pada wanita yang menggunakan
formulasi berisi estrogen dosis tinggi (biasanya mestranol) untuk jangka panjang.
Pemakaian kontrasepsi oral kombinasi dosis rendah yang lebih baru tampaknya dapat
mengurangi insiden terjadinya kelainan yang tidak lazim ini.
 Adenoma hipofisis
 Serviks
Terdapat korelasi antara resiko kanker serviks prainvasif dengan pemakaian kontrasepsi
oral, dan resiko kanker invasif meningkat setelah pemakaian 5 tahun. Tapi masih belum
jelas apakah keterkaitan ini memiliki hubungan sebab akibat.
 Kanker payudara
Masih belum jelas apakah kontrasepsi oral berperanan dalam ternbentuknya kanker
payudara. Pada sebuah studi terbesar, tidak terbukti adanya peningkatan resiko kanker
payudara diantara pemakai kontrasepsi oral (Cancer and Steroid Hormone Study,1986).
Gabrick dkk.(2000) melaporkan peningkatan resiko pada wanita dengan riwayat keluaga
yang kuat, tetapi resiko ini berkaitan dengan preparat-preparat yang lama yang dosis
estrogennya tinggi.
Gizi
Penyimpangan kadar beberapa zat gizi, yang serupa dengan yang dijumpai pada kehamilan
normal, dilaporkan terjadi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral.
 Defisiensi piridoksin
Perubahan-perubahan biokimiawi yang menunjukkan defisiensi vitamin B6 (piridoksin)
yang mana hal ini juga terjadi saat kehamilan normal. Hal ini terjadi karena estrogen
memicu enzim-enzim dihati sehingga menyebabkan meningkatnya metabolisme triptofan
yang menggambarkan terjadinya defisiensi piridoksin.
Efek kardiovaskular
Terdapat sejumlah resiko kardiovaskular yang jarang tetapi bermakna pad pemakaian kontrasepsi
hormonal.
 Tromboembolisme
Mishell (2000) menganalisis bahwa resiko tromboembolisme vena diperkirakan
meningkat 3-4 kali lipat pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral. Sekitar 1 per
10000 wanita-tahun, sehingga insiden pada pemakai kontrasepsi oral yang sebesar 1,0
sampai 3,0 per 10000 wanita- tahun adalah kecil.
Faktor-faktor klinis yang meningkatkan resiko trombosis dan emboli vena adalah
hipertensi, kegemukan, diabetes, merokok, dan gaya hidup yang tidak banyak aktivitas
fisik (Hatche dkk.,1998).
 Stroke dan Trombosis arteri
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemakaian kontrasepsi oral tersebut pada
wanita yang sehat yang tidak merokok tidak menyebabkan peningkatan resiko stroke
trombotik atau hemorhagik (Mishell,2000; Pettiti dkk, 1996; Schwartz dkk.,1998; WHO
collaborative Study,1996). Yang utama, wanita dengan hipertensi, yang merokok, atau
memiliki nyeri kepala migren mengalami peningkatan resiko stroke hemorhagik atau
trombotik (Mishell,2000; Schwartz dkk.,1998).
 Hipertensi
Ini timbul sebagai respons terhadap estrogen, terbukti meningkat kadar angiotensinogen
(substrat renin) plasma sampai mendekati kadar pada kehamilan normal.
Tekanan darah akan normal kembali saat kontrasepsi dihentikan. Terjadinya hipertensi
pada kehamilan bukan merupakan halangan bagi pemakaian kontrasepsi oral setelahnya.
 Infark miokardium
Infark miokardium terjadi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral dan juga
merokok, karena merokok merupakan faktor resiko independen. Ad 2 patokan penting
dalam kaitannya dengan merokok dan kontrasepsi oral adalah lebih dari 15 batang rokok
per hari bagi orang berusia lebih dari 35 tahun yang sedang atau pernah merokok.
 Nyeri kepala migren
 Frekuensi dan intensitas serangan nyeri kepala migren mungkin berkurang atau
meningkat. Tapi lebih baik menghindari pemakaian kontrasepsi ini pada wanita yang
memiliki migren, karena mungkin saja akan bertambah parah atau merupakan ancaman
stroke atau stroke ringan.
Efek pada reproduksi
 Amenorea pasca pil
Setelah kontrasepsi kombinasi dihentikan 3 bulan biasanya ovualasi akan segera pulih
dan kembali seperti semula5.
 Laktasi
Pemakaian hormon kontrasepsi oral pada ibu menyusui akan mengurangi jumlah ASI.
Hanya sedikit hormon yang diekskresikan ke dalam ASI. Karena hampir tidak
memberikan efek pada laktasi dan merupakan kontrasepsi yang baik.
3.2 Kontrasepsi progestasional
3.2.1 Progestin oral
Disebut juga mini pil adalah pil yang hanya mengandung progestin 350 μg atau kurang yang
diminum setiap hari. Pil ini tidak terlalu populer oleh karena insiden perdarahan ireguler dan
angka kehamilannya jauh lebih tinggi. Pilihan yang baik bagi ibu yang menyusui, mulai
diminum pada minggu ke 6 setelah melahirkan1,5. Pil ini mengganggu kesuburan tapi tidak selalu
menghambat penetrasi ovulasi. Kemungkinan sebabnya adalah terbentuknya mukus serviks yang
menghambat penetrasi sperma dan perubahan pematangan endometrium sehingga dapat menolak
implantasi blastokista.
 Keuntungan
Resiko peningkatan penyakit kardiovaskular dan keganasan belum terbukti, lebih kecil
kemungkinannya menyebabkan peninggian tekanan darah atau nyeri kepala, tidak
berefek pada metabolisme karbohidrat dan diperkirakan lebih jarang menyebabkan
depresi, dismenorea, dan gejala premenstruasi.
 Kekurangan
Kegagalan kontrasepsi dan meningkatnya insiden kehamilan ektopik apabila kontrasepsi
gagal, perdarahan uterus yang tidak jelas, kista ovarium fungsional menjadi sering, dan
pil ini harus diminum paa waktu yang sama atau hampir sama tiap harinya, yang jika
terlambat sekalipun hanya 3 jam untuk 2 hari berikutnya harus digunakan kontrasepsi lain
sebagai tambahan.
 Kontraindikasi
Terutama pada wanita berumur, dengan perdarahan uterus yang tidak jelas, riwayat
kehamilan ektopik atau kista ovarium fungsional.

