DIBIDANG POLITIK
"Buku ini merupakan rekaman dinamika politik hukum di bidang kebijakan publik
dan hukum selama pemerintahan Presiden Jokowi selama 4,5 tahun terakhir ini, " ujar
Direktur Eksekutif Puskapkum Rahmat Ferdian Andi Rosidi dalam keterangannya di
Jakarta, Rabu (10/4/2019).
Buku tersebut, menurut dia, menyoroti sejumlah isu seperti reformasi legislasi,
reformasi lembaga DPR, politik pemberantasan korupsi, dinamika otonomi daerah,
reformasi partai politik dan pemilu, reformasi lembaga peradilan serta supremasi hukum dan
HAM. "Kekuatan isi buku ini salah satunya membahas berbagai isu publik yang terkait
langsung dengan persoalan kebangsaan dan kenegaraan," tutur dosen Fakultas Hukum
Universitas Bhayangkara Jakarta Raya ini.
Di samping itu, Ferdian menambahkan, kekuatan lainnya dari buku setebal 300
halaman ini juga melibatkan mahasiswa sebagai penulis. "Kami berkomitmen untuk
melakukan kolaborasi dengan mahasiswa dalam penulisan buku ini. Setidaknya ini langkah
kecil untuk menumbuhkembangkan minat literasi di kalangan mahasiswa dan generasi
milenial," ujarnya.
Direktur Eksekutif Center for Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi
menyebutkan, buku tersebut merupakan representasi dari jiwa anak muda yang dekat dengan
semangat perubahan.
"Buku ini luar biasa, berisi letupan pemikiran hukum dan kebijakan publik oleh para
akademisi muda dan mahasiswa. Muatannya autentik, analisanya tajam dan mampu
memprediksikan peristiwa hukum secara presisi," katanya.
Menurut Uchok, buku ini merupakan ungkapan kegelisahan khas anak muda yang senantiasa
berpikir, bergerak dan menawarkan sebuah perubahan. Dia pun merekomendaiskan buku
tersebut agar dibaca generasi milenial yang dinamis dan inovatif.
"Sangat layak dibaca oleh generasi muda," ujarnya. Buku tersebut dapat dimiliki melalui
layanan toko berbasis daring seperti Bukalapak, Shopee serta Tokopedia. Puskapkum juga
membuka layanan pembelian langsung melalui call center Puskapkum.
B. BIDANG EKONOMI
PEMERINTAHAN Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla
telah menunjukkan kinerja yang sangat baik di bidang ekonomi, khususnya yang
berorientasi pada kesejahteraan sosial, keadilan ekonomi dan stabilitas harga. Ekonom Arif
Budimanta menyebutkan setidaknya ada 18 keberhasilan Pemerintah selama menjabat di
sektor ekonomi.
“Datanya jelas dan bisa diakses siapa saja, asal jangan dipelintir. Semua itu bisa kita
buktikan. Ada banyak keberhasilan yang saya catat," papar Arif di Jakarta, Senin (31/12).
Data yang disampaikan oleh Arif yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Komite
Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), antara lain kenaikan harga yang relatif terjaga.
Inflasi hanya dikisaran 3% yang menunjukkan tidak ada gejolak berarti. “Bahkan, di era
pemerintahan Presiden Jokowi, harga bahan bakar minyak tidak lagi timpang, karena sudah
satu harga di seluruh Indonesia," ujarnya.
Selain itu, pada Maret 2018, tingkat kemiskinan tercatat sebagai yang terendah sepanjang
masa, yakni 9,82%. Begitu juga dengan pengangguran terbuka yang hanya 5,13%. Kondisi
ini menunjukkan bahwa rakyat semakin sejahtera karena semakin banyak yang bekerja.
Kehidupan warga pun kian terjamin. Pemerintah mendorong program jaminan sosial. Lebih
dari 92 juta warga menerima kartu Indonesia sehat (KIS) yang dijamin negara. “Layanan
kesehatan semakin merata dan mudah dijangkau,” tuturnya.
Dia menambahkan, tingkat pendidikan warga semakin baik. Tingkat harapan lama sekolah
sudah mencapai 12,85 tahun. Dari sisi pemerataan, proporsi total kekayaan nasional yang
dikuasai 1 dan 10% warga makin berkurang.
