Dosen Pengampu :
Ns. Jumaini, M.Kep, Sp. Kep. J
Disusun Oleh :
KELOMPOK 1 (A 2017 1)
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “RESIKO KEKERASAN,
HALUSINASI, WAHAM”. Tidak lupa kami juga mengucapkan terimakasih atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kesehatan
Jiwa II pada Semester ganjil (semester 5) Fakultas Keperawatan, jurusan Ilmu
Keperawatan tahun ajaran 2019/2020.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualikum Wr.Wb.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….1
1.1.Latar Belakang………………………………………………………………………….1
1.2.Rumusan Masalah………………………………………………………………………2
1.3.Tujuan Penulisan………………………………………………………………………..2
1.4.Manfaat Penulisan………………………………………………………………………3
Skenario……………………………………………………………………………………..4
1.5.Step 1 (Terminologi)……………………………………………………………………5
1.6.Step 2 (Identifikasi Masalah)…………………………………………………………...5
1.7.Step 3 (Analisa Masalah)……………………………………………………………….6
1.8.Step 4 (Tema Dan Skema)……………………………………………………………...7
1.9.Step 5 (Learning Objektif)……………………………………………………………..8
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………….9
2.1.Definisi………………………………………………………………………………....9
2.2.Etiologi………………………………………………………………………………..10
2.3.Patofisiologi…………………………………………………………………………..12
2.4.Klasifikasi……………………………………………………………………………..13
2.5.Manifestasi Klinis…………………………………………………………………….15
2.6.Pohon Masalah………………………………………………………………………..16
2.7.Asuhan Keperawatan………………………………………………………................16
3.1. Kesimpulan…………………………………………………………………………....25
3.2. Saran…………………………………………………………………………………..25
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….26
BAB I
PENDAHULUAN
B. Bagi institusi
Sebagai sarana pengembangan dan pemahaman ilmu pengetahuan untuk
menunjang proses pembelajaran.
Skenario 2
Seorang laki – laki, usia ( 29 tahun ) dibawa kembali oleh pamannya ke RSJ karena marah-
marah, mengancam dan memukul ibunya, bicara dan tertawa sendiri, bicara kacau, tidak bisa
tidur, dan tidak mau makan. Pasien mengalami gejala-gejala ini dengan presipitasi ibunya tidak
mau membelikan handphone.
Tiga bulan yang lalu pasien pernah dirawat di RSJ dengan diagnosa keperawatan utama
halusinasi pendengaran. Pada saat itu, akibat halusinasi yang dialami pasien memukul tetangga
yang melintas didepan rumahnya. Pasien berpendidikan tamat SMP, pernah bekerja sebagai juru
parkir dan depot air isi ulang, saat ini tinggal bersama ibu dan ayah tirinya karena pasien telah
bercerai dengan istrinya sekitar 3 tahun yang lalu. Pasien memiliki 1 anak perempuan usia 5 tahun
dan sejak bercerai tidak pernah bertemu lagi dengan anaknya. Pasien tidak menyetujui ibunya
menikah lagi dan hal ini membuat pasien benci terhadap ibunya. Ayah pasien meninggal dunia
saat pasien berusia 13 tahun.
.
1.5. Step 1 ( Terminologi )
1. Halusinasi Pendengaran: Keadaan seseorang yang mendengarkan sesuatu, misalnya
suara langkah kaki.
2. Pikiran Magis : Pikiran di luar akal sehat manusia yang berada di alam nyata,
misalnya terbayang ada hantu di sekitarnya.
3. Disorientasi : Kondisi mental yang berubah, tidak mengenal identitas dirinya
sendiri, dan
4. Waham Kebesaran: Pasien berpikir bahwa seolah olah dia memiliki jabatan yang
tinggi dan ini merupakan keyakinan yang salah dan tidak sesuai dengan kenyataan
yang ada.
5. Menghardik : Teknik untuk membantu pasien mengalihkan halusinasinya
dengan cara meminta pasien untuk tutup telinga dan mengakatan kata-kata yang dapat
memotivasi diri.
12. Dengan cara melakukan komunikasi teraupetik agar pasien merasa nyaman dan percaya
dengan kita dan lakukan pendekatan kepada pasien.
