Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract dan


Latin cataracta yang berarti air terjun, dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap
keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)
1
lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya. Berbagai studi cross-
sectional melaporkan bahwa prevalensi katarak pada individu berusia 65-74 tahun ialah
2
sebanyak 50%. Prevalensi ini meningkat hingga 70% pada individu di atas 75 tahun.

Kekeruhan dapat mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun tidak
1
mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Penuaan merupakan penyebab umum
katarak. Namun faktor lain yang juga dapat terlibat dalam pembentukan katarak, yaitu:
toksin, trauma, merokok, penyakit sistemik (seperti diabetes mellitus), dan herediter.
2
Katarak akibat penuaan merupakan penyebab umum dari gangguan penglihatan.
Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata ataupun sistemik
(katarak senil, juvenil, herediter) atau kelainan kongenital mata. Bermacam- macam
penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis dan
retinitis pigmentosa. Jadi, penyakit intraocular juga bisa mempengaruhi terjadinya
1
katarak.

Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia diatas 50 tahun .
Katarak senilis merupakan hasil dari proses penuaan normal yang mengakibatkan lensa
menjadi keras dan keruh. penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti.
Namun, terdapat beberapa konsep penuaan seperti teori putaran biologik, teori
imunologis, teori mutasi spontan, teori “A free radical”, dan teori “A-cross link”.
Katarak senilis dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria. Secara klinis,
katarak senilis dikenal dalam 4 stadium, yakni stadium insipien, stadium imatur,
1
stadium matur, stadium hipermatur.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Lensa

Lensa merupakan salah satu media refraksi pada mata yang sangat
penting dan berfungsi memfokuskan gambar pada retina. Total kekuatan refraktif
sekitar 10-20 Dioptri bergantung pada akomodasi tiap individu. Lensa merupakan
2
sruktur transparan, bikonveks seperti cakram. Ketebalan lensa sekitar 4 mm .
3
Pada orang dewasa berat lensa sekitar 220 mg. Posisinya disebelah posterior iris
dan disangga oleh serat-serat zonula yang berasal dari corpus cilliare. Serat-serat
ini menyisip kebagian ekuator kapsul lensa. Kapsul lensa adalah suatu mebran
basalis yang mengelilingi substansi lensa. Sel-sel epitel dekat ekuator lensa
membelah sepanjang hidup dan terus berdiferensiasi membentuk serat-serat lensa
baru sehingga serat-serat lensa yang lebih tua dipampatkan ke nucleus sentral.
Serat-serat muda yang kurang padat, di sekeliling nucleus menyusun korteks
2
lensa.

4
Gambar 2.1 Bentuk dan posisi lensa mata
Lensa merupakan struktur yang avascular dan tidak mempunyai
persyarafan. Sehingga lensa bergantung sepenuhnya pada aqueous humor untuk
5
memnuhi kebutuhan metabolik dan membuang zat sisa. Metabolisme lensa
2,5
bersifat anaerob akibat rendahnya kadar oksigen terlarut dalam aqueous.
Lapisan epitelium lensa yang berperan dalam menjaga keseimbangan dan
mengatur transportasi nutrien, mineral dan air ke dalam lensa melalui “pump-leak
system”. Sistem ini memperbolehkan terjadinya transportasi aktif natrium,
klorida, kalsium dan asam amino dari aqueous humor ke dalam lensa. Sedangkan
3
perpindahan pada bagian kapsul lensa posterior melalui difusi pasif. Proses
keseimbangan transportasi ini penting bagi transparansi lensa. Kandungan air
yang dimiliki lensa harus stabil. Kandungan air yang dimiliki oleh lensa akan
semakin menurun seiring dengan pertambahan usia, hal ini berbanding terbalik
dengan kandungan protein lensa tidak larut air yang semakin meningkat.
Sehingga lensa pada usia tua menjadi lebih keras, kurang elastik dan kurang
transparan. Proses ini terjadi hampir 95% pada orang tua usia diatas 65 tahun .
3
lensa yang keruh akan memperlihatkan pupil berwarna putih atau abu-abu.

