Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hakikat matematika yang merupakan ilmu yang akhirnya bersifat
abstrak, bagi kebanyakan siswa matematika masih merupakan momok. Bagi
para guru tidak mudah untuk memilih strategi, model, pendekatan, metode,
teknik pembelajaran yang tepat sehingga materi matematika mudah dipahami
siswa, siswa bisa terampil serta siswa tertarik untuk mempelajarinya.
Dalam pembelajaran matematika strategi mana yang dipilih, kita sebagai
guru harus jeli untuk menentukan yang dapat disesuaikan dengan materi yang
akan dibahas.Demikian pula model pembelajaran yang akan dipilih. Dalam
konteks Kurikulum 2013 ada 5 model pembelajaran yang merupakan model
inti. Pelaksanaan model pembelajaran mana yang dipilih diorientasikan agar
siswa dapat mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilannya dalam
proses pembelajaran yang aktif kreatif, siswa dapat mengembangkan
kemampuan kritis dan terampil berkomunikasi maka para guru pegang peranan
yang penting. Kelima model pembelajaran tersebut adalah: Model Pembelajaran
Proses Saintifik, Model Pembelajaran Integratif Berdiferensiasi, Model 7
Pembelajaran Multiliterasi, Model Pembelajaran Multisensori, dan Model
Pembelajaran Kooperatif. (Abidin, 2014)
Karena itu dalam kegiatan belajar mengajar, menurut Roestiyah, N.K.
(1989: 1), guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara
efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah
untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau
biasanya disebut metode mengajar. Dengan demikian, metode mengajar adalah
stategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan..
Dalam pembelajaran Sistem Persamaan Linier Tiga Variabel, penulis
memakai metode kooperatif. Model pembelajaran kooperatif pada dasarnya
mengembangkan interaksi antar siswa dalam memecahkan materi pelajaran
yang dihadapinya. Model-model kooperatif diantaranya tipe Student Team
Achievement Division (STAD), tipe Investigasi Kelompok (IK), tipe Think-
Pair-Share dan tipe Jigsaw. Dari keempat tipe model pembelajaran kooperatif
tersebut, penulis menitikberatkan pada tipe Think-Pair-Share
Tipe Think-Pair-Share sangatlah sederhana di antara tipe-tipe yang lain.
Tipe ini memiliki kelebihan antara lain tingkat keberhasilan lebih besar dan
dapat diterapkan dalam lingkungan kelas yang besar dan tidak membutuhkan
waktu yang lama dalam pengaturan kelompok, karena strategi ini terdiri atas
dua orang berpasangan.
Pendekatan struktural tipe Think-Pair-Share diterapkan untuk
mengupayakan peningkatan mutu akademik atau mengecek pemahaman siswa
terhadap isi materi tertentu dan memberikan siswa waktu yang lebih banyak
untuk berpikir, menjawab dan saling membantu.
Dalam penelitian ini penulis melaksanakan suatu penelitian yang
berkaitan dengan pembelajaran kooperatif dengan pendekatan tipe Think-Pair-
Share, yakni pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh seorang guru yaitu
peneliti sendiri.
Tipe ini membantu siswa menemukan dan memahami pembelajaran
matematika dengan cara berdiskusi dengan teman sejawatnya. Siswa mendapat
prestasi belajar yang baik, jika siswa dapat terlibat langsung dan aktif dalam
pembelajaran matematika. Bertolak dari kemampuan menyelesaikan himpunan
penyelesaian sistem persamaan linier tiga variabel yang masih kurang, penulis
tergerak untuk mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe think-paire-share dalam meningkatkan hasil
belajar matematika siswa kelas X APHP SMK Negeri 1 Kodi tahun pelajaran
2019/2020”
Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, khususnya dalam
pembelajaran Matematika di daerah-daerah yang sumber daya manusianya
masih kurang, guru mengalami kesulitan dalam mengembangkan metode dan
strategi pembelajaran. Ini pun terjadi di SMK Negeri 1 Kodi pada kelas X
APHP dari jumlah siswa 28 orang yang mengikuti pretes hanya 8 orang yang
dapat dinyatakan lulus/tuntas (28,57%) dan 20 orang dinyatakan belum
lulus/tuntas (71,43%) dengan nilai rata-rata masih di bawah KKM yaitu 70.

