Skizofrenia Paranoid
Dokter Pembimbing:
Disusun oleh:
Puji dan syukur penulis hanturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat,
nikmat, serta hidayah-Nya dalam penulisan tugas long case ini. Tugas makalah long case
yang berjudul “Skizofrenia Paranoid” dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr.
Adhi Wibowo Nurhidayat, Sp.KJ (K), MPH selaku pembimbing penulis di kepaniteraan
klinik Psikiatri RSJ dr. Soeharto Heerdjan
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah
ini, oleh karena itu peniliti memohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga makalah yang
disusun penulis ini dapat bermanfaat bagi bangsa dan negara serta masyarakat luas pada
umumnya di masa yang akan datang.
Pembimbing,
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 11 September 2019
STATUS PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap : Nn. A
Tempat dan Tanggal Lahir : 18 Agustus 1982
Umur : 37 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum menikah
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Mahasiswi
Suku : Chinese
Agama : Budha
Alamat : Jelambar, Jakarta Barat
Dokter yang Merawat : dr. Adhi Wibowo, Sp.KJ(K), MPH
Tanggal Masuk RSJSH : 31 Agustus 2019
Ruang Perawatan : Ruang Melati
Rujukan/ Datang sendiri/ Keluarga : Diantar Keluarga
Alloanamnesis
Tanggal 31 Agustus 2019, pukul 11.50, dilakukan kepada kakak kandung pasien di ruang
IGD Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan.
A. KELUHAN UTAMA
Marah – marah tanpa sebab 12 jam sebelum masuk rumah sakit
Di rumah, pasien sering berbicara sendiri dan terkadang tertawa sendiri. Karena
gejala-gejala tersebut, pasien beberapa kali menjalani rawat inap di Rumah Sakit
Jiwa Soeharto Heerdjan. Namun, saat ditanyakan di rumah sakit, pasien menyangkal
mendengar bisikan atau suara-suara. Pasien selalu menjawab ia hanya mendengar
ceramah meditasi Buddha dari radio. Pasien juga merasa kesal mengapa ia dibawa
ke rumah sakit ini, karena menurutnya, ia kini tidak mengalami gangguan jiwa,
hanya mengalami stress menghadapi ujian semester di perkuliahannya. Pasien juga
mengaku susah untuk tidur, perlu satu sampai dua jam untuk membuat pasien tidur.
Pasien juga mengaku kini sudah tidak ikut perkumpulan pemeluk agama Buddha
karena merasa sudah tidak cocok pada teman-temannya.
Sebelum ibu pasien meninggal, dulu pasien sering berselisih dengan ibunya karena
perbedaan pendapat, terutama tentang keinginan pasien untuk kuliah pada saat itu.
Pasien saat itu ingin sekali berkuliah namun ibunya belum menyetujui karena
masalah ekonomi. Sejak saat itu pasien mulai berbicara sendiri hingga tertawa
sendiri yang akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan pertama kali
tahun 2016. Pasien rutin meminum obat Risperidone namun ia hentikan pada bulan
Februari 2019 karena merasa sudah sehat.
Ini merupakan keluhan yang sekian kalinya sejak tahun 2016. Pasien sering di
rawat inap hingga lupa berapa kalinya dengan keluhan yang sama. Pasien tidak
rutin kontrol dan minum obat risperidone kurang lebih 4 bulan lamanya. Ketika
keluarga pasien meminta pasien untuk meminum obat, pasien menyembunyikan
obat tersebut di bawah lidah dan membuangnya ke tisu atau wastafel yang
akhirnya ditemukan oleh keluarga pasien.
Pasien tidak ada riwayat kejang, riwayat cedera atau trauma pada kepala, riwayat
darah tinggi ataupun diabetes mellitus.
3. Riwayat Pendidikan
Pasien mengawali kegiatan sekolah saat berusia 7 tahun. Pasien menyelesaikan
pendidikan SD selama 6 tahun. Setelah itu pasien masuk ke SMP selama 3 tahun.
Kemudian pasien melanjutkan SMA selama 3 tahun. Kini, pasien sedang menjalani
pendidikan kuliah pada universitas swasta di Jakarta jurusan hubungan masyarakat.
4. Riwayat Pekerjaan
Pasien saat ini tidak bekerja namun ia pernah bekerja sebagai akuntan di daerah
cakung 2 bulan lalu. Pasien mengaku stres dan tidak cocok dalam pekerjaannya.
5. Kehidupan Beragama
Pasien beragama Buddha. Pasien taat dalam beribadah dan sering mengikuti kegiatan
perkumpulan agama Buddha.
6. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah melanggar hukum atau berurusan dengan polisi.
