Anda di halaman 1dari 382

Bab 2

SHARAII PERKEMBANGAN KEPERAWA'I'AN I(O MUNITAS

ferkembangan keperawatan komunitas tidak terlepas dari tokoh metologi Yunani, ya'ml
Asclepius Ann Hegeia. Berdasarkan mitos Yunani, Asclepius adalah seorang dokter yang tampan
dan pandai pleski tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya. Dia
dapat mengobaxi penyakit bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedurprosedur tertentu
(surgical procedure) dengan baik. Sementara Hegeia adalah asisten Asclepius yang juga
merupakan istrinya, dia ahli

dalam melakukan upaya-upaya kesehatan. Iika diperhatikans terdapat perbedaan dalam metodz
penanganan masalah kesehatan yang dilakukan Oleh suami istri tersebut.

Tabel 2.1. Perbedaan Penanganan Masalah Kesehatan antara Asctepius dan Hegeia

Tokoh Cara Penanganan Masalah Kesehatan Masyarakgt Asclepius Dilakukan setetah penyakit
tersebut terjadi pada seseorang Hegeia Penanganan masalah melalui:

1. Hidup seimbang

2. Menghindari makanan atau minuman beracun 3. Memakan makanan yang bergizi (cukup)

4. Istirahat yang cukup

5. Olahraga
Dari perbedaan pendekatan penanganan masalah kesehatan antara Asclepius dan Hegeia

tersebut, akhirnya muncul dua aliran/pendekatan dalam penanganan masalah-masalah


kesehatan pada masyarakat, yaitu sebagai berikut:

1. Kelompok/aliran 1

Aliran ini cenderung menunggu terjadinya penyakit atau setelah orang jatuh sak'rt. Pendekatan
ini disebut dengan pendekatan kuratif. Kelompok tersebut terd'u'i atas dokter, psiklatet, dan

praktisi-praktisi lain yang melakukan perawatan atau pengobatan penyakit baik, flsik maupun
psikologis.

2. Kelompok/aliran 2 Aliran ini cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit


(preventij) dan

peningkatan kesehatan (health promotion) sebelum terjad'mya penyakit. Kelompok ini antara
lain para perawat komunitas.

Bab 2

SHARAII PERKEMBANGAN KEPERAWA'I'AN I(O MUNITAS

ferkembangan keperawatan komunitas tidak terlepas dari tokoh metologi Yunani, ya'ml
Asclepius Ann Hegeia. Berdasarkan mitos Yunani, Asclepius adalah seorang dokter yang tampan
dan pandai pleski tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya. Dia
dapat mengobaxi penyakit bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedurprosedur tertentu
(surgical procedure) dengan baik. Sementara Hegeia adalah asisten Asclepius yang juga
merupakan istrinya, dia ahli

dalam melakukan upaya-upaya kesehatan. Iika diperhatikans terdapat perbedaan dalam metodz
penanganan masalah kesehatan yang dilakukan Oleh suami istri tersebut.

Tabel 2.1. Perbedaan Penanganan Masalah Kesehatan antara Asctepius dan Hegeia

Tokoh Cara Penanganan Masalah Kesehatan Masyarakgt Asclepius Dilakukan setetah penyakit
tersebut terjadi pada seseorang Hegeia Penanganan masalah melalui:

1. Hidup seimbang

2. Menghindari makanan atau minuman beracun 3. Memakan makanan yang bergizi (cukup)

4. Istirahat yang cukup

5. Olahraga

Dari perbedaan pendekatan penanganan masalah kesehatan antara Asclepius dan Hegeia

tersebut, akhirnya muncul dua aliran/pendekatan dalam penanganan masalah-masalah


kesehatan pada masyarakat, yaitu sebagai berikut:

1. Kelompok/aliran 1
Aliran ini cenderung menunggu terjadinya penyakit atau setelah orang jatuh sak'rt. Pendekatan
ini disebut dengan pendekatan kuratif. Kelompok tersebut terd'u'i atas dokter, psiklatet, dan

praktisi-praktisi lain yang melakukan perawatan atau pengobatan penyakit baik, flsik maupun
psikologis.

2. Kelompok/aliran 2 Aliran ini cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit


(preventij) dan

peningkatan kesehatan (health promotion) sebelum terjad'mya penyakit. Kelompok ini antara
lain para perawat komunitas.

3O

Dari uraian di atas, seiring dengan makin maju. maka dalam masyarakat yang se

antara kedua kelompok profesi tersebut, Yal

Tabel 2.2. Perbedaan Pelayanan Kesehatan Kuratif da

Tingkat Pelayanan Curative Health Care

Cara penanganan 1. Sasarannya bersifat individuat masalah 2. Kontak pada klien hanya satu kali
kesehatan

3. Jarak petugas kesehatan dengan klien jauh 4. Cara pendekatan:

a. Bersifat reaktif, artinya bersifat hanya menunggu masalah kesehatan/penyakit datang. Di sini
petugas kesehatan hanya menunggu klien datang;

b. Cenderung melihat dan menangani masalah klien pada sistem biologis:

c. Manusia sebagai klien hanya di lihat secara parsial. Padahal manusia terdiri atas aspek
biopsiko-sosio dan spirituaL

etahuan dan teknologi Yang

' en . ' .

pfrkeglbazi: ggiiieogah-olah t1mbul garls pemISah uas apa

“1 P61ayanan kesehatan

ra a elayanan pencegahan (preventive health care) Sebagalmana terte p P

' urative health (:are)c1an

Preventive Health Care


Sasarannya adalah masyarakat Masalah yang ditangani adalah

masalah yang dirasakan oleh

masyarakat, bukan masalah individual

Hubungan petugas kesehatan dan

masyarakat bersifat kemitraan

Cara pendekatan:

a. Bersifat proaktif, artinya tidak menunggu adanya masalah, tetapi mencan‘ apa penyebab
masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak hanya menunggu datangnya

. klien, tetapi harus turun ke masyarakat untuk men_can' dan mengidentifikasi masalah yang

ada pada masyarakat, dan selanjutnya

melakukan tindakan.

b. Melihat klien sebagai makhluk yang utuh melalui pendekatan yang holistik, bahwa terjadinya
penyakit tidak semata~mata karen terganggunya salah satu a baik aspek biologis maupun as
yang lain. Pendekatan yang Dek digunakan adalah pendekatan yaumg utuh pada semua aSpek b
b1ologis, psikologis. sosiolOgis baik maupun spiritual dan sosiaL
remap: nnxemmncnn Kulmn-nn mnnannKnT

Periode perkem'bzngan kegelziatnn mesyarakm terdm atas periode sebelum “mu pengetahUan
‘53. (pmaenttfic perm ) an pe 0 e mu Pengetahuan (scieu‘m‘ Pe'wd)‘ Tr; «9‘

PERIOD! SIBILIIM ILMII PENGITAHIIAN (PRISCIENTIFIC PERIOD) 3233:: perkcmbanga" kesehatan


masyarakat sebelum “mu engetahuan tidak daPat dipisahkan dari 1:“; seiamh kebudayaan yang
ada di dunia, di amaranya a:alah budaya dari bangsa Babiloma, Mes“, 3‘ Yunani» dan Romawi.
Bangsa bangsa tersebut menunjukkan bahwa manusia telah melakUkan 2‘ ”58m untuk
menanggulangi masalah-masalah kesehat an magyafakat dan penyakit. Pada Zaman "‘ gersebut
diperoleh catatan bahwa telah dibangun temp at pembuanga“ kotoran (latrin) umum untuk
$2225; menampuns tinja atau kotoran manusia serta digalinya susia. Saat itu latrin dibangun
dengan tujuan :IEESI agar tinja tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan pandangan yang
tidak menyenangkana 3:35 belum ada pemikiran bahwa latrin dibangun dengan alasan
kesehatan karena tinja atau kotoran {22 manusia dapat menularkan penyakit. Pembuatan susia
oleh masyarakat pada masa itu juga karena :3 air sungai yang biasa mereka minum sudah kotor.
dan terasa tidak enak» bukan karena minum air 32

sungai dapat menyebabkan Penyakit (Greene, 1984). Dari dokumen lain juga tercatat bahwa
pada man RomaWI Kuno telah dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan kepada
masyarakat

i1nmk (Hanlon, 1974): 1_ mencatatkan pembangunan rumah;

2, melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya; 3, melaporkan binatang


peliharaan/ternak yang dapat menimbulkan bau; 4, pemerintah melakukan supervisi ke tempat-
tempat minuman (public bar), warung makanan,

tempat prostitusi, dan lain-lain.


Setelah itu, kesehatan masyarakat makin dirasakan perlunya di awal abad ke-l sampai ke-7

dengan alasan sebagai berikut. 1, Berbagai penyakit menular mulai menyerang penduduk dan
telah menjadi epidemi, bahkan

ada yang menjadi endemis. Di Asia, khususnya Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika muncul
penyakit kolera yang telah

2. tercatat sejak abad ke-7-bahkan di India penyakit kolera telah menjadi endemis. Penyakit
lepra telah menyebar ke Mesir, Asia kecil, dan Eropa melalui para emigran.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi kasus epidemi dan endemis, di amaranya
masyarakat mulai memerhatikan masalah: lingkungan, terutama higiene dan sanitasi
lingkungan; pembuangan kotoran manusia (latrin); mengusahakan air minum bersih;

pembuangan sampah; pembuatan ventilasi yang memenuhi syarat.

Pada abad kel4 mulai terjadi wabah pes yang dasyat di Cina dan India. Pada tahun 1340 telah
tercatat l3 juta orang meninggal karena wabah pes. Di India, Mesir, dan Gaza dilaporkan bahwa
13nbu orang meninggal tiap hari karena serangan pes. Berdasarkan catatan, jumlah orang yang
remap: nnxemmncnn Kulmn-nn mnnannKnT

Periode perkem'bzngan kegelziatnn mesyarakm terdm atas periode sebelum “mu pengetahUan
‘53. (pmaenttfic perm ) an pe 0 e mu Pengetahuan (scieu‘m‘ Pe'wd)‘ Tr; «9‘

PERIOD! SIBILIIM ILMII PENGITAHIIAN (PRISCIENTIFIC PERIOD) 3233:: perkcmbanga" kesehatan


masyarakat sebelum “mu engetahuan tidak daPat dipisahkan dari 1:“; seiamh kebudayaan yang
ada di dunia, di amaranya a:alah budaya dari bangsa Babiloma, Mes“, 3‘ Yunani» dan Romawi.
Bangsa bangsa tersebut menunjukkan bahwa manusia telah melakUkan 2‘ ”58m untuk
menanggulangi masalah-masalah kesehat an magyafakat dan penyakit. Pada Zaman "‘ gersebut
diperoleh catatan bahwa telah dibangun temp at pembuanga“ kotoran (latrin) umum untuk
$2225; menampuns tinja atau kotoran manusia serta digalinya susia. Saat itu latrin dibangun
dengan tujuan :IEESI agar tinja tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan pandangan yang
tidak menyenangkana 3:35 belum ada pemikiran bahwa latrin dibangun dengan alasan
kesehatan karena tinja atau kotoran {22 manusia dapat menularkan penyakit. Pembuatan susia
oleh masyarakat pada masa itu juga karena :3 air sungai yang biasa mereka minum sudah kotor.
dan terasa tidak enak» bukan karena minum air 32

sungai dapat menyebabkan Penyakit (Greene, 1984). Dari dokumen lain juga tercatat bahwa
pada man RomaWI Kuno telah dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan kepada
masyarakat

i1nmk (Hanlon, 1974): 1_ mencatatkan pembangunan rumah;

2, melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya; 3, melaporkan binatang


peliharaan/ternak yang dapat menimbulkan bau; 4, pemerintah melakukan supervisi ke tempat-
tempat minuman (public bar), warung makanan,

tempat prostitusi, dan lain-lain.

Setelah itu, kesehatan masyarakat makin dirasakan perlunya di awal abad ke-l sampai ke-7

dengan alasan sebagai berikut. 1, Berbagai penyakit menular mulai menyerang penduduk dan
telah menjadi epidemi, bahkan

ada yang menjadi endemis. Di Asia, khususnya Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika muncul
penyakit kolera yang telah
2. tercatat sejak abad ke-7-bahkan di India penyakit kolera telah menjadi endemis. Penyakit
lepra telah menyebar ke Mesir, Asia kecil, dan Eropa melalui para emigran.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi kasus epidemi dan endemis, di amaranya
masyarakat mulai memerhatikan masalah: lingkungan, terutama higiene dan sanitasi
lingkungan; pembuangan kotoran manusia (latrin); mengusahakan air minum bersih;

pembuangan sampah; pembuatan ventilasi yang memenuhi syarat.

Pada abad kel4 mulai terjadi wabah pes yang dasyat di Cina dan India. Pada tahun 1340 telah
tercatat l3 juta orang meninggal karena wabah pes. Di India, Mesir, dan Gaza dilaporkan bahwa
13nbu orang meninggal tiap hari karena serangan pes. Berdasarkan catatan, jumlah orang yang

meninggal karcna wabah penyakit pea di seluruh dunla waktu itu mencapai lebih dari 60 jute
Oran sehinggn kejadmn Pada waktu itu dlsebut '1he Black Death”-serangan wabah PenYakit
menu} ml berlangsung sampai ahad kc 18. Di samping wabah pes, wabah kolera dan tifus juga
mas' berlangsunsPada tahun 1603 lebih darl l darl 6 orang meninggal karena penyakit menular,
d tahun 1665 seknar l dart S orang menmggal. Pada tahun 1759 dilaporkan 70 ribu orang
Pendudu di Kepulauan Cyprus meninggal karena penyakit menular. Penyakit lain yang menjadi
wabah antata lain dlpteri. tifus, disemri. dan Iain-lain.

nmool ILMII PINGITAIIIIAN (SC'ENTIFIC PERIOD)

Pads akhir abad ke18 dan di awal abad ke-l9, bangkitnya ilmu pengetahuan mempunyai dammk
yang sangat luas pada segala aspek kehidupan manusia, termasuk pada aspek kesehatan. Pada
abad ini pendekatan dalam penanganan masalah kesehatan tidak hanya memandang pada
aspek biologs saja. tetapi sudah komprehensif dan multisektoral. Selain itu, telah ditemukan
berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegahan penyakit, seperti pada
Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Penemu dan Hasil Pengmuan dalam Penanggulan Penyakit

Penemu Hasil Temuan Louis Pasteur Vaksin untuk mencetah venyakit cacar Jose-h Lister Asam
carbol carbolic an" untuk stren'lisasi ruanv operasi William Marton Ether sebacai anestesi pada
waktu operasi

Upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai dilaksanakan di Inggris. Hal ini terkait
dengan wabah penyakit endemis kolera tahun 1832 yang terjadi pada masyarakat di perkotaan,
terutama yang miskin. Parlemen Inggris membentuk komisi penanganan pada penyakit ini dan
Edwin Chadwich-seorang pakar sosial (social scientist)--ditunjuk sebagai ketua komisi untuk
melakukan penyelidikan mengenai penyebab wabah kolera ini. Hasil penyelidikan yang
dilaporkan di antaranya yaitu masyarakat yang hidup dalam kondisi sanitasi yang buruk, susia
penduduk berdekatan dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia, adanya aliran
air limbah terbuka yang tidak teratur, makanan yang dijual di pasar tidak higienes (dihinggapi
lalat dan kecoa), sebagaian besar masyarakat hidup miskin, serta bekerja rata-rata l4 jam per
hari sementara gaji yang diperoleh tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hasil laporan
Edwin Chadwich tersebut dilengkapi dengan analisis data yang lengkap dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Akhirnya, parlemen Inggris mengeluarkan undang-
undang yang mengatur upayaupaya peningkatan kesehatan penduduk dan berbagai peraturan
tentang sanitasi lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik, dan lain-lain.

Berawal dari penelitiaannya, Edwin Chadwich tertarik untuk lebih jauh mempelajari kesehatan
masyarakat, sehingga saat itu ia menjadi pioneer dalam ilmu kesehatan masyarakat. Generasi
setelah Chadwich adalah Winslow-murid Chadwich-yang kemudian dikenal sebagai pembina
kesehatan masyarakat modem (public health modern). Winslow merumuskan defmisi kesehatan
masyarakat yang kemudian diterima oleh WHO. Sejak saat itu, lahirlah berbagai macam detinisi
sehat. John Snow, adalah seorang tokoh yang sudah tidak asing dalam dunia kesehatan
masyarakat dalam upaya sukseenya mengatasi penyakit kolera yang melanda kota London. Hal
yang perlu dicatat di sini adalah bahwa John Snow mempergunakan pendekatan epidemiologi
dalam menganalisis wabah remap: nnxemmncnn Kulmn-nn mnnannKnT

Periode perkem'bzngan kegelziatnn mesyarakm terdm atas periode sebelum “mu pengetahUan
‘53. (pmaenttfic perm ) an pe 0 e mu Pengetahuan (scieu‘m‘ Pe'wd)‘ Tr; «9‘
PERIOD! SIBILIIM ILMII PENGITAHIIAN (PRISCIENTIFIC PERIOD) 3233:: perkcmbanga" kesehatan
masyarakat sebelum “mu engetahuan tidak daPat dipisahkan dari 1:“; seiamh kebudayaan yang
ada di dunia, di amaranya a:alah budaya dari bangsa Babiloma, Mes“, 3‘ Yunani» dan Romawi.
Bangsa bangsa tersebut menunjukkan bahwa manusia telah melakUkan 2‘ ”58m untuk
menanggulangi masalah-masalah kesehat an magyafakat dan penyakit. Pada Zaman "‘ gersebut
diperoleh catatan bahwa telah dibangun temp at pembuanga“ kotoran (latrin) umum untuk
$2225; menampuns tinja atau kotoran manusia serta digalinya susia. Saat itu latrin dibangun
dengan tujuan :IEESI agar tinja tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan pandangan yang
tidak menyenangkana 3:35 belum ada pemikiran bahwa latrin dibangun dengan alasan
kesehatan karena tinja atau kotoran {22 manusia dapat menularkan penyakit. Pembuatan susia
oleh masyarakat pada masa itu juga karena :3 air sungai yang biasa mereka minum sudah kotor.
dan terasa tidak enak» bukan karena minum air 32

sungai dapat menyebabkan Penyakit (Greene, 1984). Dari dokumen lain juga tercatat bahwa
pada man RomaWI Kuno telah dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan kepada
masyarakat

i1nmk (Hanlon, 1974): 1_ mencatatkan pembangunan rumah;

2, melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya; 3, melaporkan binatang


peliharaan/ternak yang dapat menimbulkan bau; 4, pemerintah melakukan supervisi ke tempat-
tempat minuman (public bar), warung makanan,

tempat prostitusi, dan lain-lain.

Setelah itu, kesehatan masyarakat makin dirasakan perlunya di awal abad ke-l sampai ke-7

dengan alasan sebagai berikut. 1, Berbagai penyakit menular mulai menyerang penduduk dan
telah menjadi epidemi, bahkan
ada yang menjadi endemis. Di Asia, khususnya Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika muncul
penyakit kolera yang telah

2. tercatat sejak abad ke-7-bahkan di India penyakit kolera telah menjadi endemis. Penyakit
lepra telah menyebar ke Mesir, Asia kecil, dan Eropa melalui para emigran.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi kasus epidemi dan endemis, di amaranya
masyarakat mulai memerhatikan masalah: lingkungan, terutama higiene dan sanitasi
lingkungan; pembuangan kotoran manusia (latrin); mengusahakan air minum bersih;

pembuangan sampah; pembuatan ventilasi yang memenuhi syarat.

Pada abad kel4 mulai terjadi wabah pes yang dasyat di Cina dan India. Pada tahun 1340 telah
tercatat l3 juta orang meninggal karena wabah pes. Di India, Mesir, dan Gaza dilaporkan bahwa
13nbu orang meninggal tiap hari karena serangan pes. Berdasarkan catatan, jumlah orang yang

meninggal karcna wabah penyakit pea di seluruh dunla waktu itu mencapai lebih dari 60 jute
Oran sehinggn kejadmn Pada waktu itu dlsebut '1he Black Death”-serangan wabah PenYakit
menu} ml berlangsung sampai ahad kc 18. Di samping wabah pes, wabah kolera dan tifus juga
mas' berlangsunsPada tahun 1603 lebih darl l darl 6 orang meninggal karena penyakit menular,
d tahun 1665 seknar l dart S orang menmggal. Pada tahun 1759 dilaporkan 70 ribu orang
Pendudu di Kepulauan Cyprus meninggal karena penyakit menular. Penyakit lain yang menjadi
wabah antata lain dlpteri. tifus, disemri. dan Iain-lain.

nmool ILMII PINGITAIIIIAN (SC'ENTIFIC PERIOD)

Pads akhir abad ke18 dan di awal abad ke-l9, bangkitnya ilmu pengetahuan mempunyai dammk
yang sangat luas pada segala aspek kehidupan manusia, termasuk pada aspek kesehatan. Pada
abad ini pendekatan dalam penanganan masalah kesehatan tidak hanya memandang pada
aspek biologs saja. tetapi sudah komprehensif dan multisektoral. Selain itu, telah ditemukan
berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegahan penyakit, seperti pada
Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Penemu dan Hasil Pengmuan dalam Penanggulan Penyakit

Penemu Hasil Temuan Louis Pasteur Vaksin untuk mencetah venyakit cacar Jose-h Lister Asam
carbol carbolic an" untuk stren'lisasi ruanv operasi William Marton Ether sebacai anestesi pada
waktu operasi

Upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai dilaksanakan di Inggris. Hal ini terkait
dengan wabah penyakit endemis kolera tahun 1832 yang terjadi pada masyarakat di perkotaan,
terutama yang miskin. Parlemen Inggris membentuk komisi penanganan pada penyakit ini dan
Edwin Chadwich-seorang pakar sosial (social scientist)--ditunjuk sebagai ketua komisi untuk
melakukan penyelidikan mengenai penyebab wabah kolera ini. Hasil penyelidikan yang
dilaporkan di antaranya yaitu masyarakat yang hidup dalam kondisi sanitasi yang buruk, susia
penduduk berdekatan dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia, adanya aliran
air limbah terbuka yang tidak teratur, makanan yang dijual di pasar tidak higienes (dihinggapi
lalat dan kecoa), sebagaian besar masyarakat hidup miskin, serta bekerja rata-rata l4 jam per
hari sementara gaji yang diperoleh tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hasil laporan
Edwin Chadwich tersebut dilengkapi dengan analisis data yang lengkap dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Akhirnya, parlemen Inggris mengeluarkan undang-
undang yang mengatur upayaupaya peningkatan kesehatan penduduk dan berbagai peraturan
tentang sanitasi lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik, dan lain-lain.

Berawal dari penelitiaannya, Edwin Chadwich tertarik untuk lebih jauh mempelajari kesehatan
masyarakat, sehingga saat itu ia menjadi pioneer dalam ilmu kesehatan masyarakat. Generasi
setelah Chadwich adalah Winslow-murid Chadwich-yang kemudian dikenal sebagai pembina
kesehatan masyarakat modem (public health modern). Winslow merumuskan defmisi kesehatan
masyarakat yang kemudian diterima oleh WHO. Sejak saat itu, lahirlah berbagai macam detinisi
sehat. John Snow, adalah seorang tokoh yang sudah tidak asing dalam dunia kesehatan
masyarakat dalam upaya sukseenya mengatasi penyakit kolera yang melanda kota London. Hal
yang perlu dicatat di sini adalah bahwa John Snow mempergunakan pendekatan epidemiologi
dalam menganalisis wabah

penyakit kolera, yaitu dengan menganalisis fakmr tempat’ orang, dan waktu-sehingga dia
dianggap ‘

sebagai "lhe Father of Epidemiology. pada akhir abad ke-l9 dan di awal abad ke-20. pendidikan
untuk tenaga kesehatan yang

Profesional mulai dikembangkan. Tahun 1893‘ John Hopkins-seorang pengusaha wiski dari
Amerika memelopori berdirinya universitas Yang di dalamnya terdapat Fakultas Kedokteran.
Pada tahun I908 sekolah kedokteran mulai me'Webar kc Eropa. Kanada, dan negara-negara lain.
Dalam perkembangannya, kurikulum sekolah kNokteran mulai memerhatikan masalah
kesehatar‘ masyarakat d3" SUdah didasarkan Pada suatu asumsi bahwa penyakit dan kesehatan
merupakan hasii interaksi yang dinamis antara faktor genetik, lingkungan fisik, lingkungan sosial
(termasuk kondisi kerja), kebiasaan perorangan, d3" pelayanan kesehatan. Dari segi pelayanan
kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah Amerika membentuk Departemen
Kesehatan yang pertama kali dengan tujuan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi
penduduk, termasuk perbaikaf‘

dan pengawasan sanitasi lingkungan.

penuemsnncnn KESEHIITIIII mnnnnmmDI Inbonesm

Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia di mulai pada abad ke-16, yaitu dimulai
dengan adanya upaya pemberantasan penyakit cacar dan kolera yang sangat ditakuti oleh
masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk ke Indonesia tahun 1927, dan pada tahun 1937
terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura
dan mulai berkembang di Indonesia, sehingga berawal dari wabah kolera tersebut pemerintah
Belanda (pada waktu itu Indonesia dalam penjajahan Belanda) melakukan upaya-upaya
kesehatan masyarakat. Gubernur Ienderal Deandels pada tahun 1807 telah melakukan upaya
pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan
angka kematian bayi (infant mortality rate) yang tinggi. Namun, upaya ini tidak bertahan lama,
akibat langkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru kemudian di tahun 1930, program ini dimulai
lagi dengan didaftarkannya para dukun bayi sebagai penolong dan perawat persalinan. Pada
tahun 1851 berdiri sekolah dokter Iawa oleh dr. Bosch dan dr. Bleeker-Kepala Pelayanan
Kesehatan Sipil dan Militer di Indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA (School Tot
Oplelding van Indiche Arsten) atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913
didirikan sekolah dokter yang ke-2 di Surabaya dengan nama NIAS (Nederland Indische Artsen
School). Pada tahun 1927 STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan sejak berdirinya
Universitas Indonesia tahun 1947, STOVIA berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Selain itu, perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia juga ditandai dengan berdirinya
Pusat Laboratorium Kedokteran di Bandung tahun 1888-tahun 1938 pusat laboratorium ini
berubah menjadi Lembaga Eykman. Selanjutnya, laboratorium-laboratorium lain juga didirikan
di kota-kota seperti Medan, Semarang, Makasar, Surabaya, dan Yogyakarta dalam rangka
menunjang pemberantasan penyakit malaria, lepra, cacar, serta penyakit lainnya, bahkan
lembaga gizi dan sanitasi juga didirikan.

Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke Indonesia dan tahun 1933-1935 penyakit ini menjadi
epidemis di beberapa tempat, terutama di Pulau Iawa. Pada tahun 1935 dilakukan program

pemberantasan penyakit pes dengan cara melakukan penyemprotan DDT terhadap rumah-
rumah penduduk dan vaksinasi massal. Tercatat sampai pada tahun 1941, 15 juta orang telah
divaksinasi. Pada remap: nnxemmncnn Kulmn-nn mnnannKnT

Periode perkem'bzngan kegelziatnn mesyarakm terdm atas periode sebelum “mu pengetahUan
‘53. (pmaenttfic perm ) an pe 0 e mu Pengetahuan (scieu‘m‘ Pe'wd)‘ Tr; «9‘

PERIOD! SIBILIIM ILMII PENGITAHIIAN (PRISCIENTIFIC PERIOD) 3233:: perkcmbanga" kesehatan


masyarakat sebelum “mu engetahuan tidak daPat dipisahkan dari 1:“; seiamh kebudayaan yang
ada di dunia, di amaranya a:alah budaya dari bangsa Babiloma, Mes“, 3‘ Yunani» dan Romawi.
Bangsa bangsa tersebut menunjukkan bahwa manusia telah melakUkan 2‘ ”58m untuk
menanggulangi masalah-masalah kesehat an magyafakat dan penyakit. Pada Zaman "‘ gersebut
diperoleh catatan bahwa telah dibangun temp at pembuanga“ kotoran (latrin) umum untuk
$2225; menampuns tinja atau kotoran manusia serta digalinya susia. Saat itu latrin dibangun
dengan tujuan :IEESI agar tinja tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan pandangan yang
tidak menyenangkana 3:35 belum ada pemikiran bahwa latrin dibangun dengan alasan
kesehatan karena tinja atau kotoran {22 manusia dapat menularkan penyakit. Pembuatan susia
oleh masyarakat pada masa itu juga karena :3 air sungai yang biasa mereka minum sudah kotor.
dan terasa tidak enak» bukan karena minum air 32

sungai dapat menyebabkan Penyakit (Greene, 1984). Dari dokumen lain juga tercatat bahwa
pada man RomaWI Kuno telah dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan kepada
masyarakat

i1nmk (Hanlon, 1974): 1_ mencatatkan pembangunan rumah;

2, melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya; 3, melaporkan binatang


peliharaan/ternak yang dapat menimbulkan bau; 4, pemerintah melakukan supervisi ke tempat-
tempat minuman (public bar), warung makanan,

tempat prostitusi, dan lain-lain.

Setelah itu, kesehatan masyarakat makin dirasakan perlunya di awal abad ke-l sampai ke-7

dengan alasan sebagai berikut. 1, Berbagai penyakit menular mulai menyerang penduduk dan
telah menjadi epidemi, bahkan

ada yang menjadi endemis. Di Asia, khususnya Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika muncul
penyakit kolera yang telah
2. tercatat sejak abad ke-7-bahkan di India penyakit kolera telah menjadi endemis. Penyakit
lepra telah menyebar ke Mesir, Asia kecil, dan Eropa melalui para emigran.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi kasus epidemi dan endemis, di amaranya
masyarakat mulai memerhatikan masalah: lingkungan, terutama higiene dan sanitasi
lingkungan; pembuangan kotoran manusia (latrin); mengusahakan air minum bersih;

pembuangan sampah; pembuatan ventilasi yang memenuhi syarat.

Pada abad kel4 mulai terjadi wabah pes yang dasyat di Cina dan India. Pada tahun 1340 telah
tercatat l3 juta orang meninggal karena wabah pes. Di India, Mesir, dan Gaza dilaporkan bahwa
13nbu orang meninggal tiap hari karena serangan pes. Berdasarkan catatan, jumlah orang yang

meninggal karcna wabah penyakit pea di seluruh dunla waktu itu mencapai lebih dari 60 jute
Oran sehinggn kejadmn Pada waktu itu dlsebut '1he Black Death”-serangan wabah PenYakit
menu} ml berlangsung sampai ahad kc 18. Di samping wabah pes, wabah kolera dan tifus juga
mas' berlangsunsPada tahun 1603 lebih darl l darl 6 orang meninggal karena penyakit menular,
d tahun 1665 seknar l dart S orang menmggal. Pada tahun 1759 dilaporkan 70 ribu orang
Pendudu di Kepulauan Cyprus meninggal karena penyakit menular. Penyakit lain yang menjadi
wabah antata lain dlpteri. tifus, disemri. dan Iain-lain.

nmool ILMII PINGITAIIIIAN (SC'ENTIFIC PERIOD)

Pads akhir abad ke18 dan di awal abad ke-l9, bangkitnya ilmu pengetahuan mempunyai dammk
yang sangat luas pada segala aspek kehidupan manusia, termasuk pada aspek kesehatan. Pada
abad ini pendekatan dalam penanganan masalah kesehatan tidak hanya memandang pada
aspek biologs saja. tetapi sudah komprehensif dan multisektoral. Selain itu, telah ditemukan
berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegahan penyakit, seperti pada
Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Penemu dan Hasil Pengmuan dalam Penanggulan Penyakit

Penemu Hasil Temuan Louis Pasteur Vaksin untuk mencetah venyakit cacar Jose-h Lister Asam
carbol carbolic an" untuk stren'lisasi ruanv operasi William Marton Ether sebacai anestesi pada
waktu operasi

Upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai dilaksanakan di Inggris. Hal ini terkait
dengan wabah penyakit endemis kolera tahun 1832 yang terjadi pada masyarakat di perkotaan,
terutama yang miskin. Parlemen Inggris membentuk komisi penanganan pada penyakit ini dan
Edwin Chadwich-seorang pakar sosial (social scientist)--ditunjuk sebagai ketua komisi untuk
melakukan penyelidikan mengenai penyebab wabah kolera ini. Hasil penyelidikan yang
dilaporkan di antaranya yaitu masyarakat yang hidup dalam kondisi sanitasi yang buruk, susia
penduduk berdekatan dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia, adanya aliran
air limbah terbuka yang tidak teratur, makanan yang dijual di pasar tidak higienes (dihinggapi
lalat dan kecoa), sebagaian besar masyarakat hidup miskin, serta bekerja rata-rata l4 jam per
hari sementara gaji yang diperoleh tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hasil laporan
Edwin Chadwich tersebut dilengkapi dengan analisis data yang lengkap dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Akhirnya, parlemen Inggris mengeluarkan undang-
undang yang mengatur upayaupaya peningkatan kesehatan penduduk dan berbagai peraturan
tentang sanitasi lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik, dan lain-lain.

Berawal dari penelitiaannya, Edwin Chadwich tertarik untuk lebih jauh mempelajari kesehatan
masyarakat, sehingga saat itu ia menjadi pioneer dalam ilmu kesehatan masyarakat. Generasi
setelah Chadwich adalah Winslow-murid Chadwich-yang kemudian dikenal sebagai pembina
kesehatan masyarakat modem (public health modern). Winslow merumuskan defmisi kesehatan
masyarakat yang kemudian diterima oleh WHO. Sejak saat itu, lahirlah berbagai macam detinisi
sehat. John Snow, adalah seorang tokoh yang sudah tidak asing dalam dunia kesehatan
masyarakat dalam upaya sukseenya mengatasi penyakit kolera yang melanda kota London. Hal
yang perlu dicatat di sini adalah bahwa John Snow mempergunakan pendekatan epidemiologi
dalam menganalisis wabah
penyakit kolera, yaitu dengan menganalisis fakmr tempat’ orang, dan waktu-sehingga dia
dianggap ‘

sebagai "lhe Father of Epidemiology. pada akhir abad ke-l9 dan di awal abad ke-20. pendidikan
untuk tenaga kesehatan yang

Profesional mulai dikembangkan. Tahun 1893‘ John Hopkins-seorang pengusaha wiski dari
Amerika memelopori berdirinya universitas Yang di dalamnya terdapat Fakultas Kedokteran.
Pada tahun I908 sekolah kedokteran mulai me'Webar kc Eropa. Kanada, dan negara-negara lain.
Dalam perkembangannya, kurikulum sekolah kNokteran mulai memerhatikan masalah
kesehatar‘ masyarakat d3" SUdah didasarkan Pada suatu asumsi bahwa penyakit dan kesehatan
merupakan hasii interaksi yang dinamis antara faktor genetik, lingkungan fisik, lingkungan sosial
(termasuk kondisi kerja), kebiasaan perorangan, d3" pelayanan kesehatan. Dari segi pelayanan
kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah Amerika membentuk Departemen
Kesehatan yang pertama kali dengan tujuan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi
penduduk, termasuk perbaikaf‘

dan pengawasan sanitasi lingkungan.

penuemsnncnn KESEHIITIIII mnnnnmmDI Inbonesm

Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia di mulai pada abad ke-16, yaitu dimulai
dengan adanya upaya pemberantasan penyakit cacar dan kolera yang sangat ditakuti oleh
masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk ke Indonesia tahun 1927, dan pada tahun 1937
terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura
dan mulai berkembang di Indonesia, sehingga berawal dari wabah kolera tersebut pemerintah
Belanda (pada waktu itu Indonesia dalam penjajahan Belanda) melakukan upaya-upaya
kesehatan masyarakat. Gubernur Ienderal Deandels pada tahun 1807 telah melakukan upaya
pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan
angka kematian bayi (infant mortality rate) yang tinggi. Namun, upaya ini tidak bertahan lama,
akibat langkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru kemudian di tahun 1930, program ini dimulai
lagi dengan didaftarkannya para dukun bayi sebagai penolong dan perawat persalinan. Pada
tahun 1851 berdiri sekolah dokter Iawa oleh dr. Bosch dan dr. Bleeker-Kepala Pelayanan
Kesehatan Sipil dan Militer di Indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA (School Tot
Oplelding van Indiche Arsten) atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913
didirikan sekolah dokter yang ke-2 di Surabaya dengan nama NIAS (Nederland Indische Artsen
School). Pada tahun 1927 STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan sejak berdirinya
Universitas Indonesia tahun 1947, STOVIA berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Selain itu, perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia juga ditandai dengan berdirinya
Pusat Laboratorium Kedokteran di Bandung tahun 1888-tahun 1938 pusat laboratorium ini
berubah menjadi Lembaga Eykman. Selanjutnya, laboratorium-laboratorium lain juga didirikan
di kota-kota seperti Medan, Semarang, Makasar, Surabaya, dan Yogyakarta dalam rangka
menunjang pemberantasan penyakit malaria, lepra, cacar, serta penyakit lainnya, bahkan
lembaga gizi dan sanitasi juga didirikan.

Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke Indonesia dan tahun 1933-1935 penyakit ini menjadi
epidemis di beberapa tempat, terutama di Pulau Iawa. Pada tahun 1935 dilakukan program

pemberantasan penyakit pes dengan cara melakukan penyemprotan DDT terhadap rumah-
rumah penduduk dan vaksinasi massal. Tercatat sampai pada tahun 1941, 15 juta orang telah
divaksinasi. Pad;

tahun 1925’ HYdIiCh-seorang petugas kfsehztan Pemerintah Belanda-melakukan Pengamatan


terhadap masalah tingginya angka kemanan anDkeSakitan di Banyumas Purwokerto. Dari ha,“
Penmatan dan analisisnya, disimPulkan ba wa tingginya angka kesakjtan dan kematian di kedu.
daerah tersebut dikarenakan burukn)’a kfmdl.“ sanitasi lingkungan, masyarakat bums air besa, di
sembarang tempat, dan penggunaan a" mlnum dari sungai yang telah tercemar. Kesimpulan ““8
diPeroleh adalah bahwa mndahnya Wm“ hngkungan dikarenakan perilaku Penduduk yang
kum‘g 581k. sehingga Hydrich memulai "Pa“ kesehatan masyarakat dengan mengembangkan
daemh percontohan, yaitu dengan care me] . an Pmmosi mengenai pendidikan kesehatan.
Sampai sekmng usaha Hydrich ini dianggaP “bag“ awa] kesellatan masyarakat di Indonesia.
Memasuki zaman kemerdekaana 53'” Sat“ tonggak perkembangan kesehatan masYal’akat di
l“donesia adalah saat diperkenalkannya KonseP Bandung (Bandung Plan) pada tahun 1951 Oleh
dF-Y. Leimena dan dr. Patah-yang selanjutnya dikenal dengan nama Patah-Leilnena. Dalam
konsep ini, diperkenalkan bahwa dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat, aspek
preventifdan kuratif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam mengembangkan sistem
pelayanan kesehatan, kedua “M ini tidak boleh dipisahkan. baik di rumah ”kit maupun di
puskesmas. Selanjutnya, pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan
masyarakat oleh dr. Y. Sulianti dengan berdirinya Proyek Bekasi (Lemah Abang) sebagai proyek
Percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di
Indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini juga menekankan pada
pendekatan tim dalam pengelolaan program kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep
pelayanan terpadu ini, terpilih delapan desa wilayah pengembangan masyarakat.

. Sumatera Utara: Indrapura Lampung

Iawa Barat: Bojong Loa Iawa Tengah: Sleman Yogyakarta: Godean

Iawa Timur: Mojosari

Bali: Kesiman

Kalimantan Selatan: Barabai

9°N9‘Snzk1-HP"

Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang ini. Pada bulan
November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan program kesehatan
magyarakat terpadu sesuai dengan kondjsi dan kemampuan rakyat Indonesia, yaitu mengenai
komep puskesmas-yang dipaparkan oleh dLAchmad Dipodilogo-yang mengacu pada Konsep
Bandung dan Proyek Bekas'L Dalam seminar ini talah disimpulkan dan disepakati mengenai
sistem puskesma. yang terdiri atas til)e A, B, dan C. Akhjmya pada tahun 1968 dalam rapat kerja
kesehatan nasional, dicetUSkan bahwa puskesmas merupakan suatu sistem pelayanan
kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan 0131‘ pemerintah (Departemen Kesehatan)
menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Winas)

puskesmas disepalmti sebagai sum, unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayamn
kuratif dan preventifse‘cara tCrpaldu, menyeluruh. dag mudah dijangkau. dalam wilayah ken.
kecamatan atau 5:383“ ketamatan (11 kotamadya atau kabupaten. Sebagai lini tctdcpan
Pembangunan kese mpuskesmas dihmpkan sclalu vegan Untuk it'll. duperkenalhnlah PW untuk
selalll mengua PuSkesmas (strengthening pushesmas). D! M8313 berkembmg RM

Indonesia» fasilitas kmham berlandaskan masyarakat ditasakan lebih efektif dan Penting.

remap: nnxemmncnn Kulmn-nn mnnannKnT

Periode perkem'bzngan kegelziatnn mesyarakm terdm atas periode sebelum “mu pengetahUan
‘53. (pmaenttfic perm ) an pe 0 e mu Pengetahuan (scieu‘m‘ Pe'wd)‘ Tr; «9‘

PERIOD! SIBILIIM ILMII PENGITAHIIAN (PRISCIENTIFIC PERIOD) 3233:: perkcmbanga" kesehatan


masyarakat sebelum “mu engetahuan tidak daPat dipisahkan dari 1:“; seiamh kebudayaan yang
ada di dunia, di amaranya a:alah budaya dari bangsa Babiloma, Mes“, 3‘ Yunani» dan Romawi.
Bangsa bangsa tersebut menunjukkan bahwa manusia telah melakUkan 2‘ ”58m untuk
menanggulangi masalah-masalah kesehat an magyafakat dan penyakit. Pada Zaman "‘ gersebut
diperoleh catatan bahwa telah dibangun temp at pembuanga“ kotoran (latrin) umum untuk
$2225; menampuns tinja atau kotoran manusia serta digalinya susia. Saat itu latrin dibangun
dengan tujuan :IEESI agar tinja tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan pandangan yang
tidak menyenangkana 3:35 belum ada pemikiran bahwa latrin dibangun dengan alasan
kesehatan karena tinja atau kotoran {22 manusia dapat menularkan penyakit. Pembuatan susia
oleh masyarakat pada masa itu juga karena :3 air sungai yang biasa mereka minum sudah kotor.
dan terasa tidak enak» bukan karena minum air 32
sungai dapat menyebabkan Penyakit (Greene, 1984). Dari dokumen lain juga tercatat bahwa
pada man RomaWI Kuno telah dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan kepada
masyarakat

i1nmk (Hanlon, 1974): 1_ mencatatkan pembangunan rumah;

2, melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya; 3, melaporkan binatang


peliharaan/ternak yang dapat menimbulkan bau; 4, pemerintah melakukan supervisi ke tempat-
tempat minuman (public bar), warung makanan,

tempat prostitusi, dan lain-lain.

Setelah itu, kesehatan masyarakat makin dirasakan perlunya di awal abad ke-l sampai ke-7

dengan alasan sebagai berikut. 1, Berbagai penyakit menular mulai menyerang penduduk dan
telah menjadi epidemi, bahkan

ada yang menjadi endemis. Di Asia, khususnya Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika muncul
penyakit kolera yang telah

2. tercatat sejak abad ke-7-bahkan di India penyakit kolera telah menjadi endemis. Penyakit
lepra telah menyebar ke Mesir, Asia kecil, dan Eropa melalui para emigran.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi kasus epidemi dan endemis, di amaranya
masyarakat mulai memerhatikan masalah: lingkungan, terutama higiene dan sanitasi
lingkungan; pembuangan kotoran manusia (latrin); mengusahakan air minum bersih;
pembuangan sampah; pembuatan ventilasi yang memenuhi syarat.

Pada abad kel4 mulai terjadi wabah pes yang dasyat di Cina dan India. Pada tahun 1340 telah
tercatat l3 juta orang meninggal karena wabah pes. Di India, Mesir, dan Gaza dilaporkan bahwa
13nbu orang meninggal tiap hari karena serangan pes. Berdasarkan catatan, jumlah orang yang

meninggal karcna wabah penyakit pea di seluruh dunla waktu itu mencapai lebih dari 60 jute
Oran sehinggn kejadmn Pada waktu itu dlsebut '1he Black Death”-serangan wabah PenYakit
menu} ml berlangsung sampai ahad kc 18. Di samping wabah pes, wabah kolera dan tifus juga
mas' berlangsunsPada tahun 1603 lebih darl l darl 6 orang meninggal karena penyakit menular,
d tahun 1665 seknar l dart S orang menmggal. Pada tahun 1759 dilaporkan 70 ribu orang
Pendudu di Kepulauan Cyprus meninggal karena penyakit menular. Penyakit lain yang menjadi
wabah antata lain dlpteri. tifus, disemri. dan Iain-lain.

nmool ILMII PINGITAIIIIAN (SC'ENTIFIC PERIOD)

Pads akhir abad ke18 dan di awal abad ke-l9, bangkitnya ilmu pengetahuan mempunyai dammk
yang sangat luas pada segala aspek kehidupan manusia, termasuk pada aspek kesehatan. Pada
abad ini pendekatan dalam penanganan masalah kesehatan tidak hanya memandang pada
aspek biologs saja. tetapi sudah komprehensif dan multisektoral. Selain itu, telah ditemukan
berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegahan penyakit, seperti pada
Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Penemu dan Hasil Pengmuan dalam Penanggulan Penyakit

Penemu Hasil Temuan Louis Pasteur Vaksin untuk mencetah venyakit cacar Jose-h Lister Asam
carbol carbolic an" untuk stren'lisasi ruanv operasi William Marton Ether sebacai anestesi pada
waktu operasi
Upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai dilaksanakan di Inggris. Hal ini terkait
dengan wabah penyakit endemis kolera tahun 1832 yang terjadi pada masyarakat di perkotaan,
terutama yang miskin. Parlemen Inggris membentuk komisi penanganan pada penyakit ini dan
Edwin Chadwich-seorang pakar sosial (social scientist)--ditunjuk sebagai ketua komisi untuk
melakukan penyelidikan mengenai penyebab wabah kolera ini. Hasil penyelidikan yang
dilaporkan di antaranya yaitu masyarakat yang hidup dalam kondisi sanitasi yang buruk, susia
penduduk berdekatan dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia, adanya aliran
air limbah terbuka yang tidak teratur, makanan yang dijual di pasar tidak higienes (dihinggapi
lalat dan kecoa), sebagaian besar masyarakat hidup miskin, serta bekerja rata-rata l4 jam per
hari sementara gaji yang diperoleh tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hasil laporan
Edwin Chadwich tersebut dilengkapi dengan analisis data yang lengkap dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Akhirnya, parlemen Inggris mengeluarkan undang-
undang yang mengatur upayaupaya peningkatan kesehatan penduduk dan berbagai peraturan
tentang sanitasi lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik, dan lain-lain.

Berawal dari penelitiaannya, Edwin Chadwich tertarik untuk lebih jauh mempelajari kesehatan
masyarakat, sehingga saat itu ia menjadi pioneer dalam ilmu kesehatan masyarakat. Generasi
setelah Chadwich adalah Winslow-murid Chadwich-yang kemudian dikenal sebagai pembina
kesehatan masyarakat modem (public health modern). Winslow merumuskan defmisi kesehatan
masyarakat yang kemudian diterima oleh WHO. Sejak saat itu, lahirlah berbagai macam detinisi
sehat. John Snow, adalah seorang tokoh yang sudah tidak asing dalam dunia kesehatan
masyarakat dalam upaya sukseenya mengatasi penyakit kolera yang melanda kota London. Hal
yang perlu dicatat di sini adalah bahwa John Snow mempergunakan pendekatan epidemiologi
dalam menganalisis wabah

penyakit kolera, yaitu dengan menganalisis fakmr tempat’ orang, dan waktu-sehingga dia
dianggap ‘

sebagai "lhe Father of Epidemiology. pada akhir abad ke-l9 dan di awal abad ke-20. pendidikan
untuk tenaga kesehatan yang

Profesional mulai dikembangkan. Tahun 1893‘ John Hopkins-seorang pengusaha wiski dari
Amerika memelopori berdirinya universitas Yang di dalamnya terdapat Fakultas Kedokteran.
Pada tahun I908 sekolah kedokteran mulai me'Webar kc Eropa. Kanada, dan negara-negara lain.
Dalam perkembangannya, kurikulum sekolah kNokteran mulai memerhatikan masalah
kesehatar‘ masyarakat d3" SUdah didasarkan Pada suatu asumsi bahwa penyakit dan kesehatan
merupakan hasii interaksi yang dinamis antara faktor genetik, lingkungan fisik, lingkungan sosial
(termasuk kondisi kerja), kebiasaan perorangan, d3" pelayanan kesehatan. Dari segi pelayanan
kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah Amerika membentuk Departemen
Kesehatan yang pertama kali dengan tujuan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi
penduduk, termasuk perbaikaf‘

dan pengawasan sanitasi lingkungan.

penuemsnncnn KESEHIITIIII mnnnnmmDI Inbonesm

Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia di mulai pada abad ke-16, yaitu dimulai
dengan adanya upaya pemberantasan penyakit cacar dan kolera yang sangat ditakuti oleh
masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk ke Indonesia tahun 1927, dan pada tahun 1937
terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura
dan mulai berkembang di Indonesia, sehingga berawal dari wabah kolera tersebut pemerintah
Belanda (pada waktu itu Indonesia dalam penjajahan Belanda) melakukan upaya-upaya
kesehatan masyarakat. Gubernur Ienderal Deandels pada tahun 1807 telah melakukan upaya
pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan
angka kematian bayi (infant mortality rate) yang tinggi. Namun, upaya ini tidak bertahan lama,
akibat langkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru kemudian di tahun 1930, program ini dimulai
lagi dengan didaftarkannya para dukun bayi sebagai penolong dan perawat persalinan. Pada
tahun 1851 berdiri sekolah dokter Iawa oleh dr. Bosch dan dr. Bleeker-Kepala Pelayanan
Kesehatan Sipil dan Militer di Indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA (School Tot
Oplelding van Indiche Arsten) atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913
didirikan sekolah dokter yang ke-2 di Surabaya dengan nama NIAS (Nederland Indische Artsen
School). Pada tahun 1927 STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan sejak berdirinya
Universitas Indonesia tahun 1947, STOVIA berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Selain itu, perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia juga ditandai dengan berdirinya
Pusat Laboratorium Kedokteran di Bandung tahun 1888-tahun 1938 pusat laboratorium ini
berubah menjadi Lembaga Eykman. Selanjutnya, laboratorium-laboratorium lain juga didirikan
di kota-kota seperti Medan, Semarang, Makasar, Surabaya, dan Yogyakarta dalam rangka
menunjang pemberantasan penyakit malaria, lepra, cacar, serta penyakit lainnya, bahkan
lembaga gizi dan sanitasi juga didirikan.

Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke Indonesia dan tahun 1933-1935 penyakit ini menjadi
epidemis di beberapa tempat, terutama di Pulau Iawa. Pada tahun 1935 dilakukan program

pemberantasan penyakit pes dengan cara melakukan penyemprotan DDT terhadap rumah-
rumah penduduk dan vaksinasi massal. Tercatat sampai pada tahun 1941, 15 juta orang telah
divaksinasi. Pad;

tahun 1925’ HYdIiCh-seorang petugas kfsehztan Pemerintah Belanda-melakukan Pengamatan


terhadap masalah tingginya angka kemanan anDkeSakitan di Banyumas Purwokerto. Dari ha,“
Penmatan dan analisisnya, disimPulkan ba wa tingginya angka kesakjtan dan kematian di kedu.
daerah tersebut dikarenakan burukn)’a kfmdl.“ sanitasi lingkungan, masyarakat bums air besa, di
sembarang tempat, dan penggunaan a" mlnum dari sungai yang telah tercemar. Kesimpulan ““8
diPeroleh adalah bahwa mndahnya Wm“ hngkungan dikarenakan perilaku Penduduk yang
kum‘g 581k. sehingga Hydrich memulai "Pa“ kesehatan masyarakat dengan mengembangkan
daemh percontohan, yaitu dengan care me] . an Pmmosi mengenai pendidikan kesehatan.
Sampai sekmng usaha Hydrich ini dianggaP “bag“ awa] kesellatan masyarakat di Indonesia.

Memasuki zaman kemerdekaana 53'” Sat“ tonggak perkembangan kesehatan masYal’akat di


l“donesia adalah saat diperkenalkannya KonseP Bandung (Bandung Plan) pada tahun 1951 Oleh
dF-Y. Leimena dan dr. Patah-yang selanjutnya dikenal dengan nama Patah-Leilnena. Dalam
konsep ini, diperkenalkan bahwa dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat, aspek
preventifdan kuratif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam mengembangkan sistem
pelayanan kesehatan, kedua “M ini tidak boleh dipisahkan. baik di rumah ”kit maupun di
puskesmas. Selanjutnya, pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan
masyarakat oleh dr. Y. Sulianti dengan berdirinya Proyek Bekasi (Lemah Abang) sebagai proyek
Percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di
Indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini juga menekankan pada
pendekatan tim dalam pengelolaan program kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep
pelayanan terpadu ini, terpilih delapan desa wilayah pengembangan masyarakat.

. Sumatera Utara: Indrapura Lampung

Iawa Barat: Bojong Loa Iawa Tengah: Sleman Yogyakarta: Godean

Iawa Timur: Mojosari

Bali: Kesiman

Kalimantan Selatan: Barabai

9°N9‘Snzk1-HP"

Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang ini. Pada bulan
November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan program kesehatan
magyarakat terpadu sesuai dengan kondjsi dan kemampuan rakyat Indonesia, yaitu mengenai
komep puskesmas-yang dipaparkan oleh dLAchmad Dipodilogo-yang mengacu pada Konsep
Bandung dan Proyek Bekas'L Dalam seminar ini talah disimpulkan dan disepakati mengenai
sistem puskesma. yang terdiri atas til)e A, B, dan C. Akhjmya pada tahun 1968 dalam rapat kerja
kesehatan nasional, dicetUSkan bahwa puskesmas merupakan suatu sistem pelayanan
kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan 0131‘ pemerintah (Departemen Kesehatan)
menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Winas)

puskesmas disepalmti sebagai sum, unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayamn
kuratif dan preventifse‘cara tCrpaldu, menyeluruh. dag mudah dijangkau. dalam wilayah ken.
kecamatan atau 5:383“ ketamatan (11 kotamadya atau kabupaten. Sebagai lini tctdcpan
Pembangunan kese mpuskesmas dihmpkan sclalu vegan Untuk it'll. duperkenalhnlah PW untuk
selalll mengua PuSkesmas (strengthening pushesmas). D! M8313 berkembmg RM

Indonesia» fasilitas kmham berlandaskan masyarakat ditasakan lebih efckuf dan Peg“

Dcpartemen kcsehatan telah membuat usaha intensif unmk membangun puskesmas yang
kemudian dimasukkan kc dalam master plan untuk opemsi Penguatan pelayanan kesehatan
nasional. Kegiatan Pokok dalam program dasar clan utama puskesmas mencakup 18 kegiatan,
yaitu:

l. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Keluarga Berencana (KB). Gizi. Kesehatan lingkungan.

Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta imunisasi, Penyuluhan kesehatan


masyarakat.

Pengobatan.

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Perawatan kesehatan masyarakat.

10. Kesehatan gigi dan mulut.

11. Usaha kesehatan jiwa.

12. Optometri.

13. Kesehatan geriatrik.


14. Latihan dan olahraga.

15. Pengembangan obat-obatan tradisional. 16. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). 17.
Laboratorium dasar.

18. Pengumpulan informasi dan pelaporan untuk sistem informasi kesehatan.

PPNQPPP’P

Pada tahun 1969, sistem puskesmas hanya disepakati dua saja, yaitu Puskesmas tipe A Yang
dikelola oleh dokter dan Puskesmas tipe B yang dikelola oleh seorang paramedis. Dengan
adanya perkembangan tenaga medis, maka pada tahun 1979 tidak diadakan perbedaan
Puskesmas tipe A atau tipe B-hanya ada satu puskesmas saja, yang dikepalai oleh seorang
dokter. Namun, kebijakan tentang pimpinan puskesmas mulai mengalami perubahan tahun
2000, yaitu puskesmas tidak harus dipimpin oleh seorang dokter, tetapi dapat juga dipimpin
oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat. Hal ini tentunya diharapkan dapat membawa perubahan
yang positif, di mana tenaga medis lebih diarahkan pada pelayanan langsung pada klien dan
tidak disibukkan dengan urusan adminstratif/ manajerial, sehingga mutu pelayanan dapat
ditingkatkan. Di provinsi Jawa Timur misalnya, sudah dijumpai Kepala Puskesmas dari lulusan
Sarjana Kesehatan Masyarakat seperti di Kabupaten Gresik, Bojonegoro, Bondowoso, dan lain
sebagainya. Pada tahun 1979 dikembangkan satu peranti manajerial guna penilaian puskesmas,
yaitu stratifikasi puskesmas, sehingga dibedakan adanya:

l. Strata l, puskesmas dengan prestasi sangat baik 2. Strata 2, puskesmas dengan prestasi rata-
rata atau standar.

3. Strata 3, puskesmas dengan prestasi di bawah rata-rata.


Peranti manajerial puskesmas yang lain berupa microplanning untuk perencanaan dan lokakarya
mini untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerja sama tim. Pada tahun 1984,
tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan berkembangnya program paket terpadu
kesehatan dan Keluarga Berencana (Posyandu) yang mencakup Kesehatan Ibu dan Anak,
Keluarga Berencana, gizi, penanggulangan penyakit diare, dan imunisasi.

Sampai dengan tahun 2002, jumlah puskesmas di Indonesia mencapai 7.309. Hal ini berarti 3,6
puskesmas per 100.000 penduduk atau satu puskesmas melayani sekitar 28.144 penduduk.
remap: nnxemmncnn Kulmn-nn mnnannKnT

Periode perkem'bzngan kegelziatnn mesyarakm terdm atas periode sebelum “mu pengetahUan
‘53. (pmaenttfic perm ) an pe 0 e mu Pengetahuan (scieu‘m‘ Pe'wd)‘ Tr; «9‘

PERIOD! SIBILIIM ILMII PENGITAHIIAN (PRISCIENTIFIC PERIOD) 3233:: perkcmbanga" kesehatan


masyarakat sebelum “mu engetahuan tidak daPat dipisahkan dari 1:“; seiamh kebudayaan yang
ada di dunia, di amaranya a:alah budaya dari bangsa Babiloma, Mes“, 3‘ Yunani» dan Romawi.
Bangsa bangsa tersebut menunjukkan bahwa manusia telah melakUkan 2‘ ”58m untuk
menanggulangi masalah-masalah kesehat an magyafakat dan penyakit. Pada Zaman "‘ gersebut
diperoleh catatan bahwa telah dibangun temp at pembuanga“ kotoran (latrin) umum untuk
$2225; menampuns tinja atau kotoran manusia serta digalinya susia. Saat itu latrin dibangun
dengan tujuan :IEESI agar tinja tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan pandangan yang
tidak menyenangkana 3:35 belum ada pemikiran bahwa latrin dibangun dengan alasan
kesehatan karena tinja atau kotoran {22 manusia dapat menularkan penyakit. Pembuatan susia
oleh masyarakat pada masa itu juga karena :3 air sungai yang biasa mereka minum sudah kotor.
dan terasa tidak enak» bukan karena minum air 32

sungai dapat menyebabkan Penyakit (Greene, 1984). Dari dokumen lain juga tercatat bahwa
pada man RomaWI Kuno telah dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan kepada
masyarakat

i1nmk (Hanlon, 1974): 1_ mencatatkan pembangunan rumah;


2, melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya; 3, melaporkan binatang
peliharaan/ternak yang dapat menimbulkan bau; 4, pemerintah melakukan supervisi ke tempat-
tempat minuman (public bar), warung makanan,

tempat prostitusi, dan lain-lain.