3.2.2 Kontrasepsi progestin suntik


Keunggulan suntikan progestin adalah efektivitas kontrasepsi yang setara dengan atau
lebih baik daripada kontrasepsi oral kombinasi, efek bertahan lama dengan hanya 4 – 6 kali
penyuntikan setahun, dan gangguan laktasi yang minimal.
Depo medroksiprogesteron asetat (Depo provera) dan Noretindron etantat (Norgest) telah banyak
dipakai secara luas diseluruh dunia, mekanisme kerja kedua obat tampaknya multipel, termasuk
inhibisi ovulasi, peningkatan kekentalan mukus serviks, dan pembentukan endometrium yang
kurang ramah bagi implantasi ovum.
Kelebihan dan kekurangannya serupa dengan progestin oral. Kekurangannya mencakup
amenorea berkepanjangan, perdarahan uterus selama dan setelah pemakaian, dan anovulasi yang
lama setalah penghentian kontrasepsi. Pemulihan kesuburan akan lambat namun tidak terhambat,
pada pemakaian jangka panjang trigliserida dan kolesterol HDL menurun tetapi kolesterol LDL
tidak meningkat, hanya terjadi sedikit modifikasi metabolisme glukosa, insiden anemia defisiensi
besi menurun. Disamping itu terjadi juga peningkatan berat badan yang nyata.
Pada pemakaian Depo medroksiprogesteron jangka panjang terdapat kemungkinan penurunan
kepadatan mineral tulang, namun akan pulih setelah terapi dihentikan.
Depo medroksiprogesteron disuntikan dalam-dalam di kuadran luar atas bokong tanpa
dipijat untuk memastikan agar obat dilepaskan secara perlahan-lahan. Dosis lazim adalah 150 mg
setiap 90 hari3 .
Noetindron etantat disuntikan dengan cara yang sama dalam dosis 200mg, tetapi
penyuntikan obat ini harus diulang setiap 60 hari.

