Anda di halaman 1dari 5

KEGIATAN BELAJAR 4

Capacity Building sebagai Akselerator

Good Governance untuk Mewujudkan

Daerah Otonom

Sebagaimana ditetapkan baliwa pemberlakuan UU No. 22 Tahun 1999 tentang

otonomi daerah waktunya kurang tepat. Lebih banyak pertimbangan politis daripada

pertimbangan teknis dalam memutuskan. Asumsi bahwa daerah telah siap atau telah

mampu adalah kurang bijaksana. Kalau mau jujur sebenamya kita belum siap untuk

berotonomi karena belum ada kesamaan persepsi terhadap konsep dan paradigma

otonomi daerah, kuatnya paradigma birokrasi, kapasitas wakil rakyat yang belum

memadai, kesalahan strategi. Walaupun UU No. 22 Tahun 1999 tclah diberlakukan,

namun masih banyak kalangan yang kurang optimis dalam mewujudkannya karena

persiapan yang belum matang.

Dalam komeks paradigma kontekstual, otonomi daerah hendaknya

inemungkinkan pemerintah daerah memberikan yang terbaik bagi masyarakal daerah

dengan tetap menjaga terpeliharanya Negara Kesatuan R1. (Pembangunan daerah adalah

Pembangunan Nasional dan Pembangunan Nasional adalah Pembangunan Daerah).

Meskipun disadari kedua hal tersebut bukan merupakan pekerjaan yang mudah.

Tuntutan dari paradigma kontekstual ini baru dapat dipenuhi apabila pemerintah daerah

dan legislatifnya memiliki kemampuan yang tinggi. Langkah awal yang harus dilakukan

adalah Capacity Building sebagaimana direkomendasikan dalam rangka pembenahan

pemerintah daerah (Iihal Grindle, 1997; Fiszbein 1997; .1ralin, 1997; Mentz, 1997; dan

Eade, 1998) dalam menuju Building. Dengan Capacity Building ini . akan dapat

mempercepat tenvujudnya good govenzance di era otonomi daerah, yang bermuara pada

harmonisnya kehidupan berbangsa bemegara dan bermasyarakat dan untuk mencapai

kesejahteraan, keamanan dan ketertiban rakyat.


A. PENGERITAN CAPACITY BUILDING

Capacity Attilding untuk pemerintahan didefinisikan sebagai serangkaian

strategi yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan responsivitas

dari kinerja pemerintahan, dengan mennisatkan perhatiun kepada pengernbangan

dimensi sumber daya manusia, penguatan organisasi, dan reformas1 kelembagaan

atau lingkungan (lihat Grindle, 1997:5). Dalam definisi ini Capacity Building terkandung

upaya-upaya untuk melakukan perbaikan kualitas sumber daya manusia, mendorong

organisasi agar berfungsi lebih baik, dan merubah konteks lingkungan yang dibutulikan

organisasi dan individu SDM agar dapat berfungsi dengan baik.

Dari berbagai literatur dapat dikumpulkan beberapa dimensi Capacity Building bagi

pemerintahan antara lain (1) pengembangan sumber daya manusia (lihat Fiszbein, 1997;

Grindle, 1997; World Bank daltun (997), (2) penguatan organisasi dan manajemen (lihat

Grindlc, 1997; Fiszbein, 1997; Eade, 1998; Mentz, 1997; United Nations dalam Edralin,

1997), (3) penyediaan sumber daya, sarana dan prasarana (lihat UNDP dalam Edralin,

1997; Fiszbein, 1997), (4) network (lihat Eade, 1998; World Bank dalam Edralin, 1997),

(5) lingkungan (Iihat World Bank dalant Edralin, 1997; Grindlc, 1997), dan (6) mandat,

keinampuan fiskal, dan program (lihat United Nations dalam Edralin, 1997).

Berdasarkan pemahaman terhadap literatur tersebut maka untuk mewujudkan sualu

otonomi daerah pada saat sekarang diperlukan persiapan yang berkenaan dengan (1)

penentuan secara jelas visi dan misi daerah dan lembaga pemerintahan daerah, (2)

perbailcan sistem kebijakan publik di daerah, (3) perbaikan struktur organisasi

pemerintahan daerah, (4) pethaikan kemampuan manajerial dan kepemimpinan

pemerintahan daerah, (5) pengembangan sistem akuntabilitas internal dan eksternal

pemerintahan daerah, (6) perbaikan budaya organisasi pemerintahan daerah, (7)

peningkatan SDM aparat pemerintahan daerah, (8) pengembangan sistem jaringan

(network) antarkabupaten dan kota, dan dengan pihak lain, dan (9) pengembangan,

pemanfaatan, dan pemeliharaan lingkungan pemerintahan daerah yang kondusif. Semua


elemen yang harus dikembangkan atau diperbaiki tersebut harus dilihat sebagai satu

kesatuan dari sebuah sistem, yang kalau dibenahi yang satu dapat mempengaruhi yang

lain. Elemen¬elemen ini menyangkut kemampuan pemerintahan daerah dalam

penyediaan input (semua resources yang dibutuhkan), proses (penerapan teknik dan

metode yang tepat), feedback (perbaikan input dan proses), dan lingkungan (penciptaan

situasi dan kondisi yang kondusif).

