Oleh :
Dokter Internsip Puskesmas I Cilongok – RSUD Ajibarang
Angkatan VI Tahun 2019
PUSKESMAS I CILONGOK
DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS
JAWA TENGAH
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 2007, IDAI bekerja sama dengan Kemenkes RI dan di dukung
WHO, membentuk kelompok kerja TB anak (Pokja TB anak). Salah satu tugasnya
adalah mengembangkan sistem skoring yang baru untuk meningkatkan sensitifitas
dan spesifisitas diagnosis TB pada anak. Sistem skoring dikembangkan terutama
untuk penegakkan diagnosis TB anak pada sarana kesehatan dengan fasilitas yang
terbatasi. Pada penelitian ini menggunakan kriteria dengan sistem skoring yang
dikembangkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia bekerja sama dengan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan di dukung WHO
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Meningkatkan cakupan penemuan suspek Tuberkulosis pada anak
di Kecamatan Cilongok sehingga dapat memperoleh terapi segera guna
memutus rantai penularan Tuberkulosis.
2. Tujuan Khusus
- Mengidentifikasi tingkat kemampuan kader dalam penggunaan
metode skoring TB guna mendeteksi dini kasus TB anak
- Mengidentifikasi tingkat pengetahuan kader tentang penyakit TB anak
- Meningkatkan wawasan dan pengetahun kader mengenai TB pada
anak
- Meningkatkan angka penemuan suspek TB anak di masyarakat
menggunakan sistem skoring TB
- Metode deteksi dini kasus TB pada anak guna menekan angka
morbiditas dan mortalitas akibat TB anak.
- Menekan angka penyebaran TB pada penderita TB Paru dewasa ke
anak
D. Manfaat Pnelitian
1. Manfaat bagi Puskesmas
- Sebagai bahan informasi bagi puskesmas untuk meningkatkan angka
penemuan suspek TB anak di Puskesmas I Cilongok.
- Memberikan kontribusi data pada puskesmas sebagai evaluasi
program promosi kesehatan khususnya untuk kasus TB anak di
Puskesmas I Cilongok
- Sebagai masukan dalam upaya untuk meningkatkan promosi
kesehatan terkait penyakit TB anak di wilayah kerja Puskesmas I
Cilongok.
2. Manfaat bagi Kader
- Meningkatkan pengetahuan kader mengenai penyakit TB anak
- Meningkatkan peran serta kader dalam penemuan kasus TB pada anak
menggunakan metode skoring TB.
3. Manfaat bagi Masyarakat
1) Meningkatkan kewaspadaan serta pengetahuan masyarakat mengenai
kasus TB pada anak melalui kader-kader desa.
2) Membantu penderita agar memperoleh pengobatan secara dini apabila
dicurigai atau terbukti menderita TB anak.
3) Mengurangi dan memutus rantai penularan TB di masyarakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Tuberkulosis
A. Definisi
B. Epidemiologi
Pada tahun 2009, 9,4 juta (137 per 100.000) kasus baru TB terjadi di
seluruh dunia. 81% dari total keseluruhan kasus yang terjadi di seluruh
Case Notification Rate TB semua kasus di Indonesia sampai dengan triwulan 3 tahun
2013 sebesar 96 per 100.000 penduduk. Provinsi Papua menempati posisi teratas yaitu
sebesar 442 dan untuk DI Yogyakarta menempati posisi paling bawah sebesar 55 per
100.000 penduduk
Sumber : Ditjen PPPL, Kemkes RI: Laporan Kinerja Triwulan III Tahun 2013
Cara penularan TB :
- Sumber penularan adalah pasien TB dengan BTA positif.
- Pada waktu bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000
percikan dahak.
E. Klasifikasi Prnyakit
F. Gejala Klinis
G. Faktor Risiko
1. Umur
Insiden tertinggi tuberkulosis paru biasanya mengenai usia dewasa
muda. Angka pada pria selalu tinggi pada semua usia tetapi angka pada
wanita cenderung menurun tajam sesudah melampaui usia subur.
Infeksi pada anak tidak mengenal usia (0-14 tahun), tetapi sebagian
besar kasus terjadi pada usia antara 1 hingga 4 tahun. Hal ini disebabkan
pada usia yang sangat muda, awal kelahiran dan pada usia 10 tahun
pertama kehidupan sistem pertahanan tubuh sangat lemah. Kemungkinan
anak untuk terinfeksi menjadi sangat tinggi. Sesudah usia satu tahun
sampai sebelum masa pubertas, seorang anak yang terinfeksi dapat
berkembang menjadi TB milier atau meningitis, atau salah satu bentuk
tuberkulosis kronis yang lebih meluas, terutama mengenai kelenjar getah
bening, tulang atau penyakit persendian
2. Jenis Kelamin
3. Status Giz
4. Asi Eksklusif
5. Imunisasi BCG
BCG adalah vaksin yang terdiri dari basil hidup yang dihilangkan
Lebih dari 95% kasus yang terjadi pada negara berkembang berasal
dari keluarga yang miskin. Hubungan antara kemiskinan dengan TB
bersifat timbal balik, TB merupakan penyebab kemiskinan dan karena
miskin maka manusia rentan terkena TB.