Setelah itu, kesehatan masyarakat makin dirasakan perlunya di awal abad ke-l sampai ke-7

dengan alasan sebagai berikut. 1, Berbagai penyakit menular mulai menyerang penduduk dan
telah menjadi epidemi, bahkan

ada yang menjadi endemis. Di Asia, khususnya Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika muncul
penyakit kolera yang telah

2. tercatat sejak abad ke-7-bahkan di India penyakit kolera telah menjadi endemis. Penyakit
lepra telah menyebar ke Mesir, Asia kecil, dan Eropa melalui para emigran.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi kasus epidemi dan endemis, di amaranya
masyarakat mulai memerhatikan masalah: lingkungan, terutama higiene dan sanitasi
lingkungan; pembuangan kotoran manusia (latrin); mengusahakan air minum bersih;

pembuangan sampah; pembuatan ventilasi yang memenuhi syarat.

Pada abad kel4 mulai terjadi wabah pes yang dasyat di Cina dan India. Pada tahun 1340 telah
tercatat l3 juta orang meninggal karena wabah pes. Di India, Mesir, dan Gaza dilaporkan bahwa
13nbu orang meninggal tiap hari karena serangan pes. Berdasarkan catatan, jumlah orang yang
meninggal karcna wabah penyakit pea di seluruh dunla waktu itu mencapai lebih dari 60 jute
Oran sehinggn kejadmn Pada waktu itu dlsebut '1he Black Death”-serangan wabah PenYakit
menu} ml berlangsung sampai ahad kc 18. Di samping wabah pes, wabah kolera dan tifus juga
mas' berlangsunsPada tahun 1603 lebih darl l darl 6 orang meninggal karena penyakit menular,
d tahun 1665 seknar l dart S orang menmggal. Pada tahun 1759 dilaporkan 70 ribu orang
Pendudu di Kepulauan Cyprus meninggal karena penyakit menular. Penyakit lain yang menjadi
wabah antata lain dlpteri. tifus, disemri. dan Iain-lain.

nmool ILMII PINGITAIIIIAN (SC'ENTIFIC PERIOD)

Pads akhir abad ke18 dan di awal abad ke-l9, bangkitnya ilmu pengetahuan mempunyai dammk
yang sangat luas pada segala aspek kehidupan manusia, termasuk pada aspek kesehatan. Pada
abad ini pendekatan dalam penanganan masalah kesehatan tidak hanya memandang pada
aspek biologs saja. tetapi sudah komprehensif dan multisektoral. Selain itu, telah ditemukan
berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegahan penyakit, seperti pada
Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Penemu dan Hasil Pengmuan dalam Penanggulan Penyakit

Penemu Hasil Temuan Louis Pasteur Vaksin untuk mencetah venyakit cacar Jose-h Lister Asam
carbol carbolic an" untuk stren'lisasi ruanv operasi William Marton Ether sebacai anestesi pada
waktu operasi

Upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai dilaksanakan di Inggris. Hal ini terkait
dengan wabah penyakit endemis kolera tahun 1832 yang terjadi pada masyarakat di perkotaan,
terutama yang miskin. Parlemen Inggris membentuk komisi penanganan pada penyakit ini dan
Edwin Chadwich-seorang pakar sosial (social scientist)--ditunjuk sebagai ketua komisi untuk
melakukan penyelidikan mengenai penyebab wabah kolera ini. Hasil penyelidikan yang
dilaporkan di antaranya yaitu masyarakat yang hidup dalam kondisi sanitasi yang buruk, susia
penduduk berdekatan dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia, adanya aliran
air limbah terbuka yang tidak teratur, makanan yang dijual di pasar tidak higienes (dihinggapi
lalat dan kecoa), sebagaian besar masyarakat hidup miskin, serta bekerja rata-rata l4 jam per
hari sementara gaji yang diperoleh tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hasil laporan
Edwin Chadwich tersebut dilengkapi dengan analisis data yang lengkap dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Akhirnya, parlemen Inggris mengeluarkan undang-
undang yang mengatur upayaupaya peningkatan kesehatan penduduk dan berbagai peraturan
tentang sanitasi lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik, dan lain-lain.

Berawal dari penelitiaannya, Edwin Chadwich tertarik untuk lebih jauh mempelajari kesehatan
masyarakat, sehingga saat itu ia menjadi pioneer dalam ilmu kesehatan masyarakat. Generasi
setelah Chadwich adalah Winslow-murid Chadwich-yang kemudian dikenal sebagai pembina
kesehatan masyarakat modem (public health modern). Winslow merumuskan defmisi kesehatan
masyarakat yang kemudian diterima oleh WHO. Sejak saat itu, lahirlah berbagai macam detinisi
sehat. John Snow, adalah seorang tokoh yang sudah tidak asing dalam dunia kesehatan
masyarakat dalam upaya sukseenya mengatasi penyakit kolera yang melanda kota London. Hal
yang perlu dicatat di sini adalah bahwa John Snow mempergunakan pendekatan epidemiologi
dalam menganalisis wabah

penyakit kolera, yaitu dengan menganalisis fakmr tempat’ orang, dan waktu-sehingga dia
dianggap ‘

sebagai "lhe Father of Epidemiology. pada akhir abad ke-l9 dan di awal abad ke-20. pendidikan
untuk tenaga kesehatan yang

Profesional mulai dikembangkan. Tahun 1893‘ John Hopkins-seorang pengusaha wiski dari
Amerika memelopori berdirinya universitas Yang di dalamnya terdapat Fakultas Kedokteran.
Pada tahun I908 sekolah kedokteran mulai me'Webar kc Eropa. Kanada, dan negara-negara lain.
Dalam perkembangannya, kurikulum sekolah kNokteran mulai memerhatikan masalah
kesehatar‘ masyarakat d3" SUdah didasarkan Pada suatu asumsi bahwa penyakit dan kesehatan
merupakan hasii interaksi yang dinamis antara faktor genetik, lingkungan fisik, lingkungan sosial
(termasuk kondisi kerja), kebiasaan perorangan, d3" pelayanan kesehatan. Dari segi pelayanan
kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah Amerika membentuk Departemen
Kesehatan yang pertama kali dengan tujuan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi
penduduk, termasuk perbaikaf‘
dan pengawasan sanitasi lingkungan.

penuemsnncnn KESEHIITIIII mnnnnmmDI Inbonesm

Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia di mulai pada abad ke-16, yaitu dimulai
dengan adanya upaya pemberantasan penyakit cacar dan kolera yang sangat ditakuti oleh
masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk ke Indonesia tahun 1927, dan pada tahun 1937
terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura
dan mulai berkembang di Indonesia, sehingga berawal dari wabah kolera tersebut pemerintah
Belanda (pada waktu itu Indonesia dalam penjajahan Belanda) melakukan upaya-upaya
kesehatan masyarakat. Gubernur Ienderal Deandels pada tahun 1807 telah melakukan upaya
pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan
angka kematian bayi (infant mortality rate) yang tinggi. Namun, upaya ini tidak bertahan lama,
akibat langkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru kemudian di tahun 1930, program ini dimulai
lagi dengan didaftarkannya para dukun bayi sebagai penolong dan perawat persalinan. Pada
tahun 1851 berdiri sekolah dokter Iawa oleh dr. Bosch dan dr. Bleeker-Kepala Pelayanan
Kesehatan Sipil dan Militer di Indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA (School Tot
Oplelding van Indiche Arsten) atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913
didirikan sekolah dokter yang ke-2 di Surabaya dengan nama NIAS (Nederland Indische Artsen
School). Pada tahun 1927 STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan sejak berdirinya
Universitas Indonesia tahun 1947, STOVIA berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Selain itu, perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia juga ditandai dengan berdirinya
Pusat Laboratorium Kedokteran di Bandung tahun 1888-tahun 1938 pusat laboratorium ini
berubah menjadi Lembaga Eykman. Selanjutnya, laboratorium-laboratorium lain juga didirikan
di kota-kota seperti Medan, Semarang, Makasar, Surabaya, dan Yogyakarta dalam rangka
menunjang pemberantasan penyakit malaria, lepra, cacar, serta penyakit lainnya, bahkan
lembaga gizi dan sanitasi juga didirikan.

Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke Indonesia dan tahun 1933-1935 penyakit ini menjadi
epidemis di beberapa tempat, terutama di Pulau Iawa. Pada tahun 1935 dilakukan program
pemberantasan penyakit pes dengan cara melakukan penyemprotan DDT terhadap rumah-
rumah penduduk dan vaksinasi massal. Tercatat sampai pada tahun 1941, 15 juta orang telah
divaksinasi. Pad;

tahun 1925’ HYdIiCh-seorang petugas kfsehztan Pemerintah Belanda-melakukan Pengamatan


terhadap masalah tingginya angka kemanan anDkeSakitan di Banyumas Purwokerto. Dari ha,“
Penmatan dan analisisnya, disimPulkan ba wa tingginya angka kesakjtan dan kematian di kedu.
daerah tersebut dikarenakan burukn)’a kfmdl.“ sanitasi lingkungan, masyarakat bums air besa, di
sembarang tempat, dan penggunaan a" mlnum dari sungai yang telah tercemar. Kesimpulan ““8
diPeroleh adalah bahwa mndahnya Wm“ hngkungan dikarenakan perilaku Penduduk yang
kum‘g 581k. sehingga Hydrich memulai "Pa“ kesehatan masyarakat dengan mengembangkan
daemh percontohan, yaitu dengan care me] . an Pmmosi mengenai pendidikan kesehatan.
Sampai sekmng usaha Hydrich ini dianggaP “bag“ awa] kesellatan masyarakat di Indonesia.

Memasuki zaman kemerdekaana 53'” Sat“ tonggak perkembangan kesehatan masYal’akat di


l“donesia adalah saat diperkenalkannya KonseP Bandung (Bandung Plan) pada tahun 1951 Oleh
dF-Y. Leimena dan dr. Patah-yang selanjutnya dikenal dengan nama Patah-Leilnena. Dalam
konsep ini, diperkenalkan bahwa dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat, aspek
preventifdan kuratif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam mengembangkan sistem
pelayanan kesehatan, kedua “M ini tidak boleh dipisahkan. baik di rumah ”kit maupun di
puskesmas. Selanjutnya, pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan
masyarakat oleh dr. Y. Sulianti dengan berdirinya Proyek Bekasi (Lemah Abang) sebagai proyek
Percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di
Indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini juga menekankan pada
pendekatan tim dalam pengelolaan program kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep
pelayanan terpadu ini, terpilih delapan desa wilayah pengembangan masyarakat.

. Sumatera Utara: Indrapura Lampung

Iawa Barat: Bojong Loa Iawa Tengah: Sleman Yogyakarta: Godean

Iawa Timur: Mojosari


Bali: Kesiman

Kalimantan Selatan: Barabai

9°N9‘Snzk1-HP"

Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang ini. Pada bulan
November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan program kesehatan
magyarakat terpadu sesuai dengan kondjsi dan kemampuan rakyat Indonesia, yaitu mengenai
komep puskesmas-yang dipaparkan oleh dLAchmad Dipodilogo-yang mengacu pada Konsep
Bandung dan Proyek Bekas'L Dalam seminar ini talah disimpulkan dan disepakati mengenai
sistem puskesma. yang terdiri atas til)e A, B, dan C. Akhjmya pada tahun 1968 dalam rapat kerja
kesehatan nasional, dicetUSkan bahwa puskesmas merupakan suatu sistem pelayanan
kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan 0131‘ pemerintah (Departemen Kesehatan)
menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Winas)

puskesmas disepalmti sebagai sum, unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayamn
kuratif dan preventifse‘cara tCrpaldu, menyeluruh. dag mudah dijangkau. dalam wilayah ken.
kecamatan atau 5:383“ ketamatan (11 kotamadya atau kabupaten. Sebagai lini tctdcpan
Pembangunan kese mpuskesmas dihmpkan sclalu vegan Untuk it'll. duperkenalhnlah PW untuk
selalll mengua PuSkesmas (strengthening pushesmas). D! M8313 berkembmg RM

Indonesia» fasilitas kmham berlandaskan masyarakat ditasakan lebih efckuf dan Peg“

Dcpartemen kcsehatan telah membuat usaha intensif unmk membangun puskesmas yang
kemudian dimasukkan kc dalam master plan untuk opemsi Penguatan pelayanan kesehatan
nasional. Kegiatan Pokok dalam program dasar clan utama puskesmas mencakup 18 kegiatan,
yaitu:
l. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Keluarga Berencana (KB). Gizi. Kesehatan lingkungan.

Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta imunisasi, Penyuluhan kesehatan


masyarakat.

Pengobatan.

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Perawatan kesehatan masyarakat.

10. Kesehatan gigi dan mulut.

11. Usaha kesehatan jiwa.

12. Optometri.

13. Kesehatan geriatrik.

14. Latihan dan olahraga.

15. Pengembangan obat-obatan tradisional. 16. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). 17.
Laboratorium dasar.

18. Pengumpulan informasi dan pelaporan untuk sistem informasi kesehatan.

PPNQPPP’P
Pada tahun 1969, sistem puskesmas hanya disepakati dua saja, yaitu Puskesmas tipe A Yang
dikelola oleh dokter dan Puskesmas tipe B yang dikelola oleh seorang paramedis. Dengan
adanya perkembangan tenaga medis, maka pada tahun 1979 tidak diadakan perbedaan
Puskesmas tipe A atau tipe B-hanya ada satu puskesmas saja, yang dikepalai oleh seorang
dokter. Namun, kebijakan tentang pimpinan puskesmas mulai mengalami perubahan tahun
2000, yaitu puskesmas tidak harus dipimpin oleh seorang dokter, tetapi dapat juga dipimpin
oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat. Hal ini tentunya diharapkan dapat membawa perubahan
yang positif, di mana tenaga medis lebih diarahkan pada pelayanan langsung pada klien dan
tidak disibukkan dengan urusan adminstratif/ manajerial, sehingga mutu pelayanan dapat
ditingkatkan. Di provinsi Jawa Timur misalnya, sudah dijumpai Kepala Puskesmas dari lulusan
Sarjana Kesehatan Masyarakat seperti di Kabupaten Gresik, Bojonegoro, Bondowoso, dan lain
sebagainya. Pada tahun 1979 dikembangkan satu peranti manajerial guna penilaian puskesmas,
yaitu stratifikasi puskesmas, sehingga dibedakan adanya:

l. Strata l, puskesmas dengan prestasi sangat baik 2. Strata 2, puskesmas dengan prestasi rata-
rata atau standar.

3. Strata 3, puskesmas dengan prestasi di bawah rata-rata.

Peranti manajerial puskesmas yang lain berupa microplanning untuk perencanaan dan lokakarya
mini untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerja sama tim. Pada tahun 1984,
tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan berkembangnya program paket terpadu
kesehatan dan Keluarga Berencana (Posyandu) yang mencakup Kesehatan Ibu dan Anak,
Keluarga Berencana, gizi, penanggulangan penyakit diare, dan imunisasi.

Sampai dengan tahun 2002, jumlah puskesmas di Indonesia mencapai 7.309. Hal ini berarti 3,6
puskesmas per 100.000 penduduk atau satu puskesmas melayani sekitar 28.144 penduduk.

-, “entara nu, )uuuuu QQSa di I n . 98m n‘enca


SM,“ Puskesmas ““mktia Sep 1 0 £000 penduduk. ’“mlah u U Uh deSa d‘ . Skesm 3 mm?

Pat 70.92! pada tahun 2003, yang berarti setidaknya rNemenuhl kebutuhan pelayanan

andnngkan dengan rumah sakit yang haruS melayani

. torus dikcmban k b'h lanjut untuk . h ter encll‘ . 8 an dan dlatur le I l daera P D‘ anr Prima.
lumlah Puskesmas masih jauh dari memadai’ terutama

. a Jerkadang beberapa kah lebih Illa dan Sumatem. puskesmas harus menangani wilayah yang
Inas, Mikit. Sebuah puskesmas tErk S dari Sntu kabupatcn di Iawa) dengan jumlah penduduk
yang 19b“!

a . . Renduduk puskesmas term“ Mullins lztgi'lgglayanl 10.000 penduduk. Selain itu. bag!
sebagman u L .

Hummus mtmnm owns romnnx pemvnnnn

Mat ini_ pemerintah menjadikan puskesmas sebagai ujung tombak utama pelayanan kesehatan
pada masyarakat sekaligus sebagai wadah isu strategis. Misalnya, isu strategis aksesibilitas
layanan dan penyediaan sumber daya manusia serta sarana prasarana. puskesmas juga mampu
menjadi tempat pelayanan kesehatan pilihan utama masyarakat, karena dekat dengan tempat
tinggal dan murah dari segi biaya pelayanan-rata-rata biaya retribusi yang dikenakan berkisar Rp
1500,00 sampai RD 2000,00. Bahkan berbagai daerah telah menerapkan program pengobatan
gratis yang difokuskan untuk rawat jalan bagi setiap lapisan masyarakat, baik kaya maupun
miskin. Hal ini dilaksanakan oleh pemerintah daerah agar masyarakat menyadari pentingnya
berobat ke puskesmas. Dengan diberlakukannya pengobatan gratis di puskesmas, maka
puskesmas tidak lagi dibebani pemasukan dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sebaliknya,
daerah mengalokasikan sejumlah dana untuk mendukung operasionalisasi di puskesmas, seperti
biaya obat-obatan.
Selain menjadikan puskesmas ujung tombak layanan, pemerintah daerah juga mulai

mendekatkan layanan dokter spesialis kepada masyarakat. Umumnya ada dua cara yang
ditempuh daerah, yaitu menempatkan dokter spesialis di puskesmas atau menentukan
puskesmas khusus (spesiflkasi). Kebijakan menempatkan dokter spesialis di puskesmas
dilatarbelakangi oleh anggapan bahwa dokter spesialis identik dengan pelayanan kesehatan
yang mahal atau hanya bisa diperoleh masyarakat apabila berobat kc rumah sakit. Bagi daerah
yang belum mampu menempatkan layanan dokter spesialis di setiap puskesmas, daerah
mengatasinya dengan dokter spesialis keliling. Sampai saat ini, dokter spesialis yang banyak
ditempatkan di puskesmas adalah dokter spesialis kandungan. mata, kulit, dan penyakit dalam.
Sementara itu, kebijakan menjadikan puskesmas sebagai puskesmas spesifikasi biasanya
didasari oleh kondisi geografis daerah. Puskesmas spesifnkasi yang banyak didirikan, khususnya
di Iawa Timur adalah puskesmas khusus mata, obstetri-ginekologi, puskesmas bencana, dan
puskesmas wisata.

KONSIP PUSKESMAS

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfung“
sebagai pusat pembanguanan kesehatan, pusat pembinaan partisipasi masyarakat dalam bidang
kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegnatan
m Secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada 5‘1““ masyarakat yang bertcmpa!
t

dalam suatu wilayah tertentu.

remap: nnxemmncnn Kulmn-nn mnnannKnT

Periode perkem'bzngan kegelziatnn mesyarakm terdm atas periode sebelum “mu pengetahUan
‘53. (pmaenttfic perm ) an pe 0 e mu Pengetahuan (scieu‘m‘ Pe'wd)‘ Tr; «9‘
PERIOD! SIBILIIM ILMII PENGITAHIIAN (PRISCIENTIFIC PERIOD) 3233:: perkcmbanga" kesehatan
masyarakat sebelum “mu engetahuan tidak daPat dipisahkan dari 1:“; seiamh kebudayaan yang
ada di dunia, di amaranya a:alah budaya dari bangsa Babiloma, Mes“, 3‘ Yunani» dan Romawi.
Bangsa bangsa tersebut menunjukkan bahwa manusia telah melakUkan 2‘ ”58m untuk
menanggulangi masalah-masalah kesehat an magyafakat dan penyakit. Pada Zaman "‘ gersebut
diperoleh catatan bahwa telah dibangun temp at pembuanga“ kotoran (latrin) umum untuk
$2225; menampuns tinja atau kotoran manusia serta digalinya susia. Saat itu latrin dibangun
dengan tujuan :IEESI agar tinja tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan pandangan yang
tidak menyenangkana 3:35 belum ada pemikiran bahwa latrin dibangun dengan alasan
kesehatan karena tinja atau kotoran {22 manusia dapat menularkan penyakit. Pembuatan susia
oleh masyarakat pada masa itu juga karena :3 air sungai yang biasa mereka minum sudah kotor.
dan terasa tidak enak» bukan karena minum air 32

sungai dapat menyebabkan Penyakit (Greene, 1984). Dari dokumen lain juga tercatat bahwa
pada man RomaWI Kuno telah dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan kepada
masyarakat

i1nmk (Hanlon, 1974): 1_ mencatatkan pembangunan rumah;

2, melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya; 3, melaporkan binatang


peliharaan/ternak yang dapat menimbulkan bau; 4, pemerintah melakukan supervisi ke tempat-
tempat minuman (public bar), warung makanan,

tempat prostitusi, dan lain-lain.

Setelah itu, kesehatan masyarakat makin dirasakan perlunya di awal abad ke-l sampai ke-7

dengan alasan sebagai berikut. 1, Berbagai penyakit menular mulai menyerang penduduk dan
telah menjadi epidemi, bahkan
ada yang menjadi endemis. Di Asia, khususnya Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika muncul
penyakit kolera yang telah

2. tercatat sejak abad ke-7-bahkan di India penyakit kolera telah menjadi endemis. Penyakit
lepra telah menyebar ke Mesir, Asia kecil, dan Eropa melalui para emigran.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi kasus epidemi dan endemis, di amaranya
masyarakat mulai memerhatikan masalah: lingkungan, terutama higiene dan sanitasi
lingkungan; pembuangan kotoran manusia (latrin); mengusahakan air minum bersih;

pembuangan sampah; pembuatan ventilasi yang memenuhi syarat.

Pada abad kel4 mulai terjadi wabah pes yang dasyat di Cina dan India. Pada tahun 1340 telah
tercatat l3 juta orang meninggal karena wabah pes. Di India, Mesir, dan Gaza dilaporkan bahwa
13nbu orang meninggal tiap hari karena serangan pes. Berdasarkan catatan, jumlah orang yang

meninggal karcna wabah penyakit pea di seluruh dunla waktu itu mencapai lebih dari 60 jute
Oran sehinggn kejadmn Pada waktu itu dlsebut '1he Black Death”-serangan wabah PenYakit
menu} ml berlangsung sampai ahad kc 18. Di samping wabah pes, wabah kolera dan tifus juga
mas' berlangsunsPada tahun 1603 lebih darl l darl 6 orang meninggal karena penyakit menular,
d tahun 1665 seknar l dart S orang menmggal. Pada tahun 1759 dilaporkan 70 ribu orang
Pendudu di Kepulauan Cyprus meninggal karena penyakit menular. Penyakit lain yang menjadi
wabah antata lain dlpteri. tifus, disemri. dan Iain-lain.

nmool ILMII PINGITAIIIIAN (SC'ENTIFIC PERIOD)

Pads akhir abad ke18 dan di awal abad ke-l9, bangkitnya ilmu pengetahuan mempunyai dammk
yang sangat luas pada segala aspek kehidupan manusia, termasuk pada aspek kesehatan. Pada
abad ini pendekatan dalam penanganan masalah kesehatan tidak hanya memandang pada
aspek biologs saja. tetapi sudah komprehensif dan multisektoral. Selain itu, telah ditemukan
berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegahan penyakit, seperti pada
Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Penemu dan Hasil Pengmuan dalam Penanggulan Penyakit

Penemu Hasil Temuan Louis Pasteur Vaksin untuk mencetah venyakit cacar Jose-h Lister Asam
carbol carbolic an" untuk stren'lisasi ruanv operasi William Marton Ether sebacai anestesi pada
waktu operasi

Upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai dilaksanakan di Inggris. Hal ini terkait
dengan wabah penyakit endemis kolera tahun 1832 yang terjadi pada masyarakat di perkotaan,
terutama yang miskin. Parlemen Inggris membentuk komisi penanganan pada penyakit ini dan
Edwin Chadwich-seorang pakar sosial (social scientist)--ditunjuk sebagai ketua komisi untuk
melakukan penyelidikan mengenai penyebab wabah kolera ini. Hasil penyelidikan yang
dilaporkan di antaranya yaitu masyarakat yang hidup dalam kondisi sanitasi yang buruk, susia
penduduk berdekatan dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia, adanya aliran
air limbah terbuka yang tidak teratur, makanan yang dijual di pasar tidak higienes (dihinggapi
lalat dan kecoa), sebagaian besar masyarakat hidup miskin, serta bekerja rata-rata l4 jam per
hari sementara gaji yang diperoleh tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hasil laporan
Edwin Chadwich tersebut dilengkapi dengan analisis data yang lengkap dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Akhirnya, parlemen Inggris mengeluarkan undang-
undang yang mengatur upayaupaya peningkatan kesehatan penduduk dan berbagai peraturan
tentang sanitasi lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik, dan lain-lain.

Berawal dari penelitiaannya, Edwin Chadwich tertarik untuk lebih jauh mempelajari kesehatan
masyarakat, sehingga saat itu ia menjadi pioneer dalam ilmu kesehatan masyarakat. Generasi
setelah Chadwich adalah Winslow-murid Chadwich-yang kemudian dikenal sebagai pembina
kesehatan masyarakat modem (public health modern). Winslow merumuskan defmisi kesehatan
masyarakat yang kemudian diterima oleh WHO. Sejak saat itu, lahirlah berbagai macam detinisi
sehat. John Snow, adalah seorang tokoh yang sudah tidak asing dalam dunia kesehatan
masyarakat dalam upaya sukseenya mengatasi penyakit kolera yang melanda kota London. Hal
yang perlu dicatat di sini adalah bahwa John Snow mempergunakan pendekatan epidemiologi
dalam menganalisis wabah
penyakit kolera, yaitu dengan menganalisis fakmr tempat’ orang, dan waktu-sehingga dia
dianggap ‘

sebagai "lhe Father of Epidemiology. pada akhir abad ke-l9 dan di awal abad ke-20. pendidikan
untuk tenaga kesehatan yang

Profesional mulai dikembangkan. Tahun 1893‘ John Hopkins-seorang pengusaha wiski dari
Amerika memelopori berdirinya universitas Yang di dalamnya terdapat Fakultas Kedokteran.
Pada tahun I908 sekolah kedokteran mulai me'Webar kc Eropa. Kanada, dan negara-negara lain.
Dalam perkembangannya, kurikulum sekolah kNokteran mulai memerhatikan masalah
kesehatar‘ masyarakat d3" SUdah didasarkan Pada suatu asumsi bahwa penyakit dan kesehatan
merupakan hasii interaksi yang dinamis antara faktor genetik, lingkungan fisik, lingkungan sosial
(termasuk kondisi kerja), kebiasaan perorangan, d3" pelayanan kesehatan. Dari segi pelayanan
kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah Amerika membentuk Departemen
Kesehatan yang pertama kali dengan tujuan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi
penduduk, termasuk perbaikaf‘

dan pengawasan sanitasi lingkungan.

penuemsnncnn KESEHIITIIII mnnnnmmDI Inbonesm

Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia di mulai pada abad ke-16, yaitu dimulai
dengan adanya upaya pemberantasan penyakit cacar dan kolera yang sangat ditakuti oleh
masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk ke Indonesia tahun 1927, dan pada tahun 1937
terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura
dan mulai berkembang di Indonesia, sehingga berawal dari wabah kolera tersebut pemerintah
Belanda (pada waktu itu Indonesia dalam penjajahan Belanda) melakukan upaya-upaya
kesehatan masyarakat. Gubernur Ienderal Deandels pada tahun 1807 telah melakukan upaya
pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan
angka kematian bayi (infant mortality rate) yang tinggi. Namun, upaya ini tidak bertahan lama,
akibat langkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru kemudian di tahun 1930, program ini dimulai
lagi dengan didaftarkannya para dukun bayi sebagai penolong dan perawat persalinan. Pada
tahun 1851 berdiri sekolah dokter Iawa oleh dr. Bosch dan dr. Bleeker-Kepala Pelayanan
Kesehatan Sipil dan Militer di Indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA (School Tot
Oplelding van Indiche Arsten) atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913
didirikan sekolah dokter yang ke-2 di Surabaya dengan nama NIAS (Nederland Indische Artsen
School). Pada tahun 1927 STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan sejak berdirinya
Universitas Indonesia tahun 1947, STOVIA berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Selain itu, perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia juga ditandai dengan berdirinya
Pusat Laboratorium Kedokteran di Bandung tahun 1888-tahun 1938 pusat laboratorium ini
berubah menjadi Lembaga Eykman. Selanjutnya, laboratorium-laboratorium lain juga didirikan
di kota-kota seperti Medan, Semarang, Makasar, Surabaya, dan Yogyakarta dalam rangka
menunjang pemberantasan penyakit malaria, lepra, cacar, serta penyakit lainnya, bahkan
lembaga gizi dan sanitasi juga didirikan.

Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke Indonesia dan tahun 1933-1935 penyakit ini menjadi
epidemis di beberapa tempat, terutama di Pulau Iawa. Pada tahun 1935 dilakukan program

pemberantasan penyakit pes dengan cara melakukan penyemprotan DDT terhadap rumah-
rumah penduduk dan vaksinasi massal. Tercatat sampai pada tahun 1941, 15 juta orang telah
divaksinasi. Pad;

tahun 1925’ HYdIiCh-seorang petugas kfsehztan Pemerintah Belanda-melakukan Pengamatan


terhadap masalah tingginya angka kemanan anDkeSakitan di Banyumas Purwokerto. Dari ha,“
Penmatan dan analisisnya, disimPulkan ba wa tingginya angka kesakjtan dan kematian di kedu.
daerah tersebut dikarenakan burukn)’a kfmdl.“ sanitasi lingkungan, masyarakat bums air besa, di
sembarang tempat, dan penggunaan a" mlnum dari sungai yang telah tercemar. Kesimpulan ““8
diPeroleh adalah bahwa mndahnya Wm“ hngkungan dikarenakan perilaku Penduduk yang
kum‘g 581k. sehingga Hydrich memulai "Pa“ kesehatan masyarakat dengan mengembangkan
daemh percontohan, yaitu dengan care me] . an Pmmosi mengenai pendidikan kesehatan.
Sampai sekmng usaha Hydrich ini dianggaP “bag“ awa] kesellatan masyarakat di Indonesia.
Memasuki zaman kemerdekaana 53'” Sat“ tonggak perkembangan kesehatan masYal’akat di
l“donesia adalah saat diperkenalkannya KonseP Bandung (Bandung Plan) pada tahun 1951 Oleh
dF-Y. Leimena dan dr. Patah-yang selanjutnya dikenal dengan nama Patah-Leilnena. Dalam
konsep ini, diperkenalkan bahwa dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat, aspek
preventifdan kuratif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam mengembangkan sistem
pelayanan kesehatan, kedua “M ini tidak boleh dipisahkan. baik di rumah ”kit maupun di
puskesmas. Selanjutnya, pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan
masyarakat oleh dr. Y. Sulianti dengan berdirinya Proyek Bekasi (Lemah Abang) sebagai proyek
Percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di
Indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini juga menekankan pada
pendekatan tim dalam pengelolaan program kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep
pelayanan terpadu ini, terpilih delapan desa wilayah pengembangan masyarakat.

. Sumatera Utara: Indrapura Lampung

Iawa Barat: Bojong Loa Iawa Tengah: Sleman Yogyakarta: Godean

Iawa Timur: Mojosari

Bali: Kesiman

Kalimantan Selatan: Barabai

9°N9‘Snzk1-HP"

Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang ini. Pada bulan
November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan program kesehatan
magyarakat terpadu sesuai dengan kondjsi dan kemampuan rakyat Indonesia, yaitu mengenai
komep puskesmas-yang dipaparkan oleh dLAchmad Dipodilogo-yang mengacu pada Konsep
Bandung dan Proyek Bekas'L Dalam seminar ini talah disimpulkan dan disepakati mengenai
sistem puskesma. yang terdiri atas til)e A, B, dan C. Akhjmya pada tahun 1968 dalam rapat kerja
kesehatan nasional, dicetUSkan bahwa puskesmas merupakan suatu sistem pelayanan
kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan 0131‘ pemerintah (Departemen Kesehatan)
menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Winas)

puskesmas disepalmti sebagai sum, unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayamn
kuratif dan preventifse‘cara tCrpaldu, menyeluruh. dag mudah dijangkau. dalam wilayah ken.
kecamatan atau 5:383“ ketamatan (11 kotamadya atau kabupaten. Sebagai lini tctdcpan
Pembangunan kese mpuskesmas dihmpkan sclalu vegan Untuk it'll. duperkenalhnlah PW untuk
selalll mengua PuSkesmas (strengthening pushesmas). D! M8313 berkembmg RM

Indonesia» fasilitas kmham berlandaskan masyarakat ditasakan lebih efckuf dan Peg“

Dcpartemen kcsehatan telah membuat usaha intensif unmk membangun puskesmas yang
kemudian dimasukkan kc dalam master plan untuk opemsi Penguatan pelayanan kesehatan
nasional. Kegiatan Pokok dalam program dasar clan utama puskesmas mencakup 18 kegiatan,
yaitu:

l. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Keluarga Berencana (KB). Gizi. Kesehatan lingkungan.

Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta imunisasi, Penyuluhan kesehatan


masyarakat.

Pengobatan.

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Perawatan kesehatan masyarakat.

10. Kesehatan gigi dan mulut.


11. Usaha kesehatan jiwa.

12. Optometri.

13. Kesehatan geriatrik.

14. Latihan dan olahraga.

15. Pengembangan obat-obatan tradisional. 16. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). 17.
Laboratorium dasar.

18. Pengumpulan informasi dan pelaporan untuk sistem informasi kesehatan.

PPNQPPP’P

Pada tahun 1969, sistem puskesmas hanya disepakati dua saja, yaitu Puskesmas tipe A Yang
dikelola oleh dokter dan Puskesmas tipe B yang dikelola oleh seorang paramedis. Dengan
adanya perkembangan tenaga medis, maka pada tahun 1979 tidak diadakan perbedaan
Puskesmas tipe A atau tipe B-hanya ada satu puskesmas saja, yang dikepalai oleh seorang
dokter. Namun, kebijakan tentang pimpinan puskesmas mulai mengalami perubahan tahun
2000, yaitu puskesmas tidak harus dipimpin oleh seorang dokter, tetapi dapat juga dipimpin
oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat. Hal ini tentunya diharapkan dapat membawa perubahan
yang positif, di mana tenaga medis lebih diarahkan pada pelayanan langsung pada klien dan
tidak disibukkan dengan urusan adminstratif/ manajerial, sehingga mutu pelayanan dapat
ditingkatkan. Di provinsi Jawa Timur misalnya, sudah dijumpai Kepala Puskesmas dari lulusan
Sarjana Kesehatan Masyarakat seperti di Kabupaten Gresik, Bojonegoro, Bondowoso, dan lain
sebagainya. Pada tahun 1979 dikembangkan satu peranti manajerial guna penilaian puskesmas,
yaitu stratifikasi puskesmas, sehingga dibedakan adanya:
l. Strata l, puskesmas dengan prestasi sangat baik 2. Strata 2, puskesmas dengan prestasi rata-
rata atau standar.

3. Strata 3, puskesmas dengan prestasi di bawah rata-rata.

Peranti manajerial puskesmas yang lain berupa microplanning untuk perencanaan dan lokakarya
mini untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerja sama tim. Pada tahun 1984,
tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan berkembangnya program paket terpadu
kesehatan dan Keluarga Berencana (Posyandu) yang mencakup Kesehatan Ibu dan Anak,
Keluarga Berencana, gizi, penanggulangan penyakit diare, dan imunisasi.

Sampai dengan tahun 2002, jumlah puskesmas di Indonesia mencapai 7.309. Hal ini berarti 3,6
puskesmas per 100.000 penduduk atau satu puskesmas melayani sekitar 28.144 penduduk.

-, “entara nu, )uuuuu QQSa di I n . 98m n‘enca

SM,“ Puskesmas ““mktia Sep 1 0 £000 penduduk. ’“mlah u U Uh deSa d‘ . Skesm 3 mm?

Pat 70.92! pada tahun 2003, yang berarti setidaknya rNemenuhl kebutuhan pelayanan

andnngkan dengan rumah sakit yang haruS melayani

. torus dikcmban k b'h lanjut untuk . h ter encll‘ . 8 an dan dlatur le I l daera P D‘ anr Prima.
lumlah Puskesmas masih jauh dari memadai’ terutama
. a Jerkadang beberapa kah lebih Illa dan Sumatem. puskesmas harus menangani wilayah yang
Inas, Mikit. Sebuah puskesmas tErk S dari Sntu kabupatcn di Iawa) dengan jumlah penduduk
yang 19b“!

a . . Renduduk puskesmas term“ Mullins lztgi'lgglayanl 10.000 penduduk. Selain itu. bag!
sebagman u L .

Hummus mtmnm owns romnnx pemvnnnn

Mat ini_ pemerintah menjadikan puskesmas sebagai ujung tombak utama pelayanan kesehatan
pada masyarakat sekaligus sebagai wadah isu strategis. Misalnya, isu strategis aksesibilitas
layanan dan penyediaan sumber daya manusia serta sarana prasarana. puskesmas juga mampu
menjadi tempat pelayanan kesehatan pilihan utama masyarakat, karena dekat dengan tempat
tinggal dan murah dari segi biaya pelayanan-rata-rata biaya retribusi yang dikenakan berkisar Rp
1500,00 sampai RD 2000,00. Bahkan berbagai daerah telah menerapkan program pengobatan
gratis yang difokuskan untuk rawat jalan bagi setiap lapisan masyarakat, baik kaya maupun
miskin. Hal ini dilaksanakan oleh pemerintah daerah agar masyarakat menyadari pentingnya
berobat ke puskesmas. Dengan diberlakukannya pengobatan gratis di puskesmas, maka
puskesmas tidak lagi dibebani pemasukan dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sebaliknya,
daerah mengalokasikan sejumlah dana untuk mendukung operasionalisasi di puskesmas, seperti
biaya obat-obatan.

Selain menjadikan puskesmas ujung tombak layanan, pemerintah daerah juga mulai

mendekatkan layanan dokter spesialis kepada masyarakat. Umumnya ada dua cara yang
ditempuh daerah, yaitu menempatkan dokter spesialis di puskesmas atau menentukan
puskesmas khusus (spesiflkasi). Kebijakan menempatkan dokter spesialis di puskesmas
dilatarbelakangi oleh anggapan bahwa dokter spesialis identik dengan pelayanan kesehatan
yang mahal atau hanya bisa diperoleh masyarakat apabila berobat kc rumah sakit. Bagi daerah
yang belum mampu menempatkan layanan dokter spesialis di setiap puskesmas, daerah
mengatasinya dengan dokter spesialis keliling. Sampai saat ini, dokter spesialis yang banyak
ditempatkan di puskesmas adalah dokter spesialis kandungan. mata, kulit, dan penyakit dalam.
Sementara itu, kebijakan menjadikan puskesmas sebagai puskesmas spesifikasi biasanya
didasari oleh kondisi geografis daerah. Puskesmas spesifnkasi yang banyak didirikan, khususnya
di Iawa Timur adalah puskesmas khusus mata, obstetri-ginekologi, puskesmas bencana, dan
puskesmas wisata.

KONSIP PUSKESMAS

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfung“
sebagai pusat pembanguanan kesehatan, pusat pembinaan partisipasi masyarakat dalam bidang
kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegnatan
m Secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada 5‘1““ masyarakat yang bertcmpa!
t

dalam suatu wilayah tertentu.

pgplNlSI PIISKISMAS para ghli mendetinisikan puskesmas sesuai dengan perkembang‘m dan
tuntutan pelayanan kesehatan.

l)ef“1isi puskesmas antara lain sebagai berikut.

1.

$4

Azrul Azwar (1980). Pusat Kesehatan MaSYarakat (Puskesmas) merupakan suatu kesatuan
organisasi fungsional yang langsung memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada
masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.
Departemen Kesehatan RI (1981). Pusat KCSehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan suatu
kesatuan organisasi kesehatan yang langsung memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terintegrasi kepada masyarakat di wilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha
kesehatan pokok.

Departemen Kesehatan RI (1987). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan pusat


pembagunan kesehatan yang berfungsi mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat.
serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam
bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya.

Departemen Kesehatan RI (1991). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan suatu


kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dalam memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

FUNGSI PIISKESMAS

Fungsi pokok puskesmas, antara lain:

sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya;

l.

2. membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan


kemampuan untuk hidup sehat;

3. memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di


wilayah kerjanya.
Sementara proses dalam melaksanakan fungsinya dilakukan dengan cara:

l. merangsang masyarakat, termasuk pihak swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka
menolong dirinya sendiri;

2. memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan


sumber daya yang ada secara efektif dan eflsien;

3. memberi bantuan, baik yang bersifat bimbingan teknik materi, rujukan medis, maupun
rujukan kesehatan kepada masyarakat;

4. memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat;

5. bekelja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program


puskesmas.

VISI PUSKISMAS

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan pusat
kesehatan adalah sebagai berikut.

l. 2.

3.

Masyarakat hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat.


Memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dam
merata.

Memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik lndonesia.

remap: nnxemmncnn Kulmn-nn mnnannKnT

Periode perkem'bzngan kegelziatnn mesyarakm terdm atas periode sebelum “mu pengetahUan
‘53. (pmaenttfic perm ) an pe 0 e mu Pengetahuan (scieu‘m‘ Pe'wd)‘ Tr; «9‘

PERIOD! SIBILIIM ILMII PENGITAHIIAN (PRISCIENTIFIC PERIOD) 3233:: perkcmbanga" kesehatan


masyarakat sebelum “mu engetahuan tidak daPat dipisahkan dari 1:“; seiamh kebudayaan yang
ada di dunia, di amaranya a:alah budaya dari bangsa Babiloma, Mes“, 3‘ Yunani» dan Romawi.
Bangsa bangsa tersebut menunjukkan bahwa manusia telah melakUkan 2‘ ”58m untuk
menanggulangi masalah-masalah kesehat an magyafakat dan penyakit. Pada Zaman "‘ gersebut
diperoleh catatan bahwa telah dibangun temp at pembuanga“ kotoran (latrin) umum untuk
$2225; menampuns tinja atau kotoran manusia serta digalinya susia. Saat itu latrin dibangun
dengan tujuan :IEESI agar tinja tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan pandangan yang
tidak menyenangkana 3:35 belum ada pemikiran bahwa latrin dibangun dengan alasan
kesehatan karena tinja atau kotoran {22 manusia dapat menularkan penyakit. Pembuatan susia
oleh masyarakat pada masa itu juga karena :3 air sungai yang biasa mereka minum sudah kotor.
dan terasa tidak enak» bukan karena minum air 32

sungai dapat menyebabkan Penyakit (Greene, 1984). Dari dokumen lain juga tercatat bahwa
pada man RomaWI Kuno telah dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan kepada
masyarakat

i1nmk (Hanlon, 1974): 1_ mencatatkan pembangunan rumah;


2, melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya; 3, melaporkan binatang
peliharaan/ternak yang dapat menimbulkan bau; 4, pemerintah melakukan supervisi ke tempat-
tempat minuman (public bar), warung makanan,

tempat prostitusi, dan lain-lain.

Setelah itu, kesehatan masyarakat makin dirasakan perlunya di awal abad ke-l sampai ke-7

dengan alasan sebagai berikut. 1, Berbagai penyakit menular mulai menyerang penduduk dan
telah menjadi epidemi, bahkan

ada yang menjadi endemis. Di Asia, khususnya Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika muncul
penyakit kolera yang telah

2. tercatat sejak abad ke-7-bahkan di India penyakit kolera telah menjadi endemis. Penyakit
lepra telah menyebar ke Mesir, Asia kecil, dan Eropa melalui para emigran.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi kasus epidemi dan endemis, di amaranya
masyarakat mulai memerhatikan masalah: lingkungan, terutama higiene dan sanitasi
lingkungan; pembuangan kotoran manusia (latrin); mengusahakan air minum bersih;

pembuangan sampah; pembuatan ventilasi yang memenuhi syarat.

Pada abad kel4 mulai terjadi wabah pes yang dasyat di Cina dan India. Pada tahun 1340 telah
tercatat l3 juta orang meninggal karena wabah pes. Di India, Mesir, dan Gaza dilaporkan bahwa
13nbu orang meninggal tiap hari karena serangan pes. Berdasarkan catatan, jumlah orang yang
meninggal karcna wabah penyakit pea di seluruh dunla waktu itu mencapai lebih dari 60 jute
Oran sehinggn kejadmn Pada waktu itu dlsebut '1he Black Death”-serangan wabah PenYakit
menu} ml berlangsung sampai ahad kc 18. Di samping wabah pes, wabah kolera dan tifus juga
mas' berlangsunsPada tahun 1603 lebih darl l darl 6 orang meninggal karena penyakit menular,
d tahun 1665 seknar l dart S orang menmggal. Pada tahun 1759 dilaporkan 70 ribu orang
Pendudu di Kepulauan Cyprus meninggal karena penyakit menular. Penyakit lain yang menjadi
wabah antata lain dlpteri. tifus, disemri. dan Iain-lain.

nmool ILMII PINGITAIIIIAN (SC'ENTIFIC PERIOD)

Pads akhir abad ke18 dan di awal abad ke-l9, bangkitnya ilmu pengetahuan mempunyai dammk
yang sangat luas pada segala aspek kehidupan manusia, termasuk pada aspek kesehatan. Pada
abad ini pendekatan dalam penanganan masalah kesehatan tidak hanya memandang pada
aspek biologs saja. tetapi sudah komprehensif dan multisektoral. Selain itu, telah ditemukan
berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegahan penyakit, seperti pada
Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Penemu dan Hasil Pengmuan dalam Penanggulan Penyakit

Penemu Hasil Temuan Louis Pasteur Vaksin untuk mencetah venyakit cacar Jose-h Lister Asam
carbol carbolic an" untuk stren'lisasi ruanv operasi William Marton Ether sebacai anestesi pada
waktu operasi

Upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai dilaksanakan di Inggris. Hal ini terkait
dengan wabah penyakit endemis kolera tahun 1832 yang terjadi pada masyarakat di perkotaan,
terutama yang miskin. Parlemen Inggris membentuk komisi penanganan pada penyakit ini dan
Edwin Chadwich-seorang pakar sosial (social scientist)--ditunjuk sebagai ketua komisi untuk
melakukan penyelidikan mengenai penyebab wabah kolera ini. Hasil penyelidikan yang
dilaporkan di antaranya yaitu masyarakat yang hidup dalam kondisi sanitasi yang buruk, susia
penduduk berdekatan dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia, adanya aliran
air limbah terbuka yang tidak teratur, makanan yang dijual di pasar tidak higienes (dihinggapi
lalat dan kecoa), sebagaian besar masyarakat hidup miskin, serta bekerja rata-rata l4 jam per
hari sementara gaji yang diperoleh tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hasil laporan
Edwin Chadwich tersebut dilengkapi dengan analisis data yang lengkap dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Akhirnya, parlemen Inggris mengeluarkan undang-
undang yang mengatur upayaupaya peningkatan kesehatan penduduk dan berbagai peraturan
tentang sanitasi lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik, dan lain-lain.

Berawal dari penelitiaannya, Edwin Chadwich tertarik untuk lebih jauh mempelajari kesehatan
masyarakat, sehingga saat itu ia menjadi pioneer dalam ilmu kesehatan masyarakat. Generasi
setelah Chadwich adalah Winslow-murid Chadwich-yang kemudian dikenal sebagai pembina
kesehatan masyarakat modem (public health modern). Winslow merumuskan defmisi kesehatan
masyarakat yang kemudian diterima oleh WHO. Sejak saat itu, lahirlah berbagai macam detinisi
sehat. John Snow, adalah seorang tokoh yang sudah tidak asing dalam dunia kesehatan
masyarakat dalam upaya sukseenya mengatasi penyakit kolera yang melanda kota London. Hal
yang perlu dicatat di sini adalah bahwa John Snow mempergunakan pendekatan epidemiologi
dalam menganalisis wabah

penyakit kolera, yaitu dengan menganalisis fakmr tempat’ orang, dan waktu-sehingga dia
dianggap ‘

sebagai "lhe Father of Epidemiology. pada akhir abad ke-l9 dan di awal abad ke-20. pendidikan
untuk tenaga kesehatan yang

Profesional mulai dikembangkan. Tahun 1893‘ John Hopkins-seorang pengusaha wiski dari
Amerika memelopori berdirinya universitas Yang di dalamnya terdapat Fakultas Kedokteran.
Pada tahun I908 sekolah kedokteran mulai me'Webar kc Eropa. Kanada, dan negara-negara lain.
Dalam perkembangannya, kurikulum sekolah kNokteran mulai memerhatikan masalah
kesehatar‘ masyarakat d3" SUdah didasarkan Pada suatu asumsi bahwa penyakit dan kesehatan
merupakan hasii interaksi yang dinamis antara faktor genetik, lingkungan fisik, lingkungan sosial
(termasuk kondisi kerja), kebiasaan perorangan, d3" pelayanan kesehatan. Dari segi pelayanan
kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah Amerika membentuk Departemen
Kesehatan yang pertama kali dengan tujuan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi
penduduk, termasuk perbaikaf‘
dan pengawasan sanitasi lingkungan.

penuemsnncnn KESEHIITIIII mnnnnmmDI Inbonesm

Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia di mulai pada abad ke-16, yaitu dimulai
dengan adanya upaya pemberantasan penyakit cacar dan kolera yang sangat ditakuti oleh
masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk ke Indonesia tahun 1927, dan pada tahun 1937
terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura
dan mulai berkembang di Indonesia, sehingga berawal dari wabah kolera tersebut pemerintah
Belanda (pada waktu itu Indonesia dalam penjajahan Belanda) melakukan upaya-upaya
kesehatan masyarakat. Gubernur Ienderal Deandels pada tahun 1807 telah melakukan upaya
pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan
angka kematian bayi (infant mortality rate) yang tinggi. Namun, upaya ini tidak bertahan lama,
akibat langkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru kemudian di tahun 1930, program ini dimulai
lagi dengan didaftarkannya para dukun bayi sebagai penolong dan perawat persalinan. Pada
tahun 1851 berdiri sekolah dokter Iawa oleh dr. Bosch dan dr. Bleeker-Kepala Pelayanan
Kesehatan Sipil dan Militer di Indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA (School Tot
Oplelding van Indiche Arsten) atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913
didirikan sekolah dokter yang ke-2 di Surabaya dengan nama NIAS (Nederland Indische Artsen
School). Pada tahun 1927 STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan sejak berdirinya
Universitas Indonesia tahun 1947, STOVIA berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Selain itu, perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia juga ditandai dengan berdirinya
Pusat Laboratorium Kedokteran di Bandung tahun 1888-tahun 1938 pusat laboratorium ini
berubah menjadi Lembaga Eykman. Selanjutnya, laboratorium-laboratorium lain juga didirikan
di kota-kota seperti Medan, Semarang, Makasar, Surabaya, dan Yogyakarta dalam rangka
menunjang pemberantasan penyakit malaria, lepra, cacar, serta penyakit lainnya, bahkan
lembaga gizi dan sanitasi juga didirikan.

Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke Indonesia dan tahun 1933-1935 penyakit ini menjadi
epidemis di beberapa tempat, terutama di Pulau Iawa. Pada tahun 1935 dilakukan program
pemberantasan penyakit pes dengan cara melakukan penyemprotan DDT terhadap rumah-
rumah penduduk dan vaksinasi massal. Tercatat sampai pada tahun 1941, 15 juta orang telah
divaksinasi. Pad;

tahun 1925’ HYdIiCh-seorang petugas kfsehztan Pemerintah Belanda-melakukan Pengamatan


terhadap masalah tingginya angka kemanan anDkeSakitan di Banyumas Purwokerto. Dari ha,“
Penmatan dan analisisnya, disimPulkan ba wa tingginya angka kesakjtan dan kematian di kedu.
daerah tersebut dikarenakan burukn)’a kfmdl.“ sanitasi lingkungan, masyarakat bums air besa, di
sembarang tempat, dan penggunaan a" mlnum dari sungai yang telah tercemar. Kesimpulan ““8
diPeroleh adalah bahwa mndahnya Wm“ hngkungan dikarenakan perilaku Penduduk yang
kum‘g 581k. sehingga Hydrich memulai "Pa“ kesehatan masyarakat dengan mengembangkan
daemh percontohan, yaitu dengan care me] . an Pmmosi mengenai pendidikan kesehatan.
Sampai sekmng usaha Hydrich ini dianggaP “bag“ awa] kesellatan masyarakat di Indonesia.

Memasuki zaman kemerdekaana 53'” Sat“ tonggak perkembangan kesehatan masYal’akat di


l“donesia adalah saat diperkenalkannya KonseP Bandung (Bandung Plan) pada tahun 1951 Oleh
dF-Y. Leimena dan dr. Patah-yang selanjutnya dikenal dengan nama Patah-Leilnena. Dalam
konsep ini, diperkenalkan bahwa dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat, aspek
preventifdan kuratif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam mengembangkan sistem
pelayanan kesehatan, kedua “M ini tidak boleh dipisahkan. baik di rumah ”kit maupun di
puskesmas. Selanjutnya, pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan
masyarakat oleh dr. Y. Sulianti dengan berdirinya Proyek Bekasi (Lemah Abang) sebagai proyek
Percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di
Indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini juga menekankan pada
pendekatan tim dalam pengelolaan program kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep
pelayanan terpadu ini, terpilih delapan desa wilayah pengembangan masyarakat.

. Sumatera Utara: Indrapura Lampung

Iawa Barat: Bojong Loa Iawa Tengah: Sleman Yogyakarta: Godean

Iawa Timur: Mojosari


Bali: Kesiman

Kalimantan Selatan: Barabai

9°N9‘Snzk1-HP"

Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang ini. Pada bulan
November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan program kesehatan
magyarakat terpadu sesuai dengan kondjsi dan kemampuan rakyat Indonesia, yaitu mengenai
komep puskesmas-yang dipaparkan oleh dLAchmad Dipodilogo-yang mengacu pada Konsep
Bandung dan Proyek Bekas'L Dalam seminar ini talah disimpulkan dan disepakati mengenai
sistem puskesma. yang terdiri atas til)e A, B, dan C. Akhjmya pada tahun 1968 dalam rapat kerja
kesehatan nasional, dicetUSkan bahwa puskesmas merupakan suatu sistem pelayanan
kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan 0131‘ pemerintah (Departemen Kesehatan)
menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Winas)

puskesmas disepalmti sebagai sum, unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayamn
kuratif dan preventifse‘cara tCrpaldu, menyeluruh. dag mudah dijangkau. dalam wilayah ken.
kecamatan atau 5:383“ ketamatan (11 kotamadya atau kabupaten. Sebagai lini tctdcpan
Pembangunan kese mpuskesmas dihmpkan sclalu vegan Untuk it'll. duperkenalhnlah PW untuk
selalll mengua PuSkesmas (strengthening pushesmas). D! M8313 berkembmg RM

Indonesia» fasilitas kmham berlandaskan masyarakat ditasakan lebih efckuf dan Peg“

Dcpartemen kcsehatan telah membuat usaha intensif unmk membangun puskesmas yang
kemudian dimasukkan kc dalam master plan untuk opemsi Penguatan pelayanan kesehatan
nasional. Kegiatan Pokok dalam program dasar clan utama puskesmas mencakup 18 kegiatan,
yaitu:
l. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Keluarga Berencana (KB). Gizi. Kesehatan lingkungan.

Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta imunisasi, Penyuluhan kesehatan


masyarakat.

Pengobatan.

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Perawatan kesehatan masyarakat.

10. Kesehatan gigi dan mulut.

11. Usaha kesehatan jiwa.

12. Optometri.

13. Kesehatan geriatrik.

14. Latihan dan olahraga.

15. Pengembangan obat-obatan tradisional. 16. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). 17.
Laboratorium dasar.

18. Pengumpulan informasi dan pelaporan untuk sistem informasi kesehatan.

PPNQPPP’P
Pada tahun 1969, sistem puskesmas hanya disepakati dua saja, yaitu Puskesmas tipe A Yang
dikelola oleh dokter dan Puskesmas tipe B yang dikelola oleh seorang paramedis. Dengan
adanya perkembangan tenaga medis, maka pada tahun 1979 tidak diadakan perbedaan
Puskesmas tipe A atau tipe B-hanya ada satu puskesmas saja, yang dikepalai oleh seorang
dokter. Namun, kebijakan tentang pimpinan puskesmas mulai mengalami perubahan tahun
2000, yaitu puskesmas tidak harus dipimpin oleh seorang dokter, tetapi dapat juga dipimpin
oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat. Hal ini tentunya diharapkan dapat membawa perubahan
yang positif, di mana tenaga medis lebih diarahkan pada pelayanan langsung pada klien dan
tidak disibukkan dengan urusan adminstratif/ manajerial, sehingga mutu pelayanan dapat
ditingkatkan. Di provinsi Jawa Timur misalnya, sudah dijumpai Kepala Puskesmas dari lulusan
Sarjana Kesehatan Masyarakat seperti di Kabupaten Gresik, Bojonegoro, Bondowoso, dan lain
sebagainya. Pada tahun 1979 dikembangkan satu peranti manajerial guna penilaian puskesmas,
yaitu stratifikasi puskesmas, sehingga dibedakan adanya:

l. Strata l, puskesmas dengan prestasi sangat baik 2. Strata 2, puskesmas dengan prestasi rata-
rata atau standar.

3. Strata 3, puskesmas dengan prestasi di bawah rata-rata.

Peranti manajerial puskesmas yang lain berupa microplanning untuk perencanaan dan lokakarya
mini untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerja sama tim. Pada tahun 1984,
tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan berkembangnya program paket terpadu
kesehatan dan Keluarga Berencana (Posyandu) yang mencakup Kesehatan Ibu dan Anak,
Keluarga Berencana, gizi, penanggulangan penyakit diare, dan imunisasi.

Sampai dengan tahun 2002, jumlah puskesmas di Indonesia mencapai 7.309. Hal ini berarti 3,6
puskesmas per 100.000 penduduk atau satu puskesmas melayani sekitar 28.144 penduduk.

-, “entara nu, )uuuuu QQSa di I n . 98m n‘enca


SM,“ Puskesmas ““mktia Sep 1 0 £000 penduduk. ’“mlah u U Uh deSa d‘ . Skesm 3 mm?

Pat 70.92! pada tahun 2003, yang berarti setidaknya rNemenuhl kebutuhan pelayanan

andnngkan dengan rumah sakit yang haruS melayani

. torus dikcmban k b'h lanjut untuk . h ter encll‘ . 8 an dan dlatur le I l daera P D‘ anr Prima.
lumlah Puskesmas masih jauh dari memadai’ terutama

. a Jerkadang beberapa kah lebih Illa dan Sumatem. puskesmas harus menangani wilayah yang
Inas, Mikit. Sebuah puskesmas tErk S dari Sntu kabupatcn di Iawa) dengan jumlah penduduk
yang 19b“!

a . . Renduduk puskesmas term“ Mullins lztgi'lgglayanl 10.000 penduduk. Selain itu. bag!
sebagman u L .

