Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN MIKROTEKNIK

“Pembuatan dan Pengamatan Preparat Hewan dengan

Metode Preparasi Skeleton dan Metode Parafin”

OLEH:

NAMA : NEDDY FERDIANSYAH

NIM : 08101004016

DOSEN PEMBIMBING : Dra. ARUM SETIAWAN, M.Si

LABORATORIUM MIKROTEKNIK
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA
2013

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

ABSTRAK
Praktikum yang berjudul “Pembuatan dan Pengamatan Preparat Hewan dengan Metode Preparasi Skeleton dan
Metode Parafin” ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 06 Desember 2012, pukul 14.00 WIB sampai dengan
tanggal 11 Januari 2013 pukul 14.30 WIB. Bertempat di Laboratorium Mikroteknik Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya. Adapun tujuan praktikum ini adalah
untuk mengetahui cara pembuatan preparat dengan metode paraffin dari organ Mencit (Mus musculus) dan
mengetahui cara pembuatan preparat skeleton dengan menggunakan pewarna Alizaridn Red. Alat yang
digunakan dalam praktikum ini adalah baki karton, blok parafin berisi organ, gelas pewarnaan, kaca objek,
mikrotom, pemanas preparat, penutup kaca objek, pinset, pipet tetes, toples kaca. Sedangkan bahan yang
dibutuhkan antara lain alkohol bertingkat mulai dari 30% hingga alcohol absolute, aseton, alizarin red S,
aquadest, Betta splendens (ikan cupang), Carassius auratus (ikan mas komet), gliserin murni, larutan campuran
gliserin dengan KOH 1% (20% : 80%, 50% : 50%, dan 80% : 20%), larutan KOH 1%, Mabouya
multifasciata (kadal), Mus musculus (tikus putih), putih telur, xylol. Adapun hasil yang didapatkan berupa
preparat skeleton Carassius auratus (ikan mas komet), Mabouya multifasciata (kadal), Mus musculus (tikus
putih) dan juga preparat penampang organ mencit. Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa Pembuatan
preparat hewan lebih mudah dan tidak memakan waktu yang panjang, Larutan KOH 1% digunakan untuk membuat bahan
terlihat transparan, dan hasil pengamatan yang didapatkan dari preparat jaringan hewan dengan metode parafin sulit
untuk dibedakan, sehingga sulit di amati jaringan apa yang digunakan sebagai preparat karena warna dan bentuknya sama.
…………………………………………………………………………………………………………………………………..

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikroteknik merupakan ilmu atau seni mempersiapkan organ, jaringan atau bagian jaringan untuk dapat diamati
dan ditelaah. Penelaahan umumnya dilakukan dengan bantuan mikroskop, karena struktur jaringan secara
terperinci pada galibnya terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Ruang lingkup yang mencakup
materi mikroteknik dapat diperoleh dari sejumlah definisi dan peristilahan yang bisa dipakai, hanya saja
sebaiknya kita mencamkan dalam pikiran kita bahwa suatu spesimen mikroteknik dapat merupakan sebagian
atau seluruhan dari struktur yang ditetapkan. Selain dilekapkan dengan kaca preparat, spesimen tadi umumnya
dilindungi dengan kaca penutup, yaitu sepotong kaca yang sangat tipis ataupun plastik yang tembus pandang
yang direkatkan diatas spesimen tersebut.

Metode paraffin merupakan cara pembuatan preparat permanen dengan menggunakan paraffin sebagai media
embedding dengan tebal irisan kurang lebih mencapai 6 µm-8 µm. Metode in imemiliki irisan yang lebih tipis
dibandingkan dengan menggunakan metode beku atau metode seloidin yang tebal irisannya kurang lebih
mencapai 10 µm. Prosesnya juga jauh lebih cepat dibandingkan metode seloidin. Selain itu metode parafin juga
memiliki kejelekan yaitu jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah, jaringan-jaringan yang besar
menjadi tidak dapat dikerjakan (Gunarso 1986).

Metode paraffin termasuk metode sayatan yang banyak digunakan, karena hampir semua jaringan dapat
dipotong dengan metode ini. Pengamatan secara mikroskopis dari suatu jaringan dalam berbagai kondisi dan
berbagai elemen jaringan dapat diamati atau diteliti melalui preparat permanen yang dibuat dengan metode
paraffin. Pembuatan preparat dengan metode paraffin adalah metode yang paling umum digunakan untuk
pembuatan preparat permanen, baik pada tumbuhan ataupun pada hewan (Dasumiati 2008).

Organ adalah susunan dari bagian organisme, yang tujuannya melakukan fungsi tertentu ataupun kesatuan yang
erat kaitannya. Dengan demikian pembuluh darah adalah organ yang fungsinya membawa atau mengalirkan
darah. Hati adalah organ yang mempunyai banyak fungsi, akan tetapi sebagai kesatuan fungsi maka hati ini erat
kaitannya dengan pencernaan dan asimilasi makanan. Jaringan adalah kumpulan sel yang mempunyai fungsi
tertentu yang khas bagi perkembangannya. Sebagai contoh jaringan epitelia dapat terdiri dari satu atau beberap
lapisan sel yang telah berkembang dan membantuk lapisan penutup, jenis jaringan lainnya, jaringan otot terdiri
dari sel-sel yang reka membentuk otot (Gunarso, 1989).
Hewan yang digunakan dalam praktikum mikroteknik hewan kali ini, yaitu Mencit (Mus musculus), Kadal
(Mabouya multifaciata), dan Ikan mas komet (Carassius auratus), untuk pembuatan preparat rangka semua
hewan tersebut digunakan, namun pada metode paraffin hanya digunakan organ Mencit (Mus musculus).

