Anda di halaman 1dari 2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit merupakan organ yang istimewa pada manusia. Berbeda dengan


organ yang lain, kulit terletak pada sisi terluar manusia yang memudahkah
pengamatan, baik dalam konsisi normal maupun sakit. Secara mikroskopik kulit
terbagi menjadi 3 lapisan yaitu epidermis, dermis dan subkutis untuk
menjalankan fungsinya sebagai perlindungan fisik, perlindungan imunologik,
ekskresi, pengindera, pengaturan suhu tubuh, pembentukkan vitamin D, dan
fungsi kosmetik.1Kelainan atau penyakit pada kulit dapat disebabkan oleh
infeksi mikroorganisme seperti bakteri, virus, dan jamur, parasit, terpapar zar
iritan atau alergi, atopik, obat-obatan, dll.1

Dermatitis Atopik adalah penyakit kulit inflamasi yang khas,bersifat


kronis residif, dengan karakteristik rasa gatal yang hebat dan sering terjadi
kekambuhan. Umumnya sering terjadi pada masa bayi dan anak-anak, dapat
berlanjut hingga dewasa. Angka kejadian dermatitis atopik di RSUP Dr Kariadi
Semarang pada tahun 2012–2013 sebanyak 83,7%. Penderita yang memiliki
riwayat atopi sebanyak 51,5% Sedangkan 48,51% penderita tidak memiliki
riwayat atopi. Distribusi kejadian dermatitis atopik pada penderita wanita
(61,39%) lebih banyak dari pria (38,61%). Distribusi kejadian dermatitis
atopik menurut usia terbanyak pada usia >12 tahun sebanyak 46,53 %
penderita, diikuti kelompok usia 2-12 tahun sebanyak 28,7% penderita dan
yang paling sedikit adalah kelompok usia 0-2 tahun sebanyak 24,8%
penderita.2
Sedangkan Hiperpigmentasi adalah bertambahnya melanin di kulit yang
menyebabkan satu keadaan yang disebut sebagai hipermelanosis. Peningkatan
jumlah melanin ini dapat generalisata ataupun lokalisata. Hipermelanosis dapat
disebabkan oleh peningkatan jumlah melanosit pada epidermis atau akibat
peningkatan konsentrasi pigmen melanin.3 Hiperpigmentasi Pasca Inflamasi

1
(HPI) adalah salah satu jenis kelainan hiperpigmentasi yang sering ditemui,
merupakan kelainan hipermelanosis didapat, yang terjadi setelah inflamasi
kulit, dapat terjadi pada seluruh tipe kulit, namun lebih sering pada pasien
dengan tipe kulit gelap. HPI terjadi akibat produksi melanin berlebih atau
adanya sebaran pigmen tidak merata setelah inflamasi kulit.3

Setiap proses inflamasi kulit berpotensi untuk menjadi hiperpigmentasi


ataupun hipopigmentasi. Jika terjadi pada daerah wajah, leher, atau tangan dapat
menyebabkan gangguan psikologik. Efek negatif kelainan ini adalah dapat
memengaruhi kesehatan emosional pasien (menyebabkan cemas dan depresi),
interaksi sosial, harga diri, kepercayaan diri, dan kesempatan bekerja.4

Menurut Standar Komptensi Dokter Indonesia (SKDI), hiperpigmentasi


dan hipopigmentasi pasca inflamasi merupakan kasus dengan tingkat
kemampuan 3A, yaitu Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan
memberikan terapi pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat.
Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan
pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah
kembali dari rujukan.
Berdasarkan pemaparan diatas, laporan kasus ini dibuat sebagai tugas
maupun bahan pembelajaran pada stase kulit kelamin di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Palembang BARI.

Anda mungkin juga menyukai