Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Dosen Pengampu:
Dra. Anak Agung Istri Agung Rai Sudiatmika,M.Pd.

PERKEMBANGAN FISIK, PEMIKIRAN SIMBOLIK ATAU


SEMIOTIK, PEROLEHAN BAHASA DAN PERMIKIRAN
INTUITIF PADA ANAK MASA PRASEKOLAH

Nama Kelompok :

Ni Kadek Dian Krisnayanti (1A) 1913021006

Ni Kadek Sepiantari (1A) 1913021009

I Komang Restu Widi Artha (1A) 1913021014

I N Widya Artha (1B) 1913021030

JURUSAN FISIKA DAN PENGAJARAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya,
sehingga makalah yang berjudul “PERKEMBANGAN FISIK, PEMIKIRAN
SIMBOLIK ATAU SEMIOTIK, PEROLEHAN BAHASA DAN PERMIKIRAN
INTUITIF PADA ANAK MASA PRASEKOLAH” dapat tersusun hingga
selesai.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Perkembangan Peserta Didik.


Dalam penyusunan makalah ini, penulis membaca banyak sumber dimana selain
memenuhi pekerjaan atau tugas, sumber tersebut memberikan banyak pilihan serta
sortiran terhadap topik makalah ini sendiri. Terimakasih atas bantuan segala pihak
yang tentunya sangat membantu dalam kemudahan proses penyusunannya. Dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari, mungkin makalah ini belum mendekati sempurna dan


pastinya perlu revisi ulang dan penambahan materi yang mungkin belum
tercantum dalam makalah ini. Maka dari itu, partisipasi pembaca sangat
diperlukan demi kelengkapan makalah ini dan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini bermafaat bagi para pembaca, khususnya bagi para
pembaca yang mendalami materi ini nantinya.

Singaraja, 29 September 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan masalah........................................................................ 1
1.3 Tujuan ......................................................................................... 2
1.4 Manfaat ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Fisik Anak Selama Masa Prasekolah ................. 3
2.2 Perkembangan Simbolik atau Semiotik
Anak Selama Masa Prasekolah ................................................... 3
2.3 Perolehan Bahasa Anak Selama Masa Prasekolah...................... 5
2.4 Pemikiran Intuitif Anak Selama Masa Prasekolah...................... 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................. 8
3.2 Saran ............................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 9

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap individu pasti mengalami perkembangan yang berbeda-beda. Hal ini


dipengaruhi oleh banyak faktor. Perkembangan (development) berarti
bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh,
jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya (Soetjiningsih, 1998). Setiap Perkembangan memiliki perubahan
baik perubahan fisik maupun perubahan non fisik. Perubahan fisik diantaranya
pada laki-laki yaitu perubahan suara,tumbuhnya kumis,rambut pada ketiak dan
lain-lain. Pada perempuan yaitu membesarnya payudara, tumbuhnya rambut pada
ketiak, membesarnya pinggul dan lain sebagainya. Perkembangan non fisik
diantaranya berubahnya kepribadian dan tingkah laku individu. Setiap perubahan
individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Dalam perkembangannya ini
sudah tentu terjadi secara bertahap. Bertahap disini meliputi perkembangan pada
tahap prasekolah (pra- operasional, umur 2 – 7 tahun), perkembangan anak selama
sekolah dasar (konkrit operasional), perkembangan anak selama masa SMP
(formal operasional).
Pada tahap prasekolah ini merupakan tahap yang paling vital. Hal ini karena
pada tahap ini, pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya. Pada tahap ini terjadi perkembangan fisik,
pemikiran simbolik, perolehan bahasa serta pemikiran intuitif yang sangat cepat.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin mengkaji lebih jauh tentang
perkembangan anak prasekolah melalui sebuah makalah yang berjudul
“Perkembangan Fisik, Pemikiran Simbolik atau Semiotik, Perolehan Bahasa dan
Permikiran Intuitif Pada Anak Masa Prasekolah”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperoleh rumusan masalah
sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimana perkembangan fisik anak selama masa prasekolah?
1.2.2 Bagaimana perkembangan simbolik atau semiotik anak selama masa
prasekolah?
1.2.3 Bagaimana perolehan bahasa anak selama masa prasekolah?
1.2.4 Bagaimana pemikiran intuitif anak selama masa prasekolah?

