RPO : Nifedipine
Riw. Operasi : SC tahun 2019
RPT : Tidak ada
Riwayat Persalinan
1. LK, Aterm, 3000 gram, Spontan, bidan, Klinik 2002
2. LK, Aterm, 2700 gram, Spontan, bidan, Klinik 2004
3. PR, Pretrerm, SC a/i PE + KJDK, Obgyn 2019
4. Hamil saat ini
Ample
A : TIDAK DIJUMPAI
M : Nifedipin 10 Mg
P : Disangkal
L : jam 13.30 WIB 08/05/2022
E : Pro SC a/i PE
Time Sequence
08-05-2022
Pkl. 16.30 wib masuk RSHAM
08-05-2022
Konsul anestesi 18.10 — Acc anestesi jam 19.00
08-05-2022
Pkl. 20.45 WIB
Operasi SC
Pemeriksaan Fisik
• B1: Airway: clear , SP: vesikuler, ST: Ronkhi (-), RR: 20 x/i.
Mallampati 1, JMH > 6 cm, Riw. Asma / alergi/batuk : -/-/-. SpO2:
99% room air
• B2: Akral: H/M/K, TD: 175/115 mmHg, HR: 114x/i, t/v kuat/cukup,
• B3: Sens: Compos Mentis, RC +/+, pupil isokor Φ 3 mm ka=ki
• B4: Urine (+) kateter (+)
• B5: Abdomen membesar asimetris, peristaltik (+), TFU:3 jari bpx,
gerak (+), DJJ 154x/menit, His(+),
• B6: Odem pretibial (-),Fraktur (-)
LABORATORIUM 08/05/2022
• Hb/ Ht/Leu/Tr : 14,9/42,9/18.240/97.000
• BUN/Ur/ Cr : 17/36/0.67
• KGD Ad R : 144
• Albumin : 3,5
• Na/K/Cl : 137/4,3/106
• SGOT/SGPT : 29/28
• PT/aPTT/INR : 12,0(14,5)/37,6(38,5)/0.87
• Hbsag : non Reaktif
• Anti HIV : non reaktif
• Rapid IgG : negative
• Protein Urin : Positif 2
Foto Klinis
Foto thoraks
Kesan: Cardiomegali
Penanganan di Ruangan VK
Masalah Pemecahan
Masalah Pemecahan
• Pasien dengan spinal anestesi , Pastikan IV line lancar, preloading cairan 10-20
resiko hipotensi post spinal anestesi cc/kgBB
• Pasien dengan spinal anestesi , - Atur ketinggian block setinggi T6 dan pantau
resiko Hight block atau total block Hemodinamik.
•Pasien dengan regional anestesi, - Gunakan jarum spinocain nomor yang kecil dan cegah
resiko PDPH tusukan yang berulang-ulang
Problem List Potensial (lanj..)
Masalah Pemecahan
Durante op:
• Potensial bayi lahir dengan • Siapkan alat dan obat resusitasi
APGAR scor rendah bayi baru lahir
Problem List post Operatif
Masalah Pemecahan
• Monitoring Hemodinamik
• Preload 1000 cc RL
• Pasien Posisikan left lateral decubitus
• Identifikasi L3-L4
• Desinfeksi dgn povidone iodine dan alkohol 70%
• Insersi spinal needle No 25G menembus kutis subkutis
ligamentum supraspinosum ligamentum interspinosum
ligamentum flavum Epidural space durameter sub-
arakhnoid space CSF (+), darah (-), inj.bupivacain 12,5 mg
• Kembalikan ke posisi supine, atur tinggi blok setinggi T6
• Ganjal Pangul Kanan
Hemodinamik sebelum spinal
Hemodinamik sesudah spinal
Hemodinamik Durante
Hemodinamik Post Op
DURANTE OPERASI
• TD : 105-145 /72-90 mmHg
• HR : 94-106x/mnt
• Cairan : Maintenance cairan : Rumus Holliday Sega
(4 x 10 ) + (2 x 10) + (1 x 70) = 130 CC / Jam
PO RL 1000 cc,
DO RL 1000 cc
• Perdarahan : + 300 cc
• UOP : 500 cc
APGAR SCORE :7/8 , LK, BBL 2700 gr.
• Delivery time : 10 menit
• Lama operasi : + 2 jam 10 menit
Post operasi
• B1: Airway: clear, SP: vesikular +/+, ST-/-, RR: 18 x/i. SpO2: 99%.
• B2: Akral: H/M/K, TD:177/93 mmHg, HR: 105 x/i, reg, t/v: cukup
• B3: Sens: CM, pupil isokor Φ3mm, RC +/+, kejang (-)
• B4: Urine (+), warna: kuning jernih
• B5: Abdomen, peristaltik (+), luka operasi tertutup verban.
