Anda di halaman 1dari 12

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN

PELAYANAN KESEHATAN GIGI IBU HAMIL DI POLI GIGI PUSKESMAS OESAPA


KOTA KUPANG

Ratih Variani
Jurusan Keperawatan Gigi-Poltekkes Kemenkes Kupang
varianiratih@gmail.com

ABSTRAK
Kesehatan gigi dan mulut ibu hamil harus benar-benar mendapat perhatian karena kesehatan
gigi dan mulut sangat berpengaruh terhadap kesehatan ibu hamil secara umum serta
kesehatan dan pertumbuhan janin yang sedang tumbuh dan berkembang dalam kandungan
(Musaikan, 2002). Berdasarkan survey awal di Puskesmas Oesapa Kota Kupang Provinsi
Nusa Tenggara Timur didapatkan jumlah kunjungan ibu hamil untuk memeriksakan
kesehatan giginya masih rendah. Penelitian ini untuk menganalisis faktor yang berhubungan
dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi ibu hamil di Poli Gigi Puskesmas Oesapa Kota
Kupang. Jenis penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian
ini adalah sebanyak 50 ibu hamil yang ke Posyandu wilayah Puskesmas Oesapa dan
Puskesmas Oesapa. Hasil dianalisa secara statistik dengan menggunakan analisa uji chi
square. Hasil uji chi square menunjukkan diantar 8 faktor yang diteliti, yang terdapat
hubungan adalah faktor pendapatan, dimana hasil p value < dari 0,05 sehingga terdapat
hubungan. Hal ini ditunjukkan dengan pendapatan yang kurang, ibu hamil tidak
memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi. Sedangkan alasan ibu hamil tidak memanfaatkan
pelayanan kesehatan giginya adalah karena tidak ada keluhan, jika ada keluhan saja baru
mereka pergi memeriksakan kesehatan gigi di Poli Gigi Puskesmas Kota Kupang. Untuk
kegiatan integrasi KIA-Poli Gigi ada tetapi tidak berjalan baik karena ada kegiatan integrasi
apabila ibu hamil ada keluhan gigi saja.

Kata kunci : faktor pemanfatan pelayanan kesehatan gigi, Ibu hamil.

