Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMETAAN SUMBER DAYA LAHAN


( 2. Mengenal Alat Ukur Wilayah (Waterpass), Mendirikan, Membidik, dan
Membaca Alat Ukur wilayah(Waterpass))

Oleh :
Kelompok/Kelas : 2 / TEP A 2018
Hari, Tanggal Praktikum : Jumat, 13 September 2019
Nama (NPM) : 1. Dwita Putri Andina (240110180023)
2. Elisabet Mutiara Hutabarat (240110180032)
3. Muhammad Ars (240110180050)
4. Reza Aldino (240110180045)
5. Utari Dwi Wulandari (240110180052)
Asisten Praktikum : 1. Shinta Atilia Diatara, S.T.P
2. Kania Altiasari
3. Muhamad Iqbal
4. Faris Yudhiantoro
5. Desvianna Devani F

LABORATORIUM KONSERVASI TANAH DAN AIR


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
NAMA : Elisabet M.H
NPM : 240110180032

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ilmu pengukuran tanah berasal dari bangsa Romawi, ditandai
dengan pekerjaan konstruksi diseluruh wilayah kekasisaran. Kini ilmu ukur tanah
dikembang luaskan mempelajari cara-cara pengukuran di permukaan bumi maupun
didalam tanah untuk menentukan posisi relatif atau absolut tiap permukaan.
Berguna pula pada penerapannya pemenuhanmemenuhi kebutuhan pemetaan dan
penentuan posisi relatif suatu daerah. Ilmu ukur tanah disebut juga plan surveying
yakni ilmu yang mempelajari penyajikan bentuk permukaan bumi baik unsur alam
maupun unsur manusia (mencakup seni dan teknologi) diatas permukaan yang
dianggap datar. Secara ringkas, ilmu ini bertujuan menggambarkan bayangan
sabagian atau seluruh permukaan bumi kedalam suatu kertas yang di sebut peta.
Sebagai alat untuk melaporkan hasil penelitian atau survey, praktek ilmu ukur
tanah juga diterapkan sebagai ilmu dasar pengukuran tanah dan pemetaan.
Manfaatnya ialah dalam bidang kehutanan dengan adanya peta tata guna lahan. Peta
tata guna lahan memiliki kegunaan untuk memberikan informasi penggunaan lahan,
seperti lahan pertanian. Pengukuran lahan pertanian dapat meliputi pekerjaan
sederhana (utama) antara lain mengukur jarak antara dua titik, mengukur panjang
dan lebar sisi-sisi sebidang lahan, mengukur lereng dan penggambaran bentuk
sebidang lahan, serta melakukan pengukuran jarak dan sudut. Maka dari itu,
pekerjaan ukur tanah memerlukan alat- alat penunjang ilmu ukur tanah tersebut.
Operasi untuk menentukan beda tinggi antara dua titik di permukaan tanah
disebut sipat datar (levelling). Istilah levelling ini dugunakan untuk mengukur
ketinggian yang ditetapkan menjadi bidang datar acuan, atau datum yang ditetapkan
dan elevasinya diukur terhadap bidang tersebut. Alat ilmu ukur tanah tergolong
menjadi alat-alat pekerjaan kantor dan alat pekerjaan lapangan. Alat kantor
umumya berkaitan dengan alat tulis, gambar dan hitung. Alat lapangan berkaitan
dengan alat-alat ukur sederhana yang salah satu dari alat ukur tanah beketelitian
baik dan bersipat datar, yakni waterpass. Waterpass adalah suatu alat ukur tanah
yang digunakan untuk mengukur beda tinggi antara titik-titik saling berdekatan.
Beda tinggi tersebut ditunjukkan oleh rambu ukur berupa hasil vertikal.

1.2 Tujuan praktikum


Tujuan dari praktikum kali ini adalah:
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasikan beberapa peralatan utama ukur
wilayah dengan benar.
2. Mahasiswa mampu mendirikan dan membidik alat waterpass dan membaca
hasilnya dengan cepat, tepat, dan benar.

1.3 Metodologi Pengamatan dan Pengukuran


1.3.1 Alat
Peralatan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:
1. Kaki tiga (Tripod) sebagai media untuk menegakkan dan meletakkan
waterpass dan unting-unting.
2. Kompas sebagai penunjuk arah utara.
3. Rambu sebagai sasaran bidikan pembacaan angka pengukuran pada
waterpass.
4. Unting-unting sebagai indikator tripod dan waterpass sudah berada di posisi
yang tepat dan dalam keadaan tegak.
5. Waterpass untuk mengukur beda tinggi dan jarak antara posisi alat dan titik
bidikan ataupun diantara titik bidikan.

1.3.2 Bahan
Bahan pada praktikum kali ini adalah:
1. Buku dan alat tulis
2. Lahan di samping gedung TEP

1.3.3 Metodologi Praktikum


Prosedur dalam praktikum kali ini adalah :
1. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan pada praktikum.
2. Memasang kaki tiga atau tripod dengan cara sebagai berikut:
a. Buka tripod dari ikatannya
b. Dirikan tripod lalu buka penguncinya
c. Menaikkan tripod sampai paling tinggi setinggi dada, lalu kunci kembali
penguncinya. Setelah itu regangkan tripod hingga membentuk segitiga sama
sisi.
d. Memastikan tripod kuat dengan menginjak bagian injakan lebih dalam ke
tanah.
e. Memasang unting-unting pada kaitan yang terletak dibawah kepala tripod.
f. Pasang waterpass pada bagian atas kepala tripod dengan memasukkan
sekrup pada waterpas hingga terpaut dengan sekrup kepala tripod/kaki tiga.
g. Memutar sekrup pendatar hingga posisi gelembung nivo berada tepat
ditengah.
h. Mengatur posisi teropong sejajar dengan dua buah sekrup pendatar dan
mengatur nivo agar berada di posisi tengah.
i. Memastikan sudut berada di 0֯
j. alat ukur waterpass diatas tripod sampai layak dalam proses pembidikan
3. Membidik obyek dengan mengarahkan teropong ke sasaran yang akan
dibidik (rambu ukur). Memfokuskan objek bidikan dengan memutar
pemutar horizontal halus apabila bacaan tidak terbaca dengan jelas.
4. Mencatat hasil pengukuran.
Merapikan kembali semua peralatan apabila praktikum telah selesai,
menempatkan dengan hati-hati waterpass dalam kotaknya kembali.
NAMA : Dwita Putri
NPM : 240110180023