Hal ini, ungkap Arif, memperlihatkan bahwa seluruh transformasi struktural yang dilakukan
pemerintah pada ujungnya mampu menekan konsentrasi penguasaan aset oleh sekelompok
orang.
Bahkan harga bahan bakar minyak (BBM) tidak lagi ada disparitas yang tinggi karena
implementasi kebijakan BBM Satu Harga.Selain itu, Arif mengungkapkan, bahwa Presiden
Jokowi membuktikan pembangunan infrastruktur terus dilakukan. Begitu juga dengan
pembangunan kawasan perbatasan yang telah berjalan, seperti di Kalimantan, Nusa
Tenggara Timur dan Papua.
Hal ini sangat bagus untuk jangka panjang, karena ekonomi wilayah akan bergerak positif.
Apalagi, lanjutnya, didorong oleh realisasi kebijakan poros maritim. “Mobilitas warga
semakin mudah, ekonomi daerah mulai bergerak dan pada akhirnya akan menopang
kesejahteraan masyarakat sekitar,” katanya.
“Akses pembiayaan juga terus didorong, misalnya melalui kredit usaha rakyat dengan suku
bunga yang rendah, yaitu 7%,” ujarnya.
Dengan demikian, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) diharapkan makin berdaya.
Begitu juga dukungan untuk membangun perdesaan, pemerintah terus meningkatkan alokasi
dana desa. Jika pada 2018 sebesar Rp60 triliun, maka pada 2019 dianggarkan Rp73 triliun.
Konektifitas ekonomi yang dibangun Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam 4,5
tahun memerintah melalui infrastruktur dan sambungan digital, baik di tingkat regional dan
desa membuat sektor sosbud merasakan dampak positifnya. Hal itulah yang dinilai Prof Dr
Bambang Shergi Laksmono, Guru Besar di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial,
Universitas Indonesia (UI) menanggapi isi debat ketiga Pilpres 2019 yang menampilkan
Cawapres Kiai Ma'ruf Amin.
"Pembahasan isu sosial dan budaya di debat ketiga, praktis dikuasai kubu 01.
Mengapa? Prestasi dan pencapaian di bidang sosial budaya sangat terkait dengan
kemampuan kita mendorong peluang-peluang di bidang ekonomi. Pemerintah Jokowi sejauh
ini telah giat mendorong konektifitas ekonomi di tingkat regional dan sambungan digital.
Bahkan hingga tingkat desa. Ini luar biasa dan sangat dirasakan," jelasnya.
Keberhasilan Jokowi dalam menurunkan angka kemiskinan, yakni 10,12% atau 26,6 juta
penduduk di 2017, menjadi 9,66% atau 25,67 juta penduduk di 2018, yang disampaikan Kiai
Ma'ruf saat debat ketiga itu dinilai Bambang Shergy merupakan sebuah prestasi besar.
Selain itu, anggaran perlindungan sosial terus meningkat dari Rp2,08 triliun (2017) menjadi
Rp2,22 triliun (2018) dan Rp2,46 triliun (2019).
"Termasuk program bantuan sosial. Itu sebuah prestasi. Hanya saja, perlu dipikirkan
mengenai momentum penurunan angka kemiskinan untuk jangka menengah dan panjang.
Selain itu, angka kemiskinan di atas masih berada pada tataran tingkat konsumsi kebutuhan
pokok, belum menggambarkan perbaikan tingkat produktifitas, upah dan nilai tukar
komoditas hasil bumi," tambahnya.
Dari kacamata pakar kesejahteraan sosial, penyampaian cawapres Kiai Ma'ruf Amin
mengenai tiga kartu terbaru yang siap diluncurkan di periode kedua Jokowi pada 2019-2024,
menjadi keunggulan yang pasti mendapat tanggapan positif masyarakat Indonesia.
D. PERDAMAIAN DAN KEAMANAN INTERNASIONAL
Salah satu bukti nyata kepercayaan internasional pada Indonesia terlihat pada status
RI sebagai Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan (DK) PBB pada 1 Januari 2019 dan
berlaku hingga 31 Desember 2020.
Meski bukan yang pertama (sebelumnya pernah mendapatkan status tersebut pada
periode 1973-1974, 1995-1996, dan 2007-2008) terpilihnya Indonesia sebagai bentuk
kepercayaan masyarakat internasional atas kemampuan diplomasi Indonesia "Masuk sebagai
Anggota Tidak Tetap DK PBB membuat Indonesia menjadi bagian dari proses perumusan
kebijakan untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional sesuai mandat Piagam
PBB. Itu sebuah kehormatan sekaligus prestasi, dan juga tanggung jawab besar," ujar
anggota Komisi I DPR Meutya Hafid di Jakarta, Sabtu (29/3/2019).
Atas dasar itulah, jelang debat keempat pilpres pada Sabtu (30/3/2019) di Hotel
Shangri-la, Jakarta, Meutya optimistis capres nomor urut 01 ini mampu beradu opini dengan
capres Prabowo Subianto dalam mengupas tema debat mengenai ideologi, pemerintahan,
pertahanan dan keamanan, serta hubungan internasional.
Menurutnya, jika dalam debat tersebut Jokowi dikritik karena jarang tampil di forum
internasional, maka Jokowi akan bisa menjelaskan bahwa hal itu dilakukan karena pilihan
antara mengurus domestik atau ke luar negeri.
Jokowi, kata Meutya, sudah mengantisipasi kritik seperti itu. Apalagi, terbukti dalam urusan
dalam negeri banyak pencapaian yang diraih.
Upaya mewujudkan perdamaian dunia juga dilakukan pemerintah Indonesia dengan cara:
Melanjutkan dialog lntas agama secara bilateral dan multilateral dengan 30 negara
dan 3 forum multilateral
Mengembangkan dan membangun pemahaman Islam Wassatiyyat kepada dunia
melalui High Level Consultation of World Moslem Scholars on Wassatiyyat di
Indonesia pada Mei 2018. Pertemuan ini melahirkan Bogor Ulama Declaration for
Peace
Mengembangkan Bali Democracy Forum sebagai sarana strategis pengembangan
demokrasi di kawasan dan dunia.
F. PENCITRAAN
Para pengamat sering gagal memahami cara berpikir Presiden Jokowi dan
rasionalitas tindakannya, yang sebenarnya sederhana saja. Kolom Hendra Pasuhuk. Presiden
Jokowi memang fenomenal. Ini sebuah atribut yang sebenarnya tanpa substansi. Karena
fenomenal itu keterangan sifat. Dan sifat memang bukan kategori kebendaan. Lalu apa
substansinya Jokowi? Substansinya: Jokowi adalah fenomena. Tanpa L. Satu huruf saja,
cukup untuk mengubah pemaknaan dan cara pandang.
Tentu para pengamat inelektual bakal segera mengeroyok, ya, mengolok-olok
pernyataan diatas sebagai pernyataan bolong. Tanpa substansi. Tidak intelektual. Permainan
kata-kata belaka. Dan entah apalagi. Tapi itu hak mereka. Kita sekarang hidup di era
demokrasi. Tidak intelektual, adalah sebuah hak. Sama juga dengan pilihan untuk tidak
menjadi substansial.
Mengapa Jokowi menjadi fenomena?
Karena dalam sejarah modernnya, Indonesia tidak pernah punya seorang pedagang
yang jadi presiden, sebelum dia. Ada jenderal, ada intelektual, ada anak pembesar, ada
pimpinan tradisional. Tapi pedagang? Tak pernah muncul dalam benak para teoritisi dan
pengamat politik Indonesia, apalagi kalau mereka tumbuh besar di Jawa, bahwa seorang
pedagang bisa, dan layak, jadi Presiden.
Tapi, Jokowi ternyata bisa. Itu jawaban pertama atas pertanyaan pada sub judul di
atas. Menyadari fakta, tidak lantas berarti: tahu mengapa. Kita bisa merekam fakta bahwa
sesuatu yang dilemparkan ke atas akan jatuh ke bumi. Ribuan generasi manusia tahu fakta
itu. Namun perlu seorang pemikir dan imajinator handal, untuk menyusun rumus-rumus
gravitasi dan menegakkannya sebagai „kenyataan“ baru, yang harus diterima rasio manusia,
karena itulah kebenaran ilmiah, sampai ada bukti-bukti baru yang bisa membantahnya.
Kesalahan para pengeritik Jokowi adalah kegagalan mereka memahami aksi-aksi dan
manajemen politik ala Jokowi. Ada yang misalnya mengeritik bahwa Jokowi sedang
melakukan pencitraan. Ini sama saja dengan mengeritik sebuah konstruksi mobil yang
dirancang untuk bergerak. Namanya mobil, ya memang mesti bergerak. Namanya politisi,
ya tentu mesti melakukan pencitraan.
Teknik pemasaran dan politisasi
Sebagai pedagang, tentu Jokowi tahu betul pentingnya pemasaran. Membuat sebuah
produk nan hebat, itu satu hal. Memasarkan produknya, itu hal lain. Memasarkan sama
sekali tidak berhubungan dengan proses produksi. Banyak orang bisa membuat tulisan dan
teori politik. Banyak orang bisa menyusun agenda dan program politik yang runut dan
mengesankan. Tapi gagal dalam „memasarkan“ gagasan-gagasan itu. Ini sama saja dengan
seorang insinyur yang mampu membuat konstruksi hebat, lalu membawanya ke atas gunung,
dibuatkan altar, untuk dikaguminya sendiri. Penemuan hebat dia memang substansial, bagi
dirinya. Dalam konteks sosial, konstruksi hebat itu bukan apa-apa. Sebab cuma dinikmati
satu individu.
G. BIDANG ANTAR BANGSA
Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla pada 20 Oktober 2016 ini, genap berusia dua
tahun. Bila pada tahun pertama fokus pada peletakan fondasi utama pembangunan,
pemerintah menjadikan tahun kedua ini sebagai tahun percepatan pembangunan nasional.
Nawacita sebagai konsep besar untuk memajukan Indonesia yang berdaulat, mandiri dan
berkepribadian, untuk mewujudkannya diperlukan kerja nyata. Dimulai dengan
pembangunan pondasi dan dilanjutkan dengan upaya percepatan di berbagai bidang.
Beberapa percepatan pembangunan nasional di bidang politik, hukum dan keamanan
menjadi agenda strategis pemerintah yang dicapai dalam dua tahun ini sebagai bagian dari
perwujudan Nawacita.
Di bidang politik beberapa capaian selama dua tahun terakhir ini: pertama,
konsolidasi politik yang menghasilkan perimbangan kekuatan politik di parlemen, sehingga
program-program pemerintah dapat berjalan dengan efektif karena didukung oleh DPR;
kedua, Terobosan politik berupa Pilkada Serentak di tahun 2015 berlangsung sukses dengan
angka partisipasi pemilih sebesar 69,6 persen; ketiga, Indeks Demokrasi Indonesia pada
2015 meningkat menjadi 73,12 jika diukur dengan indikator dan variabel yang sama dengan
Tahun 2014 yang saat itu mencapai angka 73,04;
Di bidang hukum, capaian selama kurun waktu 2 tahun adalah, pertama, Deregulasi
Peraturan Daerah dengan mencabut 3.143 Perda-Perda bermasalah; kedua, Kinerja
Kepolisian semakin membaik dengan indikator menurunnya angka kejahatan dari 373.636
pada 2015 menjadi 165.147 pada 2016 (per Juni) dan angka kecelakaan lalu lintas menurun
secara signifikan baik jumlah kecelakaan maupun korban, pada 2016 turun menjadi 1.947
kasus dari sebelumnya di tahun 2015 sebanyak 2.228 kasus; ketiga, Kejaksaan Agung
berhasil menyelamatkan keuangan negara sebesar Rp. 14,2 triliun selama Januari-September
2016; keempat, Program Tax Amnesty sebagai terobosan bidang hukum perpajakan hingga
bulan Oktober telah berhasil meraih angka tebusan sebesar Rp 97,15 triliun atau sebesar
60% dari target Rp165 triliun; kelima, Penangkapan buronan koruptor yaitu Samadikun
Hartono (kasus BLBI 1998) di Cina pada 14 April 2016, Totok Ary Prabowo (mantan
Bupati Temanggung) di Kamboja pada 12 September 2015 dan Hartawan Aluwi (Kasus
Bank Century) di Singapura pada 22 April 2016.