2
Data tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar Matematika pada kelas
X APHP dapat dinyatakan belum memenuhi kriteria ketuntasan.
Ketidaktuntasan tersebut terlihat dari bukti prosentase kelulusan seluruh siswa
hanya mencapai 28,54%. Prosentase tersebut jauh dari prosentase ideal antara
85% - 100%. Bahkan prosentase kelulusan tersebut ternyata lebih kecil
daripada prosentase ketidaklulusan. Oleh karena itu, untuk kasus tersebut perlu
diadakan remedial klasikal. Proses remedial klasikal dalam kasus ini penulis
lakukan melalui kegiatan penelitian tindakan kelas.

Berdasarkan uraian di atas permasalahan yang ditemukan dalam proses


pembelajaran adalah:

1. Hasil pembelajaran mata pelajaran Matematika Siswa Kelas X


APHP SMK Negeri 1 Kodi masih kurang memuaskan karena persentase
ketuntasan masih jauh dibawah yang diharapkan yaitu yang tutas 8 0rang
atau 28,57%
2. Terdapat banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar kurang
optimal. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan model pembelajaran
yang dilakukan guru masih bersifat konvensional dalam pembelajaran di
Siswa Kelas X TPHP A SMK Negeri 1 Kodi.
3. Siswa kurang memperhatikan proses pembelajaran karena siswa
terlihat malas dan mengantuk.
4. Tidak adanya Bahan ajar dan LKPD
5. Siswa kurang berminat terhadap proses pembelajaran yang
dilakukakan karena dia anggap monoton dan membosankan
Berangkat dari latar belakang di atas, maka dalam pembuatan PTK ini
penulis mengambil judul “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
think-paire-share dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa
kelas X APHP SMK Negeri 1 Kodi Tahun Pelajaran 2019/2020”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini
adalah Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-

3
Paire-Share pada pembelajaran matematika mampu meningkatkan hasil belajar
Siswa Kelas X TPHP A SMK Negeri 1 Kodi Tahun Pelajaran 2019/2020?
C. Batasan Masalah
1. Kompetensi Dasar
3.3. Menyusun sistem persamaan linear tiga variabel dari masalah
kontekstual
4.3. Menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan sistem
persamaan linear tiga variabel
2. Pelaksanaan PTK
Rencana pelaksanaan PTK pada bulan Oktober s/d Desember semester I
Tahun Pelajaran 2019/2020
3. Proses Belajar
Aktivitas siswa selama pembelajaran di dalam kelas
4. Hasil Belajar
Hasil belajar yang akan diukur dengan menggunakan tes yang dibuat oleh
peneliti
5. Model Kooperatif Tipe Think Paire-Share
Pendekatan Model Kooperatif Tipe Think Paire-Share ini menghendaki
siswa berkerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicarikan
penghargaan kooperatif, dari pada penghargaan individual. Meskipun
memiliki banyak persamaan dengan pendekatan lain, pendekatan ini
memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
D. Pemecahan Masalah
Langkah kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dan alasan mengapa
tindakan itu dilakukan. seperti:
a. Membagi siswa dalam kelompok terdiri dari 3-4 orang
b. Setiap kelompok dibagikan satu paket soal latihan/tugas
c. Setiap kelompok mendiskusikan

E. Tujuan

4
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dalam penelitian ini
adalah mampu meningkatkan prestasi belajar dengan menerapkan model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Paire-Share pada pembelajaran
matematika Siswa Kelas X APHP A SMK Negeri 1 Kodi Tahun Pelajaran
2019/2020.

F. Manfaat Penelitian
Secara khusus penelitian ini bermanfaat bagi guru, siswa dan peneliti
lainnya.
1. Bagi guru
1. Meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar yang dapat
menimbulkan kepuasaan dan kepercayaan diri.
2. Berkembang dan meningkatnya kinerja guru secara profesional
3. Berperan aktif guru dalam mengembangkan pengetahuan dan
ketrampilan.
2. Bagi siswa
1. Memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar
2. Memperbaiki kesalahan dan kesulitan belajar siswa, sehingga tidak
berlarut
3. Melahirkan siswa yang kreatif, kritis.
4. Dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk meningkatkan
prestasi belajar dengan metode kooperatif tipe Think-Pair-Share.
3. Bagi Sekolah
Sekolah akan berkembang pesat, karena mempunyai guru yang
mempu melakukan perubahan dan perbaikian kinerjanya secara
professional.

5
BAB II

LANDASAN TEORETIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Hakikat Pembelajaran Matematika di SMK


Proses pembelajaran matematika terutama pada satuan pendidikan SMK
memang tidaklah sama dengan penerapan pembelajaran di SMA. Karakteristik
siswa di SMK juga berbeda dengan SMA. Dipandang dari segi prospek lulusannya,
SMK lebih terfokus pada dunia kerja sehingga pada pembelajaran di sekolah
merupakan cermin proses bekerja pada dunia kerja. Untuk itu, proses pembelajaran
matematika di SMK lebih terfokus pada penerapan matematika itu sendiri pada
program keahlian
Pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang dianggap guru
sangatlah hal yang paling perlu diperhatikan. Pasalnya hal tersebut sangat
mempengaruhi ouput siswa dalam menggapai tujuan pembelajaran, yaitu
membentuk watak dan karakteristik siswa yang bermartabat.
Proses pembelajaran matematika terutama pada satuan pendidikan SMK
memang tidaklah sama dengan penerapan pembelajaran di SMA. Karakteristik
siswa di SMK juga berbeda dengan SMA. Dipandang dari segi prospek lulusannya,
SMK lebih terfokus pada dunia kerja sehingga pada pembelajaran di sekolah
merupakan cermin proses bekerja pada dunia kerja. Untuk itu, proses pembelajaran
matematika di SMK lebih terfokus pada penerapan matematika itu sendiri pada
program keahlian.
Matematika yang hakekatnya adalah mata pelajaran yang berasumsi pada
perhitungan, sehingga mata pelajaran ini dianggap mata pelajaran yang menjadi
pangkal dari mata pelajaran yang lain. Umumnya kalau siswa pintar pada
matematika, maka mata pelajaran yang lain juga dapat menguasai. Matematika juga
dianggap kebanyakan siswa adalah mata pelajaran yang dianggap paling sulit,
sampai-sampai mata pelajaran ini dinilai momok yang ditakutkan pada UN yang
merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan.
Oleh karena itu, sebaiknya guru dalam mengajarkan matematika terutama di
SMK agar lebih terfokus pada materi yang dapat diterapkan pada kontekstual
terutama pada program keahlian yang diajarkan agar siswa dapat memaknai arti
6
pentingnya matematika dalam dunia nyata. Pembelajaran yang baik juga perlu
diterapkan oleh guru dengan metode dan model pembelajaran yang dianggap siswa
tidak membosankan. Model pembelajaran yang konvensional pada sekarang ini
sudah dinggap tidak jaman lagi, sebab model pembelajaran ini lebih terfokus pada
guru sehingga siswa dinilai pasif.
Model pembelajaran sekarang yang sedang digalakkan adalah model
pembelajaran dengan sistem kooperatif/kelompok. Model pembelajaran tersebut
disamping dapat membuat siswa lebih aktif, juga pembelajaran terfokus pada siswa
dan guru hanya sebagai fasilitator. Untuk itu, guru juga dituntut untuk dapat
mengembangkan model pembelajaran tersebut dengan berbagai inovatif
pembelajaran, seperti perpaduan dengan alat peraga, metode, pendekatan, strategi,
maupun mengkreasikan model pembelajaran dengan imaginasi sendiri
Siswa diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat untuk
memahami atau menyampaikan informasi misalnya melalui persamaan-persamaan,
atau tabel-tabel dalam model-model matematika yang merupakan penyederhanaan
dari soal-soal cerita atau soalsoal uraian matematika lainnya.
NCTM (National Coucil of Teachers of Mathematics) merekomendasikan 4
(empat) prinsip pembelajaran matematika, yaitu:
1. Matematika sebagai pemecahan masalah.
2. Matematika sebagai penalaran.
3. Matematika sebagai komunikasi,
4. Matematika sebagai hubungan (Erman Suherman, 2003:298).
Matematika perlu diberikan kepada siswa untuk membekali mereka dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan
bekerjasama. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan 16 (Depdiknas,
2006:346) menyebutkan pemberian mata pelajaran matematika bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan
mengaplikasi konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat
dalam pemecahan masalah.