Mencit (Mus musculus) merupakan hewan yang masuk dalam familia dari kelompok mamalia (hewan menyusui).
Para ahli zoology (Ilmu hewan), setelah melakukan penelitian dan pengamatan yang memakan waktu yang lama
dan pemikiran yang berat sepakat untuk menggolongkan hewan ini ke dalam ordo rodensia (hewanpengerat),
sub ordo Mymorpha, famili Muridae, dan sub famili Murinae.

Kadal atau disebut juga Bengkarung (Mabuya multifasciata), reptil berkaki empat dari suku scincidae banyak
ditemukan di pekarangan, kebun-kebun, tegalan, rerumputan atau persawahan, sampai ke hutan belukar. Gesit
dan agak gemuk, kepala seolah-olah menyatu dengan leher yang gemuk kokoh dan mempunya kulit yang
bersisik bersih, mengkilap dan licin. Makanannya terdiri dari aneka serangga, cacing, kodok kecil, dan juga reptil
yang lain seperti cecak dan jenis kadal lain yang bertubuh lebih kecil. Bengkarung atau disebut juga kadal kebun
akan melepaskan ekornya untuk menyelamatkan diri apabila ia dikejar oleh kucing liar atau pemangsa lainnya.

1.2 Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan preparat dengan metode paraffin dari organ
Mencit (Mus musculus) dan mengetahui cara pembuatan preparat skeleton dengan menggunakan pewarna
Alizaridn Red.

……………………………………………………………………………………………………………………………………….

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tubuh hewan secara morfologi terdiri atas unit sel, dan masing-masing sel dengan mengadakan kesatuan
dengan adanya substansi antar sel. Di dalam tubuh hewan sel-sel ini terdapat dalam kelompok yang secara
struktural dan fungsional berbeda dengan kelompok sel yang lain. Kelompok-kelompok sel-sel tersebut dikenal
dengan jaringan. Preparat awetan jaringan hewan adalah salah satu media pembelajaran Biologi yang sangat
efektif. Dengan latar belakang seperti di atas, maka diharapkan kita dapat mengamati dan melihat preparat
dengan menggunakan metode paraffin dengan pewarnaan tunggal (Sumardi, 2002).

Struktur suatu organisme terdiri dari bagian yang lunak dan keras. Perbedaan struktur inilah yang akan
menentukan metode yang digunakan untuk membuat preparat. Struktur yang lunak umumnya mengunakan
metode parafin (metode irisan). Metode parafin adalah suatu metode pembuatan preparat dengan melakukan
penanaman jaringan di dalam blok parafin untuk menghasilkan preparat jaringan hewan ataupun tumbuhan
yang tipis. Bahan berupa organ atau jaringan yang lunak dibuat keras terlebih dahulu sebelum diamati dengan
melewati beberapa tahapan. Sedangkan bahan yang strukturnya keras dilakukan dengan metode yang berbeda
dapat langsung diiris yang sebelumya difiksasi dan dibekukan.

Banyak cara dalam pembuatan preparat hewan, diantaranya adalah dengan metode parafin. Metoda ini sekarang
banyak digunakan, karena hampir semua macam jaringan dapat dipotong dengan baik bila menggunakan
metoda ini. Kebaikan-kebaikan metoda ini adalah irisan yang dihasilkan jauh lebih tipis dari pada menggunakan
metoda beku atau metoda seloidin. Dengan metoda beku, tebal irisan rata-rata diatas 10 mikron, tapi dengan
metode paraffin tebal irisan dapat mencapai rata-rata 6 mikron. Irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan
dengan mudah bila menggunakan metode ini. Prosedurnya jauh lebih cepat dibandingkan dengan metode
seloidin. Namun metode paraffin juga memiliki kelemahan yaitu jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah
patah. Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakaan.
Percobaan pembuatan preparat permanen dengan metode parafin dilakukan dengan beberapa tahapan,
diantaranya pembiusan (narcose), pengumpulan (colleting/diseksi), fiksasi (fixation), aerasi, dehidrasi,
penjernihan (clearing), infiltrasi (infiltration), penanaman (embedding), penyayatan (sectioning), afiksasi
(affixing), pewarnaan (staining) dan penutupan (mounting)..

Pembiusan (narcose) ialah proses yang khusus untuk preparat hewan bertujuan untuk memudahkan
pengambilan jaringan atau bagian jaringan pada hewan. Pembiusan berguna untuk mengambil organ hewan
dalam keadaan hidup sehingga organ yang diambil tidak jauh dari keadaan ketika hidup. Hindari pembiusan yang
berlebihan sehingga hewan tersebut mati. Pembiusan tidak perlu dilakukan jika yang akan diambil atau diamati
adalah jaringan yang menyangkut kelenjar-kelenjar (endokrinologi), karena mungkin akan berpengaruh terhadap
hormon-hormon yang terkandung di dalamnya.

