Anda di halaman 1dari 36

REFERAT

“EMBRIOLOGI ORGAN GENITALIA WANITA DAN


PEMERIKSAAN GINEKOLOGI DASAR”

Pembimbing :
dr. Yedi Fourdiana S, Sp.OG

Disusun oleh :
NUR AINI
1102014198

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI


KEPANITERAAN DEPARTEMEN OBSTETRI GINEKOLOGI
RSUD KABUPATEN BEKASI
PERIODE 02 SEPTEMBER - 05 NOVEMBER 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan kasih sayang-
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada tauladan sepanjang masa, Nabi Muhammad SAW, beserta para
keluarganya, sahabatnya, dan umatnya hingga akhir zaman, aamiin. Penulisan referat yang
berjudul “Embriologi Organ Genitalia Wanita dan Pemeriksaan Ginekologi Dasar“
ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas dalam menempuh kepanitraan klinik di bagian
obstetri ginekologi di RSUD Kabupaten Bekasi.
Penulis menyadari bahwa penyusunan referat ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan, dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu, terutama kepada dr. Yedi Fourdiana S, Sp. OG yang telah memberikan arahan
serta bimbingan ditengah kesibukan dan padatnya aktivitas beliau.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, oleh
sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan di
kemudian hari. Akhir kata, semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan khususnya di bidang kedokteran.

Bekasi, 09 September 2019

NUR AINI
Penulis

1
DAFTAR ISI

Judul Halaman

Kata Pengantar ………………………………………………………………….………..1

Daftar Isi …………………………………………………………………………………..2

BAB I Pendahuluan ………………………………………………………………………3

BAB II Pembahasan ………………………………………………………………………5

II.1. Perkembangan Organ Genitalia ………………………………………………..5

II.1.1 Tahap Indiferen Gonad ……………………………………………………6

II.1.2. Tahap Diferen Gonad …………………………………………………….9

II.1.3. Ovarium …………………………………………………………………..10

II.1.4. Regulasi Molekuler Perkembangan Duktus Genetalia ………………..12

II.1.5. Perkembangan Duktus Genetalia Pada Wanita ……………………….14

II.1.6. Perkembangan Genetalia Eksterna …………………………………….15

II.2. Pemeriksaan Ginekologi Dasar ……………………………………………….19

II.2.1. Anatomi Alat Reproduksi Wanita ……………………………………….19


II.2.1.1. Genitalia Eksterna …………………………………………………..19
II.2.1.2. Genitalia Interna …………………………………………………….21
II.2.2. Siklus Haid ………………………………………………………………..24
II.2.3. Pemeriksaan Ginekologi …………………………………………………26
II.2.3.1. Anamnesis …………………………………………………………...26
II.2.3.2. Pemeriksaan Umum ………………………………………………..27
II.2.3.3. Pemeriksaan Khusus ………………………………………………..27
II.2.4. Pemeriksaan Genitalia …………………………………………………..29
II.2.5. Pemeriksaan Penunjang Ginekologi ……………………………………32
BAB III Kesimpulan ……………………………………………………………………33
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………..35

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Alat reproduksi merupakan suatu rangkaian dan interaksi organ dan zat dalam

organisme yang dipergunakan untuk bereproduksi. Siorganisme berbeda antara laki-

laki dan wanita. Sistem organisme pada wanita berpusat pada ovarium sedangkan

pada pria berpusat pada kedua testis. Ovarium dan testis merupakan gonad yang

merupakan tempat dimana benih berupa sel telur dan sperma diproduksi untuk

selanjutnya mengalami fertilisasi untuk melakukan reproduksi.

Alat reproduksi tidak hanya berpusat pada gonad, namun terdapat bagian-

bagian lain dari alat reproduksi yang berperan dalam sistem reproduksi. Sistem

reproduksi yang lengkap terdiri atas: 1) gonad, berupa ovarium pada wanita dan

testis pada laki-laki, 2) duktus gonadal, yaitu tuba fallopii pada wanita serta ductus

efferens, ductus epididimis, dan ductus deferens pada laki-laki, 3) struktur yang

berhubungan dengan perjalanan sel spermatozoa dari penis pada laki-laki dan

penerima pada wanita yaitu vulva dan vagina, 4) bagian khusus dari sistem ductus

pada wanita, yaitu uterus yang pada keadaan tertentu dapat dimodifikasi menjadi

penerima dan pemberi makan konseptus.

Sel spermatozoa yang merupakan sel kelamin laki-laki awal mulanya

ditemukan oleh Ham pada 1667 dan dilaporkan kepada Anthoni van Leeuwenhoek

dan olehnya sel spermatozoa ini dipelajari dan hasilnya dilaporkan ke Royal society

di Inggris. Di lain pihak, de Graff pada 1672 menemukan sel telur pada wanita dan

pada 1827 Karl Ernst von Baer menemukan benda-benda kecil di dalam folikel de

Graff yang identik dengan sel-sel telur yang ditemukan di dalam tuba fallopii yang

ternyata adalah sel kelamin yang sudah masak.

3
Bakat sel kelamin baru diketahui jauh setelah sel kelamin diketahui. Waldeyer

pada 1870 mengemukakan bahwa bakat sel kelamin berasal dari sel-sel epitel

coelome yang membungkus bakal kelenjar kelamin yang disebut gonad. Nussbaum

pada 1880 melakukan penelitian pada katak dan ikan trout dan menemukan bahwa

bakal sel kelamin terdapat di luar gonad. Dari tempat tersebut kemudian pindah ke

dalam gonad dan perpindahannya terjadi pada awal perkembangan embriologi.

Setelah perpindahan sel kelamin yang disebut sebagai sel germinal primordial

menuju gonad, terjadilah perkembangan berikutnya mulai dari tahap indifferent yaitu

belum dapat dibedakan antara jenis kelamin laki-laki dan wanita hingga tahap

different yaitu telah terbentuk alat kelamin yang membedakan antara laki-laki dan

wanita serta terbentuknya alat reproduksi yang lengkap (Soenardirahardjo et al,

2011).