Hummus mtmnm owns romnnx pemvnnnn

Mat ini_ pemerintah menjadikan puskesmas sebagai ujung tombak utama pelayanan kesehatan
pada masyarakat sekaligus sebagai wadah isu strategis. Misalnya, isu strategis aksesibilitas
layanan dan penyediaan sumber daya manusia serta sarana prasarana. puskesmas juga mampu
menjadi tempat pelayanan kesehatan pilihan utama masyarakat, karena dekat dengan tempat
tinggal dan murah dari segi biaya pelayanan-rata-rata biaya retribusi yang dikenakan berkisar Rp
1500,00 sampai RD 2000,00. Bahkan berbagai daerah telah menerapkan program pengobatan
gratis yang difokuskan untuk rawat jalan bagi setiap lapisan masyarakat, baik kaya maupun
miskin. Hal ini dilaksanakan oleh pemerintah daerah agar masyarakat menyadari pentingnya
berobat ke puskesmas. Dengan diberlakukannya pengobatan gratis di puskesmas, maka
puskesmas tidak lagi dibebani pemasukan dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sebaliknya,
daerah mengalokasikan sejumlah dana untuk mendukung operasionalisasi di puskesmas, seperti
biaya obat-obatan.
Selain menjadikan puskesmas ujung tombak layanan, pemerintah daerah juga mulai

mendekatkan layanan dokter spesialis kepada masyarakat. Umumnya ada dua cara yang
ditempuh daerah, yaitu menempatkan dokter spesialis di puskesmas atau menentukan
puskesmas khusus (spesiflkasi). Kebijakan menempatkan dokter spesialis di puskesmas
dilatarbelakangi oleh anggapan bahwa dokter spesialis identik dengan pelayanan kesehatan
yang mahal atau hanya bisa diperoleh masyarakat apabila berobat kc rumah sakit. Bagi daerah
yang belum mampu menempatkan layanan dokter spesialis di setiap puskesmas, daerah
mengatasinya dengan dokter spesialis keliling. Sampai saat ini, dokter spesialis yang banyak
ditempatkan di puskesmas adalah dokter spesialis kandungan. mata, kulit, dan penyakit dalam.
Sementara itu, kebijakan menjadikan puskesmas sebagai puskesmas spesifikasi biasanya
didasari oleh kondisi geografis daerah. Puskesmas spesifnkasi yang banyak didirikan, khususnya
di Iawa Timur adalah puskesmas khusus mata, obstetri-ginekologi, puskesmas bencana, dan
puskesmas wisata.

KONSIP PUSKESMAS

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfung“
sebagai pusat pembanguanan kesehatan, pusat pembinaan partisipasi masyarakat dalam bidang
kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegnatan
m Secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada 5‘1““ masyarakat yang bertcmpa!
t

dalam suatu wilayah tertentu.

pgplNlSI PIISKISMAS para ghli mendetinisikan puskesmas sesuai dengan perkembang‘m dan
tuntutan pelayanan kesehatan.

l)ef“1isi puskesmas antara lain sebagai berikut.


1.

$4

Azrul Azwar (1980). Pusat Kesehatan MaSYarakat (Puskesmas) merupakan suatu kesatuan
organisasi fungsional yang langsung memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada
masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.
Departemen Kesehatan RI (1981). Pusat KCSehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan suatu
kesatuan organisasi kesehatan yang langsung memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terintegrasi kepada masyarakat di wilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha
kesehatan pokok.

Departemen Kesehatan RI (1987). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan pusat


pembagunan kesehatan yang berfungsi mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat.
serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam
bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya.

Departemen Kesehatan RI (1991). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan suatu


kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dalam memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

FUNGSI PIISKESMAS

Fungsi pokok puskesmas, antara lain:

sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya;


l.

2. membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan


kemampuan untuk hidup sehat;

3. memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di


wilayah kerjanya.

Sementara proses dalam melaksanakan fungsinya dilakukan dengan cara:

l. merangsang masyarakat, termasuk pihak swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka
menolong dirinya sendiri;

2. memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan


sumber daya yang ada secara efektif dan eflsien;

3. memberi bantuan, baik yang bersifat bimbingan teknik materi, rujukan medis, maupun
rujukan kesehatan kepada masyarakat;

4. memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat;

5. bekelja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program


puskesmas.

VISI PUSKISMAS
Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan pusat
kesehatan adalah sebagai berikut.

l. 2.

3.

Masyarakat hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat.

Memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dam
merata.

Memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Repubhk lndoncsu.

“,5. pllSKISMAS

Misi Puskesmas sebagai pusat Pengeln"“"3a" kmhm" Yang clapat dilakukan memui herbaga i

upaya. antara lain sebagai berikut. 1, Memperluas Jangkauan pelayanan keSChMan sampal kc
desa-dcsa.

2. Meningkatkan mum pelayaumn kesehatan. 3. Mengadakan Petalatan dan obat-olmtan


disesuaikan dengan kebutuhan masYal‘akat.

4. Mengembangkan Pembangunan Keschatan Masyarakat Desa (PKMD)


SMTIGI PIISKESMAS

Strategi puskesmas untuk mewujudkan pembangunan kesehatan antara lain: l. pelayanan


kesehatan yang bersifat mCWeIuruh (comprehensive health care service);

2. pelayanan kesehatan yang menerapkan Pendekatan yang menyeluruh (holistic approach),

SASARAN DAN MEKANISME PELAVANAN KEPERAWA‘I'AN KESEHA‘I‘AN MASYAMKA‘I' DI


PUSKESMAS

Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan. Keluarga dengan risiko tinggi. Keluarga
dengan kasus tindak lanjut keperawatan.

Pembinaan kelompok khusus (sesuai prioritas daerah). Pembinaan desa atau masyarakat
bermasalah (sesuai dengan prioritas daerah).

w9w

PELAYANAN PUSKESMAS

l. Pelayaran di Dalam Gedung a. Penerimaan klien di loket pendaftaran. b. Proses seleksi kasus
prioritas. Pelayanan medis yang diberikan berupa: asuhan keperawatan, dari proses seleksi akan
diketahui sasaran prioritas dan

nonprioritas-sasaran prioritas perlu ditindaklanjuti berupa rujukan ke rumah


sakit atau rujukan ke puskesmas dengan ruang rawat inap; tindak lanjut pelayanan kesehatan
dapat berupa asuhan keperawatan keluarga,

kelompok, dan masyarakat. Penyampaian informasi klien yang memerlukan tindak lanjut asuhan
keperawatan di

c. rumah.

2. Pelayanan di Luar Gedung Mempelajari informasi mengenai data kesenjangan pelayanan


kesehatan dan

a. menampung informasi yang berasal dari masyarakat.

b. Seleksi untuk mendapatkan sasaran prioritas, yaitu: individu, keluarga. kelompok. clan
masyarakat.

c. Menyampaikan informasi sasaran prioritas.

Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap sasaran prioritas.

remap: nnxemmncnn Kulmn-nn mnnannKnT

Periode perkem'bzngan kegelziatnn mesyarakm terdm atas periode sebelum “mu pengetahUan
‘53. (pmaenttfic perm ) an pe 0 e mu Pengetahuan (scieu‘m‘ Pe'wd)‘ Tr; «9‘

PERIOD! SIBILIIM ILMII PENGITAHIIAN (PRISCIENTIFIC PERIOD) 3233:: perkcmbanga" kesehatan


masyarakat sebelum “mu engetahuan tidak daPat dipisahkan dari 1:“; seiamh kebudayaan yang
ada di dunia, di amaranya a:alah budaya dari bangsa Babiloma, Mes“, 3‘ Yunani» dan Romawi.
Bangsa bangsa tersebut menunjukkan bahwa manusia telah melakUkan 2‘ ”58m untuk
menanggulangi masalah-masalah kesehat an magyafakat dan penyakit. Pada Zaman "‘ gersebut
diperoleh catatan bahwa telah dibangun temp at pembuanga“ kotoran (latrin) umum untuk
$2225; menampuns tinja atau kotoran manusia serta digalinya susia. Saat itu latrin dibangun
dengan tujuan :IEESI agar tinja tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan pandangan yang
tidak menyenangkana 3:35 belum ada pemikiran bahwa latrin dibangun dengan alasan
kesehatan karena tinja atau kotoran {22 manusia dapat menularkan penyakit. Pembuatan susia
oleh masyarakat pada masa itu juga karena :3 air sungai yang biasa mereka minum sudah kotor.
dan terasa tidak enak» bukan karena minum air 32

sungai dapat menyebabkan Penyakit (Greene, 1984). Dari dokumen lain juga tercatat bahwa
pada man RomaWI Kuno telah dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan kepada
masyarakat

i1nmk (Hanlon, 1974): 1_ mencatatkan pembangunan rumah;

2, melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya; 3, melaporkan binatang


peliharaan/ternak yang dapat menimbulkan bau; 4, pemerintah melakukan supervisi ke tempat-
tempat minuman (public bar), warung makanan,

tempat prostitusi, dan lain-lain.

Setelah itu, kesehatan masyarakat makin dirasakan perlunya di awal abad ke-l sampai ke-7

dengan alasan sebagai berikut. 1, Berbagai penyakit menular mulai menyerang penduduk dan
telah menjadi epidemi, bahkan

ada yang menjadi endemis. Di Asia, khususnya Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika muncul
penyakit kolera yang telah
2. tercatat sejak abad ke-7-bahkan di India penyakit kolera telah menjadi endemis. Penyakit
lepra telah menyebar ke Mesir, Asia kecil, dan Eropa melalui para emigran.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi kasus epidemi dan endemis, di amaranya
masyarakat mulai memerhatikan masalah: lingkungan, terutama higiene dan sanitasi
lingkungan; pembuangan kotoran manusia (latrin); mengusahakan air minum bersih;

pembuangan sampah; pembuatan ventilasi yang memenuhi syarat.

Pada abad kel4 mulai terjadi wabah pes yang dasyat di Cina dan India. Pada tahun 1340 telah
tercatat l3 juta orang meninggal karena wabah pes. Di India, Mesir, dan Gaza dilaporkan bahwa
13nbu orang meninggal tiap hari karena serangan pes. Berdasarkan catatan, jumlah orang yang

meninggal karcna wabah penyakit pea di seluruh dunla waktu itu mencapai lebih dari 60 jute
Oran sehinggn kejadmn Pada waktu itu dlsebut '1he Black Death”-serangan wabah PenYakit
menu} ml berlangsung sampai ahad kc 18. Di samping wabah pes, wabah kolera dan tifus juga
mas' berlangsunsPada tahun 1603 lebih darl l darl 6 orang meninggal karena penyakit menular,
d tahun 1665 seknar l dart S orang menmggal. Pada tahun 1759 dilaporkan 70 ribu orang
Pendudu di Kepulauan Cyprus meninggal karena penyakit menular. Penyakit lain yang menjadi
wabah antata lain dlpteri. tifus, disemri. dan Iain-lain.

nmool ILMII PINGITAIIIIAN (SC'ENTIFIC PERIOD)

Pads akhir abad ke18 dan di awal abad ke-l9, bangkitnya ilmu pengetahuan mempunyai dammk
yang sangat luas pada segala aspek kehidupan manusia, termasuk pada aspek kesehatan. Pada
abad ini pendekatan dalam penanganan masalah kesehatan tidak hanya memandang pada
aspek biologs saja. tetapi sudah komprehensif dan multisektoral. Selain itu, telah ditemukan
berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegahan penyakit, seperti pada
Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Penemu dan Hasil Pengmuan dalam Penanggulan Penyakit

Penemu Hasil Temuan Louis Pasteur Vaksin untuk mencetah venyakit cacar Jose-h Lister Asam
carbol carbolic an" untuk stren'lisasi ruanv operasi William Marton Ether sebacai anestesi pada
waktu operasi

Upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai dilaksanakan di Inggris. Hal ini terkait
dengan wabah penyakit endemis kolera tahun 1832 yang terjadi pada masyarakat di perkotaan,
terutama yang miskin. Parlemen Inggris membentuk komisi penanganan pada penyakit ini dan
Edwin Chadwich-seorang pakar sosial (social scientist)--ditunjuk sebagai ketua komisi untuk
melakukan penyelidikan mengenai penyebab wabah kolera ini. Hasil penyelidikan yang
dilaporkan di antaranya yaitu masyarakat yang hidup dalam kondisi sanitasi yang buruk, susia
penduduk berdekatan dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia, adanya aliran
air limbah terbuka yang tidak teratur, makanan yang dijual di pasar tidak higienes (dihinggapi
lalat dan kecoa), sebagaian besar masyarakat hidup miskin, serta bekerja rata-rata l4 jam per
hari sementara gaji yang diperoleh tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hasil laporan
Edwin Chadwich tersebut dilengkapi dengan analisis data yang lengkap dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Akhirnya, parlemen Inggris mengeluarkan undang-
undang yang mengatur upayaupaya peningkatan kesehatan penduduk dan berbagai peraturan
tentang sanitasi lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik, dan lain-lain.

Berawal dari penelitiaannya, Edwin Chadwich tertarik untuk lebih jauh mempelajari kesehatan
masyarakat, sehingga saat itu ia menjadi pioneer dalam ilmu kesehatan masyarakat. Generasi
setelah Chadwich adalah Winslow-murid Chadwich-yang kemudian dikenal sebagai pembina
kesehatan masyarakat modem (public health modern). Winslow merumuskan defmisi kesehatan
masyarakat yang kemudian diterima oleh WHO. Sejak saat itu, lahirlah berbagai macam detinisi
sehat. John Snow, adalah seorang tokoh yang sudah tidak asing dalam dunia kesehatan
masyarakat dalam upaya sukseenya mengatasi penyakit kolera yang melanda kota London. Hal
yang perlu dicatat di sini adalah bahwa John Snow mempergunakan pendekatan epidemiologi
dalam menganalisis wabah
penyakit kolera, yaitu dengan menganalisis fakmr tempat’ orang, dan waktu-sehingga dia
dianggap ‘

sebagai "lhe Father of Epidemiology. pada akhir abad ke-l9 dan di awal abad ke-20. pendidikan
untuk tenaga kesehatan yang

Profesional mulai dikembangkan. Tahun 1893‘ John Hopkins-seorang pengusaha wiski dari
Amerika memelopori berdirinya universitas Yang di dalamnya terdapat Fakultas Kedokteran.
Pada tahun I908 sekolah kedokteran mulai me'Webar kc Eropa. Kanada, dan negara-negara lain.
Dalam perkembangannya, kurikulum sekolah kNokteran mulai memerhatikan masalah
kesehatar‘ masyarakat d3" SUdah didasarkan Pada suatu asumsi bahwa penyakit dan kesehatan
merupakan hasii interaksi yang dinamis antara faktor genetik, lingkungan fisik, lingkungan sosial
(termasuk kondisi kerja), kebiasaan perorangan, d3" pelayanan kesehatan. Dari segi pelayanan
kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah Amerika membentuk Departemen
Kesehatan yang pertama kali dengan tujuan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi
penduduk, termasuk perbaikaf‘

dan pengawasan sanitasi lingkungan.

penuemsnncnn KESEHIITIIII mnnnnmmDI Inbonesm

Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia di mulai pada abad ke-16, yaitu dimulai
dengan adanya upaya pemberantasan penyakit cacar dan kolera yang sangat ditakuti oleh
masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk ke Indonesia tahun 1927, dan pada tahun 1937
terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura
dan mulai berkembang di Indonesia, sehingga berawal dari wabah kolera tersebut pemerintah
Belanda (pada waktu itu Indonesia dalam penjajahan Belanda) melakukan upaya-upaya
kesehatan masyarakat. Gubernur Ienderal Deandels pada tahun 1807 telah melakukan upaya
pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan
angka kematian bayi (infant mortality rate) yang tinggi. Namun, upaya ini tidak bertahan lama,
akibat langkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru kemudian di tahun 1930, program ini dimulai
lagi dengan didaftarkannya para dukun bayi sebagai penolong dan perawat persalinan. Pada
tahun 1851 berdiri sekolah dokter Iawa oleh dr. Bosch dan dr. Bleeker-Kepala Pelayanan
Kesehatan Sipil dan Militer di Indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA (School Tot
Oplelding van Indiche Arsten) atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913
didirikan sekolah dokter yang ke-2 di Surabaya dengan nama NIAS (Nederland Indische Artsen
School). Pada tahun 1927 STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan sejak berdirinya
Universitas Indonesia tahun 1947, STOVIA berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Selain itu, perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia juga ditandai dengan berdirinya
Pusat Laboratorium Kedokteran di Bandung tahun 1888-tahun 1938 pusat laboratorium ini
berubah menjadi Lembaga Eykman. Selanjutnya, laboratorium-laboratorium lain juga didirikan
di kota-kota seperti Medan, Semarang, Makasar, Surabaya, dan Yogyakarta dalam rangka
menunjang pemberantasan penyakit malaria, lepra, cacar, serta penyakit lainnya, bahkan
lembaga gizi dan sanitasi juga didirikan.

Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke Indonesia dan tahun 1933-1935 penyakit ini menjadi
epidemis di beberapa tempat, terutama di Pulau Iawa. Pada tahun 1935 dilakukan program

pemberantasan penyakit pes dengan cara melakukan penyemprotan DDT terhadap rumah-
rumah penduduk dan vaksinasi massal. Tercatat sampai pada tahun 1941, 15 juta orang telah
divaksinasi. Pad;

tahun 1925’ HYdIiCh-seorang petugas kfsehztan Pemerintah Belanda-melakukan Pengamatan


terhadap masalah tingginya angka kemanan anDkeSakitan di Banyumas Purwokerto. Dari ha,“
Penmatan dan analisisnya, disimPulkan ba wa tingginya angka kesakjtan dan kematian di kedu.
daerah tersebut dikarenakan burukn)’a kfmdl.“ sanitasi lingkungan, masyarakat bums air besa, di
sembarang tempat, dan penggunaan a" mlnum dari sungai yang telah tercemar. Kesimpulan ““8
diPeroleh adalah bahwa mndahnya Wm“ hngkungan dikarenakan perilaku Penduduk yang
kum‘g 581k. sehingga Hydrich memulai "Pa“ kesehatan masyarakat dengan mengembangkan
daemh percontohan, yaitu dengan care me] . an Pmmosi mengenai pendidikan kesehatan.
Sampai sekmng usaha Hydrich ini dianggaP “bag“ awa] kesellatan masyarakat di Indonesia.
Memasuki zaman kemerdekaana 53'” Sat“ tonggak perkembangan kesehatan masYal’akat di
l“donesia adalah saat diperkenalkannya KonseP Bandung (Bandung Plan) pada tahun 1951 Oleh
dF-Y. Leimena dan dr. Patah-yang selanjutnya dikenal dengan nama Patah-Leilnena. Dalam
konsep ini, diperkenalkan bahwa dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat, aspek
preventifdan kuratif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam mengembangkan sistem
pelayanan kesehatan, kedua “M ini tidak boleh dipisahkan. baik di rumah ”kit maupun di
puskesmas. Selanjutnya, pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan
masyarakat oleh dr. Y. Sulianti dengan berdirinya Proyek Bekasi (Lemah Abang) sebagai proyek
Percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di
Indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini juga menekankan pada
pendekatan tim dalam pengelolaan program kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep
pelayanan terpadu ini, terpilih delapan desa wilayah pengembangan masyarakat.

. Sumatera Utara: Indrapura Lampung

Iawa Barat: Bojong Loa Iawa Tengah: Sleman Yogyakarta: Godean

Iawa Timur: Mojosari

Bali: Kesiman

Kalimantan Selatan: Barabai

9°N9‘Snzk1-HP"

Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang ini. Pada bulan
November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan program kesehatan
magyarakat terpadu sesuai dengan kondjsi dan kemampuan rakyat Indonesia, yaitu mengenai
komep puskesmas-yang dipaparkan oleh dLAchmad Dipodilogo-yang mengacu pada Konsep
Bandung dan Proyek Bekas'L Dalam seminar ini talah disimpulkan dan disepakati mengenai
sistem puskesma. yang terdiri atas til)e A, B, dan C. Akhjmya pada tahun 1968 dalam rapat kerja
kesehatan nasional, dicetUSkan bahwa puskesmas merupakan suatu sistem pelayanan
kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan 0131‘ pemerintah (Departemen Kesehatan)
menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Winas)

puskesmas disepalmti sebagai sum, unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayamn
kuratif dan preventifse‘cara tCrpaldu, menyeluruh. dag mudah dijangkau. dalam wilayah ken.
kecamatan atau 5:383“ ketamatan (11 kotamadya atau kabupaten. Sebagai lini tctdcpan
Pembangunan kese mpuskesmas dihmpkan sclalu vegan Untuk it'll. duperkenalhnlah PW untuk
selalll mengua PuSkesmas (strengthening pushesmas). D! M8313 berkembmg RM

Indonesia» fasilitas kmham berlandaskan masyarakat ditasakan lebih efckuf dan Peg“

Dcpartemen kcsehatan telah membuat usaha intensif unmk membangun puskesmas yang
kemudian dimasukkan kc dalam master plan untuk opemsi Penguatan pelayanan kesehatan
nasional. Kegiatan Pokok dalam program dasar clan utama puskesmas mencakup 18 kegiatan,
yaitu:

l. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Keluarga Berencana (KB). Gizi. Kesehatan lingkungan.

Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta imunisasi, Penyuluhan kesehatan


masyarakat.

Pengobatan.

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Perawatan kesehatan masyarakat.

10. Kesehatan gigi dan mulut.


11. Usaha kesehatan jiwa.

12. Optometri.

13. Kesehatan geriatrik.

14. Latihan dan olahraga.

15. Pengembangan obat-obatan tradisional. 16. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). 17.
Laboratorium dasar.

18. Pengumpulan informasi dan pelaporan untuk sistem informasi kesehatan.

PPNQPPP’P

Pada tahun 1969, sistem puskesmas hanya disepakati dua saja, yaitu Puskesmas tipe A Yang
dikelola oleh dokter dan Puskesmas tipe B yang dikelola oleh seorang paramedis. Dengan
adanya perkembangan tenaga medis, maka pada tahun 1979 tidak diadakan perbedaan
Puskesmas tipe A atau tipe B-hanya ada satu puskesmas saja, yang dikepalai oleh seorang
dokter. Namun, kebijakan tentang pimpinan puskesmas mulai mengalami perubahan tahun
2000, yaitu puskesmas tidak harus dipimpin oleh seorang dokter, tetapi dapat juga dipimpin
oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat. Hal ini tentunya diharapkan dapat membawa perubahan
yang positif, di mana tenaga medis lebih diarahkan pada pelayanan langsung pada klien dan
tidak disibukkan dengan urusan adminstratif/ manajerial, sehingga mutu pelayanan dapat
ditingkatkan. Di provinsi Jawa Timur misalnya, sudah dijumpai Kepala Puskesmas dari lulusan
Sarjana Kesehatan Masyarakat seperti di Kabupaten Gresik, Bojonegoro, Bondowoso, dan lain
sebagainya. Pada tahun 1979 dikembangkan satu peranti manajerial guna penilaian puskesmas,
yaitu stratifikasi puskesmas, sehingga dibedakan adanya:
l. Strata l, puskesmas dengan prestasi sangat baik 2. Strata 2, puskesmas dengan prestasi rata-
rata atau standar.

3. Strata 3, puskesmas dengan prestasi di bawah rata-rata.

Peranti manajerial puskesmas yang lain berupa microplanning untuk perencanaan dan lokakarya
mini untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerja sama tim. Pada tahun 1984,
tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan berkembangnya program paket terpadu
kesehatan dan Keluarga Berencana (Posyandu) yang mencakup Kesehatan Ibu dan Anak,
Keluarga Berencana, gizi, penanggulangan penyakit diare, dan imunisasi.

Sampai dengan tahun 2002, jumlah puskesmas di Indonesia mencapai 7.309. Hal ini berarti 3,6
puskesmas per 100.000 penduduk atau satu puskesmas melayani sekitar 28.144 penduduk.

-, “entara nu, )uuuuu QQSa di I n . 98m n‘enca

SM,“ Puskesmas ““mktia Sep 1 0 £000 penduduk. ’“mlah u U Uh deSa d‘ . Skesm 3 mm?

Pat 70.92! pada tahun 2003, yang berarti setidaknya rNemenuhl kebutuhan pelayanan

andnngkan dengan rumah sakit yang haruS melayani

. torus dikcmban k b'h lanjut untuk . h ter encll‘ . 8 an dan dlatur le I l daera P D‘ anr Prima.
lumlah Puskesmas masih jauh dari memadai’ terutama
. a Jerkadang beberapa kah lebih Illa dan Sumatem. puskesmas harus menangani wilayah yang
Inas, Mikit. Sebuah puskesmas tErk S dari Sntu kabupatcn di Iawa) dengan jumlah penduduk
yang 19b“!

a . . Renduduk puskesmas term“ Mullins lztgi'lgglayanl 10.000 penduduk. Selain itu. bag!
sebagman u L .

Hummus mtmnm owns romnnx pemvnnnn

Mat ini_ pemerintah menjadikan puskesmas sebagai ujung tombak utama pelayanan kesehatan
pada masyarakat sekaligus sebagai wadah isu strategis. Misalnya, isu strategis aksesibilitas
layanan dan penyediaan sumber daya manusia serta sarana prasarana. puskesmas juga mampu
menjadi tempat pelayanan kesehatan pilihan utama masyarakat, karena dekat dengan tempat
tinggal dan murah dari segi biaya pelayanan-rata-rata biaya retribusi yang dikenakan berkisar Rp
1500,00 sampai RD 2000,00. Bahkan berbagai daerah telah menerapkan program pengobatan
gratis yang difokuskan untuk rawat jalan bagi setiap lapisan masyarakat, baik kaya maupun
miskin. Hal ini dilaksanakan oleh pemerintah daerah agar masyarakat menyadari pentingnya
berobat ke puskesmas. Dengan diberlakukannya pengobatan gratis di puskesmas, maka
puskesmas tidak lagi dibebani pemasukan dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sebaliknya,
daerah mengalokasikan sejumlah dana untuk mendukung operasionalisasi di puskesmas, seperti
biaya obat-obatan.

Selain menjadikan puskesmas ujung tombak layanan, pemerintah daerah juga mulai

mendekatkan layanan dokter spesialis kepada masyarakat. Umumnya ada dua cara yang
ditempuh daerah, yaitu menempatkan dokter spesialis di puskesmas atau menentukan
puskesmas khusus (spesiflkasi). Kebijakan menempatkan dokter spesialis di puskesmas
dilatarbelakangi oleh anggapan bahwa dokter spesialis identik dengan pelayanan kesehatan
yang mahal atau hanya bisa diperoleh masyarakat apabila berobat kc rumah sakit. Bagi daerah
yang belum mampu menempatkan layanan dokter spesialis di setiap puskesmas, daerah
mengatasinya dengan dokter spesialis keliling. Sampai saat ini, dokter spesialis yang banyak
ditempatkan di puskesmas adalah dokter spesialis kandungan. mata, kulit, dan penyakit dalam.
Sementara itu, kebijakan menjadikan puskesmas sebagai puskesmas spesifikasi biasanya
didasari oleh kondisi geografis daerah. Puskesmas spesifnkasi yang banyak didirikan, khususnya
di Iawa Timur adalah puskesmas khusus mata, obstetri-ginekologi, puskesmas bencana, dan
puskesmas wisata.

KONSIP PUSKESMAS

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfung“
sebagai pusat pembanguanan kesehatan, pusat pembinaan partisipasi masyarakat dalam bidang
kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegnatan
m Secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada 5‘1““ masyarakat yang bertcmpa!
t

dalam suatu wilayah tertentu.

pgplNlSI PIISKISMAS para ghli mendetinisikan puskesmas sesuai dengan perkembang‘m dan
tuntutan pelayanan kesehatan.

l)ef“1isi puskesmas antara lain sebagai berikut.

1.

$4

Azrul Azwar (1980). Pusat Kesehatan MaSYarakat (Puskesmas) merupakan suatu kesatuan
organisasi fungsional yang langsung memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada
masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.
Departemen Kesehatan RI (1981). Pusat KCSehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan suatu
kesatuan organisasi kesehatan yang langsung memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terintegrasi kepada masyarakat di wilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha
kesehatan pokok.

Departemen Kesehatan RI (1987). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan pusat


pembagunan kesehatan yang berfungsi mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat.
serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam
bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya.

Departemen Kesehatan RI (1991). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan suatu


kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dalam memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

FUNGSI PIISKESMAS

Fungsi pokok puskesmas, antara lain:

sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya;

l.

2. membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan


kemampuan untuk hidup sehat;

3. memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di


wilayah kerjanya.
Sementara proses dalam melaksanakan fungsinya dilakukan dengan cara:

l. merangsang masyarakat, termasuk pihak swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka
menolong dirinya sendiri;

2. memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan


sumber daya yang ada secara efektif dan eflsien;

3. memberi bantuan, baik yang bersifat bimbingan teknik materi, rujukan medis, maupun
rujukan kesehatan kepada masyarakat;

4. memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat;

5. bekelja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program


puskesmas.

VISI PUSKISMAS

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan pusat
kesehatan adalah sebagai berikut.

l. 2.

3.

Masyarakat hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat.


Memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dam
merata.

Memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Repubhk lndoncsu.

“,5. pllSKISMAS

Misi Puskesmas sebagai pusat Pengeln"“"3a" kmhm" Yang clapat dilakukan memui herbaga i

upaya. antara lain sebagai berikut. 1, Memperluas Jangkauan pelayanan keSChMan sampal kc
desa-dcsa.

2. Meningkatkan mum pelayaumn kesehatan. 3. Mengadakan Petalatan dan obat-olmtan


disesuaikan dengan kebutuhan masYal‘akat.

4. Mengembangkan Pembangunan Keschatan Masyarakat Desa (PKMD)

SMTIGI PIISKESMAS

Strategi puskesmas untuk mewujudkan pembangunan kesehatan antara lain: l. pelayanan


kesehatan yang bersifat mCWeIuruh (comprehensive health care service);

2. pelayanan kesehatan yang menerapkan Pendekatan yang menyeluruh (holistic approach),


SASARAN DAN MEKANISME PELAVANAN KEPERAWA‘I'AN KESEHA‘I‘AN MASYAMKA‘I' DI
PUSKESMAS

Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan. Keluarga dengan risiko tinggi. Keluarga
dengan kasus tindak lanjut keperawatan.

Pembinaan kelompok khusus (sesuai prioritas daerah). Pembinaan desa atau masyarakat
bermasalah (sesuai dengan prioritas daerah).

w9w

PELAYANAN PUSKESMAS

l. Pelayaran di Dalam Gedung a. Penerimaan klien di loket pendaftaran. b. Proses seleksi kasus
prioritas. Pelayanan medis yang diberikan berupa: asuhan keperawatan, dari proses seleksi akan
diketahui sasaran prioritas dan

nonprioritas-sasaran prioritas perlu ditindaklanjuti berupa rujukan ke rumah

sakit atau rujukan ke puskesmas dengan ruang rawat inap; tindak lanjut pelayanan kesehatan
dapat berupa asuhan keperawatan keluarga,

kelompok, dan masyarakat. Penyampaian informasi klien yang memerlukan tindak lanjut asuhan
keperawatan di

c. rumah.
2. Pelayanan di Luar Gedung

Mempelajari informasi mengenai data kesenjangan pelayanan kesehatan dan

a. menampung informasi yang berasal dari masyarakat.

b. Seleksi untuk mendapatkan sasaran prioritas, yaitu: individu, keluarga. kelompok. clan
masyarakat.

c. Menyampaikan informasi sasaran prioritas.

d. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap sasaran prioritas.

KNIATAN POIOI WSIBMAS

Mandi": Bulm Woman Kenn Puakumas yang tether“. mdapai 20 usaha pokok kesehatan yang
4.9.: duakuk-n oleh pmkeamns. Namun, peInknn‘m‘nyn sangat bergamung pada faktor tennga,
mm dun muranm Nay: yang mud“. gem komampuan manajemen dari Hap-uap puskesmas.
[\qmtan pnknk puqkesmas amnrn lain sebaga! berikm.

I Up!“ Kesehuan [bu dan Annk (KIA)

Pemeliharaan kesehatan Ibu ham“; Melahlrkan dan menyusui; Sena bayi, anak banta.

‘ dun anak praselmlah.

b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang makanan gum mencegah gm buruk,


c. lmunisasi.

d‘ Pemberian pendidlkan kesehatan tentang perkembangan anak dan cam menstimulasinya.

e. Pcngobatan bagi ibu, bayi, anak balita, serta prasekolah yang menderita bermacam

macam penyakit ringan, dan lain-lain_

2. Upaya Keluarga Berencana (KB) Mengadakan kursus Keluarga Berencana untuk para ibu dan
calon ibu yang mengunjungi

& KIA.

b. Mengadakan kursus Keluarga Berencana kepada dukun yang akan bekerja sebagai penggerak
calon peserta Keluarga Berencana.

c. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai cam pemasangan IUD, cara-cara

penggunaan pil, kondom, dan alat-alat kontrasepsi lainnya. 3. Upaya perbaikan gizi a. Mengenali
penderita-penderita kekurangan gizi. b. Mengembangkan program perbaikan gizi. c.
Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat. 4_ Upaya kesehatan lingkungan Penyehatan air
bersih.

l: Penyehatan pembuangan kotoran. c. Penyehatan lingkungan perumahan. d, Penyehatan


limbah. c. Pengawasan sanitasi tempat umum. L Penyehatan makanan dan minuman. g.
Pelaksanaan peraturan perundangan. 5, Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular a. Mengumpulkan dan menganalisis data penyakit. b. Melaporkan kasus penyakit
menular. c. Menyelidiki benar atau tidaknya laporan yang masuk. d Melakukan tindakan
permulaan untuk mencegah penyebaran penyakit menular. e Menyembuhkan penderita,
sehingga tidak lagi menjadi sumber infeksi. f. Pemberian imunisasi.

8Pemberantasan vektor. 11Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. 5' Upaya pengobatan a.


Melaksanakan diagnosis sedini mungkin melalui:

remap: nnxemmncnn Kulmn-nn mnnannKnT

Periode perkem'bzngan kegelziatnn mesyarakm terdm atas periode sebelum “mu pengetahUan
‘53. (pmaenttfic perm ) an pe 0 e mu Pengetahuan (scieu‘m‘ Pe'wd)‘ Tr; «9‘

PERIOD! SIBILIIM ILMII PENGITAHIIAN (PRISCIENTIFIC PERIOD) 3233:: perkcmbanga" kesehatan


masyarakat sebelum “mu engetahuan tidak daPat dipisahkan dari 1:“; seiamh kebudayaan yang
ada di dunia, di amaranya a:alah budaya dari bangsa Babiloma, Mes“, 3‘ Yunani» dan Romawi.
Bangsa bangsa tersebut menunjukkan bahwa manusia telah melakUkan 2‘ ”58m untuk
menanggulangi masalah-masalah kesehat an magyafakat dan penyakit. Pada Zaman "‘ gersebut
diperoleh catatan bahwa telah dibangun temp at pembuanga“ kotoran (latrin) umum untuk
$2225; menampuns tinja atau kotoran manusia serta digalinya susia. Saat itu latrin dibangun
dengan tujuan :IEESI agar tinja tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan pandangan yang
tidak menyenangkana 3:35 belum ada pemikiran bahwa latrin dibangun dengan alasan
kesehatan karena tinja atau kotoran {22 manusia dapat menularkan penyakit. Pembuatan susia
oleh masyarakat pada masa itu juga karena :3 air sungai yang biasa mereka minum sudah kotor.
dan terasa tidak enak» bukan karena minum air 32

sungai dapat menyebabkan Penyakit (Greene, 1984). Dari dokumen lain juga tercatat bahwa
pada man RomaWI Kuno telah dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan kepada
masyarakat

i1nmk (Hanlon, 1974): 1_ mencatatkan pembangunan rumah;


2, melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya; 3, melaporkan binatang
peliharaan/ternak yang dapat menimbulkan bau; 4, pemerintah melakukan supervisi ke tempat-
tempat minuman (public bar), warung makanan,

tempat prostitusi, dan lain-lain.

Setelah itu, kesehatan masyarakat makin dirasakan perlunya di awal abad ke-l sampai ke-7

dengan alasan sebagai berikut. 1, Berbagai penyakit menular mulai menyerang penduduk dan
telah menjadi epidemi, bahkan

ada yang menjadi endemis. Di Asia, khususnya Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika muncul
penyakit kolera yang telah

2. tercatat sejak abad ke-7-bahkan di India penyakit kolera telah menjadi endemis. Penyakit
lepra telah menyebar ke Mesir, Asia kecil, dan Eropa melalui para emigran.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi kasus epidemi dan endemis, di amaranya
masyarakat mulai memerhatikan masalah: lingkungan, terutama higiene dan sanitasi
lingkungan; pembuangan kotoran manusia (latrin); mengusahakan air minum bersih;

pembuangan sampah; pembuatan ventilasi yang memenuhi syarat.

Pada abad kel4 mulai terjadi wabah pes yang dasyat di Cina dan India. Pada tahun 1340 telah
tercatat l3 juta orang meninggal karena wabah pes. Di India, Mesir, dan Gaza dilaporkan bahwa
13nbu orang meninggal tiap hari karena serangan pes. Berdasarkan catatan, jumlah orang yang
meninggal karcna wabah penyakit pea di seluruh dunla waktu itu mencapai lebih dari 60 jute
Oran sehinggn kejadmn Pada waktu itu dlsebut '1he Black Death”-serangan wabah PenYakit
menu} ml berlangsung sampai ahad kc 18. Di samping wabah pes, wabah kolera dan tifus juga
mas' berlangsunsPada tahun 1603 lebih darl l darl 6 orang meninggal karena penyakit menular,
d tahun 1665 seknar l dart S orang menmggal. Pada tahun 1759 dilaporkan 70 ribu orang
Pendudu di Kepulauan Cyprus meninggal karena penyakit menular. Penyakit lain yang menjadi
wabah antata lain dlpteri. tifus, disemri. dan Iain-lain.

nmool ILMII PINGITAIIIIAN (SC'ENTIFIC PERIOD)

Pads akhir abad ke18 dan di awal abad ke-l9, bangkitnya ilmu pengetahuan mempunyai dammk
yang sangat luas pada segala aspek kehidupan manusia, termasuk pada aspek kesehatan. Pada
abad ini pendekatan dalam penanganan masalah kesehatan tidak hanya memandang pada
aspek biologs saja. tetapi sudah komprehensif dan multisektoral. Selain itu, telah ditemukan
berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegahan penyakit, seperti pada
Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Penemu dan Hasil Pengmuan dalam Penanggulan Penyakit

Penemu Hasil Temuan Louis Pasteur Vaksin untuk mencetah venyakit cacar Jose-h Lister Asam
carbol carbolic an" untuk stren'lisasi ruanv operasi William Marton Ether sebacai anestesi pada
waktu operasi

Upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai dilaksanakan di Inggris. Hal ini terkait
dengan wabah penyakit endemis kolera tahun 1832 yang terjadi pada masyarakat di perkotaan,
terutama yang miskin. Parlemen Inggris membentuk komisi penanganan pada penyakit ini dan
Edwin Chadwich-seorang pakar sosial (social scientist)--ditunjuk sebagai ketua komisi untuk
melakukan penyelidikan mengenai penyebab wabah kolera ini. Hasil penyelidikan yang
dilaporkan di antaranya yaitu masyarakat yang hidup dalam kondisi sanitasi yang buruk, susia
penduduk berdekatan dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia, adanya aliran
air limbah terbuka yang tidak teratur, makanan yang dijual di pasar tidak higienes (dihinggapi
lalat dan kecoa), sebagaian besar masyarakat hidup miskin, serta bekerja rata-rata l4 jam per
hari sementara gaji yang diperoleh tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hasil laporan
Edwin Chadwich tersebut dilengkapi dengan analisis data yang lengkap dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Akhirnya, parlemen Inggris mengeluarkan undang-
undang yang mengatur upayaupaya peningkatan kesehatan penduduk dan berbagai peraturan
tentang sanitasi lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik, dan lain-lain.

Berawal dari penelitiaannya, Edwin Chadwich tertarik untuk lebih jauh mempelajari kesehatan
masyarakat, sehingga saat itu ia menjadi pioneer dalam ilmu kesehatan masyarakat. Generasi
setelah Chadwich adalah Winslow-murid Chadwich-yang kemudian dikenal sebagai pembina
kesehatan masyarakat modem (public health modern). Winslow merumuskan defmisi kesehatan
masyarakat yang kemudian diterima oleh WHO. Sejak saat itu, lahirlah berbagai macam detinisi
sehat. John Snow, adalah seorang tokoh yang sudah tidak asing dalam dunia kesehatan
masyarakat dalam upaya sukseenya mengatasi penyakit kolera yang melanda kota London. Hal
yang perlu dicatat di sini adalah bahwa John Snow mempergunakan pendekatan epidemiologi
dalam menganalisis wabah

penyakit kolera, yaitu dengan menganalisis fakmr tempat’ orang, dan waktu-sehingga dia
dianggap ‘

sebagai "lhe Father of Epidemiology. pada akhir abad ke-l9 dan di awal abad ke-20. pendidikan
untuk tenaga kesehatan yang

Profesional mulai dikembangkan. Tahun 1893‘ John Hopkins-seorang pengusaha wiski dari
Amerika memelopori berdirinya universitas Yang di dalamnya terdapat Fakultas Kedokteran.
Pada tahun I908 sekolah kedokteran mulai me'Webar kc Eropa. Kanada, dan negara-negara lain.
Dalam perkembangannya, kurikulum sekolah kNokteran mulai memerhatikan masalah
kesehatar‘ masyarakat d3" SUdah didasarkan Pada suatu asumsi bahwa penyakit dan kesehatan
merupakan hasii interaksi yang dinamis antara faktor genetik, lingkungan fisik, lingkungan sosial
(termasuk kondisi kerja), kebiasaan perorangan, d3" pelayanan kesehatan. Dari segi pelayanan
kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah Amerika membentuk Departemen
Kesehatan yang pertama kali dengan tujuan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi
penduduk, termasuk perbaikaf‘
dan pengawasan sanitasi lingkungan.

penuemsnncnn KESEHIITIIII mnnnnmmDI Inbonesm

Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia di mulai pada abad ke-16, yaitu dimulai
dengan adanya upaya pemberantasan penyakit cacar dan kolera yang sangat ditakuti oleh
masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk ke Indonesia tahun 1927, dan pada tahun 1937
terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura
dan mulai berkembang di Indonesia, sehingga berawal dari wabah kolera tersebut pemerintah
Belanda (pada waktu itu Indonesia dalam penjajahan Belanda) melakukan upaya-upaya
kesehatan masyarakat. Gubernur Ienderal Deandels pada tahun 1807 telah melakukan upaya
pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan
angka kematian bayi (infant mortality rate) yang tinggi. Namun, upaya ini tidak bertahan lama,
akibat langkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru kemudian di tahun 1930, program ini dimulai
lagi dengan didaftarkannya para dukun bayi sebagai penolong dan perawat persalinan. Pada
tahun 1851 berdiri sekolah dokter Iawa oleh dr. Bosch dan dr. Bleeker-Kepala Pelayanan
Kesehatan Sipil dan Militer di Indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA (School Tot
Oplelding van Indiche Arsten) atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913
didirikan sekolah dokter yang ke-2 di Surabaya dengan nama NIAS (Nederland Indische Artsen
School). Pada tahun 1927 STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan sejak berdirinya
Universitas Indonesia tahun 1947, STOVIA berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Selain itu, perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia juga ditandai dengan berdirinya
Pusat Laboratorium Kedokteran di Bandung tahun 1888-tahun 1938 pusat laboratorium ini
berubah menjadi Lembaga Eykman. Selanjutnya, laboratorium-laboratorium lain juga didirikan
di kota-kota seperti Medan, Semarang, Makasar, Surabaya, dan Yogyakarta dalam rangka
menunjang pemberantasan penyakit malaria, lepra, cacar, serta penyakit lainnya, bahkan
lembaga gizi dan sanitasi juga didirikan.

Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke Indonesia dan tahun 1933-1935 penyakit ini menjadi
epidemis di beberapa tempat, terutama di Pulau Iawa. Pada tahun 1935 dilakukan program
pemberantasan penyakit pes dengan cara melakukan penyemprotan DDT terhadap rumah-
rumah penduduk dan vaksinasi massal. Tercatat sampai pada tahun 1941, 15 juta orang telah
divaksinasi. Pad;

tahun 1925’ HYdIiCh-seorang petugas kfsehztan Pemerintah Belanda-melakukan Pengamatan


terhadap masalah tingginya angka kemanan anDkeSakitan di Banyumas Purwokerto. Dari ha,“
Penmatan dan analisisnya, disimPulkan ba wa tingginya angka kesakjtan dan kematian di kedu.
daerah tersebut dikarenakan burukn)’a kfmdl.“ sanitasi lingkungan, masyarakat bums air besa, di
sembarang tempat, dan penggunaan a" mlnum dari sungai yang telah tercemar. Kesimpulan ““8
diPeroleh adalah bahwa mndahnya Wm“ hngkungan dikarenakan perilaku Penduduk yang
kum‘g 581k. sehingga Hydrich memulai "Pa“ kesehatan masyarakat dengan mengembangkan
daemh percontohan, yaitu dengan care me] . an Pmmosi mengenai pendidikan kesehatan.
Sampai sekmng usaha Hydrich ini dianggaP “bag“ awa] kesellatan masyarakat di Indonesia.

Memasuki zaman kemerdekaana 53'” Sat“ tonggak perkembangan kesehatan masYal’akat di


l“donesia adalah saat diperkenalkannya KonseP Bandung (Bandung Plan) pada tahun 1951 Oleh
dF-Y. Leimena dan dr. Patah-yang selanjutnya dikenal dengan nama Patah-Leilnena. Dalam
konsep ini, diperkenalkan bahwa dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat, aspek
preventifdan kuratif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam mengembangkan sistem
pelayanan kesehatan, kedua “M ini tidak boleh dipisahkan. baik di rumah ”kit maupun di
puskesmas. Selanjutnya, pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan
masyarakat oleh dr. Y. Sulianti dengan berdirinya Proyek Bekasi (Lemah Abang) sebagai proyek
Percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di
Indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini juga menekankan pada
pendekatan tim dalam pengelolaan program kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep
pelayanan terpadu ini, terpilih delapan desa wilayah pengembangan masyarakat.

. Sumatera Utara: Indrapura Lampung

Iawa Barat: Bojong Loa Iawa Tengah: Sleman Yogyakarta: Godean

Iawa Timur: Mojosari


Bali: Kesiman

Kalimantan Selatan: Barabai

9°N9‘Snzk1-HP"

Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang ini. Pada bulan
November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan program kesehatan
magyarakat terpadu sesuai dengan kondjsi dan kemampuan rakyat Indonesia, yaitu mengenai
komep puskesmas-yang dipaparkan oleh dLAchmad Dipodilogo-yang mengacu pada Konsep
Bandung dan Proyek Bekas'L Dalam seminar ini talah disimpulkan dan disepakati mengenai
sistem puskesma. yang terdiri atas til)e A, B, dan C. Akhjmya pada tahun 1968 dalam rapat kerja
kesehatan nasional, dicetUSkan bahwa puskesmas merupakan suatu sistem pelayanan
kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan 0131‘ pemerintah (Departemen Kesehatan)
menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Winas)

puskesmas disepalmti sebagai sum, unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayamn
kuratif dan preventifse‘cara tCrpaldu, menyeluruh. dag mudah dijangkau. dalam wilayah ken.
kecamatan atau 5:383“ ketamatan (11 kotamadya atau kabupaten. Sebagai lini tctdcpan
Pembangunan kese mpuskesmas dihmpkan sclalu vegan Untuk it'll. duperkenalhnlah PW untuk
selalll mengua PuSkesmas (strengthening pushesmas). D! M8313 berkembmg RM

Indonesia» fasilitas kmham berlandaskan masyarakat ditasakan lebih efckuf dan Peg“

Dcpartemen kcsehatan telah membuat usaha intensif unmk membangun puskesmas yang
kemudian dimasukkan kc dalam master plan untuk opemsi Penguatan pelayanan kesehatan
nasional. Kegiatan Pokok dalam program dasar clan utama puskesmas mencakup 18 kegiatan,
yaitu:
l. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Keluarga Berencana (KB). Gizi. Kesehatan lingkungan.

Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta imunisasi, Penyuluhan kesehatan


masyarakat.

Pengobatan.

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Perawatan kesehatan masyarakat.

10. Kesehatan gigi dan mulut.

11. Usaha kesehatan jiwa.

12. Optometri.

13. Kesehatan geriatrik.

14. Latihan dan olahraga.

15. Pengembangan obat-obatan tradisional. 16. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). 17.
Laboratorium dasar.

18. Pengumpulan informasi dan pelaporan untuk sistem informasi kesehatan.

PPNQPPP’P
Pada tahun 1969, sistem puskesmas hanya disepakati dua saja, yaitu Puskesmas tipe A Yang
dikelola oleh dokter dan Puskesmas tipe B yang dikelola oleh seorang paramedis. Dengan
adanya perkembangan tenaga medis, maka pada tahun 1979 tidak diadakan perbedaan
Puskesmas tipe A atau tipe B-hanya ada satu puskesmas saja, yang dikepalai oleh seorang
dokter. Namun, kebijakan tentang pimpinan puskesmas mulai mengalami perubahan tahun
2000, yaitu puskesmas tidak harus dipimpin oleh seorang dokter, tetapi dapat juga dipimpin
oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat. Hal ini tentunya diharapkan dapat membawa perubahan
yang positif, di mana tenaga medis lebih diarahkan pada pelayanan langsung pada klien dan
tidak disibukkan dengan urusan adminstratif/ manajerial, sehingga mutu pelayanan dapat
ditingkatkan. Di provinsi Jawa Timur misalnya, sudah dijumpai Kepala Puskesmas dari lulusan
Sarjana Kesehatan Masyarakat seperti di Kabupaten Gresik, Bojonegoro, Bondowoso, dan lain
sebagainya. Pada tahun 1979 dikembangkan satu peranti manajerial guna penilaian puskesmas,
yaitu stratifikasi puskesmas, sehingga dibedakan adanya:

l. Strata l, puskesmas dengan prestasi sangat baik 2. Strata 2, puskesmas dengan prestasi rata-
rata atau standar.

3. Strata 3, puskesmas dengan prestasi di bawah rata-rata.

Peranti manajerial puskesmas yang lain berupa microplanning untuk perencanaan dan lokakarya
mini untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerja sama tim. Pada tahun 1984,
tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan berkembangnya program paket terpadu
kesehatan dan Keluarga Berencana (Posyandu) yang mencakup Kesehatan Ibu dan Anak,
Keluarga Berencana, gizi, penanggulangan penyakit diare, dan imunisasi.

Sampai dengan tahun 2002, jumlah puskesmas di Indonesia mencapai 7.309. Hal ini berarti 3,6
puskesmas per 100.000 penduduk atau satu puskesmas melayani sekitar 28.144 penduduk.

-, “entara nu, )uuuuu QQSa di I n . 98m n‘enca


SM,“ Puskesmas ““mktia Sep 1 0 £000 penduduk. ’“mlah u U Uh deSa d‘ . Skesm 3 mm?

Pat 70.92! pada tahun 2003, yang berarti setidaknya rNemenuhl kebutuhan pelayanan

andnngkan dengan rumah sakit yang haruS melayani

. torus dikcmban k b'h lanjut untuk . h ter encll‘ . 8 an dan dlatur le I l daera P D‘ anr Prima.
lumlah Puskesmas masih jauh dari memadai’ terutama

. a Jerkadang beberapa kah lebih Illa dan Sumatem. puskesmas harus menangani wilayah yang
Inas, Mikit. Sebuah puskesmas tErk S dari Sntu kabupatcn di Iawa) dengan jumlah penduduk
yang 19b“!

a . . Renduduk puskesmas term“ Mullins lztgi'lgglayanl 10.000 penduduk. Selain itu. bag!
sebagman u L .

Hummus mtmnm owns romnnx pemvnnnn

Mat ini_ pemerintah menjadikan puskesmas sebagai ujung tombak utama pelayanan kesehatan
pada masyarakat sekaligus sebagai wadah isu strategis. Misalnya, isu strategis aksesibilitas
layanan dan penyediaan sumber daya manusia serta sarana prasarana. puskesmas juga mampu
menjadi tempat pelayanan kesehatan pilihan utama masyarakat, karena dekat dengan tempat
tinggal dan murah dari segi biaya pelayanan-rata-rata biaya retribusi yang dikenakan berkisar Rp
1500,00 sampai RD 2000,00. Bahkan berbagai daerah telah menerapkan program pengobatan
gratis yang difokuskan untuk rawat jalan bagi setiap lapisan masyarakat, baik kaya maupun
miskin. Hal ini dilaksanakan oleh pemerintah daerah agar masyarakat menyadari pentingnya
berobat ke puskesmas. Dengan diberlakukannya pengobatan gratis di puskesmas, maka
puskesmas tidak lagi dibebani pemasukan dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sebaliknya,
daerah mengalokasikan sejumlah dana untuk mendukung operasionalisasi di puskesmas, seperti
biaya obat-obatan.
Selain menjadikan puskesmas ujung tombak layanan, pemerintah daerah juga mulai

mendekatkan layanan dokter spesialis kepada masyarakat. Umumnya ada dua cara yang
ditempuh daerah, yaitu menempatkan dokter spesialis di puskesmas atau menentukan
puskesmas khusus (spesiflkasi). Kebijakan menempatkan dokter spesialis di puskesmas
dilatarbelakangi oleh anggapan bahwa dokter spesialis identik dengan pelayanan kesehatan
yang mahal atau hanya bisa diperoleh masyarakat apabila berobat kc rumah sakit. Bagi daerah
yang belum mampu menempatkan layanan dokter spesialis di setiap puskesmas, daerah
mengatasinya dengan dokter spesialis keliling. Sampai saat ini, dokter spesialis yang banyak
ditempatkan di puskesmas adalah dokter spesialis kandungan. mata, kulit, dan penyakit dalam.
Sementara itu, kebijakan menjadikan puskesmas sebagai puskesmas spesifikasi biasanya
didasari oleh kondisi geografis daerah. Puskesmas spesifnkasi yang banyak didirikan, khususnya
di Iawa Timur adalah puskesmas khusus mata, obstetri-ginekologi, puskesmas bencana, dan
puskesmas wisata.

KONSIP PUSKESMAS

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfung“
sebagai pusat pembanguanan kesehatan, pusat pembinaan partisipasi masyarakat dalam bidang
kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegnatan
m Secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada 5‘1““ masyarakat yang bertcmpa!
t

dalam suatu wilayah tertentu.

pgplNlSI PIISKISMAS para ghli mendetinisikan puskesmas sesuai dengan perkembang‘m dan
tuntutan pelayanan kesehatan.

l)ef“1isi puskesmas antara lain sebagai berikut.


1.

$4

Azrul Azwar (1980). Pusat Kesehatan MaSYarakat (Puskesmas) merupakan suatu kesatuan
organisasi fungsional yang langsung memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada
masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.
Departemen Kesehatan RI (1981). Pusat KCSehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan suatu
kesatuan organisasi kesehatan yang langsung memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terintegrasi kepada masyarakat di wilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha
kesehatan pokok.

Departemen Kesehatan RI (1987). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan pusat


pembagunan kesehatan yang berfungsi mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat.
serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam
bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya.

Departemen Kesehatan RI (1991). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan suatu


kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dalam memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

FUNGSI PIISKESMAS

Fungsi pokok puskesmas, antara lain:

sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya;


l.

2. membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan


kemampuan untuk hidup sehat;

3. memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di


wilayah kerjanya.

Sementara proses dalam melaksanakan fungsinya dilakukan dengan cara:

l. merangsang masyarakat, termasuk pihak swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka
menolong dirinya sendiri;

2. memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan


sumber daya yang ada secara efektif dan eflsien;

3. memberi bantuan, baik yang bersifat bimbingan teknik materi, rujukan medis, maupun
rujukan kesehatan kepada masyarakat;

4. memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat;

5. bekelja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program


puskesmas.

VISI PUSKISMAS
Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan pusat
kesehatan adalah sebagai berikut.

l. 2.

3.

Masyarakat hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat.

Memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dam
merata.

Memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Repubhk lndoncsu.

“,5. pllSKISMAS

Misi Puskesmas sebagai pusat Pengeln"“"3a" kmhm" Yang clapat dilakukan memui herbaga i

upaya. antara lain sebagai berikut. 1, Memperluas Jangkauan pelayanan keSChMan sampal kc
desa-dcsa.

2. Meningkatkan mum pelayaumn kesehatan. 3. Mengadakan Petalatan dan obat-olmtan


disesuaikan dengan kebutuhan masYal‘akat.

4. Mengembangkan Pembangunan Keschatan Masyarakat Desa (PKMD)


SMTIGI PIISKESMAS

Strategi puskesmas untuk mewujudkan pembangunan kesehatan antara lain: l. pelayanan


kesehatan yang bersifat mCWeIuruh (comprehensive health care service);

2. pelayanan kesehatan yang menerapkan Pendekatan yang menyeluruh (holistic approach),

SASARAN DAN MEKANISME PELAVANAN KEPERAWA‘I'AN KESEHA‘I‘AN MASYAMKA‘I' DI


PUSKESMAS

Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan. Keluarga dengan risiko tinggi. Keluarga
dengan kasus tindak lanjut keperawatan.

Pembinaan kelompok khusus (sesuai prioritas daerah). Pembinaan desa atau masyarakat
bermasalah (sesuai dengan prioritas daerah).

w9w

PELAYANAN PUSKESMAS

l. Pelayaran di Dalam Gedung a. Penerimaan klien di loket pendaftaran. b. Proses seleksi kasus
prioritas. Pelayanan medis yang diberikan berupa: asuhan keperawatan, dari proses seleksi akan
diketahui sasaran prioritas dan

nonprioritas-sasaran prioritas perlu ditindaklanjuti berupa rujukan ke rumah


sakit atau rujukan ke puskesmas dengan ruang rawat inap; tindak lanjut pelayanan kesehatan
dapat berupa asuhan keperawatan keluarga,

kelompok, dan masyarakat. Penyampaian informasi klien yang memerlukan tindak lanjut asuhan
keperawatan di

c. rumah.

2. Pelayanan di Luar Gedung Mempelajari informasi mengenai data kesenjangan pelayanan


kesehatan dan

a. menampung informasi yang berasal dari masyarakat.

b. Seleksi untuk mendapatkan sasaran prioritas, yaitu: individu, keluarga. kelompok. clan
masyarakat.

c. Menyampaikan informasi sasaran prioritas.

Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap sasaran prioritas.

KNIATAN POIOI WSIBMAS

Mandi": Bulm Woman Kenn Puakumas yang tether“. mdapai 20 usaha pokok kesehatan yang
4.9.: duakuk-n oleh pmkeamns. Namun, peInknn‘m‘nyn sangat bergamung pada faktor tennga,
mm dun muranm Nay: yang mud“. gem komampuan manajemen dari Hap-uap puskesmas.
[\qmtan pnknk puqkesmas amnrn lain sebaga! berikm.
I Up!“ Kesehuan [bu dan Annk (KIA)

Pemeliharaan kesehatan Ibu ham“; Melahlrkan dan menyusui; Sena bayi, anak banta.

‘ dun anak praselmlah.

b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang makanan gum mencegah gm buruk,

c. lmunisasi.

d‘ Pemberian pendidlkan kesehatan tentang perkembangan anak dan cam menstimulasinya.

e. Pcngobatan bagi ibu, bayi, anak balita, serta prasekolah yang menderita bermacam

macam penyakit ringan, dan lain-lain_

2. Upaya Keluarga Berencana (KB) Mengadakan kursus Keluarga Berencana untuk para ibu dan
calon ibu yang mengunjungi

& KIA.

b. Mengadakan kursus Keluarga Berencana kepada dukun yang akan bekerja sebagai penggerak
calon peserta Keluarga Berencana.

c. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai cam pemasangan IUD, cara-cara


penggunaan pil, kondom, dan alat-alat kontrasepsi lainnya. 3. Upaya perbaikan gizi a. Mengenali
penderita-penderita kekurangan gizi. b. Mengembangkan program perbaikan gizi. c.
Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat. 4_ Upaya kesehatan lingkungan Penyehatan air
bersih.

l: Penyehatan pembuangan kotoran. c. Penyehatan lingkungan perumahan. d, Penyehatan


limbah. c. Pengawasan sanitasi tempat umum. L Penyehatan makanan dan minuman. g.
Pelaksanaan peraturan perundangan. 5, Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular a. Mengumpulkan dan menganalisis data penyakit. b. Melaporkan kasus penyakit
menular. c. Menyelidiki benar atau tidaknya laporan yang masuk. d Melakukan tindakan
permulaan untuk mencegah penyebaran penyakit menular. e Menyembuhkan penderita,
sehingga tidak lagi menjadi sumber infeksi. f. Pemberian imunisasi.

8Pemberantasan vektor. 11Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. 5' Upaya pengobatan a.


Melaksanakan diagnosis sedini mungkin melalui:

. mendapatkan riwayat penyakit; . mengadakan pemeriksaan fisik; o mengadakan pemeriksaan


labofatorium. membuat diagnosis. ’ b. Melaksanakan tindakan pengobatam c. Melakukan upaya
rujukan. 7. Upaya penyuluhan kesehatan masyarakat a. Kegiatan penyuluhan kesehatan
dilakukan 01 ch petugas di ldinik. mmah, dan kelompok‘ _ kelompok masyarakat. 1). Di tingkat
puskesmas tidak ada petugas penyuluhan tersendiri, tetapi d1 tingkat kabupaten terdapat
tenaga-tenaga k00rdinator p e nyuluhan kesehatan. 8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) 9.
Kesehatan olahraga 10. Perawatan kesehatan masyarakat ll. Usaha kesehatan kerja 12. Usaha
kesehatan gigi dan mulut 13. Usaha kesehatan jiwa 14. Kesehatan mata 15. Laboratorium
(diupayakan tidak lagi sederhana) 16. Pencatatan dan Pelaporan Sistem Informasi Kesehatan 17.
Kesehatan usia lanjut 18. Pembinaan pengobatan tradisional

Kegiatan pokok puskesmas bersifat dinamis dan berubah sesuai dengan kondisi masyarakat‘ Di
samping penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok puskesmas tersebut d1 atas, puskesmas
sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan program kesehatan tertentu oleh
pemerintah pusat, misalnya melaksanakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN). Dengan demikian,
balk petunjuk
pelaksanaan maupun perbekalan akan diberikan oleh pemerintah pusat bersama pemerintah
daerah.

PIRAN PIISKESMAS

Dalam konteks otonomi daerah seperti saat ini, puskesmas mempunyai peran yang sangat vital
sebagai institusi pelaksana teknis. Puskesmas dituntut memiliki kemampuan manajerial yang
baik dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran
tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui sistem
perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan-kegiatan yang tersusun rapi, serta
memiliki sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Selain itu, puskesmas juga dituntut
berperan serta aktif dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan
pelayanan kesehatan secal’a komprehensif dan terpadu.

WILAYAI'I KEMA PUSKESMAS

WilaYah kerja Puskesmas meliputi sat“ mama“ 3““ “wan dari kecamatan. Faktot kW Penduduk,
luas daerah geogmfls, dan keadaan mm 1mm)“ mempakan bahan perdeG’"

remap: nnxemmncnn Kulmn-nn mnnannKnT

Periode perkem'bzngan kegelziatnn mesyarakm terdm atas periode sebelum “mu pengetahUan
‘53. (pmaenttfic perm ) an pe 0 e mu Pengetahuan (scieu‘m‘ Pe'wd)‘ Tr; «9‘

PERIOD! SIBILIIM ILMII PENGITAHIIAN (PRISCIENTIFIC PERIOD) 3233:: perkcmbanga" kesehatan


masyarakat sebelum “mu engetahuan tidak daPat dipisahkan dari 1:“; seiamh kebudayaan yang
ada di dunia, di amaranya a:alah budaya dari bangsa Babiloma, Mes“, 3‘ Yunani» dan Romawi.
Bangsa bangsa tersebut menunjukkan bahwa manusia telah melakUkan 2‘ ”58m untuk
menanggulangi masalah-masalah kesehat an magyafakat dan penyakit. Pada Zaman "‘ gersebut
diperoleh catatan bahwa telah dibangun temp at pembuanga“ kotoran (latrin) umum untuk
$2225; menampuns tinja atau kotoran manusia serta digalinya susia. Saat itu latrin dibangun
dengan tujuan :IEESI agar tinja tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan pandangan yang
tidak menyenangkana 3:35 belum ada pemikiran bahwa latrin dibangun dengan alasan
kesehatan karena tinja atau kotoran {22 manusia dapat menularkan penyakit. Pembuatan susia
oleh masyarakat pada masa itu juga karena :3 air sungai yang biasa mereka minum sudah kotor.
dan terasa tidak enak» bukan karena minum air 32

sungai dapat menyebabkan Penyakit (Greene, 1984). Dari dokumen lain juga tercatat bahwa
pada man RomaWI Kuno telah dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan kepada
masyarakat

i1nmk (Hanlon, 1974): 1_ mencatatkan pembangunan rumah;

2, melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya; 3, melaporkan binatang


peliharaan/ternak yang dapat menimbulkan bau; 4, pemerintah melakukan supervisi ke tempat-
tempat minuman (public bar), warung makanan,

tempat prostitusi, dan lain-lain.

Setelah itu, kesehatan masyarakat makin dirasakan perlunya di awal abad ke-l sampai ke-7

dengan alasan sebagai berikut. 1, Berbagai penyakit menular mulai menyerang penduduk dan
telah menjadi epidemi, bahkan

ada yang menjadi endemis. Di Asia, khususnya Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika muncul
penyakit kolera yang telah

2. tercatat sejak abad ke-7-bahkan di India penyakit kolera telah menjadi endemis. Penyakit
lepra telah menyebar ke Mesir, Asia kecil, dan Eropa melalui para emigran.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi kasus epidemi dan endemis, di amaranya
masyarakat mulai memerhatikan masalah: lingkungan, terutama higiene dan sanitasi
lingkungan; pembuangan kotoran manusia (latrin); mengusahakan air minum bersih;

pembuangan sampah; pembuatan ventilasi yang memenuhi syarat.

Pada abad kel4 mulai terjadi wabah pes yang dasyat di Cina dan India. Pada tahun 1340 telah
tercatat l3 juta orang meninggal karena wabah pes. Di India, Mesir, dan Gaza dilaporkan bahwa
13nbu orang meninggal tiap hari karena serangan pes. Berdasarkan catatan, jumlah orang yang

meninggal karcna wabah penyakit pea di seluruh dunla waktu itu mencapai lebih dari 60 jute
Oran sehinggn kejadmn Pada waktu itu dlsebut '1he Black Death”-serangan wabah PenYakit
menu} ml berlangsung sampai ahad kc 18. Di samping wabah pes, wabah kolera dan tifus juga
mas' berlangsunsPada tahun 1603 lebih darl l darl 6 orang meninggal karena penyakit menular,
d tahun 1665 seknar l dart S orang menmggal. Pada tahun 1759 dilaporkan 70 ribu orang
Pendudu di Kepulauan Cyprus meninggal karena penyakit menular. Penyakit lain yang menjadi
wabah antata lain dlpteri. tifus, disemri. dan Iain-lain.

nmool ILMII PINGITAIIIIAN (SC'ENTIFIC PERIOD)

Pads akhir abad ke18 dan di awal abad ke-l9, bangkitnya ilmu pengetahuan mempunyai dammk
yang sangat luas pada segala aspek kehidupan manusia, termasuk pada aspek kesehatan. Pada
abad ini pendekatan dalam penanganan masalah kesehatan tidak hanya memandang pada
aspek biologs saja. tetapi sudah komprehensif dan multisektoral. Selain itu, telah ditemukan
berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegahan penyakit, seperti pada
Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Penemu dan Hasil Pengmuan dalam Penanggulan Penyakit


Penemu Hasil Temuan Louis Pasteur Vaksin untuk mencetah venyakit cacar Jose-h Lister Asam
carbol carbolic an" untuk stren'lisasi ruanv operasi William Marton Ether sebacai anestesi pada
waktu operasi

Upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai dilaksanakan di Inggris. Hal ini terkait
dengan wabah penyakit endemis kolera tahun 1832 yang terjadi pada masyarakat di perkotaan,
terutama yang miskin. Parlemen Inggris membentuk komisi penanganan pada penyakit ini dan
Edwin Chadwich-seorang pakar sosial (social scientist)--ditunjuk sebagai ketua komisi untuk
melakukan penyelidikan mengenai penyebab wabah kolera ini. Hasil penyelidikan yang
dilaporkan di antaranya yaitu masyarakat yang hidup dalam kondisi sanitasi yang buruk, susia
penduduk berdekatan dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia, adanya aliran
air limbah terbuka yang tidak teratur, makanan yang dijual di pasar tidak higienes (dihinggapi
lalat dan kecoa), sebagaian besar masyarakat hidup miskin, serta bekerja rata-rata l4 jam per
hari sementara gaji yang diperoleh tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hasil laporan
Edwin Chadwich tersebut dilengkapi dengan analisis data yang lengkap dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Akhirnya, parlemen Inggris mengeluarkan undang-
undang yang mengatur upayaupaya peningkatan kesehatan penduduk dan berbagai peraturan
tentang sanitasi lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik, dan lain-lain.

Berawal dari penelitiaannya, Edwin Chadwich tertarik untuk lebih jauh mempelajari kesehatan
masyarakat, sehingga saat itu ia menjadi pioneer dalam ilmu kesehatan masyarakat. Generasi
setelah Chadwich adalah Winslow-murid Chadwich-yang kemudian dikenal sebagai pembina
kesehatan masyarakat modem (public health modern). Winslow merumuskan defmisi kesehatan
masyarakat yang kemudian diterima oleh WHO. Sejak saat itu, lahirlah berbagai macam detinisi
sehat. John Snow, adalah seorang tokoh yang sudah tidak asing dalam dunia kesehatan
masyarakat dalam upaya sukseenya mengatasi penyakit kolera yang melanda kota London. Hal
yang perlu dicatat di sini adalah bahwa John Snow mempergunakan pendekatan epidemiologi
dalam menganalisis wabah

penyakit kolera, yaitu dengan menganalisis fakmr tempat’ orang, dan waktu-sehingga dia
dianggap ‘
sebagai "lhe Father of Epidemiology. pada akhir abad ke-l9 dan di awal abad ke-20. pendidikan
untuk tenaga kesehatan yang

Profesional mulai dikembangkan. Tahun 1893‘ John Hopkins-seorang pengusaha wiski dari
Amerika memelopori berdirinya universitas Yang di dalamnya terdapat Fakultas Kedokteran.
Pada tahun I908 sekolah kedokteran mulai me'Webar kc Eropa. Kanada, dan negara-negara lain.
Dalam perkembangannya, kurikulum sekolah kNokteran mulai memerhatikan masalah
kesehatar‘ masyarakat d3" SUdah didasarkan Pada suatu asumsi bahwa penyakit dan kesehatan
merupakan hasii interaksi yang dinamis antara faktor genetik, lingkungan fisik, lingkungan sosial
(termasuk kondisi kerja), kebiasaan perorangan, d3" pelayanan kesehatan. Dari segi pelayanan
kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah Amerika membentuk Departemen
Kesehatan yang pertama kali dengan tujuan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi
penduduk, termasuk perbaikaf‘

dan pengawasan sanitasi lingkungan.

penuemsnncnn KESEHIITIIII mnnnnmmDI Inbonesm

Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia di mulai pada abad ke-16, yaitu dimulai
dengan adanya upaya pemberantasan penyakit cacar dan kolera yang sangat ditakuti oleh
masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk ke Indonesia tahun 1927, dan pada tahun 1937
terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura
dan mulai berkembang di Indonesia, sehingga berawal dari wabah kolera tersebut pemerintah
Belanda (pada waktu itu Indonesia dalam penjajahan Belanda) melakukan upaya-upaya
kesehatan masyarakat. Gubernur Ienderal Deandels pada tahun 1807 telah melakukan upaya
pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan
angka kematian bayi (infant mortality rate) yang tinggi. Namun, upaya ini tidak bertahan lama,
akibat langkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru kemudian di tahun 1930, program ini dimulai
lagi dengan didaftarkannya para dukun bayi sebagai penolong dan perawat persalinan. Pada
tahun 1851 berdiri sekolah dokter Iawa oleh dr. Bosch dan dr. Bleeker-Kepala Pelayanan
Kesehatan Sipil dan Militer di Indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA (School Tot
Oplelding van Indiche Arsten) atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913
didirikan sekolah dokter yang ke-2 di Surabaya dengan nama NIAS (Nederland Indische Artsen
School). Pada tahun 1927 STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan sejak berdirinya
Universitas Indonesia tahun 1947, STOVIA berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Selain itu, perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia juga ditandai dengan berdirinya
Pusat Laboratorium Kedokteran di Bandung tahun 1888-tahun 1938 pusat laboratorium ini
berubah menjadi Lembaga Eykman. Selanjutnya, laboratorium-laboratorium lain juga didirikan
di kota-kota seperti Medan, Semarang, Makasar, Surabaya, dan Yogyakarta dalam rangka
menunjang pemberantasan penyakit malaria, lepra, cacar, serta penyakit lainnya, bahkan
lembaga gizi dan sanitasi juga didirikan.

Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke Indonesia dan tahun 1933-1935 penyakit ini menjadi
epidemis di beberapa tempat, terutama di Pulau Iawa. Pada tahun 1935 dilakukan program

pemberantasan penyakit pes dengan cara melakukan penyemprotan DDT terhadap rumah-
rumah penduduk dan vaksinasi massal. Tercatat sampai pada tahun 1941, 15 juta orang telah
divaksinasi. Pad;

tahun 1925’ HYdIiCh-seorang petugas kfsehztan Pemerintah Belanda-melakukan Pengamatan


terhadap masalah tingginya angka kemanan anDkeSakitan di Banyumas Purwokerto. Dari ha,“
Penmatan dan analisisnya, disimPulkan ba wa tingginya angka kesakjtan dan kematian di kedu.
daerah tersebut dikarenakan burukn)’a kfmdl.“ sanitasi lingkungan, masyarakat bums air besa, di
sembarang tempat, dan penggunaan a" mlnum dari sungai yang telah tercemar. Kesimpulan ““8
diPeroleh adalah bahwa mndahnya Wm“ hngkungan dikarenakan perilaku Penduduk yang
kum‘g 581k. sehingga Hydrich memulai "Pa“ kesehatan masyarakat dengan mengembangkan
daemh percontohan, yaitu dengan care me] . an Pmmosi mengenai pendidikan kesehatan.
Sampai sekmng usaha Hydrich ini dianggaP “bag“ awa] kesellatan masyarakat di Indonesia.

Memasuki zaman kemerdekaana 53'” Sat“ tonggak perkembangan kesehatan masYal’akat di


l“donesia adalah saat diperkenalkannya KonseP Bandung (Bandung Plan) pada tahun 1951 Oleh
dF-Y. Leimena dan dr. Patah-yang selanjutnya dikenal dengan nama Patah-Leilnena. Dalam
konsep ini, diperkenalkan bahwa dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat, aspek
preventifdan kuratif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam mengembangkan sistem
pelayanan kesehatan, kedua “M ini tidak boleh dipisahkan. baik di rumah ”kit maupun di
puskesmas. Selanjutnya, pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan
masyarakat oleh dr. Y. Sulianti dengan berdirinya Proyek Bekasi (Lemah Abang) sebagai proyek
Percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di
Indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini juga menekankan pada
pendekatan tim dalam pengelolaan program kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep
pelayanan terpadu ini, terpilih delapan desa wilayah pengembangan masyarakat.

. Sumatera Utara: Indrapura Lampung

Iawa Barat: Bojong Loa Iawa Tengah: Sleman Yogyakarta: Godean

Iawa Timur: Mojosari

Bali: Kesiman

Kalimantan Selatan: Barabai

9°N9‘Snzk1-HP"

Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang ini. Pada bulan
November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan program kesehatan
magyarakat terpadu sesuai dengan kondjsi dan kemampuan rakyat Indonesia, yaitu mengenai
komep puskesmas-yang dipaparkan oleh dLAchmad Dipodilogo-yang mengacu pada Konsep
Bandung dan Proyek Bekas'L Dalam seminar ini talah disimpulkan dan disepakati mengenai
sistem puskesma. yang terdiri atas til)e A, B, dan C. Akhjmya pada tahun 1968 dalam rapat kerja
kesehatan nasional, dicetUSkan bahwa puskesmas merupakan suatu sistem pelayanan
kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan 0131‘ pemerintah (Departemen Kesehatan)
menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Winas)
puskesmas disepalmti sebagai sum, unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayamn
kuratif dan preventifse‘cara tCrpaldu, menyeluruh. dag mudah dijangkau. dalam wilayah ken.
kecamatan atau 5:383“ ketamatan (11 kotamadya atau kabupaten. Sebagai lini tctdcpan
Pembangunan kese mpuskesmas dihmpkan sclalu vegan Untuk it'll. duperkenalhnlah PW untuk
selalll mengua PuSkesmas (strengthening pushesmas). D! M8313 berkembmg RM

Indonesia» fasilitas kmham berlandaskan masyarakat ditasakan lebih efckuf dan Peg“

Dcpartemen kcsehatan telah membuat usaha intensif unmk membangun puskesmas yang
kemudian dimasukkan kc dalam master plan untuk opemsi Penguatan pelayanan kesehatan
nasional. Kegiatan Pokok dalam program dasar clan utama puskesmas mencakup 18 kegiatan,
yaitu:

l. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Keluarga Berencana (KB). Gizi. Kesehatan lingkungan.

Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta imunisasi, Penyuluhan kesehatan


masyarakat.

Pengobatan.

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Perawatan kesehatan masyarakat.

10. Kesehatan gigi dan mulut.

11. Usaha kesehatan jiwa.


12. Optometri.

13. Kesehatan geriatrik.

14. Latihan dan olahraga.

15. Pengembangan obat-obatan tradisional. 16. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). 17.
Laboratorium dasar.

18. Pengumpulan informasi dan pelaporan untuk sistem informasi kesehatan.

PPNQPPP’P

Pada tahun 1969, sistem puskesmas hanya disepakati dua saja, yaitu Puskesmas tipe A Yang
dikelola oleh dokter dan Puskesmas tipe B yang dikelola oleh seorang paramedis. Dengan
adanya perkembangan tenaga medis, maka pada tahun 1979 tidak diadakan perbedaan
Puskesmas tipe A atau tipe B-hanya ada satu puskesmas saja, yang dikepalai oleh seorang
dokter. Namun, kebijakan tentang pimpinan puskesmas mulai mengalami perubahan tahun
2000, yaitu puskesmas tidak harus dipimpin oleh seorang dokter, tetapi dapat juga dipimpin
oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat. Hal ini tentunya diharapkan dapat membawa perubahan
yang positif, di mana tenaga medis lebih diarahkan pada pelayanan langsung pada klien dan
tidak disibukkan dengan urusan adminstratif/ manajerial, sehingga mutu pelayanan dapat
ditingkatkan. Di provinsi Jawa Timur misalnya, sudah dijumpai Kepala Puskesmas dari lulusan
Sarjana Kesehatan Masyarakat seperti di Kabupaten Gresik, Bojonegoro, Bondowoso, dan lain
sebagainya. Pada tahun 1979 dikembangkan satu peranti manajerial guna penilaian puskesmas,
yaitu stratifikasi puskesmas, sehingga dibedakan adanya:

l. Strata l, puskesmas dengan prestasi sangat baik 2. Strata 2, puskesmas dengan prestasi rata-
rata atau standar.
3. Strata 3, puskesmas dengan prestasi di bawah rata-rata.

Peranti manajerial puskesmas yang lain berupa microplanning untuk perencanaan dan lokakarya
mini untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerja sama tim. Pada tahun 1984,
tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan berkembangnya program paket terpadu
kesehatan dan Keluarga Berencana (Posyandu) yang mencakup Kesehatan Ibu dan Anak,
Keluarga Berencana, gizi, penanggulangan penyakit diare, dan imunisasi.

Sampai dengan tahun 2002, jumlah puskesmas di Indonesia mencapai 7.309. Hal ini berarti 3,6
puskesmas per 100.000 penduduk atau satu puskesmas melayani sekitar 28.144 penduduk.

-, “entara nu, )uuuuu QQSa di I n . 98m n‘enca

SM,“ Puskesmas ““mktia Sep 1 0 £000 penduduk. ’“mlah u U Uh deSa d‘ . Skesm 3 mm?

Pat 70.92! pada tahun 2003, yang berarti setidaknya rNemenuhl kebutuhan pelayanan

andnngkan dengan rumah sakit yang haruS melayani

. torus dikcmban k b'h lanjut untuk . h ter encll‘ . 8 an dan dlatur le I l daera P D‘ anr Prima.
lumlah Puskesmas masih jauh dari memadai’ terutama

. a Jerkadang beberapa kah lebih Illa dan Sumatem. puskesmas harus menangani wilayah yang
Inas, Mikit. Sebuah puskesmas tErk S dari Sntu kabupatcn di Iawa) dengan jumlah penduduk
yang 19b“!
a . . Renduduk puskesmas term“ Mullins lztgi'lgglayanl 10.000 penduduk. Selain itu. bag!
sebagman u L .

Hummus mtmnm owns romnnx pemvnnnn

Mat ini_ pemerintah menjadikan puskesmas sebagai ujung tombak utama pelayanan kesehatan
pada masyarakat sekaligus sebagai wadah isu strategis. Misalnya, isu strategis aksesibilitas
layanan dan penyediaan sumber daya manusia serta sarana prasarana. puskesmas juga mampu
menjadi tempat pelayanan kesehatan pilihan utama masyarakat, karena dekat dengan tempat
tinggal dan murah dari segi biaya pelayanan-rata-rata biaya retribusi yang dikenakan berkisar Rp
1500,00 sampai RD 2000,00. Bahkan berbagai daerah telah menerapkan program pengobatan
gratis yang difokuskan untuk rawat jalan bagi setiap lapisan masyarakat, baik kaya maupun
miskin. Hal ini dilaksanakan oleh pemerintah daerah agar masyarakat menyadari pentingnya
berobat ke puskesmas. Dengan diberlakukannya pengobatan gratis di puskesmas, maka
puskesmas tidak lagi dibebani pemasukan dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sebaliknya,
daerah mengalokasikan sejumlah dana untuk mendukung operasionalisasi di puskesmas, seperti
biaya obat-obatan.

Selain menjadikan puskesmas ujung tombak layanan, pemerintah daerah juga mulai

mendekatkan layanan dokter spesialis kepada masyarakat. Umumnya ada dua cara yang
ditempuh daerah, yaitu menempatkan dokter spesialis di puskesmas atau menentukan
puskesmas khusus (spesiflkasi). Kebijakan menempatkan dokter spesialis di puskesmas
dilatarbelakangi oleh anggapan bahwa dokter spesialis identik dengan pelayanan kesehatan
yang mahal atau hanya bisa diperoleh masyarakat apabila berobat kc rumah sakit. Bagi daerah
yang belum mampu menempatkan layanan dokter spesialis di setiap puskesmas, daerah
mengatasinya dengan dokter spesialis keliling. Sampai saat ini, dokter spesialis yang banyak
ditempatkan di puskesmas adalah dokter spesialis kandungan. mata, kulit, dan penyakit dalam.
Sementara itu, kebijakan menjadikan puskesmas sebagai puskesmas spesifikasi biasanya
didasari oleh kondisi geografis daerah. Puskesmas spesifnkasi yang banyak didirikan, khususnya
di Iawa Timur adalah puskesmas khusus mata, obstetri-ginekologi, puskesmas bencana, dan
puskesmas wisata.
KONSIP PUSKESMAS

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfung“
sebagai pusat pembanguanan kesehatan, pusat pembinaan partisipasi masyarakat dalam bidang
kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegnatan
m Secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada 5‘1““ masyarakat yang bertcmpa!
t

dalam suatu wilayah tertentu.

pgplNlSI PIISKISMAS para ghli mendetinisikan puskesmas sesuai dengan perkembang‘m dan
tuntutan pelayanan kesehatan.

l)ef“1isi puskesmas antara lain sebagai berikut.

1.

$4

Azrul Azwar (1980). Pusat Kesehatan MaSYarakat (Puskesmas) merupakan suatu kesatuan
organisasi fungsional yang langsung memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada
masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.
Departemen Kesehatan RI (1981). Pusat KCSehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan suatu
kesatuan organisasi kesehatan yang langsung memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terintegrasi kepada masyarakat di wilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha
kesehatan pokok.

Departemen Kesehatan RI (1987). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan pusat


pembagunan kesehatan yang berfungsi mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat.
serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam
bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya.

Departemen Kesehatan RI (1991). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan suatu


kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dalam memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

FUNGSI PIISKESMAS

Fungsi pokok puskesmas, antara lain:

sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya;

l.

2. membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan


kemampuan untuk hidup sehat;

3. memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di


wilayah kerjanya.

Sementara proses dalam melaksanakan fungsinya dilakukan dengan cara:

l. merangsang masyarakat, termasuk pihak swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka
menolong dirinya sendiri;
2. memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan
sumber daya yang ada secara efektif dan eflsien;

3. memberi bantuan, baik yang bersifat bimbingan teknik materi, rujukan medis, maupun
rujukan kesehatan kepada masyarakat;

4. memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat;

5. bekelja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program


puskesmas.

VISI PUSKISMAS

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan pusat
kesehatan adalah sebagai berikut.

l. 2.

3.

Masyarakat hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat.

Memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dam
merata.

Memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Repubhk lndoncsu.


“,5. pllSKISMAS

Misi Puskesmas sebagai pusat Pengeln"“"3a" kmhm" Yang clapat dilakukan memui herbaga i

upaya. antara lain sebagai berikut. 1, Memperluas Jangkauan pelayanan keSChMan sampal kc
desa-dcsa.

2. Meningkatkan mum pelayaumn kesehatan. 3. Mengadakan Petalatan dan obat-olmtan


disesuaikan dengan kebutuhan masYal‘akat.

4. Mengembangkan Pembangunan Keschatan Masyarakat Desa (PKMD)

SMTIGI PIISKESMAS

Strategi puskesmas untuk mewujudkan pembangunan kesehatan antara lain: l. pelayanan


kesehatan yang bersifat mCWeIuruh (comprehensive health care service);

2. pelayanan kesehatan yang menerapkan Pendekatan yang menyeluruh (holistic approach),

SASARAN DAN MEKANISME PELAVANAN KEPERAWA‘I'AN KESEHA‘I‘AN MASYAMKA‘I' DI


PUSKESMAS

Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan. Keluarga dengan risiko tinggi. Keluarga
dengan kasus tindak lanjut keperawatan.
Pembinaan kelompok khusus (sesuai prioritas daerah). Pembinaan desa atau masyarakat
bermasalah (sesuai dengan prioritas daerah).

w9w

PELAYANAN PUSKESMAS

l. Pelayaran di Dalam Gedung a. Penerimaan klien di loket pendaftaran. b. Proses seleksi kasus
prioritas. Pelayanan medis yang diberikan berupa: asuhan keperawatan, dari proses seleksi akan
diketahui sasaran prioritas dan

nonprioritas-sasaran prioritas perlu ditindaklanjuti berupa rujukan ke rumah

sakit atau rujukan ke puskesmas dengan ruang rawat inap; tindak lanjut pelayanan kesehatan
dapat berupa asuhan keperawatan keluarga,

kelompok, dan masyarakat. Penyampaian informasi klien yang memerlukan tindak lanjut asuhan
keperawatan di

c. rumah.

2. Pelayanan di Luar Gedung Mempelajari informasi mengenai data kesenjangan pelayanan


kesehatan dan

a. menampung informasi yang berasal dari masyarakat.


b. Seleksi untuk mendapatkan sasaran prioritas, yaitu: individu, keluarga. kelompok. clan
masyarakat.

c. Menyampaikan informasi sasaran prioritas.

Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap sasaran prioritas.

KNIATAN POIOI WSIBMAS

Mandi": Bulm Woman Kenn Puakumas yang tether“. mdapai 20 usaha pokok kesehatan yang
4.9.: duakuk-n oleh pmkeamns. Namun, peInknn‘m‘nyn sangat bergamung pada faktor tennga,
mm dun muranm Nay: yang mud“. gem komampuan manajemen dari Hap-uap puskesmas.
[\qmtan pnknk puqkesmas amnrn lain sebaga! berikm.

I Up!“ Kesehuan [bu dan Annk (KIA)

Pemeliharaan kesehatan Ibu ham“; Melahlrkan dan menyusui; Sena bayi, anak banta.

‘ dun anak praselmlah.

b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang makanan gum mencegah gm buruk,

c. lmunisasi.

d‘ Pemberian pendidlkan kesehatan tentang perkembangan anak dan cam menstimulasinya.


e. Pcngobatan bagi ibu, bayi, anak balita, serta prasekolah yang menderita bermacam

macam penyakit ringan, dan lain-lain_

2. Upaya Keluarga Berencana (KB) Mengadakan kursus Keluarga Berencana untuk para ibu dan
calon ibu yang mengunjungi

& KIA.

b. Mengadakan kursus Keluarga Berencana kepada dukun yang akan bekerja sebagai penggerak
calon peserta Keluarga Berencana.

c. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai cam pemasangan IUD, cara-cara

penggunaan pil, kondom, dan alat-alat kontrasepsi lainnya. 3. Upaya perbaikan gizi a. Mengenali
penderita-penderita kekurangan gizi. b. Mengembangkan program perbaikan gizi. c.
Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat. 4_ Upaya kesehatan lingkungan Penyehatan air
bersih.

l: Penyehatan pembuangan kotoran. c. Penyehatan lingkungan perumahan. d, Penyehatan


limbah. c. Pengawasan sanitasi tempat umum. L Penyehatan makanan dan minuman. g.
Pelaksanaan peraturan perundangan. 5, Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular a. Mengumpulkan dan menganalisis data penyakit. b. Melaporkan kasus penyakit
menular. c. Menyelidiki benar atau tidaknya laporan yang masuk. d Melakukan tindakan
permulaan untuk mencegah penyebaran penyakit menular. e Menyembuhkan penderita,
sehingga tidak lagi menjadi sumber infeksi. f. Pemberian imunisasi.

8Pemberantasan vektor. 11Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. 5' Upaya pengobatan a.


Melaksanakan diagnosis sedini mungkin melalui:
. mendapatkan riwayat penyakit; . mengadakan pemeriksaan fisik; o mengadakan pemeriksaan
labofatorium. membuat diagnosis. ’ b. Melaksanakan tindakan pengobatam c. Melakukan upaya
rujukan. 7. Upaya penyuluhan kesehatan masyarakat a. Kegiatan penyuluhan kesehatan
dilakukan 01 ch petugas di ldinik. mmah, dan kelompok‘ _ kelompok masyarakat. 1). Di tingkat
puskesmas tidak ada petugas penyuluhan tersendiri, tetapi d1 tingkat kabupaten terdapat
tenaga-tenaga k00rdinator p e nyuluhan kesehatan. 8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) 9.
Kesehatan olahraga 10. Perawatan kesehatan masyarakat ll. Usaha kesehatan kerja 12. Usaha
kesehatan gigi dan mulut 13. Usaha kesehatan jiwa 14. Kesehatan mata 15. Laboratorium
(diupayakan tidak lagi sederhana) 16. Pencatatan dan Pelaporan Sistem Informasi Kesehatan 17.
Kesehatan usia lanjut 18. Pembinaan pengobatan tradisional

Kegiatan pokok puskesmas bersifat dinamis dan berubah sesuai dengan kondisi masyarakat‘ Di
samping penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok puskesmas tersebut d1 atas, puskesmas
sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan program kesehatan tertentu oleh
pemerintah pusat, misalnya melaksanakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN). Dengan demikian,
balk petunjuk

pelaksanaan maupun perbekalan akan diberikan oleh pemerintah pusat bersama pemerintah
daerah.

PIRAN PIISKESMAS

Dalam konteks otonomi daerah seperti saat ini, puskesmas mempunyai peran yang sangat vital
sebagai institusi pelaksana teknis. Puskesmas dituntut memiliki kemampuan manajerial yang
baik dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran
tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui sistem
perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan-kegiatan yang tersusun rapi, serta
memiliki sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Selain itu, puskesmas juga dituntut
berperan serta aktif dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan
pelayanan kesehatan secal’a komprehensif dan terpadu.
WILAYAI'I KEMA PUSKESMAS

WilaYah kerja Puskesmas meliputi sat“ mama“ 3““ “wan dari kecamatan. Faktot kW Penduduk,
luas daerah geogmfls, dan keadaan mm 1mm)“ mempakan bahan perdeG’"

1:

dalam mcnentukan mlm ah krna pmkcsmas. Puskeqm“ mcrupakan perangkal Pemerintah


Daerah Tungkat ll. schmgga pcmhagian wnlayah kcrjn puqkom‘m dudapkan oleh Bupati setelah
mendengar saran tckm: darn lxamor Wllm ah Depnrlcmcn Kesehatan vaimi. Di kota besar.
wilayah kerja puskmmas bna ham'a satu kclurahnn dan puskesmas d. ibukom kecamalan
menjadi puskesmas; rupukan yang bcrlungsn schaga pusat ruiukan dari puskesmas kclurahan.
Selain itu, puskesmas d: kaamatan iuga mempunyai fungsi koordinasi. Sasaran penduduk yang
dilayani oleh sebuah

pmkmmas rota ram 30.000 penduduk.

EASIU'I'AS PINUNJANG Dalam ranska memperluas jangkauan pelayanan kesehatan yang


diberikan, puskesmas perlu dltuniang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana,
antara lain sebagai berikut.

1, Puskesmas Pembantu Puskesmas Pembantu yang lebih sering dikenal sebagai Pustu atau
Pusban adalah unit

pelayanan kesehatan sederhana yang berfungsi menunjang dan membantu pelaksanaan


kegiatan-kegiatan puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil. Puskesmas
Pembantu merupakan bagian integral dari puskesmas. Setiap puskesmas memiliki beberapa
Puskesmas Pembantu di dalam wilayah kerjanya. Namun, terdapat beberapa puskesmas yang
tidak memiliki Puskesmas Pembantu, khususnya puskesmas di daerah perkotaan.

2. Puskesmas Keliling Puskesmas Keliling merupakan unit pelayanan kesehatan keliling yang
dilengkapi dengan

kendaraan bermotor roda empat atau perahu motor, peralatan kesehatan, peralatan
komunikasi, serta sejumlah tenaga yang berasal dari puskesmas. Puskesmas Keliling berfungsi
menunjang dan membantu kegiatan puskesmas dalam wilayah yang belum terjangkau oleh
pelayanan

kesehatan. Kegiatan Puskesmas Keliling antara lain: memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat di daerah terpencil atau daerah

a. yang sulit dijangkau oleh pelayanan puskesmas;

b melakukan penyelidikan tentang Kejadian Luar Biasa (KLB);

c. dapat dipergunakan sebagai alat transportasi penderita, misalnya dalam rangka rujukan kasus
darurat;

d. melakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan alat audiovisual.

Bidan Desa Di setiap desa yang belum memiliki fasilitas pelayanan kesehatan, Bidan Desa
ditempatkan
untuk tinggal di desa tersebut untuk memberikan pelayanan kesehatan. Bidan Desa
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas. Wilayah kerja Bidan Desa adalah satu
desa dengan jumlah penduduk rata-rata 3.000 jiwa. Tugas utama Bidan Desa adalah
meningkatkan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan melalui pembinaan posyandu
dan pembinaan kelompok dasawarsa, serta pertolongan persalinan di rumah penduduk. Dalam
perkembangannya, batasan-batasan di atas makin kabur seiring dengan diberlakukannya
Undang-Undang Otonomi Daerah yang lebih mengedepankan desentralisasi. Dengan otonomi,
setiap Daerah Tingkat II memiliki kesempatan untuk mengembangkan puskesmas sesuai
Rencana Strategis (Renstra) Kesehatan Daerah dan Rencana Pembangunan )angka

Menengah Daerah (RPJMD) Bidang Kesehatan, sesuai dengan situasi dan kondisi Daerah Tingkat
II.

remap: nnxemmncnn Kulmn-nn mnnannKnT

Periode perkem'bzngan kegelziatnn mesyarakm terdm atas periode sebelum “mu pengetahUan
‘53. (pmaenttfic perm ) an pe 0 e mu Pengetahuan (scieu‘m‘ Pe'wd)‘ Tr; «9‘

PERIOD! SIBILIIM ILMII PENGITAHIIAN (PRISCIENTIFIC PERIOD) 3233:: perkcmbanga" kesehatan


masyarakat sebelum “mu engetahuan tidak daPat dipisahkan dari 1:“; seiamh kebudayaan yang
ada di dunia, di amaranya a:alah budaya dari bangsa Babiloma, Mes“, 3‘ Yunani» dan Romawi.
Bangsa bangsa tersebut menunjukkan bahwa manusia telah melakUkan 2‘ ”58m untuk
menanggulangi masalah-masalah kesehat an magyafakat dan penyakit. Pada Zaman "‘ gersebut
diperoleh catatan bahwa telah dibangun temp at pembuanga“ kotoran (latrin) umum untuk
$2225; menampuns tinja atau kotoran manusia serta digalinya susia. Saat itu latrin dibangun
dengan tujuan :IEESI agar tinja tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan pandangan yang
tidak menyenangkana 3:35 belum ada pemikiran bahwa latrin dibangun dengan alasan
kesehatan karena tinja atau kotoran {22 manusia dapat menularkan penyakit. Pembuatan susia
oleh masyarakat pada masa itu juga karena :3 air sungai yang biasa mereka minum sudah kotor.
dan terasa tidak enak» bukan karena minum air 32

sungai dapat menyebabkan Penyakit (Greene, 1984). Dari dokumen lain juga tercatat bahwa
pada man RomaWI Kuno telah dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan kepada
masyarakat
i1nmk (Hanlon, 1974): 1_ mencatatkan pembangunan rumah;

2, melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya; 3, melaporkan binatang


peliharaan/ternak yang dapat menimbulkan bau; 4, pemerintah melakukan supervisi ke tempat-
tempat minuman (public bar), warung makanan,

tempat prostitusi, dan lain-lain.

Setelah itu, kesehatan masyarakat makin dirasakan perlunya di awal abad ke-l sampai ke-7

dengan alasan sebagai berikut. 1, Berbagai penyakit menular mulai menyerang penduduk dan
telah menjadi epidemi, bahkan

ada yang menjadi endemis. Di Asia, khususnya Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika muncul
penyakit kolera yang telah

2. tercatat sejak abad ke-7-bahkan di India penyakit kolera telah menjadi endemis. Penyakit
lepra telah menyebar ke Mesir, Asia kecil, dan Eropa melalui para emigran.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi kasus epidemi dan endemis, di amaranya
masyarakat mulai memerhatikan masalah: lingkungan, terutama higiene dan sanitasi
lingkungan; pembuangan kotoran manusia (latrin); mengusahakan air minum bersih;

pembuangan sampah; pembuatan ventilasi yang memenuhi syarat.


Pada abad kel4 mulai terjadi wabah pes yang dasyat di Cina dan India. Pada tahun 1340 telah
tercatat l3 juta orang meninggal karena wabah pes. Di India, Mesir, dan Gaza dilaporkan bahwa
13nbu orang meninggal tiap hari karena serangan pes. Berdasarkan catatan, jumlah orang yang

meninggal karcna wabah penyakit pea di seluruh dunla waktu itu mencapai lebih dari 60 jute
Oran sehinggn kejadmn Pada waktu itu dlsebut '1he Black Death”-serangan wabah PenYakit
menu} ml berlangsung sampai ahad kc 18. Di samping wabah pes, wabah kolera dan tifus juga
mas' berlangsunsPada tahun 1603 lebih darl l darl 6 orang meninggal karena penyakit menular,
d tahun 1665 seknar l dart S orang menmggal. Pada tahun 1759 dilaporkan 70 ribu orang
Pendudu di Kepulauan Cyprus meninggal karena penyakit menular. Penyakit lain yang menjadi
wabah antata lain dlpteri. tifus, disemri. dan Iain-lain.

nmool ILMII PINGITAIIIIAN (SC'ENTIFIC PERIOD)

Pads akhir abad ke18 dan di awal abad ke-l9, bangkitnya ilmu pengetahuan mempunyai dammk
yang sangat luas pada segala aspek kehidupan manusia, termasuk pada aspek kesehatan. Pada
abad ini pendekatan dalam penanganan masalah kesehatan tidak hanya memandang pada
aspek biologs saja. tetapi sudah komprehensif dan multisektoral. Selain itu, telah ditemukan
berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegahan penyakit, seperti pada
Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Penemu dan Hasil Pengmuan dalam Penanggulan Penyakit

Penemu Hasil Temuan Louis Pasteur Vaksin untuk mencetah venyakit cacar Jose-h Lister Asam
carbol carbolic an" untuk stren'lisasi ruanv operasi William Marton Ether sebacai anestesi pada
waktu operasi

Upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai dilaksanakan di Inggris. Hal ini terkait
dengan wabah penyakit endemis kolera tahun 1832 yang terjadi pada masyarakat di perkotaan,
terutama yang miskin. Parlemen Inggris membentuk komisi penanganan pada penyakit ini dan
Edwin Chadwich-seorang pakar sosial (social scientist)--ditunjuk sebagai ketua komisi untuk
melakukan penyelidikan mengenai penyebab wabah kolera ini. Hasil penyelidikan yang
dilaporkan di antaranya yaitu masyarakat yang hidup dalam kondisi sanitasi yang buruk, susia
penduduk berdekatan dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia, adanya aliran
air limbah terbuka yang tidak teratur, makanan yang dijual di pasar tidak higienes (dihinggapi
lalat dan kecoa), sebagaian besar masyarakat hidup miskin, serta bekerja rata-rata l4 jam per
hari sementara gaji yang diperoleh tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hasil laporan
Edwin Chadwich tersebut dilengkapi dengan analisis data yang lengkap dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Akhirnya, parlemen Inggris mengeluarkan undang-
undang yang mengatur upayaupaya peningkatan kesehatan penduduk dan berbagai peraturan
tentang sanitasi lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik, dan lain-lain.

Berawal dari penelitiaannya, Edwin Chadwich tertarik untuk lebih jauh mempelajari kesehatan
masyarakat, sehingga saat itu ia menjadi pioneer dalam ilmu kesehatan masyarakat. Generasi
setelah Chadwich adalah Winslow-murid Chadwich-yang kemudian dikenal sebagai pembina
kesehatan masyarakat modem (public health modern). Winslow merumuskan defmisi kesehatan
masyarakat yang kemudian diterima oleh WHO. Sejak saat itu, lahirlah berbagai macam detinisi
sehat. John Snow, adalah seorang tokoh yang sudah tidak asing dalam dunia kesehatan
masyarakat dalam upaya sukseenya mengatasi penyakit kolera yang melanda kota London. Hal
yang perlu dicatat di sini adalah bahwa John Snow mempergunakan pendekatan epidemiologi
dalam menganalisis wabah

penyakit kolera, yaitu dengan menganalisis fakmr tempat’ orang, dan waktu-sehingga dia
dianggap ‘

sebagai "lhe Father of Epidemiology. pada akhir abad ke-l9 dan di awal abad ke-20. pendidikan
untuk tenaga kesehatan yang

Profesional mulai dikembangkan. Tahun 1893‘ John Hopkins-seorang pengusaha wiski dari
Amerika memelopori berdirinya universitas Yang di dalamnya terdapat Fakultas Kedokteran.
Pada tahun I908 sekolah kedokteran mulai me'Webar kc Eropa. Kanada, dan negara-negara lain.
Dalam perkembangannya, kurikulum sekolah kNokteran mulai memerhatikan masalah
kesehatar‘ masyarakat d3" SUdah didasarkan Pada suatu asumsi bahwa penyakit dan kesehatan
merupakan hasii interaksi yang dinamis antara faktor genetik, lingkungan fisik, lingkungan sosial
(termasuk kondisi kerja), kebiasaan perorangan, d3" pelayanan kesehatan. Dari segi pelayanan
kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah Amerika membentuk Departemen
Kesehatan yang pertama kali dengan tujuan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi
penduduk, termasuk perbaikaf‘

dan pengawasan sanitasi lingkungan.

penuemsnncnn KESEHIITIIII mnnnnmmDI Inbonesm

Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia di mulai pada abad ke-16, yaitu dimulai
dengan adanya upaya pemberantasan penyakit cacar dan kolera yang sangat ditakuti oleh
masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk ke Indonesia tahun 1927, dan pada tahun 1937
terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura
dan mulai berkembang di Indonesia, sehingga berawal dari wabah kolera tersebut pemerintah
Belanda (pada waktu itu Indonesia dalam penjajahan Belanda) melakukan upaya-upaya
kesehatan masyarakat. Gubernur Ienderal Deandels pada tahun 1807 telah melakukan upaya
pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan
angka kematian bayi (infant mortality rate) yang tinggi. Namun, upaya ini tidak bertahan lama,
akibat langkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru kemudian di tahun 1930, program ini dimulai
lagi dengan didaftarkannya para dukun bayi sebagai penolong dan perawat persalinan. Pada
tahun 1851 berdiri sekolah dokter Iawa oleh dr. Bosch dan dr. Bleeker-Kepala Pelayanan
Kesehatan Sipil dan Militer di Indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA (School Tot
Oplelding van Indiche Arsten) atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913
didirikan sekolah dokter yang ke-2 di Surabaya dengan nama NIAS (Nederland Indische Artsen
School). Pada tahun 1927 STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan sejak berdirinya
Universitas Indonesia tahun 1947, STOVIA berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Selain itu, perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia juga ditandai dengan berdirinya
Pusat Laboratorium Kedokteran di Bandung tahun 1888-tahun 1938 pusat laboratorium ini
berubah menjadi Lembaga Eykman. Selanjutnya, laboratorium-laboratorium lain juga didirikan
di kota-kota seperti Medan, Semarang, Makasar, Surabaya, dan Yogyakarta dalam rangka
menunjang pemberantasan penyakit malaria, lepra, cacar, serta penyakit lainnya, bahkan
lembaga gizi dan sanitasi juga didirikan.

Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke Indonesia dan tahun 1933-1935 penyakit ini menjadi
epidemis di beberapa tempat, terutama di Pulau Iawa. Pada tahun 1935 dilakukan program

pemberantasan penyakit pes dengan cara melakukan penyemprotan DDT terhadap rumah-
rumah penduduk dan vaksinasi massal. Tercatat sampai pada tahun 1941, 15 juta orang telah
divaksinasi. Pad;

tahun 1925’ HYdIiCh-seorang petugas kfsehztan Pemerintah Belanda-melakukan Pengamatan


terhadap masalah tingginya angka kemanan anDkeSakitan di Banyumas Purwokerto. Dari ha,“
Penmatan dan analisisnya, disimPulkan ba wa tingginya angka kesakjtan dan kematian di kedu.
daerah tersebut dikarenakan burukn)’a kfmdl.“ sanitasi lingkungan, masyarakat bums air besa, di
sembarang tempat, dan penggunaan a" mlnum dari sungai yang telah tercemar. Kesimpulan ““8
diPeroleh adalah bahwa mndahnya Wm“ hngkungan dikarenakan perilaku Penduduk yang
kum‘g 581k. sehingga Hydrich memulai "Pa“ kesehatan masyarakat dengan mengembangkan
daemh percontohan, yaitu dengan care me] . an Pmmosi mengenai pendidikan kesehatan.
Sampai sekmng usaha Hydrich ini dianggaP “bag“ awa] kesellatan masyarakat di Indonesia.

Memasuki zaman kemerdekaana 53'” Sat“ tonggak perkembangan kesehatan masYal’akat di


l“donesia adalah saat diperkenalkannya KonseP Bandung (Bandung Plan) pada tahun 1951 Oleh
dF-Y. Leimena dan dr. Patah-yang selanjutnya dikenal dengan nama Patah-Leilnena. Dalam
konsep ini, diperkenalkan bahwa dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat, aspek
preventifdan kuratif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam mengembangkan sistem
pelayanan kesehatan, kedua “M ini tidak boleh dipisahkan. baik di rumah ”kit maupun di
puskesmas. Selanjutnya, pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan
masyarakat oleh dr. Y. Sulianti dengan berdirinya Proyek Bekasi (Lemah Abang) sebagai proyek
Percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di
Indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini juga menekankan pada
pendekatan tim dalam pengelolaan program kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep
pelayanan terpadu ini, terpilih delapan desa wilayah pengembangan masyarakat.
. Sumatera Utara: Indrapura Lampung

Iawa Barat: Bojong Loa Iawa Tengah: Sleman Yogyakarta: Godean

Iawa Timur: Mojosari

Bali: Kesiman

Kalimantan Selatan: Barabai

9°N9‘Snzk1-HP"

Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang ini. Pada bulan
November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan program kesehatan
magyarakat terpadu sesuai dengan kondjsi dan kemampuan rakyat Indonesia, yaitu mengenai
komep puskesmas-yang dipaparkan oleh dLAchmad Dipodilogo-yang mengacu pada Konsep
Bandung dan Proyek Bekas'L Dalam seminar ini talah disimpulkan dan disepakati mengenai
sistem puskesma. yang terdiri atas til)e A, B, dan C. Akhjmya pada tahun 1968 dalam rapat kerja
kesehatan nasional, dicetUSkan bahwa puskesmas merupakan suatu sistem pelayanan
kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan 0131‘ pemerintah (Departemen Kesehatan)
menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Winas)

puskesmas disepalmti sebagai sum, unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayamn
kuratif dan preventifse‘cara tCrpaldu, menyeluruh. dag mudah dijangkau. dalam wilayah ken.
kecamatan atau 5:383“ ketamatan (11 kotamadya atau kabupaten. Sebagai lini tctdcpan
Pembangunan kese mpuskesmas dihmpkan sclalu vegan Untuk it'll. duperkenalhnlah PW untuk
selalll mengua PuSkesmas (strengthening pushesmas). D! M8313 berkembmg RM

Indonesia» fasilitas kmham berlandaskan masyarakat ditasakan lebih efckuf dan Peg“
Dcpartemen kcsehatan telah membuat usaha intensif unmk membangun puskesmas yang
kemudian dimasukkan kc dalam master plan untuk opemsi Penguatan pelayanan kesehatan
nasional. Kegiatan Pokok dalam program dasar clan utama puskesmas mencakup 18 kegiatan,
yaitu:

l. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Keluarga Berencana (KB). Gizi. Kesehatan lingkungan.

Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta imunisasi, Penyuluhan kesehatan


masyarakat.

Pengobatan.

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Perawatan kesehatan masyarakat.

10. Kesehatan gigi dan mulut.

11. Usaha kesehatan jiwa.

12. Optometri.

13. Kesehatan geriatrik.

14. Latihan dan olahraga.


15. Pengembangan obat-obatan tradisional. 16. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). 17.
Laboratorium dasar.

18. Pengumpulan informasi dan pelaporan untuk sistem informasi kesehatan.

PPNQPPP’P

Pada tahun 1969, sistem puskesmas hanya disepakati dua saja, yaitu Puskesmas tipe A Yang
dikelola oleh dokter dan Puskesmas tipe B yang dikelola oleh seorang paramedis. Dengan
adanya perkembangan tenaga medis, maka pada tahun 1979 tidak diadakan perbedaan
Puskesmas tipe A atau tipe B-hanya ada satu puskesmas saja, yang dikepalai oleh seorang
dokter. Namun, kebijakan tentang pimpinan puskesmas mulai mengalami perubahan tahun
2000, yaitu puskesmas tidak harus dipimpin oleh seorang dokter, tetapi dapat juga dipimpin
oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat. Hal ini tentunya diharapkan dapat membawa perubahan
yang positif, di mana tenaga medis lebih diarahkan pada pelayanan langsung pada klien dan
tidak disibukkan dengan urusan adminstratif/ manajerial, sehingga mutu pelayanan dapat
ditingkatkan. Di provinsi Jawa Timur misalnya, sudah dijumpai Kepala Puskesmas dari lulusan
Sarjana Kesehatan Masyarakat seperti di Kabupaten Gresik, Bojonegoro, Bondowoso, dan lain
sebagainya. Pada tahun 1979 dikembangkan satu peranti manajerial guna penilaian puskesmas,
yaitu stratifikasi puskesmas, sehingga dibedakan adanya:

l. Strata l, puskesmas dengan prestasi sangat baik 2. Strata 2, puskesmas dengan prestasi rata-
rata atau standar.

3. Strata 3, puskesmas dengan prestasi di bawah rata-rata.

Peranti manajerial puskesmas yang lain berupa microplanning untuk perencanaan dan lokakarya
mini untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerja sama tim. Pada tahun 1984,
tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan berkembangnya program paket terpadu
kesehatan dan Keluarga Berencana (Posyandu) yang mencakup Kesehatan Ibu dan Anak,
Keluarga Berencana, gizi, penanggulangan penyakit diare, dan imunisasi.
Sampai dengan tahun 2002, jumlah puskesmas di Indonesia mencapai 7.309. Hal ini berarti 3,6
puskesmas per 100.000 penduduk atau satu puskesmas melayani sekitar 28.144 penduduk.

-, “entara nu, )uuuuu QQSa di I n . 98m n‘enca

SM,“ Puskesmas ““mktia Sep 1 0 £000 penduduk. ’“mlah u U Uh deSa d‘ . Skesm 3 mm?

Pat 70.92! pada tahun 2003, yang berarti setidaknya rNemenuhl kebutuhan pelayanan

andnngkan dengan rumah sakit yang haruS melayani

. torus dikcmban k b'h lanjut untuk . h ter encll‘ . 8 an dan dlatur le I l daera P D‘ anr Prima.
lumlah Puskesmas masih jauh dari memadai’ terutama

. a Jerkadang beberapa kah lebih Illa dan Sumatem. puskesmas harus menangani wilayah yang
Inas, Mikit. Sebuah puskesmas tErk S dari Sntu kabupatcn di Iawa) dengan jumlah penduduk
yang 19b“!

a . . Renduduk puskesmas term“ Mullins lztgi'lgglayanl 10.000 penduduk. Selain itu. bag!
sebagman u L .

Hummus mtmnm owns romnnx pemvnnnn

Mat ini_ pemerintah menjadikan puskesmas sebagai ujung tombak utama pelayanan kesehatan
pada masyarakat sekaligus sebagai wadah isu strategis. Misalnya, isu strategis aksesibilitas
layanan dan penyediaan sumber daya manusia serta sarana prasarana. puskesmas juga mampu
menjadi tempat pelayanan kesehatan pilihan utama masyarakat, karena dekat dengan tempat
tinggal dan murah dari segi biaya pelayanan-rata-rata biaya retribusi yang dikenakan berkisar Rp
1500,00 sampai RD 2000,00. Bahkan berbagai daerah telah menerapkan program pengobatan
gratis yang difokuskan untuk rawat jalan bagi setiap lapisan masyarakat, baik kaya maupun
miskin. Hal ini dilaksanakan oleh pemerintah daerah agar masyarakat menyadari pentingnya
berobat ke puskesmas. Dengan diberlakukannya pengobatan gratis di puskesmas, maka
puskesmas tidak lagi dibebani pemasukan dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sebaliknya,
daerah mengalokasikan sejumlah dana untuk mendukung operasionalisasi di puskesmas, seperti
biaya obat-obatan.

Selain menjadikan puskesmas ujung tombak layanan, pemerintah daerah juga mulai

mendekatkan layanan dokter spesialis kepada masyarakat. Umumnya ada dua cara yang
ditempuh daerah, yaitu menempatkan dokter spesialis di puskesmas atau menentukan
puskesmas khusus (spesiflkasi). Kebijakan menempatkan dokter spesialis di puskesmas
dilatarbelakangi oleh anggapan bahwa dokter spesialis identik dengan pelayanan kesehatan
yang mahal atau hanya bisa diperoleh masyarakat apabila berobat kc rumah sakit. Bagi daerah
yang belum mampu menempatkan layanan dokter spesialis di setiap puskesmas, daerah
mengatasinya dengan dokter spesialis keliling. Sampai saat ini, dokter spesialis yang banyak
ditempatkan di puskesmas adalah dokter spesialis kandungan. mata, kulit, dan penyakit dalam.
Sementara itu, kebijakan menjadikan puskesmas sebagai puskesmas spesifikasi biasanya
didasari oleh kondisi geografis daerah. Puskesmas spesifnkasi yang banyak didirikan, khususnya
di Iawa Timur adalah puskesmas khusus mata, obstetri-ginekologi, puskesmas bencana, dan
puskesmas wisata.

KONSIP PUSKESMAS

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfung“
sebagai pusat pembanguanan kesehatan, pusat pembinaan partisipasi masyarakat dalam bidang
kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegnatan
m Secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada 5‘1““ masyarakat yang bertcmpa!
t
dalam suatu wilayah tertentu.

pgplNlSI PIISKISMAS para ghli mendetinisikan puskesmas sesuai dengan perkembang‘m dan
tuntutan pelayanan kesehatan.

l)ef“1isi puskesmas antara lain sebagai berikut.

1.

$4

Azrul Azwar (1980). Pusat Kesehatan MaSYarakat (Puskesmas) merupakan suatu kesatuan
organisasi fungsional yang langsung memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada
masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.
Departemen Kesehatan RI (1981). Pusat KCSehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan suatu
kesatuan organisasi kesehatan yang langsung memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terintegrasi kepada masyarakat di wilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha
kesehatan pokok.

Departemen Kesehatan RI (1987). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan pusat


pembagunan kesehatan yang berfungsi mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat.
serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam
bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya.

Departemen Kesehatan RI (1991). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan suatu


kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dalam memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
FUNGSI PIISKESMAS

Fungsi pokok puskesmas, antara lain:

sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya;

l.

2. membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan


kemampuan untuk hidup sehat;

3. memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di


wilayah kerjanya.

Sementara proses dalam melaksanakan fungsinya dilakukan dengan cara:

l. merangsang masyarakat, termasuk pihak swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka
menolong dirinya sendiri;

2. memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan


sumber daya yang ada secara efektif dan eflsien;

3. memberi bantuan, baik yang bersifat bimbingan teknik materi, rujukan medis, maupun
rujukan kesehatan kepada masyarakat;

4. memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat;


5. bekelja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program
puskesmas.

VISI PUSKISMAS

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan pusat
kesehatan adalah sebagai berikut.

l. 2.

3.

Masyarakat hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat.

Memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dam
merata.

Memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Repubhk lndoncsu.

“,5. pllSKISMAS

Misi Puskesmas sebagai pusat Pengeln"“"3a" kmhm" Yang clapat dilakukan memui herbaga i

upaya. antara lain sebagai berikut. 1, Memperluas Jangkauan pelayanan keSChMan sampal kc
desa-dcsa.
2. Meningkatkan mum pelayaumn kesehatan. 3. Mengadakan Petalatan dan obat-olmtan
disesuaikan dengan kebutuhan masYal‘akat.

4. Mengembangkan Pembangunan Keschatan Masyarakat Desa (PKMD)

SMTIGI PIISKESMAS

Strategi puskesmas untuk mewujudkan pembangunan kesehatan antara lain: l. pelayanan


kesehatan yang bersifat mCWeIuruh (comprehensive health care service);

2. pelayanan kesehatan yang menerapkan Pendekatan yang menyeluruh (holistic approach),

SASARAN DAN MEKANISME PELAVANAN KEPERAWA‘I'AN KESEHA‘I‘AN MASYAMKA‘I' DI


PUSKESMAS

Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan. Keluarga dengan risiko tinggi. Keluarga
dengan kasus tindak lanjut keperawatan.

Pembinaan kelompok khusus (sesuai prioritas daerah). Pembinaan desa atau masyarakat
bermasalah (sesuai dengan prioritas daerah).

w9w

PELAYANAN PUSKESMAS
l. Pelayaran di Dalam Gedung a. Penerimaan klien di loket pendaftaran. b. Proses seleksi kasus
prioritas. Pelayanan medis yang diberikan berupa: asuhan keperawatan, dari proses seleksi akan
diketahui sasaran prioritas dan

nonprioritas-sasaran prioritas perlu ditindaklanjuti berupa rujukan ke rumah

sakit atau rujukan ke puskesmas dengan ruang rawat inap; tindak lanjut pelayanan kesehatan
dapat berupa asuhan keperawatan keluarga,

kelompok, dan masyarakat. Penyampaian informasi klien yang memerlukan tindak lanjut asuhan
keperawatan di

c. rumah.

2. Pelayanan di Luar Gedung Mempelajari informasi mengenai data kesenjangan pelayanan


kesehatan dan

a. menampung informasi yang berasal dari masyarakat.

b. Seleksi untuk mendapatkan sasaran prioritas, yaitu: individu, keluarga. kelompok. clan
masyarakat.

c. Menyampaikan informasi sasaran prioritas.

Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap sasaran prioritas.


KNIATAN POIOI WSIBMAS

Mandi": Bulm Woman Kenn Puakumas yang tether“. mdapai 20 usaha pokok kesehatan yang
4.9.: duakuk-n oleh pmkeamns. Namun, peInknn‘m‘nyn sangat bergamung pada faktor tennga,
mm dun muranm Nay: yang mud“. gem komampuan manajemen dari Hap-uap puskesmas.
[\qmtan pnknk puqkesmas amnrn lain sebaga! berikm.

I Up!“ Kesehuan [bu dan Annk (KIA)

Pemeliharaan kesehatan Ibu ham“; Melahlrkan dan menyusui; Sena bayi, anak banta.

‘ dun anak praselmlah.

b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang makanan gum mencegah gm buruk,

c. lmunisasi.

d‘ Pemberian pendidlkan kesehatan tentang perkembangan anak dan cam menstimulasinya.

e. Pcngobatan bagi ibu, bayi, anak balita, serta prasekolah yang menderita bermacam

macam penyakit ringan, dan lain-lain_

2. Upaya Keluarga Berencana (KB) Mengadakan kursus Keluarga Berencana untuk para ibu dan
calon ibu yang mengunjungi
& KIA.

b. Mengadakan kursus Keluarga Berencana kepada dukun yang akan bekerja sebagai penggerak
calon peserta Keluarga Berencana.

c. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai cam pemasangan IUD, cara-cara

penggunaan pil, kondom, dan alat-alat kontrasepsi lainnya. 3. Upaya perbaikan gizi a. Mengenali
penderita-penderita kekurangan gizi. b. Mengembangkan program perbaikan gizi. c.
Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat. 4_ Upaya kesehatan lingkungan Penyehatan air
bersih.

l: Penyehatan pembuangan kotoran. c. Penyehatan lingkungan perumahan. d, Penyehatan


limbah. c. Pengawasan sanitasi tempat umum. L Penyehatan makanan dan minuman. g.
Pelaksanaan peraturan perundangan. 5, Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular a. Mengumpulkan dan menganalisis data penyakit. b. Melaporkan kasus penyakit
menular. c. Menyelidiki benar atau tidaknya laporan yang masuk. d Melakukan tindakan
permulaan untuk mencegah penyebaran penyakit menular. e Menyembuhkan penderita,
sehingga tidak lagi menjadi sumber infeksi. f. Pemberian imunisasi.

8Pemberantasan vektor. 11Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. 5' Upaya pengobatan a.


Melaksanakan diagnosis sedini mungkin melalui:

. mendapatkan riwayat penyakit; . mengadakan pemeriksaan fisik; o mengadakan pemeriksaan


labofatorium. membuat diagnosis. ’ b. Melaksanakan tindakan pengobatam c. Melakukan upaya
rujukan. 7. Upaya penyuluhan kesehatan masyarakat a. Kegiatan penyuluhan kesehatan
dilakukan 01 ch petugas di ldinik. mmah, dan kelompok‘ _ kelompok masyarakat. 1). Di tingkat
puskesmas tidak ada petugas penyuluhan tersendiri, tetapi d1 tingkat kabupaten terdapat
tenaga-tenaga k00rdinator p e nyuluhan kesehatan. 8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) 9.
Kesehatan olahraga 10. Perawatan kesehatan masyarakat ll. Usaha kesehatan kerja 12. Usaha
kesehatan gigi dan mulut 13. Usaha kesehatan jiwa 14. Kesehatan mata 15. Laboratorium
(diupayakan tidak lagi sederhana) 16. Pencatatan dan Pelaporan Sistem Informasi Kesehatan 17.
Kesehatan usia lanjut 18. Pembinaan pengobatan tradisional

Kegiatan pokok puskesmas bersifat dinamis dan berubah sesuai dengan kondisi masyarakat‘ Di
samping penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok puskesmas tersebut d1 atas, puskesmas
sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan program kesehatan tertentu oleh
pemerintah pusat, misalnya melaksanakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN). Dengan demikian,
balk petunjuk

pelaksanaan maupun perbekalan akan diberikan oleh pemerintah pusat bersama pemerintah
daerah.

PIRAN PIISKESMAS

Dalam konteks otonomi daerah seperti saat ini, puskesmas mempunyai peran yang sangat vital
sebagai institusi pelaksana teknis. Puskesmas dituntut memiliki kemampuan manajerial yang
baik dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran
tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui sistem
perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan-kegiatan yang tersusun rapi, serta
memiliki sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Selain itu, puskesmas juga dituntut
berperan serta aktif dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan
pelayanan kesehatan secal’a komprehensif dan terpadu.

WILAYAI'I KEMA PUSKESMAS

WilaYah kerja Puskesmas meliputi sat“ mama“ 3““ “wan dari kecamatan. Faktot kW Penduduk,
luas daerah geogmfls, dan keadaan mm 1mm)“ mempakan bahan perdeG’"

1:
\

dalam mcnentukan mlm ah krna pmkcsmas. Puskeqm“ mcrupakan perangkal Pemerintah


Daerah Tungkat ll. schmgga pcmhagian wnlayah kcrjn puqkom‘m dudapkan oleh Bupati setelah
mendengar saran tckm: darn lxamor Wllm ah Depnrlcmcn Kesehatan vaimi. Di kota besar.
wilayah kerja puskmmas bna ham'a satu kclurahnn dan puskesmas d. ibukom kecamalan
menjadi puskesmas; rupukan yang bcrlungsn schaga pusat ruiukan dari puskesmas kclurahan.
Selain itu, puskesmas d: kaamatan iuga mempunyai fungsi koordinasi. Sasaran penduduk yang
dilayani oleh sebuah

pmkmmas rota ram 30.000 penduduk.

EASIU'I'AS PINUNJANG Dalam ranska memperluas jangkauan pelayanan kesehatan yang


diberikan, puskesmas perlu dltuniang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana,
antara lain sebagai berikut.

1, Puskesmas Pembantu Puskesmas Pembantu yang lebih sering dikenal sebagai Pustu atau
Pusban adalah unit

pelayanan kesehatan sederhana yang berfungsi menunjang dan membantu pelaksanaan


kegiatan-kegiatan puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil. Puskesmas
Pembantu merupakan bagian integral dari puskesmas. Setiap puskesmas memiliki beberapa
Puskesmas Pembantu di dalam wilayah kerjanya. Namun, terdapat beberapa puskesmas yang
tidak memiliki Puskesmas Pembantu, khususnya puskesmas di daerah perkotaan.

2. Puskesmas Keliling Puskesmas Keliling merupakan unit pelayanan kesehatan keliling yang
dilengkapi dengan
kendaraan bermotor roda empat atau perahu motor, peralatan kesehatan, peralatan
komunikasi, serta sejumlah tenaga yang berasal dari puskesmas. Puskesmas Keliling berfungsi
menunjang dan membantu kegiatan puskesmas dalam wilayah yang belum terjangkau oleh
pelayanan

kesehatan. Kegiatan Puskesmas Keliling antara lain: memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat di daerah terpencil atau daerah

a. yang sulit dijangkau oleh pelayanan puskesmas;

b melakukan penyelidikan tentang Kejadian Luar Biasa (KLB);

c. dapat dipergunakan sebagai alat transportasi penderita, misalnya dalam rangka rujukan kasus
darurat;

d. melakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan alat audiovisual.

Bidan Desa Di setiap desa yang belum memiliki fasilitas pelayanan kesehatan, Bidan Desa
ditempatkan

untuk tinggal di desa tersebut untuk memberikan pelayanan kesehatan. Bidan Desa
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas. Wilayah kerja Bidan Desa adalah satu
desa dengan jumlah penduduk rata-rata 3.000 jiwa. Tugas utama Bidan Desa adalah
meningkatkan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan melalui pembinaan posyandu
dan pembinaan kelompok dasawarsa, serta pertolongan persalinan di rumah penduduk. Dalam
perkembangannya, batasan-batasan di atas makin kabur seiring dengan diberlakukannya
Undang-Undang Otonomi Daerah yang lebih mengedepankan desentralisasi. Dengan otonomi,
setiap Daerah Tingkat II memiliki kesempatan untuk mengembangkan puskesmas sesuai
Rencana Strategis (Renstra) Kesehatan Daerah dan Rencana Pembangunan )angka
Menengah Daerah (RPJMD) Bidang Kesehatan, sesuai dengan situasi dan kondisi Daerah Tingkat
II.

WAYNE" IISINAIAN NMUIUN pdmmn kesehaun yang diberihn pud‘t‘m“ adalah pelayanan
kcschatan yang menyelumh, Yang

meltputi peluvtmn: l. pcnmbmn (mm):

2. pmcegahm (pmmniw): 3. peningkatan kesehatan (pmmonw). t pemulihan kaehatan


(nhabtlitanwl

mAVMAN KBM‘I’AN INTEGRATIF

SM!“ ‘d‘ puskesmas, pelayanan kesehatan di kecamatan meliputi Balai Pengobatan,Ba1ai


Kuejahteraan [bu dan Anak, usaha higiene Sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit
menu];1 dan lainlain. Usahausaha tersebut masih bekerja sendiri sendiri dan bertanggung
jawab langSung‘ kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II. Dengan adanya sistem pelayanan
kesehatan melalui Pllsat kesehatan masyarakat, yaitu puskesmas. Oleh karena itu, berbagai
kegiatan pokok puskesmas

dilaksanakan bersama di bawah satu koordinasi dan satu pimpinan.

KEDIIDIIKAN PUSKESMAS

.1. Kedudukan dalam bidang administrasi Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah
Tingkat II dan bertanggung jawab
langsung, baik teknis maupun administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II.

2. Kedudukan dalam hierarki pelayanan kesehatan Dalam urutan hierarkj pelayanan kesehatan
sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional

(SKN), maka puskesmas berkedudukan pada tingkat fasilitas kesehatan pertama. Apa yang
dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah fasilitas, sedangkan dalam hal
pengembangan kesehatan. puskesmas dapat meningkatkan dan mengembangkan diri ke arah
modernisasi sistem pelayanan kesehatan di semua lini, baik promotif, preventif maupun
rehabilitatif sesuai kebijakan rencana strategis daerah tingkat II di bidang kesehatan.

S‘I'RllK‘l'llll ORGANISAsl DAN TA‘I‘A KEMA

Susunan organisasi puskesmas: 1Unsur pimpinan: Kepala Puskesmas

2Unsur pembantu pimpinan: Urusan Tata Usaha 3Unsur pelaksana: Unit 1, Unit 11, Unit III, Unit
IV, Unit V, Unit VI, dan Unit VII

remap: nnxemmncnn Kulmn-nn mnnannKnT

Periode perkem'bzngan kegelziatnn mesyarakm terdm atas periode sebelum “mu pengetahUan
‘53. (pmaenttfic perm ) an pe 0 e mu Pengetahuan (scieu‘m‘ Pe'wd)‘ Tr; «9‘

PERIOD! SIBILIIM ILMII PENGITAHIIAN (PRISCIENTIFIC PERIOD) 3233:: perkcmbanga" kesehatan


masyarakat sebelum “mu engetahuan tidak daPat dipisahkan dari 1:“; seiamh kebudayaan yang
ada di dunia, di amaranya a:alah budaya dari bangsa Babiloma, Mes“, 3‘ Yunani» dan Romawi.
Bangsa bangsa tersebut menunjukkan bahwa manusia telah melakUkan 2‘ ”58m untuk
menanggulangi masalah-masalah kesehat an magyafakat dan penyakit. Pada Zaman "‘ gersebut
diperoleh catatan bahwa telah dibangun temp at pembuanga“ kotoran (latrin) umum untuk
$2225; menampuns tinja atau kotoran manusia serta digalinya susia. Saat itu latrin dibangun
dengan tujuan :IEESI agar tinja tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan pandangan yang
tidak menyenangkana 3:35 belum ada pemikiran bahwa latrin dibangun dengan alasan
kesehatan karena tinja atau kotoran {22 manusia dapat menularkan penyakit. Pembuatan susia
oleh masyarakat pada masa itu juga karena :3 air sungai yang biasa mereka minum sudah kotor.
dan terasa tidak enak» bukan karena minum air 32

sungai dapat menyebabkan Penyakit (Greene, 1984). Dari dokumen lain juga tercatat bahwa
pada man RomaWI Kuno telah dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan kepada
masyarakat

i1nmk (Hanlon, 1974): 1_ mencatatkan pembangunan rumah;

2, melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya; 3, melaporkan binatang


peliharaan/ternak yang dapat menimbulkan bau; 4, pemerintah melakukan supervisi ke tempat-
tempat minuman (public bar), warung makanan,

tempat prostitusi, dan lain-lain.

Setelah itu, kesehatan masyarakat makin dirasakan perlunya di awal abad ke-l sampai ke-7

dengan alasan sebagai berikut. 1, Berbagai penyakit menular mulai menyerang penduduk dan
telah menjadi epidemi, bahkan

ada yang menjadi endemis. Di Asia, khususnya Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika muncul
penyakit kolera yang telah

2. tercatat sejak abad ke-7-bahkan di India penyakit kolera telah menjadi endemis. Penyakit
lepra telah menyebar ke Mesir, Asia kecil, dan Eropa melalui para emigran.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi kasus epidemi dan endemis, di amaranya
masyarakat mulai memerhatikan masalah: lingkungan, terutama higiene dan sanitasi
lingkungan; pembuangan kotoran manusia (latrin); mengusahakan air minum bersih;

pembuangan sampah; pembuatan ventilasi yang memenuhi syarat.

Pada abad kel4 mulai terjadi wabah pes yang dasyat di Cina dan India. Pada tahun 1340 telah
tercatat l3 juta orang meninggal karena wabah pes. Di India, Mesir, dan Gaza dilaporkan bahwa
13nbu orang meninggal tiap hari karena serangan pes. Berdasarkan catatan, jumlah orang yang

meninggal karcna wabah penyakit pea di seluruh dunla waktu itu mencapai lebih dari 60 jute
Oran sehinggn kejadmn Pada waktu itu dlsebut '1he Black Death”-serangan wabah PenYakit
menu} ml berlangsung sampai ahad kc 18. Di samping wabah pes, wabah kolera dan tifus juga
mas' berlangsunsPada tahun 1603 lebih darl l darl 6 orang meninggal karena penyakit menular,
d tahun 1665 seknar l dart S orang menmggal. Pada tahun 1759 dilaporkan 70 ribu orang
Pendudu di Kepulauan Cyprus meninggal karena penyakit menular. Penyakit lain yang menjadi
wabah antata lain dlpteri. tifus, disemri. dan Iain-lain.

nmool ILMII PINGITAIIIIAN (SC'ENTIFIC PERIOD)

Pads akhir abad ke18 dan di awal abad ke-l9, bangkitnya ilmu pengetahuan mempunyai dammk
yang sangat luas pada segala aspek kehidupan manusia, termasuk pada aspek kesehatan. Pada
abad ini pendekatan dalam penanganan masalah kesehatan tidak hanya memandang pada
aspek biologs saja. tetapi sudah komprehensif dan multisektoral. Selain itu, telah ditemukan
berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegahan penyakit, seperti pada
Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Penemu dan Hasil Pengmuan dalam Penanggulan Penyakit


Penemu Hasil Temuan Louis Pasteur Vaksin untuk mencetah venyakit cacar Jose-h Lister Asam
carbol carbolic an" untuk stren'lisasi ruanv operasi William Marton Ether sebacai anestesi pada
waktu operasi

Upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai dilaksanakan di Inggris. Hal ini terkait
dengan wabah penyakit endemis kolera tahun 1832 yang terjadi pada masyarakat di perkotaan,
terutama yang miskin. Parlemen Inggris membentuk komisi penanganan pada penyakit ini dan
Edwin Chadwich-seorang pakar sosial (social scientist)--ditunjuk sebagai ketua komisi untuk
melakukan penyelidikan mengenai penyebab wabah kolera ini. Hasil penyelidikan yang
dilaporkan di antaranya yaitu masyarakat yang hidup dalam kondisi sanitasi yang buruk, susia
penduduk berdekatan dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia, adanya aliran
air limbah terbuka yang tidak teratur, makanan yang dijual di pasar tidak higienes (dihinggapi
lalat dan kecoa), sebagaian besar masyarakat hidup miskin, serta bekerja rata-rata l4 jam per
hari sementara gaji yang diperoleh tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hasil laporan
Edwin Chadwich tersebut dilengkapi dengan analisis data yang lengkap dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Akhirnya, parlemen Inggris mengeluarkan undang-
undang yang mengatur upayaupaya peningkatan kesehatan penduduk dan berbagai peraturan
tentang sanitasi lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik, dan lain-lain.

Berawal dari penelitiaannya, Edwin Chadwich tertarik untuk lebih jauh mempelajari kesehatan
masyarakat, sehingga saat itu ia menjadi pioneer dalam ilmu kesehatan masyarakat. Generasi
setelah Chadwich adalah Winslow-murid Chadwich-yang kemudian dikenal sebagai pembina
kesehatan masyarakat modem (public health modern). Winslow merumuskan defmisi kesehatan
masyarakat yang kemudian diterima oleh WHO. Sejak saat itu, lahirlah berbagai macam detinisi
sehat. John Snow, adalah seorang tokoh yang sudah tidak asing dalam dunia kesehatan
masyarakat dalam upaya sukseenya mengatasi penyakit kolera yang melanda kota London. Hal
yang perlu dicatat di sini adalah bahwa John Snow mempergunakan pendekatan epidemiologi
dalam menganalisis wabah

penyakit kolera, yaitu dengan menganalisis fakmr tempat’ orang, dan waktu-sehingga dia
dianggap ‘
sebagai "lhe Father of Epidemiology. pada akhir abad ke-l9 dan di awal abad ke-20. pendidikan
untuk tenaga kesehatan yang

Profesional mulai dikembangkan. Tahun 1893‘ John Hopkins-seorang pengusaha wiski dari
Amerika memelopori berdirinya universitas Yang di dalamnya terdapat Fakultas Kedokteran.
Pada tahun I908 sekolah kedokteran mulai me'Webar kc Eropa. Kanada, dan negara-negara lain.
Dalam perkembangannya, kurikulum sekolah kNokteran mulai memerhatikan masalah
kesehatar‘ masyarakat d3" SUdah didasarkan Pada suatu asumsi bahwa penyakit dan kesehatan
merupakan hasii interaksi yang dinamis antara faktor genetik, lingkungan fisik, lingkungan sosial
(termasuk kondisi kerja), kebiasaan perorangan, d3" pelayanan kesehatan. Dari segi pelayanan
kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah Amerika membentuk Departemen
Kesehatan yang pertama kali dengan tujuan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi
penduduk, termasuk perbaikaf‘

dan pengawasan sanitasi lingkungan.

penuemsnncnn KESEHIITIIII mnnnnmmDI Inbonesm

Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia di mulai pada abad ke-16, yaitu dimulai
dengan adanya upaya pemberantasan penyakit cacar dan kolera yang sangat ditakuti oleh
masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk ke Indonesia tahun 1927, dan pada tahun 1937
terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura
dan mulai berkembang di Indonesia, sehingga berawal dari wabah kolera tersebut pemerintah
Belanda (pada waktu itu Indonesia dalam penjajahan Belanda) melakukan upaya-upaya
kesehatan masyarakat. Gubernur Ienderal Deandels pada tahun 1807 telah melakukan upaya
pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan
angka kematian bayi (infant mortality rate) yang tinggi. Namun, upaya ini tidak bertahan lama,
akibat langkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru kemudian di tahun 1930, program ini dimulai
lagi dengan didaftarkannya para dukun bayi sebagai penolong dan perawat persalinan. Pada
tahun 1851 berdiri sekolah dokter Iawa oleh dr. Bosch dan dr. Bleeker-Kepala Pelayanan
Kesehatan Sipil dan Militer di Indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA (School Tot
Oplelding van Indiche Arsten) atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913
didirikan sekolah dokter yang ke-2 di Surabaya dengan nama NIAS (Nederland Indische Artsen
School). Pada tahun 1927 STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan sejak berdirinya
Universitas Indonesia tahun 1947, STOVIA berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Selain itu, perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia juga ditandai dengan berdirinya
Pusat Laboratorium Kedokteran di Bandung tahun 1888-tahun 1938 pusat laboratorium ini
berubah menjadi Lembaga Eykman. Selanjutnya, laboratorium-laboratorium lain juga didirikan
di kota-kota seperti Medan, Semarang, Makasar, Surabaya, dan Yogyakarta dalam rangka
menunjang pemberantasan penyakit malaria, lepra, cacar, serta penyakit lainnya, bahkan
lembaga gizi dan sanitasi juga didirikan.

Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke Indonesia dan tahun 1933-1935 penyakit ini menjadi
epidemis di beberapa tempat, terutama di Pulau Iawa. Pada tahun 1935 dilakukan program

pemberantasan penyakit pes dengan cara melakukan penyemprotan DDT terhadap rumah-
rumah penduduk dan vaksinasi massal. Tercatat sampai pada tahun 1941, 15 juta orang telah
divaksinasi. Pad;

tahun 1925’ HYdIiCh-seorang petugas kfsehztan Pemerintah Belanda-melakukan Pengamatan


terhadap masalah tingginya angka kemanan anDkeSakitan di Banyumas Purwokerto. Dari ha,“
Penmatan dan analisisnya, disimPulkan ba wa tingginya angka kesakjtan dan kematian di kedu.
daerah tersebut dikarenakan burukn)’a kfmdl.“ sanitasi lingkungan, masyarakat bums air besa, di
sembarang tempat, dan penggunaan a" mlnum dari sungai yang telah tercemar. Kesimpulan ““8
diPeroleh adalah bahwa mndahnya Wm“ hngkungan dikarenakan perilaku Penduduk yang
kum‘g 581k. sehingga Hydrich memulai "Pa“ kesehatan masyarakat dengan mengembangkan
daemh percontohan, yaitu dengan care me] . an Pmmosi mengenai pendidikan kesehatan.
Sampai sekmng usaha Hydrich ini dianggaP “bag“ awa] kesellatan masyarakat di Indonesia.

Memasuki zaman kemerdekaana 53'” Sat“ tonggak perkembangan kesehatan masYal’akat di


l“donesia adalah saat diperkenalkannya KonseP Bandung (Bandung Plan) pada tahun 1951 Oleh
dF-Y. Leimena dan dr. Patah-yang selanjutnya dikenal dengan nama Patah-Leilnena. Dalam
konsep ini, diperkenalkan bahwa dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat, aspek
preventifdan kuratif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam mengembangkan sistem
pelayanan kesehatan, kedua “M ini tidak boleh dipisahkan. baik di rumah ”kit maupun di
puskesmas. Selanjutnya, pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan
masyarakat oleh dr. Y. Sulianti dengan berdirinya Proyek Bekasi (Lemah Abang) sebagai proyek
Percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di
Indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini juga menekankan pada
pendekatan tim dalam pengelolaan program kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep
pelayanan terpadu ini, terpilih delapan desa wilayah pengembangan masyarakat.

. Sumatera Utara: Indrapura Lampung

Iawa Barat: Bojong Loa Iawa Tengah: Sleman Yogyakarta: Godean

Iawa Timur: Mojosari

Bali: Kesiman

Kalimantan Selatan: Barabai

9°N9‘Snzk1-HP"

Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang ini. Pada bulan
November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan program kesehatan
magyarakat terpadu sesuai dengan kondjsi dan kemampuan rakyat Indonesia, yaitu mengenai
komep puskesmas-yang dipaparkan oleh dLAchmad Dipodilogo-yang mengacu pada Konsep
Bandung dan Proyek Bekas'L Dalam seminar ini talah disimpulkan dan disepakati mengenai
sistem puskesma. yang terdiri atas til)e A, B, dan C. Akhjmya pada tahun 1968 dalam rapat kerja
kesehatan nasional, dicetUSkan bahwa puskesmas merupakan suatu sistem pelayanan
kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan 0131‘ pemerintah (Departemen Kesehatan)
menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Winas)
puskesmas disepalmti sebagai sum, unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayamn
kuratif dan preventifse‘cara tCrpaldu, menyeluruh. dag mudah dijangkau. dalam wilayah ken.
kecamatan atau 5:383“ ketamatan (11 kotamadya atau kabupaten. Sebagai lini tctdcpan
Pembangunan kese mpuskesmas dihmpkan sclalu vegan Untuk it'll. duperkenalhnlah PW untuk
selalll mengua PuSkesmas (strengthening pushesmas). D! M8313 berkembmg RM

Indonesia» fasilitas kmham berlandaskan masyarakat ditasakan lebih efckuf dan Peg“

Dcpartemen kcsehatan telah membuat usaha intensif unmk membangun puskesmas yang
kemudian dimasukkan kc dalam master plan untuk opemsi Penguatan pelayanan kesehatan
nasional. Kegiatan Pokok dalam program dasar clan utama puskesmas mencakup 18 kegiatan,
yaitu:

l. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Keluarga Berencana (KB). Gizi. Kesehatan lingkungan.

Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta imunisasi, Penyuluhan kesehatan


masyarakat.

Pengobatan.

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Perawatan kesehatan masyarakat.

10. Kesehatan gigi dan mulut.

11. Usaha kesehatan jiwa.


12. Optometri.

13. Kesehatan geriatrik.

14. Latihan dan olahraga.

15. Pengembangan obat-obatan tradisional. 16. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). 17.
Laboratorium dasar.

18. Pengumpulan informasi dan pelaporan untuk sistem informasi kesehatan.

PPNQPPP’P

Pada tahun 1969, sistem puskesmas hanya disepakati dua saja, yaitu Puskesmas tipe A Yang
dikelola oleh dokter dan Puskesmas tipe B yang dikelola oleh seorang paramedis. Dengan
adanya perkembangan tenaga medis, maka pada tahun 1979 tidak diadakan perbedaan
Puskesmas tipe A atau tipe B-hanya ada satu puskesmas saja, yang dikepalai oleh seorang
dokter. Namun, kebijakan tentang pimpinan puskesmas mulai mengalami perubahan tahun
2000, yaitu puskesmas tidak harus dipimpin oleh seorang dokter, tetapi dapat juga dipimpin
oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat. Hal ini tentunya diharapkan dapat membawa perubahan
yang positif, di mana tenaga medis lebih diarahkan pada pelayanan langsung pada klien dan
tidak disibukkan dengan urusan adminstratif/ manajerial, sehingga mutu pelayanan dapat
ditingkatkan. Di provinsi Jawa Timur misalnya, sudah dijumpai Kepala Puskesmas dari lulusan
Sarjana Kesehatan Masyarakat seperti di Kabupaten Gresik, Bojonegoro, Bondowoso, dan lain
sebagainya. Pada tahun 1979 dikembangkan satu peranti manajerial guna penilaian puskesmas,
yaitu stratifikasi puskesmas, sehingga dibedakan adanya:

l. Strata l, puskesmas dengan prestasi sangat baik 2. Strata 2, puskesmas dengan prestasi rata-
rata atau standar.
3. Strata 3, puskesmas dengan prestasi di bawah rata-rata.

Peranti manajerial puskesmas yang lain berupa microplanning untuk perencanaan dan lokakarya
mini untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerja sama tim. Pada tahun 1984,
tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan berkembangnya program paket terpadu
kesehatan dan Keluarga Berencana (Posyandu) yang mencakup Kesehatan Ibu dan Anak,
Keluarga Berencana, gizi, penanggulangan penyakit diare, dan imunisasi.

Sampai dengan tahun 2002, jumlah puskesmas di Indonesia mencapai 7.309. Hal ini berarti 3,6
puskesmas per 100.000 penduduk atau satu puskesmas melayani sekitar 28.144 penduduk.

-, “entara nu, )uuuuu QQSa di I n . 98m n‘enca

SM,“ Puskesmas ““mktia Sep 1 0 £000 penduduk. ’“mlah u U Uh deSa d‘ . Skesm 3 mm?

Pat 70.92! pada tahun 2003, yang berarti setidaknya rNemenuhl kebutuhan pelayanan

andnngkan dengan rumah sakit yang haruS melayani

. torus dikcmban k b'h lanjut untuk . h ter encll‘ . 8 an dan dlatur le I l daera P D‘ anr Prima.
lumlah Puskesmas masih jauh dari memadai’ terutama

. a Jerkadang beberapa kah lebih Illa dan Sumatem. puskesmas harus menangani wilayah yang
Inas, Mikit. Sebuah puskesmas tErk S dari Sntu kabupatcn di Iawa) dengan jumlah penduduk
yang 19b“!
a . . Renduduk puskesmas term“ Mullins lztgi'lgglayanl 10.000 penduduk. Selain itu. bag!
sebagman u L .

Hummus mtmnm owns romnnx pemvnnnn

Mat ini_ pemerintah menjadikan puskesmas sebagai ujung tombak utama pelayanan kesehatan
pada masyarakat sekaligus sebagai wadah isu strategis. Misalnya, isu strategis aksesibilitas
layanan dan penyediaan sumber daya manusia serta sarana prasarana. puskesmas juga mampu
menjadi tempat pelayanan kesehatan pilihan utama masyarakat, karena dekat dengan tempat
tinggal dan murah dari segi biaya pelayanan-rata-rata biaya retribusi yang dikenakan berkisar Rp
1500,00 sampai RD 2000,00. Bahkan berbagai daerah telah menerapkan program pengobatan
gratis yang difokuskan untuk rawat jalan bagi setiap lapisan masyarakat, baik kaya maupun
miskin. Hal ini dilaksanakan oleh pemerintah daerah agar masyarakat menyadari pentingnya
berobat ke puskesmas. Dengan diberlakukannya pengobatan gratis di puskesmas, maka
puskesmas tidak lagi dibebani pemasukan dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sebaliknya,
daerah mengalokasikan sejumlah dana untuk mendukung operasionalisasi di puskesmas, seperti
biaya obat-obatan.

Selain menjadikan puskesmas ujung tombak layanan, pemerintah daerah juga mulai

mendekatkan layanan dokter spesialis kepada masyarakat. Umumnya ada dua cara yang
ditempuh daerah, yaitu menempatkan dokter spesialis di puskesmas atau menentukan
puskesmas khusus (spesiflkasi). Kebijakan menempatkan dokter spesialis di puskesmas
dilatarbelakangi oleh anggapan bahwa dokter spesialis identik dengan pelayanan kesehatan
yang mahal atau hanya bisa diperoleh masyarakat apabila berobat kc rumah sakit. Bagi daerah
yang belum mampu menempatkan layanan dokter spesialis di setiap puskesmas, daerah
mengatasinya dengan dokter spesialis keliling. Sampai saat ini, dokter spesialis yang banyak
ditempatkan di puskesmas adalah dokter spesialis kandungan. mata, kulit, dan penyakit dalam.
Sementara itu, kebijakan menjadikan puskesmas sebagai puskesmas spesifikasi biasanya
didasari oleh kondisi geografis daerah. Puskesmas spesifnkasi yang banyak didirikan, khususnya
di Iawa Timur adalah puskesmas khusus mata, obstetri-ginekologi, puskesmas bencana, dan
puskesmas wisata.
KONSIP PUSKESMAS

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfung“
sebagai pusat pembanguanan kesehatan, pusat pembinaan partisipasi masyarakat dalam bidang
kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegnatan
m Secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada 5‘1““ masyarakat yang bertcmpa!
t

dalam suatu wilayah tertentu.

pgplNlSI PIISKISMAS para ghli mendetinisikan puskesmas sesuai dengan perkembang‘m dan
tuntutan pelayanan kesehatan.

l)ef“1isi puskesmas antara lain sebagai berikut.

1.

$4

Azrul Azwar (1980). Pusat Kesehatan MaSYarakat (Puskesmas) merupakan suatu kesatuan
organisasi fungsional yang langsung memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada
masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.
Departemen Kesehatan RI (1981). Pusat KCSehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan suatu
kesatuan organisasi kesehatan yang langsung memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terintegrasi kepada masyarakat di wilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha
kesehatan pokok.

Departemen Kesehatan RI (1987). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan pusat


pembagunan kesehatan yang berfungsi mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat.
serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam
bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya.

Departemen Kesehatan RI (1991). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan suatu


kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dalam memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

FUNGSI PIISKESMAS

Fungsi pokok puskesmas, antara lain:

sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya;

l.

2. membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan


kemampuan untuk hidup sehat;

3. memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di


wilayah kerjanya.

Sementara proses dalam melaksanakan fungsinya dilakukan dengan cara:

l. merangsang masyarakat, termasuk pihak swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka
menolong dirinya sendiri;
2. memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan
sumber daya yang ada secara efektif dan eflsien;

3. memberi bantuan, baik yang bersifat bimbingan teknik materi, rujukan medis, maupun
rujukan kesehatan kepada masyarakat;

4. memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat;

5. bekelja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program


puskesmas.

VISI PUSKISMAS

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan pusat
kesehatan adalah sebagai berikut.

l. 2.

3.

Masyarakat hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat.

Memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dam
merata.

Memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Repubhk lndoncsu.


“,5. pllSKISMAS

Misi Puskesmas sebagai pusat Pengeln"“"3a" kmhm" Yang clapat dilakukan memui herbaga i

upaya. antara lain sebagai berikut. 1, Memperluas Jangkauan pelayanan keSChMan sampal kc
desa-dcsa.

2. Meningkatkan mum pelayaumn kesehatan. 3. Mengadakan Petalatan dan obat-olmtan


disesuaikan dengan kebutuhan masYal‘akat.

4. Mengembangkan Pembangunan Keschatan Masyarakat Desa (PKMD)

SMTIGI PIISKESMAS

Strategi puskesmas untuk mewujudkan pembangunan kesehatan antara lain: l. pelayanan


kesehatan yang bersifat mCWeIuruh (comprehensive health care service);

2. pelayanan kesehatan yang menerapkan Pendekatan yang menyeluruh (holistic approach),

SASARAN DAN MEKANISME PELAVANAN KEPERAWA‘I'AN KESEHA‘I‘AN MASYAMKA‘I' DI


PUSKESMAS

Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan. Keluarga dengan risiko tinggi. Keluarga
dengan kasus tindak lanjut keperawatan.
Pembinaan kelompok khusus (sesuai prioritas daerah). Pembinaan desa atau masyarakat
bermasalah (sesuai dengan prioritas daerah).

w9w

PELAYANAN PUSKESMAS

l. Pelayaran di Dalam Gedung a. Penerimaan klien di loket pendaftaran. b. Proses seleksi kasus
prioritas. Pelayanan medis yang diberikan berupa: asuhan keperawatan, dari proses seleksi akan
diketahui sasaran prioritas dan

nonprioritas-sasaran prioritas perlu ditindaklanjuti berupa rujukan ke rumah

sakit atau rujukan ke puskesmas dengan ruang rawat inap; tindak lanjut pelayanan kesehatan
dapat berupa asuhan keperawatan keluarga,

kelompok, dan masyarakat. Penyampaian informasi klien yang memerlukan tindak lanjut asuhan
keperawatan di

c. rumah.

2. Pelayanan di Luar Gedung Mempelajari informasi mengenai data kesenjangan pelayanan


kesehatan dan

a. menampung informasi yang berasal dari masyarakat.


b. Seleksi untuk mendapatkan sasaran prioritas, yaitu: individu, keluarga. kelompok. clan
masyarakat.

c. Menyampaikan informasi sasaran prioritas.

Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap sasaran prioritas.

KNIATAN POIOI WSIBMAS

Mandi": Bulm Woman Kenn Puakumas yang tether“. mdapai 20 usaha pokok kesehatan yang
4.9.: duakuk-n oleh pmkeamns. Namun, peInknn‘m‘nyn sangat bergamung pada faktor tennga,
mm dun muranm Nay: yang mud“. gem komampuan manajemen dari Hap-uap puskesmas.
[\qmtan pnknk puqkesmas amnrn lain sebaga! berikm.

I Up!“ Kesehuan [bu dan Annk (KIA)

Pemeliharaan kesehatan Ibu ham“; Melahlrkan dan menyusui; Sena bayi, anak banta.

‘ dun anak praselmlah.

b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang makanan gum mencegah gm buruk,

c. lmunisasi.

d‘ Pemberian pendidlkan kesehatan tentang perkembangan anak dan cam menstimulasinya.


e. Pcngobatan bagi ibu, bayi, anak balita, serta prasekolah yang menderita bermacam

macam penyakit ringan, dan lain-lain_

2. Upaya Keluarga Berencana (KB) Mengadakan kursus Keluarga Berencana untuk para ibu dan
calon ibu yang mengunjungi

& KIA.

b. Mengadakan kursus Keluarga Berencana kepada dukun yang akan bekerja sebagai penggerak
calon peserta Keluarga Berencana.

c. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai cam pemasangan IUD, cara-cara

penggunaan pil, kondom, dan alat-alat kontrasepsi lainnya. 3. Upaya perbaikan gizi a. Mengenali
penderita-penderita kekurangan gizi. b. Mengembangkan program perbaikan gizi. c.
Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat. 4_ Upaya kesehatan lingkungan Penyehatan air
bersih.

l: Penyehatan pembuangan kotoran. c. Penyehatan lingkungan perumahan. d, Penyehatan


limbah. c. Pengawasan sanitasi tempat umum. L Penyehatan makanan dan minuman. g.
Pelaksanaan peraturan perundangan. 5, Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular a. Mengumpulkan dan menganalisis data penyakit. b. Melaporkan kasus penyakit
menular. c. Menyelidiki benar atau tidaknya laporan yang masuk. d Melakukan tindakan
permulaan untuk mencegah penyebaran penyakit menular. e Menyembuhkan penderita,
sehingga tidak lagi menjadi sumber infeksi. f. Pemberian imunisasi.

8Pemberantasan vektor. 11Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. 5' Upaya pengobatan a.


Melaksanakan diagnosis sedini mungkin melalui:
. mendapatkan riwayat penyakit; . mengadakan pemeriksaan fisik; o mengadakan pemeriksaan
labofatorium. membuat diagnosis. ’ b. Melaksanakan tindakan pengobatam c. Melakukan upaya
rujukan. 7. Upaya penyuluhan kesehatan masyarakat a. Kegiatan penyuluhan kesehatan
dilakukan 01 ch petugas di ldinik. mmah, dan kelompok‘ _ kelompok masyarakat. 1). Di tingkat
puskesmas tidak ada petugas penyuluhan tersendiri, tetapi d1 tingkat kabupaten terdapat
tenaga-tenaga k00rdinator p e nyuluhan kesehatan. 8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) 9.
Kesehatan olahraga 10. Perawatan kesehatan masyarakat ll. Usaha kesehatan kerja 12. Usaha
kesehatan gigi dan mulut 13. Usaha kesehatan jiwa 14. Kesehatan mata 15. Laboratorium
(diupayakan tidak lagi sederhana) 16. Pencatatan dan Pelaporan Sistem Informasi Kesehatan 17.
Kesehatan usia lanjut 18. Pembinaan pengobatan tradisional

Kegiatan pokok puskesmas bersifat dinamis dan berubah sesuai dengan kondisi masyarakat‘ Di
samping penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok puskesmas tersebut d1 atas, puskesmas
sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan program kesehatan tertentu oleh
pemerintah pusat, misalnya melaksanakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN). Dengan demikian,
balk petunjuk

pelaksanaan maupun perbekalan akan diberikan oleh pemerintah pusat bersama pemerintah
daerah.

PIRAN PIISKESMAS

Dalam konteks otonomi daerah seperti saat ini, puskesmas mempunyai peran yang sangat vital
sebagai institusi pelaksana teknis. Puskesmas dituntut memiliki kemampuan manajerial yang
baik dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran
tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui sistem
perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan-kegiatan yang tersusun rapi, serta
memiliki sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Selain itu, puskesmas juga dituntut
berperan serta aktif dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan
pelayanan kesehatan secal’a komprehensif dan terpadu.
WILAYAI'I KEMA PUSKESMAS

WilaYah kerja Puskesmas meliputi sat“ mama“ 3““ “wan dari kecamatan. Faktot kW Penduduk,
luas daerah geogmfls, dan keadaan mm 1mm)“ mempakan bahan perdeG’"

1:

dalam mcnentukan mlm ah krna pmkcsmas. Puskeqm“ mcrupakan perangkal Pemerintah


Daerah Tungkat ll. schmgga pcmhagian wnlayah kcrjn puqkom‘m dudapkan oleh Bupati setelah
mendengar saran tckm: darn lxamor Wllm ah Depnrlcmcn Kesehatan vaimi. Di kota besar.
wilayah kerja puskmmas bna ham'a satu kclurahnn dan puskesmas d. ibukom kecamalan
menjadi puskesmas; rupukan yang bcrlungsn schaga pusat ruiukan dari puskesmas kclurahan.
Selain itu, puskesmas d: kaamatan iuga mempunyai fungsi koordinasi. Sasaran penduduk yang
dilayani oleh sebuah

pmkmmas rota ram 30.000 penduduk.

EASIU'I'AS PINUNJANG Dalam ranska memperluas jangkauan pelayanan kesehatan yang


diberikan, puskesmas perlu dltuniang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana,
antara lain sebagai berikut.

1, Puskesmas Pembantu Puskesmas Pembantu yang lebih sering dikenal sebagai Pustu atau
Pusban adalah unit

pelayanan kesehatan sederhana yang berfungsi menunjang dan membantu pelaksanaan


kegiatan-kegiatan puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil. Puskesmas
Pembantu merupakan bagian integral dari puskesmas. Setiap puskesmas memiliki beberapa
Puskesmas Pembantu di dalam wilayah kerjanya. Namun, terdapat beberapa puskesmas yang
tidak memiliki Puskesmas Pembantu, khususnya puskesmas di daerah perkotaan.

2. Puskesmas Keliling Puskesmas Keliling merupakan unit pelayanan kesehatan keliling yang
dilengkapi dengan

kendaraan bermotor roda empat atau perahu motor, peralatan kesehatan, peralatan
komunikasi, serta sejumlah tenaga yang berasal dari puskesmas. Puskesmas Keliling berfungsi
menunjang dan membantu kegiatan puskesmas dalam wilayah yang belum terjangkau oleh
pelayanan

kesehatan. Kegiatan Puskesmas Keliling antara lain: memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat di daerah terpencil atau daerah

a. yang sulit dijangkau oleh pelayanan puskesmas;

b melakukan penyelidikan tentang Kejadian Luar Biasa (KLB);

c. dapat dipergunakan sebagai alat transportasi penderita, misalnya dalam rangka rujukan kasus
darurat;

d. melakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan alat audiovisual.

Bidan Desa Di setiap desa yang belum memiliki fasilitas pelayanan kesehatan, Bidan Desa
ditempatkan
untuk tinggal di desa tersebut untuk memberikan pelayanan kesehatan. Bidan Desa
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas. Wilayah kerja Bidan Desa adalah satu
desa dengan jumlah penduduk rata-rata 3.000 jiwa. Tugas utama Bidan Desa adalah
meningkatkan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan melalui pembinaan posyandu
dan pembinaan kelompok dasawarsa, serta pertolongan persalinan di rumah penduduk. Dalam
perkembangannya, batasan-batasan di atas makin kabur seiring dengan diberlakukannya
Undang-Undang Otonomi Daerah yang lebih mengedepankan desentralisasi. Dengan otonomi,
setiap Daerah Tingkat II memiliki kesempatan untuk mengembangkan puskesmas sesuai
Rencana Strategis (Renstra) Kesehatan Daerah dan Rencana Pembangunan )angka

Menengah Daerah (RPJMD) Bidang Kesehatan, sesuai dengan situasi dan kondisi Daerah Tingkat
II.

WAYNE" IISINAIAN NMUIUN pdmmn kesehaun yang diberihn pud‘t‘m“ adalah pelayanan
kcschatan yang menyelumh, Yang

meltputi peluvtmn: l. pcnmbmn (mm):

2. pmcegahm (pmmniw): 3. peningkatan kesehatan (pmmonw). t pemulihan kaehatan


(nhabtlitanwl

mAVMAN KBM‘I’AN INTEGRATIF

SM!“ ‘d‘ puskesmas, pelayanan kesehatan di kecamatan meliputi Balai Pengobatan,Ba1ai


Kuejahteraan [bu dan Anak, usaha higiene Sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit
menu];1 dan lainlain. Usahausaha tersebut masih bekerja sendiri sendiri dan bertanggung
jawab langSung‘ kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II. Dengan adanya sistem pelayanan
kesehatan melalui Pllsat kesehatan masyarakat, yaitu puskesmas. Oleh karena itu, berbagai
kegiatan pokok puskesmas
dilaksanakan bersama di bawah satu koordinasi dan satu pimpinan.

KEDIIDIIKAN PUSKESMAS

.1. Kedudukan dalam bidang administrasi Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah
Tingkat II dan bertanggung jawab

langsung, baik teknis maupun administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II.

2. Kedudukan dalam hierarki pelayanan kesehatan Dalam urutan hierarkj pelayanan kesehatan
sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional

(SKN), maka puskesmas berkedudukan pada tingkat fasilitas kesehatan pertama. Apa yang
dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah fasilitas, sedangkan dalam hal
pengembangan kesehatan. puskesmas dapat meningkatkan dan mengembangkan diri ke arah
modernisasi sistem pelayanan kesehatan di semua lini, baik promotif, preventif maupun
rehabilitatif sesuai kebijakan rencana strategis daerah tingkat II di bidang kesehatan.

S‘I'RllK‘l'llll ORGANISAsl DAN TA‘I‘A KEMA

Susunan organisasi puskesmas: 1Unsur pimpinan: Kepala Puskesmas

2Unsur pembantu pimpinan: Urusan Tata Usaha 3Unsur pelaksana: Unit 1, Unit 11, Unit III, Unit
IV, Unit V, Unit VI, dan Unit VII

lab 2 o Sejarah Perlembangm Kepenwatan Komunitas


KM Tata Usaha V11 f nit Unitl UnitII Unit 111 unit 1v UnitV Umt v1 U Puskesmas

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Puskesmas

berikut. kegiatan puskesmas

Tugas pokok masing-masing unsur tersebut antara lain sebagai keuangan. perlengkapan

1. Kepala Puskesmas, mempunyai tugas memimpin dan mengawasi

2. Kepala Urusan Tata Usaha, mempunyai tugas dibidang kepegawaian, dan surat menyurat,
serta pencatatan dan pelaporan.

3. Unit I, melaksanakan kegiatan Kesejahteraan Ibu dan Anak Keluarga Berencana (KB)’
perbaikan gizi.

4. Unit II, melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit. .

Unit III, melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, serta kesehatan tenaga ket'Ja d3“

dan

5. usia lanjut. 6. Unit IV, melaksanakan kegiatan kesehatan masyarakat, sekolah, dan olahraga. 7.
Unit V, melaksanakan kegiatan pembinaan, pengembangan, dan penyuluhan kepada
masyarakat. 8. Unit VI, melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan inap.

9. Unit VII, melaksanakan tugas kefarmasian.

TA'I'A KEIUA PUSKESMAS

Dalam melaksanakan tugasnya, puskesmas wajib menetapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan
sinkronisasi, baik dalam lingkungan puskesmas maupun dalam satuan organisasi di luar muai
dengan tugasnya masing-masing. Kepala Puskesmas bertanggung jawab memimpin,
mengoordinui semua unsur dalam linglqmgan puskesmas, dan memberikan bimb'mgan bagi
pelaksanaan masing-masing. Setiap unsur dj lingkungan puskesmas wajib mengikuti dan
mematuh' "*8“ dan bertanggung jawab kepada Kepala Puskesmas.

remap: nnxemmncnn Kulmn-nn mnnannKnT

Periode perkem'bzngan kegelziatnn mesyarakm terdm atas periode sebelum “mu pengetahUan
‘53. (pmaenttfic perm ) an pe 0 e mu Pengetahuan (scieu‘m‘ Pe'wd)‘ Tr; «9‘

PERIOD! SIBILIIM ILMII PENGITAHIIAN (PRISCIENTIFIC PERIOD) 3233:: perkcmbanga" kesehatan


masyarakat sebelum “mu engetahuan tidak daPat dipisahkan dari 1:“; seiamh kebudayaan yang
ada di dunia, di amaranya a:alah budaya dari bangsa Babiloma, Mes“, 3‘ Yunani» dan Romawi.
Bangsa bangsa tersebut menunjukkan bahwa manusia telah melakUkan 2‘ ”58m untuk
menanggulangi masalah-masalah kesehat an magyafakat dan penyakit. Pada Zaman "‘ gersebut
diperoleh catatan bahwa telah dibangun temp at pembuanga“ kotoran (latrin) umum untuk
$2225; menampuns tinja atau kotoran manusia serta digalinya susia. Saat itu latrin dibangun
dengan tujuan :IEESI agar tinja tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan pandangan yang
tidak menyenangkana 3:35 belum ada pemikiran bahwa latrin dibangun dengan alasan
kesehatan karena tinja atau kotoran {22 manusia dapat menularkan penyakit. Pembuatan susia
oleh masyarakat pada masa itu juga karena :3 air sungai yang biasa mereka minum sudah kotor.
dan terasa tidak enak» bukan karena minum air 32
sungai dapat menyebabkan Penyakit (Greene, 1984). Dari dokumen lain juga tercatat bahwa
pada man RomaWI Kuno telah dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan kepada
masyarakat

i1nmk (Hanlon, 1974): 1_ mencatatkan pembangunan rumah;

2, melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya; 3, melaporkan binatang


peliharaan/ternak yang dapat menimbulkan bau; 4, pemerintah melakukan supervisi ke tempat-
tempat minuman (public bar), warung makanan,

tempat prostitusi, dan lain-lain.

Setelah itu, kesehatan masyarakat makin dirasakan perlunya di awal abad ke-l sampai ke-7

dengan alasan sebagai berikut. 1, Berbagai penyakit menular mulai menyerang penduduk dan
telah menjadi epidemi, bahkan

ada yang menjadi endemis. Di Asia, khususnya Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika muncul
penyakit kolera yang telah

2. tercatat sejak abad ke-7-bahkan di India penyakit kolera telah menjadi endemis. Penyakit
lepra telah menyebar ke Mesir, Asia kecil, dan Eropa melalui para emigran.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi kasus epidemi dan endemis, di amaranya
masyarakat mulai memerhatikan masalah: lingkungan, terutama higiene dan sanitasi
lingkungan; pembuangan kotoran manusia (latrin); mengusahakan air minum bersih;
pembuangan sampah; pembuatan ventilasi yang memenuhi syarat.

Pada abad kel4 mulai terjadi wabah pes yang dasyat di Cina dan India. Pada tahun 1340 telah
tercatat l3 juta orang meninggal karena wabah pes. Di India, Mesir, dan Gaza dilaporkan bahwa
13nbu orang meninggal tiap hari karena serangan pes. Berdasarkan catatan, jumlah orang yang

meninggal karcna wabah penyakit pea di seluruh dunla waktu itu mencapai lebih dari 60 jute
Oran sehinggn kejadmn Pada waktu itu dlsebut '1he Black Death”-serangan wabah PenYakit
menu} ml berlangsung sampai ahad kc 18. Di samping wabah pes, wabah kolera dan tifus juga
mas' berlangsunsPada tahun 1603 lebih darl l darl 6 orang meninggal karena penyakit menular,
d tahun 1665 seknar l dart S orang menmggal. Pada tahun 1759 dilaporkan 70 ribu orang
Pendudu di Kepulauan Cyprus meninggal karena penyakit menular. Penyakit lain yang menjadi
wabah antata lain dlpteri. tifus, disemri. dan Iain-lain.

nmool ILMII PINGITAIIIIAN (SC'ENTIFIC PERIOD)

Pads akhir abad ke18 dan di awal abad ke-l9, bangkitnya ilmu pengetahuan mempunyai dammk
yang sangat luas pada segala aspek kehidupan manusia, termasuk pada aspek kesehatan. Pada
abad ini pendekatan dalam penanganan masalah kesehatan tidak hanya memandang pada
aspek biologs saja. tetapi sudah komprehensif dan multisektoral. Selain itu, telah ditemukan
berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegahan penyakit, seperti pada
Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Penemu dan Hasil Pengmuan dalam Penanggulan Penyakit

Penemu Hasil Temuan Louis Pasteur Vaksin untuk mencetah venyakit cacar Jose-h Lister Asam
carbol carbolic an" untuk stren'lisasi ruanv operasi William Marton Ether sebacai anestesi pada
waktu operasi
Upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai dilaksanakan di Inggris. Hal ini terkait
dengan wabah penyakit endemis kolera tahun 1832 yang terjadi pada masyarakat di perkotaan,
terutama yang miskin. Parlemen Inggris membentuk komisi penanganan pada penyakit ini dan
Edwin Chadwich-seorang pakar sosial (social scientist)--ditunjuk sebagai ketua komisi untuk
melakukan penyelidikan mengenai penyebab wabah kolera ini. Hasil penyelidikan yang
dilaporkan di antaranya yaitu masyarakat yang hidup dalam kondisi sanitasi yang buruk, susia
penduduk berdekatan dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia, adanya aliran
air limbah terbuka yang tidak teratur, makanan yang dijual di pasar tidak higienes (dihinggapi
lalat dan kecoa), sebagaian besar masyarakat hidup miskin, serta bekerja rata-rata l4 jam per
hari sementara gaji yang diperoleh tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hasil laporan
Edwin Chadwich tersebut dilengkapi dengan analisis data yang lengkap dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Akhirnya, parlemen Inggris mengeluarkan undang-
undang yang mengatur upayaupaya peningkatan kesehatan penduduk dan berbagai peraturan
tentang sanitasi lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik, dan lain-lain.

Berawal dari penelitiaannya, Edwin Chadwich tertarik untuk lebih jauh mempelajari kesehatan
masyarakat, sehingga saat itu ia menjadi pioneer dalam ilmu kesehatan masyarakat. Generasi
setelah Chadwich adalah Winslow-murid Chadwich-yang kemudian dikenal sebagai pembina
kesehatan masyarakat modem (public health modern). Winslow merumuskan defmisi kesehatan
masyarakat yang kemudian diterima oleh WHO. Sejak saat itu, lahirlah berbagai macam detinisi
sehat. John Snow, adalah seorang tokoh yang sudah tidak asing dalam dunia kesehatan
masyarakat dalam upaya sukseenya mengatasi penyakit kolera yang melanda kota London. Hal
yang perlu dicatat di sini adalah bahwa John Snow mempergunakan pendekatan epidemiologi
dalam menganalisis wabah

penyakit kolera, yaitu dengan menganalisis fakmr tempat’ orang, dan waktu-sehingga dia
dianggap ‘

sebagai "lhe Father of Epidemiology. pada akhir abad ke-l9 dan di awal abad ke-20. pendidikan
untuk tenaga kesehatan yang

Profesional mulai dikembangkan. Tahun 1893‘ John Hopkins-seorang pengusaha wiski dari
Amerika memelopori berdirinya universitas Yang di dalamnya terdapat Fakultas Kedokteran.
Pada tahun I908 sekolah kedokteran mulai me'Webar kc Eropa. Kanada, dan negara-negara lain.
Dalam perkembangannya, kurikulum sekolah kNokteran mulai memerhatikan masalah
kesehatar‘ masyarakat d3" SUdah didasarkan Pada suatu asumsi bahwa penyakit dan kesehatan
merupakan hasii interaksi yang dinamis antara faktor genetik, lingkungan fisik, lingkungan sosial
(termasuk kondisi kerja), kebiasaan perorangan, d3" pelayanan kesehatan. Dari segi pelayanan
kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah Amerika membentuk Departemen
Kesehatan yang pertama kali dengan tujuan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi
penduduk, termasuk perbaikaf‘

dan pengawasan sanitasi lingkungan.

penuemsnncnn KESEHIITIIII mnnnnmmDI Inbonesm

Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia di mulai pada abad ke-16, yaitu dimulai
dengan adanya upaya pemberantasan penyakit cacar dan kolera yang sangat ditakuti oleh
masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk ke Indonesia tahun 1927, dan pada tahun 1937
terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura
dan mulai berkembang di Indonesia, sehingga berawal dari wabah kolera tersebut pemerintah
Belanda (pada waktu itu Indonesia dalam penjajahan Belanda) melakukan upaya-upaya
kesehatan masyarakat. Gubernur Ienderal Deandels pada tahun 1807 telah melakukan upaya
pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan
angka kematian bayi (infant mortality rate) yang tinggi. Namun, upaya ini tidak bertahan lama,
akibat langkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru kemudian di tahun 1930, program ini dimulai
lagi dengan didaftarkannya para dukun bayi sebagai penolong dan perawat persalinan. Pada
tahun 1851 berdiri sekolah dokter Iawa oleh dr. Bosch dan dr. Bleeker-Kepala Pelayanan
Kesehatan Sipil dan Militer di Indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA (School Tot
Oplelding van Indiche Arsten) atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913
didirikan sekolah dokter yang ke-2 di Surabaya dengan nama NIAS (Nederland Indische Artsen
School). Pada tahun 1927 STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan sejak berdirinya
Universitas Indonesia tahun 1947, STOVIA berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Selain itu, perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia juga ditandai dengan berdirinya
Pusat Laboratorium Kedokteran di Bandung tahun 1888-tahun 1938 pusat laboratorium ini
berubah menjadi Lembaga Eykman. Selanjutnya, laboratorium-laboratorium lain juga didirikan
di kota-kota seperti Medan, Semarang, Makasar, Surabaya, dan Yogyakarta dalam rangka
menunjang pemberantasan penyakit malaria, lepra, cacar, serta penyakit lainnya, bahkan
lembaga gizi dan sanitasi juga didirikan.

Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke Indonesia dan tahun 1933-1935 penyakit ini menjadi
epidemis di beberapa tempat, terutama di Pulau Iawa. Pada tahun 1935 dilakukan program

pemberantasan penyakit pes dengan cara melakukan penyemprotan DDT terhadap rumah-
rumah penduduk dan vaksinasi massal. Tercatat sampai pada tahun 1941, 15 juta orang telah
divaksinasi. Pad;

tahun 1925’ HYdIiCh-seorang petugas kfsehztan Pemerintah Belanda-melakukan Pengamatan


terhadap masalah tingginya angka kemanan anDkeSakitan di Banyumas Purwokerto. Dari ha,“
Penmatan dan analisisnya, disimPulkan ba wa tingginya angka kesakjtan dan kematian di kedu.
daerah tersebut dikarenakan burukn)’a kfmdl.“ sanitasi lingkungan, masyarakat bums air besa, di
sembarang tempat, dan penggunaan a" mlnum dari sungai yang telah tercemar. Kesimpulan ““8
diPeroleh adalah bahwa mndahnya Wm“ hngkungan dikarenakan perilaku Penduduk yang
kum‘g 581k. sehingga Hydrich memulai "Pa“ kesehatan masyarakat dengan mengembangkan
daemh percontohan, yaitu dengan care me] . an Pmmosi mengenai pendidikan kesehatan.
Sampai sekmng usaha Hydrich ini dianggaP “bag“ awa] kesellatan masyarakat di Indonesia.

Memasuki zaman kemerdekaana 53'” Sat“ tonggak perkembangan kesehatan masYal’akat di


l“donesia adalah saat diperkenalkannya KonseP Bandung (Bandung Plan) pada tahun 1951 Oleh
dF-Y. Leimena dan dr. Patah-yang selanjutnya dikenal dengan nama Patah-Leilnena. Dalam
konsep ini, diperkenalkan bahwa dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat, aspek
preventifdan kuratif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam mengembangkan sistem
pelayanan kesehatan, kedua “M ini tidak boleh dipisahkan. baik di rumah ”kit maupun di
puskesmas. Selanjutnya, pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan
masyarakat oleh dr. Y. Sulianti dengan berdirinya Proyek Bekasi (Lemah Abang) sebagai proyek
Percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di
Indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini juga menekankan pada
pendekatan tim dalam pengelolaan program kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep
pelayanan terpadu ini, terpilih delapan desa wilayah pengembangan masyarakat.

. Sumatera Utara: Indrapura Lampung

Iawa Barat: Bojong Loa Iawa Tengah: Sleman Yogyakarta: Godean

Iawa Timur: Mojosari

Bali: Kesiman

Kalimantan Selatan: Barabai

9°N9‘Snzk1-HP"

Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang ini. Pada bulan
November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan program kesehatan
magyarakat terpadu sesuai dengan kondjsi dan kemampuan rakyat Indonesia, yaitu mengenai
komep puskesmas-yang dipaparkan oleh dLAchmad Dipodilogo-yang mengacu pada Konsep
Bandung dan Proyek Bekas'L Dalam seminar ini talah disimpulkan dan disepakati mengenai
sistem puskesma. yang terdiri atas til)e A, B, dan C. Akhjmya pada tahun 1968 dalam rapat kerja
kesehatan nasional, dicetUSkan bahwa puskesmas merupakan suatu sistem pelayanan
kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan 0131‘ pemerintah (Departemen Kesehatan)
menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Winas)

puskesmas disepalmti sebagai sum, unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayamn
kuratif dan preventifse‘cara tCrpaldu, menyeluruh. dag mudah dijangkau. dalam wilayah ken.
kecamatan atau 5:383“ ketamatan (11 kotamadya atau kabupaten. Sebagai lini tctdcpan
Pembangunan kese mpuskesmas dihmpkan sclalu vegan Untuk it'll. duperkenalhnlah PW untuk
selalll mengua PuSkesmas (strengthening pushesmas). D! M8313 berkembmg RM

Indonesia» fasilitas kmham berlandaskan masyarakat ditasakan lebih efckuf dan Peg“

Dcpartemen kcsehatan telah membuat usaha intensif unmk membangun puskesmas yang
kemudian dimasukkan kc dalam master plan untuk opemsi Penguatan pelayanan kesehatan
nasional. Kegiatan Pokok dalam program dasar clan utama puskesmas mencakup 18 kegiatan,
yaitu:

l. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Keluarga Berencana (KB). Gizi. Kesehatan lingkungan.

Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta imunisasi, Penyuluhan kesehatan


masyarakat.

Pengobatan.

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Perawatan kesehatan masyarakat.

10. Kesehatan gigi dan mulut.

11. Usaha kesehatan jiwa.

12. Optometri.

13. Kesehatan geriatrik.


14. Latihan dan olahraga.

15. Pengembangan obat-obatan tradisional. 16. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). 17.
Laboratorium dasar.

18. Pengumpulan informasi dan pelaporan untuk sistem informasi kesehatan.

PPNQPPP’P

Pada tahun 1969, sistem puskesmas hanya disepakati dua saja, yaitu Puskesmas tipe A Yang
dikelola oleh dokter dan Puskesmas tipe B yang dikelola oleh seorang paramedis. Dengan
adanya perkembangan tenaga medis, maka pada tahun 1979 tidak diadakan perbedaan
Puskesmas tipe A atau tipe B-hanya ada satu puskesmas saja, yang dikepalai oleh seorang
dokter. Namun, kebijakan tentang pimpinan puskesmas mulai mengalami perubahan tahun
2000, yaitu puskesmas tidak harus dipimpin oleh seorang dokter, tetapi dapat juga dipimpin
oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat. Hal ini tentunya diharapkan dapat membawa perubahan
yang positif, di mana tenaga medis lebih diarahkan pada pelayanan langsung pada klien dan
tidak disibukkan dengan urusan adminstratif/ manajerial, sehingga mutu pelayanan dapat
ditingkatkan. Di provinsi Jawa Timur misalnya, sudah dijumpai Kepala Puskesmas dari lulusan
Sarjana Kesehatan Masyarakat seperti di Kabupaten Gresik, Bojonegoro, Bondowoso, dan lain
sebagainya. Pada tahun 1979 dikembangkan satu peranti manajerial guna penilaian puskesmas,
yaitu stratifikasi puskesmas, sehingga dibedakan adanya:

l. Strata l, puskesmas dengan prestasi sangat baik 2. Strata 2, puskesmas dengan prestasi rata-
rata atau standar.

3. Strata 3, puskesmas dengan prestasi di bawah rata-rata.


Peranti manajerial puskesmas yang lain berupa microplanning untuk perencanaan dan lokakarya
mini untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerja sama tim. Pada tahun 1984,
tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan berkembangnya program paket terpadu
kesehatan dan Keluarga Berencana (Posyandu) yang mencakup Kesehatan Ibu dan Anak,
Keluarga Berencana, gizi, penanggulangan penyakit diare, dan imunisasi.

Sampai dengan tahun 2002, jumlah puskesmas di Indonesia mencapai 7.309. Hal ini berarti 3,6
puskesmas per 100.000 penduduk atau satu puskesmas melayani sekitar 28.144 penduduk.

-, “entara nu, )uuuuu QQSa di I n . 98m n‘enca

SM,“ Puskesmas ““mktia Sep 1 0 £000 penduduk. ’“mlah u U Uh deSa d‘ . Skesm 3 mm?

Pat 70.92! pada tahun 2003, yang berarti setidaknya rNemenuhl kebutuhan pelayanan

andnngkan dengan rumah sakit yang haruS melayani

. torus dikcmban k b'h lanjut untuk . h ter encll‘ . 8 an dan dlatur le I l daera P D‘ anr Prima.
lumlah Puskesmas masih jauh dari memadai’ terutama

. a Jerkadang beberapa kah lebih Illa dan Sumatem. puskesmas harus menangani wilayah yang
Inas, Mikit. Sebuah puskesmas tErk S dari Sntu kabupatcn di Iawa) dengan jumlah penduduk
yang 19b“!

a . . Renduduk puskesmas term“ Mullins lztgi'lgglayanl 10.000 penduduk. Selain itu. bag!
sebagman u L .
Hummus mtmnm owns romnnx pemvnnnn

Mat ini_ pemerintah menjadikan puskesmas sebagai ujung tombak utama pelayanan kesehatan
pada masyarakat sekaligus sebagai wadah isu strategis. Misalnya, isu strategis aksesibilitas
layanan dan penyediaan sumber daya manusia serta sarana prasarana. puskesmas juga mampu
menjadi tempat pelayanan kesehatan pilihan utama masyarakat, karena dekat dengan tempat
tinggal dan murah dari segi biaya pelayanan-rata-rata biaya retribusi yang dikenakan berkisar Rp
1500,00 sampai RD 2000,00. Bahkan berbagai daerah telah menerapkan program pengobatan
gratis yang difokuskan untuk rawat jalan bagi setiap lapisan masyarakat, baik kaya maupun
miskin. Hal ini dilaksanakan oleh pemerintah daerah agar masyarakat menyadari pentingnya
berobat ke puskesmas. Dengan diberlakukannya pengobatan gratis di puskesmas, maka
puskesmas tidak lagi dibebani pemasukan dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sebaliknya,
daerah mengalokasikan sejumlah dana untuk mendukung operasionalisasi di puskesmas, seperti
biaya obat-obatan.

Selain menjadikan puskesmas ujung tombak layanan, pemerintah daerah juga mulai

mendekatkan layanan dokter spesialis kepada masyarakat. Umumnya ada dua cara yang
ditempuh daerah, yaitu menempatkan dokter spesialis di puskesmas atau menentukan
puskesmas khusus (spesiflkasi). Kebijakan menempatkan dokter spesialis di puskesmas
dilatarbelakangi oleh anggapan bahwa dokter spesialis identik dengan pelayanan kesehatan
yang mahal atau hanya bisa diperoleh masyarakat apabila berobat kc rumah sakit. Bagi daerah
yang belum mampu menempatkan layanan dokter spesialis di setiap puskesmas, daerah
mengatasinya dengan dokter spesialis keliling. Sampai saat ini, dokter spesialis yang banyak
ditempatkan di puskesmas adalah dokter spesialis kandungan. mata, kulit, dan penyakit dalam.
Sementara itu, kebijakan menjadikan puskesmas sebagai puskesmas spesifikasi biasanya
didasari oleh kondisi geografis daerah. Puskesmas spesifnkasi yang banyak didirikan, khususnya
di Iawa Timur adalah puskesmas khusus mata, obstetri-ginekologi, puskesmas bencana, dan
puskesmas wisata.

KONSIP PUSKESMAS
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfung“
sebagai pusat pembanguanan kesehatan, pusat pembinaan partisipasi masyarakat dalam bidang
kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegnatan
m Secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada 5‘1““ masyarakat yang bertcmpa!
t

dalam suatu wilayah tertentu.

pgplNlSI PIISKISMAS para ghli mendetinisikan puskesmas sesuai dengan perkembang‘m dan
tuntutan pelayanan kesehatan.

l)ef“1isi puskesmas antara lain sebagai berikut.

1.

$4

Azrul Azwar (1980). Pusat Kesehatan MaSYarakat (Puskesmas) merupakan suatu kesatuan
organisasi fungsional yang langsung memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada
masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.
Departemen Kesehatan RI (1981). Pusat KCSehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan suatu
kesatuan organisasi kesehatan yang langsung memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terintegrasi kepada masyarakat di wilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha
kesehatan pokok.

Departemen Kesehatan RI (1987). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan pusat


pembagunan kesehatan yang berfungsi mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat.
serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam
bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya.
Departemen Kesehatan RI (1991). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan suatu
kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dalam memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

FUNGSI PIISKESMAS

Fungsi pokok puskesmas, antara lain:

sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya;

l.

2. membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan


kemampuan untuk hidup sehat;

3. memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di


wilayah kerjanya.

Sementara proses dalam melaksanakan fungsinya dilakukan dengan cara:

l. merangsang masyarakat, termasuk pihak swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka
menolong dirinya sendiri;

2. memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan


sumber daya yang ada secara efektif dan eflsien;
3. memberi bantuan, baik yang bersifat bimbingan teknik materi, rujukan medis, maupun
rujukan kesehatan kepada masyarakat;

4. memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat;

5. bekelja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program


puskesmas.

VISI PUSKISMAS

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan pusat
kesehatan adalah sebagai berikut.

l. 2.

3.

Masyarakat hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat.

Memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dam
merata.

Memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Repubhk lndoncsu.

“,5. pllSKISMAS
Misi Puskesmas sebagai pusat Pengeln"“"3a" kmhm" Yang clapat dilakukan memui herbaga i

upaya. antara lain sebagai berikut. 1, Memperluas Jangkauan pelayanan keSChMan sampal kc
desa-dcsa.

2. Meningkatkan mum pelayaumn kesehatan. 3. Mengadakan Petalatan dan obat-olmtan


disesuaikan dengan kebutuhan masYal‘akat.

4. Mengembangkan Pembangunan Keschatan Masyarakat Desa (PKMD)

SMTIGI PIISKESMAS

Strategi puskesmas untuk mewujudkan pembangunan kesehatan antara lain: l. pelayanan


kesehatan yang bersifat mCWeIuruh (comprehensive health care service);

2. pelayanan kesehatan yang menerapkan Pendekatan yang menyeluruh (holistic approach),

SASARAN DAN MEKANISME PELAVANAN KEPERAWA‘I'AN KESEHA‘I‘AN MASYAMKA‘I' DI


PUSKESMAS

Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan. Keluarga dengan risiko tinggi. Keluarga
dengan kasus tindak lanjut keperawatan.

Pembinaan kelompok khusus (sesuai prioritas daerah). Pembinaan desa atau masyarakat
bermasalah (sesuai dengan prioritas daerah).
w9w

PELAYANAN PUSKESMAS

l. Pelayaran di Dalam Gedung a. Penerimaan klien di loket pendaftaran. b. Proses seleksi kasus
prioritas. Pelayanan medis yang diberikan berupa: asuhan keperawatan, dari proses seleksi akan
diketahui sasaran prioritas dan

nonprioritas-sasaran prioritas perlu ditindaklanjuti berupa rujukan ke rumah

sakit atau rujukan ke puskesmas dengan ruang rawat inap; tindak lanjut pelayanan kesehatan
dapat berupa asuhan keperawatan keluarga,

kelompok, dan masyarakat. Penyampaian informasi klien yang memerlukan tindak lanjut asuhan
keperawatan di

c. rumah.

2. Pelayanan di Luar Gedung Mempelajari informasi mengenai data kesenjangan pelayanan


kesehatan dan

a. menampung informasi yang berasal dari masyarakat.

b. Seleksi untuk mendapatkan sasaran prioritas, yaitu: individu, keluarga. kelompok. clan
masyarakat.
c. Menyampaikan informasi sasaran prioritas.

Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap sasaran prioritas.

KNIATAN POIOI WSIBMAS

Mandi": Bulm Woman Kenn Puakumas yang tether“. mdapai 20 usaha pokok kesehatan yang
4.9.: duakuk-n oleh pmkeamns. Namun, peInknn‘m‘nyn sangat bergamung pada faktor tennga,
mm dun muranm Nay: yang mud“. gem komampuan manajemen dari Hap-uap puskesmas.
[\qmtan pnknk puqkesmas amnrn lain sebaga! berikm.

I Up!“ Kesehuan [bu dan Annk (KIA)

Pemeliharaan kesehatan Ibu ham“; Melahlrkan dan menyusui; Sena bayi, anak banta.

‘ dun anak praselmlah.

b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang makanan gum mencegah gm buruk,

c. lmunisasi.

d‘ Pemberian pendidlkan kesehatan tentang perkembangan anak dan cam menstimulasinya.

e. Pcngobatan bagi ibu, bayi, anak balita, serta prasekolah yang menderita bermacam
macam penyakit ringan, dan lain-lain_

2. Upaya Keluarga Berencana (KB) Mengadakan kursus Keluarga Berencana untuk para ibu dan
calon ibu yang mengunjungi

& KIA.

b. Mengadakan kursus Keluarga Berencana kepada dukun yang akan bekerja sebagai penggerak
calon peserta Keluarga Berencana.

c. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai cam pemasangan IUD, cara-cara

penggunaan pil, kondom, dan alat-alat kontrasepsi lainnya. 3. Upaya perbaikan gizi a. Mengenali
penderita-penderita kekurangan gizi. b. Mengembangkan program perbaikan gizi. c.
Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat. 4_ Upaya kesehatan lingkungan Penyehatan air
bersih.

l: Penyehatan pembuangan kotoran. c. Penyehatan lingkungan perumahan. d, Penyehatan


limbah. c. Pengawasan sanitasi tempat umum. L Penyehatan makanan dan minuman. g.
Pelaksanaan peraturan perundangan. 5, Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular a. Mengumpulkan dan menganalisis data penyakit. b. Melaporkan kasus penyakit
menular. c. Menyelidiki benar atau tidaknya laporan yang masuk. d Melakukan tindakan
permulaan untuk mencegah penyebaran penyakit menular. e Menyembuhkan penderita,
sehingga tidak lagi menjadi sumber infeksi. f. Pemberian imunisasi.

8Pemberantasan vektor. 11Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. 5' Upaya pengobatan a.


Melaksanakan diagnosis sedini mungkin melalui:
. mendapatkan riwayat penyakit; . mengadakan pemeriksaan fisik; o mengadakan pemeriksaan
labofatorium. membuat diagnosis. ’ b. Melaksanakan tindakan pengobatam c. Melakukan upaya
rujukan. 7. Upaya penyuluhan kesehatan masyarakat a. Kegiatan penyuluhan kesehatan
dilakukan 01 ch petugas di ldinik. mmah, dan kelompok‘ _ kelompok masyarakat. 1). Di tingkat
puskesmas tidak ada petugas penyuluhan tersendiri, tetapi d1 tingkat kabupaten terdapat
tenaga-tenaga k00rdinator p e nyuluhan kesehatan. 8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) 9.
Kesehatan olahraga 10. Perawatan kesehatan masyarakat ll. Usaha kesehatan kerja 12. Usaha
kesehatan gigi dan mulut 13. Usaha kesehatan jiwa 14. Kesehatan mata 15. Laboratorium
(diupayakan tidak lagi sederhana) 16. Pencatatan dan Pelaporan Sistem Informasi Kesehatan 17.
Kesehatan usia lanjut 18. Pembinaan pengobatan tradisional

Kegiatan pokok puskesmas bersifat dinamis dan berubah sesuai dengan kondisi masyarakat‘ Di
samping penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok puskesmas tersebut d1 atas, puskesmas
sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan program kesehatan tertentu oleh
pemerintah pusat, misalnya melaksanakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN). Dengan demikian,
balk petunjuk

pelaksanaan maupun perbekalan akan diberikan oleh pemerintah pusat bersama pemerintah
daerah.

PIRAN PIISKESMAS

Dalam konteks otonomi daerah seperti saat ini, puskesmas mempunyai peran yang sangat vital
sebagai institusi pelaksana teknis. Puskesmas dituntut memiliki kemampuan manajerial yang
baik dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran
tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui sistem
perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan-kegiatan yang tersusun rapi, serta
memiliki sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Selain itu, puskesmas juga dituntut
berperan serta aktif dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan
pelayanan kesehatan secal’a komprehensif dan terpadu.

WILAYAI'I KEMA PUSKESMAS


WilaYah kerja Puskesmas meliputi sat“ mama“ 3““ “wan dari kecamatan. Faktot kW Penduduk,
luas daerah geogmfls, dan keadaan mm 1mm)“ mempakan bahan perdeG’"

1:

dalam mcnentukan mlm ah krna pmkcsmas. Puskeqm“ mcrupakan perangkal Pemerintah


Daerah Tungkat ll. schmgga pcmhagian wnlayah kcrjn puqkom‘m dudapkan oleh Bupati setelah
mendengar saran tckm: darn lxamor Wllm ah Depnrlcmcn Kesehatan vaimi. Di kota besar.
wilayah kerja puskmmas bna ham'a satu kclurahnn dan puskesmas d. ibukom kecamalan
menjadi puskesmas; rupukan yang bcrlungsn schaga pusat ruiukan dari puskesmas kclurahan.
Selain itu, puskesmas d: kaamatan iuga mempunyai fungsi koordinasi. Sasaran penduduk yang
dilayani oleh sebuah

pmkmmas rota ram 30.000 penduduk.

EASIU'I'AS PINUNJANG Dalam ranska memperluas jangkauan pelayanan kesehatan yang


diberikan, puskesmas perlu dltuniang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana,
antara lain sebagai berikut.

1, Puskesmas Pembantu Puskesmas Pembantu yang lebih sering dikenal sebagai Pustu atau
Pusban adalah unit

pelayanan kesehatan sederhana yang berfungsi menunjang dan membantu pelaksanaan


kegiatan-kegiatan puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil. Puskesmas
Pembantu merupakan bagian integral dari puskesmas. Setiap puskesmas memiliki beberapa
Puskesmas Pembantu di dalam wilayah kerjanya. Namun, terdapat beberapa puskesmas yang
tidak memiliki Puskesmas Pembantu, khususnya puskesmas di daerah perkotaan.

2. Puskesmas Keliling Puskesmas Keliling merupakan unit pelayanan kesehatan keliling yang
dilengkapi dengan

kendaraan bermotor roda empat atau perahu motor, peralatan kesehatan, peralatan
komunikasi, serta sejumlah tenaga yang berasal dari puskesmas. Puskesmas Keliling berfungsi
menunjang dan membantu kegiatan puskesmas dalam wilayah yang belum terjangkau oleh
pelayanan

kesehatan. Kegiatan Puskesmas Keliling antara lain: memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat di daerah terpencil atau daerah

a. yang sulit dijangkau oleh pelayanan puskesmas;

b melakukan penyelidikan tentang Kejadian Luar Biasa (KLB);

c. dapat dipergunakan sebagai alat transportasi penderita, misalnya dalam rangka rujukan kasus
darurat;

d. melakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan alat audiovisual.

Bidan Desa Di setiap desa yang belum memiliki fasilitas pelayanan kesehatan, Bidan Desa
ditempatkan
untuk tinggal di desa tersebut untuk memberikan pelayanan kesehatan. Bidan Desa
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas. Wilayah kerja Bidan Desa adalah satu
desa dengan jumlah penduduk rata-rata 3.000 jiwa. Tugas utama Bidan Desa adalah
meningkatkan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan melalui pembinaan posyandu
dan pembinaan kelompok dasawarsa, serta pertolongan persalinan di rumah penduduk. Dalam
perkembangannya, batasan-batasan di atas makin kabur seiring dengan diberlakukannya
Undang-Undang Otonomi Daerah yang lebih mengedepankan desentralisasi. Dengan otonomi,
setiap Daerah Tingkat II memiliki kesempatan untuk mengembangkan puskesmas sesuai
Rencana Strategis (Renstra) Kesehatan Daerah dan Rencana Pembangunan )angka

Menengah Daerah (RPJMD) Bidang Kesehatan, sesuai dengan situasi dan kondisi Daerah Tingkat
II.

WAYNE" IISINAIAN NMUIUN pdmmn kesehaun yang diberihn pud‘t‘m“ adalah pelayanan
kcschatan yang menyelumh, Yang

meltputi peluvtmn: l. pcnmbmn (mm):

2. pmcegahm (pmmniw): 3. peningkatan kesehatan (pmmonw). t pemulihan kaehatan


(nhabtlitanwl

mAVMAN KBM‘I’AN INTEGRATIF

SM!“ ‘d‘ puskesmas, pelayanan kesehatan di kecamatan meliputi Balai Pengobatan,Ba1ai


Kuejahteraan [bu dan Anak, usaha higiene Sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit
menu];1 dan lainlain. Usahausaha tersebut masih bekerja sendiri sendiri dan bertanggung
jawab langSung‘ kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II. Dengan adanya sistem pelayanan
kesehatan melalui Pllsat kesehatan masyarakat, yaitu puskesmas. Oleh karena itu, berbagai
kegiatan pokok puskesmas
dilaksanakan bersama di bawah satu koordinasi dan satu pimpinan.

KEDIIDIIKAN PUSKESMAS

.1. Kedudukan dalam bidang administrasi Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah
Tingkat II dan bertanggung jawab

langsung, baik teknis maupun administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II.

2. Kedudukan dalam hierarki pelayanan kesehatan Dalam urutan hierarkj pelayanan kesehatan
sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional

(SKN), maka puskesmas berkedudukan pada tingkat fasilitas kesehatan pertama. Apa yang
dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah fasilitas, sedangkan dalam hal
pengembangan kesehatan. puskesmas dapat meningkatkan dan mengembangkan diri ke arah
modernisasi sistem pelayanan kesehatan di semua lini, baik promotif, preventif maupun
rehabilitatif sesuai kebijakan rencana strategis daerah tingkat II di bidang kesehatan.

S‘I'RllK‘l'llll ORGANISAsl DAN TA‘I‘A KEMA

Susunan organisasi puskesmas: 1Unsur pimpinan: Kepala Puskesmas

2Unsur pembantu pimpinan: Urusan Tata Usaha 3Unsur pelaksana: Unit 1, Unit 11, Unit III, Unit
IV, Unit V, Unit VI, dan Unit VII

lab 2 o Sejarah Perlembangm Kepenwatan Komunitas


KM Tata Usaha V11 f nit Unitl UnitII Unit 111 unit 1v UnitV Umt v1 U Puskesmas

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Puskesmas

berikut. kegiatan puskesmas

Tugas pokok masing-masing unsur tersebut antara lain sebagai keuangan. perlengkapan

1. Kepala Puskesmas, mempunyai tugas memimpin dan mengawasi

2. Kepala Urusan Tata Usaha, mempunyai tugas dibidang kepegawaian, dan surat menyurat,
serta pencatatan dan pelaporan.

3. Unit I, melaksanakan kegiatan Kesejahteraan Ibu dan Anak Keluarga Berencana (KB)’
perbaikan gizi.

4. Unit II, melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit. .

Unit III, melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, serta kesehatan tenaga ket'Ja d3“

dan

5. usia lanjut. 6. Unit IV, melaksanakan kegiatan kesehatan masyarakat, sekolah, dan olahraga. 7.
Unit V, melaksanakan kegiatan pembinaan, pengembangan, dan penyuluhan kepada
masyarakat. 8. Unit VI, melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan inap.

9. Unit VII, melaksanakan tugas kefarmasian.

TA'I'A KEIUA PUSKESMAS

Dalam melaksanakan tugasnya, puskesmas wajib menetapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan
sinkronisasi, baik dalam lingkungan puskesmas maupun dalam satuan organisasi di luar muai
dengan tugasnya masing-masing. Kepala Puskesmas bertanggung jawab memimpin,
mengoordinui semua unsur dalam linglqmgan puskesmas, dan memberikan bimb'mgan bagi
pelaksanaan masing-masing. Setiap unsur dj lingkungan puskesmas wajib mengikuti dan
mematuh' "*8“ dan bertanggung jawab kepada Kepala Puskesmas. ‘ m,“

[ANGMUAN PILAVANAN KISIHATAN

sesuai dengan keadaan geografis, luas wilayah. sarana perhubungan, dan kepadatan PendUdu
dalnm wilayah kerja suatu puskesmas, tidak semua penduduk dapat dengan mudah mengakse
pelayanan puskesmas. Agar jangkauan pelayanan puskesmas lebih merata dan meluas,
PUSkesm ' perlu ditunjang dengan Puskesmas Pcmbantu. Puskesmas Keliling, dan Bidan Desa.
Selain it peningkatan peran serta masyarakat untuk mengelola posyandu dan membina
dasawisma ing;

dapat menunjang jangkauan pelayanan kesehatan.

bukungan Multan Sistem rujukan upaya kesehatan merupakan suatu sistem jaringan pelayanan
kesehatan yan

memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya SUatu
masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horizontal. Sistem rujukan Secara
konsepsional menyangkut hal-hal sebagai berikut.

l. Rujukan medis, yang meliputi; konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik pengobatan,
tindakan operatif, dan

a. lain-lain;

h pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap;

c. mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten/ahli untuk meningkatkan

mutu pelayanan pengobatan. ' Rujukan kesehatan, merupakan rujukan yang menyangkut
masalah kesehatan masyarakat

yang bersifat preventif dan promotif, yang meliputi: survei epidemologi dan pemberantasan
penyakit atas Kejadian Luar Biasa (KLB);

a.

b. pemberian pangan di wilayah yang sedang mengalami bencana kelaparan;

c. penyelidikan penyebab keracunan, bantuan teknologi penanggulangan keracunan, dan


bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan massal;
d. pemberian makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan untuk pengungsi atas terjadinya
bencana alam;

e. saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah kekurangan air bersih bagi
masyarat umum;

f. pemeriksaan spesimen air di laboratorium kesehatan, dan lain-lain.

Tujuan sistem rujukan upaya kesehatan, antara lain sebagaj berikut:

1. Umum Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung kualitas


pelayanan

yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara berdaya guna dan berhasil

guna.

2. Khusus Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan rehabilitatif.
serta dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventifdan promotif secara
berha-‘il

guna dan berdaya guna. lenjang tingkat pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia dapat
dilihat pada Tabel 2.4.

remap: nnxemmncnn Kulmn-nn mnnannKnT

Periode perkem'bzngan kegelziatnn mesyarakm terdm atas periode sebelum “mu pengetahUan
‘53. (pmaenttfic perm ) an pe 0 e mu Pengetahuan (scieu‘m‘ Pe'wd)‘ Tr; «9‘
PERIOD! SIBILIIM ILMII PENGITAHIIAN (PRISCIENTIFIC PERIOD) 3233:: perkcmbanga" kesehatan
masyarakat sebelum “mu engetahuan tidak daPat dipisahkan dari 1:“; seiamh kebudayaan yang
ada di dunia, di amaranya a:alah budaya dari bangsa Babiloma, Mes“, 3‘ Yunani» dan Romawi.
Bangsa bangsa tersebut menunjukkan bahwa manusia telah melakUkan 2‘ ”58m untuk
menanggulangi masalah-masalah kesehat an magyafakat dan penyakit. Pada Zaman "‘ gersebut
diperoleh catatan bahwa telah dibangun temp at pembuanga“ kotoran (latrin) umum untuk
$2225; menampuns tinja atau kotoran manusia serta digalinya susia. Saat itu latrin dibangun
dengan tujuan :IEESI agar tinja tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan pandangan yang
tidak menyenangkana 3:35 belum ada pemikiran bahwa latrin dibangun dengan alasan
kesehatan karena tinja atau kotoran {22 manusia dapat menularkan penyakit. Pembuatan susia
oleh masyarakat pada masa itu juga karena :3 air sungai yang biasa mereka minum sudah kotor.
dan terasa tidak enak» bukan karena minum air 32

sungai dapat menyebabkan Penyakit (Greene, 1984). Dari dokumen lain juga tercatat bahwa
pada man RomaWI Kuno telah dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan kepada
masyarakat

i1nmk (Hanlon, 1974): 1_ mencatatkan pembangunan rumah;

2, melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya; 3, melaporkan binatang


peliharaan/ternak yang dapat menimbulkan bau; 4, pemerintah melakukan supervisi ke tempat-
tempat minuman (public bar), warung makanan,

tempat prostitusi, dan lain-lain.

Setelah itu, kesehatan masyarakat makin dirasakan perlunya di awal abad ke-l sampai ke-7

dengan alasan sebagai berikut. 1, Berbagai penyakit menular mulai menyerang penduduk dan
telah menjadi epidemi, bahkan
ada yang menjadi endemis. Di Asia, khususnya Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika muncul
penyakit kolera yang telah

2. tercatat sejak abad ke-7-bahkan di India penyakit kolera telah menjadi endemis. Penyakit
lepra telah menyebar ke Mesir, Asia kecil, dan Eropa melalui para emigran.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi kasus epidemi dan endemis, di amaranya
masyarakat mulai memerhatikan masalah: lingkungan, terutama higiene dan sanitasi
lingkungan; pembuangan kotoran manusia (latrin); mengusahakan air minum bersih;

pembuangan sampah; pembuatan ventilasi yang memenuhi syarat.

Pada abad kel4 mulai terjadi wabah pes yang dasyat di Cina dan India. Pada tahun 1340 telah
tercatat l3 juta orang meninggal karena wabah pes. Di India, Mesir, dan Gaza dilaporkan bahwa
13nbu orang meninggal tiap hari karena serangan pes. Berdasarkan catatan, jumlah orang yang

meninggal karcna wabah penyakit pea di seluruh dunla waktu itu mencapai lebih dari 60 jute
Oran sehinggn kejadmn Pada waktu itu dlsebut '1he Black Death”-serangan wabah PenYakit
menu} ml berlangsung sampai ahad kc 18. Di samping wabah pes, wabah kolera dan tifus juga
mas' berlangsunsPada tahun 1603 lebih darl l darl 6 orang meninggal karena penyakit menular,
d tahun 1665 seknar l dart S orang menmggal. Pada tahun 1759 dilaporkan 70 ribu orang
Pendudu di Kepulauan Cyprus meninggal karena penyakit menular. Penyakit lain yang menjadi
wabah antata lain dlpteri. tifus, disemri. dan Iain-lain.

nmool ILMII PINGITAIIIIAN (SC'ENTIFIC PERIOD)

Pads akhir abad ke18 dan di awal abad ke-l9, bangkitnya ilmu pengetahuan mempunyai dammk
yang sangat luas pada segala aspek kehidupan manusia, termasuk pada aspek kesehatan. Pada
abad ini pendekatan dalam penanganan masalah kesehatan tidak hanya memandang pada
aspek biologs saja. tetapi sudah komprehensif dan multisektoral. Selain itu, telah ditemukan
berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegahan penyakit, seperti pada
Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Penemu dan Hasil Pengmuan dalam Penanggulan Penyakit

Penemu Hasil Temuan Louis Pasteur Vaksin untuk mencetah venyakit cacar Jose-h Lister Asam
carbol carbolic an" untuk stren'lisasi ruanv operasi William Marton Ether sebacai anestesi pada
waktu operasi

Upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai dilaksanakan di Inggris. Hal ini terkait
dengan wabah penyakit endemis kolera tahun 1832 yang terjadi pada masyarakat di perkotaan,
terutama yang miskin. Parlemen Inggris membentuk komisi penanganan pada penyakit ini dan
Edwin Chadwich-seorang pakar sosial (social scientist)--ditunjuk sebagai ketua komisi untuk
melakukan penyelidikan mengenai penyebab wabah kolera ini. Hasil penyelidikan yang
dilaporkan di antaranya yaitu masyarakat yang hidup dalam kondisi sanitasi yang buruk, susia
penduduk berdekatan dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia, adanya aliran
air limbah terbuka yang tidak teratur, makanan yang dijual di pasar tidak higienes (dihinggapi
lalat dan kecoa), sebagaian besar masyarakat hidup miskin, serta bekerja rata-rata l4 jam per
hari sementara gaji yang diperoleh tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hasil laporan
Edwin Chadwich tersebut dilengkapi dengan analisis data yang lengkap dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Akhirnya, parlemen Inggris mengeluarkan undang-
undang yang mengatur upayaupaya peningkatan kesehatan penduduk dan berbagai peraturan
tentang sanitasi lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik, dan lain-lain.

Berawal dari penelitiaannya, Edwin Chadwich tertarik untuk lebih jauh mempelajari kesehatan
masyarakat, sehingga saat itu ia menjadi pioneer dalam ilmu kesehatan masyarakat. Generasi
setelah Chadwich adalah Winslow-murid Chadwich-yang kemudian dikenal sebagai pembina
kesehatan masyarakat modem (public health modern). Winslow merumuskan defmisi kesehatan
masyarakat yang kemudian diterima oleh WHO. Sejak saat itu, lahirlah berbagai macam detinisi
sehat. John Snow, adalah seorang tokoh yang sudah tidak asing dalam dunia kesehatan
masyarakat dalam upaya sukseenya mengatasi penyakit kolera yang melanda kota London. Hal
yang perlu dicatat di sini adalah bahwa John Snow mempergunakan pendekatan epidemiologi
dalam menganalisis wabah

penyakit kolera, yaitu dengan menganalisis fakmr tempat’ orang, dan waktu-sehingga dia
dianggap ‘

sebagai "lhe Father of Epidemiology. pada akhir abad ke-l9 dan di awal abad ke-20. pendidikan
untuk tenaga kesehatan yang

Profesional mulai dikembangkan. Tahun 1893‘ John Hopkins-seorang pengusaha wiski dari
Amerika memelopori berdirinya universitas Yang di dalamnya terdapat Fakultas Kedokteran.
Pada tahun I908 sekolah kedokteran mulai me'Webar kc Eropa. Kanada, dan negara-negara lain.
Dalam perkembangannya, kurikulum sekolah kNokteran mulai memerhatikan masalah
kesehatar‘ masyarakat d3" SUdah didasarkan Pada suatu asumsi bahwa penyakit dan kesehatan
merupakan hasii interaksi yang dinamis antara faktor genetik, lingkungan fisik, lingkungan sosial
(termasuk kondisi kerja), kebiasaan perorangan, d3" pelayanan kesehatan. Dari segi pelayanan
kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah Amerika membentuk Departemen
Kesehatan yang pertama kali dengan tujuan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi
penduduk, termasuk perbaikaf‘

dan pengawasan sanitasi lingkungan.

penuemsnncnn KESEHIITIIII mnnnnmmDI Inbonesm

Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia di mulai pada abad ke-16, yaitu dimulai
dengan adanya upaya pemberantasan penyakit cacar dan kolera yang sangat ditakuti oleh
masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk ke Indonesia tahun 1927, dan pada tahun 1937
terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura
dan mulai berkembang di Indonesia, sehingga berawal dari wabah kolera tersebut pemerintah
Belanda (pada waktu itu Indonesia dalam penjajahan Belanda) melakukan upaya-upaya
kesehatan masyarakat. Gubernur Ienderal Deandels pada tahun 1807 telah melakukan upaya
pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan
angka kematian bayi (infant mortality rate) yang tinggi. Namun, upaya ini tidak bertahan lama,
akibat langkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru kemudian di tahun 1930, program ini dimulai
lagi dengan didaftarkannya para dukun bayi sebagai penolong dan perawat persalinan. Pada
tahun 1851 berdiri sekolah dokter Iawa oleh dr. Bosch dan dr. Bleeker-Kepala Pelayanan
Kesehatan Sipil dan Militer di Indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA (School Tot
Oplelding van Indiche Arsten) atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913
didirikan sekolah dokter yang ke-2 di Surabaya dengan nama NIAS (Nederland Indische Artsen
School). Pada tahun 1927 STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan sejak berdirinya
Universitas Indonesia tahun 1947, STOVIA berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Selain itu, perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia juga ditandai dengan berdirinya
Pusat Laboratorium Kedokteran di Bandung tahun 1888-tahun 1938 pusat laboratorium ini
berubah menjadi Lembaga Eykman. Selanjutnya, laboratorium-laboratorium lain juga didirikan
di kota-kota seperti Medan, Semarang, Makasar, Surabaya, dan Yogyakarta dalam rangka
menunjang pemberantasan penyakit malaria, lepra, cacar, serta penyakit lainnya, bahkan
lembaga gizi dan sanitasi juga didirikan.

Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke Indonesia dan tahun 1933-1935 penyakit ini menjadi
epidemis di beberapa tempat, terutama di Pulau Iawa. Pada tahun 1935 dilakukan program

pemberantasan penyakit pes dengan cara melakukan penyemprotan DDT terhadap rumah-
rumah penduduk dan vaksinasi massal. Tercatat sampai pada tahun 1941, 15 juta orang telah
divaksinasi. Pad;

tahun 1925’ HYdIiCh-seorang petugas kfsehztan Pemerintah Belanda-melakukan Pengamatan


terhadap masalah tingginya angka kemanan anDkeSakitan di Banyumas Purwokerto. Dari ha,“
Penmatan dan analisisnya, disimPulkan ba wa tingginya angka kesakjtan dan kematian di kedu.
daerah tersebut dikarenakan burukn)’a kfmdl.“ sanitasi lingkungan, masyarakat bums air besa, di
sembarang tempat, dan penggunaan a" mlnum dari sungai yang telah tercemar. Kesimpulan ““8
diPeroleh adalah bahwa mndahnya Wm“ hngkungan dikarenakan perilaku Penduduk yang
kum‘g 581k. sehingga Hydrich memulai "Pa“ kesehatan masyarakat dengan mengembangkan
daemh percontohan, yaitu dengan care me] . an Pmmosi mengenai pendidikan kesehatan.
Sampai sekmng usaha Hydrich ini dianggaP “bag“ awa] kesellatan masyarakat di Indonesia.

Memasuki zaman kemerdekaana 53'” Sat“ tonggak perkembangan kesehatan masYal’akat di


l“donesia adalah saat diperkenalkannya KonseP Bandung (Bandung Plan) pada tahun 1951 Oleh
dF-Y. Leimena dan dr. Patah-yang selanjutnya dikenal dengan nama Patah-Leilnena. Dalam
konsep ini, diperkenalkan bahwa dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat, aspek
preventifdan kuratif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam mengembangkan sistem
pelayanan kesehatan, kedua “M ini tidak boleh dipisahkan. baik di rumah ”kit maupun di
puskesmas. Selanjutnya, pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan
masyarakat oleh dr. Y. Sulianti dengan berdirinya Proyek Bekasi (Lemah Abang) sebagai proyek
Percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di
Indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini juga menekankan pada
pendekatan tim dalam pengelolaan program kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep
pelayanan terpadu ini, terpilih delapan desa wilayah pengembangan masyarakat.

. Sumatera Utara: Indrapura Lampung

Iawa Barat: Bojong Loa Iawa Tengah: Sleman Yogyakarta: Godean

Iawa Timur: Mojosari

Bali: Kesiman

Kalimantan Selatan: Barabai

9°N9‘Snzk1-HP"
Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang ini. Pada bulan
November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan program kesehatan
magyarakat terpadu sesuai dengan kondjsi dan kemampuan rakyat Indonesia, yaitu mengenai
komep puskesmas-yang dipaparkan oleh dLAchmad Dipodilogo-yang mengacu pada Konsep
Bandung dan Proyek Bekas'L Dalam seminar ini talah disimpulkan dan disepakati mengenai
sistem puskesma. yang terdiri atas til)e A, B, dan C. Akhjmya pada tahun 1968 dalam rapat kerja
kesehatan nasional, dicetUSkan bahwa puskesmas merupakan suatu sistem pelayanan
kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan 0131‘ pemerintah (Departemen Kesehatan)
menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Winas)

puskesmas disepalmti sebagai sum, unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayamn
kuratif dan preventifse‘cara tCrpaldu, menyeluruh. dag mudah dijangkau. dalam wilayah ken.
kecamatan atau 5:383“ ketamatan (11 kotamadya atau kabupaten. Sebagai lini tctdcpan
Pembangunan kese mpuskesmas dihmpkan sclalu vegan Untuk it'll. duperkenalhnlah PW untuk
selalll mengua PuSkesmas (strengthening pushesmas). D! M8313 berkembmg RM

Indonesia» fasilitas kmham berlandaskan masyarakat ditasakan lebih efckuf dan Peg“

Dcpartemen kcsehatan telah membuat usaha intensif unmk membangun puskesmas yang
kemudian dimasukkan kc dalam master plan untuk opemsi Penguatan pelayanan kesehatan
nasional. Kegiatan Pokok dalam program dasar clan utama puskesmas mencakup 18 kegiatan,
yaitu:

l. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Keluarga Berencana (KB). Gizi. Kesehatan lingkungan.

Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta imunisasi, Penyuluhan kesehatan


masyarakat.

Pengobatan.
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Perawatan kesehatan masyarakat.

10. Kesehatan gigi dan mulut.

11. Usaha kesehatan jiwa.

12. Optometri.

13. Kesehatan geriatrik.

14. Latihan dan olahraga.

15. Pengembangan obat-obatan tradisional. 16. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). 17.
Laboratorium dasar.

18. Pengumpulan informasi dan pelaporan untuk sistem informasi kesehatan.

PPNQPPP’P

Pada tahun 1969, sistem puskesmas hanya disepakati dua saja, yaitu Puskesmas tipe A Yang
dikelola oleh dokter dan Puskesmas tipe B yang dikelola oleh seorang paramedis. Dengan
adanya perkembangan tenaga medis, maka pada tahun 1979 tidak diadakan perbedaan
Puskesmas tipe A atau tipe B-hanya ada satu puskesmas saja, yang dikepalai oleh seorang
dokter. Namun, kebijakan tentang pimpinan puskesmas mulai mengalami perubahan tahun
2000, yaitu puskesmas tidak harus dipimpin oleh seorang dokter, tetapi dapat juga dipimpin
oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat. Hal ini tentunya diharapkan dapat membawa perubahan
yang positif, di mana tenaga medis lebih diarahkan pada pelayanan langsung pada klien dan
tidak disibukkan dengan urusan adminstratif/ manajerial, sehingga mutu pelayanan dapat
ditingkatkan. Di provinsi Jawa Timur misalnya, sudah dijumpai Kepala Puskesmas dari lulusan
Sarjana Kesehatan Masyarakat seperti di Kabupaten Gresik, Bojonegoro, Bondowoso, dan lain
sebagainya. Pada tahun 1979 dikembangkan satu peranti manajerial guna penilaian puskesmas,
yaitu stratifikasi puskesmas, sehingga dibedakan adanya:

l. Strata l, puskesmas dengan prestasi sangat baik 2. Strata 2, puskesmas dengan prestasi rata-
rata atau standar.

3. Strata 3, puskesmas dengan prestasi di bawah rata-rata.

Peranti manajerial puskesmas yang lain berupa microplanning untuk perencanaan dan lokakarya
mini untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerja sama tim. Pada tahun 1984,
tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan berkembangnya program paket terpadu
kesehatan dan Keluarga Berencana (Posyandu) yang mencakup Kesehatan Ibu dan Anak,
Keluarga Berencana, gizi, penanggulangan penyakit diare, dan imunisasi.

Sampai dengan tahun 2002, jumlah puskesmas di Indonesia mencapai 7.309. Hal ini berarti 3,6
puskesmas per 100.000 penduduk atau satu puskesmas melayani sekitar 28.144 penduduk.

-, “entara nu, )uuuuu QQSa di I n . 98m n‘enca

SM,“ Puskesmas ““mktia Sep 1 0 £000 penduduk. ’“mlah u U Uh deSa d‘ . Skesm 3 mm?

Pat 70.92! pada tahun 2003, yang berarti setidaknya rNemenuhl kebutuhan pelayanan

andnngkan dengan rumah sakit yang haruS melayani


. torus dikcmban k b'h lanjut untuk . h ter encll‘ . 8 an dan dlatur le I l daera P D‘ anr Prima.
lumlah Puskesmas masih jauh dari memadai’ terutama

. a Jerkadang beberapa kah lebih Illa dan Sumatem. puskesmas harus menangani wilayah yang
Inas, Mikit. Sebuah puskesmas tErk S dari Sntu kabupatcn di Iawa) dengan jumlah penduduk
yang 19b“!

a . . Renduduk puskesmas term“ Mullins lztgi'lgglayanl 10.000 penduduk. Selain itu. bag!
sebagman u L .

Hummus mtmnm owns romnnx pemvnnnn

Mat ini_ pemerintah menjadikan puskesmas sebagai ujung tombak utama pelayanan kesehatan
pada masyarakat sekaligus sebagai wadah isu strategis. Misalnya, isu strategis aksesibilitas
layanan dan penyediaan sumber daya manusia serta sarana prasarana. puskesmas juga mampu
menjadi tempat pelayanan kesehatan pilihan utama masyarakat, karena dekat dengan tempat
tinggal dan murah dari segi biaya pelayanan-rata-rata biaya retribusi yang dikenakan berkisar Rp
1500,00 sampai RD 2000,00. Bahkan berbagai daerah telah menerapkan program pengobatan
gratis yang difokuskan untuk rawat jalan bagi setiap lapisan masyarakat, baik kaya maupun
miskin. Hal ini dilaksanakan oleh pemerintah daerah agar masyarakat menyadari pentingnya
berobat ke puskesmas. Dengan diberlakukannya pengobatan gratis di puskesmas, maka
puskesmas tidak lagi dibebani pemasukan dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sebaliknya,
daerah mengalokasikan sejumlah dana untuk mendukung operasionalisasi di puskesmas, seperti
biaya obat-obatan.

Selain menjadikan puskesmas ujung tombak layanan, pemerintah daerah juga mulai

mendekatkan layanan dokter spesialis kepada masyarakat. Umumnya ada dua cara yang
ditempuh daerah, yaitu menempatkan dokter spesialis di puskesmas atau menentukan
puskesmas khusus (spesiflkasi). Kebijakan menempatkan dokter spesialis di puskesmas
dilatarbelakangi oleh anggapan bahwa dokter spesialis identik dengan pelayanan kesehatan
yang mahal atau hanya bisa diperoleh masyarakat apabila berobat kc rumah sakit. Bagi daerah
yang belum mampu menempatkan layanan dokter spesialis di setiap puskesmas, daerah
mengatasinya dengan dokter spesialis keliling. Sampai saat ini, dokter spesialis yang banyak
ditempatkan di puskesmas adalah dokter spesialis kandungan. mata, kulit, dan penyakit dalam.
Sementara itu, kebijakan menjadikan puskesmas sebagai puskesmas spesifikasi biasanya
didasari oleh kondisi geografis daerah. Puskesmas spesifnkasi yang banyak didirikan, khususnya
di Iawa Timur adalah puskesmas khusus mata, obstetri-ginekologi, puskesmas bencana, dan
puskesmas wisata.

KONSIP PUSKESMAS

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfung“
sebagai pusat pembanguanan kesehatan, pusat pembinaan partisipasi masyarakat dalam bidang
kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegnatan
m Secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada 5‘1““ masyarakat yang bertcmpa!
t

dalam suatu wilayah tertentu.

pgplNlSI PIISKISMAS para ghli mendetinisikan puskesmas sesuai dengan perkembang‘m dan
tuntutan pelayanan kesehatan.

l)ef“1isi puskesmas antara lain sebagai berikut.

1.

$4
Azrul Azwar (1980). Pusat Kesehatan MaSYarakat (Puskesmas) merupakan suatu kesatuan
organisasi fungsional yang langsung memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada
masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.
Departemen Kesehatan RI (1981). Pusat KCSehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan suatu
kesatuan organisasi kesehatan yang langsung memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terintegrasi kepada masyarakat di wilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha
kesehatan pokok.

Departemen Kesehatan RI (1987). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan pusat


pembagunan kesehatan yang berfungsi mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat.
serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam
bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya.

Departemen Kesehatan RI (1991). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan suatu


kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dalam memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

FUNGSI PIISKESMAS

Fungsi pokok puskesmas, antara lain:

sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya;

l.

2. membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan


kemampuan untuk hidup sehat;
3. memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya.

Sementara proses dalam melaksanakan fungsinya dilakukan dengan cara:

l. merangsang masyarakat, termasuk pihak swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka
menolong dirinya sendiri;

2. memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan


sumber daya yang ada secara efektif dan eflsien;

3. memberi bantuan, baik yang bersifat bimbingan teknik materi, rujukan medis, maupun
rujukan kesehatan kepada masyarakat;

4. memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat;

5. bekelja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program


puskesmas.

VISI PUSKISMAS

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan pusat
kesehatan adalah sebagai berikut.

l. 2.
3.

Masyarakat hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat.

Memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dam
merata.

Memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Repubhk lndoncsu.

“,5. pllSKISMAS

Misi Puskesmas sebagai pusat Pengeln"“"3a" kmhm" Yang clapat dilakukan memui herbaga i

upaya. antara lain sebagai berikut. 1, Memperluas Jangkauan pelayanan keSChMan sampal kc
desa-dcsa.

2. Meningkatkan mum pelayaumn kesehatan. 3. Mengadakan Petalatan dan obat-olmtan


disesuaikan dengan kebutuhan masYal‘akat.

4. Mengembangkan Pembangunan Keschatan Masyarakat Desa (PKMD)

SMTIGI PIISKESMAS

Strategi puskesmas untuk mewujudkan pembangunan kesehatan antara lain: l. pelayanan


kesehatan yang bersifat mCWeIuruh (comprehensive health care service);
2. pelayanan kesehatan yang menerapkan Pendekatan yang menyeluruh (holistic approach),

SASARAN DAN MEKANISME PELAVANAN KEPERAWA‘I'AN KESEHA‘I‘AN MASYAMKA‘I' DI


PUSKESMAS

Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan. Keluarga dengan risiko tinggi. Keluarga
dengan kasus tindak lanjut keperawatan.

Pembinaan kelompok khusus (sesuai prioritas daerah). Pembinaan desa atau masyarakat
bermasalah (sesuai dengan prioritas daerah).

w9w

PELAYANAN PUSKESMAS

l. Pelayaran di Dalam Gedung a. Penerimaan klien di loket pendaftaran. b. Proses seleksi kasus
prioritas. Pelayanan medis yang diberikan berupa: asuhan keperawatan, dari proses seleksi akan
diketahui sasaran prioritas dan

nonprioritas-sasaran prioritas perlu ditindaklanjuti berupa rujukan ke rumah

sakit atau rujukan ke puskesmas dengan ruang rawat inap; tindak lanjut pelayanan kesehatan
dapat berupa asuhan keperawatan keluarga,

kelompok, dan masyarakat. Penyampaian informasi klien yang memerlukan tindak lanjut asuhan
keperawatan di
c. rumah.

2. Pelayanan di Luar Gedung Mempelajari informasi mengenai data kesenjangan pelayanan


kesehatan dan

a. menampung informasi yang berasal dari masyarakat.

b. Seleksi untuk mendapatkan sasaran prioritas, yaitu: individu, keluarga. kelompok. clan
masyarakat.

c. Menyampaikan informasi sasaran prioritas.

Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap sasaran prioritas.

KNIATAN POIOI WSIBMAS

Mandi": Bulm Woman Kenn Puakumas yang tether“. mdapai 20 usaha pokok kesehatan yang
4.9.: duakuk-n oleh pmkeamns. Namun, peInknn‘m‘nyn sangat bergamung pada faktor tennga,
mm dun muranm Nay: yang mud“. gem komampuan manajemen dari Hap-uap puskesmas.
[\qmtan pnknk puqkesmas amnrn lain sebaga! berikm.

I Up!“ Kesehuan [bu dan Annk (KIA)

Pemeliharaan kesehatan Ibu ham“; Melahlrkan dan menyusui; Sena bayi, anak banta.

‘ dun anak praselmlah.


b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang makanan gum mencegah gm buruk,

c. lmunisasi.

d‘ Pemberian pendidlkan kesehatan tentang perkembangan anak dan cam menstimulasinya.

e. Pcngobatan bagi ibu, bayi, anak balita, serta prasekolah yang menderita bermacam

macam penyakit ringan, dan lain-lain_

2. Upaya Keluarga Berencana (KB) Mengadakan kursus Keluarga Berencana untuk para ibu dan
calon ibu yang mengunjungi

& KIA.

b. Mengadakan kursus Keluarga Berencana kepada dukun yang akan bekerja sebagai penggerak
calon peserta Keluarga Berencana.

c. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai cam pemasangan IUD, cara-cara

penggunaan pil, kondom, dan alat-alat kontrasepsi lainnya. 3. Upaya perbaikan gizi a. Mengenali
penderita-penderita kekurangan gizi. b. Mengembangkan program perbaikan gizi. c.
Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat. 4_ Upaya kesehatan lingkungan Penyehatan air
bersih.
l: Penyehatan pembuangan kotoran. c. Penyehatan lingkungan perumahan. d, Penyehatan
limbah. c. Pengawasan sanitasi tempat umum. L Penyehatan makanan dan minuman. g.
Pelaksanaan peraturan perundangan. 5, Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular a. Mengumpulkan dan menganalisis data penyakit. b. Melaporkan kasus penyakit
menular. c. Menyelidiki benar atau tidaknya laporan yang masuk. d Melakukan tindakan
permulaan untuk mencegah penyebaran penyakit menular. e Menyembuhkan penderita,
sehingga tidak lagi menjadi sumber infeksi. f. Pemberian imunisasi.

8Pemberantasan vektor. 11Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. 5' Upaya pengobatan a.


Melaksanakan diagnosis sedini mungkin melalui:

. mendapatkan riwayat penyakit; . mengadakan pemeriksaan fisik; o mengadakan pemeriksaan


labofatorium. membuat diagnosis. ’ b. Melaksanakan tindakan pengobatam c. Melakukan upaya
rujukan. 7. Upaya penyuluhan kesehatan masyarakat a. Kegiatan penyuluhan kesehatan
dilakukan 01 ch petugas di ldinik. mmah, dan kelompok‘ _ kelompok masyarakat. 1). Di tingkat
puskesmas tidak ada petugas penyuluhan tersendiri, tetapi d1 tingkat kabupaten terdapat
tenaga-tenaga k00rdinator p e nyuluhan kesehatan. 8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) 9.
Kesehatan olahraga 10. Perawatan kesehatan masyarakat ll. Usaha kesehatan kerja 12. Usaha
kesehatan gigi dan mulut 13. Usaha kesehatan jiwa 14. Kesehatan mata 15. Laboratorium
(diupayakan tidak lagi sederhana) 16. Pencatatan dan Pelaporan Sistem Informasi Kesehatan 17.
Kesehatan usia lanjut 18. Pembinaan pengobatan tradisional

Kegiatan pokok puskesmas bersifat dinamis dan berubah sesuai dengan kondisi masyarakat‘ Di
samping penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok puskesmas tersebut d1 atas, puskesmas
sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan program kesehatan tertentu oleh
pemerintah pusat, misalnya melaksanakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN). Dengan demikian,
balk petunjuk

pelaksanaan maupun perbekalan akan diberikan oleh pemerintah pusat bersama pemerintah
daerah.

PIRAN PIISKESMAS
Dalam konteks otonomi daerah seperti saat ini, puskesmas mempunyai peran yang sangat vital
sebagai institusi pelaksana teknis. Puskesmas dituntut memiliki kemampuan manajerial yang
baik dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran
tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui sistem
perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan-kegiatan yang tersusun rapi, serta
memiliki sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Selain itu, puskesmas juga dituntut
berperan serta aktif dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan
pelayanan kesehatan secal’a komprehensif dan terpadu.

WILAYAI'I KEMA PUSKESMAS

WilaYah kerja Puskesmas meliputi sat“ mama“ 3““ “wan dari kecamatan. Faktot kW Penduduk,
luas daerah geogmfls, dan keadaan mm 1mm)“ mempakan bahan perdeG’"

1:

dalam mcnentukan mlm ah krna pmkcsmas. Puskeqm“ mcrupakan perangkal Pemerintah


Daerah Tungkat ll. schmgga pcmhagian wnlayah kcrjn puqkom‘m dudapkan oleh Bupati setelah
mendengar saran tckm: darn lxamor Wllm ah Depnrlcmcn Kesehatan vaimi. Di kota besar.
wilayah kerja puskmmas bna ham'a satu kclurahnn dan puskesmas d. ibukom kecamalan
menjadi puskesmas; rupukan yang bcrlungsn schaga pusat ruiukan dari puskesmas kclurahan.
Selain itu, puskesmas d: kaamatan iuga mempunyai fungsi koordinasi. Sasaran penduduk yang
dilayani oleh sebuah

pmkmmas rota ram 30.000 penduduk.


EASIU'I'AS PINUNJANG Dalam ranska memperluas jangkauan pelayanan kesehatan yang
diberikan, puskesmas perlu dltuniang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana,
antara lain sebagai berikut.

1, Puskesmas Pembantu Puskesmas Pembantu yang lebih sering dikenal sebagai Pustu atau
Pusban adalah unit

pelayanan kesehatan sederhana yang berfungsi menunjang dan membantu pelaksanaan


kegiatan-kegiatan puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil. Puskesmas
Pembantu merupakan bagian integral dari puskesmas. Setiap puskesmas memiliki beberapa
Puskesmas Pembantu di dalam wilayah kerjanya. Namun, terdapat beberapa puskesmas yang
tidak memiliki Puskesmas Pembantu, khususnya puskesmas di daerah perkotaan.

2. Puskesmas Keliling Puskesmas Keliling merupakan unit pelayanan kesehatan keliling yang
dilengkapi dengan

kendaraan bermotor roda empat atau perahu motor, peralatan kesehatan, peralatan
komunikasi, serta sejumlah tenaga yang berasal dari puskesmas. Puskesmas Keliling berfungsi
menunjang dan membantu kegiatan puskesmas dalam wilayah yang belum terjangkau oleh
pelayanan

kesehatan. Kegiatan Puskesmas Keliling antara lain: memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat di daerah terpencil atau daerah

a. yang sulit dijangkau oleh pelayanan puskesmas;

b melakukan penyelidikan tentang Kejadian Luar Biasa (KLB);


c. dapat dipergunakan sebagai alat transportasi penderita, misalnya dalam rangka rujukan kasus
darurat;

d. melakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan alat audiovisual.

Bidan Desa Di setiap desa yang belum memiliki fasilitas pelayanan kesehatan, Bidan Desa
ditempatkan

untuk tinggal di desa tersebut untuk memberikan pelayanan kesehatan. Bidan Desa
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas. Wilayah kerja Bidan Desa adalah satu
desa dengan jumlah penduduk rata-rata 3.000 jiwa. Tugas utama Bidan Desa adalah
meningkatkan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan melalui pembinaan posyandu
dan pembinaan kelompok dasawarsa, serta pertolongan persalinan di rumah penduduk. Dalam
perkembangannya, batasan-batasan di atas makin kabur seiring dengan diberlakukannya
Undang-Undang Otonomi Daerah yang lebih mengedepankan desentralisasi. Dengan otonomi,
setiap Daerah Tingkat II memiliki kesempatan untuk mengembangkan puskesmas sesuai
Rencana Strategis (Renstra) Kesehatan Daerah dan Rencana Pembangunan )angka

Menengah Daerah (RPJMD) Bidang Kesehatan, sesuai dengan situasi dan kondisi Daerah Tingkat
II.

WAYNE" IISINAIAN NMUIUN pdmmn kesehaun yang diberihn pud‘t‘m“ adalah pelayanan
kcschatan yang menyelumh, Yang

meltputi peluvtmn: l. pcnmbmn (mm):

2. pmcegahm (pmmniw): 3. peningkatan kesehatan (pmmonw). t pemulihan kaehatan


(nhabtlitanwl
mAVMAN KBM‘I’AN INTEGRATIF

SM!“ ‘d‘ puskesmas, pelayanan kesehatan di kecamatan meliputi Balai Pengobatan,Ba1ai


Kuejahteraan [bu dan Anak, usaha higiene Sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit
menu];1 dan lainlain. Usahausaha tersebut masih bekerja sendiri sendiri dan bertanggung
jawab langSung‘ kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II. Dengan adanya sistem pelayanan
kesehatan melalui Pllsat kesehatan masyarakat, yaitu puskesmas. Oleh karena itu, berbagai
kegiatan pokok puskesmas

dilaksanakan bersama di bawah satu koordinasi dan satu pimpinan.

KEDIIDIIKAN PUSKESMAS

.1. Kedudukan dalam bidang administrasi Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah
Tingkat II dan bertanggung jawab

langsung, baik teknis maupun administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II.

2. Kedudukan dalam hierarki pelayanan kesehatan Dalam urutan hierarkj pelayanan kesehatan
sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional

(SKN), maka puskesmas berkedudukan pada tingkat fasilitas kesehatan pertama. Apa yang
dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah fasilitas, sedangkan dalam hal
pengembangan kesehatan. puskesmas dapat meningkatkan dan mengembangkan diri ke arah
modernisasi sistem pelayanan kesehatan di semua lini, baik promotif, preventif maupun
rehabilitatif sesuai kebijakan rencana strategis daerah tingkat II di bidang kesehatan.

S‘I'RllK‘l'llll ORGANISAsl DAN TA‘I‘A KEMA


Susunan organisasi puskesmas: 1Unsur pimpinan: Kepala Puskesmas

2Unsur pembantu pimpinan: Urusan Tata Usaha 3Unsur pelaksana: Unit 1, Unit 11, Unit III, Unit
IV, Unit V, Unit VI, dan Unit VII

lab 2 o Sejarah Perlembangm Kepenwatan Komunitas

KM Tata Usaha V11 f nit Unitl UnitII Unit 111 unit 1v UnitV Umt v1 U Puskesmas

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Puskesmas

berikut. kegiatan puskesmas

Tugas pokok masing-masing unsur tersebut antara lain sebagai keuangan. perlengkapan

1. Kepala Puskesmas, mempunyai tugas memimpin dan mengawasi

2. Kepala Urusan Tata Usaha, mempunyai tugas dibidang kepegawaian, dan surat menyurat,
serta pencatatan dan pelaporan.

3. Unit I, melaksanakan kegiatan Kesejahteraan Ibu dan Anak Keluarga Berencana (KB)’
perbaikan gizi.

4. Unit II, melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit. .


Unit III, melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, serta kesehatan tenaga ket'Ja d3“

dan

5. usia lanjut. 6. Unit IV, melaksanakan kegiatan kesehatan masyarakat, sekolah, dan olahraga. 7.
Unit V, melaksanakan kegiatan pembinaan, pengembangan, dan penyuluhan kepada

masyarakat. 8. Unit VI, melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan inap.

9. Unit VII, melaksanakan tugas kefarmasian.

TA'I'A KEIUA PUSKESMAS

Dalam melaksanakan tugasnya, puskesmas wajib menetapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan
sinkronisasi, baik dalam lingkungan puskesmas maupun dalam satuan organisasi di luar muai
dengan tugasnya masing-masing. Kepala Puskesmas bertanggung jawab memimpin,
mengoordinui semua unsur dalam linglqmgan puskesmas, dan memberikan bimb'mgan bagi
pelaksanaan masing-masing. Setiap unsur dj lingkungan puskesmas wajib mengikuti dan
mematuh' "*8“ dan bertanggung jawab kepada Kepala Puskesmas. ‘ m,“

[ANGMUAN PILAVANAN KISIHATAN

sesuai dengan keadaan geografis, luas wilayah. sarana perhubungan, dan kepadatan PendUdu
dalnm wilayah kerja suatu puskesmas, tidak semua penduduk dapat dengan mudah mengakse
pelayanan puskesmas. Agar jangkauan pelayanan puskesmas lebih merata dan meluas,
PUSkesm ' perlu ditunjang dengan Puskesmas Pcmbantu. Puskesmas Keliling, dan Bidan Desa.
Selain it peningkatan peran serta masyarakat untuk mengelola posyandu dan membina
dasawisma ing;

dapat menunjang jangkauan pelayanan kesehatan.

bukungan Multan Sistem rujukan upaya kesehatan merupakan suatu sistem jaringan pelayanan
kesehatan yan

memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya SUatu
masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horizontal. Sistem rujukan Secara

konsepsional menyangkut hal-hal sebagai berikut.

l. Rujukan medis, yang meliputi; konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik pengobatan,
tindakan operatif, dan

a. lain-lain;

h pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap;

c. mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten/ahli untuk meningkatkan

mutu pelayanan pengobatan. ' Rujukan kesehatan, merupakan rujukan yang menyangkut
masalah kesehatan masyarakat
yang bersifat preventif dan promotif, yang meliputi: survei epidemologi dan pemberantasan
penyakit atas Kejadian Luar Biasa (KLB);

a.

b. pemberian pangan di wilayah yang sedang mengalami bencana kelaparan;

c. penyelidikan penyebab keracunan, bantuan teknologi penanggulangan keracunan, dan


bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan massal;

d. pemberian makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan untuk pengungsi atas terjadinya
bencana alam;

e. saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah kekurangan air bersih bagi
masyarat umum;

f. pemeriksaan spesimen air di laboratorium kesehatan, dan lain-lain.

Tujuan sistem rujukan upaya kesehatan, antara lain sebagaj berikut:

1. Umum Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung kualitas


pelayanan

yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara berdaya guna dan berhasil

guna.
2. Khusus Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan rehabilitatif.
serta dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventifdan promotif secara
berha-‘il

guna dan berdaya guna. lenjang tingkat pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia dapat
dilihat pada Tabel 2.4.

Tubal 2A. Jenjang Tingkat Pelayam" Kesehatan

KWponen/Unsur Pouyamn Kouhaun

Jonjang (thrkl Imgut mm... uh”. Pelayanan kesehatan oleh indeu/keluargangscndid. ""9“!
msyaukat “9‘0“" swadaya mas arakat dalam menolong march sendid oteh n kelompok
paguyuban; pxx; Saka Bhakt‘ Husada; anggota RW, R11 d3 masyarakat.

Puskesmas, Puskesmas pembantu, Puskesmas Keliling, Praktik Mm" Swasta. dan Poliklinik
Swasta.

Rumah sakit kabupaten/kota, mmah sakit swasta. klinik swasta/ laboratorium, dan lain-lain.

Fauhtas polavanan kesehatan pmfestonal hngkaigenama Faulius pelayanan mjukan tingkat

Rama fOSllitaS polayanan mjukan yang Rumah sa.kit tipe 8 dan Ttipe A, lembaga spesialistik
swasta, lebih tinggi laboratonum kesehatan daerah, laboratorium klinik swasta, dan m

lain.
Semcntara im, alur rujukan medis dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

Internal antara petugas puskesmas. Antara puskesmas pembantu dengan puskesmas, Antara
masyarakat dengan puskesmas.

Amara puskesmas yang satu dengan puskesmas yang lain. Amara puskesmas dengan rumah
sakit, laboratorium, atau fasilitas kesehatan lainnya.

9+9)»:

Langkah-langkah yang ditempuh puskesmas dalam upaya meningkatkan mutu rujukannya

antara lain sebagai berikut. Meningkatkan mutu pelayanan di puskesmas dalam menampung
rujukan dari Puskesmas

l. Pembantu dan pos kesehatan lain dari masyarakat.

2. Mengadakan pusat rujukan antara dengan mengadakan ruangan tambahan untuk lO tempat
tidur perawatan penderita gawat darurat di lokasi yang strategis. .

3. Meningkatkan sarana komunikasi antara unit pelayanan kesehatan.

4. Menyediakan Puskesmas Keliling di setiap kecamatan dalam bentuk kendaraan roda empat
atau perahu motor yang dilengkapi alat komunikasi.
5. Menyediakan sarana pencatatan dan pelaporan bagi sistem rujukan, baik rujukan medis
maupun rujukan kesehatan.

6. Meningkatkan upaya dana sehat masyarakat untuk menunjang pelayanan rujukan.

Puskcsmas Paawatan Puskesmas perawatan atau puskesmas rawat inap merupakan puskesmas
yang diberi ruangan

tambahan dan fasilitas untuk menolong penderita gawat darurat, baik berupa tindakan operatif
terbatas maupun rawat inap sementara. Kriteria Puskemas Perawatan, antara lain sebagai
berikut. Puskesmas terletak kurang lebih 20 km dari rumah sakit. Puskesmas mudah dicapai
dengan kendaraan bermotor. Puskesmas dipimpin oleh dokter dan telah mempunyai tenaga
yang memadai. Iumlah kunjungan puskesmas minimal 100 orang per hari. Penduduk wilayah
kerja puskesmas dan penduduk wilayah tiga puskesmas di sekitarnya.

Pemerintah daerah bersedia menyediakan dana rutin yang memadai.

remap: nnxemmncnn Kulmn-nn mnnannKnT

Periode perkem'bzngan kegelziatnn mesyarakm terdm atas periode sebelum “mu pengetahUan
‘53. (pmaenttfic perm ) an pe 0 e mu Pengetahuan (scieu‘m‘ Pe'wd)‘ Tr; «9‘

PERIOD! SIBILIIM ILMII PENGITAHIIAN (PRISCIENTIFIC PERIOD) 3233:: perkcmbanga" kesehatan


masyarakat sebelum “mu engetahuan tidak daPat dipisahkan dari 1:“; seiamh kebudayaan yang
ada di dunia, di amaranya a:alah budaya dari bangsa Babiloma, Mes“, 3‘ Yunani» dan Romawi.
Bangsa bangsa tersebut menunjukkan bahwa manusia telah melakUkan 2‘ ”58m untuk
menanggulangi masalah-masalah kesehat an magyafakat dan penyakit. Pada Zaman "‘ gersebut
diperoleh catatan bahwa telah dibangun temp at pembuanga“ kotoran (latrin) umum untuk
$2225; menampuns tinja atau kotoran manusia serta digalinya susia. Saat itu latrin dibangun
dengan tujuan :IEESI agar tinja tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan pandangan yang
tidak menyenangkana 3:35 belum ada pemikiran bahwa latrin dibangun dengan alasan
kesehatan karena tinja atau kotoran {22 manusia dapat menularkan penyakit. Pembuatan susia
oleh masyarakat pada masa itu juga karena :3 air sungai yang biasa mereka minum sudah kotor.
dan terasa tidak enak» bukan karena minum air 32

sungai dapat menyebabkan Penyakit (Greene, 1984). Dari dokumen lain juga tercatat bahwa
pada man RomaWI Kuno telah dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan kepada
masyarakat

i1nmk (Hanlon, 1974): 1_ mencatatkan pembangunan rumah;

2, melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya; 3, melaporkan binatang


peliharaan/ternak yang dapat menimbulkan bau; 4, pemerintah melakukan supervisi ke tempat-
tempat minuman (public bar), warung makanan,

tempat prostitusi, dan lain-lain.

Setelah itu, kesehatan masyarakat makin dirasakan perlunya di awal abad ke-l sampai ke-7

dengan alasan sebagai berikut. 1, Berbagai penyakit menular mulai menyerang penduduk dan
telah menjadi epidemi, bahkan

ada yang menjadi endemis. Di Asia, khususnya Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika muncul
penyakit kolera yang telah

2. tercatat sejak abad ke-7-bahkan di India penyakit kolera telah menjadi endemis. Penyakit
lepra telah menyebar ke Mesir, Asia kecil, dan Eropa melalui para emigran.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi kasus epidemi dan endemis, di amaranya
masyarakat mulai memerhatikan masalah: lingkungan, terutama higiene dan sanitasi
lingkungan; pembuangan kotoran manusia (latrin); mengusahakan air minum bersih;

pembuangan sampah; pembuatan ventilasi yang memenuhi syarat.

Pada abad kel4 mulai terjadi wabah pes yang dasyat di Cina dan India. Pada tahun 1340 telah
tercatat l3 juta orang meninggal karena wabah pes. Di India, Mesir, dan Gaza dilaporkan bahwa
13nbu orang meninggal tiap hari karena serangan pes. Berdasarkan catatan, jumlah orang yang

meninggal karcna wabah penyakit pea di seluruh dunla waktu itu mencapai lebih dari 60 jute
Oran sehinggn kejadmn Pada waktu itu dlsebut '1he Black Death”-serangan wabah PenYakit
menu} ml berlangsung sampai ahad kc 18. Di samping wabah pes, wabah kolera dan tifus juga
mas' berlangsunsPada tahun 1603 lebih darl l darl 6 orang meninggal karena penyakit menular,
d tahun 1665 seknar l dart S orang menmggal. Pada tahun 1759 dilaporkan 70 ribu orang
Pendudu di Kepulauan Cyprus meninggal karena penyakit menular. Penyakit lain yang menjadi
wabah antata lain dlpteri. tifus, disemri. dan Iain-lain.

nmool ILMII PINGITAIIIIAN (SC'ENTIFIC PERIOD)

Pads akhir abad ke18 dan di awal abad ke-l9, bangkitnya ilmu pengetahuan mempunyai dammk
yang sangat luas pada segala aspek kehidupan manusia, termasuk pada aspek kesehatan. Pada
abad ini pendekatan dalam penanganan masalah kesehatan tidak hanya memandang pada
aspek biologs saja. tetapi sudah komprehensif dan multisektoral. Selain itu, telah ditemukan
berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegahan penyakit, seperti pada
Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Penemu dan Hasil Pengmuan dalam Penanggulan Penyakit


Penemu Hasil Temuan Louis Pasteur Vaksin untuk mencetah venyakit cacar Jose-h Lister Asam
carbol carbolic an" untuk stren'lisasi ruanv operasi William Marton Ether sebacai anestesi pada
waktu operasi

Upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai dilaksanakan di Inggris. Hal ini terkait
dengan wabah penyakit endemis kolera tahun 1832 yang terjadi pada masyarakat di perkotaan,
terutama yang miskin. Parlemen Inggris membentuk komisi penanganan pada penyakit ini dan
Edwin Chadwich-seorang pakar sosial (social scientist)--ditunjuk sebagai ketua komisi untuk
melakukan penyelidikan mengenai penyebab wabah kolera ini. Hasil penyelidikan yang
dilaporkan di antaranya yaitu masyarakat yang hidup dalam kondisi sanitasi yang buruk, susia
penduduk berdekatan dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia, adanya aliran
air limbah terbuka yang tidak teratur, makanan yang dijual di pasar tidak higienes (dihinggapi
lalat dan kecoa), sebagaian besar masyarakat hidup miskin, serta bekerja rata-rata l4 jam per
hari sementara gaji yang diperoleh tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hasil laporan
Edwin Chadwich tersebut dilengkapi dengan analisis data yang lengkap dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Akhirnya, parlemen Inggris mengeluarkan undang-
undang yang mengatur upayaupaya peningkatan kesehatan penduduk dan berbagai peraturan
tentang sanitasi lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik, dan lain-lain.

Berawal dari penelitiaannya, Edwin Chadwich tertarik untuk lebih jauh mempelajari kesehatan
masyarakat, sehingga saat itu ia menjadi pioneer dalam ilmu kesehatan masyarakat. Generasi
setelah Chadwich adalah Winslow-murid Chadwich-yang kemudian dikenal sebagai pembina
kesehatan masyarakat modem (public health modern). Winslow merumuskan defmisi kesehatan
masyarakat yang kemudian diterima oleh WHO. Sejak saat itu, lahirlah berbagai macam detinisi
sehat. John Snow, adalah seorang tokoh yang sudah tidak asing dalam dunia kesehatan
masyarakat dalam upaya sukseenya mengatasi penyakit kolera yang melanda kota London. Hal
yang perlu dicatat di sini adalah bahwa John Snow mempergunakan pendekatan epidemiologi
dalam menganalisis wabah

penyakit kolera, yaitu dengan menganalisis fakmr tempat’ orang, dan waktu-sehingga dia
dianggap ‘
sebagai "lhe Father of Epidemiology. pada akhir abad ke-l9 dan di awal abad ke-20. pendidikan
untuk tenaga kesehatan yang

Profesional mulai dikembangkan. Tahun 1893‘ John Hopkins-seorang pengusaha wiski dari
Amerika memelopori berdirinya universitas Yang di dalamnya terdapat Fakultas Kedokteran.
Pada tahun I908 sekolah kedokteran mulai me'Webar kc Eropa. Kanada, dan negara-negara lain.
Dalam perkembangannya, kurikulum sekolah kNokteran mulai memerhatikan masalah
kesehatar‘ masyarakat d3" SUdah didasarkan Pada suatu asumsi bahwa penyakit dan kesehatan
merupakan hasii interaksi yang dinamis antara faktor genetik, lingkungan fisik, lingkungan sosial
(termasuk kondisi kerja), kebiasaan perorangan, d3" pelayanan kesehatan. Dari segi pelayanan
kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah Amerika membentuk Departemen
Kesehatan yang pertama kali dengan tujuan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi
penduduk, termasuk perbaikaf‘

dan pengawasan sanitasi lingkungan.

penuemsnncnn KESEHIITIIII mnnnnmmDI Inbonesm

Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia di mulai pada abad ke-16, yaitu dimulai
dengan adanya upaya pemberantasan penyakit cacar dan kolera yang sangat ditakuti oleh
masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk ke Indonesia tahun 1927, dan pada tahun 1937
terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura
dan mulai berkembang di Indonesia, sehingga berawal dari wabah kolera tersebut pemerintah
Belanda (pada waktu itu Indonesia dalam penjajahan Belanda) melakukan upaya-upaya
kesehatan masyarakat. Gubernur Ienderal Deandels pada tahun 1807 telah melakukan upaya
pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan
angka kematian bayi (infant mortality rate) yang tinggi. Namun, upaya ini tidak bertahan lama,
akibat langkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru kemudian di tahun 1930, program ini dimulai
lagi dengan didaftarkannya para dukun bayi sebagai penolong dan perawat persalinan. Pada
tahun 1851 berdiri sekolah dokter Iawa oleh dr. Bosch dan dr. Bleeker-Kepala Pelayanan
Kesehatan Sipil dan Militer di Indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA (School Tot
Oplelding van Indiche Arsten) atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913
didirikan sekolah dokter yang ke-2 di Surabaya dengan nama NIAS (Nederland Indische Artsen
School). Pada tahun 1927 STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan sejak berdirinya
Universitas Indonesia tahun 1947, STOVIA berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Selain itu, perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia juga ditandai dengan berdirinya
Pusat Laboratorium Kedokteran di Bandung tahun 1888-tahun 1938 pusat laboratorium ini
berubah menjadi Lembaga Eykman. Selanjutnya, laboratorium-laboratorium lain juga didirikan
di kota-kota seperti Medan, Semarang, Makasar, Surabaya, dan Yogyakarta dalam rangka
menunjang pemberantasan penyakit malaria, lepra, cacar, serta penyakit lainnya, bahkan
lembaga gizi dan sanitasi juga didirikan.

Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke Indonesia dan tahun 1933-1935 penyakit ini menjadi
epidemis di beberapa tempat, terutama di Pulau Iawa. Pada tahun 1935 dilakukan program

pemberantasan penyakit pes dengan cara melakukan penyemprotan DDT terhadap rumah-
rumah penduduk dan vaksinasi massal. Tercatat sampai pada tahun 1941, 15 juta orang telah
divaksinasi. Pad;

tahun 1925’ HYdIiCh-seorang petugas kfsehztan Pemerintah Belanda-melakukan Pengamatan


terhadap masalah tingginya angka kemanan anDkeSakitan di Banyumas Purwokerto. Dari ha,“
Penmatan dan analisisnya, disimPulkan ba wa tingginya angka kesakjtan dan kematian di kedu.
daerah tersebut dikarenakan burukn)’a kfmdl.“ sanitasi lingkungan, masyarakat bums air besa, di
sembarang tempat, dan penggunaan a" mlnum dari sungai yang telah tercemar. Kesimpulan ““8
diPeroleh adalah bahwa mndahnya Wm“ hngkungan dikarenakan perilaku Penduduk yang
kum‘g 581k. sehingga Hydrich memulai "Pa“ kesehatan masyarakat dengan mengembangkan
daemh percontohan, yaitu dengan care me] . an Pmmosi mengenai pendidikan kesehatan.
Sampai sekmng usaha Hydrich ini dianggaP “bag“ awa] kesellatan masyarakat di Indonesia.

Memasuki zaman kemerdekaana 53'” Sat“ tonggak perkembangan kesehatan masYal’akat di


l“donesia adalah saat diperkenalkannya KonseP Bandung (Bandung Plan) pada tahun 1951 Oleh
dF-Y. Leimena dan dr. Patah-yang selanjutnya dikenal dengan nama Patah-Leilnena. Dalam
konsep ini, diperkenalkan bahwa dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat, aspek
preventifdan kuratif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam mengembangkan sistem
pelayanan kesehatan, kedua “M ini tidak boleh dipisahkan. baik di rumah ”kit maupun di
puskesmas. Selanjutnya, pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan
masyarakat oleh dr. Y. Sulianti dengan berdirinya Proyek Bekasi (Lemah Abang) sebagai proyek
Percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di
Indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini juga menekankan pada
pendekatan tim dalam pengelolaan program kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep
pelayanan terpadu ini, terpilih delapan desa wilayah pengembangan masyarakat.

. Sumatera Utara: Indrapura Lampung

Iawa Barat: Bojong Loa Iawa Tengah: Sleman Yogyakarta: Godean

Iawa Timur: Mojosari

Bali: Kesiman

Kalimantan Selatan: Barabai

9°N9‘Snzk1-HP"

Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang ini. Pada bulan
November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan program kesehatan
magyarakat terpadu sesuai dengan kondjsi dan kemampuan rakyat Indonesia, yaitu mengenai
komep puskesmas-yang dipaparkan oleh dLAchmad Dipodilogo-yang mengacu pada Konsep
Bandung dan Proyek Bekas'L Dalam seminar ini talah disimpulkan dan disepakati mengenai
sistem puskesma. yang terdiri atas til)e A, B, dan C. Akhjmya pada tahun 1968 dalam rapat kerja
kesehatan nasional, dicetUSkan bahwa puskesmas merupakan suatu sistem pelayanan
kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan 0131‘ pemerintah (Departemen Kesehatan)
menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Winas)
puskesmas disepalmti sebagai sum, unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayamn
kuratif dan preventifse‘cara tCrpaldu, menyeluruh. dag mudah dijangkau. dalam wilayah ken.
kecamatan atau 5:383“ ketamatan (11 kotamadya atau kabupaten. Sebagai lini tctdcpan
Pembangunan kese mpuskesmas dihmpkan sclalu vegan Untuk it'll. duperkenalhnlah PW untuk
selalll mengua PuSkesmas (strengthening pushesmas). D! M8313 berkembmg RM

Indonesia» fasilitas kmham berlandaskan masyarakat ditasakan lebih efckuf dan Peg“

Dcpartemen kcsehatan telah membuat usaha intensif unmk membangun puskesmas yang
kemudian dimasukkan kc dalam master plan untuk opemsi Penguatan pelayanan kesehatan
nasional. Kegiatan Pokok dalam program dasar clan utama puskesmas mencakup 18 kegiatan,
yaitu:

l. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Keluarga Berencana (KB). Gizi. Kesehatan lingkungan.

Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta imunisasi, Penyuluhan kesehatan


masyarakat.

Pengobatan.

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Perawatan kesehatan masyarakat.

10. Kesehatan gigi dan mulut.

11. Usaha kesehatan jiwa.


12. Optometri.

13. Kesehatan geriatrik.

14. Latihan dan olahraga.

15. Pengembangan obat-obatan tradisional. 16. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). 17.
Laboratorium dasar.

18. Pengumpulan informasi dan pelaporan untuk sistem informasi kesehatan.

PPNQPPP’P

Pada tahun 1969, sistem puskesmas hanya disepakati dua saja, yaitu Puskesmas tipe A Yang
dikelola oleh dokter dan Puskesmas tipe B yang dikelola oleh seorang paramedis. Dengan
adanya perkembangan tenaga medis, maka pada tahun 1979 tidak diadakan perbedaan
Puskesmas tipe A atau tipe B-hanya ada satu puskesmas saja, yang dikepalai oleh seorang
dokter. Namun, kebijakan tentang pimpinan puskesmas mulai mengalami perubahan tahun
2000, yaitu puskesmas tidak harus dipimpin oleh seorang dokter, tetapi dapat juga dipimpin
oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat. Hal ini tentunya diharapkan dapat membawa perubahan
yang positif, di mana tenaga medis lebih diarahkan pada pelayanan langsung pada klien dan
tidak disibukkan dengan urusan adminstratif/ manajerial, sehingga mutu pelayanan dapat
ditingkatkan. Di provinsi Jawa Timur misalnya, sudah dijumpai Kepala Puskesmas dari lulusan
Sarjana Kesehatan Masyarakat seperti di Kabupaten Gresik, Bojonegoro, Bondowoso, dan lain
sebagainya. Pada tahun 1979 dikembangkan satu peranti manajerial guna penilaian puskesmas,
yaitu stratifikasi puskesmas, sehingga dibedakan adanya:

l. Strata l, puskesmas dengan prestasi sangat baik 2. Strata 2, puskesmas dengan prestasi rata-
rata atau standar.
3. Strata 3, puskesmas dengan prestasi di bawah rata-rata.

Peranti manajerial puskesmas yang lain berupa microplanning untuk perencanaan dan lokakarya
mini untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerja sama tim. Pada tahun 1984,
tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan berkembangnya program paket terpadu
kesehatan dan Keluarga Berencana (Posyandu) yang mencakup Kesehatan Ibu dan Anak,
Keluarga Berencana, gizi, penanggulangan penyakit diare, dan imunisasi.

Sampai dengan tahun 2002, jumlah puskesmas di Indonesia mencapai 7.309. Hal ini berarti 3,6
puskesmas per 100.000 penduduk atau satu puskesmas melayani sekitar 28.144 penduduk.

-, “entara nu, )uuuuu QQSa di I n . 98m n‘enca

SM,“ Puskesmas ““mktia Sep 1 0 £000 penduduk. ’“mlah u U Uh deSa d‘ . Skesm 3 mm?

Pat 70.92! pada tahun 2003, yang berarti setidaknya rNemenuhl kebutuhan pelayanan

andnngkan dengan rumah sakit yang haruS melayani

. torus dikcmban k b'h lanjut untuk . h ter encll‘ . 8 an dan dlatur le I l daera P D‘ anr Prima.
lumlah Puskesmas masih jauh dari memadai’ terutama

. a Jerkadang beberapa kah lebih Illa dan Sumatem. puskesmas harus menangani wilayah yang
Inas, Mikit. Sebuah puskesmas tErk S dari Sntu kabupatcn di Iawa) dengan jumlah penduduk
yang 19b“!
a . . Renduduk puskesmas term“ Mullins lztgi'lgglayanl 10.000 penduduk. Selain itu. bag!
sebagman u L .

Hummus mtmnm owns romnnx pemvnnnn

Mat ini_ pemerintah menjadikan puskesmas sebagai ujung tombak utama pelayanan kesehatan
pada masyarakat sekaligus sebagai wadah isu strategis. Misalnya, isu strategis aksesibilitas
layanan dan penyediaan sumber daya manusia serta sarana prasarana. puskesmas juga mampu
menjadi tempat pelayanan kesehatan pilihan utama masyarakat, karena dekat dengan tempat
tinggal dan murah dari segi biaya pelayanan-rata-rata biaya retribusi yang dikenakan berkisar Rp
1500,00 sampai RD 2000,00. Bahkan berbagai daerah telah menerapkan program pengobatan
gratis yang difokuskan untuk rawat jalan bagi setiap lapisan masyarakat, baik kaya maupun
miskin. Hal ini dilaksanakan oleh pemerintah daerah agar masyarakat menyadari pentingnya
berobat ke puskesmas. Dengan diberlakukannya pengobatan gratis di puskesmas, maka
puskesmas tidak lagi dibebani pemasukan dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sebaliknya,
daerah mengalokasikan sejumlah dana untuk mendukung operasionalisasi di puskesmas, seperti
biaya obat-obatan.

Selain menjadikan puskesmas ujung tombak layanan, pemerintah daerah juga mulai

mendekatkan layanan dokter spesialis kepada masyarakat. Umumnya ada dua cara yang
ditempuh daerah, yaitu menempatkan dokter spesialis di puskesmas atau menentukan
puskesmas khusus (spesiflkasi). Kebijakan menempatkan dokter spesialis di puskesmas
dilatarbelakangi oleh anggapan bahwa dokter spesialis identik dengan pelayanan kesehatan
yang mahal atau hanya bisa diperoleh masyarakat apabila berobat kc rumah sakit. Bagi daerah
yang belum mampu menempatkan layanan dokter spesialis di setiap puskesmas, daerah
mengatasinya dengan dokter spesialis keliling. Sampai saat ini, dokter spesialis yang banyak
ditempatkan di puskesmas adalah dokter spesialis kandungan. mata, kulit, dan penyakit dalam.
Sementara itu, kebijakan menjadikan puskesmas sebagai puskesmas spesifikasi biasanya
didasari oleh kondisi geografis daerah. Puskesmas spesifnkasi yang banyak didirikan, khususnya
di Iawa Timur adalah puskesmas khusus mata, obstetri-ginekologi, puskesmas bencana, dan
puskesmas wisata.
KONSIP PUSKESMAS

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfung“
sebagai pusat pembanguanan kesehatan, pusat pembinaan partisipasi masyarakat dalam bidang
kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegnatan
m Secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada 5‘1““ masyarakat yang bertcmpa!
t

dalam suatu wilayah tertentu.

pgplNlSI PIISKISMAS para ghli mendetinisikan puskesmas sesuai dengan perkembang‘m dan
tuntutan pelayanan kesehatan.

l)ef“1isi puskesmas antara lain sebagai berikut.

1.

$4

Azrul Azwar (1980). Pusat Kesehatan MaSYarakat (Puskesmas) merupakan suatu kesatuan
organisasi fungsional yang langsung memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada
masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.
Departemen Kesehatan RI (1981). Pusat KCSehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan suatu
kesatuan organisasi kesehatan yang langsung memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terintegrasi kepada masyarakat di wilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha
kesehatan pokok.

Departemen Kesehatan RI (1987). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan pusat


pembagunan kesehatan yang berfungsi mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat.
serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam
bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya.

Departemen Kesehatan RI (1991). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan suatu


kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dalam memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

FUNGSI PIISKESMAS

Fungsi pokok puskesmas, antara lain:

sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya;

l.

2. membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan


kemampuan untuk hidup sehat;

3. memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di


wilayah kerjanya.

Sementara proses dalam melaksanakan fungsinya dilakukan dengan cara:

l. merangsang masyarakat, termasuk pihak swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka
menolong dirinya sendiri;
2. memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan
sumber daya yang ada secara efektif dan eflsien;

3. memberi bantuan, baik yang bersifat bimbingan teknik materi, rujukan medis, maupun
rujukan kesehatan kepada masyarakat;

4. memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat;

5. bekelja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program


puskesmas.

VISI PUSKISMAS

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan pusat
kesehatan adalah sebagai berikut.

l. 2.

3.

Masyarakat hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat.

Memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dam
merata.

Memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Repubhk lndoncsu.


“,5. pllSKISMAS

Misi Puskesmas sebagai pusat Pengeln"“"3a" kmhm" Yang clapat dilakukan memui herbaga i

upaya. antara lain sebagai berikut. 1, Memperluas Jangkauan pelayanan keSChMan sampal kc
desa-dcsa.

2. Meningkatkan mum pelayaumn kesehatan. 3. Mengadakan Petalatan dan obat-olmtan


disesuaikan dengan kebutuhan masYal‘akat.

4. Mengembangkan Pembangunan Keschatan Masyarakat Desa (PKMD)

SMTIGI PIISKESMAS

Strategi puskesmas untuk mewujudkan pembangunan kesehatan antara lain: l. pelayanan


kesehatan yang bersifat mCWeIuruh (comprehensive health care service);

2. pelayanan kesehatan yang menerapkan Pendekatan yang menyeluruh (holistic approach),

SASARAN DAN MEKANISME PELAVANAN KEPERAWA‘I'AN KESEHA‘I‘AN MASYAMKA‘I' DI


PUSKESMAS

Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan. Keluarga dengan risiko tinggi. Keluarga
dengan kasus tindak lanjut keperawatan.
Pembinaan kelompok khusus (sesuai prioritas daerah). Pembinaan desa atau masyarakat
bermasalah (sesuai dengan prioritas daerah).

w9w

PELAYANAN PUSKESMAS

l. Pelayaran di Dalam Gedung a. Penerimaan klien di loket pendaftaran. b. Proses seleksi kasus
prioritas. Pelayanan medis yang diberikan berupa: asuhan keperawatan, dari proses seleksi akan
diketahui sasaran prioritas dan

nonprioritas-sasaran prioritas perlu ditindaklanjuti berupa rujukan ke rumah

sakit atau rujukan ke puskesmas dengan ruang rawat inap; tindak lanjut pelayanan kesehatan
dapat berupa asuhan keperawatan keluarga,

kelompok, dan masyarakat. Penyampaian informasi klien yang memerlukan tindak lanjut asuhan
keperawatan di

c. rumah.

2. Pelayanan di Luar Gedung Mempelajari informasi mengenai data kesenjangan pelayanan


kesehatan dan

a. menampung informasi yang berasal dari masyarakat.


b. Seleksi untuk mendapatkan sasaran prioritas, yaitu: individu, keluarga. kelompok. clan
masyarakat.

c. Menyampaikan informasi sasaran prioritas.

Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap sasaran prioritas.

KNIATAN POIOI WSIBMAS

Mandi": Bulm Woman Kenn Puakumas yang tether“. mdapai 20 usaha pokok kesehatan yang
4.9.: duakuk-n oleh pmkeamns. Namun, peInknn‘m‘nyn sangat bergamung pada faktor tennga,
mm dun muranm Nay: yang mud“. gem komampuan manajemen dari Hap-uap puskesmas.
[\qmtan pnknk puqkesmas amnrn lain sebaga! berikm.

I Up!“ Kesehuan [bu dan Annk (KIA)

Pemeliharaan kesehatan Ibu ham“; Melahlrkan dan menyusui; Sena bayi, anak banta.

‘ dun anak praselmlah.

b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang makanan gum mencegah gm buruk,

c. lmunisasi.

d‘ Pemberian pendidlkan kesehatan tentang perkembangan anak dan cam menstimulasinya.


e. Pcngobatan bagi ibu, bayi, anak balita, serta prasekolah yang menderita bermacam

macam penyakit ringan, dan lain-lain_

2. Upaya Keluarga Berencana (KB) Mengadakan kursus Keluarga Berencana untuk para ibu dan
calon ibu yang mengunjungi

& KIA.

b. Mengadakan kursus Keluarga Berencana kepada dukun yang akan bekerja sebagai penggerak
calon peserta Keluarga Berencana.

c. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai cam pemasangan IUD, cara-cara

penggunaan pil, kondom, dan alat-alat kontrasepsi lainnya. 3. Upaya perbaikan gizi a. Mengenali
penderita-penderita kekurangan gizi. b. Mengembangkan program perbaikan gizi. c.
Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat. 4_ Upaya kesehatan lingkungan Penyehatan air
bersih.

l: Penyehatan pembuangan kotoran. c. Penyehatan lingkungan perumahan. d, Penyehatan


limbah. c. Pengawasan sanitasi tempat umum. L Penyehatan makanan dan minuman. g.
Pelaksanaan peraturan perundangan. 5, Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular a. Mengumpulkan dan menganalisis data penyakit. b. Melaporkan kasus penyakit
menular. c. Menyelidiki benar atau tidaknya laporan yang masuk. d Melakukan tindakan
permulaan untuk mencegah penyebaran penyakit menular. e Menyembuhkan penderita,
sehingga tidak lagi menjadi sumber infeksi. f. Pemberian imunisasi.

8Pemberantasan vektor. 11Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. 5' Upaya pengobatan a.


Melaksanakan diagnosis sedini mungkin melalui:
. mendapatkan riwayat penyakit; . mengadakan pemeriksaan fisik; o mengadakan pemeriksaan
labofatorium. membuat diagnosis. ’ b. Melaksanakan tindakan pengobatam c. Melakukan upaya
rujukan. 7. Upaya penyuluhan kesehatan masyarakat a. Kegiatan penyuluhan kesehatan
dilakukan 01 ch petugas di ldinik. mmah, dan kelompok‘ _ kelompok masyarakat. 1). Di tingkat
puskesmas tidak ada petugas penyuluhan tersendiri, tetapi d1 tingkat kabupaten terdapat
tenaga-tenaga k00rdinator p e nyuluhan kesehatan. 8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) 9.
Kesehatan olahraga 10. Perawatan kesehatan masyarakat ll. Usaha kesehatan kerja 12. Usaha
kesehatan gigi dan mulut 13. Usaha kesehatan jiwa 14. Kesehatan mata 15. Laboratorium
(diupayakan tidak lagi sederhana) 16. Pencatatan dan Pelaporan Sistem Informasi Kesehatan 17.
Kesehatan usia lanjut 18. Pembinaan pengobatan tradisional

Kegiatan pokok puskesmas bersifat dinamis dan berubah sesuai dengan kondisi masyarakat‘ Di
samping penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok puskesmas tersebut d1 atas, puskesmas
sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan program kesehatan tertentu oleh
pemerintah pusat, misalnya melaksanakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN). Dengan demikian,
balk petunjuk

pelaksanaan maupun perbekalan akan diberikan oleh pemerintah pusat bersama pemerintah
daerah.

PIRAN PIISKESMAS

Dalam konteks otonomi daerah seperti saat ini, puskesmas mempunyai peran yang sangat vital
sebagai institusi pelaksana teknis. Puskesmas dituntut memiliki kemampuan manajerial yang
baik dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran
tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui sistem
perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan-kegiatan yang tersusun rapi, serta
memiliki sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Selain itu, puskesmas juga dituntut
berperan serta aktif dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan
pelayanan kesehatan secal’a komprehensif dan terpadu.
WILAYAI'I KEMA PUSKESMAS

WilaYah kerja Puskesmas meliputi sat“ mama“ 3““ “wan dari kecamatan. Faktot kW Penduduk,
luas daerah geogmfls, dan keadaan mm 1mm)“ mempakan bahan perdeG’"

1:

dalam mcnentukan mlm ah krna pmkcsmas. Puskeqm“ mcrupakan perangkal Pemerintah


Daerah Tungkat ll. schmgga pcmhagian wnlayah kcrjn puqkom‘m dudapkan oleh Bupati setelah
mendengar saran tckm: darn lxamor Wllm ah Depnrlcmcn Kesehatan vaimi. Di kota besar.
wilayah kerja puskmmas bna ham'a satu kclurahnn dan puskesmas d. ibukom kecamalan
menjadi puskesmas; rupukan yang bcrlungsn schaga pusat ruiukan dari puskesmas kclurahan.
Selain itu, puskesmas d: kaamatan iuga mempunyai fungsi koordinasi. Sasaran penduduk yang
dilayani oleh sebuah

pmkmmas rota ram 30.000 penduduk.

EASIU'I'AS PINUNJANG Dalam ranska memperluas jangkauan pelayanan kesehatan yang


diberikan, puskesmas perlu dltuniang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana,
antara lain sebagai berikut.

1, Puskesmas Pembantu Puskesmas Pembantu yang lebih sering dikenal sebagai Pustu atau
Pusban adalah unit

pelayanan kesehatan sederhana yang berfungsi menunjang dan membantu pelaksanaan


kegiatan-kegiatan puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil. Puskesmas
Pembantu merupakan bagian integral dari puskesmas. Setiap puskesmas memiliki beberapa
Puskesmas Pembantu di dalam wilayah kerjanya. Namun, terdapat beberapa puskesmas yang
tidak memiliki Puskesmas Pembantu, khususnya puskesmas di daerah perkotaan.

2. Puskesmas Keliling Puskesmas Keliling merupakan unit pelayanan kesehatan keliling yang
dilengkapi dengan

kendaraan bermotor roda empat atau perahu motor, peralatan kesehatan, peralatan
komunikasi, serta sejumlah tenaga yang berasal dari puskesmas. Puskesmas Keliling berfungsi
menunjang dan membantu kegiatan puskesmas dalam wilayah yang belum terjangkau oleh
pelayanan

kesehatan. Kegiatan Puskesmas Keliling antara lain: memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat di daerah terpencil atau daerah

a. yang sulit dijangkau oleh pelayanan puskesmas;

b melakukan penyelidikan tentang Kejadian Luar Biasa (KLB);

c. dapat dipergunakan sebagai alat transportasi penderita, misalnya dalam rangka rujukan kasus
darurat;

d. melakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan alat audiovisual.

Bidan Desa Di setiap desa yang belum memiliki fasilitas pelayanan kesehatan, Bidan Desa
ditempatkan
untuk tinggal di desa tersebut untuk memberikan pelayanan kesehatan. Bidan Desa
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas. Wilayah kerja Bidan Desa adalah satu
desa dengan jumlah penduduk rata-rata 3.000 jiwa. Tugas utama Bidan Desa adalah
meningkatkan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan melalui pembinaan posyandu
dan pembinaan kelompok dasawarsa, serta pertolongan persalinan di rumah penduduk. Dalam
perkembangannya, batasan-batasan di atas makin kabur seiring dengan diberlakukannya
Undang-Undang Otonomi Daerah yang lebih mengedepankan desentralisasi. Dengan otonomi,
setiap Daerah Tingkat II memiliki kesempatan untuk mengembangkan puskesmas sesuai
Rencana Strategis (Renstra) Kesehatan Daerah dan Rencana Pembangunan )angka

Menengah Daerah (RPJMD) Bidang Kesehatan, sesuai dengan situasi dan kondisi Daerah Tingkat
II.

WAYNE" IISINAIAN NMUIUN pdmmn kesehaun yang diberihn pud‘t‘m“ adalah pelayanan
kcschatan yang menyelumh, Yang

meltputi peluvtmn: l. pcnmbmn (mm):

2. pmcegahm (pmmniw): 3. peningkatan kesehatan (pmmonw). t pemulihan kaehatan


(nhabtlitanwl

mAVMAN KBM‘I’AN INTEGRATIF

SM!“ ‘d‘ puskesmas, pelayanan kesehatan di kecamatan meliputi Balai Pengobatan,Ba1ai


Kuejahteraan [bu dan Anak, usaha higiene Sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit
menu];1 dan lainlain. Usahausaha tersebut masih bekerja sendiri sendiri dan bertanggung
jawab langSung‘ kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II. Dengan adanya sistem pelayanan
kesehatan melalui Pllsat kesehatan masyarakat, yaitu puskesmas. Oleh karena itu, berbagai
kegiatan pokok puskesmas
dilaksanakan bersama di bawah satu koordinasi dan satu pimpinan.

KEDIIDIIKAN PUSKESMAS

.1. Kedudukan dalam bidang administrasi Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah
Tingkat II dan bertanggung jawab

langsung, baik teknis maupun administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II.

2. Kedudukan dalam hierarki pelayanan kesehatan Dalam urutan hierarkj pelayanan kesehatan
sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional

(SKN), maka puskesmas berkedudukan pada tingkat fasilitas kesehatan pertama. Apa yang
dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah fasilitas, sedangkan dalam hal
pengembangan kesehatan. puskesmas dapat meningkatkan dan mengembangkan diri ke arah
modernisasi sistem pelayanan kesehatan di semua lini, baik promotif, preventif maupun
rehabilitatif sesuai kebijakan rencana strategis daerah tingkat II di bidang kesehatan.

S‘I'RllK‘l'llll ORGANISAsl DAN TA‘I‘A KEMA

Susunan organisasi puskesmas: 1Unsur pimpinan: Kepala Puskesmas

2Unsur pembantu pimpinan: Urusan Tata Usaha 3Unsur pelaksana: Unit 1, Unit 11, Unit III, Unit
IV, Unit V, Unit VI, dan Unit VII

lab 2 o Sejarah Perlembangm Kepenwatan Komunitas


KM Tata Usaha V11 f nit Unitl UnitII Unit 111 unit 1v UnitV Umt v1 U Puskesmas

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Puskesmas

berikut. kegiatan puskesmas

Tugas pokok masing-masing unsur tersebut antara lain sebagai keuangan. perlengkapan

1. Kepala Puskesmas, mempunyai tugas memimpin dan mengawasi

2. Kepala Urusan Tata Usaha, mempunyai tugas dibidang kepegawaian, dan surat menyurat,
serta pencatatan dan pelaporan.

3. Unit I, melaksanakan kegiatan Kesejahteraan Ibu dan Anak Keluarga Berencana (KB)’
perbaikan gizi.

4. Unit II, melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit. .

Unit III, melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, serta kesehatan tenaga ket'Ja d3“

dan

5. usia lanjut. 6. Unit IV, melaksanakan kegiatan kesehatan masyarakat, sekolah, dan olahraga. 7.
Unit V, melaksanakan kegiatan pembinaan, pengembangan, dan penyuluhan kepada
masyarakat. 8. Unit VI, melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan inap.

9. Unit VII, melaksanakan tugas kefarmasian.

TA'I'A KEIUA PUSKESMAS

Dalam melaksanakan tugasnya, puskesmas wajib menetapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan
sinkronisasi, baik dalam lingkungan puskesmas maupun dalam satuan organisasi di luar muai
dengan tugasnya masing-masing. Kepala Puskesmas bertanggung jawab memimpin,
mengoordinui semua unsur dalam linglqmgan puskesmas, dan memberikan bimb'mgan bagi
pelaksanaan masing-masing. Setiap unsur dj lingkungan puskesmas wajib mengikuti dan
mematuh' "*8“ dan bertanggung jawab kepada Kepala Puskesmas. ‘ m,“

[ANGMUAN PILAVANAN KISIHATAN

sesuai dengan keadaan geografis, luas wilayah. sarana perhubungan, dan kepadatan PendUdu
dalnm wilayah kerja suatu puskesmas, tidak semua penduduk dapat dengan mudah mengakse
pelayanan puskesmas. Agar jangkauan pelayanan puskesmas lebih merata dan meluas,
PUSkesm ' perlu ditunjang dengan Puskesmas Pcmbantu. Puskesmas Keliling, dan Bidan Desa.
Selain it peningkatan peran serta masyarakat untuk mengelola posyandu dan membina
dasawisma ing;

dapat menunjang jangkauan pelayanan kesehatan.

bukungan Multan Sistem rujukan upaya kesehatan merupakan suatu sistem jaringan pelayanan
kesehatan yan

memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya SUatu
masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horizontal. Sistem rujukan Secara
konsepsional menyangkut hal-hal sebagai berikut.

l. Rujukan medis, yang meliputi; konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik pengobatan,
tindakan operatif, dan

a. lain-lain;

h pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap;

c. mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten/ahli untuk meningkatkan

mutu pelayanan pengobatan. ' Rujukan kesehatan, merupakan rujukan yang menyangkut
masalah kesehatan masyarakat

yang bersifat preventif dan promotif, yang meliputi: survei epidemologi dan pemberantasan
penyakit atas Kejadian Luar Biasa (KLB);

a.

b. pemberian pangan di wilayah yang sedang mengalami bencana kelaparan;

c. penyelidikan penyebab keracunan, bantuan teknologi penanggulangan keracunan, dan


bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan massal;
d. pemberian makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan untuk pengungsi atas terjadinya
bencana alam;

e. saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah kekurangan air bersih bagi
masyarat umum;

f. pemeriksaan spesimen air di laboratorium kesehatan, dan lain-lain.

Tujuan sistem rujukan upaya kesehatan, antara lain sebagaj berikut:

1. Umum Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung kualitas


pelayanan

yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara berdaya guna dan berhasil

guna.

2. Khusus Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan rehabilitatif.
serta dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventifdan promotif secara
berha-‘il

guna dan berdaya guna. lenjang tingkat pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia dapat
dilihat pada Tabel 2.4.

Tubal 2A. Jenjang Tingkat Pelayam" Kesehatan


KWponen/Unsur Pouyamn Kouhaun

Jonjang (thrkl Imgut mm... uh”. Pelayanan kesehatan oleh indeu/keluargangscndid. ""9“!
msyaukat “9‘0“" swadaya mas arakat dalam menolong march sendid oteh n kelompok
paguyuban; pxx; Saka Bhakt‘ Husada; anggota RW, R11 d3 masyarakat.

Puskesmas, Puskesmas pembantu, Puskesmas Keliling, Praktik Mm" Swasta. dan Poliklinik
Swasta.

Rumah sakit kabupaten/kota, mmah sakit swasta. klinik swasta/ laboratorium, dan lain-lain.

Fauhtas polavanan kesehatan pmfestonal hngkaigenama Faulius pelayanan mjukan tingkat

Rama fOSllitaS polayanan mjukan yang Rumah sa.kit tipe 8 dan Ttipe A, lembaga spesialistik
swasta, lebih tinggi laboratonum kesehatan daerah, laboratorium klinik swasta, dan m

lain.

Semcntara im, alur rujukan medis dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

Internal antara petugas puskesmas. Antara puskesmas pembantu dengan puskesmas, Antara
masyarakat dengan puskesmas.

Amara puskesmas yang satu dengan puskesmas yang lain. Amara puskesmas dengan rumah
sakit, laboratorium, atau fasilitas kesehatan lainnya.
9+9)»:

Langkah-langkah yang ditempuh puskesmas dalam upaya meningkatkan mutu rujukannya

antara lain sebagai berikut. Meningkatkan mutu pelayanan di puskesmas dalam menampung
rujukan dari Puskesmas

l. Pembantu dan pos kesehatan lain dari masyarakat.

2. Mengadakan pusat rujukan antara dengan mengadakan ruangan tambahan untuk lO tempat
tidur perawatan penderita gawat darurat di lokasi yang strategis. .

3. Meningkatkan sarana komunikasi antara unit pelayanan kesehatan.

4. Menyediakan Puskesmas Keliling di setiap kecamatan dalam bentuk kendaraan roda empat
atau perahu motor yang dilengkapi alat komunikasi.

5. Menyediakan sarana pencatatan dan pelaporan bagi sistem rujukan, baik rujukan medis
maupun rujukan kesehatan.

6. Meningkatkan upaya dana sehat masyarakat untuk menunjang pelayanan rujukan.

Puskcsmas Paawatan Puskesmas perawatan atau puskesmas rawat inap merupakan puskesmas
yang diberi ruangan
tambahan dan fasilitas untuk menolong penderita gawat darurat, baik berupa tindakan operatif
terbatas maupun rawat inap sementara. Kriteria Puskemas Perawatan, antara lain sebagai
berikut. Puskesmas terletak kurang lebih 20 km dari rumah sakit. Puskesmas mudah dicapai
dengan kendaraan bermotor. Puskesmas dipimpin oleh dokter dan telah mempunyai tenaga
yang memadai. Iumlah kunjungan puskesmas minimal 100 orang per hari. Penduduk wilayah
kerja puskesmas dan penduduk wilayah tiga puskesmas di sekitarnya.

Pemerintah daerah bersedia menyediakan dana rutin yang memadai.

9‘5"?pr

Puqkesmas Peruwamn memPakan “P“Sat Rujukan Amara” bagi penderita gawat darur kesman
Puskesmas Pemwatan meliputi. melakukan tindakan operatif terbatas terhadap Pendenat‘
gawal darumt. misalnya kecelakaan lalu lintas, persalinan dengan penyulit, penyakit lain Ya:
mendadak d3“ 83W“ merawat sementam Penderita gawat darurat atau untuk observasi
penderit dalam rangka diagnostik dengan ram rata 3 7 hari perawatan, melakukan pertolongan
semehtar “m“k pengiriman penderita kc rumah 88k“. memberi pertolongan persalinan bagi
kehamuai

dengan risiko tinggi dan persalinan dengan penyulit, serta melakukan metode Opel“aSi pria (1a:
““de operasi wanita (MOP dan MOW) untuk Keluarga Berencana.

Retenagaan Puskesmas Perawatan meliputi: dokter yang telah mendapatkan latihan klinis i
rumah sakit selama 6 bulan dalam bidang bedah, obstetri ginekologi. pediatri dan interna, 880m
8 perawat yang telah dilatih selama 6 bulan dalam bidang perawatan bedah, kebidanan, pediat
dan penyakit dalam. tiga orang perawat/bidan yang diberi tugas bergilir, serta satu orang
pekerja kesehatan (dengan tingkat pendidikan SMA atau lebih).

Unmk melaksanakan kegiatannya. Puskesmas Perawatan harus memiliki luas bangunan‘ mangan
pelayanan serta peralatan yang lebih lengkap daripada puskesmas biasa, antara lain mangan
rawat tinggal yang memadai (nyaman, luas. serta terpisah antara anak, wanita, dan pria untuk
menja privasi), mangan operasi dan pascaoperasi, ruangan persalinan dan menyusui (sekaligus
sebagai ruang recovery), kamar perawat jaga, serta kamar linen dan cuci. Sementara peralatan
medis Yan harus ada antara lain peralatan operasi terbatas, peralatan obstetri patologis,
peralatan vasektomi dan tubektomi, peralatan resusitasi, serta minimal 10 tempat tidur dengan
peralatan perawatan‘ Selain itu, untuk memudahkan komunikasi, Puskesmas Perawatan harus
dilengkapi telepon atau

radio komunikasi jarak sedang dan minimal 1 buah ambulan.

IEnTIlK-BEIITIIK PEIIDEKIITIIII DIIII PHRTISIPIISI IIIIISYIIRIIKHT

Berikut ini akan dijelaskan mengenai bentuk-bentuk dan partisipasi masyarakat.

POSYANDU

Posyandu merupakan suatu forum komunikasi, forum alih teknologi, serta forum pelayanan
kesehatan oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan
sumber daya manusia sejak dini, sebagai pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan
kesehatan dan Keluarga Berencana yang dikelola serta diselenggarakan untuk dan oleh
masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian norma
keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Posyandu merupakan lembaga yang paling bagus dan
paling dekat dengan masyarakat, sehingga ideal untuk diterapkan di Indonesia. Dengan lembaga
yang sudah ada, posyandu dapat berkreasi dari sudut manapun. Sasaran dalam pelayanan
posyandu. yaitu bayi yang berusia kurang dari l tahun, anak bah'ta usia l sampai 5 tahun, ibu
hamil, ibu menyusui, ibu nifas, serta wanita usia subur. Tujuan pokok dari posyandu antara lain:

mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak;


meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR (infant mortality rate);
mempercepat penerimaan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera); meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kcscham‘ 4‘”

l. 2. 3. 4. kegiatan-kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat;

remap: nnxemmncnn Kulmn-nn mnnannKnT

Periode perkem'bzngan kegelziatnn mesyarakm terdm atas periode sebelum “mu pengetahUan
‘53. (pmaenttfic perm ) an pe 0 e mu Pengetahuan (scieu‘m‘ Pe'wd)‘ Tr; «9‘

PERIOD! SIBILIIM ILMII PENGITAHIIAN (PRISCIENTIFIC PERIOD) 3233:: perkcmbanga" kesehatan


masyarakat sebelum “mu engetahuan tidak daPat dipisahkan dari 1:“; seiamh kebudayaan yang
ada di dunia, di amaranya a:alah budaya dari bangsa Babiloma, Mes“, 3‘ Yunani» dan Romawi.
Bangsa bangsa tersebut menunjukkan bahwa manusia telah melakUkan 2‘ ”58m untuk
menanggulangi masalah-masalah kesehat an magyafakat dan penyakit. Pada Zaman "‘ gersebut
diperoleh catatan bahwa telah dibangun temp at pembuanga“ kotoran (latrin) umum untuk
$2225; menampuns tinja atau kotoran manusia serta digalinya susia. Saat itu latrin dibangun
dengan tujuan :IEESI agar tinja tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan pandangan yang
tidak menyenangkana 3:35 belum ada pemikiran bahwa latrin dibangun dengan alasan
kesehatan karena tinja atau kotoran {22 manusia dapat menularkan penyakit. Pembuatan susia
oleh masyarakat pada masa itu juga karena :3 air sungai yang biasa mereka minum sudah kotor.
dan terasa tidak enak» bukan karena minum air 32

sungai dapat menyebabkan Penyakit (Greene, 1984). Dari dokumen lain juga tercatat bahwa
pada man RomaWI Kuno telah dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan kepada
masyarakat

i1nmk (Hanlon, 1974): 1_ mencatatkan pembangunan rumah;


2, melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya; 3, melaporkan binatang
peliharaan/ternak yang dapat menimbulkan bau; 4, pemerintah melakukan supervisi ke tempat-
tempat minuman (public bar), warung makanan,

tempat prostitusi, dan lain-lain.

