Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, hanya dengan rahmat dan hidayah-Nya-
lah penyusunan Laporan Pratikum POACE (Planning, Organizing, Actuating,
Controlling, and Evaluation) ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam penulis
sampaikan kepada suri tauladan kita nabi Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat dan pengikutnya yang setia. Penulisan laporan ini berjudul “Peduli
Pentingnya Pakai Masker (P3M)”.
Dalam penulisan laporan ini penulis di bimbing dan dibantu oleh berbagai
pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya terutama kepada ibu Harvina Sawitri, SKM, MKM selaku dosen
pembimbing pratikum.
Semoga dengan bantuan, bimbingan dan motivasi yang telah diberikan bernilai
ibadah dan mendapat balasan yang berlimpah dari Allah SWT, aamiin. Penulis
menyadari segala keterbatasan yang dimiliki. Jika ada kesalahan dalam penulisan
ini adalah tanggung jawab penulis. Akhir kata, penulisa berharap semoga laporan
ini memberikan manfaat bagi kita semua, aamiin ya rabbal alamin.

Lhokseumawe, 19 Januari 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. 1


DAFTAR ISI .................................................................................................. 2
RANGKUMAN EKSEKUTIF PROGRAM .............................................. 3
BAB 1. PENDAHULUAN ........ .................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 7
1.3.1 Tujuan umum .................................................................... 7
1.3.2 Tujuan khusus ................................................................... 8

BAB 2. PROGRAM PEDULI PENTINGNYA PAKAI MASKER ........... 9


2.1 Gambaran Program .................................................................... 9
2.1.1 Nama dan tema program .................................................... 9
2.1.2 Bentuk program.................................................................. 9
2.1.3 Kepesertaan ........................................................................ 10
2.1.4 Penyelenggara .................................................................... 10
2.1.5 Jadwal dan lokasi dilaksanakan program ........................... 10
2.1.6 Struktur kepanitian ............................................................. 11
2.2 Sasaran, Target, Output dan Keberhasilan Program .................. 11
2.3 Monitoring dan Evaluasi Program .............................................. 14

BAB 3. PENUTUP... ...................................................................................... 15


3.1 Kesimpulan ................................................................................. 15
3.2 Saran .... ...................................................................................... 15

REFERENSI .................................................................................................. 17

2
RANGKUMAN EKSEKUTIF PROGRAM

Peduli Pentingnya Pakai Masker (P3M) adalah suatu program yang kami
canangkan sebagai upaya preventif (pencegahan) dari berbagai penyakit yang
ditularkan melalui inhalasi (udara) ataupun droplet, diantaranya penyakit difteri
yang sekarang lagi mewabah, penyakit TB dan juga penyakit karena lingkungan
kerja. Selain itu masker juga berperan dalam Alat Pelindung Diri (APD) dalam
beberapa pekerjaan tertentu. Tak hanya itu masker juga mengindari dari beberapa
polusi yang ada di lingkungan luar yang berbahaya jika terhirup terus menerus.
Kegiatan pada program ini akan dilakukan pada minggu pertama dengan
memberikan penyuluhan ataupun pemberian materi kepada masyarakat Ulee Pulo,
Dewantara terutama yang beresiko yaitu pekerja pembakar batu bata. Setelah
pemberian materi, setiap keluarga akan diberikan 1 kotak masker. Kemudian tiap
bulannya akan di monitoring dan dievaluasi oleh dinas kesehatan, dan juga akan di
evaluasi dengan melihat adanya perubahan perilaku masyarakat. Bentuk
perubahannya dapat dilihat dari adanya kepedulian terhadap masker dan
menggunakannya terutama saat beraktifitas di luar rumah, selain itu angka keluhan
pernapasan menurun di puskesmas daerah setempat juga dapat menjadi penilaian
bahwa program dijalankan dengan baik.

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit menular masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di
Indonesia dan masih sering timbul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) yang
menyebabkan kematian penderitanya. Departemen Kesehatan RI telah menyusun
prioritas sasaran penanggulangan penyakit menular pada Rencana Program Jangka
Menengah (RPJM) tahun 2005-2025. Penyakit yang menjadi prioritas tersebut
adalah tuberkulosis paru, Infeksi Saluran Pernafan Akut (ISPA) atau pneumonia,
difteri dan penyakit lain yang dapat dicegah dengan imunisasi (Bappenas, 2005).