4
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui perkembangan fisik anak selama masa prasekolah.
1.3.2 Mengetahui perkembangan simbolik atau semiotik anak selama masa
prasekolah.
1.3.3 Mengetahui perolehan bahasa anak selama masa prasekolah.
1.3.4 Mengetahui pemikiran intuitif anak selama masa prasekolah.

1.4 Manfaat

Menambah wawasan materi tentang perkembangan fisik, pemikiran simbolik


atau semiotik, perolehan bahasa dan permikiran intuitif pada anak masa
prasekolah. Serta menambah referensi materi tentang perkembangan anak masa
prasekolah dalam mata kuliah perkembangan peserta didik bagi penulis dan
pembaca.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Fisik Anak Selama Masa Prasekolah

Selama masa prasekolah (Pra-oprasional) perkembangan fisik anak


berlangsung lamban dibandingkan dengan tingkat perkembangan selama masa
bayi. Meskipun selama masa ini pertumbuhan fisik lambat, namun keterampilan-
keterampilan motorik kasar dan motorik halus justru berkembang pesat.
Perkembangan fisik selama masa praoprasional meliputi:
1. Tinggi dan berat badan
Menurut Mussen, Conger & Kagan (Desmita, 2005:128) selama masa
praoperasional, tinggi rata-rata bertambah 2,5 inci dan berat badan bertambah 2,5
hingga 3,5 kg setiap tahunnya. Pada usia 3 tahun tinggi anak sekitar 38 inci dan
beratnya sekitar 16,5 kg. pada usia 5 tahun, tinggi anak mencapai 43,6 inci dan
beratnya 21,5 kg. umumnya pada masa pra-operasional tubuh anak terlihat lebih
baik daripada masa bayi.
2. Perkembangan otak
Perkembangan otak dan sistem saraf merupakan hal yang terpenting dalam
perkembangan fisik. Pertumbuhan otak selama masa pra-operasi lebih lambat
daripada masa bayi. Pertumbuhan otak ini disebabkan oleh bertambahnya ukuran
atau volume otak serta bertambahnya jumlah urat saraf di daerah-daerah otak.
Menurut Yeterian dan Pandya (Desmita, 2005:128) pada saat bayi usia 2 tahun,
ukuran otak rata-rata 75% dari otak orang dewasa. Dan pada usia 5 tahun ukuran
otaknya sekitar 90% otak orang dewasa.
3. Perkembangan motorik
Perkembangan fisik anak masa pra-operasional ditandai dengan
berkembangnya motorik anak, baik motorik halus maupun motorik kasar. Pada
tahap ini anak sudah bisa menggunakan indranya dengan cukup baik. Hal ini
terbukti dengan anak usia 3 tahun sudah bisa berjalan dengan baik. Anak usia 5
tahun sudah bisa melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dengan baik.

2.2 Perkembangan Simbolik atau Semiotik Anak Selama Masa Prasekolah

Pemikiran simbolis atau semiotik adalah pemikiran yang terjadi pada


tahap prasekolah yaitu pada anak usia 2 sampai 4 tahun. Biasanya, pemikiran
simbolik atau semiotik dicirikan dengan adanya fungsi semiotik yaitu
menggunaan simbol atau tanda-tanda tertentu untuk menyatakan atau menjelaskan
suatu objek, baik objek yang berada di sekitar anak maupun objek yang tidak
berada di sekitar anak tersebut. Dengan menggunaan simbol-simbol itu seorang
anak dapat mengungkapkan, membicarakan, dan mejelaskan hal yang terjadi.
Anak akan dapat mengingat pengalaman-pengalaman yang ia peroleh. Simbol-
simbol tersebut membantu anak dalam berkomunikasi dengan orang lain di

