Anda di halaman 1dari 20

Makalah Kewarganegaraan

DEMOKRASI

Disusun Oleh :

AMYRATUL HUSNA
NIM : PO7124118002

Dosen Pembimbing :
Drs. Armiwal, M.Si

JURUSAN D-III KEBIDANAN


POLITEKKES KEMENKES ACEH
BANDA ACEH
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Demokrasi” tepat
pada waktunya. Makalah ini bertujuan untuk memperluas wawasan kita tentang judul
tersebut.
Besar harapan bagi kami agar para pembaca mengambil perhatian untuk
membaca Makalah ini sehingga materi yang ada didalamnya tidak hanya menjadi
sebuah materi saja melainkan menjadi jendela pengetahuan menuju masa depan yang
cerah. Disamping itu, saya juga mau memohon maaf bila ada kesalahan dalam Makalah
ini.

Banda Aceh, November 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI .................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
1.3 Tujuan Makalah ..................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 2


2.1 Makna Demokrasi ............................................................................................... 2
2.2 Demokratisasi......................................................................................................5
2.3 Pelaksanaan Demokrasi Di Indonesia .................................................................8
2.4 Pendidikan Demokrasi ........................................................................................14

BAB III PENUTUP .......................................................................................................16


3.1 Kesimpulan .........................................................................................................16
3.2 Saran....................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demokrasi merupakan suatu terminologi yang sarat dengan makna hal ini
disebabkan oleh pengertiannya yang berkaitan erat dengan sistem sosial yang
mendukungnya. Terlebih pada saat ini hampir semua negara yang ada di dunia
menyatakan bahwa sistem pemerintahannya adalah demokrasi sebagaimana yang
dinyatakan oleh Sri Soemantri bahwa sekarang ini tidak ada satupun negara di dunia ini
yang tidak berasakan demokrasi. Meskipun arti yang diberikan kepada demokrasi
tersebut tidak sama, namun setiap negara akan selalu mengatakan bahwa negaranya
berdasarkan pada azas-azas demokrasi (Sri Soemantri 1992).
Dapat pula kita ketahui bahwa demokrasi merujuk kepada konsep kehidupan
negara dan masyarakat. Pada suatu negara yang sistem pemerintahannya demokrasi
maka warga negaranya turut berpartisipasi dalam pemerintahan melalui para wakil-
wakilnya yang berada di DPR yang telah dipilih melalui proses pemilihan umum.
Pemerintahan dalam negara demokrasi pada umumnya menjamin terciptanya keadilan,
penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah makna demokrasi itu?
2. Apa itu demokratisasi?
3. Bagaimana pelaksanaan demokrasi di Indonesia?
4. Apa pendidikan demokrasi dan hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut?

1.3 Tujuan Makalah


Penulisan dari makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan demokrasi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Makna Demokrasi


Demokrasi merupakan suatu terminologi yang sarat dengan makna hal ini
disebabkan oleh pengertiannya yang berkaitan erat dengan sistem sosial yang
mendukungnya. Sejarah demokrasi sendiri lahir pada abad ke 4 SM – 6 SM demokrasi
dipraktikkan pada saat itu adalah demokrasi langsung (direct democracy), artinya hak
rakyat untuk membuat keputusan-keputusan politik dijalankan secara langsung oleh
seluruh rakyat atau warga negara. Hal ini dapat dilakukan karena di Yunani pada waktu
itu merupakan negara kota (polis) yang penduduknya terbatas pada sebuah kota dan
daerah sekitarnya. Namun masih ada pembatasan, misalnya para anak, wanita, dan para
budak tidak berhak berpartisipasi dalam pemerintahan.
Kemudian karena adanya perkembangan jumlah penduduk, demokrasi langsung
tidak dapat diterapkan lagi atau sulit untuk dilaksanakan dengan alasan:
a. Tidak ada tempat yang menampung seluruh warga yang jumlahnya cukup
banyak.
b. Untuk melaksanakan musyawarah dengan baik dengan jumlah yang cukup
banyak sulit untuk dilaksanakan.
c. Hasil persetujuan secara bulat mufakat sulit untuk dicapai, karena sulit
memungut suara dari peserta yang hadir.
d. Masalah yang dihadapi negara semakin kompleks.
Demokrasi atas dasar penyaluran kehendak rakyat ada 2 (dua) mecam yaitu:
a. Demokrasi langsung
Adalah paham demokrasi yang mengikutsertakan setiap warga negaranya dalam
permusyarawatan untuk menentukan kebijaksaan umum dan undang-undang.
b. Demokrasi tidak langsung
Adalah paham demokrasi yang dilaksanakan melalui sistem perwakilan dan
biasanya dilakukan melalui pemilihan umum.
Pengertian demokrasi yang paling populer telah dikemukakan pada tahun 1863
oleh Abraham Lincoln yang mengatakan bahwa demokrasi adalah pemerintahan dari

2
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (government of the people, by the people, and for
the people).
Dalam negara demokrasi kekuasaan pemerintahan berada di tangan rakyat,
rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi atau kedaulatan di negara tersebut berada
di tangan rakyat. Jadi pemerintahan yang menempatkan rakyat sebagai pemegang
kekuasaan tertinggi sehingga disebut pemerintahan demokrasi.
Kebebasan dan persamaan adalah fondasi demokrasi, kebebasan dianggap
sebagai sarana mencapai kemajuan dengan memberikan hasil maksimal dari usaha
orang tanpa adanya pembatasan dari penguasa. Jadi bagian yang tak terpisahkan dari
ide kebebasan adalah pembatasan kekuasaan penguasa politik.
Demokrasi adalah sistem politik yang melindungi kebebasan warganya sekaligus
memberi tugas pemerintah untuk menjamin kebebasan tersebut. Demokrasi pada
dasarnya merupakan pelembagaan dari kebebasan.
1. Konsep Demokrasi sebagai Bentuk Pemerintahan
Pada masa lalu menurut filusuf Yunani demokrasi dipahami sebagai bentuk
pemerintahan dan sistem pemerintahan atau politik.
Sedangkan mengenai bentuk-bentuk pemerintahan secara klasik menurut Plato,
yaitu:
a. Monarki adalah suatu bentuk pemerintahan yang dipegang seseorang sebagai
pemimpin tertinggi dan dijalankan untuk kepentingan rakyat yang banyak.
b. Tirani adalah suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh seseorang sebagai
pemimpin tertinggi dan dijalankan untuk kepentingan pribadi.
c. Aristrokasi adalah suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh sekelompok
orang yang memimpin dan dijalankan untuk kepentingan orang yang banyak.
d. Oligarki adalah suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh sekelompok dan
dijalankan untuk kepentingan kelompok itu sendiri.
e. Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh rakyat dan
dijalankan untuk kepentingan rakyat.
f. Mobokrasi/ Okhlokarsi adalah suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh
rakyat tetapi rakyat yang tidak tahu apa-apa, rakyat yang tidak berkependidikan,
tidak paham tentang pemerintahan yang akhirnya pemerintahan yang dijalankan
tidak berhasil untuk kepentingan orang banyak.

3
Bentuk pemerintahan yang baik adalah monarki, aristokasi, demokrasi.
Sedangkan bentuk pemerintahan yang buruk adalah tirani, oligarki, mobokrasi. Bentuk-
bentuk pemerintahan seperti itu sudah tidak dianut lagi oleh banyak negara saat ini.
Adapun bentuk pemerintahan yang dianut oleh banyak negara saat ini seperti
yang dinyatakan oleh Machiavelli, yaitu:
a. Monarki, bentuk pemerintahan yang besifat kerajaan dengan pemimpin negara
yang bergelar raja, ratu, kaisar, atau sultan. Penunjukkan pemimpin negara
didasarkan pada keturunan atau warisan. Contoh: di negara Inggris, Malaysia,
Jepang, Arab Saudi.
b. Republik merupakan bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh seorang presiden
atau perdana menteri. Penunjukkan pemimpin Negara berdasarkan pemilihan.
Contoh: di negara Amerika Serikat dan Indonesia.
2. Demokrasi sebagai Sistem Politik
Sistem politik dikatakan sebagai demokratis apabila para pembuat keputusan
kolektif yang paling kuat dalam sistem itu dipilih melalui pemilihan umum yang bebas,
adil, dan jujur dan semua penduduk dewasa berhak memberikan suara.
Menurut Samuel Huntington (2001), sistem politik dibedakan menjadi:
a) Sistem politik demokrasi, yaitu sistem pemerintahan dalam suatu negara yang
menjalankan prinsip-prinsip demokrasi.
b) Sistem politik nondemokrasi, yaitu sistem pemerintahan dalam suatu negara
yang tidak menjalankan prinsip-prinsip demokrasi. Sistem ini terdiri dari:
otoriter, totaliter, sistem diktaktor, rezim militer, rezim satu partai, monarki
absolut, dan sistem komunis.
3. Demokrasi sebagai Standar Perilaku
Dewasa ini demokrasi tidak hanya sekedar dipahami sebagai sistem politik saja,
namun demokrasi telah dapat dipahami sebagai standar perilaku dan pandangan hidup
(way of life). Sehingga tentunya membutuhkan usaha nyata dari setiap warga
masyarakat ataupun penyelenggara negara untuk senantiasa berperilaku demokratis,
yang maksudnya adalah dalam melakukan berbagai perbuatan senantiasa berdasarkan
pada nilai-nilai demokrasi yang ada terlebih bagi kita yang hidup di negara Indonesia
yang menganut sistem demokrasi Pnacasila.
Penerapan nilai-nilai demokrasi dapat menciptakan perilaku warga masyarakat
yang demokratis di mana perilaku itu akan membentuk budaya atau kultur demokrasi.