5
Gambar 2.2 Mekanisme pump-leak system pada lensa mata
2.2 Katarak
Berdasarkan data WHO, katarak merupakan penyebab utama dari kebutaan
dan gangguan penglihatan di seluruh dunia. WHO memperkirakan katarak
menyebabkan buta yang bersifat reversibel lebih dari 17 juta dari 37 juta individu
yang mengalami kebutaan di seluruh dunia dan angka ini diperkirakan mencapai
5
40 juta individu pada tahun 2020.
Walaupun katarak dapat disebabkan oleh faktor metabolik, kongenital,
ataupun traumatik, namun katarak yang berhubungan dengan usia yaitu katarak
senilis lah yang mempunyai efek sosioekonomik paling besar. Hal ini disebabkan
5
oleh prevalensinya yang tinggi.
Berikut tabel yang memaparkan klasifikasi dan penyebab kekeruhan pada
lensa :

3
Tabel 2.1 Klasifikasi dari kekeruhan lensa
3
Tabel 2.2 Penyebab kekeruhan lensa
2.3 Katarak Senilis

2.3.1 Definisi
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
1
lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun.

2.3.2 Klasifikasi
Secara klinis, katarak senilis dikenal dalam 4 stadium, yakni stadium
insipien, stadium imatur, stadium matur, stadium hipermatur. Berikut pembagian
klinis dari katarak senilis:
1,2
Tabel 2.3 Klasifikasi dan gambaran klinis katarak senilis

Insipien Imatur Matur Hipermatur


Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Seluruh
Cairan Normal Bisa Normal Bisa Berkurang
lensa Bertambah (air+massa lensa
(air masuk) keluar)
Iris Normal Bisa Normal Bisa Tremulans
Terdorong
Bilik mata Normal Bisa Dangkal Normal Bisa Dalam
depan
Sudut bilik Normal Bisa Sempit Normal Bisa Terbuka
mata
Shadow Negatif Bisa Positif Negatif Bisa
test Pseudopositif

Penyulit - Glaukoma - Uveitis,


Fakomorfik Glaucoma
Fakolitik
Pada katarak senilis sebaiknya disingkirkan penyakit mata lokal dan
penyakit sistemik seperti diabetes mellitus yang dapat menimbulkan katarak
1
komplikata.

Pada Katarak insipien kekeruhan dimulai pada tepi ekuator berbentuk jeriji
menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat
1
didalam korteks.

Pada Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Jika mengambil
air, lensa akan menjadi intumesen (pembengkakan lensa), bertambahnya volume
lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degenerative.
Lensa yang menjadi bengkak dan besar akan mendorong iris sehingga bilik mata
menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa akan
memberi penyulit glaucoma. Intumesen biasanya terjadi pada katarak yang
berjalan cepat. Lensa yang mencembung daya biasnya akan bertambah, yang
1,2
memberikan miopisasi.

Katarak matur adalah bentuk katarak yang seluruh proteinnya mengalami


2
kekeruhan. Bila kondisi intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan
keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan
seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lenssa (deposit ion
1
Ca). bilik mata depan akan berkedalaman normal.

Pada Katarak hipermatur, protein-protein dibagian korteks lensa telah


mencair. Cairan ini bisa keluar dari kapsul yang utuh, meninggalkan lensa yang
mengerut dengan kapsul keriput. Katarak hipermatur yang nucleus lensanya
mengambang dengan bebas di dalam kantung kapsulnya disebut katarak
2
morgagni.

3
Gambar 2.3 dari kiri ke kanan : katakak imatur, matur dan hipermatur
Berdasarkan morfologinya, katarak senilis dibagi menjadi 3 tipe, yakni tipe
nuklear, tipe kortikal, dan tipe subkapsular. Katarak senilis paling sering ditemui
tipe nuklear, kemudian disusul tipe kortikal. Tipe subkapsular mungkin terjadi,
5,6
terutama subkapsular posterior.