ABSTRACT

Oral and dental health of pregnant women should really get attention because dental and oral
health is very influential on the health of pregnant women in general and the health and
growth of the fetus that is growing and developing in the womb (Musaikan, 2002). Based on
the initial survey at the Oesapa Health Center in Kupang, East Nusa Tenggara Province, the
number of visits by pregnant women to check their dental health was still low. This research
to analyze factors related to the utilization of dental health services for pregnant women at the
Dental clinic of Oesapa City Health Center in Kupang. Type of analytic research with cross
sectional approach. The samples in this study were as many as 50 pregnant women who went
to the Posyandu in the Oesapa Health Center area and Oesapa Health Center. The results
were analyzed statistically using the chi square test analysis. The results of the chi-square test
show that there are 8 factors studied, the relationship of which is the income factor, where the
result is p value <0.05 so there is a relationship. This is indicated by poor income, pregnant
women do not use dental health services. Whereas the reason for pregnant women not to take
advantage of their dental health services is because they have no complaints, if there are only
complaints they just go to have a dental health check up at the Kupang City Health Center
Dental clinic. For integration activities between KIA-Dental clinic, there are not going well
because there are integration activities if pregnant women have dental complaints.
Key words: utilization of dental health services, pregnant women.
1. Pendahuluan
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian yang terpisahkan satu dengan yang
lainnya karena kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi kesehatan tubuh (Gultom,
2009). Begitu juga dengan kehamilan, dimana kehamilan dan kesehatan gigi juga terkait
satu sama lain. Selama kehamilan terjadi perubahan selain perubahan secara fisik,
perubahan hormonal dan perilaku terjadi pada ibu hamil. Hal tersebut berpengaruh juga
pada keadaan gigi dan mulut mereka. Selama masa kehamilan sering kali calon ibu
mengalami keluhan pada gigi dan mulut. Terkadang ibu hamil tersebut memang sudah
mengalami masalah pada gigi dan menjadi bertambah parah ketika hamil.
Wanita hamil menjadi sangat rentan terhadap penyakit gingiva dan penyakit
periodontal akibat dari mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. Kesehatan gigi dan mulut
ibu hamil harus benar-benar mendapat perhatian karena kesehatan gigi dan mulut sangat
berpengaruh terhadap kesehatan ibu hamil secara umum serta kesehatan dan pertumbuhan
janin yang sedang tumbuh dan berkembang dalam kandungan (Musaikan, 2002). Untuk
mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal pada ibu hamil, maka harus dilakukan
perawatan kesehatan gigi secara berkala baik mulai dari memperhatikan asupan nutrisi,
pembersihan plak, pembersihan karang gigi, penambalan serta kunjungan berkala ke
dokter gigi baik ada keluhan ataupun tidak ada keluhan (Kementrian Kesehatan, 2012).
Akan tetapi kenyataannya jumlah kunjungan ibu hamil ke Poli Gigi sangat rendah. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Anggraini dan Andreas (2015) dimana didapatkan 64,8%
ibu hamil belum pernah datang ke dokter gigi atau jika sudah pernah ke dokter gigi
kunjungan terakhir mereka sudah lebih dari 2 tahun yang lalu. Berdasarkan hasil survey
awal yang juga kami lakukan di Puskesmas Oesapa Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara
Timur didapatkan jumlah kunjungan ibu hamil di Poli Gigi untuk tahun 2016 hanya 7
orang dalam 1 tahun, sedang untuk tahun 2017 hanya 11 orang dalam 1 tahun. Jumlah ini
belum mencapai 50% dari total ibu hamil yang ada di wilayah Puskesmas Oesapa. Hal ini
menunjukkan rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi oleh ibu hamil di
Puskesmas tersebut.
Banyak faktor yang mempengaruhi individu dalam memanfaatkan pelayanan
kesehatan. Menurut Anderson dalam Notoadmojo (2010), mengembangkan suatu model
pemanfaatan pelayanan kesehatan dimana pelayanan kesehatan tersebut dipengaruhi oleh
faktor predisposisi (jenis kelamin, umur, status perkawinan, struktur sosial : pendidikan
dan pekerjaan, ras, agama dan kepercayaan kesehatan), karakteristik kemampuan/
enabling (penghasilan, asuransi, kemampuan membeli jasa pelayanan kesehatan,
pengetahuan tentang kebutuhan pelayanan kesehatan, adanya sarana pelayanan kesehatan
serta lokasinya dan ketersediaan tenaga kesehatan), dan karakteristik kebutuhan (penilaian
individu dan penilaian klinik terhadap suatu penyakit). Mengingat banyak faktor yang
mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan maka dalam penelitian ini dibatasi pada
faktor hanya melihat pada hubungan antara pengetahuan, sikap, dukungan suami/
keluarga, pendapatan/penghasilan keluarga, akses dan fasilitas pelayanan kesehatan gigi,
pelayanan dokter gigi, pelayanan paramedis/ perawat gigi dengan pemanfaatan pelayanan
kesehatan gigi ibu hamil di Puskesmas Oesapa Kota Kupang.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik ingin meneliti tentang
“Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi ibu hamil
di Poli Gigi Puskesmas Oesapa Kota Kupang”.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik dengan
pendekatan cross sectional untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi ibu hamil di Puskesmas Oesapa Kota Kupang.
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas dan
Posyandu Puskesmas Oesapa dengan jumlah sampel sebesar 50 responden (25%
Populasi). Instrumen penelitian dengan menggunakan kuisioner. Hasil penelitian direkap
dan dianalisis dengan menggunakan uji fisher exact test dengan tingkat signifikan (α =
0,05).

3. Hasil dan Pembahasan

Penelitian dilakukan pada tanggal 10 Juli sampai 10 Agustus tahun 2018 di


Puskesmas Oesapa dengan responden yaitu ibu hamil yang berkunjung di Puskesmas
Oesapa Kota Kupang yang berjumlah 50 orang. Hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Hubungan antara akses dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi

Tabel 1. Tabulasi silang akses dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi ibu
hamil di Puskesmas Oesapa Kota Kupang

No. Akses Pemanfaatan


Tidak Memanfaatkan
Memanfaat Total P value
N % N % N %
1 Sulit 6 12 3 6 9 18
2 Mudah 27 54 14 28 41 82 1,000
Total 33 66 17 34 50 100

b. Hubungan antara pendapatan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi

Tabel 2.
Tabulasi silang pendapatan/ penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan
kesehatan gigi ibu hamil di Puskesmas Oesapa Kota Kupang
No. Pendapatan Pemanfaatan
Tidak Memanfaatkan
Memanfaatkan Total P value
N % N % N %
1 Cukup 2 4 5 10 7 14
2 Kurang 31 62 12 24 43 86 0,024
Total 33 66 17 34 50 100

c. Hubungan antara pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi

Tabel 3.
Tabulasi silang pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi
ibu hamil di Puskesmas Oesapa Kota Kupang
No. Pemanfaatan
Pengetahuan Tidak Memanfaatkan
Memanfaatkan Total P value
N % N % N %
1 Baik 23 46 13 26 36 72
2 Kurang 10 20 4 8 14 28 0,746
Total 33 66 17 34 50 100
d. Hubungan antara sikap dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi

Tabel 4.
Tabulasi silang sikap dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi ibu
hamil di Puskesmas Oesapa Kota Kupang
No. Pemanfaatan
Sikap Tidak Memanfaatkan
Memanfaatkan Total P value
N % N % N %
1 Positif 23 46 14 28 37 74
2 Negatif 10 20 3 6 13 26 0,499
Total 33 66 17 34 50 100

e. Hubungan antara dukungan suami/ keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan


gigi

Tabel 5.
Tabulasi silang dukungan suami/ keluarga dengan pemanfaatan pelayanan
kesehatan gigi ibu hamil di Puskesmas Oesapa Kota Kupang
No. Pemanfaatan
Dukungan Tidak Memanfaatkan
Suami/ Memanfaatkan Total P value
Keluarga N % N % N %
1 Mendukung 8 16 7 14 15 30
2 Tidak 25 50 10 20 35 70 0,362
Mendukung
Total 33 66 17 34 50 100

f. Hubungan antara fasilitas pelayanan kesehatan gigi dengan pemanfaatan pelayanan


kesehatan gigi

Tabel 6.
Tabulasi silang fasilitas pelayanan kesehatan gigi dengan pemanfaatan
pelayanan kesehatan gigi ibu hamil di Puskesmas Oesapa Kota Kupang

No. Fasilitas Pemanfaatan


Pelayanan Tidak Memanfaatkan
Kesehatan Gigi Memanfaatkan Total P value
N % N % N %
1 Lengkap 27 54 15 30 42 84
2 Tidak Lengkap 6 12 2 4 8 16 0,699
Total 33 66 17 34 50 100
g. Hubungan antara pelayanan dokter gigi dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan
gigi
Tabel 7.
Tabulasi silang pelayanan dokter gigi dengan pemanfaatan pelayanan
kesehatan gigi ibu hamil di Puskesmas Oesapa Kota Kupang

No. Pelayanan Pemanfaatan


Dokter Gigi Tidak Memanfaatkan
Memanfaatkan Total P value
N % N % N %
1 Baik 30 60 14 28 44 88
2 Buruk 3 6 3 6 12 12 0,396
Total 33 66 17 34 50 100

h. Hubungan antara pelayanan perawat gigi dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan


gigi

Tabel 8.
Tabulasi silang pelayanan perawat gigi dengan pemanfaatan pelayanan
kesehatan gigi ibu hamil di Puskesmas Oesapa Kota Kupang

No. Pelayanan Pemanfaatan


Perawat Gigi Tidak Memanfaatkan
Memanfaatkan Total P value
N % N % N %
1 Baik 31 62 15 30 46 92
2 Buruk 2 4 2 4 4 8 0,597
Total 33 66 17 34 50 100

i. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi

Memanfaatkan
34%
66%
Tdk
Memanfaatkan

Diagram 9. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi Oleh Ibu hamil

j. Alasan ibu hamil tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi selama kehamilan

0%
Tidak ada
keluhan sakit
100% Lainnya

Diagram 10. Alasan ibu hamil tidak memanfaatkan pelayanan


kesehatan gigi selama kehamilan
k. Integrasi KIA dengan Poli Gigi
Untuk kuisioner tentang ada tidaknya integrasi antara KIA dengan Poli Gigi yang
ditanyakan kepada petugas Poli Gigi, hasilnya adalah untuk kegiatan integrasi KIA-
Gigi ada hanya saja jika ibu hamil ada keluhan sakit saja. Kegiatan integrasi KIA-Gigi
ini tidak berjalan dengan baik karena dilakukan jika ada keluhan saja, jika tidak ada
tidak ada kegiatan integrasi KIA-Gigi.

