Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, hanya dengan rahmat dan hidayah-Nya-
lah penyusunan Laporan Pratikum POACE (Planning, Organizing, Actuating,
Controlling, and Evaluation) ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam penulis
sampaikan kepada suri tauladan kita nabi Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat dan pengikutnya yang setia. Penulisan laporan ini berjudul “Peduli
Pentingnya Pakai Masker (P3M)”.
Dalam penulisan laporan ini penulis di bimbing dan dibantu oleh berbagai
pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya terutama kepada ibu Harvina Sawitri, SKM, MKM selaku dosen
pembimbing pratikum.
Semoga dengan bantuan, bimbingan dan motivasi yang telah diberikan bernilai
ibadah dan mendapat balasan yang berlimpah dari Allah SWT, aamiin. Penulis
menyadari segala keterbatasan yang dimiliki. Jika ada kesalahan dalam penulisan
ini adalah tanggung jawab penulis. Akhir kata, penulisa berharap semoga laporan
ini memberikan manfaat bagi kita semua, aamiin ya rabbal alamin.
Penulis
1
DAFTAR ISI
REFERENSI .................................................................................................. 17
2
RANGKUMAN EKSEKUTIF PROGRAM
Peduli Pentingnya Pakai Masker (P3M) adalah suatu program yang kami
canangkan sebagai upaya preventif (pencegahan) dari berbagai penyakit yang
ditularkan melalui inhalasi (udara) ataupun droplet, diantaranya penyakit difteri
yang sekarang lagi mewabah, penyakit TB dan juga penyakit karena lingkungan
kerja. Selain itu masker juga berperan dalam Alat Pelindung Diri (APD) dalam
beberapa pekerjaan tertentu. Tak hanya itu masker juga mengindari dari beberapa
polusi yang ada di lingkungan luar yang berbahaya jika terhirup terus menerus.
Kegiatan pada program ini akan dilakukan pada minggu pertama dengan
memberikan penyuluhan ataupun pemberian materi kepada masyarakat Ulee Pulo,
Dewantara terutama yang beresiko yaitu pekerja pembakar batu bata. Setelah
pemberian materi, setiap keluarga akan diberikan 1 kotak masker. Kemudian tiap
bulannya akan di monitoring dan dievaluasi oleh dinas kesehatan, dan juga akan di
evaluasi dengan melihat adanya perubahan perilaku masyarakat. Bentuk
perubahannya dapat dilihat dari adanya kepedulian terhadap masker dan
menggunakannya terutama saat beraktifitas di luar rumah, selain itu angka keluhan
pernapasan menurun di puskesmas daerah setempat juga dapat menjadi penilaian
bahwa program dijalankan dengan baik.
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Selain difteri penyakit lain yang sedang mewabah ada TB yang merupakan
salah satu penyakit dengan angka prevalensi tinggi. Berdasarkan data WHO tahun
2012 memperkirakan sekitar 8,7 juta orang terjangkit TB paru dan 1,4 juta orang
meninggal dunia. Setiap detik ada 1 orang yang terinfeksi tuberkulosis di dunia ini
dan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis. Global
4
Tuberculosis Report tahun 2015 menunjukkan bahwa jumlah terbesar kasus TB
terjadi di Asia Tenggara yaitu 58% dari total 9,6 juta kasis TB di dunia tahun 2014
(WHO, 2015).
Indonesia berada pada peringkat keempat dunia terbanyak penderita TB
setelah India, China, dan Afrika Selatan. Angka prevalensi rata-rata nasional
tuberkulosis paru adalah 0,107%, sehingga bila dihitung secara kasar, pada setiap
100.000 penduduk Indonesia terdapat 107 penderita tuberkulosis paru dengan Basil
Tahan Asam (BTA) positif. Hal ini menunjukkan masih tingginya angka kesakitan
tuberkulosis paru di Indonesia (Kemenkes RI, 2012).
Data Profil Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2012
menyatakan bahwa kasus baru (insidensi) TB paru BTA positif berjumlah 96 per
100.000 penduduk. Jumlah kematian akibat TB paru BTA positif berjumlah 1,6 per
100.000 penduduk. Sebanyak 478 penduduk merupakan jumlah kasus baru TB paru
di Aceh Utara. Jumlah kasus dan angka penemuan kasus TB paru BTA positif di
Aceh Utara cukup tinggi, yaitu berjumlah 388 penduduk. Tuberkulosis paru berada
di posisi 9 dari daftar penyakit untuk rawat jalan dan posisi 5 untuk rawat inap di
Rumah Sakit Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2012 (Dinkes Aceh,
2012).
Penyakit infeksi lainnya yang dapat menular melalui inhalasi adalah Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Berdasarkan data WHO tahun 2005 menyatakan
bahwa proporsi kematian balita karena saluran pernafasan di dunia adalah 19-26%.
Pada tahun 2007 diperkirakan terdapat 1,8 juta kematian akibat pneumonia atau
sekitar 20% dari total 9 juta kematian pada anak (Depkes, 2007). Menurut WHO
memperkirakan insidensi ISPA di negara berkembang 0,29% (151 juta jiwa) dan
negara industri 0,05% (5 juta Jiwa) (Prabowo dan Sony, 2012). Secara global,
tingkat kematian balita mengalami penurunan sebesar 41% dari tingkat estimasi 87
kematian per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1990 menjadi 51 kematian per 1000
kelahiran hidup pada tahun 2011. ISPA menempati urutan pertama penyakit yang
diderita pada kelompok bayi dan balita di Indonesia (WHO, 2012).
