Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM

KERAJAAN DINASTI FATHIMIYAH

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7:

1. Febriyanti (622018002)
2. Mukhta’ali (622018015)
3. Arina
4. Sari Febrianti

Dosen Pembimbing:
Drs. Abu Hanifah M.Hum

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG


FAKULTAS AGAMA ISLAM
TAHUN 2019

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warohmatullah wabarokatuh

Puji syukur atas kehadiran Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan berkah dan
karunia kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tidak
lupa pula Sholawat dan salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam sebagai pelopor pendidikan dan ilmu pengetahuan bagi umat manusia.

Makalah ini dibuat guna melengkapi tugas mata kuliah Sejarah Perkembangan Islam, kami
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah
ini sehingga makalah ini dapat selesai pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna.
Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informai bagi pembaca, mahasiswa, dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan ilmu pengetahuan bagi kita ssemua.

Wassalamu’alaikum warohmatullah wabarokatuh

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………...i
DAFTAR ISI………………….……………………………………………………………….………ii

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………………..

1.2 Rumuan masalah………………………………………………………………………………..….


1.3 Tujuan………………………………………………………………………………………………

BAB II

PEMBAHASAN

A. Munculnya Dinasti Fathimiyah………………………………………………………………..


B. Fase Pendirian Dinasti Fathimiyah………………………..…………………………………...
C. Daulah Fathimiyah Menguasai Mesir………………………………………………………….
D. Perkembangan Ilmu Pengetahuan…………….………………………………………………..
E. Kemunduran Kerajaan Dinasti Fathimiyah…………………………………………………….

1 PENUTUP
1.2 Kesimpulan…………………………………………………………………………………………
1.3 Saran……………………………………………………………………………..…………..……..

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………….…

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembahasan mengenai Daulah Fatimiyah adalah pembahasan yang menarik, karena
kontroversi yang ditimbulkan oleh daulah ini cukup menggegerkan dunia Islam. Ada yang
mengatakan kerajaan ini memiliki sumbangsih besar mengenalkan umat Islam pada ilmu
pengetahuan, karena merekalah yang membangun Universitas al-Azhar. Di sisi lain, kerajaan
ini dikatakan sebagai kerajaan ekstrim yang intoleran, menindas muslim Sunni atau
Ahlussunnah wal Jamaah. Sejarah kerajaan yang dipenuhi dengan penindasan, penipuan, dan
penyimpangan dari ajaran Islam juga menjadi sisi lain yang perlu diangkat dan
diketengahkan.

Akidah Syiah Ismaailiyah

Sebelum membahas kekuatan politik Daulah Fatimiyah, terlebih dahulu kita membahas
ideologi kerajaan ini, karena inilah yang melandasi gerakan politiknya. Daulah Fatimiyah
adalah sebuah kerajaan yang berideologi Syiah, lebih tepatnya Syiah Ismailiyah. Syiah
Ismailiyah adalah sekte Syiah yang meyakini bahwa Ismail bin Ja’far adalah imam ketujuh,
adapun mayoritas Syiah (Syiah Itsna Asyriyah) meyakini bahwa Musah bin Ja’fa-lah imam
ketujuh setelah Ja’far ash-Shadiq. Perbedaan dalam permasalahan pokok ini kemudian
berkembang ke berbagai prinsip ajaran yang lain yang semakin membedakan ajaran Syiah
Ismailiyah dengan Syiah arus utama, Syiah Itsna Asyriyah, sehingga ajaran ini menjadi sekte
tersendiri.