Ginekologi berasal dari kata Gynaecology. Secara umum ginekologi adalah


ilmu yang mempelajari kewanitaan (science of woman). Namun secara khusus
ginekologi adalah ilmu yang mempelajari dan menangani kesehatan alat reproduksi
wanita (organ kandungan yang terdiri atas uterus, vagina, dan ovarium).
Pemeriksaan ginekologi terdiri atas anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Perkembangan Organ Genitalia

Perkembangan embrional alat reprdoduksi berasal dari keadaan yang indiferen

dengan kedua jenis kelamin yang sama sampai awal minggu ke-7 dan barulah organ

polar yang spesifik berdiferensiasi dalam berbagai sudut pandang. Pada dinding

dorsal perut sebelah medial dari mesonefros tampak suatu tonjolan yang cembung

mirip rigi (gonadal ridge) pada minggu ke-5, yang terbentang dari diafragma sampai

ke panggul dan di tengahnya terdapat bakal gonad yang agak menonjol ke depan.

Di daerah bakal gonad, membran basal epitel coelom menghilang sehingga

dapat tumbuh ke dalam tanpa halangan dan sel kelamin dengan organnya dapat

mengalami suatu situasi penting bagi diferensiasi gamet yang sangat spesifik dan

terjadi kemudian. Namun, jaringan mesonefros tumbuh dengan cepat pada bakal

gonad, yang menginduksi dan mengatur perkembangan lebih lanjut pada gonad

melalui ekspresi faktor-faktor spesifik. Tanpa faktor ini, bakal gonad tidak

berkembang lebih lanjut. Mesonefros dengan demikian tetap ada pada kedua jenis

kelamin di daerah bakal gonad yang mula-mula menerimanya, namun segera

mengalami degenerasi di kranial dan kaudal.

Di sebelah lateral dari mesonefros akhirnya terbentuk ductus genitales yang

lebar, yaitu duktus Muller (duktus paramesonefros). Dengan demikian, mula-mula

terbentuk lekukan ke dalam pada epitel coelom, yang lalu bertambah menjadi saluran

epitel yang tumbuh di samping duktus Wolff ke arah kaudal sampai ke sinus

urogenitalis.

Karenanya, tercipta dasar duktus bersama bagi kedua jenis kelamin untuk

diferensiasi organ kelamin bagian dalam lebih lanjut, yakni keadaan indiferen yang

5
merupakan asal perkembangan pria dan wanita pada bulan ketiga (Rohen & Drecoll,

2003).

2.2. Tahap Indiferen Gonad

Sex secara genetik terbentuk pada saat embrio pada saat fertilisasi, sedangkan

secara morfologi gonad belum menunjukkan antara pria dan wanita sampai minggu

ke-7. Gonad pada awalnya merupakan sepasang rigi longitudinal yang disebut

genital atau gonadal ridge yang terbentuk dari proliferasi epitel dan kondensasi dari

lapisan mesenchyme. Sel germinal primordial belum tampak di genital ridge sampai

minggu ke-6 (Langman, 2009).

Gonad bukan merupakan asal dari sel kelamin dan bukan merupakan

“kelenjar” dalam arti sebenarnya, melainkan tempat sel germinal dalam

perjalanannya di ductus genitales mengalami diferensiasi spesifik. Sel-sel germinal

primordial kemungkinan mengembara dari yolk sac melalui tangkai penghubung

(connecting stalk) atau juga dari epiblas ke dalam rongga tubuh bakal embrio pada

tahap dini.

Sel-sel yang cepat bertambah banyak melalui mitosis, bergerak dan

mengembara seperti amoeba (kira-kira pada hari ke-28) sepanjang mesentery dorsal

dari hind gut, tiba di gonad primitif pada awal minggu ke-5 dan menempati genital

ridge pada minggu ke-6. Apabila mereka gagal menempati genital ridge pada

masanya maka gonad tidak akan terbentuk (Langman,2009).

6
Gambar 2.2 A. Embrio menunjukkan sel germinal primordial di dinding yolc sac
dekat dengan allantois, B. Pergerakan sel germinal primordial sepanjang dinding
hind gut dan dorsal mesentery menuju genital ridge

Gambar 2.3 Minggu ke-6 gonad indiferen dengan korda seks primitif. Beberapa sel
germinal primordial dikelilingi oleh sel-sel dari korda sel primitif

Sel kelamin mulanya dapat ditemukan di epitel permukaan yang juga disebut

epitel benih. Sel-sel epitel coelom cepat tumbuh ke dalam dengan membawa sel-sel

germinal dan kemudian selalu mempertahankan hubungan sel yang erat dengan sel-

sel germinal tersebut yang penting untuk diferensiasi sel-sel ini. Sel epitel coelom

menunjang metabolisme sel germinal dan mengatur perkembangan selanjutnya

dengan cara yang spesifik. Sel epitel coelom berdiferensiasi di dalam testis menjadi

sel sertoli dan di dalam ovarium menjadi sel epitel folikel. Dengan cara ini, pada

bakal gonad embrio terbentuk dua daerah yang berhadapan dan memiliki zat

7
penginduksi yang berbeda, yaitu korteks dan medula. Sel germinal mula-mula tetap

berada di korteks dalam pengaruh sel-sel sertoli atau sel epitel folikel. Medula

sebaliknya lebih (biasanya) dipengaruhi inhibisi dari blastema mesonefros.

Gambar 2.4 a) Gonad indiferen. Panah merah = pengembaraan sel germinal dari
daerah usus, panah biru = penetrasi sel-sel mesonefros. b) Bakal testis, kiri = stadium
awal, kanan = stadium lanjut dengan tubulus seminiferus (D), rete testis (R), duktus
epididimis (NH), tunika albugenia (Ta), L = sel leydig. c) bakal ovarium, kanan =
stadium awal, kiri = stadium lanjut dengan epitel benih (K), dan folikel telur (E), P =
folikel primordial. 1 = daerah korteks luar, 2 = daerah korteks, 3 = daerah medula

Masih belum diketahui mekanisme pengaturan perjalanan sel-sel germinal

primer dari mesoderm ekstra embrional ke bakal gonad. Karena sel-sel benih tetap

memiliki faktor transkripsi (protein-Oct4) yang diekspresikan pada semua sel

blastomer yang totipoten. Faktor ini juga diekspresikan pada sel-sel benih tahap ke-3

dan pada oosit, namun tidak diekspresikan pada sperma. Pada permukaan gonad, sel-

8
sel germinal mempunyai faktor sel tunas, yang melindungi sel-sel germinal dari

terjadinya apoptosis (Rohen & Drecoll, 2003).

Sebelum dan selama sel germinal primordial sampai, epitel dari genital ridge

mengalami proliferasi dan sel epitel masuk ke lapisan mesenchyme sehingga

membentuk beberapa bentuk korda yang tidak beraturan yang dinamakan primitive

sex cords (korda seks primitif). Pada pria dan wanita, korda tersebut berhubungan

dengan permukaan epitel dan tidak mungkin dapat dibedakan antara gonad pria dan

wanita. Gonad dalam keadaan ini dinamakan indifferent gonad (gonad indiferen)

(Langman, 2009).

2.3. Tahap Diferen Gonad

Pada akhir minggu ke-7 diferensiasi seksual bakal gonad baru dikenali. Gonad

yang terbetuk dibedakan menjadi 2, yaitu:

Skema 2.1 Pengaruh sel germinal primordial pada gonad indiferen

Pada testis, sel-sel epitel coelom yang tumbuh di dalamnya (sel pra-sertoli),

membentuk korda yang letaknya sedemikian dekat satu sama lain dan saling terjalin

satu dengan yang lain (korda seksual, “duktuli pluger”) yang merupakan tempat

tinggal sel germinal dan terhambatnya diferensiasi sel tersebut lebih lanjut oleh

faktor-faktor inhibitorik. Di dalam mesenchyme yang tumbuh dari mesonefros

9
muncul sel yang lebih besar dan memproduksi hormon, yaitu sel Leydig janin yang

sudah memproduksi testosteron dari minggu ke-8 yang penting untuk kelanjutan

perkembangan seksual yang spesifik pada janin (Rohen & Drecoll, 2003).

Skema 2.2 Penentuan jenis kelamin pada janin

2.4. Ovarium

Pada embrio wanita dengan seks kromosom XX dan tidak ada kromosom Y,

korda seks primitif memisahkan diri ke dalam gugus-gugus sel yang tidak teratur.

Gugus sel ini terdiri atas sekelompok sel germinal primordial yang menempati

bagian medula dari ovarium. Selanjutnya menghilang dan digantikan oleh stroma

vaskular yang membentuk ovarium medula.

Gambar 2.5 A. Potongan melintang ovarium pada 7 minggu, B. Ovarium dan duktus
genital pada 5 bulan

10
Diferensiasi spesifik mulai terjadi belakangan secara keseluruhan, epitel

coelom pada orang dewasa membentuk korda epitel ke dalam blastema gonad,

namun tidak ada yang menembus sampai ke medula, namun tetap tinggal di daerah

korteks. Di korteks, sel tersebut berubah menjadi gumpalan sel dengan oogoni yang

berproliferasi di dalamnya melalui pembelahan mitosis yang cepat dan berurutan.

Secara keseluruhan, terbentuk sekitar 7 juta sel benih, namun dari jumlah tersebut

menjelang kelahiran menjadi 5-6 juta sel akan mati (Rohen & Drecoll, 2003).

Dari minggu ke-12 sampai ke-16, penggolongan lapisan lambat laun dapat

dikenali di bakal gonad. Di luar daerah korteks jaringan tebal dari sel penunjang

yang gelap berkembang dengan oogoni yang aktif berproliferasi. Kemudian,

terbentuk zona yang bertambah lebar, tempat oosit muncul pertama kalinya, yang

dimulai di dalam “bola telur” berepitel dengan pembelahan pematangan pertama

(meiosis), namun bertahan pada stadium profase.

Gambar 2.6 Oogenesis dan perkembangan folikel, kotak merah = tahap istirahat dari
primordial folikel yaitu saat profase I

11
Pada daerah korteks, anyaman longar mesenkim zona medula menutup dan

akhirnya menutup ke dalam rete blastema, di mana tidak ada sel telur yang tersisa.

Karena di dalam ovarium tidak terjadi perkembangan ductus genitales, transportasi

sel telur harus terjadi ke arah luar di tempat ini yang berkebalikan dengan testis. Oleh

sebab itu, perlu adanya sistem duktus besar kedua dari bakal indiferen, yaitu duktus

Muller yang berdiferensiasi menjadi tuba fallopii dan uterus setelah terjadinya

induksi hormonal (Rohen & Drecoll, 2003).

2.5. Regulasi Molekuler Perkembangan Duktus Genetalia

SRY merupakan master gen pada perkembangan testis dan berperan secara

langsung pada gonadal ridge dan secara tidak langsung pada duktus mesonefros.

Faktor ini juga menyebabkan testis menghasilkan faktor kemotaksis yang

menyebabkan tubulus dari duktus mesonefros menembus gonadal ridge dan

menstimulasi perkembangan testis lebih lanjut. Apabila hal ini tidak terjadi maka

diferensiasi dari testis akan gagal. SRY juga meregulasi steroidogenesis factor 1

(SF1) yang berperan melalui faktor transkripsi yang lain yaitu SOX9, untuk

menginduksi diferensiasi dari sel Sertoli dan sel Leydig.

Gambar 2.7 Kromosom sex X dan Y, kromosom Y mengandung SRY (sex


determining region)

12
Selanjutnya, sel sertoli memproduksi mullerian inhibiting substance (MIS)

yang disebut juga anti mullerian hormon (AMH )yang menyebabkan duktus

paramesonefros (duktus Muller) mengalami regresi. Sel Leydig menghasilkan

hormon testosteron yang masuk ke dalam sel dari organ target yang mungkin tetap

atau diubah menjadi dehidrotestosteron oleh enzim 5α reduktase. Testosteron dan

dehidrotestosteron berikatan dengan protein reseptor intraseluler spesifik dan secara

otomatis komplek reseptor hormon berikatan dengan DNA untuk meregulasi

transkripsi dari gen spesifik jaringan dan produk protein. Reseptor testosteron

memodulasi virilisasi duktus mesonefros, sedangkan reseptor dehidrotestosteron

memodulasi diferensiasi dari genetalia ekternal pria.