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ilmu Ukur Tanah
Ilmu ukur tanah adalah cabang dari ilmu Geodesi yang khusus mempelajari
sebagian kecil dari permukaan bumi dengan cara melakukan pengukuran-
pengukuran guna mendapatkan peta. Pengukuran yang di lakukan terhadap titik-
titik detail alam maupun buatan manusia meliputi posisi horizontal (x,y) maupun
posisi vertikal nya (z) yang diferensikan terhadap permukaan airlaut rata-rata. Agar
titik-titik di permukaan bumi yang tidak teratur bentuknya dapat di pindahkanke
atas bidang datar maka di perlukan bidang perantara antara lain : bidang Ellipsoid,
bidang bultan dan bidang datar (untuk luas wilayah 55 km). Pengukuruan tanah
dapat dianggap sebagai disiplinyang meliputi semua metoda untuk menghimpun
dan melalukan proses informasi dan data tentang bumi dan lingkungan fisis.
Perkembangan teknologi saat ini metoda terestris konvensional telah dilengkapi
dengan metoda pemetaan udara dan satelit yang berkembang melalui program-
program pertanahan dan ruang angkasa (Nahrisah,Putri, 2016).

2.2 Waterpass

Waterpass adalah suatu alat ukur tanah yang dipergunakan untuk mengukur
beda tinggi antara titik-titik saling berdekatan. Beda tinggi tersebut ditentukan
dengan garis-garis visir horizontal yang ditunjukan ke rambu-rambu ukur yang
vertikal. Pengukuran yang menggunakan alat ini disebut dengan Levelling atau
Waterpassing. Pekerjaan ini dilakukan dalam rangka penentuan tiggi suatu titik
yang akan ditentukan ketiggiannya berdasarkan suatu system referensi atau bidang
acuan. Sistem referensi atau acaun yang digunakan adalah tinggi muka air air laut
rata-rata atau Mean sea Level (MSL) atau system referensi lain yang dipilih. Sistem
referensi ini mempunyai arti sangat penting, terutama dalam bidang keairan,
misalnya: Irigasi, Hidrologi, dan sebagainya(Admin,2013)

Menentukan ketinggian suatu titik di permukaan bumi tidak selalu harus


mengukur beda tinggi dari muka laut (MSL), namun dapat dilakukan dengan titik-
titik tetap yang sudah ada disekitar lokasi oengukuran. Titik-titik tersebut umumnya
telah diketahui ketinggiannya maupun kordinatnya (X,Y,Z) yang disebut Banch
Mark (BM). Banch mark merupakan suatu tanda yang jelas (mudah ditemukan) dan
kokoh dipermukaan bumi yang berbentuk tugu atau patok beton sehingga
terlindung dari faktor-faktor pengrusakan.(Admin,2013)

2.2.1 Bagian – bagian dan Fungsi Waterpass

Gambar 1. Waterpass NK1


(Sumber: Handoko, Andi. 2001)

Gambar 2. Waterpass NK2


(Sumber: Handoko, Andi. 2001)

1. Teropong, fungsinya sebagai alat untuk menjaga agar semua lensa dan gigi
fokus berada pada posisinya yang benar.
2. Visir, berfungsi sebagai alat pengarah bidikan secara kasar sebelum
dilakukan pembidikan melalui teropong atau lubang tempat membidik
3. Lubang tempat membidik
4. Nivo kotak digunakan sebagai penunjuk Sumbu Satu dalam keadaan tegak
atau tidak. Bila nivo berada di tengah berarti Sumbu Satu dalam keadaan
tegak.
5. Nivo tabung pada NK1 dan Nivo U pada NK2 adalah penunjuk apakah garis
bidik sejajar garis nivo atau tidak. Bila gelembung nivo tabung ada di tengah
atau nivo U membentuk huruf U, berarti garis bidik sudah sejajar garis nivo.
6. Pemokus diafragma, berfungsi untuk memperjelas keberadaan benang
diafragma
7. Skrup pemokus bidikan, berfungsi untuk mengatur agar sasaran yang
dibidik dari teropong terlihat dengan jelas
8. Tiga skrup pendatar, berfungsi untuk mengatur gelembung nivo kotak. Pada
NK1 sekaligus mengatur nivo tabungnya.
9. Skrup pengatur nivo U, berfungsi untuk mengatur nivo U membentuk huruf
U
10. Skrup pengatur gerakan halus horizontal, berfungsi untuk menepatkan
bidikan atau benang diafragma tegak tepat di sasaran yang dibidik
11. Sumbu tegak atau sumbu satu (tidak nampak), berfungsi agar teropong
dapat diputar kearah horizontal
12. Lingkaran horizontal berskala yang berada di badan alat, berfungsi sebagai
alat bacaan sudut horizontal
13. Lubang tempat membaca sudut horizontal
14. Pemokus bacaan sudut, berfungsi untuk memperjelas skala bacaan sudut
(Handoko, Andi. 2001).

2.3 Kelengkapan Alat Ukur Wilayah


Kelengkapan alat ini ada yang tergolong mutlak harus ada atau kelengkapan
utama dan ada yang tergolong sebagai tambahan. Kelengkapan utama pada alat
ukur wilayah selain waterpass adalah kaki tiga atau statif,sehingga pada waktu
digunakan alat ukur waterpass terpasang seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 3. Kaki Tiga
(Sumber: Handoko, Andi. 2001)

Kelengkapan lain yang dapat digolongkan pada kelengkapan tambahan, antara


lain ;
a. Unting-unting, alat ini digunakan untuk menempatkan alat ukur waterpas tepat
diatas titik yang akan diukur juga dapat digunakan sebagai sasaran bidikan pada
pengukuran sudut.
b. Rambu Ukur atau bak ukur adalah alat semacam mistar dengan ukuran panjang
antara 3 sampai 4 m yang dapat dipendekan baik dilipat atau sebagian dapat
dimasukan ke bagian lain dan ditarik bila perlu dipanjangkan. Alat ini terbuat
dari kayu atau bahan almunium. Rambu ukur digunakan sebagai penunjuk skala
saat melakukan pengukuran jarak atau beda tinggi menggunakan waterpass dan
dapat pula digunakan untuk mengukur tinggi kedudukan alat waterpass atau
teropong diatas kaki tiga dari permukaan tanah (Handoko, Andi. 2001).
Gambar 4. Rambu Ukur
(Sumber: Handoko, Andi. 2001)

2.4 Mengoperasikan Alat Ukur Waterpas


Ada 4 jenis kegiatan yang harus dikuasai dalam mengoperasikan alat ini,

yaitu :

