Contoh PROPOSAL PKL
Contoh PROPOSAL PKL
PENYUSUN:
NIM : D.111.11.0030
3. NIM : D.111.11.0030
Menyetujui,
Dekan Fakultas Teknologi Pertanian
A. Pendahuluan
pada penciptaan sarjana yang intelektual, profesional, mampu berbicara secara teoritis
maupun dalam bentuk prakteknya, maka perlu adanya kajian-kajian yang diaplikasikan
dalam bentuk praktek kerja baik di perusahaan swasta maupun instansi pemerintah.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan kegiatan akademik yang dilaksanakan oleh
mahasiswa, disusun atas dasar visi dan misi yang termuat dalam tujuan Universitas
Semarang dan merupakan perpaduan antara kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL),
penelitian dan pengabdian masyarakat dalam jangka waktu yang telah ditetapkan dengan
profesinya, dengan memadukan antara wawasan teoritis dan praktek kerja secara riil
dilapangan yang memiliki kompetensi, yaitu : (1) kompetensi personal (2) kompetensi
Menghadapi era global ini, mahasiswa harus mampu menjadi tenaga yang terampil dalam
bidang yang ditekuninya. Karena PKL merupakan upaya integratif dari pendidikan
keilmuan dan pengalaman lapangan. Dengan kata lain, PKL bukan hanya sekedar
pengalaman lapangan bagi mahasiswa, akan tetapimerupakan konsep integratif dari teori,
praktekdan penelitian yang akan memberikan manfaat besar bagi mahasiswa khususnya
didukung adanya kemampuan aplikasi keilmuan dalam praktek dunia kerja. Meskipun
kegiatan ini hanya bersifat orientasi dari pengenalan namun memberikan motivasi dan
pengalaman yang baru, yang nantinya dapat dijadikan sebagai bekal dalam dunia kerja.
mengambil manfaat dan memahami arti pentingnya keahlian atau keprofesionalan dalam
penerapan dunia kerja yang setiap tahunnya mengalami perubahan. Selain itu menjadi
PT. Perkebunan Nusantara IX merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
menangani usaha budidaya, salah satunya komoditas kopi yang berlokasi di Kebun Getas
Minyak Atsiri
Penelitian terhadap minyak atsiri tanaman pala telah banyak dilakukan. Hal ini
disebabkan karena fakta bahwa minyak atsiri mempunyai kandungan senyawa atau zat
yang lebih banyak, sehingga banyak digunakan sebagai bahan baku industri. Selain itu,
minyak atsiri mengandung senyawa yang mempunyai pengaruh sebagai psikotropika
yang bersifat farmakologis. Minyak atsiri pala ini berupa cairan yang tidak berwarna atau
kuning pucat serta memiliki rasa dan bau yang menyerupai pala, diperoleh dengan proses
distilasi. Minyak ini dapat larut dalam alkohol, namun tidak larut dalam air pada suhu
250C, sensitif pada cahaya dan udara, sehingga tempat penyimpanannya harus terlindung
dari cahaya dan dalam wadah yang tertutup rapat. Komponen dalam biji dan fuli pala
terdiri dari minyak atsiri, minyak lemak, protein, selulosa, pentosan, pati, resin dan
mineral-mineral. Biji pala yang dimakan ulat mempunyai presentase minyak atsiri lebih
tinggi daripada biji utuh karena pati dan minyak lemaknya sebagian dimakan oleh
serangga (Marcelle dalam Nurdjannah 2007). Persentase minyak atsiri pada tanaman pala
lebih rendah bila dibandingkan dengan fixed oil (minyak lemak). Menurut Rismunandar
dalam Nurdjannah (2007), biji pala mengandung minyak atsiri sekitar 2-16% dengan
rata-rata 10% dan fixed oil (minyak lemak) sekitar 25-40%, karbohidrat sekitar 30% dan
protein sekitar 6%.