E. RIWAYAT KELUARGA
Pasien merupakan anak keempat dari lima bersaudara. Pasien mempunyai seorang adik
perempuan. Ayah dan ibu pasien tidak memiliki riwayat atau keluhan yang sama seperti
pasien maupun penyakit lainnya seperti diabetes, darah tinggi, riwayat kejang ataupun
penyakit lainnya. Ayah dan ibu pasien sudah meninggal dunia. Pasien memiliki hubungan
yang baik terutama pada kakak kedua pasien dan tinggal bersamanya.
Genogram Keluarga:
B. ALAM PERASAAN
1. Mood : Cemas
2. Afek : Luas
3. Keserasian : Serasi
C. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi : (+) auditorik
2. Ilusi : (-) Tidak ada
3. Depersonalisasi : (-) Tidak ada
4. Derealisasi : (-) Tidak ada
D. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
a. Produktifitas : Cukup ide
b. Kontinuitas : Koheren
c. Hendaya bahasa : Tidak ada
2. Isi pikir
a. Waham : Paranoid
b. Preokupasi : pasien mengatakan sedang cemas dan stress
menghadapi ujian, ingin pulang karena merasa
tidak memiliki gangguan jiwa
c. Obsesi : (-) Tidak ada
d. Fobia : (-) Tidak ada
E. PENGENDALIAN IMPULS
Baik, saat wawancara pasien tampak tenang
F. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial : tidak terganggu
2. Uji daya nilai : tidak terganggu
3. RTA : terganggu
H. TILIKAN
Derajat I menyangkal penuh mengenai penyakitnya tersebut
I. RELIABILITAS
Dapat dipercaya Pasien dapat menceritakan apa yang ia rasakan dan ia yakini
Tanda Vital
Tekanan Darah : 128/72 mmHg
Nadi : 86 kali/ menit
Suhu : 36.0 C
Pernafasan : 20 kali/ menit
Status Generalis
Kulit : sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), turgor baik, kelembaban normal
Kepala : normosefal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah rontok
Mata : pupil bulat, isokor, simetris, refleks cahaya +/+, konjungtiva anemis -/-,
sklera ikterik -/-
Hidung : bentuk normal, septum deviasi (-), sekret -/-
Telinga : normotia, nyeri tekan -/-, radang -/-
Mulut : bibir pucat (-), sianosis (-), trismus (-), tonsil T1/T1, tonsil/faring
hiperemis (-)
Leher : tidak teraba pembesaran KGB dan tiroid.
Paru:
o Inspeksi: bentuk dada simetris, retraksi (-)
o Palpasi: gerakan dada simetris
o Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru
o Auskultasi: suara napas vesicular +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung:
o Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
o Palpasi: ictus cordis tidak teraba
o Perkusi: batas jantung DBN
o Auskultasi: BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen:
o Inspeksi: bentuk datar
o Palpasi: supel, NT (-), hepar dan lien tidak teraba membesar
o Perkusi: timpani seluruh lapang abdomen
o Auskultasi: bising usus (+)
Ekstremitas: akral hangat, oedem (-), CRT < 2 detik
Status Neurologis
Saraf kranial : Dalam batas normal
Tanda rangsang meningeal : Tidak ada
Refleks fisiologis : Dalam batas normal
Refleks patologis : Tidak ada
Motorik : Dalam batas normal
Sensorik : Dalam batas normal
Fungsi Luhur : Baik
Gangguan Khusus : Tidak ada
Gejala EPS : Akatisia (-), bradikinesia (-), Rigiditas (-), tonus otot
DBN, Resting tremor (-), distonia (-)
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Dilakukan pemeriksaan darah lengkap dengan hasil normal
- Pemeriksaan EKG dalam batas normal tidak terdapat kelainan
Pasien dulu sering berselisih oleh ibunya saat masih hidup karena perbedaan pendapat, terutama
tentang keinginan pasien untuk kuliah pada saat itu. Pasien saat itu ingin sekali berkuliah namun
ibunya belum menyetujui karena masalah ekonomi. Pasien kini kuliah jurusan hubungan
masyarakat dan sedang stress menghadapi ujian akhir semester. Pasien tinggal bersama
kakaknya, dan menganggap kakak iparnya membenci dan tidak suka kepada dirinya. Pasien kini
berpikir ingin hidup sendiri dan tidak tinggal bersama kakak dan kakak iparnya. Pasien baru
kehilangan pekerjaannya karena stress 2 bulan yang lalu. Pasien mengaku dulu ikut perkumpulan
pemeluk agama Buddha, kini sudah tidak ikut perkumpulan pemeluk agama Buddha karena
merasa teman-temannya tidak cocok lagi, kini hanya mendengar ceramah-ceramah Buddha.