Pengumpulan (colleting/diseksi) merupakan proses pengambilan jaringan atau bagian jaringan dari sumber alami
baik berupa tumbuhan ataupun hewan yang akan digunakan sebagai bahan dasar dalam mikroteknik. Ketebalan
jaringan yang diambil harus disesuaikan dengan larutan infiltrasi agar seluruh jaringan keras sehingga hasil yang
didapatkan bagus. Pada jaringan hewan setelah dilakukan pengambilan diperlukan proses pencucian
(washing). Pencucian agar organ yang dipilih bersih (bebas dari darah atau kotoran seperti pada organ
pencernaan) dengan menggunakan larutan fisiologis agar tidak terjadi perubahan struktur sel dan jaringan dari
organ tersebut.

Pencucian (washing) adalah suatu tahap yang membedakan metode paraffin hewan dengan tumbuhan. Jaringan
hewan lebih cepat mengalami dehidrasi yang merusak jaringan, sehingga perlu secepat mungkin dimasukan ke
dalam larutan fisiologis sebagai fiksasi sementara. Pencucian pada pembuatan preparat hewan menggunakan
larutan garam fisiologis. Sedangkan tumbuhan cukup menggunakan aquadest. Pencucian yang tidak baik akan
mengakibatkan organ tida transparan ketika proses clearing.

Mikroteknik terdapat beberapa jenis teknik dalam pembuatan praparat, yaitu: Whole mount, yaitu penyiapan
sediaan yang terdiri atas keseluruhan organ tubuh organisme secara utuh; Smear yaitu penyiapan sediaan
preparat dengan cara dioleskan; Squash; Section; Marserasi. Jenis teknik tersebut digunakan tergantung kepada
kebutuhannya masing-masing, Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam pembuatan preparat awetan
adalah fiksasi, dehidrasi, clearing (penjernihan), embedding, pencetakan, dan pewarnaan (Gunawan 2009:1).

Fiksasi merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mempertahankan kondisi jaringan. Tujuan dari fiksasi
adalah untuk mempertahankan morfologi sel seperti semula, untuk mencegah terjadinya otolisis, dan untuk
mencegah pertumbuhan bakteri atau jamus. Beberapa jenis bahan yang biasa digunakan sebagai bahan
penfiksasi suatu jaringan., yaitu formalin, alkohol, larutan carnoi, larutan zenker, larutan helly, larutan bouin,
larutan susa, omium, dan glutaraldehyde (Sudiana 2005: 1).

Pencucian agar organ yang dipilih bersih (bebas dari darah atau kotoran seperti pada organ pencernaan) dengan
menggunakan larutan fisiologis agar tidak terjadi perubahan struktur sel dan jaringan dari organ tersebut.
Larutan garam fisologis yang bisa dipakai ialah NaCl 0.8-0.9%, Larutan Ringer ( NaCl, CaCl, KCl, K2CO3, air
untuk hewan berdarah panas dan NaCl, CaCl, KCl, Na2CO3, air untuk hewan berdarah dingin). NaCl merupakan
larutan fisologis yang umumnya digunakan, biasanya dalam waktu 15 menit. Perlu diperhatikan, jangan sekali-
kali dicuci dengan air, karena akan menyebabkan pembengkakan sel (hewan).

Dehidrasi pada pembuatan preparat awetan bertujuan umenarik air dari dalam jaringan secara perlahan-lahan
gara jaringan tidak mengalami pengkeruta. Bahan yang digunakan adalah etaol dengan konsentrasi yang
dinaikan bertahap Setelah pendehidrasian, selanjutnya dilakukan proses clearing. Bahan yang biasa digunakan,
antara lain xylol,toluol, kloroform, dan benzen. Bahan-bahan tersebut berguna sebagai mediator antara larutan
dehidrasi yang digunakan dengan larutan embeding yang akan digunakan. Proses penghilangan larutan dehidran
dalam jaringan yang disertai dengan proses infiltarasi larutan embedding ke dalam jaringan disebut sebagai
impregnasi. (Sudiana 2005: 6).

Pewarnaan pada preparat dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pewarnaan umum dan pewarnaan khusus.
Pewarnaan umum yaitu pewarnaan yang hanya untuk membedakan antara bagian inti dan sitoplasmanya. Jenis
bahan yang iasa digunakan dalam pewarnaan umum adalah hematoksilin-eousin (HE). Pewarnaan khusus adalah
pewarnaan yang digunakan untuk melihat satu macam jenis organel atau untuk membedakan jaringan tertentu.
Beberapa metode yang digunakan dalam pewarnaa khusus adalah gomori, PAS (periodic acid schiff),
imunohistokimia, dan apotag. Prinsip dari pewarnaan jaringan adalah brdasarkan pada afinitas antara zat warna
dengan bahan yang diwarnai (Sudiana 2005: 17).

Pewarnaan bertujuan agar dapat mempertajam atau memperjelas berbagai elemen jaringan, terutama sel-
selnya, sehingga dapat dibedakan dan ditelaah dengan mikroskop. Motoda pewarnaan yang sering dilakukan
dalam pembuata preparat metode parafin adalah metoda pewarnaan Hematoxilin-eosin. Seperti merupakan
peraturan, hamatoxillin digunakan terlebih dahulu dan setelah melalui proses diferensiasi, maka barulah eosin
digunakan. Pertukaran tempat keduanya tampaknya akan menimbulkan kesukaran, karena pewarna hematoxilin
akan mewarnai lebih cepat dari pada pewarna paduannya yang umumnya berperan sebagai counterstain yang
intensitas pewarnaanya dapat diatur tanpa mempengaruhi pewarnaan hematoxilin (Pahwadi, 2011).