Katarak Senilis Nuklear merupakan hasil proses penuaan lensa yang


berlebihan, yang melibatkan nukleus lensa yang berwarna kecoklatan. Korteks
anterior dan posterior cenderung jernih dan masih tipis. Bentuk kekeruhan
nuklear ini dapat menyebabkan terjadinya miopia berat yang memungkinkan
penderita membaca jarak dekat tanpa memakai kacamata koreksi seperti
2,6
seharusnya (second sight of the aged).

Pada Katarak Senilis Kortikal kekeruhan lensa melibatkan korteks anterior,


posterior, serta ekuatorial. Pada awalnya katarak bermula dengan adanya vakuol
air pada korteks yang kemudian menyusup diantara lamelar korteks. Kekeruhan
dimulai pada daerah perifer dan menjalar menuju sentral dan sering digambarkan
sebagai radial spoke-like, atau shield-like configuration. Pada katarak kortikal
terjadi peningkatan cairan yang masuk pada lensa mengakibatkan separasi
lamelar dan akhirnya terjadi kekeruhan seluruh korteks berwarna abu-abu putih
6
yang tidak merata. Kekeruhan ini bisa terjadi cepat tetapi juga bisa tahunan.
Derajat gangguan fungsi penglihatan bervariasi, tergantung seberapa dekat
2
kekeruhan lensa dengan sumbu penglihatan.

Pada katarak senilis subkapsular anterior kekeruhan terjadi tepat dibawah


kapsula lensa dan dihubungkan dengan metaplasi fibrosa dari epitel anterior
lensa. Sedangkan tipe subkapsular posterior kekeruhan terjadi didepan kapsula
posterior, dan dihubungkan dengan migrasi sel epitel posterior dari lensa. Pasien
katarak tipe ini terutama berusia lebih muda dan mengalami kesulitan jika
menghadapi cahaya lampu mobil dari arah yang berlawanan dan juga oleh sinar
matahari terik. Penglihatan jarak dekat mereka lebih terganggu dibandingkan
penglihatan jarak jauh. Tipe subkapsular posterior sering dihubungkan dengan
katarak akibat paparan sinar ultraviolet, penggunaan kortikosteroid jangka
6
panjang, trauma, peradangan, dan retinitis pigmentosa.
2
Gambar 2.4 Gambaran morfologi lensa pada katarak senilis

2.3.3 Patogenesis
Patogenesis katarak sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Pada
lensa katarak secara karakteristik dapat ditemukan agregat-agregat protein yang
menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi transparansiya.Temuan
tambahan mungkin berupa vesikel di antara serat-serat lensa atau migrasi sel
.
epitel dan pembesaran sel-sel epitel yang menyimpang Setelah usia pertengahan
2
terjadi proses kondensasi normal dalam nukleus lensa. Semakin tua usia lensa,
maka akan semakin meningkat berat dan ketebalannya namun berkurang daya
akomodasinya. Seiring dengan terbentukya lapisan baru lensa secara konsentrik,
teradilah pengerasan lensa (sklerosis lensa). Modifikasi kimiawi dan proses
proteolitik yang terjadi pada molekul kristalin menghasilkan pembentukan
agregat protein dengan berat molekul yang besar. Agregat ini dapat menjadi
cukup besar untuk mengubah indeks refraksi lensa yang membuat pemantulan
5
cahaya dan mengurangi transparansi lensa.
Modifikasi kimiawi lain yang terjadi yaitu peningkatan pigmentasi. Pada
usia lanjut juga terjadi penurunan konsentrasi glutation dan kalium namun terjadi
peningkatan konsentrasi natrium dan kalsium pada sitoplasma sel yang menyusun
5
lensa.
Adapun teori yang dipaparkan pada proses terjadinya katarak pada usia
lanjut yaitu meliputi teori putaran biologik, imunologis, teori mutasi spontan,
1
teori “a free radical” dan teori “a cross link”.

