Oleh :
Kelompok/Kelas : 2 / TEP A 2018
Hari, Tanggal Praktikum : Jumat, 13 September 2019
Nama (NPM) : 1. Dwita Putri Andina (240110180023)
2. Elisabet Mutiara Hutabarat (240110180032)
3. Muhammad Ars (240110180050)
4. Reza Aldino (240110180045)
5. Utari Dwi Wulandari (240110180052)
Asisten Praktikum : 1. Shinta Atilia Diatara, S.T.P
2. Kania Altiasari
3. Muhamad Iqbal
4. Faris Yudhiantoro
5. Desvianna Devani F
BAB I
PENDAHULUAN
1.3.2 Bahan
Bahan pada praktikum kali ini adalah:
1. Buku dan alat tulis
2. Lahan di samping gedung TEP
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ilmu Ukur Tanah
Ilmu ukur tanah adalah cabang dari ilmu Geodesi yang khusus mempelajari
sebagian kecil dari permukaan bumi dengan cara melakukan pengukuran-
pengukuran guna mendapatkan peta. Pengukuran yang di lakukan terhadap titik-
titik detail alam maupun buatan manusia meliputi posisi horizontal (x,y) maupun
posisi vertikal nya (z) yang diferensikan terhadap permukaan airlaut rata-rata. Agar
titik-titik di permukaan bumi yang tidak teratur bentuknya dapat di pindahkanke
atas bidang datar maka di perlukan bidang perantara antara lain : bidang Ellipsoid,
bidang bultan dan bidang datar (untuk luas wilayah 55 km). Pengukuruan tanah
dapat dianggap sebagai disiplinyang meliputi semua metoda untuk menghimpun
dan melalukan proses informasi dan data tentang bumi dan lingkungan fisis.
Perkembangan teknologi saat ini metoda terestris konvensional telah dilengkapi
dengan metoda pemetaan udara dan satelit yang berkembang melalui program-
program pertanahan dan ruang angkasa (Nahrisah,Putri, 2016).
2.2 Waterpass
Waterpass adalah suatu alat ukur tanah yang dipergunakan untuk mengukur
beda tinggi antara titik-titik saling berdekatan. Beda tinggi tersebut ditentukan
dengan garis-garis visir horizontal yang ditunjukan ke rambu-rambu ukur yang
vertikal. Pengukuran yang menggunakan alat ini disebut dengan Levelling atau
Waterpassing. Pekerjaan ini dilakukan dalam rangka penentuan tiggi suatu titik
yang akan ditentukan ketiggiannya berdasarkan suatu system referensi atau bidang
acuan. Sistem referensi atau acaun yang digunakan adalah tinggi muka air air laut
rata-rata atau Mean sea Level (MSL) atau system referensi lain yang dipilih. Sistem
referensi ini mempunyai arti sangat penting, terutama dalam bidang keairan,
misalnya: Irigasi, Hidrologi, dan sebagainya(Admin,2013)
1. Teropong, fungsinya sebagai alat untuk menjaga agar semua lensa dan gigi
fokus berada pada posisinya yang benar.
2. Visir, berfungsi sebagai alat pengarah bidikan secara kasar sebelum
dilakukan pembidikan melalui teropong atau lubang tempat membidik
3. Lubang tempat membidik
4. Nivo kotak digunakan sebagai penunjuk Sumbu Satu dalam keadaan tegak
atau tidak. Bila nivo berada di tengah berarti Sumbu Satu dalam keadaan
tegak.
5. Nivo tabung pada NK1 dan Nivo U pada NK2 adalah penunjuk apakah garis
bidik sejajar garis nivo atau tidak. Bila gelembung nivo tabung ada di tengah
atau nivo U membentuk huruf U, berarti garis bidik sudah sejajar garis nivo.
6. Pemokus diafragma, berfungsi untuk memperjelas keberadaan benang
diafragma
7. Skrup pemokus bidikan, berfungsi untuk mengatur agar sasaran yang
dibidik dari teropong terlihat dengan jelas
8. Tiga skrup pendatar, berfungsi untuk mengatur gelembung nivo kotak. Pada
NK1 sekaligus mengatur nivo tabungnya.