7
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk menjelaskan keadaan/masalah.
5. Memiliki sifat menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu:
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam pelajaran matematika
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Tujuan umum
pertama, pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah adalah memberikan penekanan pada penataan latar dan
pembentukan sikap siswa. Tujuan umum adalah memberikan penekanan pada
keterampilan dalam penerapan matematika, baik dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam membantu mempelajari ilmu pengetahuan lainnya.
Fungsi mata pelajaran matematika sebagai: alat, pola pikir, dan ilmu atau
pengetahua (Erman Suherman, 2003:56). Pembelajaran matematika di sekolah
menjadikan guru sadar akan perannya sebagai motivator dan pembimbing siswa
dalam pembelajaran matematika di sekolah.

B. Tinjauan tentang Pembelajaran Kooperatif Tipe Thik Paire Share


Pendekatan struktural dalam pembelajaran kooperatif telah dikembangkan
oleh Spancer Kagen (Ibrahim, 2005:25). Meskipun memiliki banyak kesamaan
dengan metode lainnya, metode Struktural menekankan pada struktur-struktur
khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa.
Berbagai struktur tersebut dikembangkan oleh Kagen dengan maksud
menjadi alternatif dari berbagai struktur kelas yang lebih tradisional, seperti metode
resitasi, yang ditandai dengan pengajuan pertanyaan oleh guru kepada seluruh
siswa dalam kelas dan para siswa memberikan jawaban setelah lebih dahulu
mengangkat tangan dan ditunjuk oleh guru. Struktur-struktur Kagen menghendaki
agar para siswa bekerja sama saling bergabung dalam kelompokkelompok kecil

8
secara kooperatif.
Ada struktur yang memiliki tujuan umum untuk meningkatkan penguasaan
akademik dan ada pula struktur yang tujuannya untuk mengajarkan keterampilan
sosial. Think-Paire-Share dan Numbered-head-together struktur yang dapat
digunakan untuk meningkatkan penguasaan akademik
Struktur yang dikembangkan oleh Kagen ini dimaksudkan sebagai altenatif
terhadap struktur kelas tradisional seperti resitasi, dimana guru mengajukan
pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberikan jawaban setelah
mengangkat tangan dan ditunjuk.
Pendekatan struktur ini menghendaki siswa berkerja saling membantu dalam
kelompok kecil dan lebih dicarikan penghargaan kooperatif, dari pada penghargaan
individual. Meskipun memiliki banyak persamaan dengan pendekatan lain,
pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
Think-Paire-Share merupakan cara yang efektif untuk mengubah pola
diskusi di dalam kelas. Tipe ini mempunyai kelebihan yakni dapat diterapkan dalam
lingkungan kelas yang besar dan tidak membutuhkan waktu yang lama dalam
pengaturan kelompok, karena strategi ini terdiri atas dua orang berpasangan.
Pendekatan struktur tipe Think-Paire-Share diterapkan untuk
mengupayakan peningkatan isi akademik atau mengecek pemahaman siswa
terhadap isi materi tertentu dan memberi siswa waktu yang lebih banyak untuk
berpikir, menjawab dan saling membantu.
Strategi Think-Paire-Share tumbuh dari penelitian pembelajaraan
kooperatif dan waktu-tunggu. Ini merupakan cara yang efektif untuk mengubah
pola diskusi di dalam kelas. Strategi ini menantang asumsi bahwa seluruh resitasi
dan diskusi perlu dilakukan di dalam setting seluruh kelompok. Think-Paire-Share
memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu
lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.
Langkah-langkah pembelajaran Think-Paire-Share .
Tahap 1 : Thinking (berpikir)
Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran,
kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara

9
mandiri untuk beberapa saat.
Pada langkah ini siswa akan diberikan pertanyaan yang berhubungan
dengan pelajaran yang akan diberikan guru, secara individu siswa memikirkannya.
Siswa memberikan jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk oleh guru.
Pada tahap ini siswa lain akan ikut termotivasi untuk ikut berpendapat sehingga ,
jawaban siswa yang lain akan disanggah oleh teman-temannya.
Tahap 2 : Pairing (berpasangan)
Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang
telah dipikirkannya pada tahap pertama interaksi pada tahap ini diharapkan dapat
berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan atau berbagi ide jika suatu
persoalan khusus telah diidentifikasi. Guru memberikan waktu 4-5 menit untuk
berpasangan.
Pada tahap ini siswa diminta untuk mengambil nomor yang sudah
disediakan oleh guru. Nomor tersebut ditulis pada sepotong kertas yang berisi
nomor 1 sampai dengan 20 nomor tersebut dibuat rangkap dua. Setelah itu siswa
diminta mengambil nomor tersebut secara bergiliran. Apabila nomor yang mereka
terima sama dengan siswa lain maka mereka adalah 1 kelompok, setelah siswa
menemukan kelompoknya maka siswa akan mendiskusikan pertanyaan yang telah
diajukan guru.
Tahap 3 : Sharing (berbagi)
Pada tahap ini, guru meminta pada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas
tentang apa yang telah mereka bicarakan. Ini efektif dilakukan dengan bergiliran
pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah
mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Pada tahap ini siswa diminta untuk mendiskusikannya secara berpasangan
dan setelah itu setiap kelompok akan mempresentasikan diri pada kelompok lain
untuk melaporkan hasil dari diskusi, dan kelompok lain akan menanggapi.

C. Tinjauan tentang Proses belajar


D. Tinjauan Tentang Hasil Belajar

10
BAB III
RENCANA PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Setting Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat
di SMK Negeri 1 Kodi yang berlokasi di jalan prajurit Desa Wurahomba
Kec. Kodi Kabupaten Sumba Barat Daya NTT.

B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah Siswa Kelas X APHP SMK Negeri 1 Kodi
Tahun Pelajaran 2019/2020 pada pokok bahasan Sistem persamaan linier
tiga variabel (SPLTV)

C. Rencana Pelaksanaan Penelitian


Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat
penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dimulai pada bulan Oktober
sampai dengan Bulan Desember Semester Ganjil Tahun Pelajaran
2019/2020.
Bulan
No Jenis Kegiatan 10 11 12
1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penentuan Masalah dan √ √
Pembuatan judul
2 Penyusunan Proposal √
Penelitian
3 Persiapan Siklus I √
4 Pelaksanaan Siklus 1 √
5 Analisis Siklus I √
6 Persiapan Siklus 2 √
7 Pelaksanaan Siklus 2 √
8 Analisis dan √ √
Pembahasan
9 Penyusunan Laporan √ √ √ √

11
PTK

D. Indikator Keberhasilan Penelitian


Keberhasilan belajar dikatakan berhasil jika nilai KKM klasikal sebesar
75% dengan nilai KKM 70

E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga
lebih mudah diolah (Arikunto, 2002:136)
Sesuai rumusan masalah, instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Lembar pengamatan observasi pembelajaran koopertaif tipe
Think- Pair- Share
Lembar pengamatan observasi yang dilakukan di sini adalah
observasi langsung atau pengamatan langsung yaitu cara pengumpulan data
berdasarkan pengamatan yang menggunakan metode kooperatif tipe Think-
Paire-Share terhadap pembelajaran membaca.
Lembar observasi berisi aktivitas guru dan siswa digunakan untuk
mengukur kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif
Think-Paire-Share .
Lembar aktivitas guru berisi lima aktivitas, yaitu.
1). Menyampaikan pendahuluan dan materi pelajaran kepada siswa.
Guru menyampaikan proses pembelajaran membaca dengan
menggunakan metode kooperatif tipe Think-Paire-Share siswa
diharapkan dapat mengikuti KBM yang akan diajarkan.
2). Memotivasi siswa dalam pembelajaran membaca.
Guru memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran membaca
dengan menggunakan metode kooperatif tipe Think-Paire-Share ,
sehingga dapat menumbuhkan minat belajar siswa.
3). Membimbing dan melatih siswa dalam pembelajaran membaca.
Guru membimbing siswa dalam pembelajaran membaca.. Setelah
12
siswa mengetahui dan memahami tentang membaca, siswa melatih
keterampilan membaca dengan menggunakan metode kooperatif.
4). Memberi umpan balik kepada siswa yang bertanya.
Guru memberi umpan balik apabila ada siswa yang bertanya
selama. KBM berlangsung tentang pembelajaran membaca yang belum
dimengertinya.

