Anda di halaman 1dari 20

Basalioma

LAPORAN KASUS

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian/SMF Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Cut Meutia

Oleh :

Damar Kuncoro Jakti S.Ked


150611006

Preseptor :
dr. Mufrizal, Sp.B (K) Onk

BAGIAN/SMF ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA
ACEH UTARA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur yang tak terhingga penulis haturkan kepada Allah
SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang karena atas segala rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Basalioma“. Penyusunan laporan kasus ini sebagai salah satu tugas dalam
menjalani Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF Ilmu Bedah di Rumah
Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Mufrizal, Sp.B (K) Onk
selaku preseptor selama mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF
Ilmu Bedah atas waktu dan tenaga yang telah diluangkan untuk memberikan
bimbingan, saran, arahan, masukan, semangat, dan motivasi bagi penulis sehingga
laporan kasus ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran yang membangun untuk perbaikan
di masa yang akan datang. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Lhokseumawe, September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1
BAB 2 LAPORAN KASUS ..................................................................... 4
BAB 3 PEMBAHASAN ........................................................................... 44
BAB 4 KESIMPULAN ............................................................................ 47
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 48

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

Kanker kulit secara umum terbagi atas dua yaitu melanoma dan non
melanoma. Non melanoma sendiri terdiri atas karsinoma sel squamos, karsinoma
sel basal, dan karsinoma adneksa kulit. Kanker kulit yang paling umum
ditemukan adalah basal sel karsinoma. Walaupun demikian basal sel karsinoma
ini jarang menyebar ke seluruh tubuh, biasanya keganasan ini hanya akan
menyebabkan destruksi lokal apabila tidak ditangani dengan baik. Kanker kulit
adalah jenis kanker yang paling sering di US. Lebih dari 1 juta kanker kulit
didiagnosa setiap tahun.
1 dalam 5 orang Amerika diperkirakan akan menderita kanker kulit selama
hidupnya. Di Netherland tiap tahun terdapat kira-kira 500,000 penderita baru ini
berarti sekitar 1 tiap 1000 penduduknya. Distribusi kanker kulit nenurut jenisnya
menunjukkan bahwa : karsinoma sel basal ± 60 %, karsinoma sel squamosa ± 30
%, melanoma maligna 5 – 7 %, dan tumor sel Merkel 1 – 2 %, dari seluruh kanker
kulit yang ditemukan. 2,4,5,6,7,8
Kanker kulit merupakan tiga serangkai keganasan pada umumnya yang
ditemukan di Indonesia. Jaman sebelum penjajahan tumor ganas kulit lebih
banyak ditemukan pada rakyat atau petani (banyak trauma, tidak memakai sepatu
pada golongan pribumi). Setelah penjajahan (sesudah tahun 1945) ternyata tumor
ganas sudah berubah, tidak lagi di tungkai. Basal sel karsinoma ternyata banyak
ditemukan di sekitar mata. Kelompok umur ( 50-59 tahun) tetap merupakan
golongan terbanyak menanggung risiko tumor ganas kulit. Perbedaan antara pria
dan wanita tidak bermakna.2,4,5,6,7,8
Pada kanker kulit, interaksi antara gen dan lingkungan memegang faktor
penting. Pada tingkat molekuler, kanker kulit diperkirakan timbul oleh karena
perubahan genetik. Yang mana hal ini disebabkan kebanyakan oleh karsinogen,
seperti yang paling umum adalah paparan sinar matahari.

1
Basalioma atau yang dikenal juga sebagai karsinoma sel basal adalah
keganasan pada kulit yang paling sering ditemukan di seluruh dunia, meliputi
lebih dari 75% kanker kulit di Amerika Serikat. Berdasarkan beberapa penelitian,
orang-orang kulit putih yang lebih banyak menderita jenis kanker kulit ini.
Bahkan beberapa jenis tumor kulit didiagnosa pada lebih dari satu juta orang
pertahun di Amerika Serikat. Tumor kulit merupakan salah satu dari beberapa
jenis tumor pada manusia yang dapat diikuti secara dini karena dapat dilihat dan
diraba sejak permulaan. Pengawasan dan penemuan tumor kulit dapat dilakukan
lebih dini dan teliti apabila masyarakat juga ikut ditingkatkan
pengetahuannya.1,2,3,4,5