Untuk faktor akses tidak didapatkan hubungan dengan pemanfaatan pelayanan


kesehatan gigi. Sebagian besar responden menyatakan akses mudah, karena kebanyakan
rumah responden tidak terlalu jauh dari Puskesmas. Akses layanan yang dekat dari tempat
tinggal masyarakat terhadap puskesmas, akan semakin besar jumlah pemanfaatan
masyarakat ke puskesmas, demikian pula sebaliknya semakin jauh akses layanan dari
tempat tinggal masyarakat dengan puskesmas akan semakin rendah jumlah pemanfaatan
masyarakat dengan puskesmas (Kristina dkk, 2008). Hal ini tidak sejalan dengan
penelitian ini, karena meskipun rumah responden berjarak dekat dengan puskesmas atau
dapat dijangkau dengan mudah, tetap sebagian besar responden tidak memanfaatkan
pelayanan kesehatan gigi.
Menurut Pohan (2007) bahwa akses pelayanan kesehatan itu harus dapat dicapai oleh
masyarakat, tidak terhalang oleh keadaan geografis, social, ekonomi, organisasi dan
bahasa. Salah satunya yaitu keadaan\geografis yang dapat diukur dengan jarak, lama
perjalanan, jenis transportasi dan atau hambatan fisik lain yang dapat menghalangi
seseorang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Pendapatan mempunyai kontribusi besar dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Bagi ibu-ibu yang mempunyai biaya akan lebih leluasa untuk memanfaatkan pelayanan
kesehatan, sebaliknya ibu-ibu yang kurang mempunyai biaya akan kurang leluasa untuk
memanfaatkan pelayanan kesehatan (Ulina, 2004).
Hasil pada tabel 2 menunjukkan terdapat hubungan antara faktor pendapatan dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi. Keluarga yang berpendapatan rendah maka
kemungkinan kecil akan memanfaatkan pelayanan kesehatan guna untuk memeriksakan
kehamilannya, sebaliknya jika pendapatan keluarga relative tinggi maka kemungkinan
besar ia akan memanfaatkan pelayanan kesehatan dalam memeriksakan kehamilannya.
Besarnya pendapatan keluarga akan mempengaruhi orang untuk memilih sarana pelayanan
kesehatan. masyarakat dengan tingkat pendapatan keluarga yang lebih rendah cenderung
untuk memilih sarana pelayanan kesehatan karena tarif pelayananya lebih tinggi dibanding
dengan pelayanan ke dukun yang relative murah dan mudah terjangkau. Dalam penelitian
ini hasil yang didapat sesuai teori dimana pendapatan yang kurang maka cenderung tidak
memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi.
Pengetahuan merupakan hasil tahu serta terjadi setelah melakukan penginderaan
terhadap objek tertentu. Apabila seseorang mempunyai pengetahuan pada suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk
menjelaskan secara besar sampai dengan menggunakan atau berperilaku sesuai dengan
pengetahuannya pada situasi yang sebenarnya. seseorang mempunyai kemampuan yang
sebenarnya menyusun formulasi baru berdasarkan ilmu pengetahuan yang dapat
dipertanggung jawabkan serta melakukan evaluasi sejauh mana kemampuan seseorang.
Baik buruknya pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya tingkat
pendidikan, umur, informasi, pengalaman, status ekonomi dan sosial budaya
(Notoadmojo, 2005). Akan tetapi setelah diuji statistik tidak ada hubungan antara
pendapatan/ penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi. Menurut Sarwono
(2007), pengetahuan individu merupakan salah satu faktor yang menentukan seseorang
untuk mencari dan meminta upaya pelayanan kesehatan. Semakin tinggi pengetahuan
individu tentang akibat yang ditimbulkan oleh suatu penyakit, maka semakin tinggi upaya
pencegahan yang dilakukan. Akan tetapi teori tersebut tidak sejalan dengan hasil
penelitian ini, dimana responden yang memiliki pengetahuan baik tidak memanfaatkan
pelayanan kesehatan gigi sebanyak 46%.
Sikap mencerminkan penilaian yang menyenangkan maupun yang tidak
menyenangkan terhadap obyek sikap sebagai kecenderungan yang dipelajari, sikap
mempunyai kemampuan memotivasi yaitu mendorong konsumen ke arah perilaku tertentu
atau menarik konsumen dari perilaku tertentu. Selain itu sikap relatif konsisten dengan
perilaku yang dicerminkannya meskipun sikap bisa berubah (Schiffman & Kanuk, 2007).
Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil mempunyai sikap yang positif
terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi selama kehamilan dan kesehatan gigi
selama kehamilan. Sedangkan setelah diuji secara statistik tidak ada hubungan antara
sikap dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi ibu hamil.
Dalam hal ini meskipun pengetahuan baik, sikap positif akan tetapi dalam
kenyataannya persentase ibu hamil yang memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi
berbanding terbalik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Notoadmojo (2007) dimana sikap
adalah reaksi yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus. Sikap belum
merupakan suatu tindakan nyata, tetapi masih berupa persepsi dan kesiapan seseorang
untuk bereaksi terhadap stimulus yang ada di sekitarnya. Sikap dapat diukur secara
langsung dan tidak langsung.
Dukungan dapat diartikan sebagai satu diantara fungsi pertalian atau ikatan sosial segi
fungsionalnya mencakup dukungan emosional, mendorong adanya ungkapan perasaan,
memberi nasihat atau informasi, pemberian bantuan material. Sebagai fakta sosial yang
sebenarnya sebagai kognisi individual, atau dukungan yang dirasakan melawan dukungan
yang diterima (Ninuk, 2007). Hasil menunjukkan bahwa untuk sikap berbanding terbalik
dengan pengetahuan dan sikap ibu hamil yang baik dan positif terhadap pemanfaatan
pelayanan kesehatan gigi. Setelah dilakukan uji statistik tidak ada hubungan antara
dukungan suami/ keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi. Dukungan
suami/ keluarga yang kurang mendukung dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi ini
karena pada tabel tabulasi silang dapat dilihat bahwa suami/keluarga yang tidak
mendukung maka ibu hamil tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi dengan
persentase 50% dan yang suami/ keluarga mendukung malah ibu hamil tidak
memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi dengan persentase kecil yaitu 14%.
Padahal suami secara materiil maupun non-materiil harus bisa mendukung istri untuk
selalu mempertahankan kondisinya yang sehat disaat hamil untuk kepentingan ibu dan
bayi dalam kandungan termasuk dalam hal kesehatan gigi. Memberikan izin untuk
memeriksakan kesehatan gigi, menganjurkan istri memeriksakan kesehatan gigi selama
hamil ke pelayanan kesehatan, menyediakan waktu untuk mendampingi istri
memeriksakan kesehatan giginya, menyediakan dana untuk ibu memeriksakan kesehatan
gigi, membantu ibu dalam mencari informasi tentang kesehatan gigi selama hamil
merupakan bentuk dukungan suami kepada istri dalam memanfaatkan pelayanan
kesehatan gigi. Hal-hal tersebut sangat dibutuhkan agar permasalahan kesehatan gigi ke
depannya tidak sampai mengganggu perkembangan kesehatan janin.
Sarana atau fasilitas berkaitan dengan penampilan fisik fasilitas kesehatan.
Kenyamanan, kebersihan, kerapihan, kelengkapan alat periksa dan ragam obat-obatan
serta pelayanan kesehatan gigi yang diberikan merupakan factor penting untuk menarik
pasien yang dapat menjamin kelangsungan berobat. Sarana atau fasilitas merupakan unsur
lain yang dianggap mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan karena dapat
mempengaruhi lama waktu tunggu dalam menerima pelayanan kesehatan yang diinginkan.
Dengan adanya sarana waktu tunggu akan merasa lebih menyenangkan (Katrin, 2010).
Sarana atau fasilitas merupakan sarana terhadap alat-alat medis yang digunakan oleh
puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan gigi
untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dan ragam obat yang diberikan
merupakan faktor penting untuk menarik pasien yang dapat menjamin kelangsungan
berobat. Hasil uji statistik tidak ada hubungan antara fasilitas pelayanan kesehatan gigi
dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
teori dimana fasilitas pelayanan kesehatan memang merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi tetapi pada penelitian ini tidak ada
hubungan karena pada hasil tabulasi silang didapatkan bahwa meskipun fasilitas
pelayanan kesehatan gigi lengkap tetapi responden/ ibu hamil tidak memanfaatkan
pelayanan kesehatan gigi dengan persentase sebesar 54%.