2.4.1 Alat ukur waterpas tergolong kedalam Tripod Levels

Penggunaan waterpass harus terpasang diatas kaki tiga. Cara memasang


alat ukur ini adalah:

a. Kedudukan dasar alat waterpass dengan dasar kepala kaki tiga harus pas,
sehingga waterpas terpasang di tengah kepala kaki tiga.
b. Kepala kaki tiga sebisa mungkin berbentuk menyerupai segi tiga, oleh
karena itu sebaiknya tiga skrup pendatar yang ada di alat ukur tepat di
bentuk segi tiga tersebut, seperti terlihat pada Gambar 5.
c. Pemasangan skrup di kepala kaki tiga pada lubang harus cukup kuat agar
tidak mudah bergeser apalagi sampai lepas skrup penghubung kaki tiga
dan alat terlepas
Gambar 5. Posisi Tiga Skrup Pendatar

(Sumber: Handoko, Andi. 2001)

2.4.2 Mendirikan Alat ( Set up )

Mendirikan alat adalah memasang alat ukur yang sudah terpasang pada
kaki tiga tepat di atas titik pengukuran dan siap untuk dibidikan, yaitu
sudah memenuhi persyaratan berikut:

a. Sumbu satu sudah dalam keadaan tegak, yang diperlihatkan oleh


kedudukan gelembung nivo kotak ada di tengah
b. Garis bidik sejajar garis nivo, yang ditunjukkan oleh kedudukan
gelembung nivo tabung ada di tengah atau nivo U membentuk huruf U
(Handoko, Andi. 2001).

2.4.3 Membidikan Alat

Membidikan alat adalah kegiatan yang dimulai dengan mengarahkan


teropong ke sasaran yang akan dibidik, memfokuskan diafragma agar terlihat
dengan jelas, memfokuskan bidikan agar objek yang dibidik terlihat jelas dan
terakhir menepatkan benang diafragma tegak dan diafragma mendatar tepat pada
sasaran yang diinginkan (Handoko, Andi. 2001).

2.4.4 Membaca Hasil Pembidikan

Pembacaan benang adalah bacaan angka pada rambu ukur yang dibidik yang
tepat dengan benang diafragma mendatar dan benang stadia atas dan bawah. Bacaan
yang tepat dengan benang diafragma mendatar biasa disebut dengan Bacaan
Tengah (BT), sedangkan yang tepat dengan benang stadia atas disebut Bacaan Atas
(BA) dan yang tepat dengan benang stadia bawah disebut Bacaan Bawah (BB).
Jarak antara benang diafragma mendatar ke benang stadia atas dan bawah sama,
maka :

BA – BT = BT – BB

atau

BT = ½ ( BA – BB)

Persamaan ini digunakan untuk mengetahui benar atau salahnya pembacaan


(Handoko, Andi. 2001).
NAMA : Muhammad Ars
NPM : 240110180050

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Praktikum


Tabel hasil pengukuran menggunkan waterpass di belakang Lab.TTA
Tempat Tinggi Titik Bacaan (dm) Sudut Jarak Beda tinggi
alat alat bidikan BA BT BB (˚) (m) (m)
BM 8,5 8,3 7,9 0˚ 6 0,475
2
13.05 1 5,8 5,55 5,35 50˚ 4,5 0,75
(ars)
2 5,0 4,8 4,5 110˚ 5 0,825
BM 8,45 8,2 7,95 0˚ 5 0,485
2
13.05 1 5,75 5,6 5,45 50˚ 3 0,745
(reza)
2 5,0 4,75 4,55 110˚ 4,5 0,83
BM 3,61 3,52 3,4 0˚ 2,1 1,043
1
13,95 1 1,1 0,9 0,8 111,5˚ 3 1,305
(utari)
2 1,9 1,65 1,4 141˚ 5 1,23
BM 3,64 3,52 3,42 0˚ 2,2 1,043
1
13,95 1 1,24 0,55 0,49 81˚ 7,5 1,34
(dwita)
2 1,7 1,45 1,22 109˚ 4,8 1,25
BM 3,62 3,42 3,58 0˚ 0,4 1,053
1
13,95 1 1,35 1,05 0,8 61,5˚ 5,5 1,28
(elisabeth)
2 1,38 1,57 1,81 109˚ 4,3 1,238

3.1.1 Perhitungan
1. Perhitungan hasil ars
a. Perhitungan jarak
J = C (BA - BB) = 100 (8,5 – 7,9) = 0,6 dm = 6 m
J = C (BA - BB) = 100 (5,8 – 5,35) = 0,45 dm =4,5 m
J = C (BA - BB) = 100 (5,0 – 4,5) = 0,5 dm = 5 m
b. Perhitungan beda tinggi
∆H = Hi - BT = 13,05 – 8,3 = 4,75 dm = 0,475 m
∆H = Hi - BT = 13,05 – 5,55 = 7,5 dm = 0,75 m
∆H = Hi - BT = 13,05 – 4,8 = 8,25 dm = 0,825 m

2. Perhitungan hasil reza


a. Perhitungan jarak
J = C (BA - BB) = 100 (8,45 - 7,95) = 50 dm = 5 m
J = C (BA - BB) = 100 (5,75 - 5,45) = 30 dm = 3 m
J = C (BA - BB) = 100 (5 – 4,55) = 45 dm = 4,5 m
b. Perhitungan beda tinggi
∆H = Hi - BT = 13,05 – 8,2 = 4,85 dm = 0,485 m
∆H = Hi - BT = 13,05 – 5,6 = 7,45 dm = 0,745 m
∆H = Hi - BT = 13,05 – 4,75 = 8,3 dm = 0,83 m

3. Perhitungan hasil utari


a. Perhitungan jarak datar
J = C (BA - BB) = 100 (3,61 - 3,4) = 21 dm = 2,1 m
J = C (BA - BB) = 100 (1,1 - 0,8) = 30 dm = 3 m
J = C (BA - BB) = 100 (1,9 - 1,4) = 50 dm = 5 m
b. Perhitungan beda tinggi
∆H = Hi - BT = 13,95 - 3,52 = 10,43 dm = 1,043 m
∆H = Hi - BT = 13,95 - 0,9 = 13,05 dm = 1,305 m
∆H = Hi - BT = 13,95 – 1,65 = 12,30 dm = 1,230 m

4. Perhitungan hasil dwita


a. Perhitungan jarak
J = C (BA - BB) = 100 (3,64 – 3,42) = 22 dm = 2,2 m
J = C (BA - BB) = 100 (1,24 – 0,49) = 75 dm = 7,5 m
J = C (BA - BB) = 100 (1,7 – 1,22) = 48 dm = 4,8 m
b. Perhitungan beda tinggi
∆H = Hi - BT = 13,95 – 3,52 = 4,85 dm = 1,043 m
∆H = Hi - BT = 13,95 – 0,55 = 7,45 dm = 1,34 m
∆H = Hi - BT = 13,95 – 1,45 = 8,3 dm = 1,25 m
5. Perhitungan hasil Elisabeth
a. Perhitungan jarak
J = C (BA - BB) = 100 (8,45 - 7,95) = 50 dm = 5 m
J = C (BA - BB) = 100 (5,75 - 5,45) = 30 dm = 3 m
J = C (BA - BB) = 100 (5 – 4,55) = 45 dm = 4,5 m
b. Perhitungan beda tinggi
∆H = Hi - BT = 13,95 – 3,42 = 0,1053 dm = 1,053 m
∆H = Hi - BT = 13,95 – 1,05 = 0,128 dm = 1,28 m
∆H = Hi - BT = 13,95 – 1,57 = 0,1238 dm = 1,238 m
NAMA : Dwita Putri
NPM : 240110180023

3.2 Pembahasan
Praktikum kali ini membahas mengenai pengenalan alat-alat ukur wilayah,
mendirikan, membidik, dan membaca alat ukur Waterpass serta mengukur
sudut horizontal dan jarak mendatar menggunakan waterpass. Alat-alat ukur
yang dikenalkan yaitu kompas, waterpass, kaki tiga, unting-unting, dan rambu
ukur. Waterpass adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur perbedaan
ketinggian, jarak dan sudut. Alat ini kurang cocok digunakan pada pengukuran
daerah terjal karena waterpass tidak dapat mengukur sudut vertikal. Waterpass
alat yang paling utama dalam pengukuran wilayah sedangkan sisanya hanya
sebagai pelengkap karena waterpass tidak dapat digunakan sendiri. Praktikum
ini selain membaca alat ukur waterpass juga mendirikan alatnya atau disebut
dengan istilah set up. Hal yang perlu diperhatikan dalam pendirian alat ukur
waterpass, diantaranya pendirian kaki tiga pada titik bidik harus setinggi dada
pembidik, kaki tiga harus benar-benar tertancap pada tanah dengan cara
menginjak alat injak pada kaki tiga tersebut, selain itu kepala kaki tiga harus
tegak atau dalam keadaan mendatar, hal ini dapat dilakukan dengan mengatur
ketiga kaki tersebut hingga berdiri dengan rata di tempat bidikan. Kaki tiga yang
tidak tegak saat didirikan menyebabkan kesulitan saat mengatur nivo.
Pemasangan unting-unting, dimana unting-unting harus tepat diatas titik
bidikan atau patok yang telah dipasang. Nivo harus diatur hingga gelembung
nivo berada ditengah, jika nivo yang diatur tidak berada ditengah maka
perhitungan tidak akan akurat karena waterpass yang digunakan tidak tegak
sehingga benang diafragma dan stadia tidak akan sejajar dengan rambu ukur
yang sebenarnya.

Percobaan selanjutnya, praktikan melakukan pembidikan dan pengukuran


dengan menggunakan alat ukur waterpass. Hal yang perlu diperhatikan dalam
melakukan pengukuran menggunakan waterpass adalah garis bidik harus
sejajar dengan nivo, sumbu vertikal harus betul-betul tegak dan benang
diafragma vertikal harus betul-betul tegak. Data hasil percobaan nilai BM
praktikan 1 dan praktikan 2 yaitu 3,61 dan 3,64. Perbedaan ini karena dari titik
saat melakukan pengukuran tersebut memiliki jarak dan beda tinggi yang
berbeda-beda, sudutnya pun berbedan dan juga karena faktor dimana tinggi
pemasangan alat ukur waterpass yang berbeda-beda yang sesuai tinggi
penggunanya.

Hasil pengukuran tidak bisa dikatakan benar-benar akurat. Faktor yang


menyebabkan pembidikan dan pembacaan waterpass tidak sempurna adalah
karena kesalahan praktikan itu sendiri saat melakukan pengukuran tidak teliti
dan alat ukur ini terbilang asing karena praktikan belum pernah menggunakan
alat ini sebelumnya. Faktor selanjutnya karena alat itu sendiri yang sudah rusak
atau tidak sempurna. Waterpass tidak boleh terkena paparan panas matahari
langsung dan terkena air karena dapat menyebabkan kerusakan pada alat.
Kesalahan selanjutnya karena faktor yang tidak terduga seperti hal yang
berhubungan dengan unsur cuaca. Pengukuran akan ditunda atau diulang
apabila cuaca buruk sehingga menyebabkan hasil yang di dapat ketika
pengukuran akan berbeda-beda. Angin sangat berpengaruh terhadap rambu
ukur yang sedang dipegan oleh praktikan lain, sehingga menyebabkan rambu
ukur bergoyang yang menyulitkan praktikan saat membaca rambu ukur
sehingga menghasilkan data yang kurang sempurna.

Aplikasi waterpass dibidang pertanian adalah untuk memudahkan dalam


konservasi lahan seperti pembuatan sistem pengairan maupun tata letak
bangunan dan lahan. Pembuatan terasering juga merupakan aplikasi waterpass
dibidang pertanian.
NAMA : Dwita Putri
NPM : 240110180023
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum kali ini adalah:

1. Waterpass dapat digunakan untuk mengukur perbedaan ketinggian dari satu titik
acuan ke titik acuan berikutnya
2. Hasil pengukuran disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kesalahan manusia saat
membaca waterpass, kondisi alat rusak dan keadaan cuaca.
3. Hasil pengukuran jarak diperoleh dari data hasil bacaan atas, bacaan bawah, dan
konstanta.
4. Hasil pengukuran menggunakan waterpass kurang maksimal karena saat pembacaan
skala pada rambu ukur, praktikan kadang menggerakan rambu ukur akibat angin dan
keletihan akibat memegang rambu ukur terlalu lama.
5. Waterpass hanya dapat bergerak secara horizontal sehingga tidak dapat dilakukan
perhitungan apabila melebihi atau kurang dari rambu ukur.
6. Hasil pengukuran BM praktikan 1 dan praktikan 2 berbeda karena disebabkan oleh
penempatan sudut saat membidik yang berbeda juga faktor tinggi pemasangan alat
ukur yang berbeda.

