PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hakikat matematika yang merupakan ilmu yang akhirnya bersifat
abstrak, bagi kebanyakan siswa matematika masih merupakan momok. Bagi
para guru tidak mudah untuk memilih strategi, model, pendekatan, metode,
teknik pembelajaran yang tepat sehingga materi matematika mudah dipahami
siswa, siswa bisa terampil serta siswa tertarik untuk mempelajarinya.
Dalam pembelajaran matematika strategi mana yang dipilih, kita sebagai
guru harus jeli untuk menentukan yang dapat disesuaikan dengan materi yang
akan dibahas.Demikian pula model pembelajaran yang akan dipilih. Dalam
konteks Kurikulum 2013 ada 5 model pembelajaran yang merupakan model
inti. Pelaksanaan model pembelajaran mana yang dipilih diorientasikan agar
siswa dapat mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilannya dalam
proses pembelajaran yang aktif kreatif, siswa dapat mengembangkan
kemampuan kritis dan terampil berkomunikasi maka para guru pegang peranan
yang penting. Kelima model pembelajaran tersebut adalah: Model Pembelajaran
Proses Saintifik, Model Pembelajaran Integratif Berdiferensiasi, Model 7
Pembelajaran Multiliterasi, Model Pembelajaran Multisensori, dan Model
Pembelajaran Kooperatif. (Abidin, 2014)
Karena itu dalam kegiatan belajar mengajar, menurut Roestiyah, N.K.
(1989: 1), guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara
efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah
untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau
biasanya disebut metode mengajar. Dengan demikian, metode mengajar adalah
stategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan..
Dalam pembelajaran Sistem Persamaan Linier Tiga Variabel, penulis
memakai metode kooperatif. Model pembelajaran kooperatif pada dasarnya
mengembangkan interaksi antar siswa dalam memecahkan materi pelajaran
yang dihadapinya. Model-model kooperatif diantaranya tipe Student Team
Achievement Division (STAD), tipe Investigasi Kelompok (IK), tipe Think-
Pair-Share dan tipe Jigsaw. Dari keempat tipe model pembelajaran kooperatif
tersebut, penulis menitikberatkan pada tipe Think-Pair-Share
Tipe Think-Pair-Share sangatlah sederhana di antara tipe-tipe yang lain.
Tipe ini memiliki kelebihan antara lain tingkat keberhasilan lebih besar dan
dapat diterapkan dalam lingkungan kelas yang besar dan tidak membutuhkan
waktu yang lama dalam pengaturan kelompok, karena strategi ini terdiri atas
dua orang berpasangan.
Pendekatan struktural tipe Think-Pair-Share diterapkan untuk
mengupayakan peningkatan mutu akademik atau mengecek pemahaman siswa
terhadap isi materi tertentu dan memberikan siswa waktu yang lebih banyak
untuk berpikir, menjawab dan saling membantu.
Dalam penelitian ini penulis melaksanakan suatu penelitian yang
berkaitan dengan pembelajaran kooperatif dengan pendekatan tipe Think-Pair-
Share, yakni pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh seorang guru yaitu
peneliti sendiri.
Tipe ini membantu siswa menemukan dan memahami pembelajaran
matematika dengan cara berdiskusi dengan teman sejawatnya. Siswa mendapat
prestasi belajar yang baik, jika siswa dapat terlibat langsung dan aktif dalam
pembelajaran matematika. Bertolak dari kemampuan menyelesaikan himpunan
penyelesaian sistem persamaan linier tiga variabel yang masih kurang, penulis
tergerak untuk mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe think-paire-share dalam meningkatkan hasil
belajar matematika siswa kelas X APHP SMK Negeri 1 Kodi tahun pelajaran
2019/2020”
Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, khususnya dalam
pembelajaran Matematika di daerah-daerah yang sumber daya manusianya
masih kurang, guru mengalami kesulitan dalam mengembangkan metode dan
strategi pembelajaran. Ini pun terjadi di SMK Negeri 1 Kodi pada kelas X
APHP dari jumlah siswa 28 orang yang mengikuti pretes hanya 8 orang yang
dapat dinyatakan lulus/tuntas (28,57%) dan 20 orang dinyatakan belum
lulus/tuntas (71,43%) dengan nilai rata-rata masih di bawah KKM yaitu 70.
2
Data tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar Matematika pada kelas
X APHP dapat dinyatakan belum memenuhi kriteria ketuntasan.
Ketidaktuntasan tersebut terlihat dari bukti prosentase kelulusan seluruh siswa
hanya mencapai 28,54%. Prosentase tersebut jauh dari prosentase ideal antara
85% - 100%. Bahkan prosentase kelulusan tersebut ternyata lebih kecil
daripada prosentase ketidaklulusan. Oleh karena itu, untuk kasus tersebut perlu
diadakan remedial klasikal. Proses remedial klasikal dalam kasus ini penulis
lakukan melalui kegiatan penelitian tindakan kelas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini
adalah Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-
3
Paire-Share pada pembelajaran matematika mampu meningkatkan hasil belajar
Siswa Kelas X TPHP A SMK Negeri 1 Kodi Tahun Pelajaran 2019/2020?