Diferensiasi seks pada wanita dianggap sebagai mekanisme yang terjadi karena

ketidakadaan dari kromosom Y, tetapi sekarang diketahui bahwa ada gen spesifik

yang menginduksi perkembangan ovarium. Seperti contoh, DAX1, salah satu famili

reseptor hormon yang berlokasi pada lengan pendek dari kromosom X dan berperan

sebagai downregulating SF1 yang mencegah terjadinya diferensiasi sel Sertoli dan

sel Leydig. Growth Factor WNT4 juga membantu deferensiasi ovarium dan

diekspresikan lebih awal pada gonadal ridge pada wanita tetapi tidak pada pria.

Tidak adanya produksi MIS oleh sel Sertoli, duktus Muller akan distimulasi

oleh estrogen untuk membentuk tuba fallopii, uterus, cervix, dan vagina bagian atas.

Estrogen juga berperan pada genetalia eksterna pada tahap indiferen untuk

membentuk labia mayora, labia minora, klitoris, dan vagina bagian bawah.

13
Skema 2.3 Pengaruh kelenjar seks pada diferensiasi seks

Skema 2.3. Pekembangan duktus genitalia

2.6. Perkembangan Duktus Genetalia Pada Wanita

Duktus Muller berkembang dari suatu invaginasi epitel coelom pada janin

perempuan (antara hari ke-44 dan ke-56) yang kelak menjadi ostium tuba fallopii.

Saluran epitelial ini tumbuh dari segmen thorakal ke-3 ke arah kaudal yang sangat

dekat dengan duktus Wolff sehingga terhubung oleh suatu membran basal bersama.

Pada pelvis minor, hubungan tersebut menghilang kembali. Kedua duktus Muller

terdorong ke arah medial dan menjadi satu dengan yang lain serta membentuk satu

saluran dengan lumen bersama, yaitu bakal uterus. Bakal uterus segera dilapisi

mesenkim yang menjadi asal terbentuknya otot uterus dan perimetrium. Pada dinding

dorsal sinus urogenitalis, terjadi suatu proliferasi sel yaitu “Muller hill” yang

membentuk bakal vagina bagian proksimal. Duktus Wolff pada perempuan tidak

14
seluruhnya berdegenerasi, namun tersisa sebagai saluran yang tidak berdiferensiasi

serta tidak berfungsi, letaknya di belakang uterus dan vagina dan tetap ada seumur

hidup yang disebut dengan duktus Gartner. Sisa duktus mesonefros dan vesikel

berepitel yang tidak berarti hampir selalu dijumpai pada perempuan dewasa di antara

tuba dan ovarium dan disebut dengan epooforon dan parooforon. Dari kedua struktur

tersebut, kista atau tumor dapat terbentuk.

Gambar 2.8 A. Duktus genital pada akhir bulan ke-2, B. Duktus genital setelah
penurunan dari ovarium

2.7 Perkembangan Genetalia Eksterna

Diferensiasi organ genetalia eksterna juga didahului oleh keadaan indiferen.

Setelah terjadinya pemisahan rektum oleh septum urorectale, hanya pars phallica

dan pars pelvina yang tersisa di bagian bawah sinus urogenitalis. Pada janin laki-

laki, kedua bagian sinus urogenitalis berdeferensiasi menjadi uretra, pada perempuan

hanya menjadi pars pelvina. Hal tersebut berkaitan dengan kenyataan bahwa pada

15
janin perempuan, lipatan genetalia yang terbentuk di sekitar ostium urogenitalis tetap

mempertahankan bentuk asalnya, sedangkan pada pria tumbuh menjadi penis.

Secara detail, mula-mula dua lipatan genetalia (di dalam), dua genital swelling

(tonjolan labioskrotal) (lebih ke arah luar) dan di bagian tengah atas suatu

tuberkulum yang tidak berpasangan (genital tubercle) berkembang, yang masih

berada dalam tahap indiferen. Pada janin perempuan, hormon estrogen menstimulasi

perkembangan genetalia eksterna. Selanjutnya lipatan genetalia berdiferensiasi

menjadi labia minora sedangkan genital swelling menjadi labia mayora dan genital

tubercle menjadi klitoris dan corpus cavernosum clitoridis (Rohen & Drecoll, 2003).

Pada akhir minggu ke-6 masih tidak dapat dibedakan antara laki-laki dan perempuan

(Langman, 2009).

Gambar 2.10 Perkembangan genetalia eksterna janin wanita pada bulan ke-5 (A) dan
baru lahir (B)

Setelah bagian yang padat dari duktus Muller mencapai sinus urogenital, dua

bagian padat tumbuh ke luar pelvik tepat di sinus. Bagaian yang keluar merupakan

bulbus sinovaginal yang berproliferasi dan membentuk vaginal plate yang padat.

Proliferasi berlanjut pada bagian kranial akhir dari plate, tumbuh menjauh antara

16
uterus dan sinus urogenital. Pada bulan ke-4, vagina tumbuh keluar dari kanal.

Bagian vagina yang tumbuh keluar mengelilingi bagian akhir uterus adalah forniks

vagina merupakan asal paramesonefros. Sehingga vagina memiliki 2 asal mula,

bagian atas terbentuk dari kanal uterus dan bagian bawah terbentuk dari sinus

urogenital.

Sisa lumen vagina yang terpisah dari sinus urogenital sebagai lapisan jaringan

yang tipis dinamakan hymen yang terdiri atas lapisan epitel dari sinus dan lapisan

tipis dari sel vagina (Langman, 2009).

Gambar 2.11 Formasi dari uterus dan vagina A. Pada minggu ke-9 belum nampak
septum uteri, B. Akhir bulan ke-3 terbentuknya vaginal plate, C. Baru lahir

Gambar 2.12 Potongan sagital penampang uterus dan vagina A. 9 minggu, B. Akhir
dari bulan ke-3, C. Baru lahir.