6
sekitarnya. Pada umur 2 tahun seorang anak sudah dapat menggunakan simbol
atau tanda untuk mempresentasikan suatu benda atau objek tertentu yang tidak
tampak di depannya. Pemikiran Simbolik ini secara jelas tampak dalam lima
gejala, yaitu sebagai berikut:
1. Imitasi Tidak Langsung
Pada fase ini, anak mulai bisa menggambarkan suatu objek yang
dilihatnya. Dan juga anak sudah mulai bisa menggambar objek yang pernah ia
lihat sebelumnya. Dengan kata lain anak tersebut sudah dapat membuat imitasi
secara tak langsung dari benda itu sendiri. Anak mulai dapat menirukan atau
menggambarkan secara mental tingkah laku mahluk hidup di sekitarnya. Dengan
kata lain pemikiran anak sudah tidak dibatasi oleh waktu dan tindakan inderawi
sekarang.
2. Permainan Simbolis
Pada fase ini, tindakan-tindakan yang dilakukan anak merupakan suatu
ekspresi diri dengan dirinya. Dalam permainan simbolis anak berbicara sendirian
atau berbicara dengan mainan-mainannya, dalam hal ini anak hanya
berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Seperti contohnya seorang anak
perempuan yang sedang bermain boneka. Anak perempuan itu berbicara dengan
boneka mainannya, seolah-olah boneka itu manusia sama dengan dirinya. Dapat
disimpulkan bahwa dalam permainan ini anak-anak membuat simbol-simbol
sesuatu yang ia temukan.
3. Menggambar
Menggambar merupakan jembatan antara permainan simbolis dengan
gambaran mental. Pada fase ini anak-anak menggambar secara realistis, yaitu
anak sudah mulai bisa menggambar sesuatu berdasarkan apa yang ia lihat di
sekitarnya. Unsur simbolisnya terlihat dari kesenangan pada diri anak ketika ia
menggambar. Melalui gambaran-gambaran yang dibuatnya, si anak menuangkan
ide-ide yang ada dalam pikirannya. Ide-ide tersebut ia tuangkan dalam
coretancoretan yang mungkin pertamanya susah untuk kita mengerti. Namun
lamakelamaan coretan-coretan itu mulai tampak lebih jelas dan mulai bisa kita
mengerti seiring perkembangan usia anak. Dengan kata lain melalui menggambar
anak mendapatkan kesenangan tersendiri bagi si anak.
4. Gambaran mental
Gambaran mental adalah kemampuan menggambarkan atau
membayangkan secara mental suatu objek dengan sesuatu yang lain. Piaget
membagi gambaran mental menjadi dua bagian, yaitu:
 Gambaran reproduktif adalah gambaran yang hanya terbatas untuk
menunjukkan objek yang telah diketahui sebelumnya.
 Gambaran antisipasoris adalah gambaran yang menunjukan gerakan,
perubahan, atau transformasi tentang suatu objek, meskipun objek tersebut
belum pernah di lihatnya.

7
Gambaran mental pada tahap Pra-operasional kebanyakan bersifat statis
atau tetap.

2.3 Perolehan Bahasa Anak Selama Masa Prasekolah

Pada tahap prasekolah (umur 2 -7 tahun) perkembangan anak yang


terpenting adalah penggunaan bahasa (Feldman, 1996). Bahasa merupakan alat
yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Pada tahap prasekolah
ini anak mendeskripsikan orang, kejadian dan perasaan secara intuitif, karena
belum berkembangnya pola penalaran logika. Dengan adanya bahasa, pemikiran
seorang anak lebih diperluas. Perkembangan bahasa anak yang baik terjadi jika
antara nalar dan intuisi berjalan secara seimbang. Perkembangan Bahasa anak
menurut Darjowidjojo (Tarigan dkk.,1998.,dalam Faisal dkk, 2009:2-16)
mengungkapkan bahwa pemerolehan bahasa anak itu tidaklah tiba-tiba atau
sekaligus, tetapi bertahap. Faktor –faktor yang mempengaruhi perolehan bahasa
antara lain :
a. Umur Anak
Biasanya semakin bertambahnya usia seseorang, maka akan semakin
matang pula pertumbuhan fisiknya. Begitu pula dengan bahasanya, bahasa
seseorang akan bertambah seiring dengan berkembangnya fisik dan pengalaman
seseorang. Saat masih kecil, anak hanya dapat mengucapkan kata sederhana,
namun setelah usianya semakin bertambah, anak mulai bisa mengucapkan kata-
kata yang lebih.
b. Kondisi Lingkungan
Lingkungan memiliki peran yang besar dalam perkembangan bahasa anak.
Biasanya, anak di perkotaan akan lebih cepat berkembang bahasanya dari pada di
desa terpencil. Hal ini disebabkan karena anak mendapatkan rangsangan berbicara
lebih banyak daripada di desa.
c. Kecerdasan Anak
Kecepatan meniru, anak dalam memperoduksi pembendaharaan kata-kata
yang diingat, kemampuan menyusun kalimat, memahami, dan menangkap
maksud suatu pernyataan, amat dipengaruhi oleh kecerdasan seorang anak. Anak
cerdas akan berkembang lebih cepat dari anak biasa-biasa.
d.Status Sosial dan Ekonomi Keluarga
Anak yang hidup pada keluarga bangsawan, dari cara bicaranya biasanya
lebih sopan daripada orang biasa.
e. Kondisi Fisik
Seseorang yang kondisi fisiknya bagus atau baik akan lebih cepat
perkembangannya daripada seseorang yang dalam kondisi cacat seperti bisu, tuli,
gagap atau organ suaranya terganggu. Oleh karena itu, perkembangan bahasa anak
ditandai oleh keseimbangan dinamis atau suatu rangkaian kesatuan yang bergerak
dari bunyi-bunyi atau ungkapan yang sederhana menuju tuturan yang lebih