C. Batasan Masalah
1. Kompetensi Dasar
3.3. Menyusun sistem persamaan linear tiga variabel dari masalah
kontekstual
4.3. Menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan sistem
persamaan linear tiga variabel
2. Pelaksanaan PTK
Rencana pelaksanaan PTK pada bulan Oktober s/d Desember semester I
Tahun Pelajaran 2019/2020
3. Proses Belajar
Aktivitas siswa selama pembelajaran di dalam kelas
4. Hasil Belajar
Hasil belajar yang akan diukur dengan menggunakan tes yang dibuat oleh
peneliti
5. Model Kooperatif Tipe Think Paire-Share
Pendekatan Model Kooperatif Tipe Think Paire-Share ini menghendaki
siswa berkerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicarikan
penghargaan kooperatif, dari pada penghargaan individual. Meskipun
memiliki banyak persamaan dengan pendekatan lain, pendekatan ini
memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
D. Pemecahan Masalah
Langkah kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dan alasan mengapa
tindakan itu dilakukan. seperti:
a. Membagi siswa dalam kelompok terdiri dari 3-4 orang
b. Setiap kelompok dibagikan satu paket soal latihan/tugas
c. Setiap kelompok mendiskusikan
E. Tujuan
4
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dalam penelitian ini
adalah mampu meningkatkan prestasi belajar dengan menerapkan model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Paire-Share pada pembelajaran
matematika Siswa Kelas X APHP A SMK Negeri 1 Kodi Tahun Pelajaran
2019/2020.
F. Manfaat Penelitian
Secara khusus penelitian ini bermanfaat bagi guru, siswa dan peneliti
lainnya.
1. Bagi guru
1. Meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar yang dapat
menimbulkan kepuasaan dan kepercayaan diri.
2. Berkembang dan meningkatnya kinerja guru secara profesional
3. Berperan aktif guru dalam mengembangkan pengetahuan dan
ketrampilan.
2. Bagi siswa
1. Memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar
2. Memperbaiki kesalahan dan kesulitan belajar siswa, sehingga tidak
berlarut
3. Melahirkan siswa yang kreatif, kritis.
4. Dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk meningkatkan
prestasi belajar dengan metode kooperatif tipe Think-Pair-Share.
3. Bagi Sekolah
Sekolah akan berkembang pesat, karena mempunyai guru yang
mempu melakukan perubahan dan perbaikian kinerjanya secara
professional.
5
BAB II
7
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk menjelaskan keadaan/masalah.
5. Memiliki sifat menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu:
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam pelajaran matematika
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Tujuan umum
pertama, pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah adalah memberikan penekanan pada penataan latar dan
pembentukan sikap siswa. Tujuan umum adalah memberikan penekanan pada
keterampilan dalam penerapan matematika, baik dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam membantu mempelajari ilmu pengetahuan lainnya.
Fungsi mata pelajaran matematika sebagai: alat, pola pikir, dan ilmu atau
pengetahua (Erman Suherman, 2003:56). Pembelajaran matematika di sekolah
menjadikan guru sadar akan perannya sebagai motivator dan pembimbing siswa
dalam pembelajaran matematika di sekolah.
8
secara kooperatif.
Ada struktur yang memiliki tujuan umum untuk meningkatkan penguasaan
akademik dan ada pula struktur yang tujuannya untuk mengajarkan keterampilan
sosial. Think-Paire-Share dan Numbered-head-together struktur yang dapat
digunakan untuk meningkatkan penguasaan akademik
Struktur yang dikembangkan oleh Kagen ini dimaksudkan sebagai altenatif
terhadap struktur kelas tradisional seperti resitasi, dimana guru mengajukan
pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberikan jawaban setelah
mengangkat tangan dan ditunjuk.
Pendekatan struktur ini menghendaki siswa berkerja saling membantu dalam
kelompok kecil dan lebih dicarikan penghargaan kooperatif, dari pada penghargaan
individual. Meskipun memiliki banyak persamaan dengan pendekatan lain,
pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
Think-Paire-Share merupakan cara yang efektif untuk mengubah pola
diskusi di dalam kelas. Tipe ini mempunyai kelebihan yakni dapat diterapkan dalam
lingkungan kelas yang besar dan tidak membutuhkan waktu yang lama dalam
pengaturan kelompok, karena strategi ini terdiri atas dua orang berpasangan.
Pendekatan struktur tipe Think-Paire-Share diterapkan untuk
mengupayakan peningkatan isi akademik atau mengecek pemahaman siswa
terhadap isi materi tertentu dan memberi siswa waktu yang lebih banyak untuk
berpikir, menjawab dan saling membantu.