13. Bisa dengan cara menghardik atau membantu pasien agar bisa mengalihkan
halusinasinya, contohnya dengan meminta pasien untuk tutup telinganya dan
mengucapkan kata-kata motivasi seperti “ini tidak nyata adanya”.
14. Keefektifan dari teknik menghardik ini tergantung pada pasiennya lagi, karena meskipun
pasien sudah melakukan teknik menghardik seperti yang sudah diajarkan perawat,
halusinasinya bisa kambuh lagi kapanpun itu,
15. Cara mengontrol secara Fisik, bisa dengan memberikan obat dan terapi khusus kepada
pasien, sedangkan kalau secara Verbal, bisa dengan melakukan komunikasi teraupetik
dan perlakukan pasien dengan baik.
16. Intervensi yang harus dilakukan kepada keluarga pasien, antaralain :
a. Jelaskan keadaan pasien terkait tanda dan gejalanya.
b. Meminta keluarga selalu menemani pasien, agar pasien tidak merasa sendiri.
c. Jangan pernah menyudutkan pasien.
d. Mengajarkan teknik menghardik kepada keluarga untuk mengatasi halusinasi
pasien.
e. Menjelaskan prosedur pengobatan dan efek samping yang akan ditimbulkan oleh
reaksi obat.
1.8. Step 4 (Tema dan Skema)
Skizofrenia
1.9. Step 5 (Learning objektif)
1. Definisi Resiko Perilaku kekerasan, Halusinasi, dan Waham
2. Etiologi Resiko Perilaku kekerasan, Halusinasi, dan Waham
3. Patofisiologi Resiko Perilaku kekerasan, Halusinasi, dan Waham
4. Manifestasi Klinis Resiko Perilaku kekerasan, Halusinasi, dan Waham
5. Klasifikasi Halusinasi dan Waham
6. Panatalaksanaan Resiko Perilaku kekerasan dan Halusinasi
7. Rentan Respon Resiko Perilaku kekerasan dan Halusinasi
8. Pohon Masalah Resiko Perilaku kekerasan, Halusinasi, dan Waham
9. Asuhan Keperawatan Resiko Perilaku kekerasan, Halusinasi, dan Waham
BAB II
PEMBAHASAN
Tanda dan gejala perilaku kekerasan menurut Direja (2011) sebagai berikut :
1. Fisik
Mata melotot, pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wjah merah dan tegang,
serta postur tubuh kaku.
2. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kasar, bicara dengan nada keras, kasar, dan
ketus.
3. Perilaku
amuk/agresif.
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak
5. Intelektual
6. Spiritual
Merasa dirinya berkuasa, merasa dirinya benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan
kreativitas terhambat.
7. Sosial
8. Perhatian
Perilaku yang ditampakan mulai dari yang adaptif sampai maladaptif: Keterangan:
1. Asertif: individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain
dan memberikan kenyamanan
2. Frustasi: individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat mrah dan tidak dapat
menemukan alternatif
3. Pasif: individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya
4. Agresif : perilaku yang menyertai marahdan bermusuhan yang kuat serta
hilangnya kontrol
5. Amuk : suatu bentuk kerusakan yang menimbulkan kerusuhan
(Yosep, 2011)
2.6. Asuhan Keperawatan Resiko Perilaku Kekerasan
A. Pengkajian
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Pengelompokan data pada pengakajian kesehatan jiwa dapat pula berupa faktor
predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan
kemampuan koping yang dimiliki klien (stuart dan Sunden, 1998). Cara
pengkajian lain berfokus pada 5 (lima) dimensi : fisik, emosional, intelektual,
sosial dan spiritual. Isi pengkajian meliputi :
1. Identitas klien
2. Keluhan utama/alasan masuk
3. Faktor predisposisi
4. Dimensi fisik / biologis
5. Dimensi psikososial
6. Status mental
7. Kebutuhan persiapan pulang
8. Mekanisme koping
9. Masalah psikososial dan lingkungan
10. Aspek medik
Data yang didapat melalui observasi atau pemeriksaan langsung di sebut
data obyektif, sedangkan data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan
keluarga melalui wawancara perawatan disebut data subyektif.