GAF HLPY : 70
VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I :
Aksis IV :
Aksis V :
- Ad vitam : Ad Bonam
- Ad functionam : Dubia ad Bonam
- Ad sanationam : Dubia ad bonam
XII. TERAPI
1. Rawat Inap
Dengan indikasi:
Untuk mengatasi gejala psikotiknya
Untuk observasi lebih lanjut
2. Psikofarmako
Risperidone 2 x 2 mg terjadi gejala ekstrapiramidal yaitu bicara pelo Clozapine
2 x 12.5 mg
Triheksifenidil 1 x 2 mg
Pasien dan keluarga
Psikoedukasi bertujuan untuk mendukung terapi pasien, membantu pasien dalam
menemukan cara mengatasi masalahnya, dan mencegah timbulnya gejala yang sama saat
pasien mendapat stressor psikologis.
- Edukasi terhadap pasien:
Pasien diberi informasi dan edukasi kepada pasien mengenai penyakit yang
dideritanya, gejala-gejala, dampak, faktor-faktor penyebab, pengobatan, dan resiko
kekambuhan agar pasien tetap taat meminum obat dan segera datang ke dokter bila
timbul gejala serupa di kemudian hari.
Memotivasi pasien untuk berobat teratur.
Memotivasi pasien untuk dapat menerima kekurangan diri pasien, tidak
membandingkan pasien dengan orang lain dan memotivasi pasien untuk dapat
menyelesaikan masalah pasien
- Edukasi terhadap keluarga
Memberikan edukasi dan informasi mengenai penyakit pasien, gejala, faktor-
faktor pemicu, pengobatan, dan risiko kekambuhan di kemudian hari.
Mengingatkan pasien dan keluarga tentang pentingnya minum obat.
Melibatkan keluarga dalam pemulihan, dengan memberikan pengarahan kepada
keluarga agar tetap memberi dukungan untuk pulih.
3. Psikoterapi
Psikoterapi yang diberikan kepada pasien adalah psikoterapi suportif yaitu yang
bertujuan untuk memperluas fungsi pengendalian dengan metode pengendalian baru dan
memperbaiki kemampuan adaptif pasien. Psikoterapi ini dicapai dengan memberikan
kesempatan pasien untuk menceritakan masalahnya, menanamkan kepada pasien bahwa
gejala-gejala gangguannya akan hilang atau dapat dikendalikan serta meminum obat
sangat penting untuk menghilangkan gejala yang dideritanya.
Follow Up pasien:
Tanggal S O A P
02 - 09 – 2019 Pasien tampak TD : 121 / 70 Aksis I : F20.0 Risperidone 2 x
gelisah, afek HR : 80 x Aksis II : Z03.2 2 mg
luas, tidak bisa RR : 20 x Aksis III : - THP 1 x 2 mg
tidur, bicara S : 36,5 oC Aksis IV :
pelo, terkadang Masalah Primary
masih berbicara Support Group
sendiri,
halusinasi
disangkal pasien
03 – 09 – 2019 Pasien tampak TD : 115 / 70 Aksis I : F20.0 Clozapine 2 x
lebih tenang, HR :76 x Aksis II : Z03.2 12.5 mg
pasien terkadang RR : 20 x Aksis III : - THP 1 x 2 mg
tidak mau S : 36,5 oC Aksis IV :
mengikuti Masalah Primary
kegiatan dan Support Group
mengurung diri
di kamar,
halusinasi
disangkal pasien
04 – 09 – 2019 Pasien tampak TD : 120 / 80 Aksis I : F20.0 Clozapine 2 x
tenang, tapi HR : 72 x Aksis II : Z03.2 12.5 mg
masih bingung RR : 20 x Aksis III : - THP 1 x 2 mg
kenapa dibawa S : 36,5 oC Aksis IV :
ke RS, afek Masalah Primary
meluas, pasien Support Group
bosan di RS,
halusinasi
disangkal pasien
05 – 09 – 2019 Pasien tampak TD : 124/ 84 Aksis I : F20.0 Clozapine 2 x
tenang, pasien HR : 70 x Aksis II : Z03.2 12.5 mg
tidak ada RR : 20 x Aksis III : - THP 1 x 2 mg
keluhan, S : 36,7 oC Aksis IV :
berbicara sendiri Masalah Primary
sudah jarang Support Group
dilakukan oleh
pasien
06 – 09 – 2019 Pasien tampak TD : 120 / 80 Aksis I : F20.0 Clozapine 2 x
tenang, pasien HR : 72 x Aksis II : Z03.2 12.5 mg
agak susah RR : 20 x Aksis III : - THP 1 x 2 mg
untuk tidur S : 36,0 oC Aksis IV :
karena bosan Masalah Primary
dengan kegiatan Support Group
di rumah sakit,
berbicara sendiri
sudah berkurang