3.2.3 Implan progestin (sistem Norplant)


Sistem norplant menyalurkan levonorgestrel dalam wadah silastik yang diimplantasikan
dijaringan subdermal. Setiap wadah memiliki panjang 34mm, garis tengah 2,4mm, dan
mengandung 36 mg levonorgestrel. Dosis kombinasi sebesar 216 mg menghasilkan pembebasan
ke dalam plasma sekitar 85 μg/hari untuk 6 sampai 8 hari pertama dan menghasilkan kontrasepsi
yang efektif. Inin merupakan salah satu metode yang paling efektif yang tersedia. Dan yang
paling utama, bahwa setelah penghentian pemakaian fertilitas akan segera pulih dengan segera.
Keunggulan dan kekurangan hampir identik dengan progestin oral, kecuali efek pada
metabolisme karbohidrat. Dilaporkan bahwa setelah pemakaian 6 bulan, kadar glukosa dan
insulin mengalami perubahan bahkan pada wanita nondiebetik. Pada wanita normal perubahan
ini tidak bermakna, tetapi akan sangat mengkhawtirkan pada orang yang berpotensi untuk
diabetik.
Pada pemakaian sistem norplant tampaknya tidak terjadi pengurangan kepadatan tulang.
Karena memerlukan tindakan bedah ringan, terdapat juga masalah yang berkaitan dengan infeksi
lokal. Dan apabila tidak dimasukkan sesuai petunjuk, maka pengeluarnnya akan menjadi lebih
sulit.
3.2.4 Injeksi Medroksiprogesteron asetat/ Estradiol Sipionat
Obat kontrasepsi baru yang disuntikan setiap bulan. Obat ini mengandung 25mg
Medroksiprogesteron asetat plus 5 mg estradiol sipionat yang dipasarkan dengan nama Lunelle
atau Cyclo-Provera.
Mekanisme kerja obat ini dengan menghambat ovulasi dan menekan proliferasi endometrium.
Kadar estrasdiol mencapai puncak pada 3 sampai 4 hari pascainjeksi dengan nilai yang setara
dengan lonjakan praovulasi dalam siklus menstruasi ovulatorik normal. Kadar estradiol menetap
setinggi ini selama sekitar 10-14 hari, dan penurunannya menyebabkan perdarahan lucut 10
sampai 20 hari pasca penyuntikan.
Frekuensi penyuntikan merupakan masalah yang nyata. Timbulnya perdarahan yang tidak
teratur, namun setelah 3 bulan pemakaian, ketidakteraturan perdarahan tampaknya menjadi lebih
jarang terjadi dibandingkan dengan injeksi depomedroksiprogesteron asetat. Pulihnya kesuburan
setelah penghentian berlangsung cepat, dengan hampir 83% wanita menjadi hamil dalam 12
bulan setelah penghentian. Angka pemulihan kesuburan jauh lebih cepat daripada penghentian
dengan suntikan Depomedroksiprogesteron asetat.

4. METODE KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)


AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Memasukkan benda-benda atau alat ke dalam uterus untuk tujuan mencegah kehamilan,
yang telah dikenal sejak zaman dahulu kala. Awalnya penggembala-penggembala unta bangsa
Arab dan Turki berabad lamanya melakukan cara ini dengan memasukkan batu kecil yang bulat
dan licin kedalam alat genital unta mereka, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan
dalam perjalanan jauh2 .
Sejak itu banyak tulisan-tulisan ilmiah yang meneliti tentang efektivitasnya pada manusia, yang
mana pada awalnya banyak mendapat pertentangan oleh karena dianggap sebagai sumber infeksi
pada panggul (salpingitis, endometritis, parametritis, dll). Tapi sejak mulai diketemukannya
antibiotik yang dapat mengurangi resiko infeksi, maka penerimaan AKDR semakin meningkat.
Mekanisme kerja
Mekanisme kerja dari AKDR sampai saat ini belum diketahui dengan pasti, tetapi
pendapat yang terbanyak mengatakan bahwa dengan adanya AKDR dalam kavum uteri
menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebukan leukosit yang dapat
menghancurkan blastokista dan sperma. Pada pemeriksaan cairan uterus pada pemakai AKDR
sering kali dijumpai sel-sel makrofag (fagosit) yang mengandung spermatozoa. Disamping itu
ditemukan juga sering timbulnya kontraksi uterus pada pemakai AKDR, yang dapat menghalangi
nidasi. Diduga ini disebabkan karena meningkatnya prostaglandin dalam uterus pada wanita
tersebut.
Pada AKDR bioaktif selain kerjanya menimbulkan peradangan, juga oleh karena ion
logam atau bahan lain yang melarut dari AKDR mempunyai pengaruh terhadap sperma. Menurut
penyelidikan, ion logam yang paling efektif ialah ion logam tembaga (Cu)2,3; pengaruh AKDR
bioaktif dengan berkurangnya konsentrasi logam makin lama makin berkurang.
Efektifitasnya tinggi dapat mencapai 0.6 – 0.8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama
(1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan).
Jenis-jenis AKDR
Sampai sekarang telah banyak ditemukan jenis-jenis AKDR, tapi yang paling banyak
digunakan dalam program KB di Indonesia ialah AKDR jenis copper T dan spiral (Lippes loop).
Bentuk yang beredar dipasaran adalah spiral (Lippes loop), huruf T (Tcu380A, Tcu200C, dan
NovaT), tulang ikan (MLCu350 dan 375), dan batang (Gynefix). Unsur tambahan adalah
tembaga (cuprum), atau hormon (Levonorgestrel).
Keuntungan-keuntungan AKDR
AKDR mempunyai keunggulan terhadap cara kontrasepsi yang lain karena :
1. Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian satu kali
motivasi
2. Tidak menimbulkan efek sistemik
3. Alat itu ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara massal
4. Efektivitas cukup tinggi
5. Reversibel
6. Tidak ada pengaruh terhadap ASI
Efek samping AKDR
 Perdarahan
 Masa haid dapat menjadi lebih panjang dan banyak, terutama pada bulan-bulan pertama
pemakaian
 Rasa nyeri dan kejang di perut
 Gangguan pada suami
 Ekspulsi (pengeluaran sendiri)
Komplikasi AKDR
 Infeksi
AKDR itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina, umumnya tidak
menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang digunakan disucihamakan. Jika terjadi
infeksi, hal ini mungkin disebabkan oleh sudah adanya infeksi yang subakut atau
menahun pada traktus genitalis sebelum pemasangan AKDR.
 Perforasi
Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan AKDR walaupun bisa terjadi pula
kemudian.
Jika perforasi terjadi dengan AKDR yang tertutup, harus segera dikeluarkan segera
karena ditakutkan akan terjadinya ileus, begitu pula dengan yang mengandung logam.
Pengeluaran dapat dilakukan dengan laparotomi jika dengan laparoskopi gagal, atau
setelah terjadi ileus. Jika AKDR yang menyebabkan perforasi itu jenis terbuka dan linear,
dan tidak mengandung logam AKDR tidak perlu dikeluarkan dengan segera.
 Kehamilan
Jika terjadi kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan timbul cacat pada bayi oleh
karena AKDR terletak antara selaput ketuban dan dinding rahim. Angka keguguran
dengan AKDR in situ tinggi. Jadi jika ditemukan kehamilan dengan AKDR in situ sedang
benangnya masih kelihatan, sebaiknya dikeluarkan oleh karena kemungkinan terjadinya
abortus setelah dikeluarkan lebih rendah dari pada dibiarkan terus. Tetapi jka benangnya
tidak kelihatan, sebaiknya dibiarkan saja berada dalam uterus.

Kontraindikasi pemasangan AKDR


Kontraindikasi pemasangan AKDR dibagi atas 2 golongan, yaitu kontraindikasi yang relatif dan
kontraindikasi mutlak.
Yang termasuk kontraindikasi relatif ialah:
1. Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus
2. Insufisiensi serviks uteri
3. Uterus dengan parut pada dindingnya, seperti pada bekas SC, enukleasi mioma, dsb.
4. Kelainan jinak serviks uteri, seperti erosio porsiones uteri
Yang termasuk kontraindikasi mutlak ialah :
1. Kehamilan
2. Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis (Penyakit Menular Seksual)3
3. Adanya tumor ganas pada traktus genitalis
4. Adanya metrorhagia yang belum disembuhkan
5. Pasangan yang tidak lestari/harmonis
Pemasangan AKDR
AKDR dapat dipasang dalam keadaan berikut :
 Sewaktu haid sedang berlangsung
Pemasangan dapat dilakukan pada hari pertama atau pada hari terakhir haid.
Keuntungannya : pemasangan lebih mudah karena serviks saat itu sedang terbuka dan
lembek, rasa nyeri tidak seberapa keras, perdarahan yang timbul akibat pemasangan tidak
seberapa dirasakan, kemungkinan pemasangan pada uterus yang sedang hamil tidak ada.
 Sewaktu postpartum
Pemasangan AKDR setelah melahirkan dapat dilakukan:
1. Secara dini(immediate insertion); dipasang pada wanita yang melahirkan sebelum
dipulangkan dari rumah sakit.
2. Secara langsung (direct insertion); dipasang dalam masa tiga bulan setelah partus
atau abortus.
3. Secara tidak langsung (indirect insertion); dipasang sesudah masa tiga bulan
setelah partus atau abortus; atau pada saat tidak ada hubungan sama sekali dengan
partus atau abortus.