2.3.4 Gambaran Klinis


Gambaran klinis katarak senilis bervariasi menurut tipe dan maturasi
katarak. Pada awalnya, hanya terdapat sedikit keluhan penglihatan, kemudian
terjadi kehilangan penglihatan progresif tanpa nyeri. Tajam penglihatan dekat
biasanya masih baik kecuali pada tipe posterior subkapsuler dan pada vakuola
6
hidropik padat yang terletak pada bagian sentral.

Keluhan yang paling umum adalah rasa silau, terutama terjadi saat individu
dengan katarak mengemudikan kendaraan. Hal ini terjadi karena katarak
mendispersikan cahaya putih dan mengakibatkan penurunan tajam penglihatan
secara drastis, multilopia, “starburst”, serta penurunan tajam penglihatan malam
hari yang dramatis. Gejala lain yang mungkin timbul adalah diplopia dan
6
gangguan tajam penglihatan warna.

2
Gambar 2.5 Gambaran penglihatan pada katarak senilis

Berdasarkan gambar diatas, foto sebelah kanan, pemandangan yang


diperlihatkan foto sebelah kiri direproduksi sedemikian rupa tampak seperti yang
terlihat oleh individu dengan katarak senilis tahap menengahlanjut (kekeruhan
2
disentral lebih padat).
2.3.5 Diagnosis
Dalam menegakkan diagnosis katarak, diperlukan anamnesis dan pemeriksaan
fisik maupun pemeriksaan penunjang. Pasien dengan katarak biasanya datang sendiri
ke dokter mata dan mengeluhkan ada katarak. Pada kondisi seperti ini anamnesis
dilakukan mengarah secara langsung. Pasien juga akan mengeluhkan bagaimana
penurunan tajam penglihatan ini mengganggu beberapa kegiatan yang sebelumnya
dapat dikerjakan. Namun ada juga pasien yang baru menyadari penurunan tajam
penglihatan pada saat dilakukan pemeriksaan. Derajat klinis pembentukan katarak,
dengan menganggap bahwa tidak terdapat penyakit mata lain, terutama dinilai
berdasarkan hasil uji ketajaman penglihatan Snellen. Secara umum, penurunan
ketajaman penglihatan berhubungan langsung dengan kepadatan katarak. Beberapa
orang yang klinis katarak cukuo bermaknaberdasarkan pemeriksaan oftalmoskop atau
slit lamp dapat melihat cukup baik sehingga melaksanakan aktivitas sehari-hari.
Lainnya megalami penurunan tajam penglihatan yang tidak sebanding dengan derajat
2
kekeruhan lensa yang diamati. Setelah itu dapat dilakukan pemeriksaan status
oftalmologi secara lengkap. Untuk lensa bisa dinilai lebih baik dan lebih detail secara
tiga dimensi dengan fokal illumination dengan slit lamp pada mata yang sudah dilatasi
maksimal. Kekeruhan lensa yang sudah matur bisa didiagnosis dengan melihat adanya
3
pupil putih (leukokoria) dengan mata biasa.

3
Gambar 2.6 Pemeriksaan lensa dengan slit-lamp
2.3.7 Diagnosis Banding

Katarak Traumatika
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh trauma benda asing pada
lensa atau trauma tumpul pada bola mata. Peluru senapan angina dan petasan
merupakan penyebab tersering. Penyebab lain yang lebih jarang adalahanak
panah, batu, kontusio, pajanan berlebih terhadap panas. Di dunia industri
pengamanan terbaik adalah sepasangkacamatapelindung yang bermutu baik.
Lensa menjadi putih segera setelahmasuknya benda asing karena lubang pada
kapsul lensa menyebabkan aqueous humor dan kadang-kadang vitreus masuk
Pasien sering kali adalah seorang pekerja industri yang pekerjaannya
memukulkan baja ke bajalain. Contohnya, potongan kecil palu baja dapat
menembus kornea dan lensa dengan kecepatan yang sangat tinggi lalu tersangkut
2
di vitreus atau di dalam retina. kedalam lensa.

