Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK II

Hirschsprung

Disusun Oleh Kelompok 1:

1. Ahmad Rudiyanto 9. Nurul Huda

2. Ayu Wulan Dewi 10. NurHaida

3. Anita Huraera 11. Nur Afni

4. Eka Fatika Sari 12. Siti Ismawati

5. Inry Ruben 13. Shisil Atriani Putri

6. Mawadah Nur 14. Riska Hinaya

7. Ni Made Artini 15. Zulkarnain

8. Niluh Putu Ayu

3A KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI NERS S1 KEPERAWATAN

STIKES WIDYA NUSANTARA PALU

TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Hirschsprung”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Palu, 17 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................

DAFTAR ISI ...........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................

B. Rumusan Masalah ........................................................................................

C. Tujuan Masalah ............................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Definisi....................................................................................................

2. Etiologi....................................................................................................

3. Patofisiologi.............................................................................................

4. Manifestasi klinis ...................................................................................

5. Penatalaksanaan.......................................................................................

6. Komplikasi..............................................................................................

B. Tinjauan Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian...............................................................................................

2. Pathway ..................................................................................................

3. Diagnosa keperawatan ............................................................................

4. Intervensi dan Rasional ..........................................................................


BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................................

B. Saran..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada Tahun 1886, Harold Hirschsprung pertama kali mendeskripsikan


penyakit Hirschsprung sebagai penyebab konstipasi pada awal masa bayi
(White house, 1948). Di Amerika serikat, penyakit Hirschsprung terjadi
pada sekitar 1 per 5000 kelahiran hidup. Penyakit Hirschsprung sekitar
empat kali lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan. Hampir
semua anak dengan penyakit Hirschsprung didiagnosis selama 2 tahun
pertama kehidupan sekitar satu setengah anak-anak yang terkena penyakit
ini di diagnosis sebelum mereka berumur 1 tahun (Nevile, 2008).

Pada tahun 1886 Hirschsprung mengemukakan dua kasus obstipasi


sejak lahir yang di anggap nya di sebabkan oleh dilatasi kolon kedua
pasien tersebut meninggal. Dikatakan pula bahwa keadaan ini merupakan
kesatuan klinik tersendiri dan sejak itu disebut sebagai penyakit
Hirschsprung atau megakolon kogenital.

Zuelser dan Wilson (1948) mengemukakan bahwa pada dinding usus


yang menyempit tidak ditemukan ganglion parasimpatis. Sejak saat itu
penyakit ini lebih dikenal dengan istilah aganglionosis kogenital. Pada
pemeriksaan patologi anatomi tidak ditemukan sel ganglion Auerbach dan
Meissner, serabut syarafnya menebal dan serabut ototnya Hipertrofik.
Aganglionosis ini mulai dari anus ke oral.

Penyakit ini merupakan suatu kelainan bawaan berupa aganglionic


usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal dengan
panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum atau juga
dikatakan sebagai kelainan kogenital dimana tidak terdapat sel ganglion
para simpatik dari fleksus Auerbach Di kolon. Keadaan abnormal tersebut
dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik dan efakuasi usus secara
spontan, spingter rektum tidak dapat berelaksasi, tidak mampu mencegah
keluarnya feses secara spontan, kemudian dapat menyebabkan isi usus
terdorong ke bagian segmen yang tidak ada ganglion dan akhirnya feses
dapat terkumpul pada bagian tersebut, sehingga dapat menyebabkan
dilatasi usus proksimal.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Hirschsprung ?

2. Bagaimana etiologi Hirschsprung ?

3. Bagaiamana patofisiologi Hirschsprung ?

4. Bagaimana tanda dan gejala Hirschsprung ?

5. Bagaimana penatalaksanaan medis Hirschsprung ?

6. Bagaimana komplikasi Hirschsprung ?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa yang di maksud dengan Hirschsprung.

2. Mengetahui Etiologi Hirschsprung

3. Mengetahui patofisiologi Hirschsprung

4. Mengetahui tanda dan gejala Hirschsprung

5. Mengetahui penatalaksanaan medis Hirschsprung

6. Mengetahui komplikasi Hirschsprung

7. Mengetahui asuhan keperawatan Hirschsprung


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Definisi Hirschsprung

Hirschsprung (megakolon/aganglionic Cogenital) adalah anomali


kogenital yang mengakibatkan obstruksi mekanik karna
ketidakadekuatan motilitas sebagian usus (Wong,1996). Hirschsprung
merupakan keadaan tidak ada atau kecilnya sel saraf ganglion
parasimpatik pada pleksus meinterikus dari kolon distalis (Sacharin,
1986). Daerah yang terkena dikenal sebagai sekmen agang lionic
(catzel & Robetrts, 1992).

Penyakit Hirschsprung adalah suatu gangguan perkembangan dari


sistem syaraf interik dengan karakteristik tidak adanya se-sel ganglion
(tidak adanya fleksus meinterik) pada bagian distal kolon dan kolon
tidak bisa mengembang dengan memberikan manifestasi perubahan
struktur dari kolon (Lee, 2008). Pada kondisi klinik penyakit
Hirschsprung lebih dikenal dengan megakolon kogenital.

2. Etiologi

Penyebab dari peyakit Hirschsprung tidak diketahui tetapi ada


hubungan dengan kondisi genetik (Amiel, 2001). Mutasi pada Ret
proto-onkogen telah dikaitkan dengan neoplasia endokrin 2A atau 2B
pada penyakit Hirschsprung familiar (Edery, 1994). Gen lain yang
berhubungan dengan penyakit Hirschsprung termasuk sel neurotrofik
glial yang diturunkan dari faktor gen, reseptor gen endothelin-B dan
Endothelin-3 (Machens, 2008). Penyakit Hirschsprung juga terkait
dengan down syndrome, sekitar 5-15% dari pasien dengan penyakit
Hirschsprung juga memiliki trisomi 21 (Rogers, 2001).
3. Patofisiologi

Dalam keadaan normal bahan makanan yang dicerna dapat berjalan


disepanjang usus karena adanya kontraksi ritmis dari otot – otot yang
melapisii usus (kontraksi ritmis ini disebuut gerakan peristaltik).
Kontraksi otot – otot tersebut dirangsang oleh sekumpulan saraf yang
disebut ganglion, yang terletak dibawah lapisan otot. Pada penyakit
Hirschsprung ganglion / leksus yang memerintahkan gerakan
peristaltik tidak ada, biasanya hanya sepanjang beberapa senti meter.
Segmen usus yang tidaak memiliki gerakan peristaltik tidak dapat
mendoroong bahan – bahan yang dicerna sehingga terjadi
penyumbatan (Dasgubta, 2004).

Dengan kondisi tidak adanya ganglion maka akan mmemberikan


manifestasi gangguan atau tidak adanya peristaltis sehingga akan
terjadi tidak adanya evakuasi usus spontan. Selain itu, sfingter rektum
tidak dapat berelaksasi secara optimal, kondisi ini dapat mencegah
keluarnya feses secara normal. Isi usus kemudian terdorong ke segmen
aganglionik dann terjadi akumulasi feses didaerah tersebut sehingga
memberikan manifestasi dilatasi usus pada bagian proksimal. Kondisi
penyakit Hirschsprung memberikan berbagai masalah keperawatan
pada pasien dan memeberikan implikasi pada pemberian asuhan
keperawatan.

4. Manifestasi Klinis

Opstipasi (sembelit) merupakan tanda utama pada Hirschsprung,


dan pada bayi baru lahir dapat merupakan gejala obstruksi akut. Tiga
tanda (trias) yang sering ditemukan meliputi mekonium yang terlambat
keluar (lebih dari 24 jam), perut kembung, dan muntah berwarna hijau.
Pada neonatus, kemungkinan ada riwayat keterlambatan keluarnya
mekonium selama 3 hari atau bahkan lebih mungkin menandakan
terdapat obstruksi rektum dengan distensi abdomen progresif dan
muntah; sedangkan pada anak yang lebih besar kadang – kadang
ditemukan keluhan adanya diare atau eterokolitis kronik yang lebih
menonjol dari pada tanda – tanda obstipasi (sembelit).

Terjadinya diare yang berganti – ganti dengan konstipasi


merupakan hal yang tidak lazim. Apabila disetai dengan komplikasi
eterokolitis, anak akan mengeluarkan feses yang besar dan
mengandung darah serta sangat berbau, dan terdapat peristaltik dan
bising usus yang nyata.

Sebagian besar tanda dapat ditemukan pada minggu pertama


kehidupan, sedangkan yang lain ditemukan sebagai kasus konstipasi
kronik dengan tinngkat keparahan yang meningkat sesuai dengan
pertambahan umur anak; pada anak yang lebih tua terdapaatt
konstipasi kronik disertai anoreksia dan kegagalan pertumbuhan.

5. Penatalaksanaan Medis

a. Konservatif

Intervensi agresif pada fase awal terdiri atas resusitasi cairan dan
elektrolit, dekompresi usus, administrasi analgesia dan anti muntah
sesuai klinis, antibiotik spktrum luas, serta konsultasi bedah awal.

b. Pembedahan

Pilihan operasi bervariasi tergantung pada usia pasien, status


mental, kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari – hari,
panjang segmen aganglionik, derajat dilatasi kolon, dan kehadiran
eterokolitis. Pilihan bedah kolostomi termasuk pada tingkat usus
normal, irigasi rektal diikui oleh reseksi usus dan prosedur kolostomi
(Dasgubta, 2004).
6. Komplikasi

anak yang menderita penyakit Hirschsprung sangat beresiko


mengalami infeksi pada usus (entrocoletis), yang dapat mengancam
nyawa. Tidak hanya dari penyakitnya tindakan operasi untuk mengobati
penyakit ini, juga dapat menimbulkan komplikasi. Komplikasi yang dapat
terjadi setelah pasien mengalami operasi :

1. Munculnya lubang kecil atau robekan pada anus

2. Inkontensia tinja

3. Kekurangan gizi dan dehidrasi.


B. Tinjauan Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Lakukan pengkajian fisik rutin

b. Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat terutama yang


berhubungan dengan pola defekasi

c. Kaji status hidrasi dan nutrisi umum

d. Monitor kebiasaan buang air besar (bowel elimination pattern)

e. Ukur lingkar abdomen

f. Observasi manifestasi penyakit Hirschpung

Periode bayi baru lahir

1) Gagal mengeluarkan mekonium dalam 24-28 jam setelah lahir


2) Menolak untuk minum air
3) Muntah berwarna empedu
4) Distensi abdomen
Masa bayi
1) Ketidakadekuatan penambahan BB
2) Konstipasi
3) Episode diare dan muntah
4) Tanda-tanda aminous (sering menandakan adanya enterokolitis)
5) Diare berdarah
6) Demam
7) Latergi berat
Masa kanak-kanak (gejala lebih kronis)
1) Konstipasi
2) Feses berbau menyengat dan seperti karbon
3) Distensi abdomen
4) Masa fekal dapat teraba
5) Nafsu makan dan pertumbuhan buruk
g. Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian seperti radiografi,
biopsi rektal dan manometri anorektal.
2. Pathway

Predisposisi genetik gangguan


gangg
Respons keluarga dan
perkembangan dari sistem saraf
psikologis pada bayi atau anak
terhadap hospitalisai enterik dengan tidak adanya sel-sel
ganglion pada bagian distal kolon

Dampak hospitalisasi
perubahan peran keluarga Ketidakmampuan pengembagan dan
akibat perubahan family pengempisan pada area aganglionik
center
Penyakit Hirschprung

Absorpsi air Respons Obstruksi Respon Gangguan


tidak normal psikologis kolon distal lokal gastrointes
pasien atau saraf tinal
Penurunan orang tua Kontipasi
intake cairan misinterpretasi Distensi Mual,
perawatan dan abdomen muntah,
pegobatan Obstruksi kembung
risiko
kolon anoreksia
ketidakseimb nyeri
proksimal
angan cairan Kecemasan
pemenuhan Kongesti Intake
Penurunan informasi Pasca
edema nutrisi
volume cairan operasi
dinding tidak
usus adekuat
Risiko tinggi Kerusakan
syok jaringan Iskemia
Ketidak
hopovolemik Port de pascabedah nekrosis
seimbangan
entree luka dinding nutrisi kurang
pascabedah
Nyeri dari
Risiko kebutuhan
injuri risiko ketidak
Risiko
seimbangan
einfeksi
cairan
Perforasi
peritoritis
3. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko injuri b.d pascaprosedur bedah, iskemia, nekrosis dinding
intestinal sekunder dari kondisi obstruksi usus.
2. Pemenuhan informasi b.d adanya kolostomi, evaluasi diagnostik,
rencana pembedahan, dan rencana perawatan
3. Risiko konstipasi b.d penyempitan kolon,sekunder, obstruksi
mekanik.
4. Risiko ketidakseimbangan volume cairan tubuh b.d keluar cairan
tubuh dari muntah,ketidakseimbangan absorbsi air oleh intestinal.

4. Intervensi dan Rasional


1. Risiko injuri b.d pascaprosedur bedah, iskemia, nekrosis dinding
intestinal sekunder dari kondisi obstruksi usus.
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 pascaintervensi reseksi kolon pasien
tidak mengalami injuri
Kriteria Hasil :
a. TTV dalam batas normal
b. Kondisi kardiorespirasi optimal
c. Tidak terjadi infeksi
Intervensi :
a. Kaji faktor-faktor yang meningkatkan risiko injuri
Rasional : pascabedah terdapat risiko rekuren dari hernia
umbilikalis akibat pengkatan tekanan intra abdomen.
b. Monitor tanda dan gejala porporasi atau peritonitis
Rasional : perawat mengantisipasi resiko yang terjadinya
poporasi atau peritonitis. Tanda dan gejala yang penting adalah
anak rewel tiba-tiba dan tidak bisa dibujuk untuk diam oleh
orang tua atau perawat, muntah- muntah, peningkatan suhu
tubuh dan hilangnya bising usus. Adanya pengeluaran pada anus
berupa cairan feses bercampur darah merupakan tanda klinik
penting bahwa telah terjadinya perporasi. Semua perubahan
yang terjadi dokumentasikan oleh perawat dan laporkan pada
dokter yang merawat.
c. Lakukan pemasangan selang nasogastrik
Rasional : tujuan pemasangan selang nasogastrik adalah
intervensi dekompresi akibat respon dilatasi dari kolon dan
abstruksi dari kolon aganglionik. Apabila tindakan dekompresi
ini optimal, maka akan menurunkan distensi abnormal yang
menjadi penyebab utama nyeri abdominal pada pasien penyakit
Hirschprung
d. Monitor adanya komplikasi pasca bedah
Rasional : perawat memonitor adanya komplikasi pasca bedah
seperti mencret atau inkontensia vekal, kebocoran anastomosis,
formasi striktur, obstruksi usus, dan entrokolitis. Secara umum
kondisi pascabedah biasanya menghasilkan kondisi optimal,
namun pada anak-anak dengan sindrom down terdapat
penurunan kemampuan dalam memahami vekal, dan beberapa
penulis mendukung penempatan ostomi permanen
e. Pertahanan status hemodinamik yang optimal
Rasional : pasien akan mendapat cairan intravena sebagai
pemeliharaan status hemodinamik.
f. Bantu ambulasi dini
Rasional : pasien dibantu dari tempat tidur pada hari pertama
pascaoperatif dan di dorong untuk memulai berpartisipasi dalam
ambulasi dini. Pada bayi pascabedah pemenuhan informasi dan
meliabtkan orang tua dalam intervensi dapat menurunkan
kecemasan orang tua.
g. Hadirkan orang terdekat
Rasional : pada pasien anak, orang terdekat dapat
mempengaruhi respon nyeri. Orang terdekat bisa merupakan
orang tua kandung, babysister atau neneknya pada suatu studi
mengenai penurunan respon nyeri dengan kehadiran orang
terdekat menampakan hubungabn yang relatif positif untuk
menurunkan skala nyeri pada pasien dewasa, kehadiran orang
tua terdekat merupakan tambahan dukungan psikologis dalam
menghadapi masalah kondisi nyeri baik akibat dari kolik
abdomen atau nyeri pascabedah.
h. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik pascabedah
Rasional : antibiotik menurunkan resiko infeksi yang akan
menimbulkan reaksi inflamasi lokal dan dapat memperlama
proses penyembuhan pasca funduklikasi lambung.
2. Pemenuhan informasi b.d adanya kolostomi, evaluasi diagnostik,
rencana pembedahan, dan rencana perawatan
Kriteria Hasil :
a. Pasien dan keluarga jadwal pembedahan
b. Pasien dan keluarga operatif dalam setiap intervensi
keperawatan, serta secara subjektif menyatakan bersedia dan
termotivasi untuk melakukan aturan atau prosedur prabedah
yang telah dijelaskan.
c. Pasien dan keluarga mengungkapkan alasan pada setiap intruksi
dan latihan preopratif.
d. Secara subjektif pasien menyatakan relaksasi emosional.
e. Pasien mampu menghindarkan cedera selama periopratif
Intervensi
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang intervensi koservatif,
intervensi bedah, dan program perawatan rumah.
Rasional : bila pasien mendapat intervensi koservatif, peran
perawat adalah memberikan informasi yang sesuai dengan
kebutuhan individu.
b. Intervensi konservatif
1) Cari sumber yang meningkatkan penerimaan informasi
Rasional : keluarga terdekat dengan pasien perlu dilibatkan
dalam pemenuhan informasi untuk menurunkan resiko
misinterpretasi terhadap informasi yang diberikan
2) Kaji kondisi komplikasi entrokolitis
Rasional : sebelum intervensi bedah pada pasien dengan penyakit
Hirschsprung, dilakukan pengkajian untuk memastikan perawatan
yang memadai dekompresi usus dan bahwa tanda-tanda atau
gejala entrokolitis tidak berkembang.
3) beri tahu pada keluarga mengenai intervensi teknik dekompresi
dan irigasi rektal
rasional : maksud dan tujuan pemberian teknik dekompresi dan
irigasi rektal perlu dismapaikan pada keluarga, yaitu terapi ini
membantu mengurangi pelebaran kolon dalam persiapan untuk
operasi.
c. Intervensi pasien dengan pembedahan :
1) Beri tahu persiapan pembedahan (persiapan pada orang dewasa
sama seperti persiapan prabedah abdominal lainnya)
Rasional : tujuan persiapan prabedah dilakukan untuk efisiensi
dan efektifitas pada pasien intraoperatif.
2) Libatkan keluarga dalam mempersiapkan anak pada tahap
praoperasi
Rasional : hernia umblikalis biasanya dilakukan perbaikan
dibawah anestesi umum
d. Jelaskan tentang prosedur pembedahan
Rasional : operasai biasanya membutuhkan waktu 40-60 menit
tujuan dari operasi kolostomi adalah untuk membuat anus
buatan pada dinding abdominal secara sementara, dan apabila
toleransi anak membaik maka dikembalikan ketempat semula
e. Beritahu pasien dan keluarga kapan pasien sudah bisa di
kunjungi
Rasional : pasien atau orang tua akan mendapat manfaat bila
mengetahui kapan keluarga dan temannya dapat berkunjungi
setelah pemedahan
f. Ajarkan cara merawat stoma
Rasional : pasien dianjurkan melindungi kulit peristoma dengan
sering mencuci area tersebut menggunakan sabun ringan,
memberikan barier kulit protektif disekitar stoma dan
mengamankannya dengan meletakan tulang drenase.
g. Ajarkan cara membuat kantung dan memasang kantung drainase
Rasional : stoma di ukur untuk menentukan ukuran kantung
yang tepat pada kondisi klinik banyak bungkus es panjang yang
dapat digunakan sebagai kantung stomata
h. Anjurkan mengkonsumsi diet tinggi serat
Rasional : diet tinggi serat dapat meningkatkan pasase sehingga
konsistensi fases lembek padat berbentuk dan mudah serta tidak
menstumilasi apabila melewati lumen intestinal pascabedah.
3. Risiko konstipasi b.d penyempitan kolon, sekunder, obstruksi
mekanik
Kriteria Hasil :
a. Pasien tidak mengalami konstipasi
b. Pasien dapat mempertahankan defekasi setiap hari
Intervensi :
a. Observasi bising usus dan periksa adanya distensi abdomen
pasien, pantau dan catat frekuensi dan karakteristik feses.
Rasional : untuk menyusun rencana penanganan yang efektif
dalam mencegah konstipasi dan impaksi fekal
b. Catat asupan haluaran secara akurat
Rasional : untuk menyakini terapi penggantian cairan dan
hidrasi
c. Dorong pasien untuk mengkonsumsi cairan 2,5 L setiap hari, bila
tidak ada kontraindikasi
Rasional : untuk meningkatkan terapi penggantian cairan dan hidrasi
d. Lakukan program defekasi, letakan pasien di atas pispot atau
commode pada saat tertentu setiap hari, sedekat mungkin kewaktu
biasa defekasi
Rasional : untuk membantu adaptai terhadap fungsi fisiologi normal
e. Berikan laksatif, enema atau supositoria sesuai instruksi
Rasional : untuk meningkatkan eliminai feses padat atau gas dari
saluran pencernaan, pantau keefektifannya.

4. Risiko ketidakseimbangan volume cairan tubuh b.d keluar cairan


tubuh dari muntah, ketidakmampuan absorpsi air oleh intestinal
Kriteria hasil :
Tugor kulit elastik dan normal.
Intervensi :
a. Timbang berat badan pasien setiap hari
Rasional : untuk membantu mendeteksi perubahan keseimbangan
cairan
b. Ukur asupan cairan dan haluaran urin untuk mendapatkan status
cairan
Rasional : penurunan asupan atau peningkatan haluaran
meningkatkan defesit cairan
c. Pantau berat jenis urin
Rasional : peningkatan berat jenis urin mengindikasikan dehidrasi
d. Periksa membran mukosa mulut setiap hari
Rasional : membran mukosa kering merupakan suatu indikasi
dehidrasi
5. Risiko infeksi b.d pasca prosedur pembedahan
Kriteria hasil :
a. Suhu dalam rentang normal
b. Tidak ada patogen yang terlihat dalam kultur, luka dn insisi terlihat
bersih, merah muda dan bebas dari drainase purulen
Intervensi :
a. Meminimalkan resiko infeksi dengan mencuci tangan sebelum dan
setelah memberikan perawatan
Rasional : mencuci tangan adalah satu-satunya cara terbaik untuk
mencegah patogen
b. Observasi suhu minimal setiap 4 jam dan catat pada kertas grafik
Rasional : suhu yang terus meningkat setelah pembedahan dapat
merupakan tanda komplikasi pulmonal, infeksi luka atau dehisens
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hirschsprung (megakolon/aganglionic Cogenital) adalah anomali
kogenital yang mengakibatkan obstruksi mekanik karna
ketidakadekuatan motilitas sebagian usus (Wong,1996). Hirschsprung
merupakan keadaan tidak ada atau kecilnya sel saraf ganglion
parasimpatik pada pleksus meinterikus dari kolon distalis (Sacharin,
1986). Daerah yang terkena dikenal sebagai sekmen agang lionic
(catzel & Robetrts, 1992).

B. Saran
Di harapkan para pembaca dapat mengerti dan memahami isi dari
makalah ini dan pembaca dapat memberikan keritikan yang
membangun.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Azis alimul.2008.”ilmu kesehatan anak untuk pendidikan


kebidanan”jakarta:salemba medika

Mutaqqin, A. Sari ,K.2011”gangguan gastrointestinal” Jakarta :


Salemba Medika

Sodikin. 2011”gangguan sistem gastrointestinal dan hepatobilier”


Jakarta : Salemba medika

Ngastiyah.2005.”perawatan anak sakit”Jakarta : EGC

https://med.unhas.ac.id/kedokteran/en/2016/10/Hirschsprung-FK-UH.pdf
diakses pada 17 september 2019

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1353357/
diakses pada 17 september 2019.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5359452/
diakses pada 17 september 2019.

Anda mungkin juga menyukai