Anda di halaman 1dari 8

http://jurnal.fk.unand.ac.

id 80

Artikel Penelitian

Gambaran Faktor Risiko Timbulnya Tuberkulosis Paru pada


Pasien yang Berkunjung ke Unit DOTS RSUP Dr. M. Djamil
Padang Tahun 2015

1 2 3
Nurul Husna Muchtar , Deddy Herman , Yulistini

Abstrak
Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi paru menular yang masih menjadi masalah kesehatan di
dunia terutama di negara berkembang. Timbulnya penyakit Tuberkulosis paru sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran distribusi frekuensi faktor risiko penyakit TB paru pada pasien yang
berkunjung ke unit DOTS RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Jumlah populasi adalah 77 orang, pengambilan sampel
menggunakan metode consecutive sampling untuk mendapatkan 65 orang. Penelitian dilakukan dari bulan Januari
hingga Oktober 2015 di Unit DOTS RSUP Dr. M. Djamil Padang. Data dianalisa secara komputerisasi dengan
tampilan deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel. Didapatkan penderita TB paru dengan HIV negatif sebanyak 86,2
%, tidak memiliki riwayat DM 87,7%, memiliki status gizi kurang sebanyak 66,2% dan berdasarkan riwayat konsumsi
alkohol 98,5% bukan kelompok berisiko, serta 60% merupakan former smoker (mantan perokok).
Sebagian besar penderita TB Paru tidak memiliki riwayat HIV, tidak memiliki faktor risiko DM dan berdasarkan riwayat
konsumsi alkohol hampir semua pasien TB paru bukan kelompok risiko. Namun sebagian besar merupakan mantan
perokok dan memiliki status gizi kurang.
Kata kunci: tuberkulosis paru, HIV, diabetes melitus, malnutrisi, alkohol, rokok

Abstract
Pulmonary tuberculosis is a contagious pulmonary infection and still a world-wide health challenge especially in
developing countries. Pulmonary tuberculosis is affected by various factors. The objective of this study was to describe
the frequency distribution of risk factors of pulmonary tuberculosis disease arising among patients attending DOTS unit
of Dr. M. Djamil Padang Hospital in 2015. This cross sectional study was a descriptive research. Using consecutive
sampling method, 65 sample of tuberculosis patients were obtained from a total population of 77 tuberculosis patients.
The study was conducted from January to October 2015 in DOTS Unit of Dr. M. Djamil Padang Hospital. Data were
computerized and presented as descriptive analyzed and tabular form. The pulmonary tuberculosis patients with HIV-
negative are obtained as much as 86.2%, without diabetic 87.7%, malnutrition 66,2% and based on history of alcohol
consumption 98,5% are the non-risk group, while 60% of them are former smoker. In this study, most of the pulmonary
tuberculosis patients does not have history of HIV, without diabetic risk factors, and based on history of alcohol
consumption almost all of the patients are the non-risk group. The most of them has malnutrition status and former
smoker.
Keywords: pulmonary tuberculosis, HIV, diabetic, malnutrition, alcohol, smoking

Affiliasi penulis: 1. Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Korespondensi: Nurul Husna Muchtar,
Universitas Andalas Padang (FK Unand), 2. Bagian Penyakit Paru FK Email: childof_mn@yahoo.com, Telp: 085274840909
Unand/RSUP Dr. M. Djamil Padang, 3. Bagian Pendidikan
Kedokteran FK Unand