Gambar 2.8 katarak traumatik berbentuk bintang dibagian posterior lensa. Ini
biasanya terjadi karena kontusio okulardan hanya bisa dideteksi melalui pupil
2
terdilatasi baik

Katarak Komplikata
Katarak dapat terbentuk akibat efek langsung penyakit intraocular yang
mempengaruhi fisiologi lensa (missal uveitis rekuren yang parah). Katarak
biasanya berawal didaerah subkapsular posterior dan akhirnya mengenai seluruh
struktur lensa. Penyakit-penyakit intraocular yang sering berkaitan dengan
pembentukan katarak adalah uveitis kronik atau berulang, glaukoma, retinitis
pigmentosa, dan ablasio retina. Katarak-katarak ini biasanya unilateral
2
prognosis visual tidak sebaik katarak terkait usia biasa.

Katarak Akibat Penyakit Sistemik


Katarak bilateral dapat terjadi karena berbagai gangguan sistemik
berikut ini : diabetes mellitus, hipokalsemia, distrofi miotonik, dermatitis atopic,
2
galaktosemia, sindrom down.

Gambar 2.9 katarak titik pungtata. Jenis katarak ini kadang-kadang ditemukan
sebagai komplikasi mata pada diabetes mellitus. Bisa juga kongenital.
2.3.7 Tatalaksana
Pengobatan terhadap katarak adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan
jika tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu
pekerjaan sehari-hari, bila katarak ini menimbulkan penyulit seperti glaukoma
dan uveitis. Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila mengganggu
1
kehidupan sosial atau atas indikasi medis lainnya.
Indikasi yang paling sering dari operasi katarak ialah indikasi sosial yaitu
pasien menginginkan operasi untuk memperbaiki penglihatannya. Apabila pasien
memiliki katarak bilateral dengan fungsi penglihatan yang signifikan maka
operasi dilakukan pertama pada mata dengan katarak yang lebih berat. Indikasi
medis dari operasi katarak antara lain glaukoma fakolitik, glaukoma fakomorfik,
uveitis fakoantigenik, dan dislokasi lensa ke kamera okuli anterior. Tambahan
indikasi dari operasi katarak yaitu apabila lensa sudah keruh seluruhnya sehingga
tidak dapat dinilai fundus dan dapat mengganggu diagnosis dan manajemen
5
penyakit mata lain misalkan retinopati diabetik dan glaukoma.
Ekstraksi katarak adalah cara pembedahan dengan mengangkat lensa yang
katarak. Dapat dilakukan dengan intrakapsular yaitu mengeluarkan lensa bersama
dengan kapsul lensa, atau ekstrakapsular yaitu mengeluarkan isi lensa (korteks
1
dan nukleus) dengan meninggalkan kapsul posterior.
Metode operasi yang umum dipilih untuk katarak dewasa atauanak-anak
adalah dengan ECCE (extra capsular cataract extraction). Penanaman lensa
intraokular merupakan bagian dari prosedur ini. Insisi dibuat pada limbus atau
kornea perifer, bagian superior atau temporal. Dibuat sebuah saluran pada kapsul
anterior dan nukeus serta korteks lensanya diangkat. Kemudian lensa intraokular
ditempatkan pada kantung kapsular yang sudah kosong, disangga oleh kaspul
posterior yang masih utuh, tetapi prosedur ini memerlukan insisi yang relative
2
besar.
Fakoemulsifikasi saat ini ialah teknik ECCE yang paling sering digunakan.
Teknik ini menggunakan vibraor ultrasonik genggam untuk menghanurkan
nukleus yang keras hingga substansi nukleus dan korteks dapat diaspirasimelalui
insisi berukuran 3 mm. Ukuran insisi tersebut cukup intuk memasukkan lensa
intraokular yang dapat dilipat. Jika digunakan lensa yang tidak dapat dilipat insisi
dilebarkan hingga 5 mm. Keuntungan yang didapat dari bedah insisi kecil ini
adalah kondisi intraoperasi yang lebih terkendali, menghindari penjahitan,
perbaikan luka lebih cepat dengan derajat distorsi kornea yang lebih rendah dan
mengurangi derajat peradangan intraokular pasa operasi. Namun teknik
fakoemulsifikasi menimbulkan ririko yang lebih besar terjadinya pergeseran
materi nukleus ke posterior melalui suatu robekan kapsul posterior. Kejadian ini
membutuhkan tindakan bedah vitreoretina yang kompleks. Setelah tindakan
bedah katarak ekstrakapsular apapun, mungkin terjadi kekeruhan sekunder pada
kapsular posterior yang memerlukan disisi dengan menggunakan laser
2
YAG:neodymium.

