Anda di halaman 1dari 12

A.

STRUKTUR PENDUDUK INDONESIA


1) Sebaran Per Wilayah Geografis
Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah sebanyak 237 641 326 jiwa, yang
mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 118 320 256 jiwa
(49,79 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak 119 321 070 jiwa (50,21 persen). Penyebaran
penduduk menurut pulau-pulau besar adalah: pulau Sumatra yang luasnya 25,2 persen dari luas
seluruh wilayah Indonesia dihuni oleh 21,3 persen penduduk, Jawa yang luasnya 6,8 persen
dihuni oleh 57,5 persen penduduk, Kalimantan yang luasnya 28,5 persen dihuni oleh 5,8 persen
penduduk, Sulawesi yang luasnya 9,9 persen dihuni oleh 7,3 persen penduduk, Maluku yang
luasnya 4,1 persen dihuni oleh 1,1 persen penduduk, dan Papua yang luasnya 21,8 persen
dihuni oleh 1,5 persen penduduk.
Tabel Distribusi Geografis Penduduk Indonesia tahun 2010

Kode Kode Luas Status


Lambang Nama Ibu kota Populasi[4] Pulau
BPS ISO[3] (km²)[5] khusus

Daerah
11 Aceh ID-AC Banda Aceh 4.494.410 56.500,51 Sumatra
khusus

12 Sumatra Utara ID-SU Medan 12.982.204 72.427,81 Sumatra

13 Sumatra Barat ID-SB Padang 4.846.909 42.224,65 Sumatra

14 Riau ID-RI Pekanbaru 5.538.367 87.844,23 Sumatra

15 Jambi ID-JA Jambi 3.092.265 45.348,49 Sumatra

Sumatra
16 ID-SS Palembang 7.450.394 60.302,54 Sumatra
Selatan

17 Bengkulu ID-BE Bengkulu 1.715.518 19.795,15 Sumatra

Bandar
18 Lampung ID-LA 7.608.405 37.735,15 Sumatra
Lampung

Kepulauan
Pangkal
19 Bangka ID-BB 1.223.296 16.424,14 Sumatra
Pinang
Belitung

Kepulauan Tanjung
21 ID-KR 1.679.163 8.084,01 Sumatra
Riau Pinang

Daerah
Daerah Khusus
31 ID-JK Jakarta Pusat 9.607.787 740,29 khusus ibu Jawa
Ibukota Jakarta
kota

32 Jawa Barat ID-JB Bandung 43.053.732 36.925,05 Jawa

33 Jawa Tengah ID-JT Semarang 32.382.657 32.799,71 Jawa

1
Kode Kode Luas Status
Lambang Nama Ibu kota Populasi[4] Pulau
BPS ISO[3] (km²)[5] khusus

Daerah
Daerah
34 Istimewa ID-YO Yogyakarta 3.457.491 3.133,15 Jawa
istimewa
Yogyakarta

35 Jawa Timur ID-JI Surabaya 37.476.757 46.689,64 Jawa

36 Banten ID-BT Serang 10.632.166 9.018,64 Jawa

Nusa
51 Bali ID-BA Denpasar 3.890.757 5.449,37
Tenggara

Nusa Tenggara Nusa


52 ID-NB Mataram 4.500.212 19.708,79
Barat Tenggara

Nusa Tenggara Nusa


53 ID-NT Kupang 4.683.827 46.137,87
Timur Tenggara

Kalimantan
61 ID-KB Pontianak 4.395.983 120.114,32 Kalimantan
Barat

Kalimantan
62 ID-KT Palangkaraya 2.212.089 153.564,50 Kalimantan
Tengah

Kalimantan
63 ID-KS Banjarmasin 3.626.616 37.530,52 Kalimantan
Selatan

Kalimantan
64 ID-KI Samarinda 3.553.143 194.849,08 Kalimantan
Timur
Kalimantan
65 ID-KI Tanjung Selor 738.163 72.567,49 Kalimantan
Utara

71 Sulawesi Utara ID-SA Manado 2.270.596 13.930,73 Sulawesi

Sulawesi
72 ID-ST Palu 2.635.009 68.089,83 Sulawesi
Tengah
Sulawesi
73 ID-SN Makassar 8.034.776 46.116,45 Sulawesi
Selatan