• B6: Oedem pretibial (-)
Planning post operasi
• Observasi Hemodinamik di ICU
• Bed rest + Head up 30
• IVFD RL 30/ gtt/i
• Inj. Ceftriakson 2gr/24 jam
• Inj. Paracetamol 1 gr/8 jam
• Inj. Ketorolac 30mg/8 jam
• Inj. Ranitidine 50mg/12 jam
TERIMAKASIH
Terima Kasih
TIm Jaga
TINGGI BLOK Tergantung pada:
• Posisi penderita
• Barisitas larutan, disarankan memakai solutio hiperbarik (obat
lebih berat dari LCS sehingga tetap mengendap dibawah,
mengurangi kemungkinan spinal tinggi), dibandingkan solutio
hipo atau isobarik.
• Dosis volume total obat anestesi lokal.
• Tempat penyuntikan
• Kecepatan penyuntikan (barbotage)
• Besar jarum spinal
• Status fisik
• Tekanan intra abdomen
LAMA/ DURASI BLOK Tergantung pada:
• Obat yang digunakan
• Dosis yang diberikan
• Pemberian vasokonstriktor
• Penyebaran/ tinggi dari blok
Level spinal anestesi
MASALAH PEMECAHAN
PRE OPERASI
•Karena adanya perubahan secara anatomi
•Wanita hamil dengan perubahan anatomi
dan fisiologi dan fisiologi GIT pada wanita hamil maka
wanita hamil harus selalu diperhitungkan
A. Perubahan pada Anatomi GIT
•Akibat pembesaran bagian fundus dan lambung penuh, dengan Pastikan puasa
antrum tek.intragastrik meningkat.
cukup cegah Mendelson Syndrome.
B. Perubahan pada Fisiologi GIT
•Uterus yang gravid menyebabkan ;
•Berikan antasida 30 cc ½ jam sebelum
- peningkatan intra gastrik masa
pengosongan lambung memanjang. operasi, sebaiknya yang non partikulat ,
- aadanya peningkatan sekresi hormon
karena molekulnya kecil mencegah aspirasi.
gastrin meningkatkan sekresi asam
lambung.
- akibat peningkatan kadar progesteron
•Kurangi dosis pemberian obat anestesi lokal
plasma, motilitas GIT absorbsi makanan
dan tekanan sphincter oesophageal bgn
distal menurun.
- adanya obat-obat analgesik dapat
memperlambat pengosongan gaster.
PROBLEM
Masalah LIST Pemecahan
Pre operasi
C. Perubahan pada Anatomi dan Fisiologi
Respirasi
-Siapkan oksigen oksigenasi dengan O2 nasal
- Kehamilan aterm : FRC menurun oleh
karena anatomi diafragma yang terdorong kanul 2 l/ menit,.
oleh uterus yang gravid
- Monitoring airway.
- FRC menurun reserve oksigen
berkurang,,.
- Kehamilan aterm menyebabkan kebutuhan
oksigen meningkat 30-40% oleh karena
terjadi peningkatan metabolisme untuk
fetus, uterus, plasenta.
- MAC yang menurun akan menyebabkan wanita
- MAC menurun akibat peningkatan hormon hamil lebih banyak gas anestesi yang masuk ke
progesteron
alveoli maka sebaiknya pilihan anestesi adalah
yang lebih sedikit menggunakan obat inhalasi ,
pilihan ke Regional Anestesi.
Masalah Pemecahan
D . Perubahan pada
Cardiovascular •Ganjal panggul kanan,preloading
- Kehamilan aterm dengan cairan, siapkan koloid, siapkan
pembesaran gravid dapat efedrin
menyebabkan kompresi aortacava
ketika pada posisi supine
SUPINE HYPOTENSIVE
SYNDROME
PATOGENESA
1
2
3
4 HELLP
• Patogenesa dari keterlibatan hepar pada sindroma
HELLP masih belum diketahui
Sistem muskolosletal
• Bersifat miotoksik (bupivacain > lidokain > prokain).
Tambahan adrenalin beresiko kerusakan saraf. Regresi
dalam waktu 3 – 4 minggu.
Imunologi
• Golongan ester menyebabkan reaksi alergi lebih sering
karena merupakan deripat PABA
Pencegahan Terhadap Toksisitas
Intoksikasi anestetik lokal umumnya dapat dihindari jika pedoman sederhana
dibawah ini dapat diikuti :
• Gunakan dosis anjuran (hafal dosis maksimal).
• Aspirasi berulang-ulang setiap obat disuntikkan.