D. Intervensi keperawatan
2.8.Etiologi Waham
Gangguan orientasi realitas menyebar dalam lima kategori utama fungsi otak
Menurut Kusumawati, (2010) yaitu :
1. Gangguan fungsi kognitif dan persepsi menyebabkan kemampuan
menilai dan menilik terganggu.
2. Gangguan fungsi emosi, motorik, dan sosial mengakibatkan
kemampuan berespons terganggu, tampak dari perilaku nonverbal (ekspresi
dan gerakan tubuh) dan perilaku verbal (penampilan hubungan sosial).
3. Gangguan realitas umumnya ditemukan pada skizofrenia.
4. Gejala primer skizofrenia (bluer) : 4a + 2a yaitu gangguan asosiasi,
efek, ambivalen, autistik, serta gangguan atensi dan aktivitas.
5. Gejala sekunder: halusinasi, waham, dan gangguan daya ingat.
2.9.Patofisiologi Waham
Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham yaitu : klien menyatakan
dirinya sebagai seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan atau kekayaan
luar biasa, klien menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau
sekelompok orang, klien menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada
dalam tubuhnya, menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal
dengan orang lain, rasa curiga yang berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit
tidur, tampak apatis, suara memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau
menangis sendiri, rasa tidak percaya kepada orang lain, gelisah.
Berikut beberapa bentuk tanda dan gejala dari Waham, antara lain
sebagai berikut :
1. Status Mental
a. Pada pemeriksaan status mental, menunjukkan hasil yang sangat normal,
kecuali bila ada sistem waham abnormal yang jelas.
b. Mood klien konsisten dengan isi wahamnya.
c. Pada waham curiga didapatkannya perilaku pencuriga.
d. Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan identitas
diri, mempunyai hubungan khusus dengan orang yang terkenal.
e. Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan adanya
kualitas depresi ringan.
f. Klien dengan waham, tidak memiliki halusinasi yang menonjol/menetap.,
kecuali pada klien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa klien
kemungkinan ditemukan halusinasi dengar.
2. Sensorium dan kognisi
a. Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang memiliki
waham spesifik tentang waktu, tempat, dan situasi.
b. Daya ingat dan proses kognitif klien dengan intak (utuh)
c. Klien waham hampir seluruh memiliki insight (daya tilik diri) yang jelek.
d. Klien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan dirinya,
keputusan yang terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi klien adalah
dengan menilai perilaku masa lalu, masa sekarang dan yang direncanakan.
2.11.Klasifikasi Waham
A. Pengkajian
Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham, yaitu pasien
menyatakan dirinya sebagai seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan,
atau kekayaan luar biasa, serta pasien menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh
orang lain atau sekelompok orang. Selain itu, pasien menyatakan perasaan
mengenai penyakit yang ada dalam tubuhnya, menarik diri dan isolasi, sulit
menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, rasa curiga yang
berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit tidur, tampak apatis, suara
memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau menangis sendiri, rasa
tidak percaya kepada orang lain, dan gelisah.
Beberapa hal yang harus dikaji antara lain sebagai berikut.
a. Status mental
Pada pemeriksaan status mental, menunjukkan hasil yang sangat normal,
kecuali bila ada sistem waham abnormal yang jelas.
1) Suasana hati (mood) pasien konsisten dengan isi wahamnya.
2) Pada waham curiga didapatkannya perilaku pencuriga.
3) Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan
identitas diri dan mempunyai hubungan khusus dengan orang yang terkenal.
4) Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan adanya
kualitas depresi ringan.
5) Pasien dengan waham tidak memiliki halusinasi yang
menonjol/menetap kecuali pada pasien dengan waham raba atau cium. Pada
beberapa pasien kemungkinan ditemukan halusinasi dengar.
b. Sensorium dan kognisi
1) Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang
memiliki waham spesifik tentang waktu, tempat, dan situasi.
2) Daya ingat dan proses kognitif pasien dengan utuh (intact).
3) Pasien waham hampir seluruh memiliki daya tilik diri (insight) yang
jelek.
4) Pasien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan
dirinya, keputusan yang terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi
pasien adalah dengan menilai perilaku masa lalu, masa sekarang, dan yang
direncanakan.
Tanda dan gejala waham dapat juga dikelompokkan sebagai berikut.
a. Kognitif
1) Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata.
2) Individu sangat percaya pada keyakinannya.
3) Sulit berpikir realita.