17
Gambar 2.13 Ringkasan diferensiasi perkembangan genetalia eksterna pada pria dan
wanita

18
2.1 Anatomi Alat Reproduksi Wanita

2.1.1. GENITALIA EKSTERNA

Gambar 2.14 Genitalia Eksterna Wanita

 Vulva

Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari mons pubis,
labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium urethrae externum,
kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.

 Mons pubis / mons veneris

Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada masa pubertas daerah ini mulai
ditumbuhi rambut pubis.

 Labia mayora

Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak mengandung
pleksus vena. Homolog embriologik dengan skrotum pada pria. Ligamentum rotundum

19
uteri berakhir pada batas atas labia mayora. Di bagian bawah perineum, labia mayora
menyatu (pada commisura posterior).

 Labia minora

Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut. Banyak
terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf.

 Clitoris

Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan corpus
clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina. Homolog embriologik dengan
penis pada pria. Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah
dan ujung serabut saraf, sangat sensitif.

 Vestibulum

Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia minora. Berasal
dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum,
introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri.
Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.

 Introitus / orificium vagina

Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis bermukosa
yaitu selaput dara/hymen, utuh tanpa robekan. Hymen normal terdapat lubang kecil untuk
aliran darah menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau
fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang menjadi
tidak beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk hymen postpartum
disebut parous. Corrunculae myrtiformis adalah sisa-sisa selaput dara yang robek yang
tampak pada wanita pernah melahirkan/para. Hymen yang abnormal, misalnya primer
tidak berlubang (hymen imperforata) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan
darah menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna.

 Vagina

Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di bagian
kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix disebut
fornix, dibagi dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan

20
dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel
skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid.

Fungsi vagina : untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk
kopulasi (persetubuhan). Bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari
sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu fornices anterior, posterior dan late ralis
di sekitar cervix uteri. Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di
sekitar 1/3 anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus vaginal.

 Perineum

Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot diafragma pelvis
(m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis (m.perinealis transversus
profunda, m.constrictor urethra). Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara
anus dan vagina. Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi)
untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.

2.1.2. GENITALIA INTERNA

Gambar 2.15 Genitalia Interna Wanita

21
 Uterus

Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa). Selama
kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus. Pada saat
persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isi
konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri.

 Serviks uteri

Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus dinding dalam
vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan
jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina
yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar, arah
vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam,
arah cavum). Sebelum melahirkan (nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat
kecil, setelah pernah/riwayat melahirkan (primipara/multigravida) berbentuk garis
melintang. Posisi serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar
mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya
karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan
viskositas lendir serviks dipengaruhi siklus haid.

 Corpus uteri

Terdiri dari: paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada ligamentum latum
uteri di intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis
(dari luar ke dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam
lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus
haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar
dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria. Proporsi ukuran
corpus terhadap isthmus dan serviks uterus bervariasi selama pertumbuhan dan
perkembangan wanita

 Ligamentum penyangga uterus

Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale, ligamentum


ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum
vesicouterina, ligamentum rectouterina.

22
 Vaskularisasi uterus

Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta arteri ovarica
cabang aorta abdominalis.

 Salping / Tuba Falopii

Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri-kanan,
panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai cavum
uteri. Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular) serta
mukosa dengan epitel bersilia.

Gambar 2.16 Tuba falopii

Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum
dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda-beda pada
setiap bagiannya.

Pars isthmica (proksimal/isthmus)

Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba pengendali transfer
gamet.

Pars ampularis (medial/ampula)

Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula / infundibulum, dan pada hamil
ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini.

Pars infundibulum (distal)

23
Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada ujungnya, melekat dengan
permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi "menangkap" ovum yang keluar saat ovulasi dari
permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba.

 Mesosalping

Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).

 Ovarium

Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-kanan.
Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri
dari korteks dan medula. Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel
menjadi ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di
korteks), ovulasi (pengel uaran ovum), sintesis dan se kresi hormon-hormon steroid
(estrogen oleh teka interna folikel, progesteron ol eh korpus luteum pascaovulasi).
Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae.
Fimbriae "menangkap" ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi. Ovarium terfiksasi oleh
ligamentum ovarii proprium, ligamentum infundibulopelvicum dan jaringan ikat
mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis.

2.2. SIKLUS HAID


Pada masa reproduksi dan dalam keadaan tidak hamil, endometrium mengalami
perubahan siklik yang berkaitan erat dengan aktivitas ovarium. Dapat dibedakan 4
stadium endometrium dalam siklus haid:

1. Stadium haid/menstruasi atau deskuamasi:


pada masa ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai dengan perdarahan:
hanya lapisan tipis yang tinggal yang disebut stratum basale, stadium ini berlangsung
± 4 hari. Jadi dengan haid itu keluar darah, potongan-potongan endometrium dan
lendir dari serviks. Darah haid tidak membeku karena ada fermen yang mencegah
pembekuan darah dan mencairkan potongan-potongan mukosa. Hanya kalau terlalu
banyak darah yang keluar maka fermen tersebut tidak mencukupi hingga timbul
bekuan-bekuan darah dalam darah haid.

24
2. Stadium pasca haid atau stadium regenerasi:
Luka endometrium yang tejadi akibat pelepasan, sebagian besar berangsur-angsur
sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang tumbuh dari sel-sel epitel
endometrium. Pada saat ini tebalnya endometrium ± 0.5 mm, stadium ini sudah mulai
sejak fase menstruasi dan berlangsung ± 4 hari.

3. Stadium intermenstrum atau fase proliferasi


Pada masa ini endometrium tumbuh menjadi tebal ± 3.5 mm. Kelenjar-kelenjar
tumbuhnya lebih cepat dari jaringan lain hingga berkelok. Stadium ini berlangsung
dari hari ke-5 sampai hari ke 14 dari hari pertama haid. Antara hari ke 12 dan ke 14
dapat terjadi pelepasan ovum dari ovarium yang disebut ovulasi.