Jaringan hewan dapat diambil dari berbagai jenis hewan selagi masih dalam keadaan hidup, setelah mengalami
pembiusan maupun yang baru saja mati dan segera mungkin dimasukkan larutan fiksatif. Organ-organ yang
halus sifatnya seperti hati, jantung, buah pinggang maupun testis tikus atau kelinci dapat secara utuh langsung
dimasukkan kedalam larutan fiksatif sebelum dipotong atau disayat dalam ukuran yang sesuai. Untuk usus, bila
dikehendaki pemotongan dengan ukuran lebih dari satu sentimeter panjangnya,maka sebaiknya dilakukan
penginjeksian larutan fiksatif kedalam lumen usus tersebut agar lapisan mukosa di dalamnya dapat terfiksasi
(Gunarso, 1989).

Dalam bidang penelitian embrio, para ilmuwan perlu memvisualisasikan perkembangan struktur skeletal.
Bagaimana mungkin untuk melihat perkembangan tulang atau pembentukan tulang rawan tanpa penggunaan X-
Rays? Bagaimana para ilmuwan dapat melacak resesi atau pertumbuhan kalsium dan tulang rawan deposito?
Apakah mungkin untuk melihat ke dalam suatu organisme tanpa mengambil pisau untuk itu? Jawabannya
terletak pada proses kimia yang memungkinkan peneliti untuk melihat organisme dalam cahaya baru.
Memanfaatkan Alcian blue dan Alizarin red, jaringan keras mamalia, reptil. Selama periode waktu, tergantung
pada kepadatan warna spesimen, warna dan pigmentasi alami secara perlahan leeched dari spesimen. Rangka
terbungkus daging dalam hal ini jelas penahanan struktur berpigmen dalam spesimen tersebut. Warna berkisar
dari biru-violet untuk merah cerah. Pigmen ini tergantung pada apa yang telah terwarnai dan densitasnya.
Sepotong tipis tulang rawan akan menjadi jelas biru, sementara potongan yang lebih tebal akan muncul seperti
warna biru gelap. karakteristik luar juga dapat diamati dengan teknik ini (liz marchiondo, 2012).

Gambar 1. Kadal (Mabouya multifasciata)

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Scincidae
Genus : Mabuya
Spesies : Mabouya multifasciata
Kadal yang banyak ditemukan di pekarangan, kebun-kebun, tegalan, rerumputan atau persawahan, sampai
ke hutan belukar. Gesit dan agak gemuk, kepala seolah-olah menyatu dengan leher yang gemuk kokoh;
penampang tubuh nampak bersegi empat tumpul. Total panjangnya hingga sekitar 22 cm, kurang-lebih 60%
daripadanya adalah ekor. Sisi atas tubuh berwarna coklat tembaga keemasan, kerap dengan bercak-bercak
kehitaman di tepi sisik yang membentuk pola garis memanjang yang kabur terputus-putus. Sisi lateral tubuh
dengan warna gelap kehitaman atau kecoklatan berbintik-bintik putih (pada yang betina atau hewan muda),
atau keputihan dengan saputan warna kuning terang hingga jingga kemerahan (pada kadal jantan). Sisi bawah
tubuh abu-abu keputihan atau kekuningan. Sisik-sisik di tengah tubuh tersusun dalam 30-34 deret. Sisik-
sisik dorsal (punggung), dan jarang-jarang juga sisik lateral (di sisi tubuh), sisik kepala di
sebelah posterior (belakang) halus alias tak berlunas; sisik-sisik prefrontal (di atas moncong) saling bersentuhan
(Wikipedia, 2012).

Gambar 2. Ikan mas komet (Carassius auratus)

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Chpriniformes

Famili : Chyprinidae

Genus : Carassius

Spesies : Carassius auratus

Bentuk tubuh ikan komet agak memanjang dan memipih tegak (compresed) dimana mulutnya terletak di ujung
tengah dan dapat disembulkan. Bagian ujung mulut memiliki dua pasang sungut. Diujung dalam mulut terdapat
gigi kerongkongan yang tersusun atas tiga baris dan gigi geraham secara umum. Hampir seluruh tubuh ikan
komet ditutupi oleh sisik kecuali beberapa varietas yang memiliki beberapa sisik. Sisik ikan komet termasuk sisik
sikloid dan kecil. Sirip punggung memanjang dan pada bagian belakangnya berjari keras. Letak sirip punggung
bersebrangan dengan sirip perut. Garis rusuk atau line literalis pada ikan mas komet tergolong lengkap berada di
pertengahan tubuh dan melentang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor.
Gambar 3. Mencit (Mus musculus)

Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus. Musculus
Mencit (Mus musculus) adalah anggota Muridae (tikus-tikusan) yang berukuran kecil. Mencit mudah dijumpai di
rumah-rumah dan dikenal sebagai hewan pengganggu karena kebiasaannya menggigiti mebel dan barang-barang
kecil lainnya, serta bersarang di sudut-sudut lemari. Hewan ini diduga sebagai mamalia terbanyak kedua di dunia,
setelah manusia. Mencit sangat mudah menyesuaikan diri dengan perubahan yang dibuat manusia, bahkan
jumlahnya yang hidup liar di hutan barangkali lebih sedikit daripada yang tinggal di perkotaan. Mencit percobaan
(laboratorium) dikembangkan dari mencit, melalui proses seleksi. Sekarang mencit juga dikembangkan
sebagai hewan peliharaan. Mencit adalah binatang asli Asia, India, dan Eropa Barat. Jenis ini sekarang ditemukan
di seluruh dunia karena pengenalan oleh manusia. Mencit peliharaan memiliki periode kegiatan selama siang dan
malam. Tikus memakan makanan manusia dan barang-barang rumah tangga (Wikipedia, 2012).
……………………………………………………………………………………………………………………………………