• Gunakan test dose yang mengandung epinefrin. (EPIDURAL)
• Jika dibutuhkan obat dalam dosis besar atau jika obat diberikan secara IV,
(misalnya untuk anestesi regional IV) gunakan obat dengan toksisitas rendah,
dan berikan secara bertahap dan gunakan waktu yang lebih lama sampai
mencapai dosis total.
• Obat harus selalu disuntikkan secara perlahan-lahan (jangan lebih cepat dari 10
ml/menit) dan pertahankan kontak verbal dengan pasien, yang dapat
melaporkan gejala-gejala ringan sebelum seluruh dosis yang harus diberikan
masuk. Hati-hati terhadap pasien yang mulai bicara dan bertingkah irrasional.
Hal ini mungkin merupakan gejala awal dari intoksikasi SSP, namun hal ini
kadang dikelirukan pada penderita histeria.
Pengobatan intoksikasi.
• Berikan oksigen, jika perlu dengan pernapasan buatan menggunakan bag dan mask
• Hentikan konvulsi jika berlanjut sampai 15-20 detik. Berikan antikonvulsan IV, misalnya thiopental 100-
150 mg atau diazepam 5-20 mg. Thiopental merupakan pilihan utama karena efeknya lebih cepat, oleh
karena itu seharusnya sudah tersedia sebelum penggunaan anestetik lokal. Beberapa ahli lebih suka
memberikan suksinilkolin 50-100 mg, yang akan dengan cepat menghentikan konvulsi tetapi akan
membutuhkan intubasi dan ventilasi buatan sampai efeknya habis.
• Gejala intoksikasi dapat hilang secepat munculnya, dan keputusan harus dibuat apakah menunda
pembedahan, mengulangi blok saraf, menggunakan teknik yang berbeda (misalnya memberikan blok
spinal sebagai ganti blok apidural) atau menggunakan anestesi umum.
• Jika hipotensi dan tanda-tanda depresi miokard muncul, maka vasopressor dengan aktivitas a- dan b-
adrenergik harus diberikan, misalnya efedrin 15-30 mg IV. Jika henti jantung terjadi, harus ditangani
dengan energetic cardiopulmonary resuscitation termasuk epinefrin 1 mg dan atropin 0,6 mg IV atau
intrakardial. Pemberian epinefrin IV atau intrakardial dapat mengundang fibrilasi ventrikel. Jika ini terjadi,
harus ditangani dengan high energy DC conversion ditambah bretylium 80 mg sebagai anti-aritmia.
• Jika ada keraguan akan reaksi alergi, pasien harus diberi skin test yang mana, jika negatif, tetap harus
berhati-hati dengan dosis penuh. Hal ini hanya boleh dilakukan pada tempat yang sudah diperlengkapi
dengan perlengkapan dan obat-obat emergensi. Sehingga jika alergi muncul, dapat ditangani dengan
cepat dan tepat. Sebaliknya dengan skin test yang negatif tidak menjamin pemberian dosis penuh tidak
terjadi reaksi.
Sindrom Mendelson
• Sindrom mendelson adalah suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh aspirasi
cairan lambung selama anastesi umum. Hal ini dapat terjadi jika :
• pH cairan yang masuk <2,5 volume aspirasi lebih besar dari 0,3 ml/kg BB ( 20-25 ml
pada orang dewasa)
• Gejala klinis :
• Takipneu
• Takikardi
• Wheezing / ronkhi
• Sianosis
• Komplikasi :
1. Edema paru
2. Syok
3. Pneumonia
4. ARDS
5. Bronkiektasis
Bromage Score ( spinal Anastesi )
• Gerakan penuh dari tungkai , 0
• Tak mampu ekstensi tungkai, 1
• Tidak mampu flexi lutut, 2
• Tidak mampu flexi pergelangan kaki, 3
Indikasi SC pada Ibu Hamil
Anatomi Vertebrae
TINGGI BLOK Tergantung pada:
• Posisi penderita
• Barisitas larutan, disarankan memakai solutio hiperbarik (obat
lebih berat dari LCS sehingga tetap mengendap dibawah,
mengurangi kemungkinan spinal tinggi), dibandingkan solutio
hipo atau isobarik.
• Dosis volume total obat anestesi lokal.
• Tempat penyuntikan
• Kecepatan penyuntikan (barbotage)
• Besar jarum spinal
• Status fisik
• Tekanan intra abdomen
LAMA/ DURASI BLOK Tergantung pada:
• Obat yang digunakan
• Dosis yang diberikan
• Pemberian vasokonstriktor
• Penyebaran/ tinggi dari blok
Level spinal anestesi