Hasil penelitian didapatkan tidak ada hubungan antara pelayanan dokter gigi dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi. Menurut Azwar (1996), bahwa pelayanan yang
diberikan (dokter) merupakan salah satu penunjang keberhasilan pelayanan kepada pasien
yang sedang menjalani perawatan. Sikap yang merupakan ungkapan perasaan seseorang
terhadap pelayanan yang diberikan sangat berpengaruh dalam memanfaatkan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut. Memberikan perhatian penuh, bersikap sopan, ramah, tidak
ragu-ragu dan menjalin hubungan yang baik dengan pasien berpengaruh terhadap
keputusan pasien dalam menggunakan jasa pelayanan (Saragih dkk, 2014).
Sebagian subjek penelitian merasa bahwa kemampuan dan kesigapan dokter
gigi/dokter gigi muda, memberikan perawatan yang memuaskan, dapat menyembuhkan
penyakit mereka dalam memberikan pelayanan dan mampu berkomunikasi dengan baik
pada pasien. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Della dan Thinni (2013) bahwa
pemanfaatan pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh ketanggapan petugas kesehatan
terhadap pelayanan yang diberikan, karena berdasarkan hasil tabulasi silang pelayanan
dokter gigi baik tetapi responden tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi.
Paramedis adalah tenaga ahli keperawatan dengan fungsi utamanya adalah
memberikan pelayanan medis kepada pasien dengan mutu sebaik-baiknya dengan
menggunakan tata cara dan teknik berdasarkan ilmu keperawatan dan etik yang berlaku
serta dapat dipertanggung jawabkan termasuk di dalamnya ada perawat dan perawat gigi.
Keberadaan tenaga paramedis dalam kesehatan masyarakat yang dinilai adalah kinerjanya,
baik dalam rangka pembangunan dan pengembangan sistem kesehatan nasional, dalam
segi operasional perawatan terhadap pelayanan kesehatan masyarakat. Sedangkan dilain
hal tenaga paramedis juga dituntut untuk bekerja sama dengan para dokter termasuk
dokter gigi sebagai satu tim dengan perawat gigi maka dari sini terlihat betapa pentingnya
kinerja pegawai di dalam hal memberikan pelayanan kesehatan (Azwary B, 2013). Hasil
penelitian untuk uji statistik didapatkan tidak ada hubungan antara pelayanan perawat gigi
dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi. Paramedis termasuk dalam hal ini perawat
gigi harus mampu memberikan pelayanan yang ramah, mampu menggunakan peralatan
yang tersedia secara maksimal, dan mampu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dan
terpercaya. Selain itu seorang paramedis dituntut tidak saja ilmu-ilmu kedokteran gigi
secara medis, tetapi juga ilmu-ilmu lainnya seperti administrasi, manajemen, leadership,
decisionmaking, dan human relations. Keberadaan tenaga paramedis dalam masyarakat
yang dinilai adalah kinerjanya, baik dalam rangka pembangunan dan pengembangan
sistem kesehatan nasional, dalam segi operasional perawatan terhadap pelayanan
kesehatan masyarakat. Dalam penelitian ini sesuai dengan teori ini akan tetapi tidak ada
hubungannya dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dimana meskipun pelayanan
baik tetapi ibu hamil tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi.
Pemanfaatan adalah penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan yang disediakan baik
dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh petugas atau tenaga
kesehatan maupun dalam bentuk kegiatan lain dari pemanfaatan layanan kesehatan
tersebut (Depkes, 2006). Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah hasil dari proses
pencarian pelayanan kesehatan oleh seseorang maupun kelompok, demikian halnya
dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi. Hasil penelitian ini menunjukkan masih
rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi ibu hamil di Puskesmas Oesapa Kota
Kupang tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi individu dalam memanfaatkan
pelayanan kesehatan. Salah satunya menurut Anderson dalam Notoadmojo (2010),
mengembangkan suatu model pemanfaatan pelayanan kesehatan dimana pelayanan
kesehatan tersebut dipengaruhi oleh faktor predisposisi (jenis kelamin, umur, status
