Anda di halaman 1dari 5

AMENOREA

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


1 1|5
Ditetapkan
Direktur,
PROSEDUR Tanggal Terbit

TETAP Agustus 2010


BASOEKI SOETARDJO
NIP. 19581018 198603 1 009

PENGERTIAN Gadis yang pada usia 14 tahun belum tampak adanya tanda-tanda seks
sekunder dan juga belum pernah menstruasi
Gadis yang pada usia 16 tahun sudah tampak adanya pertumbuhan
tanda-tanda seks sekunder tetapi belum pernah mendapatkan menstruasi
Wanita yang sebelumnya sudah pernah mendapatkan menstruasi tetapi
kemudian tidak datang menstruasi selama 3 siklus atau selama 6 bulan
berturut-turut
TUJUAN  Mengetahui tentang amenore
 Mampu memberikan terapi amenore
ETIOLOGI Sebab dari amenore dapat terletak pada salah satu kompartemen seperti
berikut
Kompartemen I : vagina dan uterus
Kompartemen II : ovarium
Kompartemen III : hipofisis
Kompartemen IV : hipotalamus
AMENOREA
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
1 2|5
Ditetapkan
Direktur,
PROSEDUR Tanggal Terbit

TETAP Agustus 2010


BASOEKI SOETARDJO
NIP. 19581018 198603 1 009

PROSEDUR Pertama kali harus disingkirkan kemungkinan adanya kehamilan


Kedua harus diperhatikan adakah kelainan dari pertumbuhan organ
genitalia
Bila tidak ada kelainan organ genitalia maka :
Langkah pertama :
- Diperiksa kadar TSH (thyroid stimulating hormone), PRL
(prolaktin) dan pemberian preparat progesteron, untuk penderita
yang juga mengalami galaktorea ditambah dengan foto
tengkorak untuk melihat sella tursica. TSH yang tinggi
menunjukkan adanya hipotiroid. Hipotiroid akan menyebabkan
menrunnya kadar dopamin didalam hipotalamus, sehingga
rangsangan TRH (thyrotropin releasing hormone) pada sel
hipofisis yang menghasilkan PRL tidak ada yang menghambat,
dengan akibat kenaikan kadar PRL. Makin lama hipotiroid
berlangsung, makin tinggi kadar PRL.Makin lama hipotiroid
berlangsung, makin tinggi kadar PRL yang didapat. Kalau pada
foto tengkorak didapatkan kelainan, maka perlu dilakukan
pemeriksaan CT-scan.
- Kadar PRL yang tinggi dapat disebabkan karena adanya tumor
hipofisis atau prolaktinoma yang dapat diketahui dengan foto
tengkorak atau CT-scan.
- Tes progesteron dapat diberikan medroksiprogesteron asetat 10
mg satu kali sehari, atau progesteron yang lain, selama 5 hari.
Kemudian ditunggu 2-7 hari setelah obat habis dan diobservasi
terjadi perdarahan pervaginam atau tidak.
- Bila terjadi perdarahan berarti pada penderita ini cukup banyak
estrogen, tetapi tidak terjadi ovulasi (anovulasi). Bila tidak
terjadi perdarahan, maka dilanjutkan dengan langkah kedua.
-
Langkah kedua
Diberikan “conjugated estrogen” 2,5 mg/hari selama 21 hari, pada 10
hari terakhir pemberian ditambahkan 10 mg medroksiprogesteron asetat
10 mg per hari. Kemudian ditunggu terjadi perdaraha atau tidak. Bila
tidak terjadi perdarahan berarti terdapat kelainan pada uterus dan atau
vagina. Tetapi bila terjadi perdarahan pemeriksaan dilanjutkan langkah
AMENOREA
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
1 3|5
Ditetapkan
Direktur,
PROSEDUR Tanggal Terbit

TETAP Agustus 2010


BASOEKI SOETARDJO
NIP. 19581018 198603 1 009

berarti terdapat estrogen yang cukup, maka disini perlu diperiksa


kadar testosteron. Bila kadar testosteron rendah (wanita) /
normal maka diagnosisnya adalah sindroma Mayer Rokistanky
Kuster Hauser (gangguan fusi dari pertumbuhan duktus Muller).
Bila kadar testosteron tinggi (wanita) / normal pria, maka
dilanjutkan dengan pemeriksaan kayotiping (mencari kromosom
Y) sebab kemungkinan diagnosisnya adalah Feminisasi
testikular yang pada umumnya dibarengi tidak tumbuhnya
rambut ketiak dan kemaluan.
- Buah dada yang tidak tumbuh maka berarti tidak cukup ada
estrogen, maka kemungkinan kelainannya pada sentral
hipotalamus dan hipofisis) atau perifer (ovarium). Untuk
membedakannya diperiksa kadar FSH & LH dan TSH serta
PRL untuk menghilangkan kemungkinan adanya hipotiroid atau
hiperprolaktinemia. Bila FSH & LH rendah/normal maka (perlu
dikerjakan foto tengkorak sella tursica). Kalau ada kelainan
pada foto sella tursica dilanjutkan dengan pemeriksaan CT-scan,
untuk mencari kelainan pada hipofisis. Kalau foto tengkorak
normal kemungkinan penyebabnya adalah hipotalamus.

Perawatan amenore tergantung pada penyebabnya.


a. Hipotiroid
Fungsi reproduksi bisa kembali normal dengan pemberian
tiroksin untuk koreksi terhadap hipotiroid tersebut.
b. Hiperprolaktinemia
Bila pada foto tengkorak normal atau terdapat prolaktinoma
yang kecil pada CT-scan maka terapinya hanya dengan
pemberian bromokriptin jangka panjang 2 x 2,25 mg per hari.
Untuk menghindari efek samping mula, maka dosis awal
dimulai dengan dosis rendah yaitu 1 x 2,5 mg sebelum tidur
selama 1 minggu. Bila dalam 2 bulan tidak terjadi ovulasi dapat
ditambahkan klomifen sitrat 50 mg perhari selama 5 hari. Kapan
pembedahan dilakukan sangatlah sulit untuk dijawab,
mengingat terapi bromokriptin ini memakan waktu yang lama
dan karena sering timbul lagi setelah terapi dihentikan maka
AMENOREA
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
1 4|5
Ditetapkan
Direktur,
PROSEDUR Tanggal Terbit

TETAP Agustus 2010


BASOEKI SOETARDJO
NIP. 19581018 198603 1 009

Catatan : pemeriksaan LFT perlu dikerjakan sebelum terapi


klomifen sitrat bila pada anamnesis/pemeriksaan didapatkan
kecurigaan adanya penyakit hepar.
HMG diberikan selama 7-14 hari, dimulai dengan dosis 2 ampul
tiap hari dan dimonitor estrogennya. Pada hari ke 7 terapi,
penderita dievaluasi dan disini ditentukan apakah terapi
diteruskan atau dinaikkan. Kemudian diikuti terus, bila hasil
pemeriksaan estrogen dan besar folikel (USG) dinyatakan sudah
cukup maka disuntikkan HCG 10.000 IU. Penderita diminta
koitus pada saat suntikan HCG dan 2 hari berikutnya. Hati-hati
pada penderita dengan PCO terapi HMG dengan 1 ampul dan
dievaluasi pada hari ke 5 terapi.
GnRH Agonis  diberikan secara pulsatil dengan alat khusus
meniru keadaan fisiologis.

d. Kelainan pada uterus


Selain kelainan pertumbuhan yang paling sering dijumpai adalah
sindroma Asherman. Sindroma Asherman diterapi dengan :
- Dilatasi dan kuretase untuk menghilangkan perlekatan
- Kemudian dipasang IUD atau sebagai gantinya dapat
dipasang “pediatric foley catheter”, yang balonnya diisi 3 cc
dan kateter diambil setelah 7 hari.
- Diberikan antibiotika selama 10 hari, dapat ditambahkan
antiprostaglandin untuk menghilangkan kontraksi uterus
yang terjadi.
- Diberikan “conjugated estrogen” 2,5 mg perhari selama 4
minggu dan pada minggu ketiga terapi, dapat ditambahkan
medroksi progesteron asetat 10 mg perhari selama 1
minggu. Terapi ini diberikan selama 2 bulan.

e. Amenore hipotalamik
Anoreksia nervosa/berat badan yang sangat kurang/amenore oleh
raga merupakan keadaan yang paling sering dijumpai pada jenis
amenore ini. Perawatannya dengan pengaturan intake kalori dan
menghilangkan kebiasaan diet yang lama, kalau perlu konsultasi
AMENOREA
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
1 5|5
Ditetapkan
Direktur,
PROSEDUR Tanggal Terbit

TETAP Agustus 2010


BASOEKI SOETARDJO
NIP. 19581018 198603 1 009

g. Kegagalan ovarium & “feminisasi Testikuler”


Kegagalan ovarium (sindroma ovarium resisten gonadotropin
(SORG), menopause prekoks, sindroma Turner). Kegagalan
ovarium sangat tidak peka terhadap obat-obatan induksi ovulasi
dan prognosis untuk fertilitasnya sangat jelek. Karena terdapat
hipoestrogen maka diperlukan terapi hormonal pengganti, diberi
conjugated estrogen 0,625 mg perhari selama 25 hari setiap
bulannya dan pada hari ke 16-25 terapi, ditambahkan medroksi
progesteron asetat 10 mg perhari. Setelah istirahat untuk
terjadinya perdarahan menstruasi, bulan berikutnya dimulai lagi
terapi seperti di atas.

Feminisasi Testiculer
Testis harus diangkat setelah pubertas, ( tidak diangkat sebelum
pubertas karena untuk menjaga pertumbuhan pubertas agar
berjalan baik dan alasan kedua karena bahaya terjadinya
keganasan setelah pubertas). Kemudian diikuti terapi hormonal
pengganti.

h. Sindroma Mayer Rokitansky Kuster Hauser


Kemungkinan hanya operasi plastik vagina untuk membantu
koitus.

Unit Terkait 1. Laboratorium


2. Radiologi
3. Ruang bedah
4. Ruang perawatan

Anda mungkin juga menyukai