4. Stadium pra haid atau fase sekresi


Pada stadium ini endometrium kira-kira tetap tebalnya tapi bentuk kelenjar menjadi
panjang dan berliku dan mengeluarkan getah. Dalam endometrium sudahtertimbun
glycogen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk zygote. Jadi
perubahan ini merupakan persiapan endometrium untuk menerima hasil konsepsi.
Pada endometrium sudah dapat dibedakan lapisan atas yang padat (stratum
kompaktum) yang hanya ditembus oleh saluran-saluran keluar dari kelenjar-kelenjar,
lapisan mampung (stratum spongiosum) yang banyak lubangnya karena disini terdapat
rongga dari kelenjar-kelenjar dan lapisan bawah yang disebut stratum basale. Stadium
berlangsung dari hari ke hari 14-28. kalau tidak terjadi kehamilan endometrium
dilepaskan dengan perdarahan dan berulang lagi siklus haid.

Di dalam ovarium, terdapat perkembangan folikel-folikel primer yang dirangsang oleh


hormone FSH (Folikel Stimulating Hormon) dari kelenjar hipofisis, folikel primer ini
kemudian matang menjadi folikel de Graaf yang menghasilkan estrogen. Folikel de
Graaf kemudian pecah dan ovum terlepas, disebut ovulasi. Sel-sel granulose dari
dinding folikel mengalami perubahan dan tampak kekuningan, disebut korpus luteum.
Korpus luteum ini mengeluarkan hormone progesterone dan estrogen.
Menopause merupakan saat berhentinya haid seorang wanita. Biasanya peristiwa
dimulai oleh siklus haid yang tidak teratur yang disertai anovulasi untuk beberapa
waktu sebelum menopause. Masa peralihan ini disebut klimakterium.

25
Pada wanita dalam masa klimakterium terjadi penurunan kesuburan, kelainan
perdarahan dan pada masa pasca menopause terjadi gangguan vegetatif seperti rasa
panas, keluar keringat malam, jantung berdebar-debar dan lain-lain. Alat genitalia
mengalami atrofi pada masa pasca menopause.

2.3. Pemeriksaan Ginekologi


Ginekologi berasal dari kata Gynaecology. Secara umum ginekologi adalah ilmu
yang mempelajari kewanitaan (science of woman). Namun secara khusus ginekologi
adalah ilmu yang mempelajari dan menangani kesehatan alat reproduksi wanita (organ
kandungan yang terdiri atas uterus, vagina, dan ovarium). Pemeriksaan ginekologi terdiri
atas anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

2.3.1. Anamnesis

Anamnesis meliputi :

1. Keluhan utama : keluhan yang dialami pasien sekarang.


2. Riwayat penyakit umum : apakah penderita pernah menderita penyakit berat,
TBC, jantung, ginjal, kelainan darah, diabetus melitus dan kelainan
jiwa. Riwayat operasi non ginekologik seperti strumektomi, mammektomi,
appendektomi, dan lain-lain.
3. Riwayat obstetrik : perlu diketahui riwayat kehamilan sebelumnya, apakah
pernah mengalami keguguran, partus secara spontan normal atau partus dengan
tindakan, dan bagaimana keadaan anaknya. Adakah infeksi nifas dan riwayat
kuretase yang dapat menjadi sumber infeksi panggul dan kemandulan.
4. Riwayat ginekologik : riwayat penyakit/ kelainan ginekologik dan
pengobatannya, khususnya operasi yang pernah dialami.
5. Riwayat haid : perlu diketahui riwayat menarche, siklus haid teratur atau tidak,
banyaknya darah yang keluar, lamanya haid, disertai rasa nyeri atau tidak, dan
menopause. Perlu ditanyakan haid terakhir yang masih normal.
6. Riwayat keluarga berencana : riwayat pemakaian alat kontrasepsi apakah pasien
menggunakan kontrasepsi alami dengan atau tanpa alat, hormonal,
non hormonal maupun kontrasepsi mantap.

26
7. Riwayat penyakit keluarga : perlu ditanyakan apakah keluarga pasien ada yang
memiliki penyakit berat atau kronis.

2.3.2. Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan umum meliputi :

1. Kesan umum : apakah tampak sakit, bagaimanakah kesadarannya, apakah tampak


pucat, mengeluh kesakitan di daerah abdomen.
2. Pemeriksaan tanda vital : periksa tekanan darah, nadi, dan suhu.
3. Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus.

2.3.3. Pemeriksaan Khusus

Merupakan pemeriksaan ginekologik. Agar diperoleh hasil yang baik maka posisi pasien
dan alat-alat yang digunakan juga menentukan. Adapun posisi yang digunakan adalah
posisi litotomi, miring dan sims.

1. Pemeriksaan Mammae

Pemeriksaan Klinis Mammae sangat diperlukan untuk mendeteksi kanker. Pemeriksaan


bisa mengidentifikasi kanker pada beberapa kasus yang tidak memerlukan mamografi.

Inspeksi mammae

Pemeriksaan ini dilakukan dengan membusungkan dada unruk memfleksikan otot


pectoralis. Hal yang di inspeksi antara lain : eritem, retraksi, skaling terutama pada daerah
puting dan edema, yang dinamakan peau d’orange. Selain itu kontur aksila juga dinilai
simetrisnya.

Penilaian nodus limfa.

Setelah inspeksi, nodus limfa aksila, supraklavikula dan infraklavikula dipalpasi. Hal ini
mudah dilakukan jika pasien berada pada posisi duduk dan tangan di pinggang. Kelenjar
limfa dipalpasi dari atas ke bawah. Pada pasien kurus, satu atau lebih dengan ukuran
kurang dari 1 cm sering ditemukan.

27
Palpasi payudara

Setelah inspeksi, palpasi payudara dilakukan dengan posisi supinasi dan satu tangan berada
pada kepala untuk meregang jaringan mammae di dinding dada. Pemeriksaaan harus
mencapai jaringan mammae yang menempel di klavikula, batas sternum, inframammary
crease, dan garis midaksila. Pemeriksaan dilakukan dengan jari secara kontinu dan
bergerak melingkar. Setiap daerah palpasi, jaringan harus dinilai bagian permukaan hingga
dasar. Selama pemeriksaan, memencet puting susu untuk melihat discharge tidak
dilakukan kecuali jika dikeluhkan oleh pasien.

