Abstrak
Daerah perairan muara Sungai Silugonggo merupakan salah satu wilayah yang terletak di pesisir Laut
Jawa, Kabupaten Pati. Pada daerah pesisir di wilayah perairan ini terdapat pemukiman penduduk,
pertambakan dan terdapat kawasan mangrove yang merupakan sumber utama nutrien yang masuk di perairan
tersebut. Kondisi ini menyebabkan wilayah perairan muara Sungai Silugonggo akan mengalami persebaran
sesuai dengan dinamika oseanografi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pola sebaran dan nilai
kandungan klorofil-a serta mengetahui pola arus yang mempengaruhi sebaran klorofil-a secara horizontal di
Perairan Muara Sungai Silugonggo, Kecamatan Batangan, Pati. Penelitian ini menggunakan data primer
berupa klorofil-a, nutrien, parameter kualitas perairan, arus dan data sekunder adalah bathimetri dan pasang
surut. Pengolahan data menggunakan pemodelan numerik. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai kandungan
klorofil-a berdasarkan tanggal sampling berada pada kisaran 0,4981- 12,1307 mg/m3 dan memiliki nilai rata-
rata setiap pengambilan sebesar 2,5348, 3,2425 dan 3,8499 mg/m3. Berdasarkan hasil pengamatan
menunjukkan bahwa nilai kandungan klorofil-a secara horizontal di Perairan Muara Sungai Silugonggo lebih
dipengaruhi oleh masukan dari sungai, vegetasi mangrove dan daerah pertambakan. Sebaran klorofil-a di
Perairan Muara Sungai Silugonggo memiliki pola mengarah dari wilayah muara sungai ke arah laut.
Persebaran klorofil-a secara horizontal dominan dipengaruhi oleh arus dengan pola mengarah dari timur laut
(45º) ke arah barat daya (225º) dengan kecepatan berkisar 0,03-0,15 m/det.
Abstrac
Silugonggo estuary is an area located in coast of Java Sea, Pati. In the coastal region in this territorial
waters, there are settlements, fish ponds and mangrove area, which is a major source of nutrients for the
waters. This condition causes the territorial waters of Silugonggo River estuary will have distribution in
according with the Oceanographic dynamics. The purpose of this research is to know the value and
distribution pattern of chlorophll-a and figure out the pattern of currents influencing the distribution of
chlorophyll-a horizontally in the waters of the Silugonggo River estuary, Batangan District, Pati. The
primary data which were used in this research was chlorophyll-a, the quality of the waters, nutrients, currents
and the secondary data was bathymetry and tide. Data processing used numerical modeling. The results of
this research reveals the value of chlorophyll-a based on the sampling dates were in the range of 0.4981-
12.1307 mg/m3 and had an average rating of any taking of 2.5348, 3.2425 and 3.8499 mg/m3. Based on the
observation indicated that the horizontal contents value of chlorophyll-a in waters of the Silugonggo River
estuary was influenced by input from rivers, mangrove vegetation and fish pond areas. Distribution of
chlorophyll-a in waters of the Silugonggo River estuary had a pattern leading from the mouth of the River
towards the sea. The horizontal distribution of chlorophyll-a is more influenced by currents from the North-
East (45º) to the South-West (225º) with range velocity 0,03 – 0,15 m/s.
cukup tinggi. Zainuri (2010) menjelaskan, bahwa klorofil-a, nitrat, ortofosfat, kualitas perairan dan
produktivitas perairan di pantai utara Jawa cukup arus. Adapun data sekunder adalah data yang
tinggi, karena keberadaan ekosistem hutan diperoleh dari instansi terkait yang meliputi Peta
mangrove, muara sungai, terumbu karang, Lingkungan Perairan Indonesia (LPI) Jawa
pertambakan dan padang lamun. Ekosistem- Tengah Tahun 2004 skala 1:500.000 publikasi
ekosistem tersebut saling terkait, yaitu terjadi Dinas Hidro-Oseanografi TNI-AL, Peta Rupa
pertukaran unsur nutrien antar ekosistem Bumi Indonesia (RBI) Kabupaten Pati Tahun
sehingga dapat saling mensuplai untuk 1999 skala 1:25.000, lembar 1509-132 publikasi
menunjang kehidupannya. Persebaran unsur BAKOSURTANAL serta Data peramalan pasang
nutrien pada wilayah pesisir dan muara terkait surut yang diperoleh dari Dinas Hidro-
pula dengan proses fisika dan kimia perairan Oseanografi (DISHIDROS) TNI AL.