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 81

PENDAHULUAN RS Marguno Soekarjo Purwokerto didapatkan proporsi


11
Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit pasien TB paru dengan riwayat merokok 50%.
infeksi paru menular yang masih menjadi masalah Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya,
kesehatan di dunia terutama negara berkembang. perlu diteliti gambaran faktor risiko timbulnya
Penyakit tuberkulosis sudah dicanangkan oleh WHO tuberkulosis paru pada pasien yang berkunjung ke unit
(World Health Organization) sebagai Global DOTS RSUP Dr. M Djamil Padang pada tahun 2015.
1 Hasil penelitian ini diharapkan mampu mendukung
Emergency sejak tahun 1992.
WHO memperkirakan antara tahun 2002 diwujudkannya visi dunia bebas TB setelah
hingga 2020, 1000 juta orang akan terinfeksi, lebih pencapaian MDGs 2015.
dari 150 juta orang akan sakit dan 36 juta orang akan
2
meninggal akibat TB jika kontrol kedepan tidak baik. METODE
Tuberkulosis merupakan pembunuh nomor satu Penelitian ini merupakan studi deskriptif
diantara penyakit menular dan penyebab ke-3 dengan desain cross sectional yang telah dilakukan di
kematian setelah penyakit jantung dan penyakit Instalasi Rekam Medik RSUP Dr. M. Djamil Padang
3
pernapasan akut di Indonesia. Di kota Padang, TB dan Unit DOTS RSUP Dr. M. Djamil Padang dari
Paru termasuk kepada sepuluh penyebab terbanyak Januari sampai Oktober 2015.
4
kematian. Populasi penelitian adalah pasien TB Paru
Menurut Kementerian Kesehatan Republik yang berkunjung ke Unit DOTS RSUP Dr. M. Djamil
Indonesia, tahun 2010 Indonesia telah mampu Padang pada tahun 2015. Pengambilan sampel
mencapai targetan MDGs (Millenium Development menggunakan teknik consecutive sampling, sehingga
Goals) tahun 2015 yaitu dengan penurunan angka didapatkan sampel yang memenuhi kriteria inklusi
kematian menjadi 27 per 100.000 penduduk, proporsi (pasien TB paru dewasa kasus baru dan masih dalam
kasus TB sebesar 78,3% dan proporsi keberhasilan masa pengobatan OAT) dan memenuhi kriteria ekslusi
pengobatan 91,2%. Namun tetap perlu dilakukan (pasien yang tidak bersedia menjadi responden)
persiapan program TB di dunia untuk mewujudkan sebesar 65 responden.
dunia bebas TB yang diindikasikan dengan tidak ada Data yang digunakan adalah data primer
lagi kematian karena TB. Kegiatan yang inovatif, melalui kuisioner (untuk riwayat konsumsi alkohol dan
program yang agresif dan penelitian yang baik merokok) dan data sekunder dari rekam medik (untuk
diharapkan mampu membantu menurunkan prevalensi riwayat HIV, DM, tinggi badan dan berat badan).
5
hingga 50 persen dari pencapaian pada tahun 2015. Proses pengolahan data secara komputerisasi untuk
Risiko perkembangan infeksi TB menjadi sakit analisis univariat agar diperoleh gambaran distribusi
TB meningkat akibat penurunan sistem imun oleh frekuensi faktor risiko timbulnya tuberkulosis paru.
Human Immunodeficiency Virus (HIV), diabetes
6
melitus (DM), konsumsi alkohol, malnutrisi, merokok. HASIL dan PEMBAHASAN
Berdasarkan Global Report WHO tahun 2013 dalam Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan
Kementrian Kesehatan RI (2015) jumlah pasien TB jenis kelamin
dengan HIV positif di Indonesia meningkat dari 3,3%
7 Jenis Kelamin f %
pada tahun 2012 menjadi 7,5% pada tahun 2013.
Diabetes dan TB Paru di Poliklinik Penyakit Dalam Laki- laki 47 72,3

RSUP Dr. M. Djamil Padang didapatkan sebanyak Perempuan 18 27,7


8
4,5%. Di RSCM tahun 2010 pasien yang memiliki Umur (tahun) f %

riwayat mengonsumsi alkohol 37% menderita TB 18 – 25 11 16,9


9
paru. Prevalensi pasien TB dengan IMT (Indeks Masa 26 – 45 25 38,5
Tubuh) rendah mencapai sekitar 80% pada penelitian >45 29 44,6
10
yang dilakukan di RS Dr. Soedarso Pontianak dan di Jumlah 65 100

