a. Diagnosa keperawatan Kelebihan volume cairan berhubungan dengan disfungsi ginjal dan retensi natrium . b. Dasar Pemikiran (Secara Teori) Akut renal feilur dapat didefinisikan sebagai sindrom klinis akibat kerusakan metabolik atau patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi yang nyata dan cepat serta terjadinya azotemia (Davidson, 1984). Biasanya penyakit ini disertai oliguria (pengeluaran kemih < 400 ml/ hari). Karena pada CRF terjadi penurunan sirkulasi ginjal mengakibatkan peningkatan tonusitas medular yang selanjutnya memperbesar reabsorbsi dari cairan tubular distal. Oleh karenanya perubahan urine tipikal pada keadaan perfusi rendah. Volume urine menurun sampai kurang dari 400 ml/ hari.
2. Tindakan keperawatan yang dilakukan
Pemasangan kateter urin 3. Prinsip-prinsip tindakan a. Gentle (hati-hati ) b. Sterilitas ( Sifat prosedur yang steril ) c. Adekuat lubrication d. Gunakan ukuran kateter sesuai dengan usia 1) Anak : 8-10 French(Fr) 2) Wanita : 14.-16 Fr 3) Laki-laki : 16-18 Fr 4. Analisa Tindakan Keperawatan a. Tahap Pre Interaksi 1. Persiapan pasien a. Memberitahu dan menjelaskan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan b. Posisi pasien laki-laki supinasi, wanita litotomi 2. Persiapan alat a. Kateter steril Terdapat kateter langsung dan kateter menetap yang dapat digunakan. Kateter menetap sering disebut “foley” kateter. Kateter menetap mempunyai balon yang dikembangkan untuk menahan kateter dalam bladder . Balon tersedia dalam beberapa ukuran. Perawat umumnya mamasukan kateter dengan balon dimana terisi 5 atau 6 ml air steril. b. Sterile wrapper (selimut/ duk steril) Saat dibuka, sisi wrapper mendukung area steril. Bagian luar umumnya tahan udara lembab. c. Sarung tangan steril d. Sterile drapaes (penutup sterile) Dua drapes umumnya disediakan. Satu dipasang bawah pasien perempuan atau dibawah penis pasien laki-laki. Sedangkan yang lainnya sering dibuat lubang. Drape lubang ditempatkan disekitar perineum dengan lubang ditempatkan pada meatus untuk paien wanita atau sekeliling penis untuk pasien laki-laki. e. Kapas pembersih steril f. Thumb forceps ; untuk memegang kapas pembersih steril tanpa sarung tangan steril g. Cairan pembersih h. Syringe yang telah diisi air steril i. Jelly j. Drainage tubing dan collection bag k. Fiksasi b. Tahap Orientasi 1. Berikan salam, panggil nama pasien dengan namanya 2. Perkenalkan diri, jelaskan prosedur dan tujuan tindakan 3. Berikan kesempatan untuk bertanya c. Tahap Kerja 1. Bawa semua alat kedekat pasien 2. Tutup sampiran 3. Atur posisi: a. Pasien anak atau pasien tidak sadar dengan bantuan b. Pasien wanita dengan dorsal recumber’ c. Pasien laki laki dengan supinasi 4. Kenakan sarung tangan diposible 5. Cuci daerah kemaluan dengan air hangat 6. Keringkan daerah kemaluan 7. Lepas sarung tanga diposible 8. Dekatkan alat dengan pasien 9. Buka set kateter dan pertahankan daerah steril pada kateter 10. Jika drainage bagian masih terpisah buka dan hubungkan ketempat tidur 11. Kenakan sarung tangan steril KLIEN WANITA : 1. Bersihkan daerah meatus 2. Gunakan tangan dominan untuk membuka labia mayora dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk 3. Kemudian bersihkan meatus dengan menggunakan dengan menggunakan cairan antiseptik 4. Mengguanakan cairan antiseptik dengan mengguanakan pinset dari arah atas kebawah. 5. Masih menggunakan sarung tangan yang tidak dominan, buka kembali labia mayora untuk menentukan meatus uretra 6. Dengan tangan dominan masukan kateter pada meatus sampai urine keluar KLIEN PRIA 1. Pegang penis dengan menggunakan tangan yang tidak dominan 2. Bersihkan daerah meatus dengan cairan anti septik menggunakan tangan dominan menggunakan pinset 3. Bersihkan meatus dengan gerakan melingkar dari dalam keluar 4. Bila perlu dilanjutkan bersihkan land penis dari arah atas kebawah 5. Tegakkan penis dengan posisi 90 derajat masukan kateter dengan tangan dominan sampai urine keluar 6. Bantu pasien untuk posisi yang nyaman 7. Rapikan alat , alat yang diposible dibuang, untuk alat yang non diposible dicuci 8. Cuci tangan d. Tahap Terminasi 1. Evaluasi 2. Kateter drainage tetap dengan lancar atau kateter langsung masuk dan dilepaskan tanpa ketidaknyamanan 3. Pasien nyaman 4. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya e. Dokumentasi 1. Tanggal, jam dan nama terang 2. Tipe dan ukuran kateter 3. Jumlah urine 4. Respon klien terhadap prosedur
Bahaya Yang mungkin Muncul
a. Bakterial Shock b. Striktur uretra c. Ruptur uretra d. Perforasi buli-buli e. Pendarahan f. Balon pecah atau tidak bisa dikempeskan
Hasil Yang Didapat dan Maknanya
Setelah dilakukan pemasangan kateter diharapkan pasien tidak ada distensi kandung kemih dan dapat mengoptimalkan dalam proses urinaria. DAFTAR PUSTAKA Ayu, Dinar P (2011). Standar Operasional Prosedur Pemasangan Kateter .http://www.scribd.com/doc/86645736/Memasang-Kateter-Menetap-Dindin Yanita, Tetra, Dwi & Endri. (2008). Panduan Skills Lab Ketrampilan Dasar Dalam Keperawatan: Yogyakarta