7. Lingkungan
Diagnosis TBC pada anak sulit sehingga sering terjadi misdiagnosis baik
overdiagnosis maupun underdiagnosis. Pada anak, kesulitan
menegakkan diagnosis disebabkan 2 hal, yaitu sedikitnya jumlah kuman
Sistem Skoring TB pada Anak
Pembobotan tertinggi ada pada uji tuberkulin dan adanya kontak dengan
BTA positif. Adanya riwayat kontak dengan penderita TB dewasa dengan
BTA positif dapat menjadi sumber penularan yang berbahaya bagi orang di
sekitarnya. Parameter kedua adalah penurunan berat badan dalam dua bulan
berturut-turut. Umumnya, penderita TB anak mempunyai berat badan di
bawah garis merah atau bahkan gizi buruk. Parameter selanjutnya adalah
demam yang merupakan tanda umum adanya infeksi. Yang dimaksud demam
di sini adalah demam lama (>2minggu) yang tidak diketahui penyebabnya,
atau bukan suatu demam akibat demam tifoid dan bukan akibat malaria.
Parameter keempat adalah batuk yang berlangsung lebih dari 3 minggu
(batuk kronik). Pembesaran kelenjar limfe di daerah leher, aksila atau
inguinal dapat menjadi tanda adanya TB anak. Terlebih jika pembesaran
tersebut sudah berubah menjadi skrofuloderma (ditandai oleh masa yang
padat, sinus yang mengeluarkan cairan, ulkus dengan dasar bergranulasi, dan
tidak beraturan, serta sikatriks) yang merupakan tanda spesifik dari TB.
TBC
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa:
3. Jika dijumpai skrofuloderma (TBC pada kelenjar dan kulit), pasien dapat
langsung didiagnosis tuberkulosis.
6. Semua anak dengan reaksi cepat BCG (reaksi lokal timbul <7 hari setelah
penyuntikan) harus dievaluasi dengan sistem skoring TBC anak.
7. Anak didiagnosis TBC jika jumlah skor >6 (skor maksimal 14).
Berat Badan (kg) 2 bulan tiap hari RHZ (75/50/150) 4 bulan tiap hari RH (75/50)
5-9 1 tablet 1 tablet
10-19 2 tablet 2 tablet
20-32 4 tablet 4 tablet
5. OAT KDT dapat diberikan dengan cara: ditelan secara utuh atau digerus
sesaat sebelum diminum
Tabel 3. Alur Pemberian OAT pada Anak berdasarkan
Scoring TB
Prinsip dasar pengobatan TBC pada anak tidak berbeda dengan pada orang
dewasa, tetapi ada beberapa hal yang memerlukan perhatian:
1. Pemberian obat baik pada tahap intensif maupun tahap lanjutan diberikan
setiap hari.
2. Dosis obat harus disesuaikan dengan berat badan anak (Anonim, 2006).
Profilaksis Primer
− 3-6 bulan
Profilaksis Sekunder
B. Metode Penyuluhan
Kelemahan metode ini adalah dari segi sasaran yang ingin dicapai
kurang efektif, karena terbatasnya jangkauan penyuluh untuk mengunjungi
dan membimbing sasaran secara individu, selain itu juga membutuhkan
banyak tenaga penyuluh dan membutuhkan waktu yang lama.
C. Media Penyuluhan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
univariat.
B. Ruang Lingkup Kerja
Wilayah kerja Puskesmas I Cilongok pada bulan Februari 2019.
1. Kriteria Inklusi
a. Kader yang bersedia menjadi subjek penelitian
b. Kader yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas I Cilongok
2. Kriteria Eksklusi
a. Kader yang tidak hadir pada pertemuan rutin
b. Kader yang tidak mengikuti rangkaian acara pre-test, penyuluhan, dan post-
test secara lengkap
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah pengumpulan data secara primer dalam
kegiatan pertemuan kader di wilayak kerja Puskesmas I Cilongok. Instrumen
penelitian berupa kuesioner yang berisi pertanyaan tertulis mengenai sistem
skoring TB pada anak. Data diperoleh dari pengisian kuesioner pre-test dan post-
test yang telah disiapkan. Pengetahuan responden dinilai dari jawaban responden
pada kuesioner, dimana tiap item jawaban benar diberi nilai 1, jawaban salah -1,
dan jawaban salah 0. Tingkat pengetahuan dikelompokkan berdasarkan cut-off
dari rerata skor post-test. Interpretasi diatas cut-off menunjukkan pengetahuan
baik, nilai dibawah cut-off menunjukkan pengetahuan yang kurang.
F. Prosedur Penelitian
1. Persiapan
- Mendiskusikan dengan penanggung jawab kegiatan Puskesmas I
Cilongok mengenai permasalahan kesehatan yang masih menjadi
prioritas pemecahan masalah.
- Menentukkan topik permasalahan yakni penemuan kasus TB pada anak
- Melakukan koordinasi dengan programer
- Menyiapkan alat penelitian berupa kuesioner.
2. Pelaksanaan
- Menentukan target yang akan diberikan penyuluhan.
- Melaksanakan pre-test menggunakan kuesioner
- Melaksanakan penyuluhan mengenai penggunaan sistem skoring TB anak
- Melaksanakan post-test menggunakan kuesioner.
Kader di wilayak kerja Puskesmas I Cilongok
3. Tahap evaluasi
Populasi Target
- Melakukan anaslisa data pada hasil kuesioner
- Penyusunan laporan penelitian
Kader yang hadir pada pertemuan
Populasi
kader di Puskesmas I Cilongok
Sumber
G. Rancangan Penelitian
Kriteria Inklusi
Insidental Sampling
Kriteria Eksklusi
Sampel
Pre-test
Penyuluhan
Post-test
Data
Analisis Data
Tabel 4. Rancangan Penelitian
penelitian.
I. Analisa Data
Penyuluhan
Pre-test Pembagian Leaflet (Penyampaian
materi)
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Cilongok adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Banyumas, Jawa
Tengah, Indonesia. Kecamatan Cilongok hanya berjarak 14 Km dari
pusat Kabupaten Banyumas. Luas wilayah Kecamatan Cilongok yakni 105,34
km² atau mengisi 7,93% dari total wilayah Kabupaten Banyumas. Jumlah
penduduknya pada 2015 tercatat mencapai 115.819 Jiwa terdiri dari 58.354
Laki-laki dan 57.465 Jiwa dengan rasio jenis kelamin 101,55. Hal tersebut
membuat Kecamatan Cilongok menempati urutan teratas dengan jumlah
penduduk terbanyak di Kabupaten Banyumas. Pusat pemerintahhnya berada
di Cilongok.
1 Ny. S 6 4
2 Ny. K 5 7
Tabel VII. Skor Tingkat Pengetahuan Secara Menyeluruh
3 Ny. RD 6 8
4 Ny. R 10 10
5 Ny. K 10 9
6 Ny. L 10 9
7 Ny. NA 6 8
8 Ny. DI 10 10
9 Ny. FL 7 8
10 Ny. T 8 7
11 Ny. J 7 7
12 Ny. M 5 9
13 Ny. R 8 10
14 Ny. RA 8 10
15 Ny. HD 6 10
16 Ny. R 2 8
17 Ny. R 8 9
18 Ny. S 8 10
19 Ny. TU 9 9
20 Ny. UKL 7 9
21 Ny. M 7 9
22 Ny. S 7 10
23 Ny. N 7 10
24 Ny. AR 7 10
25 Ny. K 7 10
26 Ny. R 9 9
27 Ny.AA 6 7
28 Ny. T 2 8
29 Ny. RR 6 5
30 Ny. S 8 10
31 Ny. NH 8 10
32 Ny. S 8 8
33 Ny. M 7 8
34 Ny. NK 8 9
35 Ny. AA 7 10
36 Ny. Q 7 10
37. Ny. K 7 7
38 Ny. T 10 8
39 Ny. M 5 7
40 Ny. Y 8 6
41 Ny. E 8 10
42 Ny. T 8 10
43 Ny. K 8 10
44 Ny. MR 8 10
45 Ny. ER 8 9
46 Ny. N 8 8
47 Ny. N 8 9
48 Ny. K 8 9
49 Ny. K 10 9
.
3. Pengetahuan ibu tentang pneumonia
ialah kontak TB, Uji Tuberkulin, Status Gizi, Demam ≥ 2 minggu. Batuk
≥ 3 minggu, Pembesaran Kelenjar Limfe, Pembengkakkan Tulang dan
Sendi, serta hasil Foto Thorax yang mengarah pada gambaran TB. Tiap
parameter memberikan nilai skor tersendiri, yang kemudian skor tersebut
diakumulasi dan dikelompokkan menjadi dua kelompok yakni infeksi TB
laten dengan kriteria total skor 0-5 atau total skor 6 yang diperoleh
melalui parameter uji tuberculin (+) / memiliki riwayat kontak dengan
penderita TB BTA (+) tanpa disertai gejala klinis lain (berdasarkan
perimbangan dokter merupakan konfirm TB atau bukan sakit TB), dan
konfirm TB anak dengan total skor > 6, atatu pun skor 6 yang diperoleh
dari parameter uji tuberculin (+) / memiliki riwayat kontak dengan
penderita TB BTA (+) disertai gejala klinis lain. Didapatkan hasil yaitu
sebanyak 5 kasus TB anak atau 16,13 %, dan sisanya sebanyak 26 orang
atau 83,87% tergolong sebagai infeksi TB laten yang selanjutnya akan
ditentukan menjadi bukan TB atau konfirm kasus TB anak atas
pertimbangan dokter lebih lanjut.