4
2.2 Demokratisasi
Demokratisasi adalah proses mengimplementasikan demokrasi sebagai sistem
politik dalam kehidupan bernegara. Miriam Budiarjo menyatakan bahwa dalam sistem
politik demokrasi perlu dibentuk lembaga-lembaga demokrasi untuk melaksanakan
nilai-nilai demokrasi. Contoh lembaga demokrasi adalah pemerintah, partai politik,
pers, dewan perwakilan rakyat, dan lembaga peradilan.
Demokratisasi adalah proses pendemokrasian segenap rakyat untuk turut serta
dalam pemerintahan melalui wakil-wakilnya atau turut serta dalam berbagai bidang
kegaitan (masyarakat/negara) baik langsung atau tidak langsung, dengan
mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi warga
negara. Pengertian demokrasi juga dapat dikatakan sebagai proses menuju demokrasi
yang disebut sebagai demokratisasi. Dalam menuju ke demokrasi yang kita dambakan
merupakan proses yang tidaklah mudah.
Demokratisasi merupakan jalan keluar dari otoritarianisme, disebabkan,
demokratisasi adalah proses yang mengembalikan hak-hak rakyat, sehingga mengapa
banyak rakyat yang menyukai demokrasi, sedangkan dibawah pemerintahan yang
sifatnya atau bentuknya otoriter dengan meniadakan demokrasi, menyebabkan hak-hak
rakyat untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik, kebudayaan, atau ekonomi dibatasi.
Karena itu dukungan terhadap demokratisasi akan sangat menentukan keberhasilan
proses tersebut.
Demokratisasi adalah suatu perubahan baik itu perlahan maupaun secara cepat
kearah demokrasi. Demokratisasi ini menjadi tuntutan global yang tidak bisa
dihentikan. Jika demokratisasi tidak dilakukan, maka bayaran yang harus diterima
adalah balkanisasi, perang saudara yang menumpahkan darah, dan kemunduran
ekonomi dengan sangat parah (BJ Habibie 2005).
Demokratisasi di suatu sistem pemerintahan memerlukan proses yang tidaklah
mudah. Pada saat perubahan terjadi, selalu ada orang yang tidak ingin melakukan
perubahan terus menerus, atau ada manusia yang tidak mampu menyesuaikan diri.
Dalam kontes demokratisasi, peran individu yang mampu menerima perubahan itu
sangat penting. Untuk itulah, individu harus punya tanggung jawab. Apalagi globalisasi
yang terus mendorong perubahan yang tidak bisa ditahan oleh Negara manapun.
Demokratisasi biasanya terjadi ketika ekspektasi terhadap demokrasi muncul
dari dalam Negara sendiri, karena warga negaranya melihat system politik yang lebih