B. ELEMEN-ELEMEN CAPACITY BUILDING

Pengembangan Visi dan Misi daerah dan Institusi Pemerintahan Kabupaten/Kota.

Sampai sekarang belum ada kejelasan mengenai ke mana suatu kabupaten/kota sebagai

duerah dan institusi dikembangkan. Dengan kata lain, visi dan misi kabupaten/kota

scbagai daerah dan institusi belum terumuskan secam tegas dan jelas. Karena itu, bidang-

bidang strategis apa yang dikembangkan oleh daerah dalam rangka mencapai visi tersebut

juga lidak jelas. Untuk itu, diperlukan pada suat ini adalah pengembangan

(1) Rencana Strategis Daerah Kabupaten/Kota, dan (2) Rencana Strategis Institusi

Pemerintahan Kabupaten/Kota.

Pengembangan Kelembagaan Pemerintahan. Bldang-bidang strategis yang harus

dikembangkan dalam Rencana Strategis tersebut sangat menentukan jenis dan

jangkauan kebijakan tahunan yang perlu dikembangkan (dalam program, proyek dan

kegiatan-kegiatan), tipe dan jumlah sena kualitas institusi-institusi pemerintahan yang

diperlukan, jenis dan tingkat keterampilan manajerial skills yang diperlukan termasuk tipe

kepemimpinan, dan sistem akuntabilitas publik serta budaya organisasi pemerintahan.

Dengan kata lain, pembenahan kelembagaan harus didasarkan kepada kebutuhan

pengembangan bidang-bidang strategis yang telah dirumuskan dalam Rencana Strategis

Daerah dan Institusi Pemerintahan Kabupaten dan Kota. Dengan demikian, yang perlu

dilakukan dalam pengembangan kelembagaan, meliputi (1) pengembangan kebijakan,


(2) pengembangan organisasi, (3) pengembangan manajemen, (4) pengembangan

sistem akuntabilitas publik, dan (5) pengembangan budaya organisasi.

Pengembangan SDM Aparat Pemerintahan. Bidang-bidang strategis dalam

Rencana Strategis tersebut juga seharusnya menentukan jenis, jumlah dan kualitas SDM

yang dibutuhkan di daerah khususnya pada lembaga pemerintahan kabupaten/kota.

Pengalaman menunjukkan bahwa sering kali pengembangan SDM tidak dilcffitkan

dengan kebutuhan strategis daerah, bahkan terkesan kurang memberikan kontribusi bagi

pemerintahan daerah itu sendiri. Dalam konteks SDM ini perlu difokuskan

pengembangan (1) keterampilan dan keahlian, (2) wawasan dan pengetahuan, (3) bakat

dan potensi, (4) kepribadian dan motif bekerja, dan (5) moral dan etos kerjanya.

Pengembangan Nehvork Pemerintahan. Rencana Strategis telah memberikan arah

pengembangan SDM dan kelembagaan yang ada di daerah. Dalam melakukan berbagai

pengembangan tersebut daerah pasti memiliki berbagai keterbatasan. Karena itu, harus

dimungkinkan proses belajar sendiri dan kolaborasi dengan pihak lain dan tidak harus

dengan pemerintah pusat sebagaimana selama ini terjadi. Seharusnya di masa mendatang

daerah diberi kebebasan untuk belajar dari atau saling belajar dengan ( I ) kabupaten atau

kota yang lain baik dari dalam maupun dari luar negeri, (2) lembaga-lembaga vertikal

yang ada, dan (3) pusat-pusat pengembangan seperti perguruan tinggi dan LSM yang

sesuai dengan kebutuhan mereka, melalui suatu "jaringan kerja" yang terencana.

Kolabomi antara mereka sangat membantu proses belajar cepat di daerah.

Pengembangan dan Pemanfaatan Lingkungan Pemerintaban. Di samping semua

perbaikan dan peningkatan tersebut, pemerintahan daerah sangat membutuhkan suatu

lingkungan yang kondusif, yang dapat dimanfaatkan untuk berbuat yang terbaik bagi

daerah. Di sini daerah harus mengupayakan (1) pemanfaatan lingkungan fisik dan

nonfisiknya secara optimal dan bertanggung jawab, (2) pemanfaatan peraturan

perundangan lebih tinggi dan (3) penciptaan dan pemeliharaan keamanan dan ketertiban

di daerah. Peraturan perundangan yang mendukung pembangunan lokal harus


dimanfaatkan sementara keamanan dan ketertiban harus diciptakan dan dimanfaatkan

bagi pembangunan dan pelayanan publik di daerah. Dalam konteks ini, daerah harus

memelihara, melanggengkan dan memanfaatkan lingkungannya agar masyarakat merasa

aman sementara ia dapat bekerja memberikan yang terbaik bagi masyarakatnya.

Dari uraian tersebut, dapat diringkas elemen-clemen penting dari Capacity

Building tersebut untuk mengakselerasi otonomi daerah dalam bentuk pohon

Capacity Building sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai