Pembimbing :
dr. Yedi Fourdiana S, Sp.OG
Disusun oleh :
NUR AINI
1102014198
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan kasih sayang-
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada tauladan sepanjang masa, Nabi Muhammad SAW, beserta para
keluarganya, sahabatnya, dan umatnya hingga akhir zaman, aamiin. Penulisan referat yang
berjudul “Embriologi Organ Genitalia Wanita dan Pemeriksaan Ginekologi Dasar“
ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas dalam menempuh kepanitraan klinik di bagian
obstetri ginekologi di RSUD Kabupaten Bekasi.
Penulis menyadari bahwa penyusunan referat ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan, dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu, terutama kepada dr. Yedi Fourdiana S, Sp. OG yang telah memberikan arahan
serta bimbingan ditengah kesibukan dan padatnya aktivitas beliau.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, oleh
sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan di
kemudian hari. Akhir kata, semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan khususnya di bidang kedokteran.
NUR AINI
Penulis
1
DAFTAR ISI
Judul Halaman
2
BAB I
PENDAHULUAN
Alat reproduksi merupakan suatu rangkaian dan interaksi organ dan zat dalam
laki dan wanita. Sistem organisme pada wanita berpusat pada ovarium sedangkan
pada pria berpusat pada kedua testis. Ovarium dan testis merupakan gonad yang
merupakan tempat dimana benih berupa sel telur dan sperma diproduksi untuk
Alat reproduksi tidak hanya berpusat pada gonad, namun terdapat bagian-
bagian lain dari alat reproduksi yang berperan dalam sistem reproduksi. Sistem
reproduksi yang lengkap terdiri atas: 1) gonad, berupa ovarium pada wanita dan
testis pada laki-laki, 2) duktus gonadal, yaitu tuba fallopii pada wanita serta ductus
efferens, ductus epididimis, dan ductus deferens pada laki-laki, 3) struktur yang
berhubungan dengan perjalanan sel spermatozoa dari penis pada laki-laki dan
penerima pada wanita yaitu vulva dan vagina, 4) bagian khusus dari sistem ductus
pada wanita, yaitu uterus yang pada keadaan tertentu dapat dimodifikasi menjadi
ditemukan oleh Ham pada 1667 dan dilaporkan kepada Anthoni van Leeuwenhoek
dan olehnya sel spermatozoa ini dipelajari dan hasilnya dilaporkan ke Royal society
di Inggris. Di lain pihak, de Graff pada 1672 menemukan sel telur pada wanita dan
pada 1827 Karl Ernst von Baer menemukan benda-benda kecil di dalam folikel de
Graff yang identik dengan sel-sel telur yang ditemukan di dalam tuba fallopii yang
3
Bakat sel kelamin baru diketahui jauh setelah sel kelamin diketahui. Waldeyer
pada 1870 mengemukakan bahwa bakat sel kelamin berasal dari sel-sel epitel
coelome yang membungkus bakal kelenjar kelamin yang disebut gonad. Nussbaum
pada 1880 melakukan penelitian pada katak dan ikan trout dan menemukan bahwa
bakal sel kelamin terdapat di luar gonad. Dari tempat tersebut kemudian pindah ke
Setelah perpindahan sel kelamin yang disebut sebagai sel germinal primordial
menuju gonad, terjadilah perkembangan berikutnya mulai dari tahap indifferent yaitu
belum dapat dibedakan antara jenis kelamin laki-laki dan wanita hingga tahap
different yaitu telah terbentuk alat kelamin yang membedakan antara laki-laki dan
2011).
4
BAB II
PEMBAHASAN
dengan kedua jenis kelamin yang sama sampai awal minggu ke-7 dan barulah organ
polar yang spesifik berdiferensiasi dalam berbagai sudut pandang. Pada dinding
dorsal perut sebelah medial dari mesonefros tampak suatu tonjolan yang cembung
mirip rigi (gonadal ridge) pada minggu ke-5, yang terbentang dari diafragma sampai
ke panggul dan di tengahnya terdapat bakal gonad yang agak menonjol ke depan.
dapat tumbuh ke dalam tanpa halangan dan sel kelamin dengan organnya dapat
mengalami suatu situasi penting bagi diferensiasi gamet yang sangat spesifik dan
terjadi kemudian. Namun, jaringan mesonefros tumbuh dengan cepat pada bakal
gonad, yang menginduksi dan mengatur perkembangan lebih lanjut pada gonad
melalui ekspresi faktor-faktor spesifik. Tanpa faktor ini, bakal gonad tidak
berkembang lebih lanjut. Mesonefros dengan demikian tetap ada pada kedua jenis
terbentuk lekukan ke dalam pada epitel coelom, yang lalu bertambah menjadi saluran
epitel yang tumbuh di samping duktus Wolff ke arah kaudal sampai ke sinus
urogenitalis.
Karenanya, tercipta dasar duktus bersama bagi kedua jenis kelamin untuk
diferensiasi organ kelamin bagian dalam lebih lanjut, yakni keadaan indiferen yang
5
merupakan asal perkembangan pria dan wanita pada bulan ketiga (Rohen & Drecoll,
2003).
Sex secara genetik terbentuk pada saat embrio pada saat fertilisasi, sedangkan
secara morfologi gonad belum menunjukkan antara pria dan wanita sampai minggu
ke-7. Gonad pada awalnya merupakan sepasang rigi longitudinal yang disebut
genital atau gonadal ridge yang terbentuk dari proliferasi epitel dan kondensasi dari
lapisan mesenchyme. Sel germinal primordial belum tampak di genital ridge sampai
Gonad bukan merupakan asal dari sel kelamin dan bukan merupakan
(connecting stalk) atau juga dari epiblas ke dalam rongga tubuh bakal embrio pada
tahap dini.
mengembara seperti amoeba (kira-kira pada hari ke-28) sepanjang mesentery dorsal
dari hind gut, tiba di gonad primitif pada awal minggu ke-5 dan menempati genital
ridge pada minggu ke-6. Apabila mereka gagal menempati genital ridge pada
6
Gambar 2.2 A. Embrio menunjukkan sel germinal primordial di dinding yolc sac
dekat dengan allantois, B. Pergerakan sel germinal primordial sepanjang dinding
hind gut dan dorsal mesentery menuju genital ridge
Gambar 2.3 Minggu ke-6 gonad indiferen dengan korda seks primitif. Beberapa sel
germinal primordial dikelilingi oleh sel-sel dari korda sel primitif
Sel kelamin mulanya dapat ditemukan di epitel permukaan yang juga disebut
epitel benih. Sel-sel epitel coelom cepat tumbuh ke dalam dengan membawa sel-sel
germinal dan kemudian selalu mempertahankan hubungan sel yang erat dengan sel-
sel germinal tersebut yang penting untuk diferensiasi sel-sel ini. Sel epitel coelom
dengan cara yang spesifik. Sel epitel coelom berdiferensiasi di dalam testis menjadi
sel sertoli dan di dalam ovarium menjadi sel epitel folikel. Dengan cara ini, pada
bakal gonad embrio terbentuk dua daerah yang berhadapan dan memiliki zat
7
penginduksi yang berbeda, yaitu korteks dan medula. Sel germinal mula-mula tetap
berada di korteks dalam pengaruh sel-sel sertoli atau sel epitel folikel. Medula
Gambar 2.4 a) Gonad indiferen. Panah merah = pengembaraan sel germinal dari
daerah usus, panah biru = penetrasi sel-sel mesonefros. b) Bakal testis, kiri = stadium
awal, kanan = stadium lanjut dengan tubulus seminiferus (D), rete testis (R), duktus
epididimis (NH), tunika albugenia (Ta), L = sel leydig. c) bakal ovarium, kanan =
stadium awal, kiri = stadium lanjut dengan epitel benih (K), dan folikel telur (E), P =
folikel primordial. 1 = daerah korteks luar, 2 = daerah korteks, 3 = daerah medula
primer dari mesoderm ekstra embrional ke bakal gonad. Karena sel-sel benih tetap
blastomer yang totipoten. Faktor ini juga diekspresikan pada sel-sel benih tahap ke-3
dan pada oosit, namun tidak diekspresikan pada sperma. Pada permukaan gonad, sel-
8
sel germinal mempunyai faktor sel tunas, yang melindungi sel-sel germinal dari
Sebelum dan selama sel germinal primordial sampai, epitel dari genital ridge
membentuk beberapa bentuk korda yang tidak beraturan yang dinamakan primitive
sex cords (korda seks primitif). Pada pria dan wanita, korda tersebut berhubungan
dengan permukaan epitel dan tidak mungkin dapat dibedakan antara gonad pria dan
wanita. Gonad dalam keadaan ini dinamakan indifferent gonad (gonad indiferen)
(Langman, 2009).
Pada akhir minggu ke-7 diferensiasi seksual bakal gonad baru dikenali. Gonad
Pada testis, sel-sel epitel coelom yang tumbuh di dalamnya (sel pra-sertoli),
membentuk korda yang letaknya sedemikian dekat satu sama lain dan saling terjalin
satu dengan yang lain (korda seksual, “duktuli pluger”) yang merupakan tempat
tinggal sel germinal dan terhambatnya diferensiasi sel tersebut lebih lanjut oleh
9
muncul sel yang lebih besar dan memproduksi hormon, yaitu sel Leydig janin yang
sudah memproduksi testosteron dari minggu ke-8 yang penting untuk kelanjutan
perkembangan seksual yang spesifik pada janin (Rohen & Drecoll, 2003).
2.4. Ovarium
Pada embrio wanita dengan seks kromosom XX dan tidak ada kromosom Y,
korda seks primitif memisahkan diri ke dalam gugus-gugus sel yang tidak teratur.
Gugus sel ini terdiri atas sekelompok sel germinal primordial yang menempati
bagian medula dari ovarium. Selanjutnya menghilang dan digantikan oleh stroma
Gambar 2.5 A. Potongan melintang ovarium pada 7 minggu, B. Ovarium dan duktus
genital pada 5 bulan
10
Diferensiasi spesifik mulai terjadi belakangan secara keseluruhan, epitel
coelom pada orang dewasa membentuk korda epitel ke dalam blastema gonad,
namun tidak ada yang menembus sampai ke medula, namun tetap tinggal di daerah
korteks. Di korteks, sel tersebut berubah menjadi gumpalan sel dengan oogoni yang
Secara keseluruhan, terbentuk sekitar 7 juta sel benih, namun dari jumlah tersebut
menjelang kelahiran menjadi 5-6 juta sel akan mati (Rohen & Drecoll, 2003).
Dari minggu ke-12 sampai ke-16, penggolongan lapisan lambat laun dapat
dikenali di bakal gonad. Di luar daerah korteks jaringan tebal dari sel penunjang
terbentuk zona yang bertambah lebar, tempat oosit muncul pertama kalinya, yang
Gambar 2.6 Oogenesis dan perkembangan folikel, kotak merah = tahap istirahat dari
primordial folikel yaitu saat profase I
11
Pada daerah korteks, anyaman longar mesenkim zona medula menutup dan
akhirnya menutup ke dalam rete blastema, di mana tidak ada sel telur yang tersisa.
sel telur harus terjadi ke arah luar di tempat ini yang berkebalikan dengan testis. Oleh
sebab itu, perlu adanya sistem duktus besar kedua dari bakal indiferen, yaitu duktus
Muller yang berdiferensiasi menjadi tuba fallopii dan uterus setelah terjadinya
SRY merupakan master gen pada perkembangan testis dan berperan secara
langsung pada gonadal ridge dan secara tidak langsung pada duktus mesonefros.
menstimulasi perkembangan testis lebih lanjut. Apabila hal ini tidak terjadi maka
diferensiasi dari testis akan gagal. SRY juga meregulasi steroidogenesis factor 1
(SF1) yang berperan melalui faktor transkripsi yang lain yaitu SOX9, untuk
12
Selanjutnya, sel sertoli memproduksi mullerian inhibiting substance (MIS)
yang disebut juga anti mullerian hormon (AMH )yang menyebabkan duktus
hormon testosteron yang masuk ke dalam sel dari organ target yang mungkin tetap
transkripsi dari gen spesifik jaringan dan produk protein. Reseptor testosteron
Diferensiasi seks pada wanita dianggap sebagai mekanisme yang terjadi karena
ketidakadaan dari kromosom Y, tetapi sekarang diketahui bahwa ada gen spesifik
yang menginduksi perkembangan ovarium. Seperti contoh, DAX1, salah satu famili
reseptor hormon yang berlokasi pada lengan pendek dari kromosom X dan berperan
sebagai downregulating SF1 yang mencegah terjadinya diferensiasi sel Sertoli dan
sel Leydig. Growth Factor WNT4 juga membantu deferensiasi ovarium dan
diekspresikan lebih awal pada gonadal ridge pada wanita tetapi tidak pada pria.
Tidak adanya produksi MIS oleh sel Sertoli, duktus Muller akan distimulasi
oleh estrogen untuk membentuk tuba fallopii, uterus, cervix, dan vagina bagian atas.
