a. Tuliskan satu contoh logika deduktif dan satu contoh logika induktif dalam penelitian !
Penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir yang sebaliknya dari penalaran
induktif. Deduksi adalah cara berpikir di mana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Contoh logika deduktif dalam penelitian :
Ketika akan menguji sebuah penelitian yang berjudul “Pengaruh Daun Seledri dan Daun Blimbing Wuluh terhadap Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di Desa Balantak”, maka secara teoritis dalam judul penelitian tersebut sudah jelas bahwa meminum air rebusan Daun Seledri dan Daun Blimbing Wuluh menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penurunan lonjakan tekanan darah (hipertensi). Secara garis besar teori inilah yang menjadi dasar dugaan sementara (hipotesis) dari masalah yang akan diteliti. Artinya hal ini menjadi bahan pembuktian pernyataan umum dari teoritis-teoritis tentang rebusan Daun Seledri dan Daun Blimbing Wuluh dapat menurunkan hipertensi pada lansia. Tempat yang akan di jadikan pengujian yaitu di Desa Balantak. Pengamatan yang difokuskan pada lansia di Desa Balantak inilah yang merupakan kekhususannya. Dari dugaan tersebut akan dibuktikan dengan jalan penelitian.
Penalaran induktif adalah cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan
yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan- pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Umumnya, alur penelitian dengan logika (nalar) induktif berangkat dari fakta di lapangan atau hasil grandtour di lapangan. Singkatnya, lebih fokus melihat terhadap garis besar/secara keseluruhan lapangan yang biasanya dilakukan dengan cara pengamatan dan wawancara. Kemudian hasil pengamatan dan wawancara dicatat dengan detail, rinci dan lengkap untuk mendapatkan gambaran yang juga detail, rinci, dan lengkap. Data hasil pengamatan dan wawancara merupakan data utama dalam penelitian kualitatif.
Contoh logika induktif dalam penelitian :
Misalnya jika seseorang ingin menganalisa kadar logam berat pada sayuran yang ada di kota Palu, ditinjau dari banyaknya penggunaan pupuk dan pestisida, serta letak geografis dari lokasi penanaman sayuran tersebut. Lalu, diambillah sampel dari seluruh wilayah yang ada di kota Palu untuk di teliti. Untuk mengetahuinya peneliti harus datang langsung ke lokasi tersebut mengamati, dan bertanya pada masyarakat. Sehingga kita akan mendapatkan kesimpulan bahwa banyaknya pupuk yang digunakan serta letak geografis dari lokasi penanaman sayuran di kota Palu berpengaruh pada pencemaran logam berat.
b. Carilah pembagian perkembangan ilmu pengetahuan menurut para ahli !
Francis Bacon (1210-1292) Menurut Francis Bacon bahwa pengetahuan yang sebenarnya adalah pengetahuan yang diterima orang melalui persentuhan inderawi dengan dunia fakta. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan yang sejati. Pengetahuan haruslah dicapai dengan induksi. Jadi pemikiran Francis Bacon ini sangat bertentangan dengan pemikiran para filosof aliran rasionalis. Thomas Hobbe s (1588-1679) Thomas Hobbes berpendapat bahwa pengalaman inderawi sebagai permulaan segala pengenalan. Hanya sesuatu yang dapat disentuh dengan inderalah yang merupakan kebenaran. Pengetahuan intelektual (rasio) tidak lain hanyalah merupakan penggabungan data-data inderawi belaka. John Locke (1632-1704) Segala sesuatu berasal dari pengalaman indrawi, bukan budi (otak). Otak tak lebih dari sehelai kertas yang masih putih, baru melalui pengalamanlah kertas itu terisi (konsep tabula rasa). Dengan demikian, John Locke menyamakan pengalaman batiniah (yang bersumber dari akal budi) dengan pengalaman lahiriah (yang bersumber dari empiri). Ungkapan yang sering digunakan ialah: Exprience, in that all knowledge is founded (Pengalaman, semua pengetahuan berdasarkan pengalaman).
c. Buatlah 1 paragraf mengenai kesenjangan/masalah/pengalaman tentang
pembelajaran yang ada disekitarmu! Cat: 1 paragraf 300 kata.
Kesenjangan yang ada di dunia pendidikan :
Kesenjangan pendidikan di Kota Palu masih sangat terasa hingga saat ini. Pasalnya, masih banyak sekolah memiliki sarana dan prasarana yang terbatas. Misalnya keterbatasan alat praga di sekolah sehingga cenderung menggiring anak didik menghayal. Kondisi tersebut salah satu penyebab siswa kurang cerdas dibanding anak-anak di kota yang sudah memiliii alat praga yang memadai. Banyak di daerah-daerah yang masih kekurangan alat praga terutama di daerah- daerah terluar. Persoalan sarana dan prasarana pendidikan sangat penting untuk penguatan akses pendidikan. Gedung sekolah misalnya, jaraknya masih berjauhan sehingga ada SMK yang hanya memiliki 150 orang siswa. Banyak generasi muda di daerah-daerah tidak dapat melanjutkan pendidikan karena jarak yang jauh tersebut. Masalah lainnya dengan dialihkannya kewenangan SMA/SMK ke provinsi adalah guru honor. Hingga kini belum ada kejelasan terkait status guru honor apakah mereka juga diserahkan ke pemerintah provinsi atau tetap dibiayai oleh kabupaten. Banyaknya guru honor antara lain karena sejumlah sekolah masih kekurangan guru pegawai negeri pada bidang studi tertentu sehingga solusinya harus mengangkat guru honor. Selain pemerataan guru, akses dan infrastruktur juga mesti secepatnya dilakukan pemerataan. Karena infrastruktur merupakan salah satu penunjang peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Pemerintah, harus memperhatikan akses pendidikan yang ada di daerah-daerah, termasuk infrastrukturnya. Pembangunan pendidikan jangan hanya terpusat di daerah- daerah tertentu, namun harus ada pemerataan, terutama terkait pembangunan sarana dan akses pendidikan. Sebab, jika akses dan sarana pendidikan masih kurang, sangat sulit untuk melahirkan SDM masyarakat yang berkualitas. Adapun rendahnya kualitas guru disebabkan sebagian besar guru belum mengetahui substansi pendidikan yang akan diujikan. Kondisi tersebut dipengaruhi sejumlah faktor. Antara lain budaya, kondisi geografis daerah, politik dan ekonomi. Akibatnya, kesadaran akan pentingnya pendidikan masih minim. Bahkan rendahnya kualitas guru juga pernah diakui Gubernur Sulteng Longki Djanggola. Dia mengatakan berdasarkan laporan penelitian LPMP, mutu dan kualitas guru di Sulawesi Tengah masih sangat rendah. Pendidikan tidak hanya bertujuan melahirkan generasi yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia, juga keterampilan yang diperlukan dirinya.