Di Indonesia difteri merupakan masalah kesehatan berbasis lingkungan yang


tersebar di seluruh dunia. Kasus penyakit difteri saat ini masih menjadi KLB dan
menyebabkan kematian. Jumlah kejadian difteri berdasarkan data World Health
Organization (WHO) pada tahun 2013 tercatat sebanyak 4.680 kasus yang tersebar
luas dan sebagian besar terkonsentrasi di benua Asia, diantaranya India (3.313
kasus), Indonesia (775 kasus), Iran (190 kasus), Pakistan (183 kasus), dan Nepal
(103 kasus). Indonesia menempati urutan tertinggi kedua Negara dengan kasus
difteri sebanyak 775 kasus dan sampai dengan Oktober 2014 kasus difteri di
Indonesia sejumlah 365 kasus (WHO, 2014). Menurut data Kementerian Kesehatan
menunjukkan bahwa sampai dengan November 2017, ada 95 Kabupaten/Kota dari
20 provinsi melaporkan kasus difteri. Sedangkan pada kurun waktu Oktober-
November 2017 ada 11 provinsi yang melaporkan terjadinya KLB difteri di wilayah
Kabupaten/Kota, yaitu Sumatera Barat, Jawa Tengah, Aceh, Sumatera Selatan,
Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Riau, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat dan
Jawa Timur (Kemenkes, 2017).

Selain difteri penyakit lain yang sedang mewabah ada TB yang merupakan
salah satu penyakit dengan angka prevalensi tinggi. Berdasarkan data WHO tahun
2012 memperkirakan sekitar 8,7 juta orang terjangkit TB paru dan 1,4 juta orang
meninggal dunia. Setiap detik ada 1 orang yang terinfeksi tuberkulosis di dunia ini
dan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis. Global

4
Tuberculosis Report tahun 2015 menunjukkan bahwa jumlah terbesar kasus TB
terjadi di Asia Tenggara yaitu 58% dari total 9,6 juta kasis TB di dunia tahun 2014
(WHO, 2015).
Indonesia berada pada peringkat keempat dunia terbanyak penderita TB
setelah India, China, dan Afrika Selatan. Angka prevalensi rata-rata nasional
tuberkulosis paru adalah 0,107%, sehingga bila dihitung secara kasar, pada setiap
100.000 penduduk Indonesia terdapat 107 penderita tuberkulosis paru dengan Basil
Tahan Asam (BTA) positif. Hal ini menunjukkan masih tingginya angka kesakitan
tuberkulosis paru di Indonesia (Kemenkes RI, 2012).
Data Profil Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2012
menyatakan bahwa kasus baru (insidensi) TB paru BTA positif berjumlah 96 per
100.000 penduduk. Jumlah kematian akibat TB paru BTA positif berjumlah 1,6 per
100.000 penduduk. Sebanyak 478 penduduk merupakan jumlah kasus baru TB paru
di Aceh Utara. Jumlah kasus dan angka penemuan kasus TB paru BTA positif di
Aceh Utara cukup tinggi, yaitu berjumlah 388 penduduk. Tuberkulosis paru berada
di posisi 9 dari daftar penyakit untuk rawat jalan dan posisi 5 untuk rawat inap di
Rumah Sakit Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2012 (Dinkes Aceh,
2012).
Penyakit infeksi lainnya yang dapat menular melalui inhalasi adalah Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Berdasarkan data WHO tahun 2005 menyatakan
bahwa proporsi kematian balita karena saluran pernafasan di dunia adalah 19-26%.
Pada tahun 2007 diperkirakan terdapat 1,8 juta kematian akibat pneumonia atau
sekitar 20% dari total 9 juta kematian pada anak (Depkes, 2007). Menurut WHO
memperkirakan insidensi ISPA di negara berkembang 0,29% (151 juta jiwa) dan
negara industri 0,05% (5 juta Jiwa) (Prabowo dan Sony, 2012). Secara global,
tingkat kematian balita mengalami penurunan sebesar 41% dari tingkat estimasi 87
kematian per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1990 menjadi 51 kematian per 1000
kelahiran hidup pada tahun 2011. ISPA menempati urutan pertama penyakit yang
diderita pada kelompok bayi dan balita di Indonesia (WHO, 2012).