3
Gambar 2.7 Fakoemulsifikasi

ICCE (intracapsular cataract extraction) merupakan suatu tindakan


mengangkat seluruh lensa berikut kapsulya. Metode ini jarang dilakukan saat ini.
Dapat dilakukan pada Zonula Zinn telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah
putus. Insiden terjadinya ablasio retina pasca operasi jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan ECCE. Namun metode ICCE tetap merupakan suatu
prosedur yang berguna, khusunya bila tidak tersedia fasilitas untuk melakukan
2
bedah ekstrakapsular.
BAB III
LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien
Nama : Ny. HN
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 77 tahun
Suku/Bangsa : Minahasa/Indonesia
Alamat : Kema, Minahasa Utara
Agama : Kristen
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMP

II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 3 Mei 2018 di Balai
Kesehatan Mata Masyarakat Manado

Keluhan Utama

Pandangan mata kiri terasa kabur

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien laki-laki berumur 68 tahun datang ke Balai Kesehatan Mata Masyarakat


Manado pada tanggal 3 Mei 2018 dengan keluhan utama mata kiri terasa kabur
sejak 6 bulan yang lalu. Pasien juga merasa pandangannya semakin menurun
dibandingkan sebelum munculnya keluhan. Pasien mengatakan kedua mata tidak
merah, tidak gatal, tidak ada rasa nyeri, dan tidak ada penglihatan ganda.
Pasien merasa pandangannya baik jika berada ditempat yang tidak terlalu
terang, karena jika berada di tempat terang terasa silau dan kabur. Pasien juga
mengeluhkan bahwa pasien sulit berkendara di malam hari saat melihat cahaya
kendaraan lain yang datang dari arah berlawanan. Sehingga hal tersebut diakui oleh
pasien bahwa telah mengganggu pekerjaannya sebagai petani.
Pasien menyangkal melihat adanya pelangi disekitar lampu, sakit kepala, mual,
muntah tidak ada. Riwayat trauma disekitar bola mata tidak ada, riwayat mata
merah dan nyeri sebelum keluhan mata terhalang asap tidak ada. Riwayat minum
obat atau pemakaian oat tetes mata tidak ada.
Pasien mengaku memiliki riwayat penyakit gula dan jarang minum obat gula,
karena lupa untuk minum obat dan jarang untuk membeli obat gula ketika obat
tersebut habis.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien memiliki riwayat kencing manis, tidak terdapat riwayat darah tinggi
ataupun kolesterol. Riwayat alergi makanan atau obat-obatan tidak ada. Riwayat
terpukul dikepala, trauma, terkena petasan disangkal oleh pasien. Riwayat memakai
kacamata tidak ada. Pasien tidak menggunakan obat-obatan tertentu baik yang
diminum maupun ditetes ke mata. Riwayat minum jamu-jamuan juga disangkal.
Riwayat mata merah berulang tidak ada.

Riwayat penyakit keluarga


Ibu pasien memiliki riwayat DM, hipertensi (-), asma (-), alergi (-), penyakit
mata (-).