Estrogen juga berperan pada genetalia eksterna pada tahap indiferen untuk
membentuk labia mayora, labia minora, klitoris, dan vagina bagian bawah.
13
Skema 2.3 Pengaruh kelenjar seks pada diferensiasi seks
Duktus Muller berkembang dari suatu invaginasi epitel coelom pada janin
perempuan (antara hari ke-44 dan ke-56) yang kelak menjadi ostium tuba fallopii.
Saluran epitelial ini tumbuh dari segmen thorakal ke-3 ke arah kaudal yang sangat
dekat dengan duktus Wolff sehingga terhubung oleh suatu membran basal bersama.
Pada pelvis minor, hubungan tersebut menghilang kembali. Kedua duktus Muller
terdorong ke arah medial dan menjadi satu dengan yang lain serta membentuk satu
saluran dengan lumen bersama, yaitu bakal uterus. Bakal uterus segera dilapisi
mesenkim yang menjadi asal terbentuknya otot uterus dan perimetrium. Pada dinding
dorsal sinus urogenitalis, terjadi suatu proliferasi sel yaitu “Muller hill” yang
membentuk bakal vagina bagian proksimal. Duktus Wolff pada perempuan tidak
14
seluruhnya berdegenerasi, namun tersisa sebagai saluran yang tidak berdiferensiasi
serta tidak berfungsi, letaknya di belakang uterus dan vagina dan tetap ada seumur
hidup yang disebut dengan duktus Gartner. Sisa duktus mesonefros dan vesikel
berepitel yang tidak berarti hampir selalu dijumpai pada perempuan dewasa di antara
tuba dan ovarium dan disebut dengan epooforon dan parooforon. Dari kedua struktur
Gambar 2.8 A. Duktus genital pada akhir bulan ke-2, B. Duktus genital setelah
penurunan dari ovarium
Setelah terjadinya pemisahan rektum oleh septum urorectale, hanya pars phallica
dan pars pelvina yang tersisa di bagian bawah sinus urogenitalis. Pada janin laki-
laki, kedua bagian sinus urogenitalis berdeferensiasi menjadi uretra, pada perempuan
hanya menjadi pars pelvina. Hal tersebut berkaitan dengan kenyataan bahwa pada
15
janin perempuan, lipatan genetalia yang terbentuk di sekitar ostium urogenitalis tetap
Secara detail, mula-mula dua lipatan genetalia (di dalam), dua genital swelling
(tonjolan labioskrotal) (lebih ke arah luar) dan di bagian tengah atas suatu
berada dalam tahap indiferen. Pada janin perempuan, hormon estrogen menstimulasi
menjadi labia minora sedangkan genital swelling menjadi labia mayora dan genital
tubercle menjadi klitoris dan corpus cavernosum clitoridis (Rohen & Drecoll, 2003).
Pada akhir minggu ke-6 masih tidak dapat dibedakan antara laki-laki dan perempuan
(Langman, 2009).
Gambar 2.10 Perkembangan genetalia eksterna janin wanita pada bulan ke-5 (A) dan
baru lahir (B)
Setelah bagian yang padat dari duktus Muller mencapai sinus urogenital, dua
bagian padat tumbuh ke luar pelvik tepat di sinus. Bagaian yang keluar merupakan
bulbus sinovaginal yang berproliferasi dan membentuk vaginal plate yang padat.
Proliferasi berlanjut pada bagian kranial akhir dari plate, tumbuh menjauh antara
16
uterus dan sinus urogenital. Pada bulan ke-4, vagina tumbuh keluar dari kanal.
Bagian vagina yang tumbuh keluar mengelilingi bagian akhir uterus adalah forniks
bagian atas terbentuk dari kanal uterus dan bagian bawah terbentuk dari sinus
urogenital.
Sisa lumen vagina yang terpisah dari sinus urogenital sebagai lapisan jaringan
yang tipis dinamakan hymen yang terdiri atas lapisan epitel dari sinus dan lapisan
Gambar 2.11 Formasi dari uterus dan vagina A. Pada minggu ke-9 belum nampak
septum uteri, B. Akhir bulan ke-3 terbentuknya vaginal plate, C. Baru lahir
Gambar 2.12 Potongan sagital penampang uterus dan vagina A. 9 minggu, B. Akhir
dari bulan ke-3, C. Baru lahir.
17
Gambar 2.13 Ringkasan diferensiasi perkembangan genetalia eksterna pada pria dan
wanita
18
2.1 Anatomi Alat Reproduksi Wanita
Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari mons pubis,
labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium urethrae externum,
kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.
Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada masa pubertas daerah ini mulai
ditumbuhi rambut pubis.
Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak mengandung
pleksus vena. Homolog embriologik dengan skrotum pada pria. Ligamentum rotundum
19
uteri berakhir pada batas atas labia mayora. Di bagian bawah perineum, labia mayora
menyatu (pada commisura posterior).
Labia minora
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut. Banyak
terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf.
Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan corpus
clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina. Homolog embriologik dengan
penis pada pria. Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah
dan ujung serabut saraf, sangat sensitif.
Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia minora. Berasal
dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum,
introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri.
Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis bermukosa
yaitu selaput dara/hymen, utuh tanpa robekan. Hymen normal terdapat lubang kecil untuk
aliran darah menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau
fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang menjadi
tidak beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk hymen postpartum
disebut parous. Corrunculae myrtiformis adalah sisa-sisa selaput dara yang robek yang
tampak pada wanita pernah melahirkan/para. Hymen yang abnormal, misalnya primer
tidak berlubang (hymen imperforata) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan
darah menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna.
Vagina
Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di bagian
kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix disebut
fornix, dibagi dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan
20
dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel
skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid.
Fungsi vagina : untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk
kopulasi (persetubuhan). Bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari
sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu fornices anterior, posterior dan late ralis
di sekitar cervix uteri. Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di
sekitar 1/3 anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus vaginal.
Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot diafragma pelvis
(m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis (m.perinealis transversus
profunda, m.constrictor urethra). Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara
anus dan vagina. Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi)
untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.
21
Uterus
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa). Selama
kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus. Pada saat
persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isi
konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri.
Serviks uteri
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus dinding dalam
vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan
jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina
yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar, arah
vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam,
arah cavum). Sebelum melahirkan (nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat
kecil, setelah pernah/riwayat melahirkan (primipara/multigravida) berbentuk garis
melintang. Posisi serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar
mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya
karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan
viskositas lendir serviks dipengaruhi siklus haid.
Corpus uteri
Terdiri dari: paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada ligamentum latum
uteri di intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis
(dari luar ke dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam
lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus
haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar
dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria. Proporsi ukuran
corpus terhadap isthmus dan serviks uterus bervariasi selama pertumbuhan dan
perkembangan wanita
22
Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta arteri ovarica
cabang aorta abdominalis.
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri-kanan,
panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai cavum
uteri. Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular) serta
mukosa dengan epitel bersilia.
Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum
dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda-beda pada
setiap bagiannya.
Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba pengendali transfer
gamet.
Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula / infundibulum, dan pada hamil
ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini.
23
Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada ujungnya, melekat dengan
permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi "menangkap" ovum yang keluar saat ovulasi dari
permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba.
Mesosalping
Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-kanan.
Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri
dari korteks dan medula. Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel
menjadi ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di
korteks), ovulasi (pengel uaran ovum), sintesis dan se kresi hormon-hormon steroid
(estrogen oleh teka interna folikel, progesteron ol eh korpus luteum pascaovulasi).
Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae.
Fimbriae "menangkap" ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi. Ovarium terfiksasi oleh
ligamentum ovarii proprium, ligamentum infundibulopelvicum dan jaringan ikat
mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis.
24
2. Stadium pasca haid atau stadium regenerasi:
Luka endometrium yang tejadi akibat pelepasan, sebagian besar berangsur-angsur
sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang tumbuh dari sel-sel epitel
endometrium. Pada saat ini tebalnya endometrium ± 0.5 mm, stadium ini sudah mulai
sejak fase menstruasi dan berlangsung ± 4 hari.
25
Pada wanita dalam masa klimakterium terjadi penurunan kesuburan, kelainan
perdarahan dan pada masa pasca menopause terjadi gangguan vegetatif seperti rasa
panas, keluar keringat malam, jantung berdebar-debar dan lain-lain. Alat genitalia
mengalami atrofi pada masa pasca menopause.
2.3.1. Anamnesis
Anamnesis meliputi :
26
7. Riwayat penyakit keluarga : perlu ditanyakan apakah keluarga pasien ada yang
memiliki penyakit berat atau kronis.