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 82

Berdasarkan Tabel 1, tampak bahwa lebih dari dengan persentase 13,8%, sejalan dengan laporan
separuh penderita TB paru merupakan laki- laki yaitu WHO 2011 yang dikutip oleh Gooze dan Daley
sebesar 72,3% dan umur terlihat bahwa penderita TB menyatakan secara global terdapat 14,8% pasien TB
paru paling banyak pada umur diatas 45 tahun yang memiliki riwayat HIV dan di suatu wilayah di
16
sebesar 44,6%. Afrika didapatkan 50 – 80%. Angka ini lebih tinggi
Pada penelitian ini didapatkan 65 pasien TB dibandingkan angka estimasi nasional yang dilaporkan
paru sebagai responden 72,3% laki- laki. Hal ini sesuai oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
dengan hasil penelitian Masniari di RS. Persahabatan (Kemenkes RI) tahun 2011, dimana secara nasional
yang mendapatkan jumlah penderita TB paru laki-laki estimasi prevalensi HIV pada pasien TB baru adalah
12 17
sebanyak 61,7%. Alasan tingginya prevalensi TB 2,8%.
pada laki-laki sebenarnya belum ada teori yang jelas, Berdasarkan survei yang dilakukan di Unit
tetapi mungkin disebabkan karena aktivitas laki-laki DOTS RSUP Dr. M Djamil Padang hanya 33 orang
yang lebih banyak di luar sehingga lebih berisiko untuk dari 77 orang yang tercatatat di TB 03 sudah dikirim
terpapar kuman TB dan beberapa teori juga untuk melakukan screening HIV. Keputusan Menteri
menyatakan adanya perbedaan prevalensi infeksi, Kesehatan (KEPMENKES) RI Nomor 1278/MENKES/
tingkat perkembangan dari infeksi penyakit, tidak SK/XII/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan
terdeteksinya pelaporan untuk perempuan, atau Kolaborasi Pengendalian Penyakit TB dan HIV bahwa
adanya perbedaan dalam akses terhadap layanan pada daerah dengan epidemi HIV rendah dan
13
kesehatan. Hal ini juga diperkuat dengan adanya terkonsentrasi, pasien yang memiliki faktor risiko HIV
kebiasaan merokok yang lebih banyak pada laki- dirujuk ke Unit Pelayanan Konseling dan Tes HIV
14
laki. Sukarela (UPK KTS), sementara daerah dengan
Berdasarkan pengelompokan umur, didapatkan epidemi HIV yang meluas (prevalensi HIV pada pasien
jumlah penderita TB paru tertinggi pada kelompok TB > 5%) KTS harus ditawarkan secara rutin tanpa
18
lansia >45 tahun (29 orang). Hasil ini sesuai dengan penilaian risiko.
survei TB nasional yang menemukan jumlah penderita HIV merupakan penyakit infeksi virus yang
15
TB terbanyak pada kelompok umur diatas 45 tahun. menyebabkan gangguan sistem imun. Setelah
Kejadian TB paru paling banyak pada lansia mungkin menginfeksi tubuh seseorang, virus HIV menyerang
19
disebakan karena pada usia ini sudah mulai terjadi dan merusak sel limfosit T-helper (CD4+), dimana
penurunan daya tahan tubuh, dan kondisi ini lebih sel limfosit CD4+ berperan sebagai pengatur utama
rentan untuk terkena penyakit, terutama penyakit respon imun, terutama melalui sekresi limfokin.
infeksi, salah satunya tuberkulosis. Sebagian zat kimia yang dihasilkan T-helper berfungsi
sebagai kemotaksin dan peningkatan kerja makrofag,
Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan monosit, dan sel Natular Killer. Kerusakan sel T-helper
riwayat HIV oleh HIV menyebabkan penurunan sekresi antibodi
20
HIV f % dan gangguan pada sel imun lainnya.
Seseorang dengan imunokompeten terinfeksi
Positif 9 13,8
kuman TB, makrofag akan memfagosit kuman yang
Negatif 56 86,2
masuk dan sel CD4+ berperan dalam meningkatkan
Jumlah 65 100
kapasitas fagosit makrofag, sehingga kuman TB tidak
21
berkembang dan tidak akan timbul sakit TB. Pada
Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa sebagian
orang yang terinfeksi HIV, secara perlahan kadar
besar pasien TB paru tidak memiliki riwayat HIV yaitu 1
CD4+ turun menjauhi kadar normal . Pasien dengan
sebesar 86,2%
kadar CD4+ kurang dari 200/µl darah akan mengalami
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa
imunosupresi yang berat dan keadaan ini merupakan
terdapat 9 orang responden memiliki status HIV positif 22
risiko tinggi untuk terjangkit infeksi oportunistik.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 83

27
Penurunan kadar dan disfungsi sel CD4 yang non diabetes. Penyebab meningkatnya insiden
progresif, ditambah dengan adanya kerusakan fungsi tuberkulosis paru pada pasien diabetes mungkin
makrofag dan monosit pada penderita HIV menjadi karena adanya gangguan respon selular pada pasien
21
predisposisi untuk terjadinya sakit TB. Diperkirakan DM yang mengakibatkan melemahnya sistem imun
pasien HIV yang terinfeksi TB lebih berisiko untuk tubuh, sehingga meningkatkan risiko aktivasi TB
29
mengalami perkembangan menjadi sakit TB sebanyak laten.
23
21 – 34 kali, dan sekitar 60% pasien HIV yang Pada orang sehat, kuman TB yang masuk dan
24
terinfeksi TB akan menjadi sakit TB. menginfeksi tubuh akan dihadang oleh sel PMN (Poli
Peningkatan ini dibandingkan dengan estimasi Morfo Nuklear) dan difagosit oleh makrofag. Namun
nasional mungkin dikarenakan meningkatnya angka pada penederita DM, kemampuan mobilisasi,
kasus HIV di Sumatera Barat (Sumbar) terutama di kemotaksis dan fagositosis dari sel PMN menurun
kota Padang, sesuai dengan laporan Badan akibat kondisi hiperglikemia, sehingga aktivitas
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) bakterisid dari PMN pada penderita DM menurun.
yang menyatakan bahwa jumlah kasus HIV/AIDS di Selain sel PMN, sel mononuklear juga mengalami
provinsi Sumatera Barat mengalami peningkatan sejak penurunan secara kuantitatif, demikian juga
tahun 2007 sebanyak lebih 100 kasus baru per kemampuan deteksinya terhadap mikroorganisme
tahunnya, dan pada tahun 2013 ditemukan 348 kasus juga menurun, diduga akibat penurunan sensitivitas
25
HIV/AIDS di kota Padang. reseptor atau penurunan jumlah reseptor yang ada
pada monosit tersebut.
Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan Penurunan sistem imun dan rentannya jaringan
riwayat DM terhadap kerusakan terjadi akibat glucotoxicity pada
Riwayat DM f % DM. Glucotoxicity diartikan sebagai proses kerusakan
30
yang timbul akibat adverse effect hiperglikemi kronis.
Ada 8 12,3
Gangguan aktivitas dan lemahnya daya imun seluler
Tidak ada 57 87,7
menyebabkan sel-sel imun tidak mampu menghadang
Jumlah 65 100
dan memfagosit kuman TB yang menginfeksi tubuh,
akibatnya kuman TB terus berkembang dan
Berdasarkan Tabel 3, tampak bahwa
menimbulkan sakit TB pada orang tersebut.
sebagian besar penderita TB paru tidak memiliki
riwayat DM yaitu sebesar 87,7%.
Tabel 4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan
Data sekunder yang didapatkan dari rekam
riwayat alkohol
medis pasien, frekuensi pasien TB paru dengan
Riwayat konsumsi
riwayat DM didapatkan lebih banyak pada laki laki f %
alkohol
dibandingkan perempuan (5:3) dengan persentase
Berisiko 1 1,5
62,5%:37,5%, sebagaimana temuan Zhao et al yang
dikutip oleh Widjayanto et al mengatakan bahwa laki- Tidak berisiko 64 98,5

laki penderita DM umumnya dianggap lebih berisiko Jumlah 65 100

TB dibandingkan perempuan, tetapi belum ditemukan


alasan yang jelas.
26 Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa sebesar
WHO memperkirakan 10% dari kasus TB 98,5% penderita TB paru bukan kelompok berisiko.
berhubungan dengan DM,
27
dan juga pada penelitian Hasil wawancara yang didapatkan dari 65 responden
sebelumnya dilaporkan frekuensi DM pada pasien TB hanya 1,5% yang tergolong berisiko diantara 17 orang
sekitar 10-15%.
28 (26,2%) yang pernah mengonsumsi minuman
Diabetes merupakan salah satu faktor yang beralkohol. Menurut Lonnorth et al prevalensi
meningkatkan risiko timbulnya sakit TB, diperkirakan kelompok berisiko (konsumsi alkohol berat atau
31
sepertiga kasus DM akan terinfeksi TB. Pasien alkoholism) pada pasien TB mencapai 10% - 50%.
diabetes 2 – 3 kali berisiko menderita TB dibandingkan Penelitian yang dilakukan di RS Cipto Mangunkusomo

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 84

pada tahun 2010 didapatkan 14,4% pasien TB paru timbulnya TB, namun konsumsi alkohol berat lebih dari
memiliki riwayat konsumsi alkohol, namun pada 40 gram per hari atau alkoholism meningkatkan risiko
31
penelitian ini tidak memperhitungkan banyaknya yang hingga 3,5 kali untuk mengidap sakit TB.
9
diminum. Dinilai berdasarkan frekuensi minum
didapatkan sebagian kecil minum setiap hari (3 orang), Tabel 5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan
satu kali seminggu (3 orang), dan tidak rutin status gizi
(conditional) sebanyak 11 orang dengan banyaknya IMT f %
minum 1 sloki hingga 3 botol per kali minum.
Gizi Kurang 43 66,1
Hasil ini memperlihatkan bahwa mengonsumsi
minuman beralkohol bukan merupakan kebiasaan Gizi Cukup 20 30,8

masyarakat Sumatera Barat terutama masyarakat kota Gizi Lebih 2 3,1


Padang, tidak seperti di negara maju yang
Jumlah 65 100
kebanyakan masyarakatnya memiliki kebiasaan
sering atau bahkan setiap hari mengonsumsi alkohol.
Berdasarkan Tabel 5, terlihat bahwa lebih
Hal ini sesuai dengan data WHO yang mengatakan
dari separuh pasien TB paru memiliki status gizi
bahwa tingkat konsumsi alkohol di Indonesia tidak
kurang sebesar 66,1%.
terlalu tinggi jika dibandingkan dengan negara –
Hasil penelitian ini memperlihatkan jumlah
negara di Eropa seperti Jerman, Rusia dan negara lain
9 pasien dengan status gizi kurang lebih banyak
seperti Argentina, New Zealand dan Australia.
dibandingkan dengan gizi cukup dan gizi lebih, dengan
Alkohol menimbulkan efek toksik baik langsung
perbandingan 66,1% : 30,8% : 3,1%. Angka ini sejalan
ataupun tidak langsung melalui defisiensi
dengan penelitian Supriyo et al di Pekalongan tentang
makronutrien dan mikronutrien akibat konsumsi
TB yang mendapatkan hasil status gizi kurang dengan
alkohol yang menyebabkan melemahnya sistem imun. 34
IMT <18,5 pada kelompok kasus sebanyak 58,6, dan
Pengonsumsian alkohol secara kronik menyebabkan
32 juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
penurunan fungsi limfosit T dan B. Pada
Arsin, et al., di Makasar pada tahun 2012 dengan hasil
pengonsumsian alkohol baik akut maupun kronik
persentase responden yang memiliki status gizi
terjadi gangguan fungsi makrofag dan sistem imun
kurang lebih besar (51,3%) dibandingkan
yang diperantarai sel, selain itu juga terjadi inhibisi dari
responden yang memiliki status gizi normal (40,7%)
TNF, NO, IL-2, IFN gamma, proliferasi CD4+, 35
dan gemuk (8,0%).
sehingga proses destruksi dari Mycobacterium
31 Pada infeksi TB dengan malnutrisi terjadi
tuberculosis menjadi terhambat.
gangguan sistem imun akibat penurunan produksi
Pada suatu studi in vitro ditemukan bahwa
limfosit dan kemampuan proliferasi sel imun. Hal ini
pertumbuhan dan kemampuan hidup kuman TB pada
disebabkan oleh penurunan kadar IFN-gamma, IL-2
makrofag meningkat dengan pajanan alkohol.
dan peningkatan kadar TGF-β yang berfungsi untuk
Gangguan lain pada sistem imun juga ditemukan 36
menghambat aktivasi makrofag. Pada kondisi
akibat pajanan kronik alkohol, diantaranya adalah
kekurangan gizi, ditemukan adanya gangguan
gangguan aktivasi makrofag, berkurangnya
berbagai aspek imunitas, termasuk fagositosis, respon
kemampuan makrofag untuk mempresentasikan 37
proliferasi sel, serta produksi limfosit T dan sitokin.
antigen ke sel T, berkurangnya respon makrofag
Jumlah pasien TB paru dengan status gizi
terhadap sitokin, terjadi pergeseran ke arah
kurang melebihi 50% dibandingkan dengan pasien TB
pembentukan Th2, sehingga jumlah Th1 yang
paru yang memiliki status gizi cukup dan gizi lebih.
berperan pada proses destruksi Mycobacterium
Perbedaan yang besar ini mungkin bisa mendukung
tuberculosis terhambat, kondisi ini menyebabkan
33 penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa
aktivasi kuman TB meningkat. Belum ada penelitian
kondisi malnutrisi (terutama status gizi kurang)
yang menyatakan adanya hubungan kebiasaan
meningkatkan risiko terjadinya sakit TB. Dalam ilmu
meminum alkohol ringan sampai sedang dengan risiko

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 85

epidemiologi, untuk menilai suatu kausalitas itu nyata Merokok menjadi salah satu faktor risiko yang
atau tidak, harus memenuhi beberapa kriteria. Hill meningkatkan kejadian TB akibat penurunan daya
(1965) dalam Mahmudiono (2012) merumuskan tahan tubuh dan kerusakan saluran pernafasan pada
sembilan kriteria kausalitas, salah satunya temporality orang yang sering merokok.
yang mengacu pada perlunya suatu kausa mendahului
suatu outcome yang diasumsikan sebagai efek dari SIMPULAN
38
kausa tersebut. Pada penelitian ini sulit dinilai Hampir semua penderita TB paru bukan
apakah gizi kurang pada pasien terjadi sebelum atau kelompok berisiko berdasarkan riwayat konsumsi
setelah sakit TB. alkohol.
Lebih dari separuh penderita TB paru memiliki
Tabel 6. Distribusi frekuensi responden berdasarkan status gizi kurang.
riwayat merokok Sebagian besar penderita TB paru merupakan
Klasifikasi f % former smoker (mantan perokok).

Current smoker 1 1,5


UCAPAN TERIMA KASIH
Former smoker 39 60
Terimakasih kepada semua pihak yang telah
Never smoker 25 38,5 bersedia memberikan saran yang membangun dalam
Jumlah 65 100 penelitian ini dan kepada Direktur RSUP Dr. M Djamil
Padang, Kepala bagian beserta staf Poli Paru RSUP
Dr. M Djamil Padang yang sudah membantu sehingga
Berdasarkan Tabel 6, tampak bahwa lebih
penelitian ini bisa penulis selesaikan dengan baik dan
dari separuh pasien TB paru merupakan mantan
tepat waktu, serta kepada responden yang telah ikut
perokok (former smoker) yaitu sebesar 60%.
membantu penulis selama penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan 40 responden
(61,5%) memiliki riwayat merokok dimana sebagian
besar merupakan merupakan former smoker (mantan DAFTAR PUSTAKA
perokok) dengan persentase 60%. Angka ini sejalan 1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI).

dengan angka kejadian merokok pada pasien TB paru Tuberkulosis: pedoman diagnosis dan

yang diteliti oleh Widyanita et al di Manado yaitu penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: PDPI;

57,9%.
39
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di 2011.

Makasar pada pasien yang berkunjung ke Poli Paru 2. World Health Organization (WHO). Fact Sheet No

RSUP Denpasar didapatkan angka 76,1% pasien 104. WHO; 2011.

yang sebelumnya pernah merokok dari 46 orang 3. PDPI. Tuberkulosis: pedoman diagnosis dan

sampel yang didiagnosis TB Paru.


40 penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta:

Hasil wawancara yang dilakukan pada Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2006.

responden yang tergolong former smoker dan current 4. Dinas Kesehatan Kota Padang. Profil kesehatan

smoker 15 orang telah merokok selama lebih dari 20 tahun 2013. Dinas Kesehatan Kota Padang; 2014.

tahun dan yang memiliki Indeks Brinkman (IB) berat 5. Kementrian Kesehatan RI. Riset kesehatan dasar.

sebanyak 12 orang selebihnya IB sedang (12 orang) Kementrian Kesehatan RI; 2013.

dan IB ringan (16 orang). Pasien former smoker 6. Narasimhan P, Wood J, MacIntyree CR, Mathai D.

merupakan pasien TB Paru yang memiliki riwayat Review article: risk factors for tuberculosis.

merokok dan pada saat dilakukan penelitian sudah Hindawi Publishing Corporation. Pulmonary

berhenti merokok, umumnya pasien berhenti merokok Medicine; 2013.

setelah didiagnosis oleh dokter menderita penyakit TB 7. Kementrian Kesehatan RI. Penanggulangan

Paru (30,7%) dan yang lainnya mengaku sudah tuberkulosis terpadu- TB Indonesia. Kementrian

berhenti merokok beberapa tahun sebelum sakit TB. Kesehatan RI; 2015.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 86

8. Nazulis RA. Drug related problem pada pasien 20. Murtiastutik D. AIDS. Dalam: Barakhbah J, editor
diabetes melitus tipe 2 dengan tuberkulosis paru di (penyunting). Buku Ajar infeksi menular seksual.
bangsal penyakit dalam dan poliklinik Surabaya: Airlangga University Press; 2008.
RSUP.Dr.M.Djamil Padang (artikel penelitian). 21. Bhatia RS. HIV and tuberculosis: the ominous
Padang: Fakultas Kedokteran Universitas connection. IJCP. 2001.
Andalas; 2011. 22. Lan VM. Virus Imunodefisiensi Manusia (Hiv) dan
9. Erick. Hubungan antara konsumsi alkohol dengan Sindrom Imunodefisiensi Didapat (AIDS). Dalam:
prevalensi tuberkulosis paru pada pasien diabetes Hartanto H, (penterjemah). Patofisiologi: konsep
mellitus tipe 2 di rumah sakit Cipto Mangunkusumo klinis proses- proses penyakit. Jakarta: EGC; 2006.
tahun 2010. Jakarta: Fakultas Kedokteran 23. World Health Organization (WHO). TB/HIV facts
Universitas Indonesia (FKUI); 2012. 2012-2013. WHO; 2013.
10. Panjaitan F. Karakteristik penderita tuberkulosis 24. Wijaya IMK. Infeksi HIV (human immunodeficiency
paru dewasa rawat inap di rumah sakit umum DR. virus) pada penderita tuberkulosis. Procc MIPA 3.
Soedarso Pontianak periode September – 2013: 295-303.
November 2010. Pontianak: Fakultas Kedokteran 25. BAPPEDA SUMBAR. Kajian pengembangan
dan Ilmu Kesehatan Universitas Tanjungpura; strategi penanggulangan HIV/AIDS melalui
2012. pendekatan sosial budaya. BAPPEDA SUMBAR;
11. Sarwani D, Nurlela S, Zahrotul I. Faktor risiko 2015.
multidrug resistant tuberculosis (MDR-TB). Jurnal 26. Widjayanto A, Burhan E, Nawas A, Rochsis
Kesehatan Masyarakat. 2012;8:60-6. mandoko. Faktor terjadinya tuberkulosis paru pada
12. Masniari L. Penilaian hasil pengobatan TB paru pasien diabetes mellitus tipe 2. J Respir Indo.
dan faktor- faktor yang mempengaruhinya serta 2015;35:1-11.
alasan putus berobat di RS Persahabatan Jakarta. 27. World Health Organization (WHO). Tuberculosis &
Jakarta: Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran diabetes. WHO; 2011.
Respirasi FKUI; 2004. 28. Cahyadi A, Venty. Tuberkulosis paru pada pasien
13. Zaman K. Tuberculosis: a global health problem. J diabetes mellitus. Departemen Ilmu Penyakit
Health Popul Nutr. 2010;28:111-3. Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
14. Watkins RE, Plant AJ. Does smoking explain sex Atma Jaya. RS Atma Jaya. Jakarta: J Indon Med
differences in the global tuberculosis epidemic Assoc. 2011.
infect. Cambridge University Press. Epidemiol 29. Restrepo BI, et al.Tuberculosis in poorly controlled
Infect. 2006;134:333-9. type 2 diabetes: altered cytokine expression in
15. Departemen Kesehatan RI. Survei prevalensi peripheral white blood cells. Clin Infect Dis. 2008;
tuberkulosis di Indonesia tahun 2004. Jakarta: 47:634-41.
Badan Litbang DepKes; 2005. 30. Manaf A. Genetical Abnormality and glucotoxicity
16. Gooze L, Daley CL. Tuberculosis and HIV. San in DM. Sub Bagian Metabolik Endokrin. Padang:
Fransisco: University of California; 2013. Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
17. Kementrian Kesehatan RI. Strategi nasional Universitas Andalas; 2008.
pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. 31. Lonnorth K, Williams BG, Stadlin S, Jaramillo E,
Kementrian Kesehatan RI; 2011. Dye C. Alcohol use as a risk factor for tuberculosis-
18. Kementrian Kesehatan RI. Keputusan menteri a systematic review. BMC Public Health.
kesehatan (KEPMENKES) RI nomor 1278/ 2008;8:289.
MENKES/SK/XII/2009. Jakarta: Kementrian 32. Diandini R, Roestam AW, Yunus F. Pengaruh
Kesehatan RI; 2009. pekerjaan dengan pajanan debu silika terhadap
19. Simbolon E. Pola kelainan kulit pada pasien HIV/ risiko tuberkulosis. Maj Kedokt Indon. 2009;59:
AIDS di RSUP Haji Adam Malik (artikel penelitian). 412-7.
Medan: Universitas Sumatera Utara; 2011.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 87

33. Rehm J, Samokhvalov AV, Neuman MG, Room R, 37. Siagan A. Gizi, imunitas, dan penyakit infeksi.
Parry C, Lonnorth K, et al. The Association Medan: Departemen Gizi dan Kesehatan
between alcohol use, alcohol use disorders and Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
tuberculosis (TB). BMC Public Health. 2009;9:450. Universitas Sumatera Utara; 2010.
34. Supriyo, Baequny A, Hidayati S, Hartono M, 38. Mahmudiono T. Kriteria kausalitas Hill. web
Harnany AS. Pengaruh perilaku dan status gizi mahasiswa Universitas Airlangga. 2012.
terhadap kejadian TB paru di kota Pekalongan. 39. Widyanita KS, Wongkar MCP, Langi Y A. Angka
Pena Medika Jurnal Kesehatan. 2013;4:1-8. kejadian merokok pada pasien TB paru yang
35. Arsin AA, Wahiduddin, Anshar J. Gambaran berobat di poliklinik Dots pada bulan November
asupan zat gizi dan status gizi penderita TB paru di 2014. Jurnal e-Clinic. 2015;3:408 – 11.
kota Makassar. Makassar:Universitas Hasanuddin; 40. Sajinadiyasa IGK, Bagiada IM, Ngurah Rai IB.
2012. Prevalensi dan risiko merokok terhadap penyakit
36. Pratomo IP, Burhan E, Tambunan V. Malnutrisi paru di poliklinik paru rumah sakit umum pusat
dan tuberkulosis. J Indon Med Assoc. 2012. Sanglah, Denpasar. Journal of Internal Medicine.
2010;11:91 – 5.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(1)

Anda mungkin juga menyukai