yang terjadi di wilayah tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian
Dinyatakan oleh Effendi (2003), bahwa ini adalah metode kuantitatif. Menurut Sugiyono
proses fisika di wilayah pesisir meliputi arus, (2014), metode kuantitatif memenuhi kaidah-
gelombang, pasang surut, sedangkan proses kimia kaidah ilmiah yaitu konkret, obyektif, terukur,
terdiri dari BOD (biological oxygen demand), rasional, sistematis. Adapun penentuan lokasi
COD (chemical oxygen demand) dan DO (stasiun) pengukuran dan pengamatan dilakukan
(dissolved oxygen). Proses-proses tersebut secara dengan metode purposive (purposive sampling
bersamaan terjadi dan mengakibatkan method). Menurut Damaianto et. al. (2014),
peningkatan kandungan nutrien (nitrat dan metode purposif adalah metode penentuan lokasi
ortofosfat) di dalam perairan, yang pada tahap pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan –
selanjutnya akan digunakan untuk proses pertimbangan lokasi dan waktu. Pengambilan
fotosintesis. Sumber nutrien (nitrat dan sampel dilakukan pada 8 stasiun pengamatan
ortofosfat) secara alamiah berasal dari perairan dengan mempertimbangkan 4 karakteristik
itu sendiri melalui proses-proses penguraian perairan, yaitu mewakili daerah muara sungai,
pelapukan ataupun dekomposisi tumbuh- vegetasi mangrove, daerah pertambakan dan laut
tumbuhan, sisa organisme mati dan buangan agak dalam. Batasan penelitian ini adalah
limbah baik limbah daratan seperti domestik, pengaruh hidrodinamika ditinjau dari arus pasang
industri, pertanian dan limbah peternakan. Oleh surut.
adanya arus yang merupakan salah satu parameter Pengambilan sampel air laut (bagian
oseanografi menyebabkan nutrien dan klorofil-a permukaan) dilakukan pada pukul 08.00 – 10.00
akan mengalami persebaran sesuai dengan WIB saat perairan dalam kondisi surut menuju
pergerakan massa air yang mempengaruhi. pasang. Dalam penelitian ini, parameter kualitas
Umumnya, kandungan nutrien yang tinggi di perairan yang diukur meliputi suhu, pH, DO,
daerah pesisir akan mempengaruhi tingginya salinitas dan kecerahan dilakukan dengan
sebaran klorofil-a di perairan. Oleh karena itu menggunakan water quality checker, DO meter,
diperlukan pengamatan tentang persebaran refraktometer dan sechidisk. Adapun pengukuran
klorofil-a terkait dengan faktor fisika dan kimia arus dilakukan dengan menggunakan pendekatan
perairan di wilayah perairan muara Sungai Lagrangian, yaitu mengamati gerakan massa air
Silugonggo. permukaan dalam rentang waktu tertentu
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggunakan pelampung (alat bola duga). Bola
mengetahui pola sebaran dan nilai kandungan duga terdiri dari kipas, bola pelampung, dan tali
klorofil-a serta mengetahui pola arus yang (panjang 5 meter) yang di lepas ke perairan.
mempengaruhi sebaran klorofil-a secara Kecepatan dan arah arus akan diketahui dengan
horizontal di Perairan Muara Sungai Silugonggo, melihat arah bola pelampung dengan kompas
Kecamatan Batangan, Pati. tembak dan menghitung waktu yang diperlukan
tali pelampung hingga tegang. Rumus untuk
MATERI DAN METODE menghitung kecepatan arus yaitu:
Materi penelitian berupa sampel air yang
diambil dari Perairan Muara Sungai Silugonggo,
yang selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk
dianalisis. Pengambilan sampel air dilakukan
sebanyak tiga kali dengan waktu (hari) yang Analisis klorofil-a menggunakan metode
berbeda (29 Maret, 12 April dan 26 April 2015). spektrofotometer (Richards and Thompson, 1952
Sebagai data primer adalah data laboratorium dalam Riyono, 2006). Sampel air disaring dengan
Studi Sebaran Klorofil-a Secara Horizontal Di Perairan Muara Sungai Silugonggo (Greenaty, et al) 53
Buletin Oseanografi Marina April 2016 Vol 5 No 1 : 52 – 59
menggunakan kertas saring Millipore Filter jenis pasang surut dibuat dengan menggunakan
HAWP, kemudian direndam dalam aseton 90% software Microsoft Excel berdasarkan data
untuk ekstraksi kandungan klorofil-a. Sampel peramalan pasang surut yang diperoleh.