8
kompleks. Tangisan, bunyi-bunyi atau ucapan yang sederhana tidak bermakna,
dan celotehan bayi merupakan jembatan yang memfasilitasi alur perkembangan
bahasa anak menuju kemampuan berbahasa yang lebih komplek dan sempurna.
Adapun karakteristik pemerolehan bahasa menurut Tarigan
(Faisal,2009:2-4) adalah :
a. Berlangsung dalam situasi formal, anak-anak belajar bahasa tanpa beban dan di
luar sekolah;
b. Pemilikan bahasa tidak melalui pembelajaran formal di lembaga-lembaga
pendidikan seperti sekolah atau kursus;
c. Dilakukan tanpa sadar atau spontan; dan
d. Dialami langsung oleh anak dan terjadi dalam konteks berbahasa yang
bermakna bagi anak.

2.4 Pemikiran Intuitif Anak Selama Masa Prasekolah

Pemikiran intuitif (intuitive thought substage) terjadi sekira usia 4 hingga


7 tahun. Pada tahap ini, anak-anak mulai menggunakan penalaran primitif dan
ingin tahu jawaban atas semua bentuk pertanyaan. Piaget menyebut pada periode
waktu ini anak anak tampaknya begitu yakin tantang pengetahuan dan
pemahaman mereka, tetapi belum begitu sadar bagaimana mereka tahu apa yang
mereka ketahui itu. Lebih jelasnya mereka mengatakan mengetahui sesuatu, tetapi
mengetahuinya dengan cara tidak menggunakan pemikiran rasional. Centration
terbukti paling jelas terjadi pada awal anak anak yang kekurangan pemahaman
conservation. Conservation adalah suatu keyakinan akan keabadian atribut objek
atau situasi tertentu terlepas dari perubahan yang bersifat dangkal. Seorang
dewasa akan dapat membedakan dengan jelas jumlah suatu cairan (air) yang
dipindah dari sebuah piring kedalam gelas dengan mengatakan jumlah cairan tetap
sama. Tetapi tidak dengan anak kecil, sebaliknya mereka tertipu oleh tinggi cairan
akibat tinggi gelas. Karakteristik lain anak-anak prasekolah adalah mereka
menanyakan serentetan pertanyaan. Pertanyaan- pertanyaan anak yang paling
awal tampak kira kira pada usia 3 tahun, dan pada usia 5 tahun mereka membuat
pusing orang-orang dewasa disekitarnya karena lelah menjawab pertanyaan
pertanyaan ”mengapa” mereka. Pertanyaan-pertanyaan mereka menunjukkan akan
perkembangan mental dan mencerminkan rasa ingin tahu intelektual mereka.
Pertanyaan-pertanyaan ini menandai munculnya minat anak-anak akan penalaran
dan penggambaran kenapa sesuatu seperti itu. Seperti mengapa matahari bersinar,
mengapa adik ada diperut ibu, mengapa ada orang di televisi, dan lain lain.