9. Skrup pengatur nivo U, berfungsi untuk mengatur nivo U membentuk huruf
U
10. Skrup pengatur gerakan halus horizontal, berfungsi untuk menepatkan
bidikan atau benang diafragma tegak tepat di sasaran yang dibidik
11. Sumbu tegak atau sumbu satu (tidak nampak), berfungsi agar teropong
dapat diputar kearah horizontal
12. Lingkaran horizontal berskala yang berada di badan alat, berfungsi sebagai
alat bacaan sudut horizontal
13. Lubang tempat membaca sudut horizontal
14. Pemokus bacaan sudut, berfungsi untuk memperjelas skala bacaan sudut
(Handoko, Andi. 2001).
yaitu :
a. Kedudukan dasar alat waterpass dengan dasar kepala kaki tiga harus pas,
sehingga waterpas terpasang di tengah kepala kaki tiga.
b. Kepala kaki tiga sebisa mungkin berbentuk menyerupai segi tiga, oleh
karena itu sebaiknya tiga skrup pendatar yang ada di alat ukur tepat di
bentuk segi tiga tersebut, seperti terlihat pada Gambar 5.
c. Pemasangan skrup di kepala kaki tiga pada lubang harus cukup kuat agar
tidak mudah bergeser apalagi sampai lepas skrup penghubung kaki tiga
dan alat terlepas
Gambar 5. Posisi Tiga Skrup Pendatar
Mendirikan alat adalah memasang alat ukur yang sudah terpasang pada
kaki tiga tepat di atas titik pengukuran dan siap untuk dibidikan, yaitu
sudah memenuhi persyaratan berikut:
Pembacaan benang adalah bacaan angka pada rambu ukur yang dibidik yang
tepat dengan benang diafragma mendatar dan benang stadia atas dan bawah. Bacaan
yang tepat dengan benang diafragma mendatar biasa disebut dengan Bacaan
Tengah (BT), sedangkan yang tepat dengan benang stadia atas disebut Bacaan Atas
(BA) dan yang tepat dengan benang stadia bawah disebut Bacaan Bawah (BB).
Jarak antara benang diafragma mendatar ke benang stadia atas dan bawah sama,
maka :
BA – BT = BT – BB
atau
BT = ½ ( BA – BB)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.1 Perhitungan
1. Perhitungan hasil ars
a. Perhitungan jarak
J = C (BA - BB) = 100 (8,5 – 7,9) = 0,6 dm = 6 m
J = C (BA - BB) = 100 (5,8 – 5,35) = 0,45 dm =4,5 m
J = C (BA - BB) = 100 (5,0 – 4,5) = 0,5 dm = 5 m
b. Perhitungan beda tinggi
∆H = Hi - BT = 13,05 – 8,3 = 4,75 dm = 0,475 m
∆H = Hi - BT = 13,05 – 5,55 = 7,5 dm = 0,75 m
∆H = Hi - BT = 13,05 – 4,8 = 8,25 dm = 0,825 m
3.2 Pembahasan
Praktikum kali ini membahas mengenai pengenalan alat-alat ukur wilayah,
mendirikan, membidik, dan membaca alat ukur Waterpass serta mengukur
sudut horizontal dan jarak mendatar menggunakan waterpass. Alat-alat ukur
yang dikenalkan yaitu kompas, waterpass, kaki tiga, unting-unting, dan rambu
ukur. Waterpass adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur perbedaan
ketinggian, jarak dan sudut. Alat ini kurang cocok digunakan pada pengukuran
daerah terjal karena waterpass tidak dapat mengukur sudut vertikal. Waterpass
alat yang paling utama dalam pengukuran wilayah sedangkan sisanya hanya
sebagai pelengkap karena waterpass tidak dapat digunakan sendiri. Praktikum
ini selain membaca alat ukur waterpass juga mendirikan alatnya atau disebut
dengan istilah set up. Hal yang perlu diperhatikan dalam pendirian alat ukur
waterpass, diantaranya pendirian kaki tiga pada titik bidik harus setinggi dada
pembidik, kaki tiga harus benar-benar tertancap pada tanah dengan cara
menginjak alat injak pada kaki tiga tersebut, selain itu kepala kaki tiga harus
tegak atau dalam keadaan mendatar, hal ini dapat dilakukan dengan mengatur
ketiga kaki tersebut hingga berdiri dengan rata di tempat bidikan. Kaki tiga yang
tidak tegak saat didirikan menyebabkan kesulitan saat mengatur nivo.