Strategi Think-Paire-Share tumbuh dari penelitian pembelajaraan
kooperatif dan waktu-tunggu. Ini merupakan cara yang efektif untuk mengubah
pola diskusi di dalam kelas. Strategi ini menantang asumsi bahwa seluruh resitasi
dan diskusi perlu dilakukan di dalam setting seluruh kelompok. Think-Paire-Share
memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu
lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.
Langkah-langkah pembelajaran Think-Paire-Share .
Tahap 1 : Thinking (berpikir)
Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran,
kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara
9
mandiri untuk beberapa saat.
Pada langkah ini siswa akan diberikan pertanyaan yang berhubungan
dengan pelajaran yang akan diberikan guru, secara individu siswa memikirkannya.
Siswa memberikan jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk oleh guru.
Pada tahap ini siswa lain akan ikut termotivasi untuk ikut berpendapat sehingga ,
jawaban siswa yang lain akan disanggah oleh teman-temannya.
Tahap 2 : Pairing (berpasangan)
Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang
telah dipikirkannya pada tahap pertama interaksi pada tahap ini diharapkan dapat
berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan atau berbagi ide jika suatu
persoalan khusus telah diidentifikasi. Guru memberikan waktu 4-5 menit untuk
berpasangan.
Pada tahap ini siswa diminta untuk mengambil nomor yang sudah
disediakan oleh guru. Nomor tersebut ditulis pada sepotong kertas yang berisi
nomor 1 sampai dengan 20 nomor tersebut dibuat rangkap dua. Setelah itu siswa
diminta mengambil nomor tersebut secara bergiliran. Apabila nomor yang mereka
terima sama dengan siswa lain maka mereka adalah 1 kelompok, setelah siswa
menemukan kelompoknya maka siswa akan mendiskusikan pertanyaan yang telah
diajukan guru.
Tahap 3 : Sharing (berbagi)
Pada tahap ini, guru meminta pada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas
tentang apa yang telah mereka bicarakan. Ini efektif dilakukan dengan bergiliran
pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah
mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Pada tahap ini siswa diminta untuk mendiskusikannya secara berpasangan
dan setelah itu setiap kelompok akan mempresentasikan diri pada kelompok lain
untuk melaporkan hasil dari diskusi, dan kelompok lain akan menanggapi.
10
BAB III
RENCANA PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat
di SMK Negeri 1 Kodi yang berlokasi di jalan prajurit Desa Wurahomba
Kec. Kodi Kabupaten Sumba Barat Daya NTT.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah Siswa Kelas X APHP SMK Negeri 1 Kodi
Tahun Pelajaran 2019/2020 pada pokok bahasan Sistem persamaan linier
tiga variabel (SPLTV)
11
PTK
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga
lebih mudah diolah (Arikunto, 2002:136)
Sesuai rumusan masalah, instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Lembar pengamatan observasi pembelajaran koopertaif tipe
Think- Pair- Share
Lembar pengamatan observasi yang dilakukan di sini adalah
observasi langsung atau pengamatan langsung yaitu cara pengumpulan data
berdasarkan pengamatan yang menggunakan metode kooperatif tipe Think-
Paire-Share terhadap pembelajaran membaca.
Lembar observasi berisi aktivitas guru dan siswa digunakan untuk
mengukur kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif
Think-Paire-Share .
Lembar aktivitas guru berisi lima aktivitas, yaitu.
1). Menyampaikan pendahuluan dan materi pelajaran kepada siswa.
Guru menyampaikan proses pembelajaran membaca dengan
menggunakan metode kooperatif tipe Think-Paire-Share siswa
diharapkan dapat mengikuti KBM yang akan diajarkan.
2). Memotivasi siswa dalam pembelajaran membaca.
Guru memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran membaca
dengan menggunakan metode kooperatif tipe Think-Paire-Share ,
sehingga dapat menumbuhkan minat belajar siswa.
3). Membimbing dan melatih siswa dalam pembelajaran membaca.
Guru membimbing siswa dalam pembelajaran membaca.. Setelah
12
siswa mengetahui dan memahami tentang membaca, siswa melatih
keterampilan membaca dengan menggunakan metode kooperatif.
4). Memberi umpan balik kepada siswa yang bertanya.
Guru memberi umpan balik apabila ada siswa yang bertanya
selama. KBM berlangsung tentang pembelajaran membaca yang belum
dimengertinya.
13
bagi penetapan skor angka. Hasil belajar siswa setelah pembelajaran
berlangsung diukur dengan instrumen berupa tes subjektif, yaitu siswa
diminta menjawab pertanyaan yang berada dalam lembaran yag dibagikan
oleh guru.
X=
∑X
∑N
Dengan : = Nilai rata-rata
X
Σ X = Jumlah semua nilai siswa
Σ N = Jumlah siswa
2. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan
secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar
kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar
bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar
14
bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih
dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan
belajar digunakan rumus sebagai berikut:
P=
∑ Siswa. yang . tuntas . belajar x 100
∑ Siswa
15
DAFTAR PUSTAKA
16