Ismailiyah memiliki keyakinan yang menyimpang jauh dari ajaran dan akidah Islam.
Sebagaimana sekte Syiah lainnya, Syiah Ismailiyah juga meyakini bahwa para imam terjaga
dari perbuatan dosa, mereka adalah sosok yang sempurna, dan tidak ada celah sama sekali.
Para imam juga dianggap memiliki kemampuan-kemampuan rububiyah, pendek kata, para
imam merupakan perwujudan Tuhan di muka bumi. Tentu saja pandangan Ismailiyah ini
bertentanga dengan nilai-nilai tauhid yang diajarkan Islam. Mereka mengultuskan para imam
mereka sebagaimana Nasrani mengultuskan Nabi Isa ‘alaihissalam. Atas dasar ini, para
ulama menyimpulkan bahwa Syiah Ismailiyah bukanlah bagian dari Agama Islam. Dengan
demikian, otomatis Daulah Fatimiyah tidak dianggap sebagai kerajaan Islam dan
peninggalan-peninggalan mereka juga tidak dikategorikan sebagai warisan budaya Islam.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Munculnya Dinasti Fatimiyah


Setelah mengetahui dasar ideologi Syiah Ismailiyah, umat Islam menolak ajaran ini
dengan terang-terangan, akibatnya orang-orang yang berpegang pada ajaran ini
menyembunyikan keyakinan kufur mereka. Sepanjang tahun 800-an hingga awal 900-an M,
mereka menyebarkannya kepada orang-orang awam secara sembunyi-sembunyi. Strategi ini
mereka lancarkan mulai dari Maroko hingga ke India. Akhirnya pada tahun 909 M, mereka
mulai menetapkan berdakwah secara terang-terangan dan mulai berpengaruh di dunia Islam.

Pada tahun 909 M, di Tunisia, seseorang yang bernama Said bin Husein yang memiliki
laqob Ubaidullah al-Mahdi Billah memproklamirkan diri sebagai khalifah Daulah Fatimiyah.
Ubaidullah al-Mahdi menuntut kepada pengikut sekte Syiah Ismailiyah untuk menaatinya
karena dia mengklaim dirinya sebagai imam dalam sekte Syiah Ismailiyah yang memiliki
hubungan darah dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari jalur putri beliau
Fatimah binti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (dari sini terambil nama Fatimiyah).
Para ulama telah membantah klaim nasab Ubaidullah al-Mahdi ini, oleh karena itu mereka
menyebut Daulah ini dengan Daulah Ubaidiyah bukan Daulah Fatimiyah.

Untuk memperkuat kerajaan barunya, Ubaidullah al-Mahdi mengakomodir orang-orang


Barbar di Afrika Utara sebagai kekuatan militer. Ia berhasil mempengaruhi orang-orang
Barbar yang sudah kecewa dengan Dinasti Aghlabiyah di Afrika Utara dan menjanjikan
posisi yang baik dan balasan yang memuaskan apabila mereka bergabung dengan Daulah
Fatimiyah.

Usaha Ubaidullah al-Mahdi tidak sia-sia, orang-orang Barbar dengan berbagai sukunya
berhasil diajak bergabung dan membantunya menaklukkan Daulah Aghlabiyah. Di Kota
Raqqadah bekas istana Aghlabiyah pemerintahan Ubaidullah al-Mahdi dimulai. Dari sini
kekuasaanya mulai meluas dari Afrika Utara, Maroko, Aljazair, Tunisia, Libia, Sisilia, dan
Malta berhasil jatuh dan tunduk di bawah kekuasaannya. Keberhasilan Daulah Fatimiyah ini
tentu saja menjadi teror bagi mayoritas umat Islam, terlebih khusus kekhalifahan Abbasiyah
di Baghdad.

B. Fase Pendirian Dinasti Fathimiyah.

Dinasti fathimiyah berdiri pada tahun 297 H/910 M, dan berakhir pada 567 /1171 M,
yang pada awalnya hanya merupakan sebuah gerakan keagamaan yang berkedudukan di
Afrika Utara, dan kemudian berpindah ke Mesir. Dinasti ini dinisbatkan kepada Fatimah
Zahra putri Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sekaligus istri Ali bin Abi
Thalib Radhiyalahu ‘anhu. Dan juga dinasti ini mengklaim dirinya sebagai keturunan garis
lurus pasangan Ali bin Abi Thalib dengan Fatimah Zahra binti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Namun masalah nasab keturunan Fatimiyah ini masih dan terus menjadi perdebtan
antara para sejarawan. Dari dulu hingga sekarang belum ada kta kesepakatan antara para
sejarawan mengenai nasab keturunan ini, hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya:

Pertama, pergolakan politik dan madzhab yang sangat kuat sejak wafatnya Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kedua, ketidakberanian dan keengganan keturunan Fathimiyah ini untuk mengiklankan


nasab mereka, karena takut kepada penguasa, ditambah lagi penyembunyian nama-nama para
pemimpin mereka sejak Muhammad bin Ismail hingga Ubaidilah al Mahdi.

Dinasti Fathimiyah beraliran syi’ah Ismailiyah dan didirikan oleh Sa’id bin Husain al
Salamiyah yang bergelar Ubaidillah al Mahdi. Ubaidilah al Mahdi berpindah dari Suria ke
Afrika Utara karena propaganda Syi’ah di daerah ini mendapat sambutan baik, terutama dari
suku Barber Ketama. Dengan dukungan suku ini, Ubaidillah al Mahdi menumbangkan
gubernur Aglabiyah di Afrika, Rustamiyah Kharaji di Tahart, dan Idrisiyah Fez dijadikan
sebagai bawahan.

Daulah Fathimiyah memasuki era kejayaan Abu Tamin Ma’Abu Daud yang bergelar al-
Mu’iz (953-997). Al-Mu’iz berhasil menaklukkan Mesir dan memindahkan pemerintahan ke
Mesir. Pada masa ini rakyat erasakan kehidupan yang makmur dan sejahtera dengan
kebijakan-kebijakan untuk mensejahterakan rakyatnya. Indikatornya adalah banyaknya
bangunn baik seperti masjid, rumah sakit, penginapan, jalan utama yang dilengkapi lampu
dan pusat perbelanjaan. Pada masa ini pula berkembang berbagai jenis perusahaan dan
kerajinan seperti tenunan, perhiasan emas, ramuan dan obat-obatan.

Kesuksesan lainnya adalah dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan. Besarnya


minat masyarakat kepad ilmu pengetahuan terdapat dukungan penguasa dengan membangun
Dar al-Hikmah pada tahun 1005 M dan perguruaan tingi al-Azhar (yang sebelumny adalah
bangunan masjid), yang mengajarkan ilmu kedokteran, fiqh, Tauhid, al-Bayan, Bahasa Arab,
mantiq dan sebagainya.

C. Daulah Fatimiyah Menguasai Mesir


Sepajang kekuasaan Abu Mansyur Nizar al-Aziz (975-996), kerajaan Mesir senantiasa
dliputi kedamaian. Ia adalah khaifah fatimih yang kelima dan khaifah pertamayang yang
memulai peerintahan di Mesir. Dibawah kekusaannyalah dinasti Fahimiyah mencapai puncak
kejayaanya. Nama sang khalifah selalu disebutkan dalam khutbah-khutbah jum’at
disepanjang wilayah kekuasaan nya yang terbentang dari tlantik hingga di laut merah, juga di
masjid-masjid , Makkah, Damaskus, bahkan di Mosul. Kalau dihitung-hitung ,kekuasaannya
meliputi wilayah yang sangat luas.

Al-Aziz menghabiskan dua juta dinar untuk membangun istana yang dibangun
menyaingi istana Abbasiyah, musuhnya yang diharapkan akan dikuasai setelah Baghdad
berhasil ditakukkan. Seperti pendahulunya ia melirik wilayah Spanyol, tetapi khalifah
Kordova yang percaya diri itu ketika menerima surat pedas dari Raja Fathimiyah memberikn
balasan tegas dengan berkata, “Engkau meremehkn kami karena kau telah mendengar tentang
kami. Jika kami mendengar apa yang telah dan akan kau lakukan kami akan membalasnya”.

Bisa dikatakan bahwa diantara para Khalifah Fathimiyah khalifah Al-Aziz adalah
khalifah yang paling bijaksana dan paling murah hati. Dia hidup di kota Kairo yang mewah
dan cemerlang, dikelilingi beberapa masjid, istana, jembatan, serta memberikan toleransi
yang terbatas kepada umat kriste, sesuatu yang tidak pernah mereka rasakan sebelumnya.

Menurut Harun Nasution, dalam masa kejayaan ini tergores sejarah yang menunjukkan
kegemilangan Fathimiyah bahwa salah satu golongan sekte syi’ah yang bernama Qaramithah
(Carmatian) yang dibentuk oleh Hamdan Ibnu Qamat di akhir abad IX, menyerang Makkah
pada tahun 951 M dan merampas Hajar Aswad dengan mencurinya selama dua puluh tahun.
Hal ini disebabkan mereka meyakini bahwa hajar aswad adalah merupakan sumber takhayul.
Gerakan ini menentang pemerintahan pusat Ibnu Abbas, namun Hajar Aswad ini akhirnya
dikembalikan oleh Bani Fathimiyah setelah didesak oleh khalifah Al Mansur pada tahun 951
M.

D. Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Dinasti Fathimiyah memiliki perhatian besar terhadap ilmu pegetahuan. Fathimiyah


membangun masjid Al-Azhar yang akhirnya di dalamnya terdapat kegiatan-kegiataan
pengembangan ilmu pengetahuan sehingga berdirilah Universitas Al-Azhar yang nantinya
menjadi salah satu perguruan Islam tertua yang dibanggakan oleh bersama Sunni. Al Hakim
berhasil mendirikan Dzar al-Hikmah, perguruan Islam yang sejajar dengan lembaga
pendidikan Kardova dan Baghdad. Perpustakaan Daar al Ulum digabungkan dengan Daar al
ummah yang berisi berbagai buku ilmu pengetahuan.

Disamping itu kemajuan bangunan fisik sungguh luar biasa. Indikasi-indikasi kemajuan
tersebut dapat diketahui dari banyaknya bangunan-bangunan yang dibangun berupa masjid-
masjid , universitas, rumah sakit dan penginapan megah. Jalan-jalan utama dibangun dan
dilengkapi dengan lampu warna-warni, dalam bidang industri telah mencapai kemajuan besar
khususnya yang berkaitan dengan militer seperti alat-alat perang, kapal dan sebagainya.

E. Masa Kemunduran Kerajaan Fathimiyah

Gejala-gelaja yang menunjukkan kemunduran dinasti Fathimiyah telah terlibat di


penghujung masa pemerintahan Al-Aziz namun baru kelihatan wilayahnya pada masa
pemerintahan adalah Fahimiyah pada masa pemerintahan al-Adid 567H/1171 M.

Adapun faktor yang menyebabkan kemunduran dan runtuhnya daulah Fathimiyah dapat
diklarifikasikan kepada faktor internal dan eksternal.

1. Faktor Internal

Faktor Internal yang paling signifikan dalam menghantarkan kemunduran daulah


Fathimiyah adalah di karenakan lemahnya kekuasaan pemerintah. Menurut Ibrahim Hasan,
para khilafah tidak lagi memiliki semangat juang yang tinggi seperti yang ditunjukkan para
pendahulu mereka ketika mengalahkan tentara yang bermewah-mewah merupakan penyebab
utama hilangnya semangat untuk melakukan ekspansi.

Selain itu para khilafah kurang cakap dan memerintah sehingga roda pemerintahan tidak
berjalan secara efektif, ketidak efektifan ini dikarenakan khilafah yang diangkat banyak yang
masih berusia relatif muda sehingga kurang cakap dalam mengambil kebijakan. Tragisnya
mereka ibarat boneka ditangan para wazir karena peranan wajir dominan dalam mengatur
pemerintahan.

Fenomena ini muncul pasca wafatnya al-Aziz, setelah al-Aziz wafat ia digantikan
putranya bernama Abu Mansur al-Hakim yang pada pengangkatannya masih berusia 11
tahun. Kebijakan dalam Barjawan yang meskipun pada akhirnya dihukum al-Hakim karena
penyalahgunaan kekuasaan. Setelah al-Hakim wafat, ia digantikan puteranya bernama Abu
Hasyim Ali yng bergelar al-Zahir.
2. Faktor Eksternal

Adapun faktor eksternal yang menjadi penyebab runtuhnya daulah Fathimiyah adalah
menguatnya kekaussaan Nur al-Di al-Zanki di Mesir. Nur al-Zanki adalah gubernur syi’ah
yang masih berada di bawah kekuasaan Bani Abbasiyah. Popularitas al-Zanki menonjol pada
saat ia mampu mengalahkan pasukan salib atas permohonan khalifah al-Zahir yang tidak
mampu mengalahkan tentara salib.

Dikarenakan rasa cemburunya kepada Syirkuh yang memiliki pengaruh kuat di istana
dianggap sebagai saingan yang akan merebut kekuasaannya sebagai wazir, syawar melakukan
perlawanan. Agar mampu menguat kekuasaanya, Syawar meminta bantuan tentara Salabiyah
dan menawarkan janji seperti yang dilakukannya terhadap Nural-Din.

Tawaran ini diterima King Almeric selaku panglima perang salib dan melihatnya sebagai
suatu kesempatan unuk dapat menaklukkan Mesir. Pertempuran pun pecah di pelusium Dan
pasukan Syirkuh dapat mengalahkan pasukan salib. Syawar sendiri di tangkap dan dihukum
bunuh dengan memenggal kepalanya atas perintah khalifah Fathimiyah.

Dengan kemenangan ini, maka Syirkuh dinobatkan menjadi wazir dan pada tahun 565
H/1117 M. Setelah Syirkuh wafat, jabatan Din mengambil kekusaan sebagai khlifah setelah
al-Adid wafat. Dengan berkuasanya daulah Fathimiyah berakhir. Dan membentuk dinastu
Ayyubiyah serta merubah orientasinya dari paham syi’ah ke sunni.

Khalifah Fathimiyah berakhir pada tahun 567 H/ 1117 M. Untuk mengantipasi


perlawanan dari kalangan Fathimiyah, Salah al-Din membangun benteng bukit di Muqattam
dan dijadikan sebagai pusat wilayah kekuasan Daulah Fatimiyah di masa pemerintahan dan
militer. Yang kini bangunan benteng tersebut masih berdiri kokoh di kawasan Mishral qadim
(Mesir lama) yang terletak tidak jauh dari Universitas dan juga dekat dengan perumahan
Mahasiswa Asia di Qatamiyah.

Kemunduran daulah Fathimiyah dikarenakan tidak efektifnya kekusaan pemerintah


dikarenakan pra khilafah hanya sebgai raja boneka sebab roda pemerintah didominasi oleh
kebijakan para watir sementara khalifah hanya hidup menikmti kekuasaannya di dalam istana
yang megah.
BAB III
Penutup

Kesimpulan
Setelah mengetahui dasar ideologi Syiah Ismailiyah, umat Islam menolak ajaran ini
dengan terang-terangan, akibatnya orang-orang yang berpegang pada ajaran ini
menyembunyikan keyakinan kufur mereka. Sepanjang tahun 800-an hingga awal 900-an M,
mereka menyebarkannya kepada orang-orang awam secara sembunyi-sembunyi. Strategi ini
mereka lancarkan mulai dari Maroko hingga ke India. Akhirnya pada tahun 909 M, mereka
mulai menetapkan berdakwah secara terang-terangan dan mulai berpengaruh di dunia Islam.

Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah lagi ilmu pengetahuan kita tentang
Kerajaan Dinasti Fathimiyah yang sebelumnya tidak kita ketahui. Apabila terdapat kesalahan
dan kekurangan pada penulisan atau penyajian makalah ini, kami mengharapkan kritik dan
saran para pembaca yang bersifat membangun agar makalah ini lebih baik dan bermanfaat
lagi untuk kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

https://kisahmuslim.com/3951-mengenal-kerajaan-syiah-daulah-fatimiyah.html
(Ensiklopedia islam, Dinasti Bani Fathimiyah, Ichtiar Baru Van Hoeve Jakarta Jilid II Tahun
1996)

Anda mungkin juga menyukai