2
BAB 2
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas
Nama : Mr. MH
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. rekam medis : 12.70.20
Umur : 74 tahun
Alamat : Nibong
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Suku : Aceh
Pekerjaan : Tidak bekerja
Tanggal Masuk : 11 September 2019
Tanggal Pemeriksaan : 14 September 2019

2.2 Anamnesis
Keluhan Utama :Tahi lalat di atas bibir kiri yang nyeri dan makin membesar
Keluhan Tambahan : kepala pusing
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke IGD dibawa oleh keluarga dengan keluhan Tahi lalat di
atas bibir kiri yang nyeri dan makin membesar ± 5 hari sebelumnya. Nyeri pada
tahi lalat dirasakan semakin sakit apabila tertekan, tahi lalat dengan kesan tumor
imombile dan lunak serta nyeri ketika tertekan. Nyeri dirasakan pada sekitar
tumor.

Riwayat penyakit dahulu:


Acute Kidney Injury : (+)
dislipidemia : (+)

3
Diabetes militus type II : (+)
Right bundle branch block keempat : (+)
Hipertensi Stadium 1 : (+)
Alergi obat dan makanan : (-)

Riwayat penyakit keluarga:


Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit yang sama pada keluarga.

Riwayat penggunaan obat:


Pasien mendapatkan obat di RS Cut Meutia.

2.3 Pemeriksaan fisik


A. Status Present
a. Keadaan Umum
Kesan sakit : Sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis
b. Keadaan Sirkulasi
Tekanan darah : 140/80 mmHg Suhu : 37,3oC
Nadi : 110 x/menit
c. Keadaan Pernafasan
Frekuensi : 23x/menit
Corak Pernafasan : Vesikuler

4
6

B. Status Generalisata
Kepala Normosefali, tanpa tanda trauma
Konjungtiva anemis -/-
Mata Sklera ikterik -/-
Pupil bulat isokor, diameter 3 mm / 3 mm
Refleks cahaya langsung +/+,
reflex cahaya tidak langsung +/+
Visus OD/OS: tidak ada kelainan
Telinga Bentuk normal, tidak ada luka, perdarahan, ataupun cairan
Hidung Septum nasi tidak deviasi, tidak ada perdarahan aktif, sekret tidak
ada
Hidung- Massa (+), Imobile(+) Ukuran 1,27 cm Nyeri(+)
Mulut
Mulut Tidak ada ulkus, gigi-geligi baik, mukosa (+).
Thorax Dinding dada terlihat simetris kanan dan kiri,.
Jantung Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba di interkostal V linea midklavikula
sinistra
Perkusi : Batas jantung kanan pada linea parasternal interkostal
III dekstra, batas jantung kiri pada 2 cm medial dari linea
midklavikula interkosta V sinistra, batas atas jantung pada linea
parasternal interkosta III sinistra
Auskultasi : S1>S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris saat statis dan
dinamis
Palpasi : Vokal fremitus teraba sama di kedua lapang paru
Perkusi : Bunyi perkusi sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler +/+, ronchi -/-,
wheezing -/-

Abdomen Inspeksi : tidak tampak darm contour atau darm steifung.


Auskultasi : peristaltik normal
Palpasi : defense muscular (-), tidak ada nyeri tekan seluruh
lapang abdomen , tidak ada nyeri lepas seluruh lapang abdomen
(+),hepar tidak teraba, limpa tidak teraba.
7

Perkusi : tidak ada nyeri saat perkusi di seluruh lapang abdomen,


timpani di seluruh lapang abdomen, pekak hepar (-).

Extremitas Inspeksi : Edema (-), deformitas (-), akral hangat.


Superior

Extremitas Inspeksi : Edema (-), deformitas (-), akral hangat, benjolan(-),


Inferior bengkak(-)
Palpasi: massa (-)
Rectal Tonus Sfingter Ani: Ketat
Toucher Ampula: Kesan kolaps
Mukosa: Licin, tidak nyeri
Handscoon: Feces (+), lendir (-), darah (-)

2.4 Pemeriksaan penunjang


a. Pemeriksaan Laboratorium
13-8- Satuan Nilai
Pemeriksaan 28-8-2019 11-9-2019 12-8-2019
2019 Rujukan
Hb 15,1 g/dL 12-16
Eritrosit 5,25 Juta/mm3 3,8-5,8
Ribu/mm
Leukosit 9.55 3 4-11
Hematokrit 44,7 % 37-47
MCV 84,0 89,1 fL 76-99
MCH 28,8 30,6 Pg 27-32
MCHC 34,7 34,3 % 33-37
RDW-CV 12,2 13,1 % 11,5-14,5
285 Ribu/mm
Trombosit 269 3 150-450
Masa Menit
Perdarahan/B 2’ 1-3
T
Masa Menit
Pembekuan/ 8’15 9-15
CT
Glukosa mg/dL
Darah 208 110-200
Sewaktu
Glukosa 109 mg/dL
258 70-126
Darah Puasa
8

Ureum mg/dL 30-40


Kreatinin 1,84 mg/dL 0,6-1
Asam Urat mg/dL <6,8
Bilirubin mg/dL
0,1-1,2
Total
Bilirubin mg/dL
0,0-0,3
Direk
Protein Total g/dL 6-8,3
Albumin g/dL 3,2-5,2
Globulin g/dL 2,7-3,2
AST (SGOT) IU/L 15-37
ALT (SGPT) IU/L 10-40
Alkali IU/L
31-97
Phospat
Natrium 145 mmol/L 135-145
Kalium 4,2 mmol/L 3,5-5
Klorida 109 mmol/L 98-109
Kalsium 1,02 mg/dL 1,12-1,32
pH
PCO2 mmHg
PO2 mmHg
Base Excess mEq/L (-2)-(+3)
HCO3 mEq/L
Actual 22-26
(HCO3)
HCO3 mEq/L
Standar
(SBC)
Totla CO2 Mmol/L
Plasma
Saturasi O2 % 95-98
9

2.5 Diagnosa
a. Diagnosa Banding :
1. Tumor ar palatum
b. Diagnosa Kerja:
Basalioma ar palatum oris

2.6 Follow Up
Tanggal S O A P
11/9/19 Os KU : sakit sedang Basalioma ar Th/
mengeluhkan Kes: compos mentis palatum oris - IVFD RL
tahi lalat di VS: 1500cc/24j
atas bibir kiri (TD:130/90; - iv. Vicilin 1gr/12j
yang semakin HR:110x/I; RR:22x/I, -ivRanitidin
membesar, T: 37,3°C) 50mg/12j
yang sakit Status lokalis ar palato -iv.Ketorolac
oris: 30mg/8j
Inspeksi :tahi lalat
yang besar , muliple -Observasi K/U
nodule. -Amlodipin Tab
Palpasi :,nyeri tekan 1x5
seluruh massa(+), -Glimepiride tab
1x2
-Simvastatin tab 1x
10

12/9/19 Os KU : sakit sedang Basalioma ar Th/


mengeluhkan Kes: compos mentis palatum oris - IVFD RL
tahi lalat di VS: 1500cc/24j
atas bibir kiri (TD:140/90; - iv. Vicilin 1gr/12j
yang semakin HR:100x/I; RR:21x/I, -ivRanitidin
membesar, T: 37,0°C) 50mg/12j
yang sakit Status lokalis ar palato -iv.Ketorolac
oris: 30mg/8j
Inspeksi :tahi lalat
yang besar , muliple -Observasi K/U
nodule. -Amlodipin Tab
Palpasi :,nyeri tekan 1x5
seluruh massa(+), -Glimepiride tab
1x2
-Simvastatin tab 1x
10
10

13/9/19 Os mengeluh KU : sakit sedang Basalioma ar Th/


POD 1 Nyeri di atas Kes: compos mentis palatum oris - IVFD RL
bibir post VS: 1500cc/24j
operasi (TD:130/70; - iv. Vicilin 1gr/12j
HR:100x/I; RR:23x/I, -ivRanitidin
T: 37,1°C) 50mg/12j
Status lokalis ar palato -iv.Ketorolac
oris: 30mg/8j
Inspeksi :Perban post
operasi wide eksisi -Observasi K/U
Palpasi :,nyeri tekan -Amlodipin Tab
(+), 1x5
-Glimepiride tab
1x2
-Simvastatin tab 1x
10