III. Pemeriksaan Fisik


Status Generalis

• Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan Darah : 100/70 mmHg

Nadi : 84 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu : 36,6oC
• Status Oftalmologi

Status Lokalis Okulus Dextra Okulus Sinistra


Visus 1/300 6/6
Tekanan Intra Okuli N/palpasi N/palpasi
Segmen Anterior
Suprasilia Rontok (-) Rontok (-)
Palpebra Hiperemi (-), Sekret (-) , Hiperemi (-), Sekret (-)

Massa (-) Massa(-)


Konjungtiva Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-)

Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-)


Sklera Normal, injeksi (-) Normal, injeksi (-)
Kornea Jernih, infiltrat (-) Jernih, infiltrat (-)
COA Cukup dalam Cukup dalam
Pupil RAPD (-), Bulat, Refleks RAPD (-), Bulat, Refleks

cahaya (+) diameter pupil 3 cahaya (+) diameter pupil 3

mm mm
Iris Normal, sinekia (-) Normal, sinekia (-)
Lensa Keruh Jernih
Segmen Posterior
Refleks Fundus (+) Uniform (+) Uniform
Retina Perdarahan (-), Kalsifikasi Perdarahan (-), Kalsifikasi (-)

(-)
Papil Bulat, batas tegas, warna Bulat, batas tegas, warna vital,

vital, CDR 0,3 CDR 0,3


Makula Refleks fovea (+) normal Refleks fovea (+) normal
Keruh Jernih

Gambar funduskopi

Normal Normal

IV. Resume
Pasien laki-laki berumur 68 tahun datang ke poli mata RSUP. Prof RD Kandou
Malalayang pada tanggal 4 April 2018 dengan keluhan utama mata kanan terasa kabur
dan seperti terhalang asap sejak 5 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, tanda vital pasien dalam batas normal,
yaitu dengan tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 84 x/menit, respirasi 20 x/menit.
Sedangkan pada pemeriksaan oftalmologi, didapatkan visus mata kanan 1/300 dan
mata kiri 6/6. Pada pemeriksaan segmen anterior mata didapatkan pada lensa mata
kanan terlihat keruh, sedangkan lensa pada mata kiri masih jernih.

V. Diagnosis Kerja

- Katarak senilis matur OD

VI. Diagnosis Banding

VII. Penatalaksanaan
Rencana OD ekstraksi katarak ekstra kapsular (ECCE) dan pemasangan intra
Ocular Lens (IOL)

IX. Prognosis
OD OS
- Ad vitam : ad bonam ad bonam
- Ad functionam : dubia dubia
- Ad sanationam : dubia dubia
BAB IV

PEMBAHASAN

Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik oftalmologi dan ditunjang