Menurut data Riskesdas tahun 2013, Period Prevalence ISPA tertinggi di lima
provinsi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%),
Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur (28,3%). Pada Riskesdas 2007,
5
Nusa Tenggara Timur juga merupakan provinsi tertinggi dengan ISPA. Period
prevalence ISPA Indonesia menurut Riskesdas 2013 (25,0%) tidak jauh berbeda
dengan 2007 (25,5%) (Depkes RI, 2007).
6
mengandung gas dan partikel kimia yang memiliki dampak buruk bagi kesehatan.
Zat-zat tersebut seperti sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO),
formaldehid, akrelein, benzen nitrogen oksida (Nox) dan ozon (O) yang dapat
mengganggu sistem pernafasan (Hariyono dan Irawan, 2015).
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan alat yang digunakan untuk melindungi
pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya
(hazard) ditempat kerja baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik,
mekanik dan lain-lain. APD merupakan salah satu bentuk upaya dalam
menanggulangi resiko akibat kerja, terutama pada lingkungan kerja yang memiliki
potensi bahaya bagi kesehatan dan keselamatan kerja seperti pada industri batu
bata, atau industri-industri lainnya, pekerjaan yang dilakukan termasuk kategori
high risk dan diwajibkan menggunakan APD (Tawaka, 2012)
7
1.3.1 Tujuan Umum
8
BAB 2
PROGRAM PEDULI PENTINGNYA PAKAI MASKER
Peduli Pentingnya
Pakai Masker
Adapun nama atau judul program dan tema program kami adalah:
9
2.1.3 Kepesertaan
Adapun kepesertaan pada program ini yang rencananya akan dilaksakan adalah:
2.1.4 Penyelenggara
10
menurunnya warga yang berobat dengan
keluhan saluran pernapasan atas
Sasaran dan target dari program ini adalah pembakar batu bata beserta warga
Desa Ulee Pulo, Dewantara, Aceh Utara. Daerah tersebut memiliki tempat-tempat
pembakaran batu bata yang terletak diantara rumah-rumah penduduk. Jarak rumah
penduduk yang dekat dengan tempat pembakaran batu bata menjadikan lingkungan
rumah menjadi tidak sehat. Hal ini akibat polusi udara hasil pembakaran batu bata
yang tersebar ke lingkungan perumahan warga. Maka dari itu, desa Ulee Pulo,
Dewantara, Aceh Utara merupakan sasaran dan target yang tepat untuk program
peduli pentingnya pakai masker.
11
Output dan indikator keberhasilan program ini adalah adanya pembakar
batu bata dan warga desa Ulee Pulo, Dewantara, Aceh Utara yang memakai masker
saat bekerja dan beraktivitas di luar rumah.
12
Gambar 3. Hasil pembuatan batu bata di daerah Ulee Pulo Kecamatan Dewantara
13
2.3 Monitoring dan Evaluasi Program
Setelah Promosi Kesehatan dan pembagian masker, maka program ini perlu
dimonitoring dan dievaluasi untuk mengetahui sampai sejauh mana tujuannya telah
tercapai. Untuk itu, setiap bulan akan dilakukan monitoring dan evaluasi oleh
panitia pelaksana yaitu dinas kesehatan daerah setempat. Panita pelaksana akan
melakukan survei di desa Ulee Pulo mengenai kebiasaan warga memakai masker.
Survei didapatkan dari hasil melihat langsung perilaku masyarakat dan menilai
angka keluhan pernapasan yang datang ke puskesmas berkurang setiap bulannya di
desa Ulee Pulo. Jika tujuan program belum tercapai, maka akan dievaluasi dan
dilakukan perbaikan program.
14
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
1. Agar program ini benar-benar dilaksanakan dengan baik dan didukung oleh
semua pihak supaya tujuan dan penerapan Program Peduli Makai Masker
(P3M) dapat tercapai dengan maksimal.
15
penyusunan perencanaan dan pencapaian tujuannya. Serta perlu adanya
pemahaman yang mendalam mengenai hal penentuan masalah yang
kemudian akan menjadi inti dari program ini.
16
REFERENSI
Kemenkes RI, 2012. Modul Pelatihan pemeriksaan Dahak Mikroskopis TB. Jakarta
Dinkes Aceh, 2012. Profil Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam 2012.
Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, Aceh.
Sariana, P., 2017. Hubungan kondisi lingkungan rumah dengan kejadian ISPA
pada balita di puskesmas Remu Kota Sorong. Global Health Science, vol 2 (1).
Hariyono, K., Irawan, B., 2015. Sisstem pusat pengaduan dan pelaporan bencana
asap untuk cepat dan tanggap bencana. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Fahmi, T. 2012. Hubungan Masa Kerja dan Penggunaan APD dengan Kapasitas
Fungsi Paru Pada Pekerja Tekstil Bagian Ring Frame Spinning I di Pt.X Kabupaten
Pekalongan. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012.
(online). http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm. Diakses tanggal 17 februari
2016
17
Irga. 2007. Penyakit Paru Akibat Gangguan Kerja
http://irwanashari.blogspot.com/2009/03/penyakit-paru-akibat-gangguankerja.
html [6 April 2009].
Depkes RI, 2007. Profil Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan tahun
2006. Jakarta.
Probowo dan Sony, 2012. Penyakit yang Paling Umum pada Anak, Majalah
Kesehatan, (Online) http://majalahkesehatan.com/penyakit-yang-paling-umum-
pada-anak-bag-1/ Diakses 14 Januari 2018.
18