4.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan untuk praktikum kali ini adalah:

1. Materi yang ada pada papan tulis sebaiknya deberikan sebelum praktikum dimulai
agar waktunya lebih efisien.
2. Praktikan yang memegang rambu ukur diharapkan tidak banyak bergerak dan harus
tegak agar rambu ukur tidak bergerak sehingga tidak menyulitkan praktikan lain yang
membaca hasil pengukuran pada waterpass.
3. Pengukuran sebaiknya dilakukan tidak hanya di satu tempat agar data yang
terkumpul lebih bervariasi dan dapat dijadikan acuan untuk pengamatan selanjutnya.
NAMA : Elissabet M
NPM : 240110180032

3.2 Pembahasan
Praktikum kali ini dilakukan bertempat di samping gedung TPB, Jurusan
Teknik Pertanian, Universitas Padjajaran. Lokasi ini memiliki cukup banyak
kemiringan tanah dan perbedaan ketinggian (kontur) pada lahannya. Lahan
ditumbuhi vegetasi berupa rumput dan tanaman hijau yang rimbun yang bukan
tergolong tanaman konsumsi. Lokasi ini digunakan dengan memanfaatkan
lahan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) juga sebagai lahan parkir pada sisi
yang tidak ditumbuhi rumput.
Praktikum kali ini memperkenalkan alat ukur wilayah dan pemetaannya
yakni waterpass. Seluruh praktikan diharap dapat membaca, memasang kaki
tiga, menggunakan serta mengaplikasikan waterpass dalam bidang keteknikan
pertanian pada khususnya. Waterpass merupakan alat ukur sipat datar yang
didesain sedemikian rupa untuk membaca hasil horizontal karena tidak
memiliki sumbu kedua. Waterpass menitikberatkan kesejajaran tripod atau kaki
tiga untuk berada pada posisi datar. Selain tripod, nivo atau gelembung udara
pada waterpass juga harus berada diposisi tengah lingakaran kotak nivo, agar
hasil yang di dapat merupakan nilai yang presisi. Waterpass bekerja dengan
mengitung selisih tinggi antar titik yang berdekatan oleh garis visir.
Pembidikan dengan waterpass pada praktikum kali ini melibatkan tiga
orang volunteer sebagai pemegang rambu ukur (sebagai objek pengukuran).
Pembidikan memperoleh data hasil Batas Atas (BA), Batas Tengah (BT), Batas
Bawah (BB), dan sudut antara Banch Mark (titik awal), titik bidikan I, dan titik
bidikan II. Besar sudut pada pembidikan objek Banch Mark harus sama dengan
0° karena merupakan acuan bagi pembidikan objek-objek selanjutnya. Rambu
ukur sebagai objek bidikan beberapa kali dipindah tangankan kepada praktikan
lain yang bersedia menjadi volunteer sehingga hasil yang diperoleh oleh tiap
praktikan penguji/pembidik berbeda-beda. Rambu ukur juga mengalami
ketidakkonsistenan posisi karena pembidik sebelumnya tanpa sengaja
menggerakkan waterpass atau kaki tiga.
Diperoleh data bahwa tiap mengalami perbedaan hasil bidikan (ketinggian
dan sudutnya). Suatu hal yang lumrah pada pembidikan sebab pendekatan
angka hasil dibulatkan sesuai penglihatan dan perhitungan masing-masing
praktikan meskipun telah dalam posisi titik bidik yang sama. Tidak menutup
kemungkinan pula bahwa saat praktikan 2 dan praktikan 3 melakukan
pembidikan, secara tidak sadar gelembung nivo sudah bergeser dari tengah
lingkaran kotak nivo. Hal tersebut dapat diasumsikan karena saat praktikan 2
menyadari bahwa nivo telah keluar lingkaran, maka dilakukan penyetelan ulang
nivo menggunakan sekrup pendatar serta penggeseran kaki tiga. Tidak menutup
kemungkinan bahwa hasil yang diperoleh berbeda cukup signifikan, yang
disebabkan pergantian pembidik dan adanya pergerakan alat hingga seolah kaki
tiga terus bergeser beberapa jarak.
Dalam melakukan pengukuran sipat datar dikenal adanya tingkat-tingkat
ketelitian sesuai dengan tujuan proyek yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan
pada setiap pengukuran akan selalu terdapat kesalah-kesalahan. Fungsi tingkat
ketelitan tersebut adalah batas toleransi kesalahan pengukuran yang
diperbolehkakan. Untuk itu perlu diantisipasi kesalah tersebut agar di dapat
suatu hasil pengukuran untuk memenuhi batasan toleransi yang telah
ditetapkan.
Penentuan tinggi suatu titik dengan pekerjaan menggunakan waterpass
dilakukan berdasarkan suatu sistem referensi atau bidang acuan. Sistem
referensi yang digunakan adalah tinggi muka air air laut rata-rata atau Mean sea
Level (MSL). Sistem referensi ini mempunyai arti sangat penting, terutama
dalam bidang keairan, misalnya: Irigasi, Hidrologi, dan sebagainya. Kerangka
dasar vertical merupakan kumpulan titik berupa elevasinya diketahui terhadap
biadang rujukan. Pola aliran hujan dapat pula diperhatikan guna ditampungnya
dipermukaan tanah yang lebih rendah untuk mengairi lahan vegetasi. Bidang
rujukan dapat berupa ketinggian muka air laut rata-rata atau ditentukan
local.Tiap wilayah memiliki kemiringan, kontur dan potensinya masing-masing
maka penting memetakan lahan guna perencanaan suatu bangunan atau vegetasi
(misal : dibuatnya terasering). Perancangan bangunan dalam bentuk data seperti
pembangunan jalan, akses dan eifsiensi lahan yang direncanakan, rencana
tumbuh vegetasi, adalah beberapa dari banyak hasil informasi penerapan ilmu
ukur wilayah dengan penggunaan waterpass ini.
NAMA : Elissabet M
NPM : 240110180032