perkawinan, struktur sosial : pendidikan dan pekerjaan, ras, agama dan kepercayaan
kesehatan), karakteristik kemampuan/ enabling (penghasilan, asuransi, kemampuan
membeli jasa pelayanan kesehatan, pengetahuan tentang kebutuhan pelayanan kesehatan,
adanya sarana pelayanan kesehatan serta lokasinya dan ketersediaan tenaga kesehatan),
dan karakteristik kebutuhan (penilaian individu dan penilaian klinik terhadap suatu
penyakit). Akan tetapi dalam penelitian ini yang didapatkan hubungan hanya dari faktor
pendapatan.
Pada penelitian ini juga ditanyakan alasan mengapa ibu hamil tidak pergi
memeriksakan kesehatan giginya selama kehamilan atau dalam hal ini memanfaatkan
pelayanan kesehatan gigi ke Puskesmas. Pada diagram 10 dapat ditunjukkan ibu hamil
yang tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi selama kehamilan adalah secara
keseluruhan menjawab karena tidak ada keluhan sakit dengan persentase sebesar 100%.
Jika ada keluhan baru mereka memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi. Padahal menurut
Dental Group (2017) kesehatan gigi dan mulut harus dijadikan perhatian utama saat
kehamilan diantaranya: selama kehamilan ibu membutuhkan asupan zat makanan bergizi
bila ibu hamil mengalami gangguan pada mulut dan gigi maka kebutuhan pemenuhan
makanan tersebut akan terganggu, sehingga ibu tidak dapat mengunyah makanan dengan
baik yang berakibat gigi janin kurang dan bayi mengalami gangguan pertumbuhan dalam
kandungan, selain itu ibu hamil dengan keadaan gigi yang rusak cukup parah akan
merusak keluarnya hormone prostaglandin. Hormone bersifat merangsang timbulnya
kontraksi pada rahim. Bila terus menerus rahim berkontraksi maka kelahiran prematur
bahkan keguguran dapat terjadi. Infeksi pada gigi ibu hamil dapat menginfeksi janin dalam
kandungan. Menurut hasil penelitian dari Journal Of Obstetrics Gynecology, ibu yang
gusinya terinfeksi dapat menularkan infeksi pada janin melalui peredaran darah plasenta.
Sementara itu, di North Carolina menemukan fakta bahwa Bakteri Streptococcus mutans
yang merupakan penyebab gigi berlubang dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui
sirkulasi darah, dan selanjutnya dapat mencapai jantung dan menyebabkan gangguan pada
jantung ibu hamil.
Untuk integrasi KIA dan Poli Gigi berjalan tidak berjalan dengan baik karena
dilakukan jika ada keluhan saja, jika tidak ada keluhan maka tidak ada kegiatan integrasi
KIA-Gigi. Melihat hasil yang ada seharusnya hasil ini dapat ditindaklanjuti oleh Puskemas
untuk meningkatkan motivasi ibu hamil untuk dapat memeriksakan kesehatan gigi baik
ada keluhan maupun tidak ada keluhan. Kegiatan integrasi KIA-Poli merupakan upaya
kesehatan gigi dan mulut bersifat menyeluruh dan terpadu yang ada di setiap Puskesmas.
Dimana pelayanan kesehatan harus dapat menyediakan pelayanan pertolongan pertama
(darurat dasar) yang melibatkan tenaga non dental (kader kesehatan, bidan, perawat dsb),
serta menyeluruh meliputi promotif, preventiv, kuratif, dan rehabilitatif. Kegiatan yang
dilakukan dalam program integrasi KIA-poli gigi pada Ibu hamil yang datang
memeriksakan kehamilannya untuk pertama kali pada trimester 1 (KN1) di poli KIA wajib
memeriksakan keadaan rongga mulutnya di poli gigi untuk mengetahuai kesehatan gigi
dan mulutnya. Serta Ibu hamil dengan keluhan gigi dan mulut langsung dirujuk ke poli
gigi dan akan mendapatkan perawatan dengan baik.
4. Simpulan
Hanya faktor pendapatan saja yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan
kesehatan gigi ibu hamil di Poli Gigi Puskesmas Oesapa Kota Kupang, sedangkan untuk
faktor akses, pengetahuan, sikap, fasilitas, pelayanan dokter gigi dan pelayanan perawat
gigi tidak berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi ibu hamil.
5. Referensi
Anggraini R dan Andreas P. 2015. Kesehatan Gigi dan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Gigi Mulut pada ibu hamil (Studi pendahuluan di wilayah Puskesmas Sepong, Tangerang
Selatan). Majalah Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. 1(2) : 193-20. Jakarta.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. Jakarta :
Rineka Cipta.

