Makalah PPD 3
Makalah PPD 3
Dosen Pengampu:
Dra. Anak Agung Istri Agung Rai Sudiatmika,M.Pd.
Nama Kelompok :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya,
sehingga makalah yang berjudul “PERKEMBANGAN FISIK, PEMIKIRAN
SIMBOLIK ATAU SEMIOTIK, PEROLEHAN BAHASA DAN PERMIKIRAN
INTUITIF PADA ANAK MASA PRASEKOLAH” dapat tersusun hingga
selesai.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan masalah........................................................................ 1
1.3 Tujuan ......................................................................................... 2
1.4 Manfaat ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Fisik Anak Selama Masa Prasekolah ................. 3
2.2 Perkembangan Simbolik atau Semiotik
Anak Selama Masa Prasekolah ................................................... 3
2.3 Perolehan Bahasa Anak Selama Masa Prasekolah...................... 5
2.4 Pemikiran Intuitif Anak Selama Masa Prasekolah...................... 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................. 8
3.2 Saran ............................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 9
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui perkembangan fisik anak selama masa prasekolah.
1.3.2 Mengetahui perkembangan simbolik atau semiotik anak selama masa
prasekolah.
1.3.3 Mengetahui perolehan bahasa anak selama masa prasekolah.
1.3.4 Mengetahui pemikiran intuitif anak selama masa prasekolah.
1.4 Manfaat
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
sekitarnya. Pada umur 2 tahun seorang anak sudah dapat menggunakan simbol
atau tanda untuk mempresentasikan suatu benda atau objek tertentu yang tidak
tampak di depannya. Pemikiran Simbolik ini secara jelas tampak dalam lima
gejala, yaitu sebagai berikut:
1. Imitasi Tidak Langsung
Pada fase ini, anak mulai bisa menggambarkan suatu objek yang
dilihatnya. Dan juga anak sudah mulai bisa menggambar objek yang pernah ia
lihat sebelumnya. Dengan kata lain anak tersebut sudah dapat membuat imitasi
secara tak langsung dari benda itu sendiri. Anak mulai dapat menirukan atau
menggambarkan secara mental tingkah laku mahluk hidup di sekitarnya. Dengan
kata lain pemikiran anak sudah tidak dibatasi oleh waktu dan tindakan inderawi
sekarang.
2. Permainan Simbolis
Pada fase ini, tindakan-tindakan yang dilakukan anak merupakan suatu
ekspresi diri dengan dirinya. Dalam permainan simbolis anak berbicara sendirian
atau berbicara dengan mainan-mainannya, dalam hal ini anak hanya
berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Seperti contohnya seorang anak
perempuan yang sedang bermain boneka. Anak perempuan itu berbicara dengan
boneka mainannya, seolah-olah boneka itu manusia sama dengan dirinya. Dapat
disimpulkan bahwa dalam permainan ini anak-anak membuat simbol-simbol
sesuatu yang ia temukan.
3. Menggambar
Menggambar merupakan jembatan antara permainan simbolis dengan
gambaran mental. Pada fase ini anak-anak menggambar secara realistis, yaitu
anak sudah mulai bisa menggambar sesuatu berdasarkan apa yang ia lihat di
sekitarnya. Unsur simbolisnya terlihat dari kesenangan pada diri anak ketika ia
menggambar. Melalui gambaran-gambaran yang dibuatnya, si anak menuangkan
ide-ide yang ada dalam pikirannya. Ide-ide tersebut ia tuangkan dalam
coretancoretan yang mungkin pertamanya susah untuk kita mengerti. Namun
lamakelamaan coretan-coretan itu mulai tampak lebih jelas dan mulai bisa kita
mengerti seiring perkembangan usia anak. Dengan kata lain melalui menggambar
anak mendapatkan kesenangan tersendiri bagi si anak.
4. Gambaran mental
Gambaran mental adalah kemampuan menggambarkan atau
membayangkan secara mental suatu objek dengan sesuatu yang lain. Piaget
membagi gambaran mental menjadi dua bagian, yaitu:
Gambaran reproduktif adalah gambaran yang hanya terbatas untuk
menunjukkan objek yang telah diketahui sebelumnya.
Gambaran antisipasoris adalah gambaran yang menunjukan gerakan,
perubahan, atau transformasi tentang suatu objek, meskipun objek tersebut
belum pernah di lihatnya.
7
Gambaran mental pada tahap Pra-operasional kebanyakan bersifat statis
atau tetap.
8
kompleks. Tangisan, bunyi-bunyi atau ucapan yang sederhana tidak bermakna,
dan celotehan bayi merupakan jembatan yang memfasilitasi alur perkembangan
bahasa anak menuju kemampuan berbahasa yang lebih komplek dan sempurna.
Adapun karakteristik pemerolehan bahasa menurut Tarigan
(Faisal,2009:2-4) adalah :
a. Berlangsung dalam situasi formal, anak-anak belajar bahasa tanpa beban dan di
luar sekolah;
b. Pemilikan bahasa tidak melalui pembelajaran formal di lembaga-lembaga
pendidikan seperti sekolah atau kursus;
c. Dilakukan tanpa sadar atau spontan; dan
d. Dialami langsung oleh anak dan terjadi dalam konteks berbahasa yang
bermakna bagi anak.
9
Jenis-jenis pemikiran intuitif, antara lain, mimpi, animisme dan
egosentrisme, dimana kesemuanya tersebut merupakan sumber dari miskonsepsi.
1. Mimpi
Misalnya, pada suatu malam si anak bermimpi tentang seseorang yang
datang ke rumahnya, terus keesokan harinya si anak bilang pada ibunya kalau
kemarin ada orang yang datang ke rumah. Anak pada tahap ini akan membawa
mimpi ke dunia nyata, karena si anak masih memiliki pemikiran intutif. Lain
halnya dengan mengigau atau dalam istilah Bali lebih dikenal dengan
sebutan”ipit”. Si anak yang mengalami ipit, pada saat tidur pasti melakoni
mimpinya, begitupun sebaliknya, jika si anak tidak melakoni mimpi saat tidur
maka si anak tidak akan mengalami ipit.
2. Animisme
Animisme (menganggap suatu benda seperti manusia), misalnya, si anak
suka berbicara sendiri dengan sarana bermainnya, seolah-olah mainannya tersebut
adalah lawan bicaranya.
3. Egosentrisme
Egosentrisme ini merupakan suatu sifat yang hanya memandang sesuatu
hanya dari satu sisi saja dan hal tersebut terjadi pada anak masa praoperasional,
misalnya si anak akan membandingkan dua deret kelereng yang jumlahnya sama,
tetapi jarak deret yang pertama dienggangkan dan deret kedua dirapatkan. Si anak
akn bilang kalau yang lebih banyak adalah deret kelereng yang jaraknya
renggang, ilusrasi di atas bisa membuktikan kalau si anak masih memakai
egosentrisme. Kita sebagai pendidik harus bisa mengatasi masalah egosentris pada
anak, yaitu kita tidak boleh menasihati, tetapi memberi contoh pada anak, karena
sebuah contoh kebih berharga dari seribu nasihat, misalnya saja ketika anak
menonton film, jangan diinterpretasi si anak hal tersebut bisa menyebabkan
terjadinya miskonsepsi pada si anak. Biarkan anak yang mengomentari film
tersebut, sehingga si anak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk dan si anak akan berkembang seiring dengan berjalannya waktu.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
12