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Waterpass merupakan alat ukur sipat datar yang berfungsi mengukur jarak
antara dua titik dan beda tinggi antara 2 titik atau lebih.
2. Pengukuran tinggi dengan peralatan sipat datar merupakan cara paling teliti.
3. Waterpass merupakan alat ukur sipat datar yang didesain sedemikian rupa
untuk membaca hasil horizontal karena tidak memiliki sumbu kedua.
4. Waterpass bekerja dengan menghitung selisih tinggi antar titik yang
berdekatan oleh garis visir.
5. Besar sudut pada pembidikan objek Banch Mark harus sama dengan 0° .
6. Rambu ukur sebagai objek bidikan beberapa kali dipindah tangankan
kepada praktikan lain yang bersedia menjadi volunteer sehingga hasil yang
diperoleh tiap praktikan pembidik akan berbeda-beda pula.
7. Penentuan tinggi suatu titik dengan pekerjaan menggunakan waterpass
dilakukan berdasarkan suatu sistem referensi atau bidang acuan. Sistem
referensi yang digunakan adalah tinggi muka air air laut rata-rata atau Mean
sea Level (MSL).
8. Kesalahan pembacaan dapat disebabkan karena human error dan faktor
lingkungan, juga pendekatan angka hasil dibulatkan sesuai penglihatan dan
perhitungan masing-masing praktikan meskipun telah dalam posisi titik
bidik yang sama
9. Mendirikan dan merapikan alat waterpass harus sesuai dengan prosedur
untuk meminimalisasi terjadinya kerusakan alat.
10. Nilai jarak hasil bidikan dipengaruhi oleh batas atas dan batas bawah dari
pembacaan pada waterpass.

4.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah:
1. Hasil yang diperoleh akan lebih mendekati identik atau seragam antar
praktikan, apabila rambu ukur diberikan patok yang kuat agar posisi rambu
ukur tidak berubah-ubah dan hasil dapat mendekati konsisten.
2. Sebaiknya setiap melaukan pembidikan, dilakukan dahulu pengecekan
terhadap posisi gelembung nivo. Dilakukan penyetelan berkala apabila nivo
terlihat mulai bergeser.
NAMA : Muhammad Ars
NPM : 240110180050

3.2 Pembahasan
Praktikum kali ini merupakan pertemuan kedua tentang pengenalan utama
alat-alat ukur wilayah, mendirikan, membidikkan dan membaca alat ukur
waterpass. Praktikum kali ini dilakukan agar setiap praktikan mampu
mengidentifikasikan alat ukur wilayah yaitu berupa waterpass dan praktikan
mampu mendirikan, membidikkan alat ukur waterpass dan membaca hasilnya
dengan tepat dan benar, selain mengetahui alat ukur waterpass diharapkan
praktikan dapat memhami fungsi dari setiap bagian-bagian pada waterpass
sehingga dapat menggunakan waterpass dengan sebaik-baiknya dan
mendapatkan hasil yang maksimal dalam pengukuran.

Waterpass merupakan alat ukur wilayah yang bersifat datar untuk


mendapatkan pandangan mendatar dari suatu objek yang akan dibidik untuk
mengetahui objek yang memiliki sama tinggi ataupun beda tinggi. Alat ini
berfungsi untuk mengetahui kemiringan lahan ataupun untuk mengukur sudut
horisontal, dengan mengetahui kemiringan dan sudut horisontal lahan akan
menjadi bahan pertimbangan dalam peruntukan penggunaan lahan agar lahan
bisa dimanfaatkan dengan efektif dan tepat guna. Setiap alat dibedakan
berdasarkan fungsinya, kelengkapannya, tingkat ketelitiannya dan pabrik
pembuatannya.

Pada praktikum kali ini dibagi 2 sesi yaitu sesi pertama mendirikan alat dan
yang kedua membidik titik-titik yang telah ditentukan dan membaca hasilnya.
Sesi pertama melakukan mendirikan alat, kemiringan lahan dan kontur tidak
rata menjadi hambatan dalam melakukan pendirian alat, syarat pembidikan
menggunakan waterpass adalah mendapatkan pandangan lurus mendatar, oleh
karenanya nivo menjadi pelengkap alat sebagai bagian untuk menyatakan alat
berada pada posisi datar atau tidak. Alat didirikan dengan ketinggian kira-kira
setinggi dada praktikan. Kumci dalam pendirian alat adalah penyesuaian kaki
kaki alat dalam mengatur Panjang 3 kaki alat yang berbeda-beda menyesuaikan
dengan kontur lahan dan kedataran alat yang ditunjukan oleh nivo. Setelah alat
berdiri dengan tegak dan lurus dilanjutkan dengan pembidikan alat. Titik target
dapat dilihat pada lubang tempat membidik dengan penyesuaian skrup-skrup
agar mendapatkan pandangan yang jelas dan tepat dalam pembacaan hasil.
Kesesuaian jarak dan penyesuaian pengatuan skrup adalah kunci untuk
mendapatkan bacaan hasil yang jelas dan tepat karena jika target buram karena
penyesuaian yang kurang tepat dan jarak yang terlampau jauh dari jangkauan
alat akan menyebabkan sulit membaca hasil karena hasil di lubang penglihat
bidikan buram dan tidak dapat menunjukan angka jelas yang menjadi nilai hasil
bidikan.

Hasil bidikan didapatkan setelah dilakukan penyesuaian agar di dapatkan


pandangan yang jelas dalam pembacaan hasil. Terdapat 3 titik bidikan untuk
dibidik dengan perbedaan jarak sudut horisontal dari titik BM ke titik 1 sebesar
50ᵒ dan dari titik BM ke titik 2 yaitu sebesar 100ᵒ, setiap titik memiliki selisih
kemiringan sudut sebesar 50ᵒ. Setiap titik pembidikan berbeda-beda antara 1
dengan yang lainnya karena terdapat 4 alat yang digunakan dalam pembidikan,
saya mendapatkan alat ke 2 dalam pembidikan. Lokasi pembidikan dilakukan
di belakan lab TTA atau di samping GAZEBO SAMPING halaman FTIP.
Pengukuran yang saya lakukan menggunakan alat ke 2 didapatkan hasil seperti
pada tabel di bawah. Dengan jarak tinggi di dapatkan dari hasil penjumlahan J
= C(BA-BB) dengan c satuan bernilai 100 dan BA adalah batas atas dan BB
batas bawah, begitu juga dengan beda tinggi didapatkan dari pemjumlahan ∆h
= hi - BT dengan hi sebagai tinggi alat dan BT batas tengah.

Perbedaan hasil yang didapat antara praktikan satu dengan praktikan lainnya
karena perbedaan titik bidik, yang mana perbedaan ini dipengaruhi karena beda
tinggi dan jarak antara titik 1 dengan yang lainnya, oleh karena itulah terdapat
beberapa perbedaan hasil yang didapat antara praktikan satu dengan yang
lainnya. Pada praktikan yang memiliki titik bidikan yang sama belum tentu
didapatkan hasil bacaan yang sama antara praktikan satu dengan praktikan
lainnya, perbedaan tersebut dikarenakan perbedaan antara penyesuaian agar
didapatkan pandangan yang jelas sehingga terjadi kekurangan akurasi dari
bidikan praktikan, perbedaan pula bisa disebabkan karena perbedaan asumsi
pembacaan hasil dari bidikan dikarenakan rambu ukur tidak memiliki ketelitian
lebih kecil dari DM yang membuat ketelitian hasil hanya dapat diperkirakan
oleh asumsi asumsi praktikan masing masing nya, Oleh karena itulah hasil yang
didapat pun berbeda-beda pula karena pada dasarnya perkiraan dan asumsi
setiap praktikan berbeda-beda. Dari hasil yang didapat lahan tersebut sangat
cocok jika dijadikan sebagai lahan berupa halaman yang ditumbuhi rumput
sesuai dengan peruntukannya sekarang, adapun kecocokannya dengan
peruntukannya yang lain adalah cocok dijadikan sebagai lahan pertanian karena
kemiringan lahan masih bisa dan cocok jika ditumbuhi tanaman pertanian,
tetapi karena lahan yang terbilang kurang luas dan penempatannya di
lingkungan kampus maka saya rasa kurang cocok jika lahan tersebut dijadikan
sebagai lahan pertanian dan lebih cocok dijadikan sebagai halaman.
NAMA : Reza Aldino
NPM : 240110180045

3.2 Pembahasan
Praktikum kali ini praktikan melakukan pengenalan alat ukur wilayah
(waterpass) agar dapat mendirikan, membidik dan membaca alat ukur wilayah
(waterpass). Waterpass sendiri memiliki pengertian sebagai alat ukur yang
umumnya digunakan untuk mengukur dataran yang memiliki kemiringan
namun tidak terlalu terjal. Hal tersebut dikarenakan waterpass tidak dapat
mengukur secara vertical karena di waterpass hanya ada sekrup penggerak
horizontal tidak seperti theodolite yang dapat bergerak secara horizontal dan
vertical. Praktikan menggunakan alat ukur wilayah ini agar dapat memperoleh
pandangan mendatar atau dapat juga menentukan sebuah benda atau garis
dalam posisi rata baik pengukuran secara horizontal maupun beda tinggi.
Fungsi dari waterpass sendiri dapat digunakan untuk kepentingan proyek-
proyek yang berhubungan dengan pekerjaan tanah, mengecek ketinggian
penulangan agar tidak melebihi tinggi rencana dan mengecek ketebalan lantai
saat pengecoran, sehingga lantai yang dihasilkan dapat datar, untuk pembuatan
tanda pada kolom atau dinding sebagai acuan pekerjaan lain, seperti acuan
untuk pekerjaan dinding panel precast serta dapat digunakan dalam pengecekan
settlement bangunan. Selain itu juga alat ukur wilayah ini pun dapat digunakan
dalam dunia pertanian seperti contoh nya pembuatan untuk terasering,
pembuatan untuk sistem pengairan, atau tata letak bangunan atau lahan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengukuran
menggunakan waterpass ini adalah sebelum digunakan atau dibawa ke lapangan
lebih baik diteliti terlebih dahulu bahwa alat dalam keadaan baik tanpa
kerusakan, saat hendak mengukur praktikan pastikan bahwa tempat untuk
menyimpan teropong nya dalam keadaan mendatar, praktikan harus
memastikan bahwa sedang tidak berangin kencang karena dapat membuat
bergoyang-goyang, praktikan sebaiknya melakukan pengukuran saat di pagi
hari saat matahari belum terik dikarenakan panas udara akan menyebebkan
bidang pemandangan bergoyang-goyang karena undulasi udara sehingga sukar
membidik dengan tepat, dan praktikan harus memastikan bahwa unting-unting
sudah tepat dengan titik yang sudah ditentukan dan nivo sudah tepat di tengah-
tengah dan pastikan bahwa saat mengukur di titik acuan sudut nya sudah dalam
keadaan 0.
Praktikan dalam melakukan pengukuran kali ini mendapatkan hasil dari 3
titik, yaitu bench mark atau titik acuan, titik 1 dan titik 2. Praktikan
mendapatkan hasil jarak datar di titik acuan sepanjang 5 m, di titik 1 praktikan
mendapatkan hasil sepanjang 3 m dan pada titik 2 praktikan mendapatkan hasil
sepanjang 4,5 m dan dari 3 titik itu praktikan juga mendapatkan hasil beda tinggi
dengan cara tinggi alat dikurangi dengan batas tengah tiap titik nya masing-
masing. Praktikan mendapatkan hasil di titik acuan sepanjang 0,485 m, di titik
1 praktikan mendapatkan hasil sepanjang 0,745 m dan pada titik 2 praktikan
mendapatkan hasil sepanjang 0,83 m. Hasil yang diperoleh saya memiliki hasil
yang berbeda dengan praktikan lainnya hal tersebut dapat dikarenakan
perbedaan pandangan, tinggi alat yang berbeda-beda, ketelitian tiap praktikan,
dan dapat juga dikarenakan rambu ukur yang tidak tegak. Perbedaan pandangan
dikarenakan tiap orang memiliki tingkat ketelitian nya dalam melihat sumbu
ukur, tinggi alat pun dapat mempengaruhi hasil seperti contohnya tinggi alat 1
13,95 dan tinggi alat 2 13,05. Hal tersebut dapat mempengaruhi hasil dari beda
tinggi.
NAMA : Reza Aldino
NPM : 240110180045

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah :
1. waterpass adalah alat ukur untuk mendapatkan pandangan mendatar
2. saat mengukur pastikan nivo terdapat tepat ditengah
3. pastikan unting tepat dengan titik yang mau diukur
4. diusahakan mengukur tidak dalam keadaan cuaca panas karena udara panas
dapat membuat pandangan kabur

4.2 Saran
Saran pada praktikum kali ini :
1. praktikan lebih teliti dalam melihat hasil di teropong
2. lebih serius dalam melaksanakan praktikum
3. kalua bisa alat nya dapat digunakan dengan benar semua
NAMA : Utari Dwi
NPM : 240110180052

3.2 Pembahasan
Waterpass merupakan sebuah alat ukur tanah yang digunakan untuk
mengukur lahan yang datar atau permukaan yang datar dengan membandingkan
dua titik atau lebih dengan jarak berdekatan. Waterpass dapat digunakan untuk
mengetahui jarak, sudut horizontal, dan beda tinggi. Alat ini kurang cocok
digunakan di lahan terjal dikarenakan waterpass tidak dapat mengukur sudut
vertikal. Waterpass hanya dapat untuk mengukur sudut horizontal saja karena
memiliki ring lingkaran horizontal yang dapat diputar secara horizontal ke
segala penjuru. Sementara waterpass tidak memiliki ring lingkaran vertikal hal
ini menjadikan waterpass tidak dapat mengukur sudut vertikal.
Waterpass memiliki banyak bagian diantaranya terdapat teropong, nivo
kotak, skrup pemfokus bidikan, pemfokus diafragma, skrup pengatur gerakan
halus horizontal, sumbu tegak, lingkaran horizontal berskala di badan alat, tiga
skrup pendatar, visir, dan lubang tempat membidik. Dalam melakukan
pembidikan menggunakan waterpass diperlukan beberapa bagian alat yaitu
waterpass, kaki tiga, rambu ukur, kompas, dan unting-unting. Waterpass
digunakan untuk mengukur atau menentukan sebuah benda atau garis dalam
posisi rata baik pengukuran secara vertikal maupun horizontal, kaki tiga
digunakan untuk dudukan waterpass, rambu ukur digunakan untuk membantu
mengukur beda tinggi antara garis bidik dengan permukaan tanah, kompas
digunakan untuk menentukan arah mata angin terutama arah utara atau selatan,
dan unting-unting digunakan untuk mengukur ketegakan suatu benda atau
bidang Dengan mengunakan alat tersebut maka pengukuran menggunakan
waterpass dapat dilakukan. Penggunaan waterpass memerlukan ketelitian guna
menghasilkan data yang baik. Terdapat tiga syarat untuk menghasilkan
pembacaan yang baik dalam waterpass yaitu garis bidik harus sejajar nivo,
sumbu vertikal benar-benar tegak, dan benang diafragma vertikal benar-benar
tegak.
Praktikum pengukuran menggunakan waterpass kali ini dilakukan di taman
belakang gedung teknik pertanian dan biosistem. Pengukuran dilakukan untuk
membandingkan ketiga titik untuk diukur kemiringan lahan secara mendatar.
Dengan menggunakan waterpass pengukuran menghasilkan data yang akurat
jika dilakukan sesuai syarat dan prosedur yang berlaku. sesuai pengukuran yang
dilakukan pada tempat alat satu dihasilkan tinggi alat 13,95 dm, batas atas 3,61
dm, batas tengah 2,52 dm, batas bawah 3,4 dm, sudut 0˚, jarak 2,1 m dan beda
tinggi 1,043 m. pada tempat alat dua dihasilkan tinggi alat 13,95 dm, batas atas
1,2 dm, batas tengah 0,9 dm, batas bawah 0,8 dm, sudut 111,5˚, jarak 3 m dan
beda tinggi 1,305 m. pada tempat alat tiga dihasilkan tinggi 13,95 dm, batas atas
1,9 dm, batas tengah 1,65 dm, batas bawah 1,4 dm, sudut 141˚, jarak 5 m, dan
beda tinggi 1,23 m. Untuk mencari perhitungan jarak datar menggunakan rumus
J = C (BA - BB) dengan J adalah jarak datar, C adalah konstanta, BA adalah
batas atas dan BB adalah batas bawah. Untuk mencari rumus brda tinggi
menggunakan rumus ∆H = Hi – BT dengan ∆H adalah beda tinggi, Hi adalah
tinggi alat, dan BT adalah batas tengah. Setelah diukur seperti hal tersebut
lakukan juga pengukuran tinggi waterpass saat membidik menggunakan rambu
ukur. Pengukuran menggunakan waterpass menghasilkan hasil ukur yang
berbeda beda setiap orangnya hal tersebut dikarenakan sudut masing-masing
orang berbeda-beda dalam mengukur dan juga pandangan yang setiap orang
lihat memiliki sedikit perbedaan sehingga menghasilkan hasil yang berbeda-
beda. Perbedaan yang dihasilkan dari setiap pengukuran tidak terlalu besar
perbedaannya karena rambu ukur tidak berubah lokasinya atau penempatannya.
NAMA : Utari Dwi
NPM : 240110180052
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum materi alat ukur wilayah (waterpass) ini adalah
1. Waterpass adalah suatu alat ukur tanah yang dipergunakan untuk mengukur
beda tinggi antara titik-titik saling berdekatan.
2. Waterpass digunakan untuk mengetahui jarak, sudut horizontal, dan beda
tinggi.
3. Dalam melakukan pembidikan menggunakan waterpass diperlukan
beberapa bagian alat yaitu waterpass, kaki tiga, rambu ukur, kompas, dan
unting-unting.
4. Terdapat tiga syarat untuk menghasilkan pembacaan yang baik dalam
waterpass yaitu garis bidik harus sejajar nivo, sumbu vertikal benar-benar
tegak, dan benang diafragma vertikal benar-benar tegak.

4.2 Saran
Adapun saran dari praktikum materi alat ukur wilayah (waterpass) ini
adalah
1. Alat yang digunakan terbatas sehingga perhitungaan menggunakan alat
waterpass dilakukan secara bergantian.
2. Waktu yang dilakukan dalam praktikum terbatas
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Aditya D hardinata. 2019. Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah - Penyipat


Datar. Terdapat pada: https://www.academia.edu/33236885/Laporan_Praktikum_
Ilmu_Ukur_Tanah_-_Penyipat_Datar (Diakses pada Minggu 15 September 2019
pukul 10.52 WIB)
Admin. 2013. Arti Waterpass. Terdapat pada : http://www.globalhutama.net
/pages/artikel-17/arti-waterpass-44.html (Diakses pada Minggu 15 September 2019
pukul 16.10 WIB)

Handoko, Andi. 2001. Modul Mengoperasikan Dan Merawat Alat Ukur


Tanah. Terdapat pada: https://www.academia.edu/5491751/Mengoperasikan_dan_
merawat_alat_ukur_tanah (Diakses pada Minggu 15 September 2019 pukul 17.47
WIB)

Nahrisah,Putri. 2016.Ilmu Ukur Tanah Pemetaan. Terdapat pada: https://


www.academia.edu/22430272/ILMU_UKUR_TANAH_PEMETAAN_DAN_SIG
(Diakses pada Minggu 15 September 2019 pukul 18.46 WIB)

Wr, Ef. 2019 WATERPASS. Retrieved from https://www.academia


.edu/6818879/WATERPASS (Diakses pada Minggu 15 September 2019 pukul
09.44)

Anda mungkin juga menyukai