5
baik, seperti yang berjalan dinegara demokrasi lain yang telah mapan, akan bisa juga
dicapai oleh Negara tersebut. Dengan kata lain, pengaruh internasional datang sebagai
sebuah inpirasi yang kuat bagi warga Negara di dalam Negara itu.
Sebuah negara yang sedang menjalani demokratisasi sangat mudah dipengaruhi
oleh faktor – faktor eksternal. Pengaruh internasional dari sebuah proses demokratisasi
bisa terjadi dalam beberapa bentuk, seperti : contagion, control dan conditionality.
1. Contagion terjadi ketika demokratisasi di sebuah Negara mendorong gelombang
demokratisasi di negara lain. Proses demokratisasi di Negara – Negara Eropa
Timur setelah perang dingin usai dan juga gelombang demokratisasi di Negara –
Negara Amerika Latin pada tahun 1970-an menjadi contoh signifikan.
2. Mekanisme control terjadi ketika sebuah pihak di luar Negara berusaha
menerapkan demokrasi di negara tersebut. Misalnya, Doktrin Truman 1947
mengharuskan Yunani untuk memenuhi beberapa kondisi untuk mendapatkan
status sebagai “Negara demokrasi” dan karenanya berhak menerima bantuan
anti komunisme dari Amerika Serikat.
3. Conditionality yaitu tindakan yang dilakukan organisasi internasional yang
memberi kondisi – kondisi tertentu yang harus dipenuhi negara penerima
bantuan.

A. Prinsip-prinsip Demokrasi
1) Keterlibatan warga negara dalam pembuatankeputusan politik.
2) Tingkat persamaan (kesetaraan) tertentu antara warga negara.
3) Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai oleh para
warga negara.
4) Penghormatan terhadap supremasi hukum.
5) Pemilu berkala.
6) Bentuk pemerintahan harus didukung olehpersetujuan umum.
7) Hukum yang berlaku dibuat oleh wakil-wakil rakyat. (melalui pemilu)
8) Kepala Negara dipilih langsung melalui pemilihan umum.
9) Hak-hak pilih aktif diberikan kepada sejumlah besar rakyat. (sederajat)
10) Jabatan-jabatan pemerintahan harus dapat dipangku oleh masyarakat.

6
B. Proses Demokratisasi di Indonesia
1) Demokratisasi Indonesia hadir setelah orde baru berakhir.
2) Muncul tuntutan reformasi terhadap pemerintahan.
3) Pasca jatuhnya rezim ordebaru, proses pemerintahan secara perlahan menuju ke
demokratis.
4) Perubahan pola pemerintahan sentralistis -> desentralitis memberi kesempatan
awal.
5) Didukung dengan perubahan tata cara kepemiluan dan sistem kepartaian.

C. Persyaratan Demokrasi

 Konsensus di antara komunitas warga negara.

 Kesadaran untuk mengadopsi aturan-aturan demokrasi.

 Toleransi terhadap adanya perbedaan.

Secara singkat, kriteria untuk proses demokrasi (demokratisasi) menurut Robert


A. Dahl sebagai berikut:

Keterangan:
1. Partisipasi efektif adalah sebelum sebuah kebijakan digunakan oleh asosiasi
(negara), seluruh anggota harus mempunyai kesempatan yang sama dan
berpartisipasi efektif, agar pandangan mereka diketahui oleh anggota-anggota
lainnya sebagaimana seharusnya kebijakan itu dibuat.
2. Persamaan suara adalah bila sebuah keputusan tentang kebijakan dibuat, maka
setiap anggota harus mempunyai kesempatan yang sama dan efektif untuk
memberikan suara dan seluruh suara harus dihitung sama.
3. Pemahaman yang jelas adalah dalam batas waktu yang rasional, setiap anggota
harus mempunyai kesempatan yang sama dan efektif untuk mempelajari

7
kebijakan-kebijakan alternatif yang relevan dan konsekuensi-konsekuensi yang
mungkin.
4. Pengawasan agenda adalah setiap anggota harus mempunyai kesempatan
eksklusif untuk memutuskan bagaimana dana permasalahan yang dibahas dalam
agenda.
5. Pencakupan orang dewasa adalah semua, atau paling tidak sebagian besar orang
dewasa yang menjadi penduduk tetap seharusnya memiliki hak
kewarganegaraan penuh yang ditunjukkan oleh empat kriteria sebelumnya.

2.3 Pelaksanaan Demokrasi Di Indonesia


1. Demokrasi di Desa
Sesungguhnya bangsa Indonesia sudah lama melaksanakan nilai-nilai demokrasi
meskipun masih sederhana. Menurut Mohammad Hatta, dalam Padmo Wahyono
(1990), desa-desa di Indonesia sudah menjalankan demokrasi, misalnya dengan
pemilihan kepala desa dan adanya rembug desa. (hal ini merupakan pelaksanaan
demokrasi asli di Indonesia)
Demokrasi desa memiliki 5 (lima) unsur, yaitu:
1. Rapat;
2. Mufakat;
3. Gotong royong;
4. Hak mengadakan protes bersama;
5. Hak menyingkir dari kekuasaan raja absolut.
2. Demokrasi Parlementer (1945-1959)
a. Lahirnya Demokrasi Parlementer
Parlementer adalah suatu demokrasi yang menempatkan kedudukan
badan legislatif lebih tinggi daripada eksekutif. Pada tanggal 14 November
1945, pemerintah RI mengeluarkan maklumat yang berisi perubahan sistem
pemerintahan presidensial menjadi sistem parlementer dengan sistem
demokrasi liberal, kekuasaan ditujukan untuk kepentingan individu atau
golongan. Dengan sistem kabinet parlementer, menteri-menteri bertanggung
jawab kepada DPR.
Keluarnya Maklumat Pemerintah 3 November 1945 memberi peluang yang
seluas-luasnya terhadap warga negara untuk berserikat dan berkumpul,

8
sehingga dalam waktu singkat bermunculanlah partai- partai politik bagai
jamur di musim penghujan. Dampak negatif diberlakukannya Dekrit Presiden
5 Juli 1959, adalah sebagai berikut. Ternyata UUD 1945 tidak dilaksanakan
secara murni dan konsekuen. UUD 45 yang harusnya menjadi dasar hukum
konstitusional penyelenggaraan pemerintahan pelaksanaannya hanya menjadi
slogan-slogan kosong belaka.
Demokrasi parlementer, berlangsung ketika berlakunya konstitusi RIS
1949 dan UUDS 1950 dinyatakan sebagai demokrasi parlementer karena
pemegang kekuasaan terhadap jalannya pemerintahan secara luas berada di
tangan parlemen, dimana parlemen dapat membubarkan kabinet pemerintahan
yang berkuasa. Dalam periode demokrasi parlementer dikenal pula sebagai
demokrasi liberal.
b. Ciri-ciri Demokrasi Parlementer
1. Sistem multi partai,
2. Pengambilan keputusan berdasarkan suara mayoritas (voting),
3. Seringnya jatuh bangun kabinet karena mosi tidak percaya dari parlemen;
serta
4. Maraknya demonstrasi untuk mendukung atau menjatuhkan pemerintahan.
c. Penyimpangan Demokrasi Parlementer
Pada masa demokrasi parlementer, kekuasaan presiden hanya terbatas
sebagai kepala negara. Sedangkan kekuasaan pemerintah dilaksanakan oleh
partai. Perbedaan ideologi dari partai-partai yang berkembang masa demokrasi
parlementer menimbulkan perbedaan pemahaman mengenai kehidupan
berbangsa dan bernegara yang berdampak pada terancamnya persatuan di
Indonesia.
3. Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
a. Lahirnya Demokrasi Terpimpin
Demokrasi terpimpin (Demokrasi terkelola), berlangsung setelah
dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 oleh Soekarno. Paham demokrasi
ini muncul disebabkan ketidakstabilan politik dan pemerintahan sebelumnya
sehingga demokrasi dianggap telah berjalan kebablasan. Demokrasi harus
dijalankan berintikan musyawarah mufakat secara gotong-royong dan secara
idiologis yang berkembang adalah paham sosialis. Dalam masa demokrasi