dimasukkan kedalam tabung centrifuge selama 30 Selanjutnya, membuat permodelan hidrodinamika
- 45 menit agar terpisah antara hasil ekstraksi 2D berdasarkan data arus, pasang surut dan
kandungan klorofil-a yang berwarna bening atau batimetri dengan menggunakan software SMS
hijau dengan kertas saring yang larut dalam (Sea water Modelling System) yang sesuai modul
aseton. Selanjutnya mencari nilai absorbansi ADCIRC (Advanced Circulation Multi
sampel dengan spektrofotometer. Konsentrasi Dimansional Hydrodynamic Model). Hasil
klorofil-a dihitung dengan menggunakan rumus permodelan di verifikasi, yaitu membandingkan
(Strickland and Thompson, 1968 dalam Riyono, pola arus hasil model dengan pola arus hasil
2006) : pengukuran lapangan.
Tabel 1. Hasil Analisis Kandungan Klorofil-a (mg/m3) di Perairan Muara Sungai Silugonggo, Pati
Studi Sebaran Klorofil-a Secara Horizontal Di Perairan Muara Sungai Silugonggo (Greenaty, et al) 54
Buletin Oseanografi Marina April 2016 Vol 5 No 1 : 52 – 59
Di samping itu, nilai kandungan klorofil-a ketiga, 26 April) memiliki nilai kandungan
yang tinggi pada stasiun 4 (Tabel 1) diduga terkait klorofil-a yang rendah. Hal ini ditunjukkan pada
dengan lokasi penelitian yang terletak di kawasan saat penelitian kondisi perairan muara Sungai
vegetasi mangrove, daerah pertambakan dan Silugonggo sangat keruh. Keruhnya perairan
berada dekat dengan muara Kali Langgen dan disebabkan oleh adanya partikel-partikel
Kali Jaran. Kawasan vegetasi mangrove tersuspensi dan tingkat endapan lumpur yang
memberikan nutrien terbesar ke perairan. tinggi yang dibawa dari daratan dan muara kali
Serasah daun mangrove yang jatuh ke perairan yang berada di sekitar perairan. Dengan demikian
akan mengalami dekomposisi sehingga dapat nilai klorofil-a yang rendah pada ketiga stasiun
memberikan tambahan nutrien bagi pertumbuhan ini erat kaitannya dengan massa air, pasang surut
fitoplankton. Serasah tumbuhan mangrove juga dan arus yang ditimbulkannya, serta kedalaman
merupakan sumber karbon dan nitrogen bagi perairan yang mempengaruhi.
hutan itu sendiri dan perairan sekitarnya (Indarto Tinggi dan rendahnya kandungan klorofil-a
et. al., 1991). Selain itu, tingginya nilai klorofil-a dipengaruhi oleh parameter kualitas perairan yang
di perairan diduga berasal dari tingginya mendukung kehidupan fitoplankton di perairan.
kandungan nutrien yang berasal dari buangan Nilai suhu permukaan di stasiun 4 relatif tinggi
limbah organik yang mengalir dari muara Kali sebesar 33,1 ºC dan nilai suhu di stasiun 8 relatif
Langgen dan Kali Jaran. Badan air Kali Langgen rendah sebesar 31, 7 ºC. Pengaruh suhu terhadap
dan Kali Jaran digunakan sebagai saluran air fitoplankton adalah dapat meningkatkan reaksi
pembuangan dari berbagai aktivitas manusia. kimia sehingga laju fotosintesis meningkat seiring
Jenis kegiatan tersebut diantaranya limbah rumah dengan kenaikan suhu. Hal ini sesuai yang
tangga, area pertambakan dan kegiatan industri dinyatakan Simanjuntak (2009), bahwa semakin
kecil. Kegiatan tersebut menghasilkan limbah tinggi suhu di perairan akan mengakibatkan
buangan organik yang merupakan sumber dari peningkatan laju fotosintesis hingga mencapai
bahan nutrien sebagai akibat dari degradasi yang maksimum. Ditambahkan oleh Prianto et. al.