Sulawesi
74 ID-SG Kendari 2.232.586 36.757,45 Sulawesi
Tenggara

75 Gorontalo ID-GO Gorontalo 1.040.164 12.165,44 Sulawesi

76 Sulawesi Barat ID-SR Mamuju 1.158.651 16.787,19 Sulawesi

81 Maluku ID-MA Ambon 1.533.506 47.350,42 Maluku

82 Maluku Utara ID-MU Sofifi 1.038.087 39.959,99 Maluku

[6] Daerah
91 Papua Barat Manokwari 760.422 114.566,40 Papua
khusus
Daerah
94 Papua ID-PA Jayapura 2.833.381 309.934,40 Papua
khusus

2) Tren Tingkat Kelahiran dan Kematian


Berdasarkan proyeksi penduduk Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
2010-2035, jumlah penduduk Indonesia 2010 mencapai 238,52 juta. Adapun jumlah angka

2
kelahiran mencapai 5 juta jiwa sementara angka kematian 1,52 juta jiwa. Sehingga jumlah
penduduk Indonesia pada 2011 bertambah sekitar 3,4 juta jiwa menjadi 242 juta jiwa. Masih
menurut proyeksi tersebut, angka kelahiran terus menunjukkan penurunan hingga menjadi 4,29
juta jiwa pada 2035, seperti yang terlihat pada grafik di bawah ini. Sebaliknya, angka kematian
mengalami tren kenaikan hingga mencapai 2,68 jiwa pada 2035. Dengan demikian dependency
ratio (rasio ketergantungan) penduduk juga turun menjadi 47,7% pada 2035 dari 50,5% pada
2010.
Kesadaran masyarakat terhadap program Keluarga Berencana (KB), yakni dengan
menunda usia pernikahan, mengatur jarak kelahiran anak, serta membatasi jumlah anak
membuat angka kelahiran bayi cenderung menurun dari tahun ke tahun. Sementara angka
kematian justru terlihat meningkat seiring makin banyaknya penduduk lanjut usia yang tutup
usia. Jumlah populasi Indonesia pada 17 tahun yang akan datang diproyeksikan berjumlah
305,7 juta jiwa.

3) Struktur Usia dan Beban Ketergantungan


Berdasarkan survei penduduk antar sensus (Supas) 2015 jumlah penduduk Indonesia pada
2019 diproyeksikan mencapai 266,91 juta jiwa. Menurut jenis kelamin, jumlah tersebut terdiri
atas 134 juta jiwa laki-laki dan 132,89 juta jiwa perempuan. Indonesia saat ini sedang
menikmati masa bonus demografi di mana jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dari
usia tidak produktif, yakni lebih dari 68% dari total populasi. Adapun penduduk dengan
kelompok umur 0-14 tahun (usia anak-anak) mencapai 66,17 juta jiwa atau sekitar 24,8% dari
3
total populasi. Kemudian penduduk kelompok umur 15-64 tahun (usia produktif) sebanyak
183,36 juta jiwa atau sebesar 68,7% dan kelompok umur lebih dari 65 tahun (usia sudah tidak
produktif) berjumlah 17,37 juta jiwa atau sebesar 6,51% dari total populasi.
Rasio ketergantungan (dependency ratio) penduduk Indonesia pada tahun ini mencapai
45,56%. Artinya setiap 100 orang yang berusia produktif (angkatan kerja) mempunyai
tanggungan 46 penduduk tidak produktif (usia 0-14 tahun ditambah usia 65 tahun ke atas).
Semakin tinggi rasio ketergantungan mengindikasikan semakin berat beban yang harus
ditanggung oleh penduduk usia produktif untuk membiayai hidup penduduk tidak produktif.

4) Penduduk Muda dan Penduduk Tua


Klasifikasi penduduk menurut umur dapat digunakan untuk mengetahui apakah penduduk
di satu negara termasuk berstruktur umur muda atau tua. Penduduk di satu negara dianggap
penduduk muda apabila penduduk usia di bawah 15 tahun mencapai 40% atau lebih dari
jumlah seluruh penduduk. Dengan melihat tabel jumlah penduduk menurut kelompok umur
dan jenis kelamin pada poin 3 di atas, Indonesia tidak dapat dikatakan merupakan pola
penduduk muda karena jumlah penduduk usia dibawah 15 tahun hanya 24,8%.