Pemasangan unting-unting, dimana unting-unting harus tepat diatas titik
bidikan atau patok yang telah dipasang. Nivo harus diatur hingga gelembung
nivo berada ditengah, jika nivo yang diatur tidak berada ditengah maka
perhitungan tidak akan akurat karena waterpass yang digunakan tidak tegak
sehingga benang diafragma dan stadia tidak akan sejajar dengan rambu ukur
yang sebenarnya.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum kali ini adalah:
1. Waterpass dapat digunakan untuk mengukur perbedaan ketinggian dari satu titik
acuan ke titik acuan berikutnya
2. Hasil pengukuran disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kesalahan manusia saat
membaca waterpass, kondisi alat rusak dan keadaan cuaca.
3. Hasil pengukuran jarak diperoleh dari data hasil bacaan atas, bacaan bawah, dan
konstanta.
4. Hasil pengukuran menggunakan waterpass kurang maksimal karena saat pembacaan
skala pada rambu ukur, praktikan kadang menggerakan rambu ukur akibat angin dan
keletihan akibat memegang rambu ukur terlalu lama.
5. Waterpass hanya dapat bergerak secara horizontal sehingga tidak dapat dilakukan
perhitungan apabila melebihi atau kurang dari rambu ukur.
6. Hasil pengukuran BM praktikan 1 dan praktikan 2 berbeda karena disebabkan oleh
penempatan sudut saat membidik yang berbeda juga faktor tinggi pemasangan alat
ukur yang berbeda.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan untuk praktikum kali ini adalah:
1. Materi yang ada pada papan tulis sebaiknya deberikan sebelum praktikum dimulai
agar waktunya lebih efisien.
2. Praktikan yang memegang rambu ukur diharapkan tidak banyak bergerak dan harus
tegak agar rambu ukur tidak bergerak sehingga tidak menyulitkan praktikan lain yang
membaca hasil pengukuran pada waterpass.
3. Pengukuran sebaiknya dilakukan tidak hanya di satu tempat agar data yang
terkumpul lebih bervariasi dan dapat dijadikan acuan untuk pengamatan selanjutnya.
NAMA : Elissabet M
NPM : 240110180032
3.2 Pembahasan
Praktikum kali ini dilakukan bertempat di samping gedung TPB, Jurusan
Teknik Pertanian, Universitas Padjajaran. Lokasi ini memiliki cukup banyak
kemiringan tanah dan perbedaan ketinggian (kontur) pada lahannya. Lahan
ditumbuhi vegetasi berupa rumput dan tanaman hijau yang rimbun yang bukan
tergolong tanaman konsumsi. Lokasi ini digunakan dengan memanfaatkan
lahan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) juga sebagai lahan parkir pada sisi
yang tidak ditumbuhi rumput.
Praktikum kali ini memperkenalkan alat ukur wilayah dan pemetaannya
yakni waterpass. Seluruh praktikan diharap dapat membaca, memasang kaki
tiga, menggunakan serta mengaplikasikan waterpass dalam bidang keteknikan
pertanian pada khususnya. Waterpass merupakan alat ukur sipat datar yang
didesain sedemikian rupa untuk membaca hasil horizontal karena tidak
memiliki sumbu kedua. Waterpass menitikberatkan kesejajaran tripod atau kaki
tiga untuk berada pada posisi datar. Selain tripod, nivo atau gelembung udara
pada waterpass juga harus berada diposisi tengah lingakaran kotak nivo, agar
hasil yang di dapat merupakan nilai yang presisi. Waterpass bekerja dengan
mengitung selisih tinggi antar titik yang berdekatan oleh garis visir.
Pembidikan dengan waterpass pada praktikum kali ini melibatkan tiga
orang volunteer sebagai pemegang rambu ukur (sebagai objek pengukuran).