Astuti, Y.,S,E 2015. Kesehatan Gigi dan Mulut ibu Hamil. Fakultas Kedokteran Gigi.
Universitas MahaSaraswati, Denpasar.

Azwar, A, 1996. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan : aplikasi prinsip lingkaran


pemecahan masala,Sinar Harapan, Jakarta.

Azwary, Bayu. 2013. Peran Paramedis dalam meningkatkan pelayanan kesehatan


masyarakat di Puskesmas Pembantu Kampung Kasai Kecamatan Pulau Derawan
Kabupaten Berau, Journal Ilmu Pemerintahan, Vol 1 (1); 385-399. ISSN 0000-
0000.ejournal.ip.fisip-unmul.org

Bobak, dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas edisi 4. EGC. Jakarta.

Budiarti, Astrida. 2010. Studi Fenomenologi: Pengalaman Seksualitas Perempuan Selama


Masa Kehamilan di Surabaya. Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan Program Magister
Keperawatan.

Brotosaputo. 2012. Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Di Puskesmas Bara Permai Kota
Palopo 2013. Makassar.

Cedli, Lussi Giovani. 2012. Fungsi Seksual Suami Selama Masa Kehamilan Pasangan.
Skripsi Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Keperawatan.

Dahlan, M. Sopiyudin. 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika

Departemen Kesehatan RI, 2004. Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat Tahun
2004. Penerbit Depkes RI. Jakarta.

Depkes. 2009. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat PWS-KIA. Direktorat Bina


Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

Dever, G.E.Alan. 1984. Epidemiology in Health Service Management. United States of


America: Aspen Publisher, Inc.
Epulis Gravidarum, available from :
http://m.klikdokter.com/detail/read/18/225/periodontal-pada-wanita. diakses 20 April 2018

Gultom, Meinarly,. 2009. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Kesehatan, Indonesia :


Kesint Blanc Bekasi.

Herijulianti, Eliza dkk. 2005. Pendidikan Kesehatan Gigi

Kementerian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut
Hamil dan Anak usia Balita Bagi Tenaga Kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.

Kemang Dental Group, 2017. Kesehatan gigi dan mulut pada masa kehamilan. Available
from : info@kemangmedicalcare.com. Diakses tanggal 18 Oktober 2018.

Kurniawati, Ninuk dian, 2007.”Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIVAIDS”.


Jakarta. SalembaMedika .

Khatrin. 2010. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Jakarta, 2007.

Kristina, dkk. 2008. Perilaku Pengobatan Sendiri yang Rasional pada Masyaarkat
Kecamatan Depok dan Cangkringan Kabupaten sleman (online), (diakses 10 desember
2013)

Musaikan, W.S. 2002. Gambaran Gingivitis ada ibu hamil di Puskesmas Pegirian
Kecamatan Semampir Surabaya Tahun 2002. Majalah Kedokteran Gigi Universitas
Airlangga. Edisi Khusus Temu Ilmiah Nasional III ISSN 0852-9027, Surabaya.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2005, Promosi kesehatan teori dan Aplikasi, Rineka Cipta.
Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Hamil dan Anak Usia Balita.
Kementrian Kesehatan RI, 2012.

Pohan, I. S. 2007. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan, Edisi Kedua. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Pregnancy Gingivitis. Available from: http://medical-


dictionary.thefreedictionary.com/pregnancy+gingivitis. diakses tanggal 20 April 2018.

Purnawati. 2002. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan layanan rawat inap
kebidanan oleh pasien antenatal di rumah sakit anak dan bersalin harapan kita tahun 2001-
2002. Tesis Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit Program Pasca Sarjana
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.

Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka.


Razak. 2000. Pemanfaatan pelayanan kesehatan Masyarakat Pesisir. Makasar :
Kalammedia Pustaka.
Ridwan, Amiruddin, 2011. Epidemiologi Perencanaan dan Pelayanan Kesehatan. Makasar
: Masagena Press.

Saragih S, Lubis AN, Sutatniningsih R. Pengaruh mutu pelayanan kesehatan terhadap


loyalitas pasien rumah sakit umum herna medan. Medan; 2014. p. 1- 8

Sarwono, S.W,. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Schiffman dan Kanuk. 2007. Perilaku Konsumen. Edisi Kedua. Jakarta: PT. Indeks
Gramedia.

Shanthi V, Vanka A, Bhambal A, Saxena V, Saxena S, Kumar SS. Association of


pregnant women periodontal status to preterm and low-birth weight babies: a systematic
and evidence-based review. Dent Res J (Isfahan). 2012; 9(4): 368-80.7.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Supranto, J. dan Limakrisna, 2007. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran untuk
Memenangkan Persaingan Bisnis. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan, Penerbit Ariloka, Surabaya :


2000.

United Nations. Millennium development goals report 2014. New York: United Nations,
2014.

Wijaya, Andik. 2004. Masalah seksual yang ingin anda ketahui tapi “tabu” untuk
ditanyakan. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai