Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KMB I

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (ppok)


IBU NS.SRI YULIANTI S.KEP., M.Kep

KELAS :II A KEPERAWATAN


KELOMPOK V

DYLAN VAHLERY RAMADHAN : 201801269


SITI HASMAYUNI : 201801041
ELIN PUSPITASAR : 201801013
ARDIANSYAH : 201801005
NI KADEK WYRANTI : 201801023

STUDI KEPERAWATAN S1 NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas nikmatnya yang telah diberikan kepada kita
semua sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penyakit Paru Obstruktif
(PPOK)” yang merupakan tugas matakuliah Keperawatan medical bedah 1 (KMB) guna
untuk kegiatan belajar mengajar, saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman
kelompok V yang mau berkerja sama.
dalam pembuatan makalah ini! Sehingga tugas ini dapat terselesaikan oleh
kelompok, namun sebagai kelompok kami tak luput dari kesalahan, oleh karena itu. Saran
serta kritik yang membangun senantiasa saya terima sebagai pembelajaran tugas
berikutnya.

PALU, Oktober 2019

Kelompok V

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iii
BAB I .....................................................................................................1
PEMBAHASAN...............................................................................................1
A. ANATOMI FISIOLOGI...................................................................1
B. KONSEP MEDIS................................................................................................2
1. Definisi..........................................................................................................2
2. Aspek epidemiologi......................................................................................3
3. Penyebab.......................................................................................................3
4. Patofisiologi .................................................................................................4
5. Patway...........................................................................................................5
6. Manifestasi klinis..........................................................................................6
7. Klafikasi .......................................................................................................6
8. Pencegahan....................................................................................................7
9. Penatalaksanaan............................................................................................7
10. komplikasi ...................................................................................................8
C. TERAPI KOMPLEMENTER.............................................................................8
D. PEMERIKSAAN PRIMER, SEKUNDER, DAN TERSIER.............................9
E. PROSES KEPERAWATAN SECARA TEORI.................................................10
F. HASIL PENELITIAN TERKAIT INTERVENSI KEPERAWATAN...............14
BAB II ......................................................................................................................16
PENUTUP ......................................................................................................................16
A. Kesimpulan.........................................................................................................16
B. Saran ...................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................17

3
BAB I
PEMBAHASAN

A. ANATOMI FISIOLOGI

1. Pita suara adalah katup bergetar yang memotong aliran udara dari paru-paru
menjadi pulsa suara yang membentuk sumber suara laring. Otot-otot laring
menyesuaikan panjang dan ketegangan dari pita suara untuk 'menghaluskan'
tala dan nada.
2. Trakea adalah tuba yang mempunyai diameter antara 20 sampai 25 mm dan
panjang sekitar 10 sampai 16 cm terletak dari laring dan terbifurkasi menjadi
bronkus utama pada mamalia, dan dari faring ke syring pada burung, yang
merupakan jalan masuk udara menuju ke paru-paru.
3. Bronkus adalah kaliber jalan udara pada sistem pernapasan yang membawa
udara ke paru-paru. Bronkitis merupakan peradangan pada bronkus.

4
4. Hidung adalah bagian yang paling menonjol di wajah, yang berfungsi
menghirup udara pernapasan, menyaring udara, menghangatkan udara
pernapasan, juga berperan dalam resonansi suara. Hidung merupakan alat
indra manusia yang menanggapi rangsang berupa bau atau zat kimia yang
berupa gas.
5. Faring dari bahasa Yunani, pharynx, adalah tenggorok atau kerongkongan
yang merupakan bagian dari sistem pencernaan dan sistem pernapasan
Faring adalah tabung fibromuskular yang terdapat persis didepan tulang leher
yang berhubungan dengan rongga hidung, rongga telinga tengah, dan laring.
6. Epiglotis merupakan susunan tulang rawan yang terletak di belakang lidah dan
terletak di depan laring (kotak suara).Epiglotis biasanya memiliki konformasi
menghadap atas agar udara dapat masuk ke dalam jalur selanjutnya.
7. Laring adalah saluran pernapasan yang membawa udara menuju ke trakea
Fungsi utama laring adalah untuk melindungi saluran pernapasan dibawahnya
dengan cara menutup secara cepat pada stimulasi mekanik, sehingga
mencegah masuknya benda asing ke dalam saluran napas.
8. Diafragma adalah otot utama yang digunakan dalam proses menarik dan
mengeluarkan napas. Diafragma terletak di bawah rongga dada dan berbentuk
seperti kubah otot. Organ tubuh ini memisahkan jantung dan paru-paru dengan
organ perut (lambung, usus, limpa, dan hati).

B. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Penyakit paru Obstruktif Kronik atau disebut juga Chronic
Obstructive PulmonaryDisase( COPD )adalah penyakit paru yang dapat
ditimbulkan akibat paparan dari debubatubara yang mengakibatkan
timbulnya penyakit. Ada dua penyakit yaitu chronic bronchitis ( bronchitis
kronik ) dan emphysema ( emfisema ). Gejala yang timbul pada penyakit
ini adalah penurunan angka rektriktif pada saat pemeriksaan paru dan
nafas yang terputus-putus dan pendek. Penurnan fungsi paru timbul pada
saat terjadi peningkatan jumlah pajanan debu batubara dalam tubuh
ditambah dengan adanya kebiasaan merokok dan beberapa factor lainnya (
Edmonton, 2010 )

5
PPOK merupakan penyebab terjadinya morbiditas, mortalitas dan
perawatan kesehatan di seluruh dunia, PPOK adalah masalah kesehatan
global, dimana merokok adalah factor risiko utama disamping faktor-
faktor lain seperti paparan polusi indoor outdoor, Beban PPOK akan terus
meningkat di tahun-tahun mendatang ( David M Mannino, etak, 2007).

Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) Cronic Obstruction pulmonary


Disease (COPD) merupakan istlah yang sering di gunakan untuk
sekelompok penyakit paru yang berlansung lama dan di tandai oleh
peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran
patofisiologi utamanya (Price Sylvia Anderson : 2008). PPOK adalah
penyakit paru kronik dengan karakteristik adanya hambatan aliran udara
di saluran nafas yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel
parsial, serta adanya respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas
yang berbahaya (GOLD,2009)
PPOK merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular
yang menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesai. Hal ini
disebabkan oleh meningkatnya usia harapan hdup dan semakin tingginya
pajanan faktor resiko, seperti banyaknya jumlah perokok, serta
pencemaran udara di dalam ruangan maupun di luar ruangan (Persatuan
Dokter Paru Indonesia,2011).

2. Aspek epidemiologi
Epidemologi pneyakit paru obstuktif kronik (PPOK) atau chronic
obstruktif pulmonary dsease dseluh dunia tidak diketahui secara past,
namun diperkirakan berkisar 7-19% the burden obstruktf lung dsease
(BOLD) mengungkapak angka prefalensi global adalah 10.1% pria
ditemukan prefalensi 8.5% dan wanita 8.5%. angke preferens berfarias
berbagai daerah didunia. Kotacape town diafrika selatan memiliki
prafalensi tertinggi, yaitu 22.2% pada pria dan 16.7% pada wanita koa
hannover djerman meilki prefalensi terendah, yaitu 8,6% pada pria dan 3.7
% pada wanita
Angka kematian karena PPOK diseluruh dunia diperkirakan mencapai
3 jt kematian pada tahun 2015.Ini berarti sekitar 5% dari seluruh kematan

6
didunia. Lebih dar 95% kematian karena PPOK terjad pada negra
berpenghasilan rendah dan sedang PPOK merupakan penyebab kemaytian
ke 3 di amerika serikat dengan angka kematian mencapai 12.0000 orang
pertahun.

3. Penyebab.
Etologi penyakit ini belum di ketahui, menurut Muttaqin Arif
(2008), penyebab dari PPOK adalah:
a. Kebiasan merokok, merupakan penyebab utama pada brochitis dan
emfisema
b. Adanya infeksi: Haemophilus influenza dan streptococcus peneumonia
c. Polusi oleh zat-zat produksi
d. Faktor keturunan
e. Faktor sosial ekonomi: keadaan lingkungan dan ekonomi yang memburuk.
Pengaruh dari masing-masng faktor resiko terhadap terjadinya
PPOK adalah saling memperkuat dan faktor merokok di anggap yang paling
dominan.

4. Patofisiologi
COPD ditandai dengan obstruksi progresif lambat pada jalan
napas, Penyakit ini merupakan salah satu eksarserbasi periodik, sering kali
merupakan dengan infeksi pernapasan, dengan peningkatan gejala
dyspnea dan produksi sputum.tidak seperti proses akut yang
memungkinkan jaringan paru pulih. Jalan napas dan parenkim paru tidak
kembali ke normal setelah eksarsebasi ; Bahkan, penyakit ini
menunjukkan perubahan destruktif yang progresif,
Meskipun salah satu atau lainnya dapat menonjol, COPD biasanya
mencakup komponen bronkitis kronik dan emfisema, dua proses yang
jauh berbeda, penyakit jalan napas kecil, penyempitan bronkiola kecil
juga, merupakan bagian kompleks COPD.
Melalui mekanisme yang berbeda, proses ini menyebabkan jalan
napas menyempit. Resistensi terhadap aliran udara untuk meningkat, dan
ekspirasi menjadi lambat atau sulit ( Gambar 37-2 ) Hasil adalah

7
mismatch antara ventilasi alveolar dan aliran darah perfusi, menyebabkan
perubahan pertukaran gas.

5. Patway

Asap rokok, polusi udara,


Riwayat infeksi saluran pernapasan

Ganguan perpisahan paru

Peradangan bronkus

Kelenjar mensekresi lendir dan


sel goblet meningkat

produksi sekret berlebhan

Batuk tidak efektif

Sekret tidak bsa keluar

Terjadi akumulasi

Seckret berlebihan

ketidakefektifan
bersihan jalan nafas Batuk dan sesak nafas

Susah dalam menelan nafas pendek

Pola nafas tidak


Ketidak Mual,muntah suply oksigen
efektf
seimbangan nuntrisi
Dalam jarngan kurang
anoraksia

8
Kelemahan
Intake tidak adekuat

6. Manifestasi klinis
Nutrasi kurang dari Intoleransi
Manifestasis Klinis COPDkebutuhan
beragam dari bronkitis
tubuh kronik sederhana
aktivitas
tanpa disabilitas hingga gagal napas kronik dan disabilias berat. Kotak 37-
2 menuliskan klasifikasi keaparahan COPD. Manifestasi biasanya tidak
ada atau minor di awal penyakit, ketika pasien akhirnya mencari
perawatan, batuk produktif, dyspnea, dan intoleransi latihan sering kali
terjadi selama 10 tahun. Batuk biasanya terjadi di pagi hari dan sering kali
melengkapi “ batuk perokok “ Awalnya, dyspnea terjadi hanya pada
latihan ekstream ; seirig dengan perkembangan penyakit, toleransi ativitas
menurun terus-menerus Pasien meninggalkan aktivitas ringan atau bahkan
saat istirahat, Gambaran klinis dan manifestasi COPD dirangkum pada
Tabel 37-3.
Manifestasi bronkitis kronik adalah batuk produktif dengan sputum
tebal berjumlah banyak ( minimal ½ gelas/hari ) dan kuat, sianosis, dan
bukti gagal jantung sisi kanan, termasuk distensi vena leher, edema,
pembesaram hati, dan pembesaran jantung. Suara tambahan, termasuk
ronchi keras dan kemungkinan mengi, menonjol saat auskultrasi.
7. Klafikasi
Menurut gold 2010 :
a) Gejala klinis : gejala batuk kronik dan spatum (+), tetapi tidak sering.
Pasien sering tidak menyadar bahwa fungsi paru sedang menurun ;
PFT : FEV1/FVC<70%, dan FEV1>= 80% prekdicten
b) Gejala klinis : sesak mulai dirasakan saat aktvitas dan kadang ditemukan
gejala batuk dan produksi spatum ; pasien sudah mulai dating berobat
PFT : FEV1/FVC<70%, 50% <FEV<80%
c) Gejala klinis : gejala sesak lebih berat ; penurunan aktiftas, rasa lelah dan
serangaan eksaserbasi semakin sering (*) dan berdampak pada QOL FT.
FEV1/FVC> 70%, 30% >FEV1 >30%.
d) Gejala klinis : gejala datas ;ditambah dengan gejala-gejala GAGAL
NAFAS atau GAGAL JANTUNG KANAN dan ketergantunga oksigen,

9
pada derajat ini QOL px memburuk, dan pada eksaserbasi, pasien dapat
meninggal (mengancam jiwa)
VFT : VEF1>70%, FEV1>30%FE1 >50% dengan gejala GAGAL
NAFAS KRONIS.

8. Pencegahan
Ialah dengan sama sekali tidak merokok tau berhent merokok segera
bagi yang meilk kebiasan merokok pada perokok jangka panjang,
merokok dapat merupakan hal yang sulit, namun, sangat penting untuk
mengidentifkasi program berhenti merokok yang palng sesuai bagi
masing-masng orang, agar dapat terhindar dari resiko terjadinya PPOK.
Ekspos terhadap asap, zat kimia dan debu merupakan factor resiko
lain untuk PPOK.bila pekerjaan melibatkan bahan-bahan iritan tersebut,
dskusikanlah mengenai hal yang dapat dilakukakn untuk menghindari
terekspos bahan-bahan tersebut, sepert alat pelndung diri.

9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
1) Berhenti merokok harus menjadi prioritas
2) Bronkodilata (β-agonis atau antipolinegri) bermanfaat pada 20-
40% kasus.
3) Pemberian terapi okasigen jangka panjang selama < 16 jam
memperpanjang usa pasien dengan gagal nafas kronis (yatu pasien
dengan Pa O2 sebesar 7,3 kTadan FEV1 sebesar 1,5 L)
4) Rehabiltas paru (hkusunya latiha olahrga ) memberikan manfaat
simtomatik yang signifikan pada pasien dengan penyakit sedang –
berat.
b. Penatapelaksanaan keperawatan
1. Mempertahankan potensi jalan nafas
2. Mambantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas
3. Meningkatkan masukan nutrisi
4. Mencegah komplikas, memperlambat memburuknya kondisi

10
10. komplikasi
a. Hipoksemia
Di defnisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari 55 mnHg,
dengan nilai saturasi oksigen <85%. Pada awal klien akan mengalami
perubahan mood, penurunan konsentrasi dan pelupa. Pada tahap lanjut
timbul cyanosis.
1. Asidosis respratori
Timbul akibat dari peningkatan nlai PaCO2 (hiperpabnia). Tanda
yang muncul antara lain: nyeri kepala, fatique, letthargi, dizziness,
tachipnea.
2. Infeksi Respiratory
Infeks pernafasan akut disebabkan karena pennmgkatan produksi
mukus,peningkatan rangsangan otot polos bronchialdan edema
mukosa. Terbatasnya aliran udara akan meningkatkan kerja nafas dan
timbulnya dyspnea.
b. Gagal jantung
Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru).Harus
diobservasi terutama pada klien dengan dyspnea berat.Kompilikasi ini
sering kali berhubungan dengan brongchitis kronis, tetapi klien dengan
emfisema berat juga dapat mengalami masalah ini.
1. Cardiac Disritimia
Timbul akaibat dari hypoxemia,penyakit jantung lain, efek obat atau
asidosis respiratory.
2. Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asthma
bronchial.Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan
dan seringkali tidak berespon terhadap therapy yang bias diberikan.
Penggunaan otot bantu pernafasan dan distensi vena leher seringkali
terlihat.

11
C. TERAPI KOMPLEMENTER
Terapi konmplementer dapat berguna untuk membantu mengelola
gejala COPD. Tindakan diet, eperti meminimalkan asuhan produk susu dan
garam dapat membantu mengurangi produksi mukosa dan mempertahankan muks
tetap cair. Pastikan untuk merekomendasikan tindakan untuk mengganti protein
dan kalsium dalam produk susu untuk membantu mempertahankan keseimbangan
nutrisi.
The herbal dengan peppermint dan yarrou, coltsfoot, atau confrey
dapat berfungsi sebagai ekspektoran untuk membantu meredakan kongesti dada.
Akar licorice, yang dapat diambil dalam beberapa bentu, juga memiliki efek
ekspektoran dan anti-inflamasi yang dapat berguna. Akan tetapi, akar licorice
dapat menyebabkan toksisitas ketika digunakan untuk periode waktu yang lama
( Spencer & Jacovs, 2003 ) Rujuk pasien ke herbalis berkualifikasi untuk terapi
Akupuntur dapat membantu pasien berhenti merokok dan juga telah
digunakan untuk menangani asma dan kondisi pernapasan lain. Hipnoterapi dan
guided imagery digunakan untuk membantu berhenti merokok. Teknik ini juga
dapat membantu pasien mengendalikan ansieas dan pola napas. Rujuk pasien ke
professional terlatih, perawat, dokter, psikologis, komselor, pekerja sosial, dan
lainnya yang dapat melakukan pelatijam professional dalam hipnoterapi dan
guided imagerry ( Fojtaine, 2005).

D. PEMERIKSAAN PRIMER, SEKUNDER, DAN TERSIER


1. Pencegahan perimer
Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang
sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Tujuan
dari pencegahan primer adalah untuk mengurangi insidensi penyakit dengan
cara mengendalikan penyebab-penyebab penyakit dan faktor-faktor resikonya
pencegahan primer meliputi :
1) Kebiasaan merokok harus di hentikan
2) Memekai alat pelindung seperti masker ditempat kerja (pabrik) yang
terdapat asap mesin, debuh

12
3) Membuat corong asap dirumah maupun ditempat kerja ( pabrik)
4) Pendidikan tentang bahaya-bahaya yang di timbulkan PPOK

2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk mencegah orang yang telah
sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit dan menghindari
komplikasi. Tujuan pencegahan sekunder adalah untuk mengobati penderita
dan mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit yaitu melalui
diagnosis dini dan pemberian obat pengobatan.

3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier adalah tujuan pencegahan tersier adalah untuk
mengurangi ketidak mampuan dan mengadakan rehabilitasi
Pencegahan tersier meliputu :
1) Rehabilitasi spikis
Rehabilitasi spikis bertujuan memberikan motivasi pada penderita untuk
dapat menerima kenyataan bahwa penyakitnya tidak dapat di sembuhkan
bahkan akan mengalami kecemasan, takut dan depresi terutama saat
eksaserbasi. Rehabilitasi spikis juga bertujuan mengurangi bahkan
menghilangkan perasaan tersebut.
2) Rehabilitasi pekerjaan
Rehabilitasi pekerjaan dilakukan untuk menyetlaraskan pekerjaan yang
dapat dilakukan penderita sesuai gejala dan fungsi paru penderita.
Diuasahak menghindari pekerjaan yang memiliki resiko terjadi
pemburukan penyakit.
3) Rehabilitasi fisik
Penderita PPOK akan mengalami penurunan kemampuan aktivitas fisisk
serta diikuti oleh gangguan pergerakan yang mengakibatkan kondisi
inaktif dan berakhir dengan keadaan yang tidak terkondisi. Tujuan
rehabilitasi yang utama adalah memutuskan rantai tersebut sehingga
penderita tetap aktif.

13
E. PROSES KEPERAWATAN SECARA TEORI
1. Pengkajian terfokus untuk pasien yang menderita penyakit paru obstruksi
kronik, antara lain sebagai berikut.
a) Riwayat kesehatam : Gejala saat, ini antara lain, antara lain batuk,
produksi sputum, sesak napas atau dyspnea, toleransi aktivitas frekuensi
infeksi pernapasan dan episode yang paling sering diagnosis emfisema
sebelumnya,bronkitis kronikm atau asam : medikasi saat ini ; riwayat
merokok ( dalam bungkus setiap tahun bungkus perhari sejumlah tahun
yang merokok ) riwayat pajanan ke perokok pasif, polutan pekerjaan atau
lainnya
b) Pemeriksaan fisik: Penampilan umum, berad badan terhadap tinggi
badan, status mental tanda-tanda vital termasuk suhu; warna dan suhu
kulit ; anterior posterior : diameter dada lateral, penggunaan otot
aksesoris, nasal flaring atau pursed-lip breathing, ekskursi pernapasan dan
ekskursi diafragmatik; nada perkusi; suara napas diseluruh lapang paru;
vena leher; nadi apical dan suara napas, nadi perifer, edema.
c). Pemeriksaan diagnostic; kapasital vital paksa ( FVC ) dan volume
ekspirasi paksa dalam satu detik ( FEV ) gas darah arteri, hematokrit