dengan pemeriksaan penunjang, yaitu seorang pasien laki-laki berumur 68 tahun datang
dengan keluhan utama, mata kanan terasa kabur seperti melihat kabut disekitar pasien sejak 5
bulan yang lalu. Pasien juga mengeluhkan sering merasa silau dan sulit berkendara di malam
hari saat melihat cahaya kendaraan lain yang datang dari arah berlawanan. Keluhan ini telah
menganggu aktivitas dari pasien. Gejala-gejala yang ditimbul ini mengarah pada adanya
katarak. Hal ini terjadi karena semakin tua usia lensa, maka akan semakin meningkat berat
dan ketebalannya namun berkurang daya akomodasinya. Seiring dengan terbentukya lapisan
baru lensa secara konsentrik, terjadilah pengerasan lensa (sklerosis lensa).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus pada mata sebelah kanan pasien 1/300
sedangkan visus pada mata sebelah kiri 6/6. Pada pemeriksaan segmen anterior mata
didapatkan pada lensa mata kanan terlihat keruh, sedangkan lensa pada mata kiri masih
jernih. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa pada lensa normal tidak terdapat adanya
kekeruhan, sinar dapat masuk ke dalam mata tanpa adanya pemantulan. Modifikasi kimiawi
dan proses proteolitik yang terjadi pada molekul kristalin menghasilkan pembentukan agregat
protein dengan berat molekul yang besar. Agregat ini dapat menjadi cukup besar untuk
mengubah indeks refraksi lensa yang membuat pemantulan cahaya dan mengurangi
transparansi lensa, sehingga menyebabkan penurunan kekuatan akomodasi lensa, perubahan
indeks bias dan penyebaran sinar yang masuk ke mata.
Usulan pemeriksaan yang dilakukan pada pasien ini adalah pemeriksaan funduskopi
dan slit lamp untuk lebih memastikan kekeruhan yang terjadi pada lensa dan segmen
posterior bola mata serta menilai keadaan retina pada pasien.
Penatalaksanaan pada katarak matur adalah dengan melakukan tindakan ekstraksi
lensa karena telah menganggu aktivitas dari pasien. Metode operasi yang umum dipilih untuk
katarak dewasa atauanak-anak adalah dengan ECCE (extra capsular cataract extraction).
Penanaman lensa intraocular (IOL) merupakan bagian dari prosedur ini. Insisi dibuat pada
limbus atau kornea perifer, bagian superior atau temporal. Dibuat sebuah saluran pada kapsul
anterior dan nukeus serta korteks lensanya diangkat. Kemudian lensa intraokular ditempatkan
pada kantung kapsular yang sudah kosong, disangga oleh kaspul posterior yang masih utuh.
Prognosis dari pasien ini tergantung pada tingkat kekeruhan, penatalaksanaan dan
penanganan yang baik. prognosis dari pasien ini baik karena tidak timbulnya gejala-gejala
yang mengarah pada adanya penyulit seperti glaucoma dan uveitis.
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Katarak dapat mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun tidak
mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Penuaan merupakan penyebab
umum katarak. Namun faktor lain yang juga dapat terlibat dalam pembentukan
katarak, yaitu: toksin, trauma, merokok, penyakit sistemik (seperti diabetes
mellitus), dan herediter.

Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia diatas 50
tahun . Katarak senilis merupakan hasil dari proses penuaan normal yang
mengakibatkan lensa menjadi keras dan keruh. penyebabnya sampai sekarang
tidak diketahui secara pasti. Namun, terdapat beberapa konsep penuaan seperti
teori putaran biologik, teori imunologis, teori mutasi spontan, teori “A free
radical”, dan teori “A-cross link”. Katarak senilis dapat diklasifikasikan
berdasarkan beberapa kriteria. Secara klinis, katarak senilis dikenal dalam 4
stadium, yakni stadium insipien, stadium imatur, stadium matur, stadium
hipermatur.

Selain katarak senilis juga terdapat katarak traumatika, komplikata dan


penyakit sistemik. Dibedakan berdasarkan penyebabnya dan masing-masing
jenis katarak terkadang memperlihatkan bentuk khusus dari kataraknya.

Indikasi pembedahan pada katarak terdiri dari indikasi medis yaitu


adanya penyulit seperti glaukoma ataupun indikasi sosial yaitu permintaan
pasien bahwa penglihatannya sudah mengganggu pekerjaan sehari-hari.

Pada pasien disimpulkan diagnosa kerja pasien katarak senilis matur


OD. Diagnosis ditegakan berdasarkan gejala yang dialami pasien dan
pemeriksaan oftalmologi. Tatalaksana yang diberikan pada pasien ini adalah
pembedahan dengan ECCE (extra capsular cataract extraction) dan
pemasangan IOL. Prognosis pasien ini adalah baik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Katarak kongenital. Ed 3. Balai Penerbit


FKUI: Jakarta. 2010. Hal 201-204

2. Vaughan, Daniel G. Oftalmologi Umum. Ed 17.Jakarta: EGC. 2012

3. Lang, Gerhard K. Ophthalmology. Thieme: New York. 2000

4. Weng SK, William RL. Ophthakmic Pathology. USA: Blackwell publishing.


2005. Hal 13

5. American academy of ophtalmology. Lens and cataract, basic and clinical


science course. AAO. 2011

6. J. Mariannete. Cataract and Lens Disorder. Clinical Guide to Comprehensive


Opthalmology. New York: Thieme Medical Publishers, 1999, 303-331.

Anda mungkin juga menyukai