4
Sebaliknya jika disebut penduduk tua apabila jumlah penduduk usia 65 tahun ke atas di atas
10 % dari total penduduk. Dalam hal ini, jumlah penduduk berusia tua hanya 6 % dari jumlah
penduduk. Artinya Indonesia juga tidak dapat dikatakan mempunyai struktur penduduk tua.
5) Momentum Pertumbuhan Penduduk yang Tersembunyi

B. ANALISIS MASALAH PENDUDUK INDONESIA


Migrasi penduduk besar-besaran ke wilayah milik Hindia Belakang diyakini setidak-
tidaknya terjadi atas 2 gelombang migrasi. Migrasi besar-besaran pertama, beberapa abad
sebelum Masehi, saat ini dikenal sebagai rumpun Proto-Melayu yang hidup di daerah
pedalaman dan pegunungan diwilayah Nusantara; dan migrasi besar-besaran kedua menjelang
abad Masehi, saat ini hidup didaerah pesisir dan dataran rendah dikenal sebagai rumpun
Deutro-Melayu. Kebanyakan penduduk Indonesia adalah penutur bahasa Austronesia yang
mendiami Daratan Indonesia bagian Barat dan Daratan Indonesia Bagian Tengah; sebagian
kecil, terutama di Daratan Indonesia Bagian Timur didiami oleh penutur bahasa Papua.
Imigran ke Indonesia terutama dari Tiongkok, merupakan penduduk keturunan asing yang
terbanyak, menyebar hampir di semua kota besar di Indonesia. Demikian pula pendatang dari
Arab, Hadramaut -Yaman merupakan kelompok pendatang kedua terbanyak dan disusul oleh
pendatang dari India dan sekelompok kecil dari Eropa. Suku bangsa pribumi yang terbanyak
persentasenya di Indonesia adalah suku Jawa dan disusul oleh suku Sunda.
Dari segi kependudukan, Indonesia masih menghadapi beberapa masalah besar anatara
lain:
 Penyebaran penduduk tidak merata, sangat padat di Jawa - sangat jarang di Kalimantan
dan Irian.
 Piramida penduduk masih sangat melebar, kelompok balita dan remaja masih sangat
besar.
 Angkatan kerja sangat besar, perkembangan lapangan kerja yang tersedia tidak
sebanding dengan jumlah penambahan angkatan kerja setiap tahun.
 Distribusi Kegiatan Ekonomi masih belum merata, masih terkonsentrasi di Jakarta dan
kota-kota besar di pulau Jawa.
 Pembangunan Infrastruktur masih tertinggal; belum mendapat perhatian serius

5
 Indeks Kesehatan masih rendah; Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi masih
tinggi.
C. ANALISIS MASALAH PENGANGGURAN, TERBUKA DAN TERSEMBUNYI
1) Pengangguran Terbuka
Badan Pusat Statistik baru-baru ini meluncurkan Berita Resmi Statistik dengan
judul Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Februari 2019. Dalam laporan resmi tersebut,
BPS melaporkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2019 adalah
sebesar 5,01 persen. Angka tersebut telah mengalami penurunan sebesar 0,12 persen.
Sebelumnya, TPT pada Februari 2018 mencapai 5,13 persen dan turun menjadi 5,01
persen pada Februari 2019.

Dilansir dari laporan resmi BPS, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah
indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat penawaran tenaga kerja yang
tidak digunakan atau tidak terserap oleh pasar kerja. Berikut rincian keadaan
ketenagakerjaan di Indonesia yang dirangkum dari :