2. Pemeriksaan abdomen

 Penderita harus tidur telentang dan tenang


 Inspeksi. Perhatikan bentuk, pembesaran/cekungan, pergerakan pernapasan, kondisi
kulit, parut operasi, dsb.
 Palpasi. Sebelum pemeriksaan dilakukan, harus yakin bahwa kandung kemih dan
rektum kosong karena kandung kemih penuh teraba seperti kista dan rektum terisi
menyulitkan pemeriksaan. Kalau perlu pasien kencing/BAB terlebih dahulu atau
dilakukan kateterisasi atau diberi klisma. Jelaskan pemeriksaan pada penderita.
Kedua tungkai ditekuk sedikit dan disuruh bernafas dalam. Palpasi abdomen
dengan seluruh telapak tangan dan jari-jari dari atas atau daerah yang tidak
dikeluhkan nyeri. Diperiksa adanya rangsangan peritoneum, adanya nyeri tekan dan
nyeri lepas. Baru kemudian palpasi dalam, sebaiknya bersamaan dengan irama
pernafasan. Dimulai dari bagian-bagian yang normal yang tidak dirasakan nyeri
dan tidak membesar/menonjol.
 Perkusi. Dapat ditentukan pembesaran yang disebabkan tumor atau cairan bebas
dalam rongga perut. Pada tumor, perkusi pekak terdapat di bagian menonjol saat
pasien tidur telentang. Daerah pekak ini tidak akan berpindah walaupun pasien
dipindah baringkan. Perkusi pada cairan bebas. Cairan mengumpul pada bagian
yang paling rendah, sedang usus-usus mengambang di atasnya. Apabila pasien
telentang, maka perkusi timpani di bagian atas perut melengkung ke ventral dan
pekak sisi kanan dan kiri. Keadaan berubah bila pasien berbaring miring ke kanan,
cairan berpindah dan mengisi bagian kanan dan ventral. Daerah timpani pun

28
berpindah tempat. Tumor yang disertai dengan cairan bebas menunjuk ke arah
keganasan.
 Auskultasi. Detak jantung dan gerakan janin terdengar pada kehamilan yang cukup
tua, sedang bising uterus dapat terdengar pada uterus gravidus dan mioma uteri
yang besar. Bising usus penting untuk diagnostik peritonitis dan ileus.

2.4. PEMERIKSAAN GENITALIA

Observasi genital eksterna

1. Adanya lesi, perubahan warna, luka, infeksi, ulkus, discharge, kista, trauma, nyeri,
kelenjar bartolini dan skene.
2. Menilai kematangan organ seksual.
3. Menilai mons pubis
4. Menilai labia, adanya atrofi atau tidak, mobilitas dan konsistensi.

Pemeriksaan Pelvik

Pemeriksaan pelvik dilakukan dengan pasien berposisi litotomi. Kepala ditinggikan 300
untuk merelaksasikan abdomen pada pemeriksaan bimanual.

a. Inspeksi kelenjar limfa inguinal dan inspeksi perineum

Kanker pelvik dan infeksi bisa meluas ke kelenjar limfa inguinal dan ini harus dipalpasi
dalam pemeriksaan. Inspeksi perineum dilakukan mulai dari daerah mons pubis secara
ventral, ke lipatan genito crural secara lateral dan menuju ke anus. Infeksi dan neoplasma
yang terjadi pada vulva juga akan menjalar ke kulit perianal, sehingga daerah ini harus
diinspeksi. Beberapa klinisi juga memeriksa kelenja bartholini dan parauretra. Gejala
pasien dan adanya ketidaksimetrisan menunjukkan pasien ini perlu pemeriksaan lebih
lanjut.

b. Pemeriksaan Spekulum

 Persiapan
 Lampu
 Spekulum

29
 Handschoen
 Lubrikan
 Perlengkapan sitologi : medium, spatel, cytobrush, kaca objek, fiksasi
 KOH 10% dan NaCl
 Media transpor untuk klamidia dan gonore
 Proctoswab dan cotton swab
 Media transpor untuk uji HPV
 Kertas uji PH

Prosedur:

Sebelum memulai memasukkan spekulum, spekulum disesuaikan dengan ukuran vagina.


Spekulum dipanaskan dan diberi lubrikan. Ketika akan memasukkan spekulum, labia
minora dilebarkan dan spekulum dimasukkan dibawah meatus. Selama memasukkan
spekulum, jari ditempatkan di vagina dan menekan melawan otot bulbocavernosus.
Dengan masuknya spekulum, vagina akan berkontraksi dan pasien akan merasa nyeri dan
merasa tidak nyaman. Setelah spekulum masuk semuanya, sepkulum dibuka untuk menilai
vagina dan serviks.

Gambar 2.17. Pemeriksaan Ginekologi

30
Penilaian :

Pada serviks dinilai ukuran, permukaan, warna dan kontur. Selain itu juga dilihat adanya
massa, ulkus, discharge. Pemeriksaan pap’s smear juga bisa dilakukan untuk memeriksa
sitologi serviks. Pada vagina dinilai dinding vagina, rugae, infeksi, kista, dan benda asing.

c. Pemeriksaan Bimanual:

Ukuran dan mobilitas uterus, adnexa serta nyeri dapat dinilai selama pemeriksaan
bimanual. Pada wanita dengan riwayat histerektomi dan adneksektomi, pemeriksaan
bimanual masih bernilai.

Selama pemeriksaan, jari tengah dan telunjuk dimasukkan bersamaan kedalam vagina
hingga mencapai serviks. Untuk mempermudah pemasukan, lubrikan diberikan pada jari
ini. Ketika serviks dicapai, orientasi serviks dapat dinilai dengan sweeping permukaan
anterior serviks. Pada uterus dengan posisi anteverted, ismus akan teraba dibagian depan,
sedangkan pada posisi retroverted, buli-buli akan teraba. Pada uterus retroverted, jari terus
ke arah posterior untuk menilai ukuran uterus dan nyeri.