Bila pemasangan AKDR tidak dilakukan dalam waktu seminggu setelah bersalin,
menurut beberapa sarjana, sebaiknya AKDR ditangguhkan sampai 6-8 minggu
postpartum oleh karena jika pemasangan AKDR dilakukan antara minggu kedua dan
minggu keenam setelah partus, bahaya perforasi atau ekspulsi lebih besar.
 Sewaktu postabortum
Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi fisiologi dan
psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi, septic abortion merupakan kontraindikasi
 Beberapa hari setelah haid terakhir
Dalam hal ini wanita yang bersangkutan dilarang untuk bersenggama sebelum AKDR
dipasang.
Sebelum dipasang, sebaiknya diperlihatkan ke akseptor bentuk AKDR yang dipasang dan
bagaimana letaknya setelah terpasang. Dan dijelaskan pula kemugkinan efek samping yang dapat
terjadi seperti perdarahan, rasa sakit , AKDR yang keluar sendiri.

5. METODE KONTRASEPSI MANTAP (TUBEKTOMI dan VASEKTOMI)


5.1 Tubektomi
Tubektomi adalah suatu tindakan oklusi/ pengambilan sebagian saluran telur wanita
untuk mencegah proses fertilisasi.3 Tindakan tersebut dapat dilakukan setelah persalinan atau
pada masa interval. Setelah dilakukan tubektomi, fertilitas dari pasangan tersebut akan terhenti
secara permanen. Waktu yang terbaik untuk melakukan tubektomi pascapersalinan ialah tidak
lebih dari 48 jam sesudah melahirkan karena posisi tuba mudah dicapai dari subumbilikus dan
rendahnya resiko infeksi. Bila masa 48 jam pascapersalinan telah terlampaui maka pilihan untuk
tetap memilih tubektomi, dilakukan 6-8 minggu persalinan atau pada masa interval.
Keuntungan tubektomi ialah :
 Motivasi hanya satu kali saja, tidak diperlukan motivasi yang berulang-ulang
 Efektivitas hampir 100%
 Tidak mempengaruhi libido seksualis
 Kegagalan dari pihak pasien tidak ada
Kerugiannya ialah bahwa tindakan ini dapat dianggap tidak reversibel, walaupun ada
kemungkinan untuk membuka tuba kembali pada mereka yang masih menginginkan anak lagi
dengan operasi Rekanalisasi.
Indikasi dilakukannya tubektomi :
 Penghentian fertilitas atas indikasi medik
 Kontrasepsi permanen
Syarat-syarat tubektomi :
 Syarat sukarela
 Syarat bahagia
 Syarat medik
Tindakan yang dilakukan sebagai tindakan pendahuluan untuk mencapai tuba falopii terdiri atas :
pembedahan transabdominal seperti laparotomi, mini laparotomi, laparoskopi; pembedahan
transvaginal seperti kolpotomi posterior, kuldoskopi; dan pembedahan transservikal (transuterin)
seperti penutupan lumen tuba histeroskopik.
Untuk menutup lumen dalam tuba, dapat dilakukan pemotongan tuba dengan berbagai
macam tindakan operatif, seperti cara Pomeroy, cara Irving, cara Uchida, cara Kroener, cara
Aldridge. Pada cara Madlener tuba tidak dipotong. Disamping cara-cara tersebut, penutupan tuba
dapat pula dilakukan dengan jalan kauterisasi tuba, penutupan tuba dengan clips, Falope ring,
Yoon ring, dll.

5.2 Vasektomi
Pada tahun-tahun terakhir ini vasektomi makin banyak dilakukan dibeberapa negara seperti
India, Pakistan, Korea, AS, dll, untuk menekan laju pertambahan penduduk. Di Indonesia,
vasektomi tidak termasuk dalam program keluarga berencana nasional2 .
Dan masih banyak pria di Indonesia menganggap vasektomi tersebut identik dengan dikebiri dan
dapat menimbulkan impotensi5. ”Vasektomi, selain aman dari kegagalan dengan tingkat
keberhasilan 79 persen, menurut Kasmiyati, juga mampu menaikkan libido seks”5. Ini berarti,
vasektomi sama sekali tak menimbulkan impotensi atau ketidak jantanan5.
Indikasi vasektomi ialah bahwa pasangan suami isteri tidak menghendaki kehamilan lagi
dan pihak suami bersedia bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan pada dirinya.Kontraindikasi,
sebenarnya tidak ada, kecuali bila ada kelainan lokal yang dapat mengganggu sembuhnya luka
operasi, jadi sebaiknya harus disembuhkan dahulu.
Keuntungan vasektomi5 :
 Tidak menimbulkan kelainan fisik maupun mental
 Tidak mengganggu libido seksualitas
 Operasinya hanya berlangsung sebentar sekitar 10 - 15 menit

Anda mungkin juga menyukai