6
 Jumlah angkatan kerja pada Februari 2019 mencapai angka 136,18 juta orang, naik
sekitar 2,25 juta orang dibanding Februari 2018.
 Pengangguran berkurang 50 ribu orang dalam setahun terakhir.
 Jenjang pendidikan yang memiliki Tingkat Pengangguran Terbuka paling tinggi adalah
Sekolah Menengah Kejuruan yang mencapai 8,63 persen.
 Penduduk yang bekerja mencapai 129,36 juta orang, bertambah 2,29 juta orang dari
Februari 2018.
 Sebanyak 74,08 juta orang (57,27 persen) bekerja pada kegiatan informal.
 Persentase pekerja beserta jam kerjanya meliputi :
- Pekerja penuh (jam kerja minimal 35 jam per minggu sebesar 69,96 persen
- Pekerja dengan jam kerja 1-7 jam sebesar 2,69 persen
- Pekerja tidak penuh, pekerja paruh waktu sebesar 22,67 persen dan pekerja
setengah penganggur sebesar 7,37 persen
2) Penggangguran Tersembunyi
Pengangguran tersembunyi atau terselubung, berdasarkan definisi Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans), adalah keadaan menganggur suatu
angkatan kerja yang tidak dilaporkan karena mereka tidak giat mencari kerja. Sedangkan
berdasarkan istilah yang berlaku umum, pengangguran terselubung yaitu tenaga kerja yang
tidak bekerja secara optimal karena tidak memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan bakat
dan kemampuannya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angkatan kerja per
Agustus 2012 mencapai 118,04 juta orang. Sedangkan penduduk yang bekerja berjumlah
110,80 juta orang,penganggur 7,24 juta orang, pekerja tidak penuh 34,29 juta orang, dan
pekerja paruh waktu 21,52 juta orang. Adapun tingkat partisipasi angkatan kerja mencapai
67,88% dan tingkat pengangguran terbuka 6,14%. Dibanding tahun lalu, angka-angka
tersebut relatif tidak mengalami perubahan yang signifikan.
Ekonom senior Indef Didik J Rachbini memperkirakan jumlah penganggur
terselubung di Indonesia saat mencapai sekitar 20 juta orang. Mereka tersebar di berbagai
wilayah dan lapisan masyarakat, dari kota hingga perdesaan."Dengan income yang rendah,
jam kerja yang sedikit, dan produktivitas yang rendah pula, itu akan menciptakan dua hal
sekaligus, yakni rapuhnya tingkat kesejahteraan dan semakin tingginya tingkat
kesenjangan. Ini sangat berbahaya dan bisa men-jadi ganjalan besar di balik pertumbuhan

7
ekonomi kita yang sudah baik,"kata dia. Menurut Didik, membengkaknya jumlah
penganggur terselubung terjadi karena sektor industri bertumbuh rendah, sehingga tenaga
kerja "terlempar" ke sektor-sektor informal. "Hantaman produk-produk Tiongkok yang
membanjiri pasar Indonesia telah membuat industri merana dan mati. Tenaga kerjanya pun
terlempar keluar.

D. ANALISIS MASALAH DISTRIBUSI DAN PERPINDAHAN PENDUDUK

Perpindahan penduduk (migrasi) dari satu tempat ke tempat lainnya tidak bisa dihindarkan, baik
yang bersifat antar negara maupun internal dalam satu negara. Pada dasarnya migrasi penduduk
merupakan refleksi perbedaan kesejahteraan ekonomi dan kurang meratanya fasilitas
pembangunan antara satu negara/daerah dengan negara/daerah lain. Penduduk dari negara/daerah
yang tingkat kemakmuran ekonominya kurang akan bergerak menuju ke negara/daerah yang
mempunyai tingkat kemakmuran ekonomi yang lebih tinggi.

Faktor pendorong dan penarik migrasi, Migrasi dipenuhi oleh daya dorong (push factors)
satu wilayah dan daya tarik (pull factors) wilayah lainnya. Adapun faktor-faktor pendorong (push
factors), antara lain, adalah:

1) Makin berkurangnya sumber-sumber kehidupan seperti menurunnya daya dukung


lingkungan, menurunnya permintaan atas barang-barang tertentu yang bahan bakunya
makin susah diperoleh seperti hasil tambang, kayu atau bahan dari pertanian.
2) Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal (misalnya tanah untuk pertanian di
wilayah pedesaan yang makin menyempit).
3) Adanya tekanan-tekanan seperti politik, agama dan suku, sehingga mengganggu hak asasi
penduduk di daerah asal.
4) Alasan pendidikan, pekerjaan atau perkawinan
5) Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami, musim kemarau panjang
atau adanya wabah penyakit.
Daya tarik wilayah adalah jika satu wilayah mampu atau dianggap mampu menyediakan
fasilitas dan sumber-sumber penghidupan bagi penduduk, baik penduduk di wilayah itu sendiri
maupun penduduk di sekitarnya dan daerah-daerah lain. Adapun faktor-faktor penarik (pull
factors), antara lain, adalah:

8
1) Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaiki taraf hidup atau
kesejahteraannya.

2) Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.

3) Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan misalnya iklim, perumahan,
sekolah dan fasilitas-fasilitas publik lainnya.

4) Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat kebudayaan sebagai


daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk bermukim di kota besar.

Secara luas, migrasi diartikan sebagai perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap
dari satu tempat ke tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal) atau batas
politik/negara (migrasi international). Dengan kata lain, migrasi berarti sebagai perpindahan yang
relatif permanen dari satu daerah (negara) ke daerah (negara) lain.

Migrasi dalam dimensi spasial dan dimensi waktu, Migrasi dikelompokkan berdasarkan
dua dimensi penting, yaitu :

a. Dimensi ruang/daerah (spasial)

Dimensi ini dikenal sebagai migrasi internasional dan migrasi internal. Migrasi
Internasional merupakan perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain atau dari
satu benua ke benua lain. Migrasi internal di Indonesia yang penting meliputi perpindahan
penduduk:

1. antar provinsi/kabupaten antar pulau yang dikenal dengan istilah transmigrasi atau
antar provinsi/kabupaten dalam satu pulau, dan

2. dari wilayah pedesaan ke wilayah perkotaan yang disebut urbanisasi, atau sebaliknya
dari kota ke pinggir kota dan pedesaan (deurbanisasi).

Transmigrasi, Istilah transmigrasi baru dipergunakan pada awal 1946 oleh pemerintah
Republik Indonesia sebagai satu kesadaran bersama untuk memanfaatkan, mengolah, dan
mengembangkan seluruh potensi sumber daya bangsa sebagai pengamalan Pancasila. Dalam
perspektif pembangunan nasional, dapat dikatakan sebagai derivatif dari cita-cita
kemerdekaan dalam mengelola dan mengembangkan sumber daya bangsa yang berorientasi

9
pada pengembangan wilayah yang diintegrasikan dengan penataan penyebaran penduduk.
Jadi sejak awal kemerdekaan gagasan besar transmigrasi diarahkan pada upaya pemanfaatan,
pengolahan, dan pengembangan potensi sumber daya alam dan potensi sumber daya manusia.
Demikian programnya disusun dan terus dijalankan sampai sekitar masa krisis di tahun 1997.
Kontribusi transmigrasi terhadap pertumbuhan dan pembangunan wilayah tujuan perpindahan
penduduk (terutama di luar pulau Jawa). Di daerah tujuan, transmigrasi telah berhasil
membuka area produksi baru di bidang petanian tanaman pangan, perkebunan, serta
perikanan. Di daerah asal, program transmigrasi telah menampung jutaan orang yang
menghadapi persoalan akibat keterbatasan peluang kerja dan berusaha, di samping membantu
suksesnya penataan lingkungan seperti pembangunan waduk raksasa Gajah Mungkur di
Wonogiri, dan waduk Mrica di Jawa Tengah, waduk Saguling di Jawa Barat dan bandara
udara internasional Sukarno-Hatta.

Urbanisasi, Urbanisasi adalah perpindahan penduduk ke wilayah perkotaan dari wilayah