14/9/19 Os mengeluh KU : sakit sedang Basalioma ar Th/


POD II Nyeri di atas Kes: compos mentis palatum oris - IVFD RL
bibir post VS: 1500cc/24j
operasi (TD:130/70; - iv. Vicilin 1gr/12j
HR:100x/I; RR:23x/I, -ivRanitidin
T: 37,1°C) 50mg/12j
Status lokalis ar palato -iv.Ketorolac
oris: 30mg/8j
Inspeksi :Perban post
operasi wide eksisi -Observasi K/U
Palpasi :,nyeri tekan -Amlodipin Tab
(+), 1x5
-Glimepiride tab
1x2
-Simvastatin tab 1x
10
- GV/H

2.7 Laporan Operasi


Diagnosa Pra Bedah : Basalioma ar palatum oris
Diagnosa Pasca Bedah : Basalioma ar palatum oris
Tindakan Operasi : Wide eksisi
Rekonstruksi upper lip and bilope hap
19
BAB 4
ANALISA KASUS

Anamnesis

Pasien pada laporan kasus ini datang dengan keluhan tahi lalat di atas bibir
kiri yang nyeri dan makin membesar. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan
bahwa nyeri abdomen merupakan gejala yang hampir selalu ada pada peritonitis.
Nyeri biasanya datang dengan onset yang tiba-tiba, hebat dan pada penderita
dengan perforasi nyerinya didapatkan pada seluruh bagian abdomen.10,22

Pasien juga mengeluhkan kembung, mual disertai muntah, dan beberapa


hari SMRS pasien demam. Studi literatur menyebutkan bahwa pada penderita
peritonitis juga sering didapatkan anoreksia, mual dan dapat diikuti dengan
muntah. Penderita biasanya juga mengeluh haus dan badan terasa seperti demam
yang hilang timbul. Meningkatnya suhu tubuh biasanya sekitar 38 OC sampai
40OC. 22

Berdasarkan anamnesis juga didapatkan keterangan bahwa pasien berusia


79 tahun, riwayat batuk lama (-), riwayat angkat beban berat (-). Hal ini dapat
dipikirkan bahawa pada usia lanjut fungsi orang tubuh mulai menurun, dimana
otot – otot mulai melemah dan mengendur sehingga peluangnya sangat besar untuk
terjadi hernia sebagai kemungkinan penyebab munculnya keluhan utama pasien.
Sesuai dengan teori yang dikemukakan bahwa salah satu penyebab peritonitis
adalah hernia yang rentan terjadi pada wanita usia lanjut dikarenakan fungsi organ
yang menurun, hernia yang mungkin terjadi adalah hernia strangulata, dimana
suplai darah untuk isi hernia terputus akhirnya terjadi oklusi vena dan limfe
sehingga menyebabkan jaringan mengalami iskemi dan nekrosis. Strangulasi yang
sering terjadi adalah usus, usus yang infark menjadi permeabel terhadap bakteri
dan rentan mengalami perforasi dan cairan lumen yang mengandung bakteri
keluar menuju rongga peritonial menyebabkan peritonitis.

44
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan abdomen didapatkan hasil yang bermakna berupa
distensi, defense muscular (+), nyeri tekan seluruh lapang abdomen (+), nyeri lepas
seluruh lapang abdomen (+), nyeri saat perkusi (+) di seluruh lapang abdomen, serta
pada auskultasi didapatkan bising usus menurun dan pemeriksaan ekstremitas teraba
benjolan di lipatan paha. Berikut penjelasan manifestasi klinis tersebut.

 Tanda paling nyata pada penderita dengan peritonitis adalah adanya


distensi dari abdomen. Akan tetapi, tidak adanya tanda distensi abdomen
tidak menyingkirkan diagnosis peritonitis, terutama jika penderita
diperiksa pada awal dari perjalanan penyakit, karena dalam 2-3 hari baru
terdapat tanda-tanda distensi abdomen. Hal ini terjadi akibat penumpukan
dari cairan eksudat tapi kebanyakan distensi abdomen terjadi akibat ileus
paralitik.22
 Penemuan yang paling penting adalah adanya nyeri tekan yang menetap
lebih dari satu titik. Pada stadium lanjut nyeri tekan akan menjadi lebih
luas dan biasanya didapatkan spasme otot abdomen secara involunter.
Orang yang cemas atau yang mudah dirangsang mungkin cukup gelisah,
tapi di kebanyakan kasus hal tersebut dapat dilakukan dengan
mengalihkan perhatiannya. Nyeri tekan lepas timbul akibat iritasi dari
peritoneum oleh suatu proses inflamasi. Proses ini dapat terlokalisir pada
apendisitis dengan perforasi local, atau dapat menjadi menyebar seperti
pada pankreatitis berat. Nyeri tekan lepas dapat hanya terlokalisir pada
daerah tersebut atau menjalar ke titik peradangan yang maksimal.22
 Pada peradangan di peritoneum parietalis, otot dinding perut melakukan
spasme secara involunter sebagai mekanisme pertahanan. Pada peritonitis,
reflek spasme otot menjadi sangat berat seperti papan (Defans
muskular).20,22
 Pada pemeriksaan palpasi ekstremitas ar femur teraba benjolan di lipatan
paha. Pada pemeriksaan zieman’s test pemeriksan meletakkan jari untuk
mengetahui hernia femoralis, jari kedua diletakkan diatas anulus inguinalis