Untuk mengukur uterus pada posisi anteverted, jari diletakkan pada serviks dan ditekan ke
atas hingga fundus tertekan ke anterior abdomen. Tangan lainnya diletakkan pada abdomen
untuk menentukan fundus. Ukuran normal fundus, tangan yang berada di abdomen terletak
pada daerah atas ligamen inguinal dan pubic rami.

Untuk menilai adnexa, klinisi menggunakan dua jari untuk mengangkat adnexa dari cul-
de-sac ke arah anterior abdomen sehingga adneksum terperangkap di jari pemeriksa dan
tangan pemeriksa lainnya.

d. Pemeriksaan rectovaginal

Pemeriksaan ini dilakukan pada beberapa indikasi seperti, nyeri pelvik, adanya massa
pelvis, gejala pada rektum dan pada skrining ca kolon.

Pada pemeriksaan ini, jari telunjuk dimasukkan ke dalam vagina dan jari tengah ke dalam
rektum. Posisikan jari seperti menggunting dan meraba septum untuk menilai adanya luka.
Kemudian jari telunjuk dikeluarkan, dan jari tengah melakukan perabaan diseluruh rektum
untuk mendeteksi massa.
31
2.5. Pemeriksaan Penunjang Ginekologi

1. Sonografi transvaginal.

Dipakai untuk memantau pertumbuhan folikel serta pengambilan ovum pada pasien
infertilitas dan merupakan pelengkap bagi sonografi abdominal. Sonografi transvaginal
dapat menilai bentuk, ukuran, dan letak organ/massa, akan tetapi tidak dapat menilai
mobilitas organ/massa tersebut dan tidak dapat dipakai pada pasien yang masih virgo.

2. Kolposkopi

Penderita dalam letak litotomi, lalu dipasang speculum. Portio dibersihkan dari lendir
dengan larutan cuka 2% atau dengan larutan nitras argenti 5% atau dilakukan percobaan
schiller terlebih dahulu. Tampak jelas batas antara epitel berlapis gepeng dari ektoserviks
dan mukosa dari endoserviks. Apabila ada lesi tampak jelas pula batas antara daerah yang
normal dan yang tidak normal. Muara kelenjar-kelenjar endoserviks dapat dilihat pula, dan
dengan kenyataan ini dapat jelas dibedakan antara erosio dan karsinoma

32
BAB III

KESIMPULAN

Penentuan sex pada janin laki-laki dan perempuan terjadi setelah fertilisasi,

janin dapat dibedakan secara genetik melalui kromosom sex yaitu XX atau XY.

Awal perkembangan alat reproduksi pada janin dimulai dari terbentuknya sel

germinal primordial yang kemudian mengalami peristiwa hingga terjadilah tahap

indiferen gonad, di mana gonad masih belum dapat dibedakan antara testis dan

ovarium hingga minggu ke-7 embrional. Setelah akhir minggu ke-7 embrional

barulah dikenali diferensiasi bakal gonad.

Setelah gonad terbentuk, perkembangan alat reproduksi terus berlanjut mulai

dari perkembangan duktus genetalia yaitu duktus mesonefros (duktus Wolff) dan

duktus paramesonefros (duktus Muller) yang dipengaruhi oleh faktor-faktor

molekuler hingga terbentuk genetalia interna sampai akhir minggu ke-20. Pada

wanita duktus Muller akan berkembang menjadi tuba fallopii, uterus, dan vagina

bagian atas, sedangkan pada pria duktus Wolff akan berkembang menjadi duktus

epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, dan duktus ejakulatorius.

Perkembangan genetalia eksterna dipengaruhi oleh hormon estrogen pada

wanita dan testosteron pada pria. Pada janin perempuan lipatan genetalia akan

berdiferensiasi menjadi bibir labia minora, genital swelling menjadi labia mayora dan

genital tubercle menjadi klitoris dan corpus cavernosum clitoridis. Sedangkan

perkembangan vagina terbagi menjadi 2 yaitu vagina bagian atas berasal dari bagian

yang sama dengan uterus dan bagian bawah berasal dari sinus urogenitalis. Pada

janin laki-laki genital tubercle tumbuh menjadi penis (glans penis, corpus

spongiosum, dan uretra) dan pada saat yang sama karena pengaruh testosteron

membentuk corpus penis dengan kedua corpus cavernosum. Kedua genital swelling

33
membentuk skrotum yang berlanjut hingga terjadinya desensus dari testis pada akhir

kehamilan yang menunjukkan kematangan seksual pria.

Ginekologi berasal dari kata Gynaecology. Ginekologi adalah ilmu yang


mempelajari dan menangani kesehatan alat reproduksi wanita (organ kandungan yang
terdiri atas uterus, vagina, dan ovarium). Pemeriksaan ginekologi terdiri atas
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

34
DAFTAR PUSTAKA

Rohen, Johanes W, Drecoll, Elke Lutjen. 2003. Embriologi Fungsional, Perkembangan


Sistem Fungsi Organ Manusia. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Langman, Sadler T. W. 2009. Embriologi kedokteran. Edisi 10. Jakarta: EGC

Soenardirahardjo, Bambang P., Widjiati, Mafruchati, Maslichah, Luqman, Muhammad.


2011. Buku Ajar Embriologi. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan Universitas
Airlangga.

Kenneth.J . 2009. Panduan Ringkas Obstetri William. ECG :Jakarta

Derek L.Jones. 2001. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6. Hipokrates :Jakarta

Cunningham, et al. 2010. Williams Obstetrics, Twenty-Third Edition. McGraw-Hill


Companies. United States of America.

Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kandungan, Ed II. Jakarta : PT. Bina Pustaka.

Decherney Alan H. et al. 2013. Current Obstetrics and Gynecology Diagnosis and
Treatment, 11st Edition. The McGraw-Hill Companies, USA.

35

Anda mungkin juga menyukai