2. Diagnosa keperawatan dan intervensi


Pasien yang menderita penyakit paru obstruksi kronik, naik dihospitalisasi
atau di komunitas, memiliki kebutuhan asuhan keperawatan yang multipel.
Karena sifat obstruksi penyakit, bersihan jalan napas merupakan prioritas
teringgi. Kekurangan nutrisi umum terjadim terutama ketika emfisema
predominan. Karena penyakit kronik ini memengaruhi semua pola kesehatan
fungsional, masalah psikosisal dan juga masalah dalam perencanaan asuhan
keperawatan. Selain daengan diagnosis keperawatan yang ditampilkan disini,
lihat Studi Kasus & Rencana Asuhan Keperawatan yang mengikuti

a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas

14
Baik bronkitis kronik dan emfisema memengaruhi kemampuan untuk
mempertahankan jalan napas terbuka. Pada broknitis kronik, jumlah
mucus kental dan tahan yang banyak dihasilkan

b. Ketiakseimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan TubuhDengan COPD Tahap


lanjut, aktivitas minimal, antara lain makan, dapat menyebabkan kelelahan dan
dyspnea pasien dapat tidak mampu enggonsumsi makanan punah tanpa istirahat.
c. Perubahan Koping Keluarga
Kesakitak kronik memengaruhi semua struktur seluruh keluarga.
Perubahan peran dan hubungan ; kebutuhan tambahan diletakkan pada
keluarga
d. Konflik Mengambil Keputusan : Merokok
Merokok lebih dari kebiasaan; itu merupakan ketagihan. Pasien yang
harus berhenti merokok mengadapi kehilangan besar, tidak hanya pada
nikotin, tetapi juga gaya hidup
e. Gangguan pola tidur berhungan dengan ketidak nyamanan,pengaturan
posisi.
f. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keletihan sekunder akibat
peningkatan upaya pernapasan dan insustiensi ventilasi dan oksigenasi
g. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman
terhadap kematian,keperluan yang tidak terpenuhi.
3. Intervensi dan rasional
Intervensi :
a) Ajarkan klien latihan bernapas diafragmatik dan pernapasan bibir
dirapatkan
b) Berikan dorongan untuk menyelengi aktivitas dengan periode istirahat.
Berikan pasien untuk membuat keputusan tentang perawatannya
berdasarkan tingkat toleransi pasien.
c) Berikan dorongan penggunaan latihan otot-otot pernapasan jika
diharuskan.

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi


perfusi
1. Perbaikan dalam pertukran gas

15
2. Intervensi keperawatan :
a) Deteksi bronkospasme saat auskultasi.
b) Pantau klien terhadap dispenea dan hipoksia.
c) Berikan obat-obatan bronkodilator dan kortikosteroid dengan
tepat dan waspada kemungkinan efek sampingnya.
d) Berikan terapi acrosol waktu makan, untuk membantu
mengencerkan sekresi sehingga ventilasi paru mengalami
perbaikan.
e) Pantau pemberian oksigen Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan ketidak seimbangan antara suplai dengan kebutuhan
oksigen/
Tujuan : memperlihatkan kemajuan pada tingkat yang lebih tinggi dari
aktivitas yang mungkin.
Intervensi keperawatan :
a) Kajian respon individu terhadap aktivitas;nadi, tekanan darah,pernapasan.
b) Ukur tanda-tanda vital segera setelah aktivitas, istirahatkan klien selama3
menit kemudian ukur lagi tanda-tanda vital.
c) Dukung pasien dalam menegakkan latihan teratur untuk menggunakan
treadmill dan exercycle, berjalan atau latihan lainnya yang sesuai, seperti
berjalan perlahan.
d) Kaji tingkat funggsi pasien yang terakhir dan kembangkan rencana latihan
berdasarkan padastatus fungsi dasar
e) Sarankan konsultasi dengan ahli terapi fisik untuk menentukan program
latihan spesifik terhadap kemampuan pasien.
f) Sediakan oksigen sebagian di perlukan sebelum dan selama menjalankan
aktivitas untuk berjaga-jaga
g) Tingkatkan aktivitas secara bertahap; klien yang sedang atau tirah baring
lama melalui melakukan rentang gerak sedikitnya 2 kali sehari.
h) Tingkatkan toleransi terhadap aktivitas dengan mendorong klien
melakukan aktivitas lebih lambat, atau waktu yang lebih singkat, dengan
istirahat yang lebih banyak atau dengan banyak bantuan
i) Secara berharap tingkatkan toleransi latihan dengan menangkutkan waktu
diluar tempat tidur sampai 15 menit tiap harisebanyak 3 kali sehari

16
Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan dispnea, kelemahan,efek samping obat, produksi sputum dan
anoreksia, ual, muntah.
Tujuan: kebutuhan klien terpenuhi
Interpensi keperawatan:
a) Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat
kesulitan makan, evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
b) Auskultasi bunyi usus
c) Berikan perawatan oral sering, buang sekret
d) Dorong priode istirahat 1 jam sebelum dan sesudah makan
e) Pesankan diet lunak, porsi kecil sering, tidak perlu dikunyah
lama.
f) Hindari makanan yang di perkirakan dapat mengahasilkan gas
g) Timbang berat badan tiap hari sesuai indekasi
Ganguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan, pengaturan
posisi.
Tujuan: kebutuhan tidur terpenuhi
Intervensi keperawatan:
a) Bantu klien latihan relaksasi di tempat tidur
b) Lakukan pengusapan punggung ssat hendak tidur dan ajurkan
keluarga untuk melakukan tindakan tersebut
c) Atur posisi yang nyaman menjelang tidur, biasanya posisi high
fowler.
d) Lakukan penjadwalan waktu tidur yang sesuai dengan kebiasaan
pasien.
e) Berikan makanan ringan menjelangtidur jika klien bersedia
b. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keletihan sekunder akibat
peningkatan upaya pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi
1. Tujuan; kemandirian dalam aktivitas perawatan diri
2. Intervensi:
a) Ajarkan menkoordinasikan pernafasan disfragmatik dengan aktivitas
seperti berjalan, mandi, membungkuk, atau menaiki tangga

F. HASIL PENELITIAN TERKAIT INTERVENSI KEPERAWATAN.

17
Prevelensi PPOK berdasarkan dioagnosa petugas kesehatan atau gejala yang
dirasakan dari 469 responden pada kawasan peruntukan d dapatkan ada 11 orang
( 2,35%) yang menderita PPOK, sedangkan dari 504 responden pada kawasan bukan
peruntukan di dapatkan ada 6 orang (1,19%). Secara deskritif dapat disimpulkan
bahwa prevalensi PPOK menurut petugas kesehatan atau gejala yang dirasakan
menunjukan di kawasan peruntukan lebih tinggi dibandingkan kawasan bukan
peruntukan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi PPOK lebih tinggi dikawasan
penuntukan dibanding dengan kawasan bukan peruntukan berdasarkan kualitas udara
outdoor dan indoor di nilai rata-rata untuk para meter SO2,NO2,TM10 dan PM2,5
lebih tinggi dikawasan peruntukan dibandingkan dengan kawasan bukan peruntukan
sedangkan untuk kebiasaan merokok lebih dari 1 bulan terakhir lebih tinggi
dikawasan peruntukan dibandingkan kawasan bukan peruntuka.

18
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan

COPD atau yanglebih dikenal dengan PPOK merupakan suatu


kumpulan penyakit paru yang menyebabkan obstruksi jalan napas termasuk
bronchitis emssema bronchitis paling dan asma PPOK paling sering
diakibatkan dari iritasi oleh iritan kimia industry dan tembakau polusi udara
atau infeksi saluraan pernapasan kambu faktor-faktor yang dapat
meningkatkan resiko munculnya yaitu merokok.

B. Saran
Dari makalah tentang PPOK ini telah diketahui bagai mana
manifestasi klinis dan penyebab dari PPOK. Diharapkan kepada masyarakat
agar menghindari atau mencegah dari faktor-faktor yang dapat
menyebaabkan PPOK.

19
DAFTAR PUSTAKA

Buku ajar KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH gangguan respirasi gangguan


musculoskeletal Pricilla LeMone Karen M. Burke Gerene Bauldoff
81827-ID-gambaran-penyakit-paru-obstruktif-kronik(1).pdf-Adobe Reader

20
21

Anda mungkin juga menyukai