45
internus, jari ketiga diletakkan pada anulus inguinalis eksternus dan jari ke
empat diletakkan pada fossa ovalis, pasien disuruh mengejan maka timbul
dorongan pada salah satu jari. Bila dorangan pada jari kedua berarti hernia
inguinalis lateralis, bila jari ketiga hernia inguinalis medialis, dan bila jari
keempat hernia femoralis.22
Hal ini sesuai dengan teori yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa
manifestasi klinis yang muncul pada pasien dengan peritonitis didapatkan pada pasien ini

46
45

.Pemeriksaan Penunjang

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis. Hal


ini sesuai dengan studi literatur yang menyebutkan bahwa secara umum
pemeriksaan penunjang untuk peritonitis meliputi pemeriksaan darah lengkap,
yang memiliki karakteristik berupa leukositosis.

Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya tanda-tanda peritonitis seperti


teori yang telah dikemukakan yaitu :

- Retensi dari gas dan fluid level di usus kecil dan usus besar.
- Tanda-tanda inhibisi, penurunan pergerakan usus.
- Perubahan pola mukosa, edema usus.
- Perkaburan dari “flank stripe,” retroperitoneal fat
- Pertanda retiuklasi pada lemak subkutan
- Terbatasnya pergerakan diafragma
- Perubahan sekunder pada paru dan pleura.2

Penatalaksanaan
Pada pasien ini dilakukan tindakan laparotomi eksplorasi. Sebelumnya
pasien diberikan obat-obatan pre operatif yang sudah sesuai dengan teori yang
dikemukakan pada bab sebelumnya. Lalu pada pasien ini diberikan terapi post
operatif berupa pemberian obat antibiotic spectrum luas, analgetik dan obat-
obatan simptomatis lainnya yang disertai dengan observasi ketat di ruang ICU.
Prinsip-prinsip penatalaksanaan peritonitis telah dilakukan pada pasien ini
diantaranya; resusitasi cairan untuk stabilisasi hemodinamik, pemberian antibiotic
untuk mengatasi infeksi serta tindakan operatif sebagai terapi definitive.
Pada pasien ini juga dilakukan tindakan loop ileostomi dan hernia repair
with mesh.
BAB 5
KESIMPULAN

Basalioma adalah suatu tumor ganas kulit (kanker) yang berasal dari
pertumbuhan neoplastik sel basal epidermis dan apendiks kulit Penyebabnya
belum pasti diketahui. Lebih dari 90% penyebab basalioma yaitu terpapar sinar
matahari atau penyinaran ultraviolet lainnya. Lokalisasi kanker kulit lebih banyak
terdapat di daerah kulit yang terbuka, terpapar sinar matahari misalnya kulit
muka. Tumor ini ditandai oleh nodul eritromatosa, halus dan seperti mutiara,
bagian tengah mengalami ulserasi dan perdarahan, meninggi dan memiliki
pembuluh telangiektatik pada permukannya.
Keputusan untuk melakukan tindakan bedah harus segera diambil karena
setiap keterlambatan akan menimbulkan penyakit yang berakibat meningkatkan
morbiditas dan mortalitas. Ketepatan diagnosis dan penanggulangannya
tergantung dari kemampuan melakukan analisis pada anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.1
Basalioma yang tidak diobati secara menyeluruh dapat timbul kembali,
semua pengobatan yang telah dilakukan harus terus-menerus dimonitor,
mengingat 20 % dari kekambuhan yang ada biasanya terjadi antara 6-10 tahun
pasca operasi.