9
Jenis-jenis pemikiran intuitif, antara lain, mimpi, animisme dan
egosentrisme, dimana kesemuanya tersebut merupakan sumber dari miskonsepsi.
1. Mimpi
Misalnya, pada suatu malam si anak bermimpi tentang seseorang yang
datang ke rumahnya, terus keesokan harinya si anak bilang pada ibunya kalau
kemarin ada orang yang datang ke rumah. Anak pada tahap ini akan membawa
mimpi ke dunia nyata, karena si anak masih memiliki pemikiran intutif. Lain
halnya dengan mengigau atau dalam istilah Bali lebih dikenal dengan
sebutan”ipit”. Si anak yang mengalami ipit, pada saat tidur pasti melakoni
mimpinya, begitupun sebaliknya, jika si anak tidak melakoni mimpi saat tidur
maka si anak tidak akan mengalami ipit.
2. Animisme
Animisme (menganggap suatu benda seperti manusia), misalnya, si anak
suka berbicara sendiri dengan sarana bermainnya, seolah-olah mainannya tersebut
adalah lawan bicaranya.
3. Egosentrisme
Egosentrisme ini merupakan suatu sifat yang hanya memandang sesuatu
hanya dari satu sisi saja dan hal tersebut terjadi pada anak masa praoperasional,
misalnya si anak akan membandingkan dua deret kelereng yang jumlahnya sama,
tetapi jarak deret yang pertama dienggangkan dan deret kedua dirapatkan. Si anak
akn bilang kalau yang lebih banyak adalah deret kelereng yang jaraknya
renggang, ilusrasi di atas bisa membuktikan kalau si anak masih memakai
egosentrisme. Kita sebagai pendidik harus bisa mengatasi masalah egosentris pada
anak, yaitu kita tidak boleh menasihati, tetapi memberi contoh pada anak, karena
sebuah contoh kebih berharga dari seribu nasihat, misalnya saja ketika anak
menonton film, jangan diinterpretasi si anak hal tersebut bisa menyebabkan
terjadinya miskonsepsi pada si anak. Biarkan anak yang mengomentari film
tersebut, sehingga si anak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk dan si anak akan berkembang seiring dengan berjalannya waktu.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diperoleh kesimpulan antara


lain :

1. Perkembangan fisik anak masa prasekolah berlangsung lamban


dibandingkan dengan tingkat perkembangan selama masa bayi. Meskipun
selama masa ini pertumbuhan fisik mengalami perlambatan, namun
keterampilan-keterampilan motorik kasar dan motorik halus justru
berkembang pesat. Perkembangan fisik selama masa praoprasional
meliputi tinggi dan berat badan, perkembangan otak, dan perkembangan
motoritik.
2. Perkembagan simbolik atau semiotik anak selama masa prasekolah
dicirikan dengan adanya fungsi semiotik yaitu menggunaan simbol atau
tanda-tanda tertentu untuk menyatakan atau menjelaskan suatu objek, baik
objek yang berada di sekitar anak maupun objek yang tidak berada di
sekitar anak tersebut.
3. Perolehan bahasa anak selama masa prasekolah anak mendeskripsikan
orang, kejadian dan perasaan secara intuitif, karena belum berkembangnya
pola penalaran logika. Faktor-faktor yang mempengaruhi perolehan bahasa
dari anak yaitu umur, kondisi lingkungan, kecerdasan anak, status social
dan ekonomi keluarga, serta kondisi fisik.
4. Pemikiran intuitif anak selama masa prasekolah mulai menggunakan
penalaran primitif dan ingin tahu jawaban atas semua bentuk pertanyaan.
Lebih jelasnya mereka mengatakan mengetahui sesuatu, tetapi
mengetahuinya dengan cara tidak menggunakan pemikiran rasional. Jenis-
jenis pemikiran intuitif, antara lain, mimpi, animisme dan egosentrisme.

3.2 Saran

Berdasarkan pembahasan dan simpulan,maka saran yang dapat diajukan


adalah sebagai berikut :
1. Orang tua hendaknya selalu memperhatikan perkembangan anaknya agar
si anak dapat tumbuh menjadi anak yang sehat
2. Mahasiswa hendaknya menguasai perkembangan anak khususnya
perkembangan anak pada usia 2-7 tahun.

11
DAFTAR PUSTAKA

Desmita.2008.Psikologi Perkembangan.Bandung : PT Remaja Rosdakarya


Piaget, Jean. 2000.Teori Perkembangan Kognitif .Yogyakarta: Kanisius
Enikekawati.2011.Enikekawati.student.fkip.uns.ac.id/category/perkembangan
peserta didik.diakses pada tanggal 29 September 2019
Brata Edu.2011.mbahbrata-edu.com/2009/06/Tahap perolehan bahasa
html.diakses pada tanggal 29 September 2019
LestariD.2012.https://www.scribd.com/document/89125564/PERKEMBANGAN-
PEMIKIRAN-INTUITIF-DAN-PEMAHAMAN-MATEMATIKA-PADA-
ANAK-MASA-PRASEKOLAH. diakses pada tanggal 28 September 2019

12

Anda mungkin juga menyukai