Menurut data Riskesdas tahun 2013, Period Prevalence ISPA tertinggi di lima
provinsi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%),
Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur (28,3%). Pada Riskesdas 2007,

5
Nusa Tenggara Timur juga merupakan provinsi tertinggi dengan ISPA. Period
prevalence ISPA Indonesia menurut Riskesdas 2013 (25,0%) tidak jauh berbeda
dengan 2007 (25,5%) (Depkes RI, 2007).

Badan dunia International Labour Organization (ILO) mengemukakan


penyebab kematian yang berhubungan dengan pekerjaan sebesar 34% adalah
penyakit kanker, 25% kecelakaan, 21% penyakit saluran pernapasan, 15% penyakit
kardiovaskuler, dan 5% disebabkan oleh faktor yang lain. Penyakit saluran
pernapasan akibat kerja, sesuai dengan hasil riset The Surveillance of Work Related
and Occupational Respiratory Disease (SWORD) yang dilakukan di Inggris
ditemukan 3300 kasus baru penyakit paru yang berhubungan dengan pekerjaan
(Fahmi, 2012). Penyakit atau gangguan paru akibat kerja yang disebabkan oleh
debu di Indonesia diperkirakan cukup banyak. Hasil pemeriksaan kapasitas paru
yang dilakukan di Balai HIPERKES dan Keselamatan Kerja Sulawesi Selatan pada
tahun 1999 terhadap 200 tenaga kerja di 8 perusahaan, diperoleh hasil sebesar 45%
responden yang mengalami restriktif (penyempitan paru), 1% responden yang
mengalami obstruktif (penyumbatan paru), dan 1% responden mangalami
kombinasi (gabungan antara restriktif dan obstruktif) (Irga, 2007).
Debu yang terhirup oleh tenaga kerja dapat menimbulkan kelainan fungsi atau
kapasitas paru. Kelainan tersebut terjadi akibat rusaknya jaringan paru yang dapat
berpengaruh terhadap produktivitas dan kualitas kerja. Debu campuran
menyebabkan penyakit paru pada tenaga kerja yang disebut dengan penyakit paru
akibat kerja oleh karena disebabkan oleh pekerjaan atau faktor lingkungan kerja.
Penyakit demikian sering disebut juga penyakit buatan manusia, oleh karena
timbulnya disebabkan oleh adanya pekerjaan. Dalam kondisi tertentu, debu
merupakan bahaya yang dapat menyebabkan pengurangan kenyamanan kerja,
gangguan penglihatan, gangguan fungsi faal paru bahkan dapat menimbulkan
keracunan umum (Depkes RI, 2003).
Gangguan saluran pernafasan selain disebakan oleh infeksi kuman juga
disebabkan oleh pencemaran udara yang terdapat di lingkungan rumah seperti
pengguna bahan bakar biomassa untuk memasak maupun memanaskan ruangan,
asap rokok, pengguna insektisida semprot maupun bakar dan penggunaan bahan
bangunan sintesis seperti cat dan asbes (Sariana, 2017). Asap pembakaran

6
mengandung gas dan partikel kimia yang memiliki dampak buruk bagi kesehatan.
Zat-zat tersebut seperti sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO),
formaldehid, akrelein, benzen nitrogen oksida (Nox) dan ozon (O) yang dapat
mengganggu sistem pernafasan (Hariyono dan Irawan, 2015).
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan alat yang digunakan untuk melindungi
pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya
(hazard) ditempat kerja baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik,
mekanik dan lain-lain. APD merupakan salah satu bentuk upaya dalam
menanggulangi resiko akibat kerja, terutama pada lingkungan kerja yang memiliki
potensi bahaya bagi kesehatan dan keselamatan kerja seperti pada industri batu
bata, atau industri-industri lainnya, pekerjaan yang dilakukan termasuk kategori
high risk dan diwajibkan menggunakan APD (Tawaka, 2012)

Mayoritas penduduk di Desa Ulee Pulo Kecamatan Dewantara Kabupaten


Aceh Utara didomisili oleh pekerja batu bata. Maka dari itu program ini sangat
cocok untuk diterapkan untuk daerah ini sebagai langkah awal dalam daerah peduli
terhadap pemakaian masker.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dipecahkan melalui program ini pada dasar nya
tidak lepas dari ruang lingkup permasalahan di atas, yaitu:

1. Bagaimana cara memberikan penyuluhan akan penting nya pemakaian


masker pada warga Desa Ulee Puloh Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh
Utara?
2. Bagaimana cara meningkatkan pemahaman dan motivasi akan pentingnya
pemakaian masker pada warga Desa Ulee Puloh Kecamatan Dewantara
Kabupaten Aceh Utara?

1.3 Tujuan Program


Adapun tujuan dari program yang akan kami rencanakan terbagi menjadi dua
yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

7
1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari program yang kami rencanakan yaitu


Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pemakaian masker
ketika sedang berada di lingkungan luar sehingga dapat mencegah terjadinya
beberapa penyakit yang dapat menular melalui droplet atau inhalasi.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari program yang kami rencanakan yaitu:

1. Meningkatkan kesadaran masyarakat daerah Ulee Pulo dewantara akan


pentingnya pemakaian masker sebagai salah satu upaya pencegahan dari
beberapa penyakit yang dapat menular melalui droplet atau inhalasi.

2. Membiasakan masyarakat daerah Ulee Pulo Dewantara akan peduli pakai


masker setiap kali berada di lingkungan luar.

3. Membiasakan para pekerja pembakar batu bata untuk selalu menggunakan


masker sebagai alat pelindung diri (APD) setiap kali bekerja di tempat
kerjanya.

8
BAB 2
PROGRAM PEDULI PENTINGNYA PAKAI MASKER

2.1 Gambaran Program

Peduli Pentingnya
Pakai Masker

Gambar 1. Program Peduli Pentingnya Pakai Masker (P3M)

2.1.1 Nama dan Tema Program

Adapun nama atau judul program dan tema program kami adalah:

Nama Program : Peduli Pentingnya Pakai Masker (P3M)

Tema Program : “Cegah Penyakit Menular Melalui Inhalasi”

2.1.2 Bentuk Program

Adapun bentuk program yang rencananya akan dilaksakan berupa:

1. Penyuluhan tentang pencegahan penyakit menular melalui inhalasi serta


pentingnya pemakaian masker sebagai salah satu pencegahan penyakit
menular melalui inhalasi
2. Penyuluhan tentang pentingnya alat pelindung diri saat bekerja
3. Pembagian masker secara gratis kepada keluarga daerah beresiko tertular
penyakit melalui inhalasi
4. Survei rutin ke daerah langsung dan puskesmas setempat

9
2.1.3 Kepesertaan

Adapun kepesertaan pada program ini yang rencananya akan dilaksakan adalah:

1. Untuk penyuluhan diharapkan yang dapat menghadiri adalah kepala


keluarga dan para pekerja batu bara yang ada di Gampong Ulee Pulo,
Dewantara, Aceh Utara yang merupakan kelompok beresiko.
2. Pembagian masker untuk setiap keluarga per/KK yang ada di gampong
tersebut. Kemudian diharapkan dapat dipakai kepada seluruh anggota
keluarga.

2.1.4 Penyelenggara

Adapun penyelenggara program ini yang rencananya akan dilaksakan oleh


beberapa pihak terkait:

1. Dinas kesehatan sebagai instansi yang mempunyai wewenang dalam hal


kesehatan masyarakat, pemberi dukungan dan dana.
2. Tenaga kesehatan yang ada pada puskesmas daerah tersebut sebagai
penyelenggara program penyuluhan, memonitoring perilaku warga dan
pemberian masker kepada setiap keluarga daerah tersebut.

2.1.5 Jadwal dan Lokasi Dilaksanakannya Program

Adapun jadwal dilaksanakannya program ini direncankan dengan urutan jadwal


sebagai berikut:

Kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan oleh


tenaga kesehatan setempat serta pembagian
Minggu pertama
masker perkotak kepada setiap keluarga
daerah tersebut.

Monitoring perilaku masyarakat tentang


Minggu pertama- ketiga
penggunaan masker pada aktifitas diluar serta

10
menurunnya warga yang berobat dengan
keluhan saluran pernapasan atas

Dinas kesehatan survei langsung melihat hasil


Akhir minggu keempat
yang ditemui dilapangan secara langsung.

Adapun lokasi dilaksanakannya program ini direncankan pada:

Lokasi Penyuluhan : Di Balai Desa

2.1.6 Struktur Kepanitian

Adapun susunan kepanitian program ini adalah:

 Penanggung Jawab : Dinas kesehatan


 Sumber pendanaan : Dinas kesehatan
 Ketua pelaksanaan : Kepala puskesmas
 Tim Pelaksana Program : Tenaga kesehatan dari puskesmas
: Tim survei dari dinas kesehatan
: Tokoh masyarakat sebagai pendukung
: Masyarakat untuk saling mendukung
 Pembicara penyuluhan : Dokter spesialis paru

2.2 Sasaran, Target, Output dan Indikator Keberhasilan Program

Sasaran dan target dari program ini adalah pembakar batu bata beserta warga
Desa Ulee Pulo, Dewantara, Aceh Utara. Daerah tersebut memiliki tempat-tempat
pembakaran batu bata yang terletak diantara rumah-rumah penduduk. Jarak rumah
penduduk yang dekat dengan tempat pembakaran batu bata menjadikan lingkungan
rumah menjadi tidak sehat. Hal ini akibat polusi udara hasil pembakaran batu bata
yang tersebar ke lingkungan perumahan warga. Maka dari itu, desa Ulee Pulo,
Dewantara, Aceh Utara merupakan sasaran dan target yang tepat untuk program
peduli pentingnya pakai masker.

11
Output dan indikator keberhasilan program ini adalah adanya pembakar
batu bata dan warga desa Ulee Pulo, Dewantara, Aceh Utara yang memakai masker
saat bekerja dan beraktivitas di luar rumah.

Tabel 2.1 Sasaran, Target, Output, Indikator Keberhasilan


Sasaran Seluruh Warga Desa Ulee Pulo, Dewantara, Aceh
Utara

Target Pekerja pembakar batu bata

Output Pemakaian masker oleh pembakar batu bata saat


bekerja dan warga saat beraktivitas di luar rumah

Indikator Pemakaian masker oleh pembakar batu bata saat


keberhasilan bekerja dan warga saat beraktivitas di luar rumah

Gambar 2. Tempat pembakaran batu bata di daerah Ulee Pulo Kecamatan


Dewantara

12
Gambar 3. Hasil pembuatan batu bata di daerah Ulee Pulo Kecamatan Dewantara

Gambar 4. Pembagian masker pada pekerja pembakar batu bata

13
2.3 Monitoring dan Evaluasi Program

Setelah Promosi Kesehatan dan pembagian masker, maka program ini perlu
dimonitoring dan dievaluasi untuk mengetahui sampai sejauh mana tujuannya telah
tercapai. Untuk itu, setiap bulan akan dilakukan monitoring dan evaluasi oleh
panitia pelaksana yaitu dinas kesehatan daerah setempat. Panita pelaksana akan
melakukan survei di desa Ulee Pulo mengenai kebiasaan warga memakai masker.
Survei didapatkan dari hasil melihat langsung perilaku masyarakat dan menilai
angka keluhan pernapasan yang datang ke puskesmas berkurang setiap bulannya di
desa Ulee Pulo. Jika tujuan program belum tercapai, maka akan dievaluasi dan
dilakukan perbaikan program.