47
DAFTAR PUSTAKA

1. Bisono, Halimun EM, Prasetyono TOH, Pieter J. 2005. Kulit . Dalam :


Sjamsuhidajat R, Jong W, Editors. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta.
EGC, h:319-34
2. Habif P Thomas. 2004. Benign Skin Tumors in Clinical Dermatology A
Colour Guide to Diagnosis and Therapy. Mosby the Curtis Centre.
Pennsylvania, pp: 384-479.
3. Rata IGA. 2002. Tumor Kulit . Dalam Djuanda A, Hamzah M, Aisah S,
Editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ke-3. Jakarta. Balai Penerbit
FKUI, hal:211-223
4. Schwartz SI et al. 1989. Principles of Surgery.5th ed. New York : Mc Graw-
Hill. pp 527-46
5. Abraham J et al. 2005. Skin Cancer In Bethesda Handbook of Clinical
Oncology,2nd Ed. Lippincott Williams & Wilkuns Publisher.
6. Brash DE, Bale AE. 2001. Molecular Biology of Skin Cancer. In : Devita VT,
Hellman S, Resenberg SA, Editors. Cancer : Principles and Practice of
Oncology, 6th ed. Lippincott Williams & Wilkuns Publisher.
7. Wasitaatmadja M. Syarif. 1999. Anatomi Kulit, dalam Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin, edisi ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta. hal : 3-8
8. Carr, et.al. 2003. Gene-expression profiling in human cutaneus melanoma,in
Oncogene. Diakses tanggal 10 Juli 2015
(http://www.nature.com/onc/journal/v22/n20/full/1206448a.html)
9. Chen H,Niedurhuber JE. 2004. Principles of Tumor Biology. In :Argenta LC
Editors. Basic Science for Surgeons. USA. Saunders. pp:613,624
10. Porth C,Gaspard KJ. 2003. Alterations in Skin Function and Integrity. In
Essentials of Pathopysiology. Lippincott Williams & Wilkuns Publisher Bk &
CD-Rom ed
11. Keyvan N. 2008. Basal Cell Carcinoma,In Squamous cell carcinoma of the
skin, Malignant Melanoma. In : Skin Cancer. Mc Graw Hill Medical, Miami
Florida, p:61-140

48
12. Bader, RS. 2011. Basal Cell Carcinoma. Diakses tanggal 10 Juli 2015
(http://www.emedicine.com)
13. Hidayat N,Asnawi. 2003. Karsinoma Sel Basal. Dalam Tumor dan Bedah
Kulit, Edisi Pertama. Editor Amiruddin Dali. Makassar . Unhas, hal 195-206
14. Rubin AI.et al. 2003. Basal Cell Carcinoma. Diakses tanggal 10 Juli 2015
(http://www.nejm.org)
15. Wong CSM. et al. 2005. Basal Cell Carcinoma. Diakses tanggal 10 Juli 2015.
http://www.bmj.com/cgi/content/full.
16. Santacroce L. 2005. Epitheliomas, Basal Cell. Diakses tanggal 10 Juli 2015
(http://www.emedicine.com/med/topic722.htm)
17. Ponten F,Lundeberg J. 2003. Principles of Tumor Biology and pathogenesis
of KSB and SCC. In : Horn TD et al,Editors. Dermatology. Philadelphia.
Elsevier Mosby. pp:1663-1670
18. Ramsey ML.9 May 2006. Basal Cell Carcinoma. Diakses tanggal 10 Juli
2015 (http://www.emedicine.com)
19. Hanjono D. 2003. Protokol pelaksanaan kanker kulit. In: Albar ZA,
Tjindarbumi D, Ramli M, etc, Editors. Protokol Peraboi. Bandung. Peraboi. p
: 74-97.
20. Soultar DS, Robertson AG. 2002. Skin cancer other than melanoma. In:
Souhami RL, Tannok I, Hohenberger P, Horiot JC, Editor. Oxford textbook of
oncology. 2nded. Oxford press.
21. Soon SL et al. 2005. Electrosurgery, Cryosurgery. In : Robinson JK, Hanke
CW. Sengelman RD, Siegel DM, Editors. Surgery of The Skin. Phildelphia.
Elsevierr Mosby, p:177-202

49

Anda mungkin juga menyukai