9
terpimpin pemegang kekuasaan terhadap jalannya pemerintahan secara luas
berada di tangan presiden dan bahkan presiden dapat membubarkan parlemen.
Dinyatakan sebagai demokrasi terpimpin karena adanya anggapan bahwa
keterbatasan pendidikan dan pengetahuan rakyat menyebabkan demokrasi
harus dilaksanakan secara terpimpin.
Dalam suasana yang mengancam keutuhan teritorial sebagaimana kata
Feith, dan ancaman perpecahan sebagai mana kata Soepomo, itulah muncul
gagasan “Demokrasi Terpimpin” yang di lontarkan Presiden Soekarno pada
bulan februari 1957. mula mula pandangan ini dicetuskan oleh partai Murba,
serta Chaerul Saleh dan Ahmadi. Namun gagasan tanpa perbuatan tidak terlalu
berarti dibanding gagasan dan perbuatan langsung dalam usaha mewujudkan
gagasan itu dan inilah yang di lakukan Soekarno.
b. Ciri-ciri Demokrasi Terpimpin
1. Adanya partai penguasa/partai mayoritas,
2. Keputusan politik mutlak ditangan presiden,
3. Pembatasan hak politik rakyat (kooptasi dan pembubaran partai politik dan
organisasi kemasyarakatan)
c. Tugas dan Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin
Demokrasi Terpimpin harus mengembalikan keadaan politik negara
yang tidak stabil sebagai warisan masa Demokrasi Parlementer/Liberal
menjadi lebih mantap/stabil. Demokrasi Terpimpin merupakan reaksi terhadap
Demokrasi Parlementer/Liberal. Pemerintah berusaha menata kehidupan
politik sesuai dengan UUD 1945. Dibentuk lembaga-lembaga negara antara
lain MPRS, DPAS, DPRGR, dan Front Nasional.
d. Penyimpangan-penyimpangan Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin
UUD 1945 Penataan kehidupan politik menyimpang dari tujuan awal,
yaitu demokratisasi (menciptakan stabilitas politik yang demokratis) menjadi
sentralisasi (pemusatan kekuasaan di tangan presiden). Kebebasan partai
dibatasi Presiden cenderung berkuasa mutlak sebagai kepala negara sekaligus
kepala pemerintahan.
1. Kedudukan Presiden. Berdasarkan UUD 1945, kedudukan Presiden berada
di bawah MPR. Akan tetapi, kenyataannya bertentangan dengan UUD

10
1945, sebab MPRS tunduk kepada Presiden. Presiden menentukan apa
yang harus diputuskan oleh MPRS.
2. Pembentukan MPRS. Tindakan tersebut bertentangan dengan UUD 1945
karena Berdasarkan UUD 1945 pengangkatan anggota MPRS sebagai
lembaga tertinggi negara harus melalui pemilihan umum sehingga partai-
partai yang terpilih oleh rakyat memiliki anggota-anggota yang duduk di
MPR.
3. Pembubaran DPR dan Pembentukan DPR-GR. Tindakan presiden tersebut
bertentangan dengan UUD 1945 sebab berdasarkan UUD 1945 presiden
tidak dapat membubarkan DPR.
4. Pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara.
5. Pembentukan Front Nasional
6. Pembentukan Kabinet Kerja
7. Keterlibatan PKI dalam Ajaran Nasakom. Keterlibatan PKI tersebut
menyebabkan ajaran Nasakom menyimpang dari ajaran kehidupan
berbangsa dan bernegara serta mengeser kedudukan Pancasila dan UUD
1945 menjadi komunis. Selain itu PKI mengambil alih kedudukan dan
kekuasaan pemerintahan yang sah. PKI berhasil meyakinkan presiden
bahwa Presiden Sukarno tanpa PKI akan menjadi lemah terhadap TNI.
8. Adanya ajaran RESOPIM. Dampak dari sosialisasi Resopim ini maka
kedudukan lembaga-lembaga tinggi dan tertinggi negara ditetapkan
dibawah presiden. Hal ini terlihat dengan adanya pemberian pangkat
menteri kepada pimpinan lembaga tersebut, padahal kedudukan menteri
seharusnya sebagai pembantu presiden.
4. Demokrasi Pancasila pada Masa Orde Baru (1966-1998)
a. Lahirnya Demokrasi Pancasila
Menurut Prof. Dardji Darmodihardjo,S.H. Demokrasi pancasila adalah
paham demokrasi yang bersumber pada kepribadian dan falsafah hidup bangsa
Indonesia yang perwujudannya seperti dalam ketentuan-ketentuan seperti
dalam pembukaan UUD 1945. Demokrasi pancasila dimulai dari orde baru
yang dicikal bakali oleh salah satu kejadian sejarah penting yaitu Supersemar
yang merupakan surat dari Soekarno kepada Soeharto untuk mengambil
tindakan kepemerintahan Negara Republik Indonesia, dengan salah satu

11
tugasnya mengbubarkan PKI dengan ormas-ormasnya pada tanggal 12 Maret
1966. Yang akhirnya memberi gelar kepada Soeharto sebagai pahlawan
revolusi dan mempermudah jalannya menjadi Presiden Indonesia setelah
ditunjuk oleh A. H. Nasution tanggal 12 Maret 1967 pada sidang istemewa
MPRS, setahun kemudian.
Demokrasi Pancasila adalah paham demokrasi yang berjalan didasarkan
pada nilai-nilai Pancasila sebagaimana termuat dalam pembukaan UUD’45.
Pada masa orde baru pemegang kekuasaan terhadap jalannya pemerintahan
secara luas berada di tangan presiden.Pelaksanaan demokrasi orde baru
ditandai dengan keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966, Orde Baru bertekad
akan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen.
b. Ciri-ciri Demokrasi Pancasila
1. Adanya partai penguasa/golongan mayoritas,
2. Keputusan politik mutlak ditangan presiden,
3. Pembatasan hak politik rakyat (kooptasi terhadap partai politik dan
organisasi kemasyarakatan serta pembatasan jumlah partai politik),
4. Diberlakukannya asas tunggal pancasila dan
5. Dominasi militer dalam pemerintahan (dwi fungsi ABRI).
c. Adapun Prinsip-prinsip Demokrasi Pancasila:
1. Persamaan bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Keseimbangan antara hak dan kewajiban.
3. Pelaksanaan kebebasan yang bertanggung jawab secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, dan orang lain.
4. Mewujudkan rasa keadilan social.
5. Pengambilan keputusan dengan musyawarah mufakat.
6. Mengutamakan persatuan nasional dan kekeluargaan.
7. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional
d. Pelaksanaan Demokrasi Pancasila
Awal pelaksanaan sistem demokrasi pancasila dilakukan sebuah
penyederhanaan sistem kepartaian. Kemudian muncul lah kekuatan yang
dominan yaitu golongan karya (Golkar) dan ABRI. Pemilu berjalan secara
periodik sesuai dengan mekanisme, meskipun di sana-sini masih banyak
kekurangan dan masih diwarnai adanya intrik-intrik politik tertentu.

12
Soeharto dilantik secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983,
1988, 1993, dan 1998. Pelantikannya secara berturut-turut tidak lepas dari
kebijakan represifnya yang menekan rakyat agar memilih Partai Golongan
Karya yang berkuasa ketika itu, ketimbang memilih partai oposisi seperti
Partai Demokrasi Indonesia atau Partai Persatuan Pembangunan. Fakta
membuktikan bahwa paling kurang 80% rakyat Indonesia dalam tiap pemilu
selalu mencoblos Partai Golongan Karya.
e. Penyimpangan Demokrasi Pancasila Masa Orba
Awal Orde baru memberi harapan baru pada rakyat pembangunan di
segala bidang melalui Pelita I, II, III, IV, V dan pada masa orde baru berhasil
menyelenggarakan Pemilihan Umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan
1997. Selama orde baru, pilar-pilar demokrasi seperti partai politik, lembaga
perwakilan rakyat, dan media massa berada pada kondisi lemah dan selalu
dibayangi oleh mekanisme reccal, sementara partai politik tidak mempunyai
otonomi internal. Media massa selalu dibayang-bayangi pencabutan surat izin
usaha penerbitan pers (SIUPP). Sedangkan rakyat tidak diperkenankan
menyelenggarakan aktivitas sosial politik tanpa izin dari pemerintah.
Praktek demokrasi pancasila pada masa ini tidak berjalan sesuai dengan
yang dicita-citakan, bahkan cenderung ke arah otoriatianisme atau
kediktatoran. Pembagunan tidak merata tampak dengan adanya kemiskinan di
sejumlah wilayah. Namun demikian perjalanan demokrasi pada masa orde baru
ini dianggap gagal, sebab:
1. Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada.
2. Rekrutmen politik yang tertutup.
3. Pemilu yang jauh dari semangat demokratis.
4. Pengakuan HAM yang terbatas.
5. Tumbuhnya KKN yang merajalela.
6. Demokrasi Pancasila pada Masa Reformasi (1998 - sekarang)
a. Lahirnya Demokrasi Pancasila Masa Reformasi
Pada masa reformasi kehidupan demokrasi berlangsung lebih mendekati
konsepsi ideal sesuai dengan keinginan rakyat. Pada masa reformasi kekuasaan
pemerintahan terdistribusi sehingga adanya keseimbangan kekuasaan dan