Merupakan pemeriksaan ginekologik. Agar diperoleh hasil yang baik maka posisi pasien
dan alat-alat yang digunakan juga menentukan. Adapun posisi yang digunakan adalah
posisi litotomi, miring dan sims.
1. Pemeriksaan Mammae
Inspeksi mammae
Setelah inspeksi, nodus limfa aksila, supraklavikula dan infraklavikula dipalpasi. Hal ini
mudah dilakukan jika pasien berada pada posisi duduk dan tangan di pinggang. Kelenjar
limfa dipalpasi dari atas ke bawah. Pada pasien kurus, satu atau lebih dengan ukuran
kurang dari 1 cm sering ditemukan.
27
Palpasi payudara
Setelah inspeksi, palpasi payudara dilakukan dengan posisi supinasi dan satu tangan berada
pada kepala untuk meregang jaringan mammae di dinding dada. Pemeriksaaan harus
mencapai jaringan mammae yang menempel di klavikula, batas sternum, inframammary
crease, dan garis midaksila. Pemeriksaan dilakukan dengan jari secara kontinu dan
bergerak melingkar. Setiap daerah palpasi, jaringan harus dinilai bagian permukaan hingga
dasar. Selama pemeriksaan, memencet puting susu untuk melihat discharge tidak
dilakukan kecuali jika dikeluhkan oleh pasien.
2. Pemeriksaan abdomen
28
berpindah tempat. Tumor yang disertai dengan cairan bebas menunjuk ke arah
keganasan.
Auskultasi. Detak jantung dan gerakan janin terdengar pada kehamilan yang cukup
tua, sedang bising uterus dapat terdengar pada uterus gravidus dan mioma uteri
yang besar. Bising usus penting untuk diagnostik peritonitis dan ileus.
1. Adanya lesi, perubahan warna, luka, infeksi, ulkus, discharge, kista, trauma, nyeri,
kelenjar bartolini dan skene.
2. Menilai kematangan organ seksual.
3. Menilai mons pubis
4. Menilai labia, adanya atrofi atau tidak, mobilitas dan konsistensi.
Pemeriksaan Pelvik
Pemeriksaan pelvik dilakukan dengan pasien berposisi litotomi. Kepala ditinggikan 300
untuk merelaksasikan abdomen pada pemeriksaan bimanual.
Kanker pelvik dan infeksi bisa meluas ke kelenjar limfa inguinal dan ini harus dipalpasi
dalam pemeriksaan. Inspeksi perineum dilakukan mulai dari daerah mons pubis secara
ventral, ke lipatan genito crural secara lateral dan menuju ke anus. Infeksi dan neoplasma
yang terjadi pada vulva juga akan menjalar ke kulit perianal, sehingga daerah ini harus
diinspeksi. Beberapa klinisi juga memeriksa kelenja bartholini dan parauretra. Gejala
pasien dan adanya ketidaksimetrisan menunjukkan pasien ini perlu pemeriksaan lebih
lanjut.
b. Pemeriksaan Spekulum
Persiapan
Lampu
Spekulum
29
Handschoen
Lubrikan
Perlengkapan sitologi : medium, spatel, cytobrush, kaca objek, fiksasi
KOH 10% dan NaCl
Media transpor untuk klamidia dan gonore
Proctoswab dan cotton swab
Media transpor untuk uji HPV
Kertas uji PH
Prosedur:
30
Penilaian :
Pada serviks dinilai ukuran, permukaan, warna dan kontur. Selain itu juga dilihat adanya
massa, ulkus, discharge. Pemeriksaan pap’s smear juga bisa dilakukan untuk memeriksa
sitologi serviks. Pada vagina dinilai dinding vagina, rugae, infeksi, kista, dan benda asing.
c. Pemeriksaan Bimanual:
Ukuran dan mobilitas uterus, adnexa serta nyeri dapat dinilai selama pemeriksaan
bimanual. Pada wanita dengan riwayat histerektomi dan adneksektomi, pemeriksaan
bimanual masih bernilai.
Selama pemeriksaan, jari tengah dan telunjuk dimasukkan bersamaan kedalam vagina
hingga mencapai serviks. Untuk mempermudah pemasukan, lubrikan diberikan pada jari
ini. Ketika serviks dicapai, orientasi serviks dapat dinilai dengan sweeping permukaan
anterior serviks. Pada uterus dengan posisi anteverted, ismus akan teraba dibagian depan,
sedangkan pada posisi retroverted, buli-buli akan teraba. Pada uterus retroverted, jari terus
ke arah posterior untuk menilai ukuran uterus dan nyeri.
Untuk mengukur uterus pada posisi anteverted, jari diletakkan pada serviks dan ditekan ke
atas hingga fundus tertekan ke anterior abdomen. Tangan lainnya diletakkan pada abdomen
untuk menentukan fundus. Ukuran normal fundus, tangan yang berada di abdomen terletak
pada daerah atas ligamen inguinal dan pubic rami.
Untuk menilai adnexa, klinisi menggunakan dua jari untuk mengangkat adnexa dari cul-
de-sac ke arah anterior abdomen sehingga adneksum terperangkap di jari pemeriksa dan
tangan pemeriksa lainnya.
d. Pemeriksaan rectovaginal
Pemeriksaan ini dilakukan pada beberapa indikasi seperti, nyeri pelvik, adanya massa
pelvis, gejala pada rektum dan pada skrining ca kolon.
Pada pemeriksaan ini, jari telunjuk dimasukkan ke dalam vagina dan jari tengah ke dalam
rektum. Posisikan jari seperti menggunting dan meraba septum untuk menilai adanya luka.
Kemudian jari telunjuk dikeluarkan, dan jari tengah melakukan perabaan diseluruh rektum
untuk mendeteksi massa.
31
2.5. Pemeriksaan Penunjang Ginekologi
1. Sonografi transvaginal.
Dipakai untuk memantau pertumbuhan folikel serta pengambilan ovum pada pasien
infertilitas dan merupakan pelengkap bagi sonografi abdominal. Sonografi transvaginal
dapat menilai bentuk, ukuran, dan letak organ/massa, akan tetapi tidak dapat menilai
mobilitas organ/massa tersebut dan tidak dapat dipakai pada pasien yang masih virgo.
2. Kolposkopi
Penderita dalam letak litotomi, lalu dipasang speculum. Portio dibersihkan dari lendir
dengan larutan cuka 2% atau dengan larutan nitras argenti 5% atau dilakukan percobaan
schiller terlebih dahulu. Tampak jelas batas antara epitel berlapis gepeng dari ektoserviks
dan mukosa dari endoserviks. Apabila ada lesi tampak jelas pula batas antara daerah yang
normal dan yang tidak normal. Muara kelenjar-kelenjar endoserviks dapat dilihat pula, dan
dengan kenyataan ini dapat jelas dibedakan antara erosio dan karsinoma
32
BAB III
KESIMPULAN
Penentuan sex pada janin laki-laki dan perempuan terjadi setelah fertilisasi,
janin dapat dibedakan secara genetik melalui kromosom sex yaitu XX atau XY.
Awal perkembangan alat reproduksi pada janin dimulai dari terbentuknya sel
indiferen gonad, di mana gonad masih belum dapat dibedakan antara testis dan
ovarium hingga minggu ke-7 embrional. Setelah akhir minggu ke-7 embrional
dari perkembangan duktus genetalia yaitu duktus mesonefros (duktus Wolff) dan
molekuler hingga terbentuk genetalia interna sampai akhir minggu ke-20. Pada
wanita duktus Muller akan berkembang menjadi tuba fallopii, uterus, dan vagina
bagian atas, sedangkan pada pria duktus Wolff akan berkembang menjadi duktus
wanita dan testosteron pada pria. Pada janin perempuan lipatan genetalia akan
berdiferensiasi menjadi bibir labia minora, genital swelling menjadi labia mayora dan
perkembangan vagina terbagi menjadi 2 yaitu vagina bagian atas berasal dari bagian
yang sama dengan uterus dan bagian bawah berasal dari sinus urogenitalis. Pada
janin laki-laki genital tubercle tumbuh menjadi penis (glans penis, corpus
spongiosum, dan uretra) dan pada saat yang sama karena pengaruh testosteron
membentuk corpus penis dengan kedua corpus cavernosum. Kedua genital swelling
33
membentuk skrotum yang berlanjut hingga terjadinya desensus dari testis pada akhir
34
DAFTAR PUSTAKA
Derek L.Jones. 2001. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6. Hipokrates :Jakarta
Decherney Alan H. et al. 2013. Current Obstetrics and Gynecology Diagnosis and
Treatment, 11st Edition. The McGraw-Hill Companies, USA.
35