14
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan kami mengenai penerapan program Peduli Pentingnya


Pakai Masker (P3M) yaitu:

1. Penyakit menular melalui inhalasi dapat dengan mudah ditularkan


melalui droplet. Sehingga perlu dilakukan tindakan pencegahan salah
satunya adalah dengan menggunakan masker setiap kali berada di
lingkungan luar.
2. Penggunaan masker tidak hanya digunakan untuk mencegah penyakit
menular melalui droplet atau inhalasi. Bisa juga digunakan sebagai APD
pada pekerjaan tertentu salah satunya pekerja pembakar batu bata agar
terhindar dari zat-zat pembakaran yang dihirupnya di tempat kerja.
3. Program peduli pentingnya pakai masker (P3M) kami susun dan kami
buat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terutama yang beresiko
di tempat kerja pembakaran batu bata desa Ulee Pulo kecamatan
Dewantara.

Demikian program ini kami buat, mudah-mudahan dapat memberikan


manfaat bagi pihak yang membutuhkannya dan juga menambah kepedulian
terhadap pentingnya memakai masker

3.2 Saran

Adapun saran kami mengenai penerapan Program Peduli Pentingnya Pakai


Masker (P3M) yaitu:

1. Agar program ini benar-benar dilaksanakan dengan baik dan didukung oleh
semua pihak supaya tujuan dan penerapan Program Peduli Makai Masker
(P3M) dapat tercapai dengan maksimal.

2. Agar melakukan evaluasi secara berkala terhadap program yang telah


direncanakan, sehingga untuk kedepannya dapat lebih efektif lagi dalam hal

15
penyusunan perencanaan dan pencapaian tujuannya. Serta perlu adanya
pemahaman yang mendalam mengenai hal penentuan masalah yang
kemudian akan menjadi inti dari program ini.

16
REFERENSI

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017. Perkembangan Kasus Difteri


dan Distribusi Kasus difteri di Kabupaten/Kota tahun 2017. Kemenkes RI: Jakarta
diakses dari: //www.depkes. go.id

WHO, 2012. Global Tuberculosis Report. Genewa; Health Promotion WHO.

WHO, 2015. Global Tuberculosis Report. Genewa; Health Promotion WHO.

WHO. 2014. Diphtheria Reported Case.


http://apps.who.int/immunization_monitoring/globalsummary/timeseries/tsinciden
cediphtheria.html. diakses pada tanggal 13 Januari 2017.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). 2005. Rencana


Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025. Jakarta: Bappenas.

Kemenkes RI, 2012. Modul Pelatihan pemeriksaan Dahak Mikroskopis TB. Jakarta

Dinkes Aceh, 2012. Profil Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam 2012.
Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, Aceh.

Sariana, P., 2017. Hubungan kondisi lingkungan rumah dengan kejadian ISPA
pada balita di puskesmas Remu Kota Sorong. Global Health Science, vol 2 (1).

Hariyono, K., Irawan, B., 2015. Sisstem pusat pengaduan dan pelaporan bencana
asap untuk cepat dan tanggap bencana. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Fahmi, T. 2012. Hubungan Masa Kerja dan Penggunaan APD dengan Kapasitas
Fungsi Paru Pada Pekerja Tekstil Bagian Ring Frame Spinning I di Pt.X Kabupaten
Pekalongan. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012.
(online). http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm. Diakses tanggal 17 februari
2016

17
Irga. 2007. Penyakit Paru Akibat Gangguan Kerja
http://irwanashari.blogspot.com/2009/03/penyakit-paru-akibat-gangguankerja.
html [6 April 2009].

Departemen Kesehatan RI. 2003. Modul Pelatihan Bagi Fasilitator Kesehatan


Kerja. Jakarta.

Depkes RI, 2007. Profil Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan tahun
2006. Jakarta.
Probowo dan Sony, 2012. Penyakit yang Paling Umum pada Anak, Majalah
Kesehatan, (Online) http://majalahkesehatan.com/penyakit-yang-paling-umum-
pada-anak-bag-1/ Diakses 14 Januari 2018.

WHO, 2012. Under Five Mortality, (Online) http://www.who.int/gho/child_


health/mortality/mortality_under_five_text/en/index.html Diakses 27 Agustus
2014.

Depkes RI, 2007, Riskesdas 2007, Jakarta: Depkes RI (Online)


http://www.ppid.depkes.go.id/index.php?option=com_docman&task=doc_downlo
ad&gid=53&Itemid=87 Diakses 27 Agustus 2014.

18

Anda mungkin juga menyukai