BAB III

METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 6 Desember 2012 pukul 16.00 WIB sampai dengan tanggal 11 Januari
2013 pukul 14.30 WIB. Bertempat di Laboratorium Mikroteknik Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum pembuatan preparat hewan ini adalah baki karton, blok parafin berisi
organ, gelas pewarnaan, kaca objek, mikrotom, pemanas preparat, penutup kaca objek, pinset, pipet tetes,
toples kaca. Sedangkan bahan yang dibutuhkan antara lain alkohol bertingkat mulai dari 30% hingga alcohol
absolute, aseton, alizarin red S, aquadest, Betta splendens (ikan cupang), Carassius auratus (ikan mas komet),
gliserin murni, larutan campuran gliserin dengan KOH 1% (20% : 80%, 50% : 50%, dan 80% : 20%), larutan
KOH 1%, Mabouya multifasciata (kadal), Mus musculus (tikus putih), putih telur, xylol.
3.3 Cara Kerja

3.3.1. Pembuatan Preparat Skeleton

Siapkan alat yang akan digunakan dan bahan yang akan dibutuhkan. Langkah pertama, dilakukan fiksasi bahan
utuh yang telah mati/pingsan ke dalam alkohol 96% selama ± 4 hari. Lalu pada bahan utuh dilakukan
pengelupasan kulit dan bagian organ dalamnya dikeluarkan. Selanjutnya dilakukan perendaman dalam aseton
selama ± 2 hari. Kemudian bahan dimasukkan ke dalam larutan pewarna alizarin red S dengan konsentrasi 1%
(komposisi larutan pewarnaan terdiri dari alizarin red S konsentrasi 1% dalam alkohol 95% (1 volume), asam
asetat 10% (1 volume) serta alkohol 70% (15 volume). Perendaman dalam larutan pewarna alizarin red
dilakukan selama ± 2-3 hari.

Selanjutnya bahan dicuci dengan air mengalir selama 30 menit, dimana pada praktikum ini kami menggunakan
selang sebagai sumber air mengalirnya, lalu direndam didalam larutan KOH 1% hingga bahan menjadi
transparan. Bahan direndam ke dalam larutan campuran gliserin dan KOH dengan perbandingan 20% : 80%,
50% : 50%, 80% : 20%. Waktu perendaman untuk masing-masing preparat dalam larutan campuran gliserin
dan larutan KOH 1% paling lama 24 jam. Langkah terakhir yang dilakukan yaitu memindahkan bahan ke dalam
gliserin murni.

Gambar 4. Proses pembuatan preparat skeleton

3.3.2. Pembuatan Preparat dengan metode Pewarnaan Hematoksilin-eosin

Siapkan alat yang digunakan dan bahan yang dibutuhkan, dimana bahan pada praktikum ini sudah selesai
sampai proses embedding, jadi hanya melakukan proses selanjutnya. Sebelum melakukan proses penyayatan
hasil embedding ditempel terlebih dahulu pada balok kayu, Kemudian langsung dilakukan proses penyayatan
menggunakan mikrotom. Kemudian dari proses penyayatan dihasilkan pita paraffin (Ribbon), pita paraffin
tersebut dengan menggunakan kuas kecil dipindahkan diatas baki karton. Selanjutnya proses penempelan pita
paraffin pada kaca objek.

Siapkan kaca objek yang telah ditetesi putih telur dan dioleskan secara merata hingga putih telur kering. Pita
parafin diletakkan diatas kaca objek, lalu ditetesi dengan air agar mengembang, selanjutnya kaca objek
diletakkan diatas penangas.

Proses selanjutnya yaitu pewarnaan hematoksilin-eosin yang dimulai dengan deparafinisasi dengan xylol selama
1 jam, kemudian hidrasi dengan alkohol bertingkat mulai dari alkohol absolute, sampai alkohol 30%, lalu kaca
objek yang berisi preparat dimasukkan ke dalam aquadest dan kemudian dilanjutkan pada larutan-larutan
berikutnya yaitu dimasukkan ke dalam larutan hematoksilin selama ± 3-7 detik, kemudian dicuci dengan air
mengalir.
Selanjutnya tahap dehidrasi yaitu memasukkan kaca objek kedalam aquadest, lalu alkohol bertingkat mulai dari
30% sampai dengan 70%. Setelah itu, masukkan dalam eosin 1-2 % dalam alkohol 70% ± 1-2 menit.
Selanjutnya dimasukkan ke dalam alkohol bertingkat mulai dari alkohol 70% hingga alkohol absolute. Kemudian
dimasukkan ke dalam xylol dan dilakukan penutupan dengan canada balsam.

……………………………………………………………………………………………………………………………………………….

