Daerah Otonom
otonomi daerah waktunya kurang tepat. Lebih banyak pertimbangan politis daripada
pertimbangan teknis dalam memutuskan. Asumsi bahwa daerah telah siap atau telah
mampu adalah kurang bijaksana. Kalau mau jujur sebenamya kita belum siap untuk
berotonomi karena belum ada kesamaan persepsi terhadap konsep dan paradigma
otonomi daerah, kuatnya paradigma birokrasi, kapasitas wakil rakyat yang belum
namun masih banyak kalangan yang kurang optimis dalam mewujudkannya karena
dengan tetap menjaga terpeliharanya Negara Kesatuan R1. (Pembangunan daerah adalah
Meskipun disadari kedua hal tersebut bukan merupakan pekerjaan yang mudah.
Tuntutan dari paradigma kontekstual ini baru dapat dipenuhi apabila pemerintah daerah
dan legislatifnya memiliki kemampuan yang tinggi. Langkah awal yang harus dilakukan
pemerintah daerah (Iihal Grindle, 1997; Fiszbein 1997; .1ralin, 1997; Mentz, 1997; dan
Eade, 1998) dalam menuju Building. Dengan Capacity Building ini . akan dapat
mempercepat tenvujudnya good govenzance di era otonomi daerah, yang bermuara pada
atau lingkungan (lihat Grindle, 1997:5). Dalam definisi ini Capacity Building terkandung
organisasi agar berfungsi lebih baik, dan merubah konteks lingkungan yang dibutulikan
Dari berbagai literatur dapat dikumpulkan beberapa dimensi Capacity Building bagi
pemerintahan antara lain (1) pengembangan sumber daya manusia (lihat Fiszbein, 1997;
Grindle, 1997; World Bank daltun (997), (2) penguatan organisasi dan manajemen (lihat
Grindlc, 1997; Fiszbein, 1997; Eade, 1998; Mentz, 1997; United Nations dalam Edralin,
1997), (3) penyediaan sumber daya, sarana dan prasarana (lihat UNDP dalam Edralin,
1997; Fiszbein, 1997), (4) network (lihat Eade, 1998; World Bank dalam Edralin, 1997),
(5) lingkungan (Iihat World Bank dalant Edralin, 1997; Grindlc, 1997), dan (6) mandat,
keinampuan fiskal, dan program (lihat United Nations dalam Edralin, 1997).
otonomi daerah pada saat sekarang diperlukan persiapan yang berkenaan dengan (1)
penentuan secara jelas visi dan misi daerah dan lembaga pemerintahan daerah, (2)
(network) antarkabupaten dan kota, dan dengan pihak lain, dan (9) pengembangan,
kesatuan dari sebuah sistem, yang kalau dibenahi yang satu dapat mempengaruhi yang
penyediaan input (semua resources yang dibutuhkan), proses (penerapan teknik dan
metode yang tepat), feedback (perbaikan input dan proses), dan lingkungan (penciptaan
Sampai sekarang belum ada kejelasan mengenai ke mana suatu kabupaten/kota sebagai
duerah dan institusi dikembangkan. Dengan kata lain, visi dan misi kabupaten/kota
scbagai daerah dan institusi belum terumuskan secam tegas dan jelas. Karena itu, bidang-
bidang strategis apa yang dikembangkan oleh daerah dalam rangka mencapai visi tersebut
juga lidak jelas. Untuk itu, diperlukan pada suat ini adalah pengembangan
(1) Rencana Strategis Daerah Kabupaten/Kota, dan (2) Rencana Strategis Institusi
Pemerintahan Kabupaten/Kota.
jangkauan kebijakan tahunan yang perlu dikembangkan (dalam program, proyek dan
diperlukan, jenis dan tingkat keterampilan manajerial skills yang diperlukan termasuk tipe
Daerah dan Institusi Pemerintahan Kabupaten dan Kota. Dengan demikian, yang perlu
Rencana Strategis tersebut juga seharusnya menentukan jenis, jumlah dan kualitas SDM
dengan kebutuhan strategis daerah, bahkan terkesan kurang memberikan kontribusi bagi
pemerintahan daerah itu sendiri. Dalam konteks SDM ini perlu difokuskan
pengembangan (1) keterampilan dan keahlian, (2) wawasan dan pengetahuan, (3) bakat
dan potensi, (4) kepribadian dan motif bekerja, dan (5) moral dan etos kerjanya.
pengembangan SDM dan kelembagaan yang ada di daerah. Dalam melakukan berbagai
pengembangan tersebut daerah pasti memiliki berbagai keterbatasan. Karena itu, harus
dimungkinkan proses belajar sendiri dan kolaborasi dengan pihak lain dan tidak harus
dengan pemerintah pusat sebagaimana selama ini terjadi. Seharusnya di masa mendatang
daerah diberi kebebasan untuk belajar dari atau saling belajar dengan ( I ) kabupaten atau
kota yang lain baik dari dalam maupun dari luar negeri, (2) lembaga-lembaga vertikal
yang ada, dan (3) pusat-pusat pengembangan seperti perguruan tinggi dan LSM yang
sesuai dengan kebutuhan mereka, melalui suatu "jaringan kerja" yang terencana.
lingkungan yang kondusif, yang dapat dimanfaatkan untuk berbuat yang terbaik bagi
daerah. Di sini daerah harus mengupayakan (1) pemanfaatan lingkungan fisik dan
perundangan lebih tinggi dan (3) penciptaan dan pemeliharaan keamanan dan ketertiban
bagi pembangunan dan pelayanan publik di daerah. Dalam konteks ini, daerah harus