Pembidikan memperoleh data hasil Batas Atas (BA), Batas Tengah (BT), Batas
Bawah (BB), dan sudut antara Banch Mark (titik awal), titik bidikan I, dan titik
bidikan II. Besar sudut pada pembidikan objek Banch Mark harus sama dengan
0° karena merupakan acuan bagi pembidikan objek-objek selanjutnya. Rambu
ukur sebagai objek bidikan beberapa kali dipindah tangankan kepada praktikan
lain yang bersedia menjadi volunteer sehingga hasil yang diperoleh oleh tiap
praktikan penguji/pembidik berbeda-beda. Rambu ukur juga mengalami
ketidakkonsistenan posisi karena pembidik sebelumnya tanpa sengaja
menggerakkan waterpass atau kaki tiga.
Diperoleh data bahwa tiap mengalami perbedaan hasil bidikan (ketinggian
dan sudutnya). Suatu hal yang lumrah pada pembidikan sebab pendekatan
angka hasil dibulatkan sesuai penglihatan dan perhitungan masing-masing
praktikan meskipun telah dalam posisi titik bidik yang sama. Tidak menutup
kemungkinan pula bahwa saat praktikan 2 dan praktikan 3 melakukan
pembidikan, secara tidak sadar gelembung nivo sudah bergeser dari tengah
lingkaran kotak nivo. Hal tersebut dapat diasumsikan karena saat praktikan 2
menyadari bahwa nivo telah keluar lingkaran, maka dilakukan penyetelan ulang
nivo menggunakan sekrup pendatar serta penggeseran kaki tiga. Tidak menutup
kemungkinan bahwa hasil yang diperoleh berbeda cukup signifikan, yang
disebabkan pergantian pembidik dan adanya pergerakan alat hingga seolah kaki
tiga terus bergeser beberapa jarak.
Dalam melakukan pengukuran sipat datar dikenal adanya tingkat-tingkat
ketelitian sesuai dengan tujuan proyek yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan
pada setiap pengukuran akan selalu terdapat kesalah-kesalahan. Fungsi tingkat
ketelitan tersebut adalah batas toleransi kesalahan pengukuran yang
diperbolehkakan. Untuk itu perlu diantisipasi kesalah tersebut agar di dapat
suatu hasil pengukuran untuk memenuhi batasan toleransi yang telah
ditetapkan.
Penentuan tinggi suatu titik dengan pekerjaan menggunakan waterpass
dilakukan berdasarkan suatu sistem referensi atau bidang acuan. Sistem
referensi yang digunakan adalah tinggi muka air air laut rata-rata atau Mean sea
Level (MSL). Sistem referensi ini mempunyai arti sangat penting, terutama
dalam bidang keairan, misalnya: Irigasi, Hidrologi, dan sebagainya. Kerangka
dasar vertical merupakan kumpulan titik berupa elevasinya diketahui terhadap
biadang rujukan. Pola aliran hujan dapat pula diperhatikan guna ditampungnya
dipermukaan tanah yang lebih rendah untuk mengairi lahan vegetasi. Bidang
rujukan dapat berupa ketinggian muka air laut rata-rata atau ditentukan
local.Tiap wilayah memiliki kemiringan, kontur dan potensinya masing-masing
maka penting memetakan lahan guna perencanaan suatu bangunan atau vegetasi
(misal : dibuatnya terasering). Perancangan bangunan dalam bentuk data seperti
pembangunan jalan, akses dan eifsiensi lahan yang direncanakan, rencana
tumbuh vegetasi, adalah beberapa dari banyak hasil informasi penerapan ilmu
ukur wilayah dengan penggunaan waterpass ini.
NAMA : Elissabet M
NPM : 240110180032
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Waterpass merupakan alat ukur sipat datar yang berfungsi mengukur jarak
antara dua titik dan beda tinggi antara 2 titik atau lebih.
2. Pengukuran tinggi dengan peralatan sipat datar merupakan cara paling teliti.
3. Waterpass merupakan alat ukur sipat datar yang didesain sedemikian rupa
untuk membaca hasil horizontal karena tidak memiliki sumbu kedua.
4. Waterpass bekerja dengan menghitung selisih tinggi antar titik yang
berdekatan oleh garis visir.
5. Besar sudut pada pembidikan objek Banch Mark harus sama dengan 0° .
6. Rambu ukur sebagai objek bidikan beberapa kali dipindah tangankan
kepada praktikan lain yang bersedia menjadi volunteer sehingga hasil yang
diperoleh tiap praktikan pembidik akan berbeda-beda pula.
7. Penentuan tinggi suatu titik dengan pekerjaan menggunakan waterpass
dilakukan berdasarkan suatu sistem referensi atau bidang acuan. Sistem
referensi yang digunakan adalah tinggi muka air air laut rata-rata atau Mean
sea Level (MSL).
8. Kesalahan pembacaan dapat disebabkan karena human error dan faktor
lingkungan, juga pendekatan angka hasil dibulatkan sesuai penglihatan dan
perhitungan masing-masing praktikan meskipun telah dalam posisi titik
bidik yang sama
9. Mendirikan dan merapikan alat waterpass harus sesuai dengan prosedur
untuk meminimalisasi terjadinya kerusakan alat.
10. Nilai jarak hasil bidikan dipengaruhi oleh batas atas dan batas bawah dari
pembacaan pada waterpass.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah:
1. Hasil yang diperoleh akan lebih mendekati identik atau seragam antar
praktikan, apabila rambu ukur diberikan patok yang kuat agar posisi rambu
ukur tidak berubah-ubah dan hasil dapat mendekati konsisten.
2. Sebaiknya setiap melaukan pembidikan, dilakukan dahulu pengecekan
terhadap posisi gelembung nivo. Dilakukan penyetelan berkala apabila nivo
terlihat mulai bergeser.
NAMA : Muhammad Ars
NPM : 240110180050
3.2 Pembahasan
Praktikum kali ini merupakan pertemuan kedua tentang pengenalan utama
alat-alat ukur wilayah, mendirikan, membidikkan dan membaca alat ukur
waterpass. Praktikum kali ini dilakukan agar setiap praktikan mampu
mengidentifikasikan alat ukur wilayah yaitu berupa waterpass dan praktikan
mampu mendirikan, membidikkan alat ukur waterpass dan membaca hasilnya
dengan tepat dan benar, selain mengetahui alat ukur waterpass diharapkan
praktikan dapat memhami fungsi dari setiap bagian-bagian pada waterpass
sehingga dapat menggunakan waterpass dengan sebaik-baiknya dan
mendapatkan hasil yang maksimal dalam pengukuran.
Pada praktikum kali ini dibagi 2 sesi yaitu sesi pertama mendirikan alat dan
yang kedua membidik titik-titik yang telah ditentukan dan membaca hasilnya.
Sesi pertama melakukan mendirikan alat, kemiringan lahan dan kontur tidak
rata menjadi hambatan dalam melakukan pendirian alat, syarat pembidikan
menggunakan waterpass adalah mendapatkan pandangan lurus mendatar, oleh
karenanya nivo menjadi pelengkap alat sebagai bagian untuk menyatakan alat
berada pada posisi datar atau tidak. Alat didirikan dengan ketinggian kira-kira
setinggi dada praktikan. Kumci dalam pendirian alat adalah penyesuaian kaki
kaki alat dalam mengatur Panjang 3 kaki alat yang berbeda-beda menyesuaikan
dengan kontur lahan dan kedataran alat yang ditunjukan oleh nivo. Setelah alat
berdiri dengan tegak dan lurus dilanjutkan dengan pembidikan alat. Titik target
dapat dilihat pada lubang tempat membidik dengan penyesuaian skrup-skrup
agar mendapatkan pandangan yang jelas dan tepat dalam pembacaan hasil.
Kesesuaian jarak dan penyesuaian pengatuan skrup adalah kunci untuk
mendapatkan bacaan hasil yang jelas dan tepat karena jika target buram karena
penyesuaian yang kurang tepat dan jarak yang terlampau jauh dari jangkauan
alat akan menyebabkan sulit membaca hasil karena hasil di lubang penglihat
bidikan buram dan tidak dapat menunjukan angka jelas yang menjadi nilai hasil
bidikan.
Perbedaan hasil yang didapat antara praktikan satu dengan praktikan lainnya
karena perbedaan titik bidik, yang mana perbedaan ini dipengaruhi karena beda
tinggi dan jarak antara titik 1 dengan yang lainnya, oleh karena itulah terdapat
beberapa perbedaan hasil yang didapat antara praktikan satu dengan yang
lainnya. Pada praktikan yang memiliki titik bidikan yang sama belum tentu
didapatkan hasil bacaan yang sama antara praktikan satu dengan praktikan
lainnya, perbedaan tersebut dikarenakan perbedaan antara penyesuaian agar
didapatkan pandangan yang jelas sehingga terjadi kekurangan akurasi dari
bidikan praktikan, perbedaan pula bisa disebabkan karena perbedaan asumsi
pembacaan hasil dari bidikan dikarenakan rambu ukur tidak memiliki ketelitian
lebih kecil dari DM yang membuat ketelitian hasil hanya dapat diperkirakan
oleh asumsi asumsi praktikan masing masing nya, Oleh karena itulah hasil yang
didapat pun berbeda-beda pula karena pada dasarnya perkiraan dan asumsi
setiap praktikan berbeda-beda. Dari hasil yang didapat lahan tersebut sangat
cocok jika dijadikan sebagai lahan berupa halaman yang ditumbuhi rumput
sesuai dengan peruntukannya sekarang, adapun kecocokannya dengan
peruntukannya yang lain adalah cocok dijadikan sebagai lahan pertanian karena
kemiringan lahan masih bisa dan cocok jika ditumbuhi tanaman pertanian,
tetapi karena lahan yang terbilang kurang luas dan penempatannya di
lingkungan kampus maka saya rasa kurang cocok jika lahan tersebut dijadikan
sebagai lahan pertanian dan lebih cocok dijadikan sebagai halaman.
NAMA : Reza Aldino
NPM : 240110180045
3.2 Pembahasan
Praktikum kali ini praktikan melakukan pengenalan alat ukur wilayah
(waterpass) agar dapat mendirikan, membidik dan membaca alat ukur wilayah
(waterpass). Waterpass sendiri memiliki pengertian sebagai alat ukur yang
umumnya digunakan untuk mengukur dataran yang memiliki kemiringan
namun tidak terlalu terjal. Hal tersebut dikarenakan waterpass tidak dapat
mengukur secara vertical karena di waterpass hanya ada sekrup penggerak
horizontal tidak seperti theodolite yang dapat bergerak secara horizontal dan
vertical. Praktikan menggunakan alat ukur wilayah ini agar dapat memperoleh
pandangan mendatar atau dapat juga menentukan sebuah benda atau garis
dalam posisi rata baik pengukuran secara horizontal maupun beda tinggi.
Fungsi dari waterpass sendiri dapat digunakan untuk kepentingan proyek-
proyek yang berhubungan dengan pekerjaan tanah, mengecek ketinggian
penulangan agar tidak melebihi tinggi rencana dan mengecek ketebalan lantai
saat pengecoran, sehingga lantai yang dihasilkan dapat datar, untuk pembuatan
tanda pada kolom atau dinding sebagai acuan pekerjaan lain, seperti acuan
untuk pekerjaan dinding panel precast serta dapat digunakan dalam pengecekan
settlement bangunan. Selain itu juga alat ukur wilayah ini pun dapat digunakan
dalam dunia pertanian seperti contoh nya pembuatan untuk terasering,
pembuatan untuk sistem pengairan, atau tata letak bangunan atau lahan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengukuran
menggunakan waterpass ini adalah sebelum digunakan atau dibawa ke lapangan
lebih baik diteliti terlebih dahulu bahwa alat dalam keadaan baik tanpa
kerusakan, saat hendak mengukur praktikan pastikan bahwa tempat untuk
menyimpan teropong nya dalam keadaan mendatar, praktikan harus
memastikan bahwa sedang tidak berangin kencang karena dapat membuat
bergoyang-goyang, praktikan sebaiknya melakukan pengukuran saat di pagi
hari saat matahari belum terik dikarenakan panas udara akan menyebebkan
bidang pemandangan bergoyang-goyang karena undulasi udara sehingga sukar
membidik dengan tepat, dan praktikan harus memastikan bahwa unting-unting
sudah tepat dengan titik yang sudah ditentukan dan nivo sudah tepat di tengah-
tengah dan pastikan bahwa saat mengukur di titik acuan sudut nya sudah dalam
keadaan 0.