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

a. Preparat Skeleton Mus musculus (mencit)

Gambar a. Mus musculus

1. Femur

2. Tarsus

Gambar b. Mus musculus

Keterangan:

1. Vertebra

caudalis
2. Ischium

3. Pubis

4. Ilium

5. Telinga

6. Cranium

7. Radius

8. Ulna

9. Costae

10. Metacarpal

11. Carpal

Deskripsi :

Pembuatan preparat skeleton mencit (Mus musculus) sedikit rumit dibandingkan dengan bahan lainnya, hal ini
dikarenakan sulitnya mendapatkan mencit yang masih bayi atau bahkan sebaiknya digunakan fetus mencit,
sehingga bahan yang digunakan berupa mencit (Mus musculus) yang sudah hampir dewasa, oleh karena itu
terjadi kesulitan pada saat proses pengelupasan kulit, karena mencit yang digunakan sudah memiliki bulu yang
menyebabkan banyaknya daging yang ikut terkulupas. Pengambilan organ dalam tergolong sulit karena sebisa
mungkin daging masih tetap dalam keadaan utuh.

Gambar mencit (Mus musculus) a dan gambar mencit (Mus musculus) b terlihat perbedaan pada kualitas hasil,
hal ini hanya dikarenakan pada gambar a preparat skeleton direndam dengan volume gliserin yang lebih banyak
dibandingkan pada gambar b, sehingga pada gambar b terlihat gelembung pada bagian tubuh, kualitas
warnanya pun kurang tampak jelas gambar b lebih gelap dibandingkan gambar a.

a. Preparat Skeleton Carassius auratus (Ikan Mas Komet)


Gambar c. Carassius auratus

Keterangan:

1. Premaxilla

2. Lepidotrichia

3. Pterygiophore

4. Neuralspine

5. Ventral rib

6. Dorsal rib

7. Dentary

Gambar d. Carassius auratus

Keterangan:

1. Rongga mata
2. Tengkorak

3. Rongga insang

4. Sirip perut

5. Sirip belakang

6. Sirip Ekor

Deskripsi:

Jenis ikan yang digunakan pada pembuatan preparat skeleton ini sebenarnya beragam, namun hanya jenis ikan
mas komet (Carassius auratus) yang hasilnya tampak sangat bagus, dimana kulit ikan mas komet ini tampak
sempurna bening, sehingga rangka ikan mas komet tampak jelas diamati. Hal ini dikarenakan proses
perendaman pada KOH 1% dengan lama waktu yang sesuai dengan ketebalan kulit ikan mas komet,
`sebenarnya pada saat perendaman hari pertama sudah dihasilkan preparat skeleton ikan cupang (Betta
spelendens), namun oleh karena untuk menyesuaikan dengan bahan lain proses perendaman dilanjutkan 1 hari
lagi, namun yang terjadi jenis ikan yang berukuran relatif kecil hancur karena terlalu lama direndam didalam
larutan KOH 1%.

Volume gliserin pada saat pengamatan sangat mempengaruhi dengan kualitas preparat, seperti pada preparat
lain, preparat skeleton ikan mas komet yang direndam dengan volume lebih banyak (gambar. c) akan
menghasilkan preparat yang dapat diamati dengan sempurna, berbeda dengan preparat skeleton yang diamati
dengan volume gliserin yang kurang akan menyebabkan warna tampak gelap dan tampak gelembung yang
menggangu pada saat proses pengamatan.

c. Preparat Skeleton Mabouya multifasciata (Kadal)

Gambar e. Mabouya multifasciata

Keterangan:

1. Tengkorak

2. Tulang belikat

3. Tulang belakang
4. Tulang rusuk

5. Tulang

6. Tulang telapak kaki

7. Antrebrancium

8. Brancium

Gambar f. Mabouya multifasciata

Keterangan:

1. Tulang panggul

2. Tulang betis

3. Tulang telapak kaki

4. Tulang jari

Deskripsi:

Indonesia merupakan negara tropis yang terkenal akan kekayaan keanekaragaman jenis kadal. Kadal memiliki
ciri-ciri antara lain tubuh yang ditutupi oleh sisik; memiliki empat buah tungkai, masing-masing tungkai memiliki
5 digiti (jari); memiliki lubang telinga; bentuk tubuh bervariasi; dan dilengkapi dengan cauda yang memiliki
fungsi berbeda-beda pada masing-masing spesies. Cauda pada kadal dapat berfungsi sebagai alat pertahanan
diri, sebagai alat keseimbangan tubuh saat bergerak dengan cepat, untuk berpegangan pada ranting pohon dan
sebagai alat bantu kemudi. Metode preparasi yang digunakan untuk membuat preparat skeleton adalah metode
Alizarin Red S Inouye.

Gambar diatas menunjukan preparat skeleton kadal (Mabouya multifasciata), dimana pada gambar e preparat
direndam dengan volume gliserin lebih banyak dibandingkan dengan gambar f, hal tersebut tampak jelas
terdapat perbedaan hasil yang didapatkan. Preparat yang direndam dengan volume gliserin yang lebih banyak
akan menghasilkan preparat yang lebih jelas untuk diamati dan gelembung pada gliserin tidak begitu tampak.

Hasil yang didapatkan pada preparat skeleton kadal (Mabouya multifasciata) kurang begitu baik, hal ini
dikarenakan pada proses perendaman didalam larutan KOH 1% kurang begitu lama, padahal kadal memiliki
daging yang lebih tebal dibandingkan bahan yang lainnya, kurang baiknya preparat skeleton kadal (Mabouya
multifasciata) juga dikarenakan hilangnya bagian ekor, hal ini terjadi karena kurang baiknya pada saat proses
pengelupasan kulit sehingga menyebabkan ekor pada kadal lepas.

d. Preparat organ hewan dengan metode parafin dengan menggunakan pewarnaan Hematoksilin-eosin

Deskripsi:

Preparat dengan metode parafin sangat sulit diidentifikasi, hal ini dikarenakan hasil yang didapatkan tidak sesuai
dengan yang diinginkan atau dengan kata lain proses metode paraffin ini terjadi kesalahan, penyebab kesalahan
ini belum dapat diketahui dengan pasti, kemungkinan karena preparat yang sudah lama disimpan, dan
mungkin dikarenakan proses pewarnaan yang dilakukan kurang sempurna, atau bahkan dikarenakan tidak
mampunya saya membedakan bagian organ tersebut sehingga menyebabkan kebingungan saat proses
identifikasi. Kesalahan ini juga tampak pada saat proses penyayatan, karena pada proses ini bahan dan paraffin
tidak menyatu dengan baik sehingga bahan pada saat disayat keluar dari paraffin seperti benang-benang kering.

Pembuatan preparat dengan metode parafin ini menggunakan pewarnaan Hematoksilin-eosin. Hematoksilin
bersifat basa dan memberi warna ungu sedangkan eosin bersifat asam dan memberi warna merah muda, namun
hasil yang didapatkan tidak kontras sehingga hanya dihasilkan 1 jenis warna saja yaitu warna merah muda yang
membentuk garis-garis memanjang.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan tentang proses pembuatan preparat skeleton didapatkan hasil
yang sangat bagus berupa preparat skeleton Carassius auratus, Mabouya multifasciata, dan Mus musculus yang
sangat tampak jelas rangka dari masing-masing bahan tersebut, proses pembuatan preparat ini sebenarnya
menggunakan dua jenis pewarnaan yaitu alizarin red s dan alcian blue, namun dikarenakan salah satu bahan
tidak dimiliki yaitu alcian blue, sehingga pewarnaan hanya menggunakan alizarin red s. Menurut pendapat
Astarini (2012), bahwa Metode preparasi yang digunakan untuk membuat preparat skeleton adalah metode
Alizarin Red’s Alcian Blue (ARAB) Inouye.

Kualitas preparat skeleton dipengaruhi oleh tahap-tahap yang dilakukan diantaranya yaitu tahap pencucian, pada
proses inilah yang membedakan pembuatan preparat pada tumbuhan dan hewan, jika pada tumbuhan dapat
hanya menggunakan aquadest namun pada hewan harus digunakan larutan khusus, hal ini dikarenakan jaringan
hewan lebih cepat mengalami dehidrasi yang merusak jaringan, sehingga perlu secepat mungkin dimasukan ke
dalam larutan fisiologis sebagai fiksasi sementara. Menurut pendapat Rozikuliyeva (2012), bahwa pencucian
yang tidak baik akan mengakibatkan organ tida transparan ketika proses clearing. Larutan garam fisologis yang
bisa dipakai ialah NaCl 0.8-0.9%, Larutan Ringer ( NaCl, CaCl, KCl, K2CO3, air untuk hewan berdarah panas dan
NaCl, CaCl, KCl, Na2CO3, air untuk hewan berdarah dingin). NaCl merupakan larutan fisologis yang umumnya
digunakan, biasanya dalam waktu 15 menit. Perlu diperhatikan, jangan sekali-kali dicuci dengan air, karena akan
menyebabkan pembengkakan sel (hewan).

Proses pembuatan preparat hewan terdapat suatu tahap yang harus dilakukan yaitu proses pembiusan, hal ini
berfungsi agar preparat yang dihasilkan lebih sempurna karena tidak akan bergerak pada saat proses sedang
berjalan, selain itu juga pembiusan dilakukan karena menunjukan etika terhadap penggunaan hewan sebagai
bahan uji penelitian. Menurut pendapat Anandari (2012), bahwa pembiusan (narcose) ialah proses yang khusus
untuk preparat hewan bertujuan untuk memudahkan pengambilan jaringan atau bagian jaringan pada hewan.
Pembiusan berguna untuk mengambil organ hewan dalam keadaan hidup sehingga organ yang diambil tidak
jauh dari keadaan ketika hidup.

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan tentang pembuatan preparat dengan metode parafin didapatkan
hasil berupa penampang organ-organ mencit, namun terjadi kesulitan dalam pengamatan, sehingga tidak bisa
menentukan bagian organ apasaja yang digunakan, hal ini dikarenakan warna dan bentuknya relatif sama.
Menurut pendapat Kurniawan (2010), bahwa terdapat sebagian organ yang gagal menjadi suatu preparat, hal ini
mungkin disebabkan kurangnya ketelitian dan keterampilan pada saat mengiris block parafin saat menggunakan mikrotom,
sehingga lembaran pita jaringan yang didapatkan terlalu tebal dan sulit diamati di bawah mikroskop. Selain itu,
sebagian preparat tidak dapat dikenali dengan jelas bagian mana yang digunakan dari bahan percobaan karena pada saat
proses pewarnaan, pencucian dan pencelupan sediaan ke larutan alcohol terjadi kesalahan.
Pembuatan preparat mikroskopis biasanya menggunakan metode parafin karena organ ataupun jaringan dapat
diamati dengan lebih jelas. Menurut pendapat Gunarso (1986), bahwa Metode paraffin digunakan untuk
membuat preparat sayatan organ dalam bentuk mikroskopis. Paraffin sendiri membantu dalam membrikan
bentuk dari sayatan organ yang digunakan agar mudah mengamati bagian-bagian yang ingin diamati dari
preparat sayatan organ yang dibuat. Metode ini meliputi sejumlah proses yang harus dilakukan, mulai dari proses
fiksasi, dehidrasi, infiltrasi, penanaman dalam paraffin, penyiapan pecimen padat, penyayatan, pewarnaan dan
penutupan pecimen dengan cover glass.