13
kontrol dari setiap lembaga kekuasaan (cake and balance power), walaupun
sistem pemerintahan masih menganut sistem pemerintahan presidensial.
b. Ciri-ciri Demokrasi Pancasila Masa Reformasi
1. Multi partai,
2. Pemilihan langsung kepala pemerintahan,
3. Supremasi hukum,
4. Pembagian kekuasan yang lebih tegas,
5. Kebebasan hak politik rakyat (kebebasan berpendapat dan informasi
public & pers)
c. Perkembangan Demokrasi Pancasila Saat Ini
Perkembangan demokrasi di Indonesia dewasa ini lebih menekankan
pada nilai-nilai demokrasi yang berlaku universal di dunia yaitu 1)
penghargaan atas kebebasan; 2) penghargaan atas kesamaan; 3) penghargaan
akan partisipasi dalam kehidupan bersama rakyat; dan 4) penghargaan atas
perbedaan.
Demokrasi yang dikembangkan pada masa reformasi pada dasarnya
adalah demokrasi dengan mendasarkan pada Pancasila dan UUD 1945, dengan
penyempurnaan pelaksanaannya dan perbaikan peraturan-peraturan yang tidak
demokratis, dengan meningkatkan peran lembaga-lembaga tinggi dan tertinggi
negara dengan menegaskan fungsi, wewenang dan tanggung jawab yang
mengacu pada prinsip pemisahan kekuasaan dan tata hubungan yang jelas
antara lembaga-lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Demokrasi Indonesia saat ini telah dimulai dengan terbentuknya DPR –
MPR hasil Pemilu 1999 yang telah memilih presiden dan wakil presiden serta
terbentuknya lembaga-lembaga tinggi yang lain.

2.4 Pendidikan Demokrasi


Sistem politik demokrasi di suatu negara berkaitan dengan dua hal, yaitu:
1. Institusi (struktur) demokrasi.
2. Perilaku (kultur) demokrasi.
Institusi atau struktur demokrasi menunjuk pada tersedianya lembaga-lembaga
politik demokrasi bila di dalamnya terdapat lembaga-lembaga politik demokrasi.
Lembaga itu antara lain:

14
a. Pemerintahan yang terbuka dan bertanggung jawab.
b. Parlemen.
c. Lembaga pemilu.
d. Organisasi politik.
e. Lembaga swadaya masyarakat.
f. Media massa.
Perilaku atau kultur demokrasi menunjuk pada berlakunya nilai-nilai demokrasi
di masyarakat. Masyarakat yang demokratis adalah masyarakat yang perilaku hidup
baik keseharian dan kenegaraannya dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi.
Mengutip pendapat Hendry B. Mayo yang menyatakan bahwa nilai demokrasi
tersebut meliputi damai dan sukarela, adil, menghargai perbedaan, menghormati
kebebasan, memahami keanekaragaman, teratur, paksaan yang minimal dan memajukan
ilmu.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah:
1. Demokrasi adalah sistem politik yang melindungi kebebasan warganya
sekaligus memberi tugas pemerintah untuk menjamin kebebasan tersebut.
Demokrasi pada dasarnya merupakan pelembagaan dari kebebasan.
2. Bentuk pemerintahan yang baik adalah monarki, aristokasi, demokrasi.
Sedangkan bentuk pemerintahan yang buruk adalah tirani, oligarki, mobokrasi.
Bentuk-bentuk pemerintahan seperti itu sudah tidak dianut lagi oleh banyak
negara saat ini.
3. Sistem politik dikatakan sebagai demokratis apabila para pembuat keputusan
kolektif yang paling kuat dalam sistem itu dipilih melalui pemilihan umum yang
bebas, adil, dan jujur dan semua penduduk dewasa berhak memberikan suara.
4. Perilaku atau kultur demokrasi menunjuk pada berlakunya nilai-nilai demokrasi
di masyarakat. Masyarakat yang demokratis adalah masyarakat yang perilaku
hidup baik keseharian dan kenegaraannya dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi.

B. Saran
Demikianlah makalah yang kami tulis ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca mengenai sejarah singkat demokrasi, makna demokrasi,
macam-macam demokrasi, sistem politik demokrasi beserta landasan sistem politik
demokrasi Indonesia, dan pendidikan demokrasi.
Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan
kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas. Karena kami hanyalah manusia biasa
yang tak luput dari kesalahan dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat
diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi – R. Rahaditya, S.H., M.H. Penerbit:


Buku Super.
https://www.academia.edu/25609086/MAKALAH_DEMOKRASI

17

Anda mungkin juga menyukai