Praktikan dalam melakukan pengukuran kali ini mendapatkan hasil dari 3
titik, yaitu bench mark atau titik acuan, titik 1 dan titik 2. Praktikan
mendapatkan hasil jarak datar di titik acuan sepanjang 5 m, di titik 1 praktikan
mendapatkan hasil sepanjang 3 m dan pada titik 2 praktikan mendapatkan hasil
sepanjang 4,5 m dan dari 3 titik itu praktikan juga mendapatkan hasil beda tinggi
dengan cara tinggi alat dikurangi dengan batas tengah tiap titik nya masing-
masing. Praktikan mendapatkan hasil di titik acuan sepanjang 0,485 m, di titik
1 praktikan mendapatkan hasil sepanjang 0,745 m dan pada titik 2 praktikan
mendapatkan hasil sepanjang 0,83 m. Hasil yang diperoleh saya memiliki hasil
yang berbeda dengan praktikan lainnya hal tersebut dapat dikarenakan
perbedaan pandangan, tinggi alat yang berbeda-beda, ketelitian tiap praktikan,
dan dapat juga dikarenakan rambu ukur yang tidak tegak. Perbedaan pandangan
dikarenakan tiap orang memiliki tingkat ketelitian nya dalam melihat sumbu
ukur, tinggi alat pun dapat mempengaruhi hasil seperti contohnya tinggi alat 1
13,95 dan tinggi alat 2 13,05. Hal tersebut dapat mempengaruhi hasil dari beda
tinggi.
NAMA : Reza Aldino
NPM : 240110180045
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah :
1. waterpass adalah alat ukur untuk mendapatkan pandangan mendatar
2. saat mengukur pastikan nivo terdapat tepat ditengah
3. pastikan unting tepat dengan titik yang mau diukur
4. diusahakan mengukur tidak dalam keadaan cuaca panas karena udara panas
dapat membuat pandangan kabur
4.2 Saran
Saran pada praktikum kali ini :
1. praktikan lebih teliti dalam melihat hasil di teropong
2. lebih serius dalam melaksanakan praktikum
3. kalua bisa alat nya dapat digunakan dengan benar semua
NAMA : Utari Dwi
NPM : 240110180052
3.2 Pembahasan
Waterpass merupakan sebuah alat ukur tanah yang digunakan untuk
mengukur lahan yang datar atau permukaan yang datar dengan membandingkan
dua titik atau lebih dengan jarak berdekatan. Waterpass dapat digunakan untuk
mengetahui jarak, sudut horizontal, dan beda tinggi. Alat ini kurang cocok
digunakan di lahan terjal dikarenakan waterpass tidak dapat mengukur sudut
vertikal. Waterpass hanya dapat untuk mengukur sudut horizontal saja karena
memiliki ring lingkaran horizontal yang dapat diputar secara horizontal ke
segala penjuru. Sementara waterpass tidak memiliki ring lingkaran vertikal hal
ini menjadikan waterpass tidak dapat mengukur sudut vertikal.
Waterpass memiliki banyak bagian diantaranya terdapat teropong, nivo
kotak, skrup pemfokus bidikan, pemfokus diafragma, skrup pengatur gerakan
halus horizontal, sumbu tegak, lingkaran horizontal berskala di badan alat, tiga
skrup pendatar, visir, dan lubang tempat membidik. Dalam melakukan
pembidikan menggunakan waterpass diperlukan beberapa bagian alat yaitu
waterpass, kaki tiga, rambu ukur, kompas, dan unting-unting. Waterpass
digunakan untuk mengukur atau menentukan sebuah benda atau garis dalam
posisi rata baik pengukuran secara vertikal maupun horizontal, kaki tiga
digunakan untuk dudukan waterpass, rambu ukur digunakan untuk membantu
mengukur beda tinggi antara garis bidik dengan permukaan tanah, kompas
digunakan untuk menentukan arah mata angin terutama arah utara atau selatan,
dan unting-unting digunakan untuk mengukur ketegakan suatu benda atau
bidang Dengan mengunakan alat tersebut maka pengukuran menggunakan
waterpass dapat dilakukan. Penggunaan waterpass memerlukan ketelitian guna
menghasilkan data yang baik. Terdapat tiga syarat untuk menghasilkan
pembacaan yang baik dalam waterpass yaitu garis bidik harus sejajar nivo,
sumbu vertikal benar-benar tegak, dan benang diafragma vertikal benar-benar
tegak.
Praktikum pengukuran menggunakan waterpass kali ini dilakukan di taman
belakang gedung teknik pertanian dan biosistem. Pengukuran dilakukan untuk
membandingkan ketiga titik untuk diukur kemiringan lahan secara mendatar.
Dengan menggunakan waterpass pengukuran menghasilkan data yang akurat
jika dilakukan sesuai syarat dan prosedur yang berlaku. sesuai pengukuran yang
dilakukan pada tempat alat satu dihasilkan tinggi alat 13,95 dm, batas atas 3,61
dm, batas tengah 2,52 dm, batas bawah 3,4 dm, sudut 0˚, jarak 2,1 m dan beda
tinggi 1,043 m. pada tempat alat dua dihasilkan tinggi alat 13,95 dm, batas atas
1,2 dm, batas tengah 0,9 dm, batas bawah 0,8 dm, sudut 111,5˚, jarak 3 m dan
beda tinggi 1,305 m. pada tempat alat tiga dihasilkan tinggi 13,95 dm, batas atas
1,9 dm, batas tengah 1,65 dm, batas bawah 1,4 dm, sudut 141˚, jarak 5 m, dan
beda tinggi 1,23 m. Untuk mencari perhitungan jarak datar menggunakan rumus
J = C (BA - BB) dengan J adalah jarak datar, C adalah konstanta, BA adalah
batas atas dan BB adalah batas bawah. Untuk mencari rumus brda tinggi
menggunakan rumus ∆H = Hi – BT dengan ∆H adalah beda tinggi, Hi adalah
tinggi alat, dan BT adalah batas tengah. Setelah diukur seperti hal tersebut
lakukan juga pengukuran tinggi waterpass saat membidik menggunakan rambu
ukur. Pengukuran menggunakan waterpass menghasilkan hasil ukur yang
berbeda beda setiap orangnya hal tersebut dikarenakan sudut masing-masing
orang berbeda-beda dalam mengukur dan juga pandangan yang setiap orang
lihat memiliki sedikit perbedaan sehingga menghasilkan hasil yang berbeda-
beda. Perbedaan yang dihasilkan dari setiap pengukuran tidak terlalu besar
perbedaannya karena rambu ukur tidak berubah lokasinya atau penempatannya.
NAMA : Utari Dwi
NPM : 240110180052
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum materi alat ukur wilayah (waterpass) ini adalah
1. Waterpass adalah suatu alat ukur tanah yang dipergunakan untuk mengukur
beda tinggi antara titik-titik saling berdekatan.
2. Waterpass digunakan untuk mengetahui jarak, sudut horizontal, dan beda
tinggi.
3. Dalam melakukan pembidikan menggunakan waterpass diperlukan
beberapa bagian alat yaitu waterpass, kaki tiga, rambu ukur, kompas, dan
unting-unting.
4. Terdapat tiga syarat untuk menghasilkan pembacaan yang baik dalam
waterpass yaitu garis bidik harus sejajar nivo, sumbu vertikal benar-benar
tegak, dan benang diafragma vertikal benar-benar tegak.
4.2 Saran
Adapun saran dari praktikum materi alat ukur wilayah (waterpass) ini
adalah
1. Alat yang digunakan terbatas sehingga perhitungaan menggunakan alat
waterpass dilakukan secara bergantian.
2. Waktu yang dilakukan dalam praktikum terbatas
BAB V
DAFTAR PUSTAKA