Minyak atsiri pala dapat diperoleh dari penyulingan biji pala, sedangkan minyak
fuli dari penyulingan fuli pala. Minyak atsiri dari biji pala maupun fuli mempunyai
susunan kimiawi dan warna yang sama. Minyak fuli baunya lebih tajam daripada minyak
biji pala. Rendemen minyak biji pala berkisar antara 2-15% (rata-rata 12%), sedangkan
minyak fuli antara 7-18% (rata-rata 11%). Bahan baku biji dan fuli pala yang digunakan
biasanya berasal dari biji pala muda dan biji pala tua yang rusak (pecah). Rendemen dan
mutu minyak dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat digolongkan menjadi dua
yaitu pra panen dan pasca panen. Faktor pra panen meliputi jenis (varietas) tanaman, cara
budidaya, waktu dan cara panen. Faktor pascapanen meliputi cara penanganan bahan,
cara penyulingan, pengemasan dan transportasi. Biji pala yang akan disuling minyaknya
sebaiknya dipetik pada saat menjelang terbentuknya tempurung yaitu berusia sekitar 4-5
bulan. Pada umur tersebut warna fuli masih keputih-putihan dan daging buahnya masih
lunak. Fuli yang tua dan sudah merah warnanya, kandungan minyak atsirinya relatif
rendah dan dimanfaatkan untuk ekspor (Somaatmaja, dalam Nurdjannah. 2007).
Penyulingan dapat dilakukan dengan cara penyulingan uap pada tekanan rendah,
sedangkan penyulingan dengan tekanan tinggi dapat menyebabkan terbawanya minyak
lemak sehingga akan menurunkan mutu minyak atsiri (Guenther dalam Nurdjannah
2007).
1. Camphene dan turunannya memiliki sifat antibakteri, antijamur, dan insektisida yang
kuat, banyak digunakan dalam industri dan manufaktur. Camphene dapat dikonversi
menjadi senyawa lain, digunakan dalam pembuatan kapur barus, obat dalam farmasi, dan
camphene sendiri telah terbukti dapat mencegah atheromatosis pada aorta beberapa
hewan.
2. d-pinene digunakan dalam pembuatan kapur barus (kamper), pelarut, plastik, dasar
parfum dan minyak pinus sintetis.
3. Dipentene digunakan sebagai bahan pelarut, juga digunakan dalam pembuatan resin.
4. d-linalool juga disebut coriandrol, digunakan dalam wewangian.
5. d-borneol digunakan dalam pembuatan wewangian dan dupa.
6. i-terpineol digunakan sebagai antiseptik, pembuatan parfum dalam sabun.
7. Geraniol digunakan dalam wewangian.
8. Miristisin adalah senyawa pada pala yang banyak dipelajari, karena sifat
farmakologinya dan dapat menyebabkan efek halusinogen (masih belum dibuktikan).
9. Safrol digunakan pada industri untuk membuat wewangian, sabun dan digunakan
sebagai antiseptik.
10. Eugenol dan iso-eugenol digunakan dalam pembuatan wewangian, selain minyak
cengkeh, dapat juga digunakan sebagai analgesik gigi.
Berdasarkan informasi diatas diketahui bahwa semua bagian buah pala dapat
dijadikan bahan olahan yang mempunyai nilai ekonomis, baik di pasar nasional maupun
pasar internasional. Pemanfaatan buah pala yang belum optimal, hendaknya perlu
dilakukan inovasi agar dapat menghasilkan produk yang dapat dipasarkan, sehingga
dapat meningkatkan pendapatan petani pala dan tidak hanya tergantung pada penjualan
biji pala saja.
Tujuan
Mempelajari produksi minyak atsiri biji dan fuli pala pada PT Perkebunan Nusantara
IX :
1. Mempelajari teknologi proses minyak atsiri biji dan fuli pala pada PT Perkebunan
Nusantara IX.
2. Mempelajari pengendalian mutu minyak atsiri biji dan fuli pala PT. Perkebunan
Nusantara IX.
3. Mempelajari sanitasi industri minyak atsiri biji dan fuli pala PT. Perkebunan
Nusantara IX.
Manfaat
1. Menambah pengetahuan tentang manajemen produksi termasuk di dalamnya prinsip
2. Sumberinformasiuntukpenelitiandanpenulisanilmiah
Tempat :
Praktik Kerja Lapangan ini dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara IX, Jawa
Tengah.
Waktu :
Nusantara IX meliputi aspek produksi pengolahan minyak atsiri biji dan fuli pala.
3. Metode Pelaksanaan
a. Metode Observasi
Metode pengambilan data baik dengan praktek langsung atau dengan cara
b. Metode Interview
Metode pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab langsung kepada
c. Metode Bimbingan
ini dilakukan pada pembimbing lapangan di Kebun Getas Pabrik Kopi Banaran
a. Mentaati semua peraturan yang ditetapkan, mengikuti semua petunjuk dan saran
semogadenganbantuandanpartisipasidarisemuapihak,
kami mengajukankegiatanpraktekkerjaini.