pedesaan disekitarnya, lain provinsi atau lain pulau. Aliran perpindahan penduduk dari daerah
pedesaan ke kota sangat dirasakan ada masa/setelah revolusi Industri di Inggris pada
pertengahan abad 19. Keadaan di Indonesia hampir sama dengan keadaan di Inggris dan Eropa
Barat setelah revolusi industri, bahwa masyarakat pedesaan berbondong-bondong datang ke
kota besar. Keadaan tersebut mulai terasa sejak awal Orde Baru, misalnya perkembangan kota
Batavia menjadi Jakarta sebagai pusat perdagangan dan pusat pemerintahan. Aliran sebaliknya
dari kota ke pedesaan disebut deurbanisasi. Istilah ini muncul di Amerika Serikat dan kota-
kota besar di Eropa Barat, ketika kota-kota besar sudah begitu padat sehingga pasangan muda
tidak nyaman bermukim di pusat kota. Mereka memilih bermukim di pinggir-pinggir kota, dan
hal yang demikian ini diikuti oleh banyak orang sehingga dianggap sebagai aliran penduduk
yang bermukim di pinggir kota. Misalnya, di Jakarta telah banyak yang memilih untuk tinggal
di Bogor dan daerah sekitarnya dan pergi tiap hari bekerja di Jakarta.

b. Dimensi waktu

Dimensi waktu berarti perpindahan penduduk ke tempat lain dengan tujuan menetap dalam
waktu enam bulan atau lebih. Jenis migrasi dalam dimensi waktu yang paling umum adalah
migrasi sirkuler atau musim dan migrasi ulang-alik (commuter migration). Migrasi sirkuler
adalah penduduk yang berpindah tempat tetapi tidak bermaksud menetap di tempat tujuan,

10
biasanya orang yang masih mempunyai keluarga atau ikatan dengan tempat asalnya.
Misalnya seperti tukang becak, kuli bangunan, dan pengusaha warung Tegal yang sehari-
harinya mencari nafkah di kota dan pulang ke kampungnya setiap bulan atau beberapa
bulan sekali. Sedangkan migrasi ulang-alik adalah orang yang pergi meninggalkan tempat
tinggalnya secara teratur, pergi ke tempat lain untuk bekerja, berdagang, sekolah, atau
kegiatan-kegiatan laiinnya, dan pulang ke tempat asalnya secara teratur pula. Migrasi
ulang-alik biasanya menyebabkan jumlah penduduk di tempat tujuan lebih banyak pada
waktu tertentu, misalnya jumlah penduduk Jakarta pada siang harinya diperkirakan
mencapai 11-12 juta orang, sedangkan jumlah penduduk di malam hari hanya sekitar 7-8
juta orang.

Kriteria migrasi. Terdapat beberapa kriteria seseorang agar dia bisa disebut
sebagai migran, ada yang dikenal dengan migrasi seumur hidup, migrasi risen, dan migrasi
total.

Migrasi seumur hidup (Life Time Migration), apabila seseorang bertempat tinggal
pada saat pengumpulan data berbeda dengan tempat tinggalnya pada waktu mereka lahir.
Migrasi risen (recent migration), apabila tempat tinggalnya pada saat pengumpulan data
berbeda dengan tempat tinggalnya pada waktu lima tahun sebelumnya. Sedangkan migrasi
total (total migration), apabila seseorang pernah bertempat tinggal di tempat yang berbeda
dengan tempat tinggal pada waktu pengumpulan data.

Kriteria migrasi risen (ricent migration) lebih mencerminkan dinamika spasial


penduduk antar daerah daripada migrasi seumur hidup (life time migration) yang relatif
statis. Sedangkan migrasi total tidak memasukkan batasan waktu antara tempat tinggal
sekarang (waktu pencacahan) dan tempat tinggal terakhir sebelum tempat tinggal sekarang.
Akan tetapi migrasi total biasa dipakai untuk menghitung migrasi kembali (return
migration).

11
DAFTAR PUSTAKA

Nehen, Ketut. 2018. Perekonomian Indonesia. Denpasar: Udayana University Press.

Internet. di akses pada tanggal 27 september 2019 pada halaman :


https://id.wikipedia.org/wiki/Demografi_Indonesia

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/03/20/2010-2035-angka-kelahiran-turun-
sedangkan-angka-kematian-naik

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/01/04/jumlah-penduduk-indonesia-2019-
mencapai-267-juta-jiwa

https://www.bps.go.id/pressrelease/2019/05/06/1564/februari-2019--tingkat-pengangguran-
terbuka--tpt--sebesar-5-01-persen.html
https://kemenperin.go.id/artikel/5212/Pengangguran-Terselubung-Menyimpan-'Bom-Waktu'

12

Anda mungkin juga menyukai