1. Membantu siswa untuk merefleksikan


Guru pada setiap akhir pertemuan membantu siswa untuk
merefleksikan tentang pembelajaran hari itu, sehingga guru akan
mengetahui seberapa dalam daya serap siswa menerima kegiatan
belajar mengajar yang telah berlangsung.
Berikutnya lembar observasi aktivitas siswa yang berisikan
antara lain.:
1) Memperhatikan penjelasan guru.
Setiap siswa memperhatikan penjelasan guru tentang hal-hal yang
akan dilakukannya dalam kegiatan belajar mengajar.
2). Memperhatikan pembelajaran sikap positif terhadap pancasila.
Setiap siswa diajak untuk memperhatikan membaca yang
disajikan dalam menggunakan metode kooperatif tipe Think-Pair-
Share yang akan dilakukan.
3). Melakukan berbagai cara membaca cepat.
Siswa dapat melakukan berbagai cara membaca cepat dari sebuah
bahan bacaan yang sudah disediakan.
4). Bertanya jawab pada guru mengenai materi yang kurang jelas.
Siswa bertanya tentang hal-hal yang masih kurang jelas terhadap
materi pembelajaran membaca.
5). Merefleksikan materi pelajaran.
Siswa merefleksikan pembelajaran membaca yang telah
berlangsung pada setiap kali pertemuan.
2. Tes
Tes adalah seperangkat rangsangan yang diberikan kepada seseorang
dengan maksud mendapatkan jawaban-jawaban yang dapat dijadikan dasar

13
bagi penetapan skor angka. Hasil belajar siswa setelah pembelajaran
berlangsung diukur dengan instrumen berupa tes subjektif, yaitu siswa
diminta menjawab pertanyaan yang berada dalam lembaran yag dibagikan
oleh guru.

F. Teknik Analisis Data


Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan
pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan
teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat
menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh
dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk
memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa
selama proses pembelajaran.
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan
siswa setelah kegiatan belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan
cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga
diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

X=
∑X
∑N
Dengan : = Nilai rata-rata
X
Σ X = Jumlah semua nilai siswa
Σ N = Jumlah siswa
2. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan
secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar
kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar
bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar

14
bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih
dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan
belajar digunakan rumus sebagai berikut:

P=
∑ Siswa. yang . tuntas . belajar x 100
∑ Siswa

15
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus.2014.Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum


2013.Bandung:PT Refika Aditama
Ardiana, Leo Idra. 2003. Penelitian. Tindakan Kelas: Pelatihan Terintegrasi
Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Dkk. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Ardiana, Leo Idra. 2004. Bahan Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi:
Penelitian Tindakan Kelas Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan
Menengah, Direktoral SD.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penetilian . Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. 2007. Pedoman Bimbingan Penulisan Karya Ilmiah (On-Line). Jakarta:
Direktorat Profesi Pendidik.
Faisal, Sanapiah, dan Mulyani, Guntur Waseso. 1982. Metode Penelitian
Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Nur, Muhammad, 2005. Pembelajaran Kooperatif.Surabaya: University Press.
Nurhadi. 1987. Membaca Cepat dan Efektif. Malang: Sinar Baru Al Gensindo.
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004, Pertanyaan dan.Jawaban: Grasindo
.Rosyada, Dede. 2004. Paradigma Pendidikan Masyarakat dalam
Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Prenata Media.
Soedarso. 2004. Speed Reading Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Suyatno. 2004 Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Surabaya:SIC
Tarigan, Henry 1994. Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Tim Pelatihan Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2006 tentang Guru dan Dosen . Jakarta.
Universitas Negeri Malang. 2003. Pedoman Penelitian karya Ilmiah. Malang: UM
Press.

16

Anda mungkin juga menyukai