dilakukan oleh mikroba. Rasyid (2009) (2013), suhu mengalami perubahan secara
menyatakan, bahwa suplai nutrien yang berasal perlahan-lahan dari daerah pantai menuju laut
dari daratan merupakan faktor utama yang
lepas. Umumnya suhu di pantai lebih tinggi dari
mengakibatkan tingginya konsentrasi klorofil-a di
daerah laut karena daratan lebih mudah menyerap
perairan. Kandungan nutrien yang tinggi di
panas matahari dibandingkan dengan perairan
perairan muara akan dimanfaatkan oleh
laut. Nilai salinitas yang terukur di stasiun 4
fitoplankton untuk proses fotosintesis (Wenno,
cukup rendah, dikarenakan stasiun 4 berada di
2007). Selain itu, pengadukan air di daerah
dangkal pada stasiun 4 dikarenakan adanya muara perairan yang mendapat pengaruh dari
pertemuan air tawar dan air laut yang membawa aliran sungai sehingga terjadi pengenceran. Nilai
nutrien dari daratan sehingga menyebabkan salinitas di stasiun 8 cukup tinggi, karena berada
terjadinya pengkayaan nutrien dari dasar ke jauh dari daratan. Menurut Azis (2007), semakin
permukaan perairan. Dengan demikian adanya banyak sungai yang bermuara ke laut tersebut
pengadukan air di daerah dangkal merupakan maka salinitas laut akan rendah dan sebaliknya
proses penting untuk mengembalikan zat-zat hara makin sedikitnya sungai yang bermuara ke laut
dari lapisan dasar ke lapisan permukaan sehingga tersebut maka salinitas akan tinggi. Variasi
dapat digunakan dalam proses fotosintesis. salinitas dapat menentukan kelimpahan dan
Nilai klorofil-a terendah terjadi di stasiun 8 distribusi fitoplankton dalam suatu perairan. Di
(29 Maret dan 12 April), dan stasiun 1 (26 April). perairan pantai yang bersalinitas rendah
Rendahnya nilai kandungan klorofil-a di stasiun 8 komunitas fitoplankton lebih tinggi daripada
diduga karena pergerakan arus surut menuju perairan yang jauh dari pantai (Simanjuntak,
pasang memiliki dominan arah arus yang berasal 2009). Derajat keasaman (pH) perairan yang baik
dari laut dalam menuju darat. Pergerakan arus laut untuk pertumbuhan organisme air berkisar antara
sangat berpengaruh pada persebaran klorofil-a di 6,5 – 8,5. Secara keseluruhan nilai pH perairan
perairan. Ditambahkan oleh Rasyid (2009), bahwa rendah mendekati pesisir dan cenderung
sebaran klorofil-a lebih rendah konsentrasinya meningkat mendekati perairan laut. Rendahnya
pada perairan lepas pantai dikarenakan tidak pH pada daerah pesisir diduga karena pengaruh
adanya suplai nutrien dari daratan secara masukan air tawar yang banyak membawa zat-zat
langsung. Pada stasiun 1 (pengambilan sampel organik, yang kemudian akan mengalami
Studi Sebaran Klorofil-a Secara Horizontal Di Perairan Muara Sungai Silugonggo (Greenaty, et al) 55
Buletin Oseanografi Marina April 2016 Vol 5 No 1 : 52 – 59
pembusukan yang dapat mempengaruhi nilai pH Kandungan Klorofil-a Terkait Arus Surut
(Simanjuntak, 2009). Kandungan pH di stasiun 4 Menuju Pasang, Kandungan Nitrat dan
dan di stasiun 8 masih berada ada kisaran tersebut Ortofosfat di Perairan Muara Sungai
sehingga masih baik untuk kehidupan organisme. Silugonggo
Kandungan oksigen terlarut (DO = dissolved
oxygen) di stasiun 4 sebesar 7,15 mg/l masih Berdasarkan waktu pengambilan sampel,
termasuk dalam kisaran baku mutu Keputusan nutrien (nitrat dan ortofosfat) menunjukkan hasil
MENLH No. 51 Tahun 2004, yaitu >5 mg/l dan sebaran yang cukup beragam Hal ini dipengaruhi
kandungan DO di stasiun 8 relatif rendah sebesar oleh arus surut menuju pasang dari arah timur laut
4,20 mg/l. Nilai ini sesuai dengan tingkat (45º) ke arah barat daya (225º) dengan kecepatan
kelimpahan klorofil-a pada tiap stasiun penelitian. berkisar 0,03 – 0,15 m/det. Hasil penelitian
Kelimpahan klorofil-a yang tinggi akan menunjukkan bahwa stasiun 1,2,3 dan 4 memiliki
menghasilkan oksigen yang lebih banyak kandungan klorofil-a yang tinggi (Tabel 1) dan di
dibandingkan. Oksigen terlarut merupakan salah dukung dengan kandungan nutrien yang tinggi
satu hasil produksi dari proses fotosintesis pula. Pada stasiun tersebut persebarannya cukup
(Haryadi et. al., 2012). Nilai kecerahan di stasiun merata dan memiliki kekuatan arus yang relatif
kecil. Kandungan klorofil-a di stasiun 5 relatif
4 relatif rendah dibandingkan dengan stasiun 8.
tinggi dengan sirkulasi arus yang relatif tinggi
Menurut Effendi (2003), kecerahan perairan akan
pula. Stasiun 6,7 dan 8 memiliki kandungan
menurun bila mendekati pantai dan meningkat
klorofil-a yang rendah dengan pergerakan arus
bila menjauhi pantai. Hal ini dipengaruhi oleh
yang tinggi. Hal ini disebabkan karena pengaruh
adanya hasil dari berbagai aktivitas di sepanjang yang kuat dari faktor fisika yaitu arus surut
sungai seperti adanya partikel-partikel daratan menuju pasang. Menurut Pratama et. al. (2012),
(lumpur, pasir, bahan-bahan organik) yang pasang surut mengakibatkan fluktuasi muka air
terbawa masuk ke perairan laut. Dengan demikian laut di perairan yang berpengaruh terhadap massa
parameter kualitas perairan yang didapatkan dari air laut dan kandungan zat yang ada di perairan.
hasil pengukuran tergolong menunjang Oleh karena itu, persebaran klorofil-a pada
produktivitas perairan di wilayah perairan muara penelitian ini dipengaruhi oleh parameter fisika
Sungai Silugonggo. berupa arus surut menuju pasang.
Gambar 1. Sebaran Klorofil-a Secara Horizontal di Perairan Muara Sungai Silugonggo. (a) Pengukuran
klorofil-a 29 Maret 2015 (b) Pengukuran klorofil-a 12 April 2015 (c) Pengukuran klorofil-a 26
April 2015. Sumber: Peta Lingkungan Perairan Indonesia Jawa Tengah Skala 1:500000
Publikasi Dishidros TNI-AL Tahun 2004. Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar 1509-132 Skala
1:25000 Publikasi Bakosurtanal Tahun 1999. Survey Lapangan di Muara Sungai Silugonggo
Kabupaten Pati Bulan Maret-April Tahun 2015.
Studi Sebaran Klorofil-a Secara Horizontal Di Perairan Muara Sungai Silugonggo (Greenaty, et al) 56
Buletin Oseanografi Marina April 2016 Vol 5 No 1 : 52 – 59
Gambar 2. Sebaran Nitrat Secara Horizontal di Perairan Muara Sungai Silugonggo. (a) Pengukuran nitrat
29 Maret 2015 (b) Pengukuran nitrat 12 April 2015 (c) Pengukuran nitrat 26 April 2015.
Sumber: Peta Lingkungan Perairan Indonesia Jawa Tengah Skala 1:500000 Publikasi Dishidros
TNI-AL Tahun 2004. Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar 1509-132 Skala 1:25000 Publikasi
Bakosurtanal Tahun 1999. Survey Lapangan di Muara Sungai Silugonggo Kabupaten Pati Bulan
Maret-April Tahun 2015.
Gambar 3. Sebaran Fosfat Secara Horizontal di Perairan Muara Sungai Silugonggo. (a) Pengukuran
ortofosfat 29 Maret 2015 (b) Pengukuran ortofosfat 12 April 2015 (c) Pengukuran ortofosfat 26
April 2015. Sumber: Peta Lingkungan Perairan Indonesia Jawa Tengah Skala 1:500000
Publikasi Dishidros TNI-AL Tahun 2004. Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar 1509-132 Skala
1:25000 Publikasi Bakosurtanal Tahun 1999. Survey Lapangan di Muara Sungai Silugonggo
Kabupaten Pati Bulan Maret-April Tahun 2015.
Sebaran konsentrasi klorofil-a dan nutrien arus yang cukup rendah. Pada stasiun 6,7 dan 8
berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan memiliki nilai kandungan klorofil yang rendah
bahwa pada stasiun 1, 2, 3 dan 4 memiliki dengan kandungan nutrien yang relatif rendah
kandungan klorofil-a yang tinggi dan begitu pula pula. Hasil pengukuran data nutrien menunjukkan
dengan kandungan nutrien yang cukup tinggi. Hal nilai kandungan yang sesuai dengan kadar
ini menunjukkan bahwa proses fotosintesis optimum untuk proses fotosintesis. Hal ini sesuai
berjalan dengan baik, karena sebaran klorofil-a yang dinyatakan Sanusi (2004), yaitu kadar
yang merata dan didukung dengan pergerakan optimum untuk proses fotosintesis adalah 0,9 –
Studi Sebaran Klorofil-a Secara Horizontal Di Perairan Muara Sungai Silugonggo (Greenaty, et al) 57
Buletin Oseanografi Marina April 2016 Vol 5 No 1 : 52 – 59
Gambar 4. Simulasi Model Arus Ketika Surut Menuju Pasang di Perairan Muara Sungai Silugonggo. (a)
Pengukuran arus 29 Maret 2015 (b) Pengukuran arus 12 April 2015 (c) Pengukuran arus 26
April 2015. Sumber: Peta Lingkungan Perairan Indonesia Jawa Tengah Skala 1:500000
Publikasi Dishidros TNI-AL Tahun 2004. Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar 1509-132 Skala
1:25000 Publikasi Bakosurtanal Tahun 1999. Survey Lapangan di Muara Sungai Silugonggo
Kabupaten Pati Bulan Maret-April Tahun 2015.
3,5 mg/l untuk nitrat dan 0,09 – 1,80 mg/l untuk Damaianto, B. dan A. Masduqi. 2014. Indeks
ortofosfat. Senyawa nitrat, fosfat, amonium, dan Pencemaran Air Laut Pantai Utara
silikat merupakan zat hara penting yang Kabupaten Tuban dengan Parameter Logam.
diperlukan dalam proses fotosintesis. Dengan Jurnal Teknik Pomits., 3(1):1-4.
demikian sebaran klorofil-a juga dipengaruhi oleh
faktor kimia yaitu nutrien (nitrat dan ortofosfat). Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. PT.
Kanisius, Yogyakarta,161hlm.
SIMPULAN
Berdasarkan dari hasil penelitian Haryadi, J. dan Hadiyanto. 2012. Korelasi Nutrien
didapatkan, bahwa nilai kandungan klorofil-a Terlarut dengan Struktur Komunitas Plankton
yang terdapat di perairan muara Sungai di Tambak Mangrove Blanakan, Kab.
Silugonggo berkisar antara 0,4981 - 12,1307 Subang. Jurnal Pengelolaan Sumber Daya
mg/m3. Nilai kandungan klorofil-a secara Alam dan Lingkungan., 2(2):73-84.
horizontal di Perairan Muara Sungai Silugonggo
lebih dipengaruhi oleh masukan dari sungai, Indarto, Y., Suhardjono dan Mulyadi. 1991. Pola
vegetasi mangrove dan daerah pertambakan. Variasi Produksi Serasah Hutan Mangrove
Sebaran klorofil-a secara horizontal memiliki Pulau Dua, Jawa Barat. Dalam: Prosiding
pola mengarah dari wilayah muara sungai ke arah Seminar IV Ekosistem Mangrove di Bandar
laut. Persebaran klorofil-a secara horizontal di Lampung Tanggal 7 Agustus 1990. Jakarta,
perairan muara Sungai Silugonggo dominan 169-174p.
dipengaruhi oleh arus dengan pola mengarah dari
timur laut (45º) ke arah barat daya (225º) dengan Pratama, T. R., E. Indrayanti dan I. B.
kecepatan berkisar 0,03 – 0,15 m/det. Prasetyawan. 2012. Kajian Pola Arus dan
Co-Range Pasang Surut di Teluk Benete
DAFTAR PUSTAKA Sumbawa NusaTenggara Barat. Journal of
Azis, M. F. 2007. Tipe Estuari Binuangeun Oceanography., 1(1):111-120.
(Banten) Berdasarkan Distribusi Suhu dan
Salinitas Perairan. Oseanologi dan Limnologi Prianto, T. Z. Ulqodry dan R. Aryawati. 2013.
di Indonesia., Vol.33:97-110. Pola Sebaran Konsentrasi Klorofil-a di Selat
Bangka dengan Menggunakan Citra Aqua-
Modis. Jurnal Maspari., 5(1):22-33.
Studi Sebaran Klorofil-a Secara Horizontal Di Perairan Muara Sungai Silugonggo (Greenaty, et al) 58
Buletin Oseanografi Marina April 2016 Vol 5 No 1 : 52 – 59
Studi Sebaran Klorofil-a Secara Horizontal Di Perairan Muara Sungai Silugonggo (Greenaty, et al) 59