4) Tidak mampu mengambil keputusan.
b. Afektif
1) Situasi tidak sesuai dengan kenyataan.
2) Afek tumpul.
C. Diagnosa Keperawatan
Beberapa Diagnosis Keperawatan, antara lain sebagai berikut :
a. Risiko kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham.
b. Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah.
D. Intervensi
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
1) Tujuan
a) Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap.
b) Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar.
c) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
d) Pasien menggunakan obat dengan prinsip lima benar.
2) Tindakan
a) Bina hubungan saling percaya.
b) Bantu orientasi realitas.
Tidak mendukung atau membantah waham pasien, yakinkan pasien berada
dalam keadaan aman.
c) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari.
d) Jika pasien terus-menerus membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa
memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti
membicarakannya.
e) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan
realitas.
f) Diskusikan kebutuhan psikologis atau emosional yang tidak terpenuhi
sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah. Tingkatkan
aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien,
berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki, bantu melakukan
kemampuan yang dimiliki, berdiskusi tentang obat yang diminum, melatih
minum obat yang benar.
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
1) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien.
2) Diskusikan dengan keluarga tentang hal berikut:
a) Cara merawat pasien waham di rumah.
b) Follow up dan keteraturan pengobatan.
c) Lingkungan yang tepat untuk pasien.
3) Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis,
frekuensi, efek samping, akibat penghentian obat).
4) Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan
konsultasi segera.
E. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah dirumuskan dalam rangka memenuhi kebutuhan
pasien secara optimal dengan menggunakan keselamatan, keamanan dan
kenyamanan pasien. Dalam melaksanakan keperawatan, haruslah dilibatkan
tim kesehatan lain dalam tindakan kolaborasi yang berhubungan dengan
pelayanan keperawatan serta berdasarkan atas ketentuan rumah sakit.
2.13.Definisi Halusinasi
2.14.Etiologi Halusinasi
b. Faktor Prespitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna,
putus
asa dan tidak berdaya.Penilaian individu terhadap stresor dan masalah koping
dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).Menurut Stuart
(2007),
faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2) Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stresor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Sumber Koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari
pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiology
termasuk :
a) Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
mengurangi ansietas, hanya mempunyai sedikit energy untuk aktivitas hidup
sehari-hari.
b) Projeksi sebagai upaya untuk menjelaskan keracunan persepsi.
c) Menarik diri.
2.15.Patofisiologi Halusinasi
2.17.Klasifikasi Halusinasi
d. Tahap IV ( Psikotik )
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien terlihat panik.
Prilaku yang muncul :
1) Risiko tinggi mencederai
2) Agitasi / kataton
3) Tidak mampu merespons rangsang yang ada
2.19.Asuhan Keperawatan Halusinasi
A. Pengkajian
Menurut Stuart dan Laraia pengkajian merupakan tahapan awal dan
dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan, atau masalah klien. Data yang
dikumpulkan meliputi data biologis,psikologis, sosial, dan spiritual. Data
pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor predisposisi,
faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan
kemampuan koping yang dimiliki klien (Keliat, 2005).
Untuk dapat menjaring data yang diperlukan umunya, dikembangkan
formulir pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan dalam
pengkajian.
Isi pengkajian meliputi :
a. Identitas klien
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Tanggal Masuk, Informan, Tanggal
Pengkajian, No. Rekam medik.
b. Keluhan utama atau alasan masuk
c. Faktor predisposisi
d. Aspek pemeriksaan fisik atau biologis
e. Aspek psikososial
Genogram, Konsep diri, Hubungan sosial dan spiritual.
f. Status mental
Penampilan, pembicaraan, aktivitas motorik, alam perasaan, afek (ekspresi
wajah),interaksi saat wawancara, persepsi, proses berfikir, isi pikir, tingkat
kesadaran,memori, tingkat konsentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian,
dan daya tilik diri.
g. Kebutuhan persiapan pulang
Makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian/berhias, istirahat dan tidur,
penggunaan obat,pemeliharaan kesehatan, aktivitas didalam rumah, aktivitas
diluar rumah.
h. Mekanisme koping
i. Masalah psikososial dan lingkungan
j. Aspek medik.
B. Pohon Masalah
Resiko mencederai diri, orang lain, dan lingkungan