Fiksasi merupakan suatu proses yang sangat penting, hal ini dikarenakan proses ini berfungsi untuk
mempertahankan jaringan atau struktur yang lainya agar tidak mengalami perubahan. Menurut pendapat
Kurniawan (2010), bahwa fiksasi berfungsi untuk mempertahankan bentuk jaringan sedemikian rupa sehingga
perubahan-perubahan bentuk atau struktur sel atau jaringan yang mungkin terjadi hanya sekecil mungkin. Selain itu fiksasi
berguna untuk meningkatkan indeks bias jaringan sehingga jaringan dapat terwarnai dengan baik. Hal ini karena proses
fiksasi dengan membunuh sel tanpa mengubah posisi organel yang ada di dalamnya, dan juga untuk menghilangkan air
yang ada dalam sel dan memperoleh hasil yang sempurna pada proses infiltrasi dan juga agar alkohol tersebut dapat
menyerap air sedikit demi sedikit supayadapat menjaga agar tidak terjadi perubahan yang tiba-tiba terhadap jaringan.
……………………………………………………………………………………………………………………………………..

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Lama waktu perendaman didalam larutan KOH 1% disesuaikan dengan jenis hewan yang akan dibuat preparat
skeleton.
2. Pembuatan preparat hewan lebih mudah dan tidak memakan waktu yang panjang.
3. Pengamatan preparat skeleton dengan cara preparat tetap terendam pada larutan gliserin murni dengan volume
yang
disesuaikan pada jenis bahan sehingga lebih tampak jelas.
4. Hasil pengamatan yang didapatkan dari preparat jaringan hewan dengan metode parafin sulit untuk dibedakan,
sehingga
sulit di amati jaringan apa yang digunakan sebagai preparat karena warna dan bentuknya sama.
5. Kelebihan-kelebihan dari metode parafin, yaitu irisan dapat jauh lebih tipis,tebal irisan dapat mencapai rata-rata 6
mikron.
6. Kelemahan dari metode parafin, yaitu jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah.
7. Pembiusan merupakan metode yang harus dilakukan pada pembuatan preparat hewan agar didapatkan hasil yang
baik, dan
juga menjaga etika terhadap penggunaan hewan sebagai bahan penelitian.
……………………………………………………………………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA
Anandari, Lyria. 2012. Laporan Praktikum Teknik Laboratorium Membuat Preparat Permanen Jaringan Hewan
Mencit. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Astarini, Fajar Dwi. 2012. Perbandingan Struktur Anatomi cauda Bronchocela cristatella Dumeril & Bibron,
1837; Draco volans Linnaeus, 1758; dan Eutropis multifasciata Kuhl,
1820. http://gonocephaluschamaeleontinus. blogspot.com/2012/08/intisari-dan-abstrak-skripsiku.html. Diakses Tanggal
12 Januari 2013.
Dasumiati, 2008. Diktat Kuliah Mikroteknik. Prodi Biologi Fak.Sains dan Teknologi. Jakarta : UIN Syarif
Hidayatullah.
Gunarso, Wisnu. 1989. Bahan Pengajaran Mikroteknik. Bogor : DEPDIKBUD Institiut Pertanian Bogor.

Gunawan, Y. 2009. Histologi. http://www.eching.mikroteknik.html. Diakses Tanggal 12 Januari 2013.


Kurniawan, Wahyu. 2010. Pembuatan Sediaan Irisan Jaringan Hewan Dengan Metode Parafin. Banjarbaru:
Universitas Lambung Mangkurat.

Machiondo, Liz. 2012. Alcian Blue, Alizarin Red chameleon Embryo. lismachiondo. smugmug.com. Diakses tanggal
12 Januari 2012.
Pahwadi. 2012. Laporan Mikroteknik. http://achumanbiotan08.blogspot.com/2011/06/ mikroteknik.html. Diakses
Tanggal 12 Januari 2012.
Rozikuliyeva, Lyale. Laporan Praktikum Teknik Laboratorium Membuat Preparat Permanen Jaringan Hewan
Mencit. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Sudiana, K. I. 2005. Teknologi Ilmu Jaringan dan Imunohistokimia. Jakarta: CV.Sagung Seto.

Wikipedia.2012. Kadal. http://id.wikipedia.org/wiki/Kadal. Diakses Tanggal 12 Januari 2012.


Wikipedia.2012. Mencit. http://id.wikipedia.org/wiki/Mencit. Diakses Tanggal 12 Januari 2012.

LAMPIRAN

Gambar Preparat Hewan Dengan Preparasi Skeleton


Gambar Preparat organ hewan dengan metode parafin

Gambar. Proses pembuatan preparat skeleton

Anda mungkin juga menyukai