Setelah itu, kesehatan masyarakat makin dirasakan perlunya di awal abad ke-l sampai ke-7

dengan alasan sebagai berikut. 1, Berbagai penyakit menular mulai menyerang penduduk dan
telah menjadi epidemi, bahkan

ada yang menjadi endemis. Di Asia, khususnya Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika muncul
penyakit kolera yang telah

2. tercatat sejak abad ke-7-bahkan di India penyakit kolera telah menjadi endemis. Penyakit
lepra telah menyebar ke Mesir, Asia kecil, dan Eropa melalui para emigran.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi kasus epidemi dan endemis, di amaranya
masyarakat mulai memerhatikan masalah: lingkungan, terutama higiene dan sanitasi
lingkungan; pembuangan kotoran manusia (latrin); mengusahakan air minum bersih;

pembuangan sampah; pembuatan ventilasi yang memenuhi syarat.

Pada abad kel4 mulai terjadi wabah pes yang dasyat di Cina dan India. Pada tahun 1340 telah
tercatat l3 juta orang meninggal karena wabah pes. Di India, Mesir, dan Gaza dilaporkan bahwa
13nbu orang meninggal tiap hari karena serangan pes. Berdasarkan catatan, jumlah orang yang
meninggal karcna wabah penyakit pea di seluruh dunla waktu itu mencapai lebih dari 60 jute
Oran sehinggn kejadmn Pada waktu itu dlsebut '1he Black Death”-serangan wabah PenYakit
menu} ml berlangsung sampai ahad kc 18. Di samping wabah pes, wabah kolera dan tifus juga
mas' berlangsunsPada tahun 1603 lebih darl l darl 6 orang meninggal karena penyakit menular,
d tahun 1665 seknar l dart S orang menmggal. Pada tahun 1759 dilaporkan 70 ribu orang
Pendudu di Kepulauan Cyprus meninggal karena penyakit menular. Penyakit lain yang menjadi
wabah antata lain dlpteri. tifus, disemri. dan Iain-lain.

nmool ILMII PINGITAIIIIAN (SC'ENTIFIC PERIOD)

Pads akhir abad ke18 dan di awal abad ke-l9, bangkitnya ilmu pengetahuan mempunyai dammk
yang sangat luas pada segala aspek kehidupan manusia, termasuk pada aspek kesehatan. Pada
abad ini pendekatan dalam penanganan masalah kesehatan tidak hanya memandang pada
aspek biologs saja. tetapi sudah komprehensif dan multisektoral. Selain itu, telah ditemukan
berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegahan penyakit, seperti pada
Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Penemu dan Hasil Pengmuan dalam Penanggulan Penyakit

Penemu Hasil Temuan Louis Pasteur Vaksin untuk mencetah venyakit cacar Jose-h Lister Asam
carbol carbolic an" untuk stren'lisasi ruanv operasi William Marton Ether sebacai anestesi pada
waktu operasi

Upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai dilaksanakan di Inggris. Hal ini terkait
dengan wabah penyakit endemis kolera tahun 1832 yang terjadi pada masyarakat di perkotaan,
terutama yang miskin. Parlemen Inggris membentuk komisi penanganan pada penyakit ini dan
Edwin Chadwich-seorang pakar sosial (social scientist)--ditunjuk sebagai ketua komisi untuk
melakukan penyelidikan mengenai penyebab wabah kolera ini. Hasil penyelidikan yang
dilaporkan di antaranya yaitu masyarakat yang hidup dalam kondisi sanitasi yang buruk, susia
penduduk berdekatan dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia, adanya aliran
air limbah terbuka yang tidak teratur, makanan yang dijual di pasar tidak higienes (dihinggapi
lalat dan kecoa), sebagaian besar masyarakat hidup miskin, serta bekerja rata-rata l4 jam per
hari sementara gaji yang diperoleh tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hasil laporan
Edwin Chadwich tersebut dilengkapi dengan analisis data yang lengkap dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Akhirnya, parlemen Inggris mengeluarkan undang-
undang yang mengatur upayaupaya peningkatan kesehatan penduduk dan berbagai peraturan
tentang sanitasi lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik, dan lain-lain.

Berawal dari penelitiaannya, Edwin Chadwich tertarik untuk lebih jauh mempelajari kesehatan
masyarakat, sehingga saat itu ia menjadi pioneer dalam ilmu kesehatan masyarakat. Generasi
setelah Chadwich adalah Winslow-murid Chadwich-yang kemudian dikenal sebagai pembina
kesehatan masyarakat modem (public health modern). Winslow merumuskan defmisi kesehatan
masyarakat yang kemudian diterima oleh WHO. Sejak saat itu, lahirlah berbagai macam detinisi
sehat. John Snow, adalah seorang tokoh yang sudah tidak asing dalam dunia kesehatan
masyarakat dalam upaya sukseenya mengatasi penyakit kolera yang melanda kota London. Hal
yang perlu dicatat di sini adalah bahwa John Snow mempergunakan pendekatan epidemiologi
dalam menganalisis wabah

penyakit kolera, yaitu dengan menganalisis fakmr tempat’ orang, dan waktu-sehingga dia
dianggap ‘

sebagai "lhe Father of Epidemiology. pada akhir abad ke-l9 dan di awal abad ke-20. pendidikan
untuk tenaga kesehatan yang

Profesional mulai dikembangkan. Tahun 1893‘ John Hopkins-seorang pengusaha wiski dari
Amerika memelopori berdirinya universitas Yang di dalamnya terdapat Fakultas Kedokteran.
Pada tahun I908 sekolah kedokteran mulai me'Webar kc Eropa. Kanada, dan negara-negara lain.
Dalam perkembangannya, kurikulum sekolah kNokteran mulai memerhatikan masalah
kesehatar‘ masyarakat d3" SUdah didasarkan Pada suatu asumsi bahwa penyakit dan kesehatan
merupakan hasii interaksi yang dinamis antara faktor genetik, lingkungan fisik, lingkungan sosial
(termasuk kondisi kerja), kebiasaan perorangan, d3" pelayanan kesehatan. Dari segi pelayanan
kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah Amerika membentuk Departemen
Kesehatan yang pertama kali dengan tujuan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi
penduduk, termasuk perbaikaf‘
dan pengawasan sanitasi lingkungan.

penuemsnncnn KESEHIITIIII mnnnnmmDI Inbonesm

Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia di mulai pada abad ke-16, yaitu dimulai
dengan adanya upaya pemberantasan penyakit cacar dan kolera yang sangat ditakuti oleh
masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk ke Indonesia tahun 1927, dan pada tahun 1937
terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura
dan mulai berkembang di Indonesia, sehingga berawal dari wabah kolera tersebut pemerintah
Belanda (pada waktu itu Indonesia dalam penjajahan Belanda) melakukan upaya-upaya
kesehatan masyarakat. Gubernur Ienderal Deandels pada tahun 1807 telah melakukan upaya
pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan
angka kematian bayi (infant mortality rate) yang tinggi. Namun, upaya ini tidak bertahan lama,
akibat langkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru kemudian di tahun 1930, program ini dimulai
lagi dengan didaftarkannya para dukun bayi sebagai penolong dan perawat persalinan. Pada
tahun 1851 berdiri sekolah dokter Iawa oleh dr. Bosch dan dr. Bleeker-Kepala Pelayanan
Kesehatan Sipil dan Militer di Indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA (School Tot
Oplelding van Indiche Arsten) atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913
didirikan sekolah dokter yang ke-2 di Surabaya dengan nama NIAS (Nederland Indische Artsen
School). Pada tahun 1927 STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan sejak berdirinya
Universitas Indonesia tahun 1947, STOVIA berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Selain itu, perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia juga ditandai dengan berdirinya
Pusat Laboratorium Kedokteran di Bandung tahun 1888-tahun 1938 pusat laboratorium ini
berubah menjadi Lembaga Eykman. Selanjutnya, laboratorium-laboratorium lain juga didirikan
di kota-kota seperti Medan, Semarang, Makasar, Surabaya, dan Yogyakarta dalam rangka
menunjang pemberantasan penyakit malaria, lepra, cacar, serta penyakit lainnya, bahkan
lembaga gizi dan sanitasi juga didirikan.

Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke Indonesia dan tahun 1933-1935 penyakit ini menjadi
epidemis di beberapa tempat, terutama di Pulau Iawa. Pada tahun 1935 dilakukan program
pemberantasan penyakit pes dengan cara melakukan penyemprotan DDT terhadap rumah-
rumah penduduk dan vaksinasi massal. Tercatat sampai pada tahun 1941, 15 juta orang telah
divaksinasi. Pad;

tahun 1925’ HYdIiCh-seorang petugas kfsehztan Pemerintah Belanda-melakukan Pengamatan


terhadap masalah tingginya angka kemanan anDkeSakitan di Banyumas Purwokerto. Dari ha,“
Penmatan dan analisisnya, disimPulkan ba wa tingginya angka kesakjtan dan kematian di kedu.
daerah tersebut dikarenakan burukn)’a kfmdl.“ sanitasi lingkungan, masyarakat bums air besa, di
sembarang tempat, dan penggunaan a" mlnum dari sungai yang telah tercemar. Kesimpulan ““8
diPeroleh adalah bahwa mndahnya Wm“ hngkungan dikarenakan perilaku Penduduk yang
kum‘g 581k. sehingga Hydrich memulai "Pa“ kesehatan masyarakat dengan mengembangkan
daemh percontohan, yaitu dengan care me] . an Pmmosi mengenai pendidikan kesehatan.
Sampai sekmng usaha Hydrich ini dianggaP “bag“ awa] kesellatan masyarakat di Indonesia.

Memasuki zaman kemerdekaana 53'” Sat“ tonggak perkembangan kesehatan masYal’akat di


l“donesia adalah saat diperkenalkannya KonseP Bandung (Bandung Plan) pada tahun 1951 Oleh
dF-Y. Leimena dan dr. Patah-yang selanjutnya dikenal dengan nama Patah-Leilnena. Dalam
konsep ini, diperkenalkan bahwa dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat, aspek
preventifdan kuratif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam mengembangkan sistem
pelayanan kesehatan, kedua “M ini tidak boleh dipisahkan. baik di rumah ”kit maupun di
puskesmas. Selanjutnya, pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan
masyarakat oleh dr. Y. Sulianti dengan berdirinya Proyek Bekasi (Lemah Abang) sebagai proyek
Percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di
Indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini juga menekankan pada
pendekatan tim dalam pengelolaan program kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep
pelayanan terpadu ini, terpilih delapan desa wilayah pengembangan masyarakat.

. Sumatera Utara: Indrapura Lampung

Iawa Barat: Bojong Loa Iawa Tengah: Sleman Yogyakarta: Godean

Iawa Timur: Mojosari


Bali: Kesiman

Kalimantan Selatan: Barabai

9°N9‘Snzk1-HP"

Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang ini. Pada bulan
November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan program kesehatan
magyarakat terpadu sesuai dengan kondjsi dan kemampuan rakyat Indonesia, yaitu mengenai
komep puskesmas-yang dipaparkan oleh dLAchmad Dipodilogo-yang mengacu pada Konsep
Bandung dan Proyek Bekas'L Dalam seminar ini talah disimpulkan dan disepakati mengenai
sistem puskesma. yang terdiri atas til)e A, B, dan C. Akhjmya pada tahun 1968 dalam rapat kerja
kesehatan nasional, dicetUSkan bahwa puskesmas merupakan suatu sistem pelayanan
kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan 0131‘ pemerintah (Departemen Kesehatan)
menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Winas)

puskesmas disepalmti sebagai sum, unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayamn
kuratif dan preventifse‘cara tCrpaldu, menyeluruh. dag mudah dijangkau. dalam wilayah ken.
kecamatan atau 5:383“ ketamatan (11 kotamadya atau kabupaten. Sebagai lini tctdcpan
Pembangunan kese mpuskesmas dihmpkan sclalu vegan Untuk it'll. duperkenalhnlah PW untuk
selalll mengua PuSkesmas (strengthening pushesmas). D! M8313 berkembmg RM

Indonesia» fasilitas kmham berlandaskan masyarakat ditasakan lebih efckuf dan Peg“

Dcpartemen kcsehatan telah membuat usaha intensif unmk membangun puskesmas yang
kemudian dimasukkan kc dalam master plan untuk opemsi Penguatan pelayanan kesehatan
nasional. Kegiatan Pokok dalam program dasar clan utama puskesmas mencakup 18 kegiatan,
yaitu:
l. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Keluarga Berencana (KB). Gizi. Kesehatan lingkungan.

Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta imunisasi, Penyuluhan kesehatan


masyarakat.

Pengobatan.

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Perawatan kesehatan masyarakat.

10. Kesehatan gigi dan mulut.

11. Usaha kesehatan jiwa.

12. Optometri.

13. Kesehatan geriatrik.

14. Latihan dan olahraga.

15. Pengembangan obat-obatan tradisional. 16. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). 17.
Laboratorium dasar.

18. Pengumpulan informasi dan pelaporan untuk sistem informasi kesehatan.

PPNQPPP’P
Pada tahun 1969, sistem puskesmas hanya disepakati dua saja, yaitu Puskesmas tipe A Yang
dikelola oleh dokter dan Puskesmas tipe B yang dikelola oleh seorang paramedis. Dengan
adanya perkembangan tenaga medis, maka pada tahun 1979 tidak diadakan perbedaan
Puskesmas tipe A atau tipe B-hanya ada satu puskesmas saja, yang dikepalai oleh seorang
dokter. Namun, kebijakan tentang pimpinan puskesmas mulai mengalami perubahan tahun
2000, yaitu puskesmas tidak harus dipimpin oleh seorang dokter, tetapi dapat juga dipimpin
oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat. Hal ini tentunya diharapkan dapat membawa perubahan
yang positif, di mana tenaga medis lebih diarahkan pada pelayanan langsung pada klien dan
tidak disibukkan dengan urusan adminstratif/ manajerial, sehingga mutu pelayanan dapat
ditingkatkan. Di provinsi Jawa Timur misalnya, sudah dijumpai Kepala Puskesmas dari lulusan
Sarjana Kesehatan Masyarakat seperti di Kabupaten Gresik, Bojonegoro, Bondowoso, dan lain
sebagainya. Pada tahun 1979 dikembangkan satu peranti manajerial guna penilaian puskesmas,
yaitu stratifikasi puskesmas, sehingga dibedakan adanya:

l. Strata l, puskesmas dengan prestasi sangat baik 2. Strata 2, puskesmas dengan prestasi rata-
rata atau standar.

3. Strata 3, puskesmas dengan prestasi di bawah rata-rata.

Peranti manajerial puskesmas yang lain berupa microplanning untuk perencanaan dan lokakarya
mini untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerja sama tim. Pada tahun 1984,
tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan berkembangnya program paket terpadu
kesehatan dan Keluarga Berencana (Posyandu) yang mencakup Kesehatan Ibu dan Anak,
Keluarga Berencana, gizi, penanggulangan penyakit diare, dan imunisasi.

Sampai dengan tahun 2002, jumlah puskesmas di Indonesia mencapai 7.309. Hal ini berarti 3,6
puskesmas per 100.000 penduduk atau satu puskesmas melayani sekitar 28.144 penduduk.

-, “entara nu, )uuuuu QQSa di I n . 98m n‘enca


SM,“ Puskesmas ““mktia Sep 1 0 £000 penduduk. ’“mlah u U Uh deSa d‘ . Skesm 3 mm?

Pat 70.92! pada tahun 2003, yang berarti setidaknya rNemenuhl kebutuhan pelayanan

andnngkan dengan rumah sakit yang haruS melayani

. torus dikcmban k b'h lanjut untuk . h ter encll‘ . 8 an dan dlatur le I l daera P D‘ anr Prima.
lumlah Puskesmas masih jauh dari memadai’ terutama

. a Jerkadang beberapa kah lebih Illa dan Sumatem. puskesmas harus menangani wilayah yang
Inas, Mikit. Sebuah puskesmas tErk S dari Sntu kabupatcn di Iawa) dengan jumlah penduduk
yang 19b“!

a . . Renduduk puskesmas term“ Mullins lztgi'lgglayanl 10.000 penduduk. Selain itu. bag!
sebagman u L .

Hummus mtmnm owns romnnx pemvnnnn

Mat ini_ pemerintah menjadikan puskesmas sebagai ujung tombak utama pelayanan kesehatan
pada masyarakat sekaligus sebagai wadah isu strategis. Misalnya, isu strategis aksesibilitas
layanan dan penyediaan sumber daya manusia serta sarana prasarana. puskesmas juga mampu
menjadi tempat pelayanan kesehatan pilihan utama masyarakat, karena dekat dengan tempat
tinggal dan murah dari segi biaya pelayanan-rata-rata biaya retribusi yang dikenakan berkisar Rp
1500,00 sampai RD 2000,00. Bahkan berbagai daerah telah menerapkan program pengobatan
gratis yang difokuskan untuk rawat jalan bagi setiap lapisan masyarakat, baik kaya maupun
miskin. Hal ini dilaksanakan oleh pemerintah daerah agar masyarakat menyadari pentingnya
berobat ke puskesmas. Dengan diberlakukannya pengobatan gratis di puskesmas, maka
puskesmas tidak lagi dibebani pemasukan dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sebaliknya,
daerah mengalokasikan sejumlah dana untuk mendukung operasionalisasi di puskesmas, seperti
biaya obat-obatan.
Selain menjadikan puskesmas ujung tombak layanan, pemerintah daerah juga mulai

mendekatkan layanan dokter spesialis kepada masyarakat. Umumnya ada dua cara yang
ditempuh daerah, yaitu menempatkan dokter spesialis di puskesmas atau menentukan
puskesmas khusus (spesiflkasi). Kebijakan menempatkan dokter spesialis di puskesmas
dilatarbelakangi oleh anggapan bahwa dokter spesialis identik dengan pelayanan kesehatan
yang mahal atau hanya bisa diperoleh masyarakat apabila berobat kc rumah sakit. Bagi daerah
yang belum mampu menempatkan layanan dokter spesialis di setiap puskesmas, daerah
mengatasinya dengan dokter spesialis keliling. Sampai saat ini, dokter spesialis yang banyak
ditempatkan di puskesmas adalah dokter spesialis kandungan. mata, kulit, dan penyakit dalam.
Sementara itu, kebijakan menjadikan puskesmas sebagai puskesmas spesifikasi biasanya
didasari oleh kondisi geografis daerah. Puskesmas spesifnkasi yang banyak didirikan, khususnya
di Iawa Timur adalah puskesmas khusus mata, obstetri-ginekologi, puskesmas bencana, dan
puskesmas wisata.

KONSIP PUSKESMAS

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfung“
sebagai pusat pembanguanan kesehatan, pusat pembinaan partisipasi masyarakat dalam bidang
kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegnatan
m Secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada 5‘1““ masyarakat yang bertcmpa!
t

dalam suatu wilayah tertentu.

pgplNlSI PIISKISMAS para ghli mendetinisikan puskesmas sesuai dengan perkembang‘m dan
tuntutan pelayanan kesehatan.

l)ef“1isi puskesmas antara lain sebagai berikut.


1.

$4

Azrul Azwar (1980). Pusat Kesehatan MaSYarakat (Puskesmas) merupakan suatu kesatuan
organisasi fungsional yang langsung memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada
masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.
Departemen Kesehatan RI (1981). Pusat KCSehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan suatu
kesatuan organisasi kesehatan yang langsung memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terintegrasi kepada masyarakat di wilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha
kesehatan pokok.

Departemen Kesehatan RI (1987). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan pusat


pembagunan kesehatan yang berfungsi mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat.
serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam
bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya.

Departemen Kesehatan RI (1991). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan suatu


kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dalam memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

FUNGSI PIISKESMAS

Fungsi pokok puskesmas, antara lain:

sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya;


l.

2. membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan


kemampuan untuk hidup sehat;

3. memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di


wilayah kerjanya.

Sementara proses dalam melaksanakan fungsinya dilakukan dengan cara:

l. merangsang masyarakat, termasuk pihak swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka
menolong dirinya sendiri;

2. memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan


sumber daya yang ada secara efektif dan eflsien;

3. memberi bantuan, baik yang bersifat bimbingan teknik materi, rujukan medis, maupun
rujukan kesehatan kepada masyarakat;

4. memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat;

5. bekelja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program


puskesmas.

VISI PUSKISMAS
Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan pusat
kesehatan adalah sebagai berikut.

l. 2.

3.

Masyarakat hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat.

Memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dam
merata.

Memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Repubhk lndoncsu.

“,5. pllSKISMAS

Misi Puskesmas sebagai pusat Pengeln"“"3a" kmhm" Yang clapat dilakukan memui herbaga i

upaya. antara lain sebagai berikut. 1, Memperluas Jangkauan pelayanan keSChMan sampal kc
desa-dcsa.

2. Meningkatkan mum pelayaumn kesehatan. 3. Mengadakan Petalatan dan obat-olmtan


disesuaikan dengan kebutuhan masYal‘akat.

4. Mengembangkan Pembangunan Keschatan Masyarakat Desa (PKMD)


SMTIGI PIISKESMAS

Strategi puskesmas untuk mewujudkan pembangunan kesehatan antara lain: l. pelayanan


kesehatan yang bersifat mCWeIuruh (comprehensive health care service);

2. pelayanan kesehatan yang menerapkan Pendekatan yang menyeluruh (holistic approach),

SASARAN DAN MEKANISME PELAVANAN KEPERAWA‘I'AN KESEHA‘I‘AN MASYAMKA‘I' DI


PUSKESMAS

Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan. Keluarga dengan risiko tinggi. Keluarga
dengan kasus tindak lanjut keperawatan.

Pembinaan kelompok khusus (sesuai prioritas daerah). Pembinaan desa atau masyarakat
bermasalah (sesuai dengan prioritas daerah).

w9w

PELAYANAN PUSKESMAS

l. Pelayaran di Dalam Gedung a. Penerimaan klien di loket pendaftaran. b. Proses seleksi kasus
prioritas. Pelayanan medis yang diberikan berupa: asuhan keperawatan, dari proses seleksi akan
diketahui sasaran prioritas dan

nonprioritas-sasaran prioritas perlu ditindaklanjuti berupa rujukan ke rumah


sakit atau rujukan ke puskesmas dengan ruang rawat inap; tindak lanjut pelayanan kesehatan
dapat berupa asuhan keperawatan keluarga,

kelompok, dan masyarakat. Penyampaian informasi klien yang memerlukan tindak lanjut asuhan
keperawatan di

c. rumah.

2. Pelayanan di Luar Gedung Mempelajari informasi mengenai data kesenjangan pelayanan


kesehatan dan

a. menampung informasi yang berasal dari masyarakat.

b. Seleksi untuk mendapatkan sasaran prioritas, yaitu: individu, keluarga. kelompok. clan
masyarakat.

c. Menyampaikan informasi sasaran prioritas.

Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap sasaran prioritas.

KNIATAN POIOI WSIBMAS

Mandi": Bulm Woman Kenn Puakumas yang tether“. mdapai 20 usaha pokok kesehatan yang
4.9.: duakuk-n oleh pmkeamns. Namun, peInknn‘m‘nyn sangat bergamung pada faktor tennga,
mm dun muranm Nay: yang mud“. gem komampuan manajemen dari Hap-uap puskesmas.
[\qmtan pnknk puqkesmas amnrn lain sebaga! berikm.
I Up!“ Kesehuan [bu dan Annk (KIA)

Pemeliharaan kesehatan Ibu ham“; Melahlrkan dan menyusui; Sena bayi, anak banta.

‘ dun anak praselmlah.

b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang makanan gum mencegah gm buruk,

c. lmunisasi.

d‘ Pemberian pendidlkan kesehatan tentang perkembangan anak dan cam menstimulasinya.

e. Pcngobatan bagi ibu, bayi, anak balita, serta prasekolah yang menderita bermacam

macam penyakit ringan, dan lain-lain_

2. Upaya Keluarga Berencana (KB) Mengadakan kursus Keluarga Berencana untuk para ibu dan
calon ibu yang mengunjungi

& KIA.

b. Mengadakan kursus Keluarga Berencana kepada dukun yang akan bekerja sebagai penggerak
calon peserta Keluarga Berencana.

c. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai cam pemasangan IUD, cara-cara


penggunaan pil, kondom, dan alat-alat kontrasepsi lainnya. 3. Upaya perbaikan gizi a. Mengenali
penderita-penderita kekurangan gizi. b. Mengembangkan program perbaikan gizi. c.
Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat. 4_ Upaya kesehatan lingkungan Penyehatan air
bersih.

l: Penyehatan pembuangan kotoran. c. Penyehatan lingkungan perumahan. d, Penyehatan


limbah. c. Pengawasan sanitasi tempat umum. L Penyehatan makanan dan minuman. g.
Pelaksanaan peraturan perundangan. 5, Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular a. Mengumpulkan dan menganalisis data penyakit. b. Melaporkan kasus penyakit
menular. c. Menyelidiki benar atau tidaknya laporan yang masuk. d Melakukan tindakan
permulaan untuk mencegah penyebaran penyakit menular. e Menyembuhkan penderita,
sehingga tidak lagi menjadi sumber infeksi. f. Pemberian imunisasi.

8Pemberantasan vektor. 11Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. 5' Upaya pengobatan a.


Melaksanakan diagnosis sedini mungkin melalui:

. mendapatkan riwayat penyakit; . mengadakan pemeriksaan fisik; o mengadakan pemeriksaan


labofatorium. membuat diagnosis. ’ b. Melaksanakan tindakan pengobatam c. Melakukan upaya
rujukan. 7. Upaya penyuluhan kesehatan masyarakat a. Kegiatan penyuluhan kesehatan
dilakukan 01 ch petugas di ldinik. mmah, dan kelompok‘ _ kelompok masyarakat. 1). Di tingkat
puskesmas tidak ada petugas penyuluhan tersendiri, tetapi d1 tingkat kabupaten terdapat
tenaga-tenaga k00rdinator p e nyuluhan kesehatan. 8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) 9.
Kesehatan olahraga 10. Perawatan kesehatan masyarakat ll. Usaha kesehatan kerja 12. Usaha
kesehatan gigi dan mulut 13. Usaha kesehatan jiwa 14. Kesehatan mata 15. Laboratorium
(diupayakan tidak lagi sederhana) 16. Pencatatan dan Pelaporan Sistem Informasi Kesehatan 17.
Kesehatan usia lanjut 18. Pembinaan pengobatan tradisional

Kegiatan pokok puskesmas bersifat dinamis dan berubah sesuai dengan kondisi masyarakat‘ Di
samping penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok puskesmas tersebut d1 atas, puskesmas
sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan program kesehatan tertentu oleh
pemerintah pusat, misalnya melaksanakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN). Dengan demikian,
balk petunjuk
pelaksanaan maupun perbekalan akan diberikan oleh pemerintah pusat bersama pemerintah
daerah.

PIRAN PIISKESMAS

Dalam konteks otonomi daerah seperti saat ini, puskesmas mempunyai peran yang sangat vital
sebagai institusi pelaksana teknis. Puskesmas dituntut memiliki kemampuan manajerial yang
baik dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran
tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui sistem
perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan-kegiatan yang tersusun rapi, serta
memiliki sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Selain itu, puskesmas juga dituntut
berperan serta aktif dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan
pelayanan kesehatan secal’a komprehensif dan terpadu.

WILAYAI'I KEMA PUSKESMAS

WilaYah kerja Puskesmas meliputi sat“ mama“ 3““ “wan dari kecamatan. Faktot kW Penduduk,
luas daerah geogmfls, dan keadaan mm 1mm)“ mempakan bahan perdeG’"

1:

dalam mcnentukan mlm ah krna pmkcsmas. Puskeqm“ mcrupakan perangkal Pemerintah


Daerah Tungkat ll. schmgga pcmhagian wnlayah kcrjn puqkom‘m dudapkan oleh Bupati setelah
mendengar saran tckm: darn lxamor Wllm ah Depnrlcmcn Kesehatan vaimi. Di kota besar.
wilayah kerja puskmmas bna ham'a satu kclurahnn dan puskesmas d. ibukom kecamalan
menjadi puskesmas; rupukan yang bcrlungsn schaga pusat ruiukan dari puskesmas kclurahan.
Selain itu, puskesmas d: kaamatan iuga mempunyai fungsi koordinasi. Sasaran penduduk yang
dilayani oleh sebuah

pmkmmas rota ram 30.000 penduduk.

EASIU'I'AS PINUNJANG Dalam ranska memperluas jangkauan pelayanan kesehatan yang


diberikan, puskesmas perlu dltuniang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana,
antara lain sebagai berikut.

1, Puskesmas Pembantu Puskesmas Pembantu yang lebih sering dikenal sebagai Pustu atau
Pusban adalah unit

pelayanan kesehatan sederhana yang berfungsi menunjang dan membantu pelaksanaan


kegiatan-kegiatan puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil. Puskesmas
Pembantu merupakan bagian integral dari puskesmas. Setiap puskesmas memiliki beberapa
Puskesmas Pembantu di dalam wilayah kerjanya. Namun, terdapat beberapa puskesmas yang
tidak memiliki Puskesmas Pembantu, khususnya puskesmas di daerah perkotaan.

2. Puskesmas Keliling Puskesmas Keliling merupakan unit pelayanan kesehatan keliling yang
dilengkapi dengan

kendaraan bermotor roda empat atau perahu motor, peralatan kesehatan, peralatan
komunikasi, serta sejumlah tenaga yang berasal dari puskesmas. Puskesmas Keliling berfungsi
menunjang dan membantu kegiatan puskesmas dalam wilayah yang belum terjangkau oleh
pelayanan

kesehatan. Kegiatan Puskesmas Keliling antara lain: memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat di daerah terpencil atau daerah
a. yang sulit dijangkau oleh pelayanan puskesmas;

b melakukan penyelidikan tentang Kejadian Luar Biasa (KLB);

c. dapat dipergunakan sebagai alat transportasi penderita, misalnya dalam rangka rujukan kasus
darurat;

d. melakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan alat audiovisual.

Bidan Desa Di setiap desa yang belum memiliki fasilitas pelayanan kesehatan, Bidan Desa
ditempatkan

untuk tinggal di desa tersebut untuk memberikan pelayanan kesehatan. Bidan Desa
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas. Wilayah kerja Bidan Desa adalah satu
desa dengan jumlah penduduk rata-rata 3.000 jiwa. Tugas utama Bidan Desa adalah
meningkatkan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan melalui pembinaan posyandu
dan pembinaan kelompok dasawarsa, serta pertolongan persalinan di rumah penduduk. Dalam
perkembangannya, batasan-batasan di atas makin kabur seiring dengan diberlakukannya
Undang-Undang Otonomi Daerah yang lebih mengedepankan desentralisasi. Dengan otonomi,
setiap Daerah Tingkat II memiliki kesempatan untuk mengembangkan puskesmas sesuai
Rencana Strategis (Renstra) Kesehatan Daerah dan Rencana Pembangunan )angka

Menengah Daerah (RPJMD) Bidang Kesehatan, sesuai dengan situasi dan kondisi Daerah Tingkat
II.

WAYNE" IISINAIAN NMUIUN pdmmn kesehaun yang diberihn pud‘t‘m“ adalah pelayanan
kcschatan yang menyelumh, Yang

meltputi peluvtmn: l. pcnmbmn (mm):


2. pmcegahm (pmmniw): 3. peningkatan kesehatan (pmmonw). t pemulihan kaehatan
(nhabtlitanwl

mAVMAN KBM‘I’AN INTEGRATIF

SM!“ ‘d‘ puskesmas, pelayanan kesehatan di kecamatan meliputi Balai Pengobatan,Ba1ai


Kuejahteraan [bu dan Anak, usaha higiene Sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit
menu];1 dan lainlain. Usahausaha tersebut masih bekerja sendiri sendiri dan bertanggung
jawab langSung‘ kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II. Dengan adanya sistem pelayanan
kesehatan melalui Pllsat kesehatan masyarakat, yaitu puskesmas. Oleh karena itu, berbagai
kegiatan pokok puskesmas

dilaksanakan bersama di bawah satu koordinasi dan satu pimpinan.

KEDIIDIIKAN PUSKESMAS

.1. Kedudukan dalam bidang administrasi Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah
Tingkat II dan bertanggung jawab

langsung, baik teknis maupun administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II.

2. Kedudukan dalam hierarki pelayanan kesehatan Dalam urutan hierarkj pelayanan kesehatan
sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional

(SKN), maka puskesmas berkedudukan pada tingkat fasilitas kesehatan pertama. Apa yang
dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah fasilitas, sedangkan dalam hal
pengembangan kesehatan. puskesmas dapat meningkatkan dan mengembangkan diri ke arah
modernisasi sistem pelayanan kesehatan di semua lini, baik promotif, preventif maupun
rehabilitatif sesuai kebijakan rencana strategis daerah tingkat II di bidang kesehatan.

S‘I'RllK‘l'llll ORGANISAsl DAN TA‘I‘A KEMA

Susunan organisasi puskesmas: 1Unsur pimpinan: Kepala Puskesmas

2Unsur pembantu pimpinan: Urusan Tata Usaha 3Unsur pelaksana: Unit 1, Unit 11, Unit III, Unit
IV, Unit V, Unit VI, dan Unit VII

lab 2 o Sejarah Perlembangm Kepenwatan Komunitas

KM Tata Usaha V11 f nit Unitl UnitII Unit 111 unit 1v UnitV Umt v1 U Puskesmas

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Puskesmas

berikut. kegiatan puskesmas

Tugas pokok masing-masing unsur tersebut antara lain sebagai keuangan. perlengkapan

1. Kepala Puskesmas, mempunyai tugas memimpin dan mengawasi

2. Kepala Urusan Tata Usaha, mempunyai tugas dibidang kepegawaian, dan surat menyurat,
serta pencatatan dan pelaporan.
3. Unit I, melaksanakan kegiatan Kesejahteraan Ibu dan Anak Keluarga Berencana (KB)’
perbaikan gizi.

4. Unit II, melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit. .

Unit III, melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, serta kesehatan tenaga ket'Ja d3“

dan

5. usia lanjut. 6. Unit IV, melaksanakan kegiatan kesehatan masyarakat, sekolah, dan olahraga. 7.
Unit V, melaksanakan kegiatan pembinaan, pengembangan, dan penyuluhan kepada

masyarakat. 8. Unit VI, melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan inap.

9. Unit VII, melaksanakan tugas kefarmasian.

TA'I'A KEIUA PUSKESMAS

Dalam melaksanakan tugasnya, puskesmas wajib menetapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan
sinkronisasi, baik dalam lingkungan puskesmas maupun dalam satuan organisasi di luar muai
dengan tugasnya masing-masing. Kepala Puskesmas bertanggung jawab memimpin,
mengoordinui semua unsur dalam linglqmgan puskesmas, dan memberikan bimb'mgan bagi
pelaksanaan masing-masing. Setiap unsur dj lingkungan puskesmas wajib mengikuti dan
mematuh' "*8“ dan bertanggung jawab kepada Kepala Puskesmas. ‘ m,“

[ANGMUAN PILAVANAN KISIHATAN


sesuai dengan keadaan geografis, luas wilayah. sarana perhubungan, dan kepadatan PendUdu
dalnm wilayah kerja suatu puskesmas, tidak semua penduduk dapat dengan mudah mengakse
pelayanan puskesmas. Agar jangkauan pelayanan puskesmas lebih merata dan meluas,
PUSkesm ' perlu ditunjang dengan Puskesmas Pcmbantu. Puskesmas Keliling, dan Bidan Desa.
Selain it peningkatan peran serta masyarakat untuk mengelola posyandu dan membina
dasawisma ing;

dapat menunjang jangkauan pelayanan kesehatan.

bukungan Multan Sistem rujukan upaya kesehatan merupakan suatu sistem jaringan pelayanan
kesehatan yan

memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya SUatu
masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horizontal. Sistem rujukan Secara

konsepsional menyangkut hal-hal sebagai berikut.

l. Rujukan medis, yang meliputi; konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik pengobatan,
tindakan operatif, dan

a. lain-lain;

h pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap;

c. mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten/ahli untuk meningkatkan


mutu pelayanan pengobatan. ' Rujukan kesehatan, merupakan rujukan yang menyangkut
masalah kesehatan masyarakat

yang bersifat preventif dan promotif, yang meliputi: survei epidemologi dan pemberantasan
penyakit atas Kejadian Luar Biasa (KLB);

a.

b. pemberian pangan di wilayah yang sedang mengalami bencana kelaparan;

c. penyelidikan penyebab keracunan, bantuan teknologi penanggulangan keracunan, dan


bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan massal;

d. pemberian makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan untuk pengungsi atas terjadinya
bencana alam;

e. saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah kekurangan air bersih bagi
masyarat umum;

f. pemeriksaan spesimen air di laboratorium kesehatan, dan lain-lain.

Tujuan sistem rujukan upaya kesehatan, antara lain sebagaj berikut:

1. Umum Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung kualitas


pelayanan
yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara berdaya guna dan berhasil

guna.

2. Khusus Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan rehabilitatif.
serta dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventifdan promotif secara
berha-‘il

guna dan berdaya guna. lenjang tingkat pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia dapat
dilihat pada Tabel 2.4.

Tubal 2A. Jenjang Tingkat Pelayam" Kesehatan

KWponen/Unsur Pouyamn Kouhaun

Jonjang (thrkl Imgut mm... uh”. Pelayanan kesehatan oleh indeu/keluargangscndid. ""9“!
msyaukat “9‘0“" swadaya mas arakat dalam menolong march sendid oteh n kelompok
paguyuban; pxx; Saka Bhakt‘ Husada; anggota RW, R11 d3 masyarakat.

Puskesmas, Puskesmas pembantu, Puskesmas Keliling, Praktik Mm" Swasta. dan Poliklinik
Swasta.

Rumah sakit kabupaten/kota, mmah sakit swasta. klinik swasta/ laboratorium, dan lain-lain.

Fauhtas polavanan kesehatan pmfestonal hngkaigenama Faulius pelayanan mjukan tingkat


Rama fOSllitaS polayanan mjukan yang Rumah sa.kit tipe 8 dan Ttipe A, lembaga spesialistik
swasta, lebih tinggi laboratonum kesehatan daerah, laboratorium klinik swasta, dan m

lain.

Semcntara im, alur rujukan medis dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

Internal antara petugas puskesmas. Antara puskesmas pembantu dengan puskesmas, Antara
masyarakat dengan puskesmas.

Amara puskesmas yang satu dengan puskesmas yang lain. Amara puskesmas dengan rumah
sakit, laboratorium, atau fasilitas kesehatan lainnya.

9+9)»:

Langkah-langkah yang ditempuh puskesmas dalam upaya meningkatkan mutu rujukannya

antara lain sebagai berikut. Meningkatkan mutu pelayanan di puskesmas dalam menampung
rujukan dari Puskesmas

l. Pembantu dan pos kesehatan lain dari masyarakat.

2. Mengadakan pusat rujukan antara dengan mengadakan ruangan tambahan untuk lO tempat
tidur perawatan penderita gawat darurat di lokasi yang strategis. .

3. Meningkatkan sarana komunikasi antara unit pelayanan kesehatan.


4. Menyediakan Puskesmas Keliling di setiap kecamatan dalam bentuk kendaraan roda empat
atau perahu motor yang dilengkapi alat komunikasi.

5. Menyediakan sarana pencatatan dan pelaporan bagi sistem rujukan, baik rujukan medis
maupun rujukan kesehatan.

6. Meningkatkan upaya dana sehat masyarakat untuk menunjang pelayanan rujukan.

Puskcsmas Paawatan Puskesmas perawatan atau puskesmas rawat inap merupakan puskesmas
yang diberi ruangan

tambahan dan fasilitas untuk menolong penderita gawat darurat, baik berupa tindakan operatif
terbatas maupun rawat inap sementara. Kriteria Puskemas Perawatan, antara lain sebagai
berikut. Puskesmas terletak kurang lebih 20 km dari rumah sakit. Puskesmas mudah dicapai
dengan kendaraan bermotor. Puskesmas dipimpin oleh dokter dan telah mempunyai tenaga
yang memadai. Iumlah kunjungan puskesmas minimal 100 orang per hari. Penduduk wilayah
kerja puskesmas dan penduduk wilayah tiga puskesmas di sekitarnya.

Pemerintah daerah bersedia menyediakan dana rutin yang memadai.

9‘5"?pr

Puqkesmas Peruwamn memPakan “P“Sat Rujukan Amara” bagi penderita gawat darur kesman
Puskesmas Pemwatan meliputi. melakukan tindakan operatif terbatas terhadap Pendenat‘
gawal darumt. misalnya kecelakaan lalu lintas, persalinan dengan penyulit, penyakit lain Ya:
mendadak d3“ 83W“ merawat sementam Penderita gawat darurat atau untuk observasi
penderit dalam rangka diagnostik dengan ram rata 3 7 hari perawatan, melakukan pertolongan
semehtar “m“k pengiriman penderita kc rumah 88k“. memberi pertolongan persalinan bagi
kehamuai

dengan risiko tinggi dan persalinan dengan penyulit, serta melakukan metode Opel“aSi pria (1a:
““de operasi wanita (MOP dan MOW) untuk Keluarga Berencana.

Retenagaan Puskesmas Perawatan meliputi: dokter yang telah mendapatkan latihan klinis i
rumah sakit selama 6 bulan dalam bidang bedah, obstetri ginekologi. pediatri dan interna, 880m
8 perawat yang telah dilatih selama 6 bulan dalam bidang perawatan bedah, kebidanan, pediat
dan penyakit dalam. tiga orang perawat/bidan yang diberi tugas bergilir, serta satu orang
pekerja kesehatan (dengan tingkat pendidikan SMA atau lebih).

Unmk melaksanakan kegiatannya. Puskesmas Perawatan harus memiliki luas bangunan‘ mangan
pelayanan serta peralatan yang lebih lengkap daripada puskesmas biasa, antara lain mangan
rawat tinggal yang memadai (nyaman, luas. serta terpisah antara anak, wanita, dan pria untuk
menja privasi), mangan operasi dan pascaoperasi, ruangan persalinan dan menyusui (sekaligus
sebagai ruang recovery), kamar perawat jaga, serta kamar linen dan cuci. Sementara peralatan
medis Yan harus ada antara lain peralatan operasi terbatas, peralatan obstetri patologis,
peralatan vasektomi dan tubektomi, peralatan resusitasi, serta minimal 10 tempat tidur dengan
peralatan perawatan‘ Selain itu, untuk memudahkan komunikasi, Puskesmas Perawatan harus
dilengkapi telepon atau

radio komunikasi jarak sedang dan minimal 1 buah ambulan.

IEnTIlK-BEIITIIK PEIIDEKIITIIII DIIII PHRTISIPIISI IIIIISYIIRIIKHT

Berikut ini akan dijelaskan mengenai bentuk-bentuk dan partisipasi masyarakat.

POSYANDU
Posyandu merupakan suatu forum komunikasi, forum alih teknologi, serta forum pelayanan
kesehatan oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan
sumber daya manusia sejak dini, sebagai pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan
kesehatan dan Keluarga Berencana yang dikelola serta diselenggarakan untuk dan oleh
masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian norma
keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Posyandu merupakan lembaga yang paling bagus dan
paling dekat dengan masyarakat, sehingga ideal untuk diterapkan di Indonesia. Dengan lembaga
yang sudah ada, posyandu dapat berkreasi dari sudut manapun. Sasaran dalam pelayanan
posyandu. yaitu bayi yang berusia kurang dari l tahun, anak bah'ta usia l sampai 5 tahun, ibu
hamil, ibu menyusui, ibu nifas, serta wanita usia subur. Tujuan pokok dari posyandu antara lain:

mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak;

meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR (infant mortality rate);
mempercepat penerimaan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera); meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kcscham‘ 4‘”

l. 2. 3. 4. kegiatan-kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup schat; ~

pendckalan dun pemerataan pclayanan kesehatan kepcda mammkat dalam usaha

5' meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada penduduk berdasarkan letak geograf‘s,

Dun pcndirian posyandu adalah: (l) WMHdu dapat memberikan pelayanan kesehatan. kMwsnw
dalam upaya pencegahm penyaklt dan pppK, sekaligus dengan pelayanan KB; (2)

dc dart masyarakat. untuk masyaraku. dan Oleh magyarakat. uhingga menimbulkan ma m“mil“
mtsyankat terhadap upaya dalam bidang kesehamn Keluarga Berencana.
Posmdu dibentuk dari pos p08 yang ada. Seperu p08 penimbangan balm. p0: imunisasi, P05
gamma Berencana (KB) desa, dan pos kesehatan. Syarat pembentukan posyandu yaitu minimal
mg)“ 100 omng balita dalam satu RW, terdiri am: 120 kepala kcluarga, disesuaikan dengan
kmampum pemgas (Bidan Desa). dan jarak antara kelompok rumah tidak terlalu jauh. Posyandu
«haiknyn berada di tempat yang mudah didatangi oleh magyarakat, ditentukan oleh masyarakat
sendiri. dapat merupakan lokal tersendiri, serta bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di
rumah penduduk, balai rakyat, pos RT/RW. atau pos lainnya. Sementara pelaksanaan kegiatar»
190de adalah anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader kesehatan setempat di
baWab bimbingan puskesmas. Sedangkan pengelola posyandu adalah pengurus yang dibentuk
oleh ken)? RW yang berasal dari kader PKK, tokoh masyarakat formal dan informal, serta kader
kesehataf’ yang ada di wilayah tersebut.

Kegiatan posyandu meliputi tujuh kegiatan utama yang disebut Sapta Krida Posyandw Yaitu:

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA); Keluarga Berencana (KB); imunisasi;

peningkatan gizi; penanggulangan diare;

sanitasi dasar;

penyediaan obat esensial.

NP‘P‘PPP?‘

Selain itu, pelayanan kesehatan yang dijalankan di posyandu meliputi hal-hal sebagai berncut.
1Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita. penimbangan bulanan. pemberian tambahan
makanan bagi yang berat badannya kurang. imunisasi bayi usia 3-14 bulan. pemberian oralit
untuk menanggulangi diare. pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama. 2.
Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur. pemeriksaan
kesehatan umum. pemeriksaan kehamilan dan nifas. pelayanan peningkatan gizi melalui
pemberian vitamin dan pil penambah darah. imunisasi tetanus untuk ibu hamil penyuluhan
kesehatan dan KB. Pemberian alat kontrasepsi KB. Pemberian oralit pada ibu yang terkena
penyakit diare. Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama. Pertolcmgan pertama pada
kecelakaan.

remap: nnxemmncnn Kulmn-nn mnnannKnT

Periode perkem'bzngan kegelziatnn mesyarakm terdm atas periode sebelum “mu pengetahUan
‘53. (pmaenttfic perm ) an pe 0 e mu Pengetahuan (scieu‘m‘ Pe'wd)‘ Tr; «9‘

PERIOD! SIBILIIM ILMII PENGITAHIIAN (PRISCIENTIFIC PERIOD) 3233:: perkcmbanga" kesehatan


masyarakat sebelum “mu engetahuan tidak daPat dipisahkan dari 1:“; seiamh kebudayaan yang
ada di dunia, di amaranya a:alah budaya dari bangsa Babiloma, Mes“, 3‘ Yunani» dan Romawi.
Bangsa bangsa tersebut menunjukkan bahwa manusia telah melakUkan 2‘ ”58m untuk
menanggulangi masalah-masalah kesehat an magyafakat dan penyakit. Pada Zaman "‘ gersebut
diperoleh catatan bahwa telah dibangun temp at pembuanga“ kotoran (latrin) umum untuk
$2225; menampuns tinja atau kotoran manusia serta digalinya susia. Saat itu latrin dibangun
dengan tujuan :IEESI agar tinja tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan pandangan yang
tidak menyenangkana 3:35 belum ada pemikiran bahwa latrin dibangun dengan alasan
kesehatan karena tinja atau kotoran {22 manusia dapat menularkan penyakit. Pembuatan susia
oleh masyarakat pada masa itu juga karena :3 air sungai yang biasa mereka minum sudah kotor.
dan terasa tidak enak» bukan karena minum air 32

sungai dapat menyebabkan Penyakit (Greene, 1984). Dari dokumen lain juga tercatat bahwa
pada man RomaWI Kuno telah dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan kepada
masyarakat

i1nmk (Hanlon, 1974): 1_ mencatatkan pembangunan rumah;


2, melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya; 3, melaporkan binatang
peliharaan/ternak yang dapat menimbulkan bau; 4, pemerintah melakukan supervisi ke tempat-
tempat minuman (public bar), warung makanan,

tempat prostitusi, dan lain-lain.

Setelah itu, kesehatan masyarakat makin dirasakan perlunya di awal abad ke-l sampai ke-7

dengan alasan sebagai berikut. 1, Berbagai penyakit menular mulai menyerang penduduk dan
telah menjadi epidemi, bahkan

ada yang menjadi endemis. Di Asia, khususnya Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika muncul
penyakit kolera yang telah

2. tercatat sejak abad ke-7-bahkan di India penyakit kolera telah menjadi endemis. Penyakit
lepra telah menyebar ke Mesir, Asia kecil, dan Eropa melalui para emigran.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi kasus epidemi dan endemis, di amaranya
masyarakat mulai memerhatikan masalah: lingkungan, terutama higiene dan sanitasi
lingkungan; pembuangan kotoran manusia (latrin); mengusahakan air minum bersih;

pembuangan sampah; pembuatan ventilasi yang memenuhi syarat.

Pada abad kel4 mulai terjadi wabah pes yang dasyat di Cina dan India. Pada tahun 1340 telah
tercatat l3 juta orang meninggal karena wabah pes. Di India, Mesir, dan Gaza dilaporkan bahwa
13nbu orang meninggal tiap hari karena serangan pes. Berdasarkan catatan, jumlah orang yang
meninggal karcna wabah penyakit pea di seluruh dunla waktu itu mencapai lebih dari 60 jute
Oran sehinggn kejadmn Pada waktu itu dlsebut '1he Black Death”-serangan wabah PenYakit
menu} ml berlangsung sampai ahad kc 18. Di samping wabah pes, wabah kolera dan tifus juga
mas' berlangsunsPada tahun 1603 lebih darl l darl 6 orang meninggal karena penyakit menular,
d tahun 1665 seknar l dart S orang menmggal. Pada tahun 1759 dilaporkan 70 ribu orang
Pendudu di Kepulauan Cyprus meninggal karena penyakit menular. Penyakit lain yang menjadi
wabah antata lain dlpteri. tifus, disemri. dan Iain-lain.

nmool ILMII PINGITAIIIIAN (SC'ENTIFIC PERIOD)

Pads akhir abad ke18 dan di awal abad ke-l9, bangkitnya ilmu pengetahuan mempunyai dammk
yang sangat luas pada segala aspek kehidupan manusia, termasuk pada aspek kesehatan. Pada
abad ini pendekatan dalam penanganan masalah kesehatan tidak hanya memandang pada
aspek biologs saja. tetapi sudah komprehensif dan multisektoral. Selain itu, telah ditemukan
berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegahan penyakit, seperti pada
Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Penemu dan Hasil Pengmuan dalam Penanggulan Penyakit

Penemu Hasil Temuan Louis Pasteur Vaksin untuk mencetah venyakit cacar Jose-h Lister Asam
carbol carbolic an" untuk stren'lisasi ruanv operasi William Marton Ether sebacai anestesi pada
waktu operasi

Upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai dilaksanakan di Inggris. Hal ini terkait
dengan wabah penyakit endemis kolera tahun 1832 yang terjadi pada masyarakat di perkotaan,
terutama yang miskin. Parlemen Inggris membentuk komisi penanganan pada penyakit ini dan
Edwin Chadwich-seorang pakar sosial (social scientist)--ditunjuk sebagai ketua komisi untuk
melakukan penyelidikan mengenai penyebab wabah kolera ini. Hasil penyelidikan yang
dilaporkan di antaranya yaitu masyarakat yang hidup dalam kondisi sanitasi yang buruk, susia
penduduk berdekatan dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia, adanya aliran
air limbah terbuka yang tidak teratur, makanan yang dijual di pasar tidak higienes (dihinggapi
lalat dan kecoa), sebagaian besar masyarakat hidup miskin, serta bekerja rata-rata l4 jam per
hari sementara gaji yang diperoleh tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hasil laporan
Edwin Chadwich tersebut dilengkapi dengan analisis data yang lengkap dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Akhirnya, parlemen Inggris mengeluarkan undang-
undang yang mengatur upayaupaya peningkatan kesehatan penduduk dan berbagai peraturan
tentang sanitasi lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik, dan lain-lain.

Berawal dari penelitiaannya, Edwin Chadwich tertarik untuk lebih jauh mempelajari kesehatan
masyarakat, sehingga saat itu ia menjadi pioneer dalam ilmu kesehatan masyarakat. Generasi
setelah Chadwich adalah Winslow-murid Chadwich-yang kemudian dikenal sebagai pembina
kesehatan masyarakat modem (public health modern). Winslow merumuskan defmisi kesehatan
masyarakat yang kemudian diterima oleh WHO. Sejak saat itu, lahirlah berbagai macam detinisi
sehat. John Snow, adalah seorang tokoh yang sudah tidak asing dalam dunia kesehatan
masyarakat dalam upaya sukseenya mengatasi penyakit kolera yang melanda kota London. Hal
yang perlu dicatat di sini adalah bahwa John Snow mempergunakan pendekatan epidemiologi
dalam menganalisis wabah

penyakit kolera, yaitu dengan menganalisis fakmr tempat’ orang, dan waktu-sehingga dia
dianggap ‘

sebagai "lhe Father of Epidemiology. pada akhir abad ke-l9 dan di awal abad ke-20. pendidikan
untuk tenaga kesehatan yang

Profesional mulai dikembangkan. Tahun 1893‘ John Hopkins-seorang pengusaha wiski dari
Amerika memelopori berdirinya universitas Yang di dalamnya terdapat Fakultas Kedokteran.
Pada tahun I908 sekolah kedokteran mulai me'Webar kc Eropa. Kanada, dan negara-negara lain.
Dalam perkembangannya, kurikulum sekolah kNokteran mulai memerhatikan masalah
kesehatar‘ masyarakat d3" SUdah didasarkan Pada suatu asumsi bahwa penyakit dan kesehatan
merupakan hasii interaksi yang dinamis antara faktor genetik, lingkungan fisik, lingkungan sosial
(termasuk kondisi kerja), kebiasaan perorangan, d3" pelayanan kesehatan. Dari segi pelayanan
kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah Amerika membentuk Departemen
Kesehatan yang pertama kali dengan tujuan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi
penduduk, termasuk perbaikaf‘
dan pengawasan sanitasi lingkungan.

penuemsnncnn KESEHIITIIII mnnnnmmDI Inbonesm

Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia di mulai pada abad ke-16, yaitu dimulai
dengan adanya upaya pemberantasan penyakit cacar dan kolera yang sangat ditakuti oleh
masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk ke Indonesia tahun 1927, dan pada tahun 1937
terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura
dan mulai berkembang di Indonesia, sehingga berawal dari wabah kolera tersebut pemerintah
Belanda (pada waktu itu Indonesia dalam penjajahan Belanda) melakukan upaya-upaya
kesehatan masyarakat. Gubernur Ienderal Deandels pada tahun 1807 telah melakukan upaya
pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan
angka kematian bayi (infant mortality rate) yang tinggi. Namun, upaya ini tidak bertahan lama,
akibat langkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru kemudian di tahun 1930, program ini dimulai
lagi dengan didaftarkannya para dukun bayi sebagai penolong dan perawat persalinan. Pada
tahun 1851 berdiri sekolah dokter Iawa oleh dr. Bosch dan dr. Bleeker-Kepala Pelayanan
Kesehatan Sipil dan Militer di Indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA (School Tot
Oplelding van Indiche Arsten) atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913
didirikan sekolah dokter yang ke-2 di Surabaya dengan nama NIAS (Nederland Indische Artsen
School). Pada tahun 1927 STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan sejak berdirinya
Universitas Indonesia tahun 1947, STOVIA berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Selain itu, perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia juga ditandai dengan berdirinya
Pusat Laboratorium Kedokteran di Bandung tahun 1888-tahun 1938 pusat laboratorium ini
berubah menjadi Lembaga Eykman. Selanjutnya, laboratorium-laboratorium lain juga didirikan
di kota-kota seperti Medan, Semarang, Makasar, Surabaya, dan Yogyakarta dalam rangka
menunjang pemberantasan penyakit malaria, lepra, cacar, serta penyakit lainnya, bahkan
lembaga gizi dan sanitasi juga didirikan.

Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke Indonesia dan tahun 1933-1935 penyakit ini menjadi
epidemis di beberapa tempat, terutama di Pulau Iawa. Pada tahun 1935 dilakukan program
pemberantasan penyakit pes dengan cara melakukan penyemprotan DDT terhadap rumah-
rumah penduduk dan vaksinasi massal. Tercatat sampai pada tahun 1941, 15 juta orang telah
divaksinasi. Pad;

tahun 1925’ HYdIiCh-seorang petugas kfsehztan Pemerintah Belanda-melakukan Pengamatan


terhadap masalah tingginya angka kemanan anDkeSakitan di Banyumas Purwokerto. Dari ha,“
Penmatan dan analisisnya, disimPulkan ba wa tingginya angka kesakjtan dan kematian di kedu.
daerah tersebut dikarenakan burukn)’a kfmdl.“ sanitasi lingkungan, masyarakat bums air besa, di
sembarang tempat, dan penggunaan a" mlnum dari sungai yang telah tercemar. Kesimpulan ““8
diPeroleh adalah bahwa mndahnya Wm“ hngkungan dikarenakan perilaku Penduduk yang
kum‘g 581k. sehingga Hydrich memulai "Pa“ kesehatan masyarakat dengan mengembangkan
daemh percontohan, yaitu dengan care me] . an Pmmosi mengenai pendidikan kesehatan.
Sampai sekmng usaha Hydrich ini dianggaP “bag“ awa] kesellatan masyarakat di Indonesia.

Memasuki zaman kemerdekaana 53'” Sat“ tonggak perkembangan kesehatan masYal’akat di


l“donesia adalah saat diperkenalkannya KonseP Bandung (Bandung Plan) pada tahun 1951 Oleh
dF-Y. Leimena dan dr. Patah-yang selanjutnya dikenal dengan nama Patah-Leilnena. Dalam
konsep ini, diperkenalkan bahwa dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat, aspek
preventifdan kuratif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam mengembangkan sistem
pelayanan kesehatan, kedua “M ini tidak boleh dipisahkan. baik di rumah ”kit maupun di
puskesmas. Selanjutnya, pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan
masyarakat oleh dr. Y. Sulianti dengan berdirinya Proyek Bekasi (Lemah Abang) sebagai proyek
Percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di
Indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini juga menekankan pada
pendekatan tim dalam pengelolaan program kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep
pelayanan terpadu ini, terpilih delapan desa wilayah pengembangan masyarakat.

. Sumatera Utara: Indrapura Lampung

Iawa Barat: Bojong Loa Iawa Tengah: Sleman Yogyakarta: Godean

Iawa Timur: Mojosari


Bali: Kesiman

Kalimantan Selatan: Barabai

9°N9‘Snzk1-HP"

Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang ini. Pada bulan
November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan program kesehatan
magyarakat terpadu sesuai dengan kondjsi dan kemampuan rakyat Indonesia, yaitu mengenai
komep puskesmas-yang dipaparkan oleh dLAchmad Dipodilogo-yang mengacu pada Konsep
Bandung dan Proyek Bekas'L Dalam seminar ini talah disimpulkan dan disepakati mengenai
sistem puskesma. yang terdiri atas til)e A, B, dan C. Akhjmya pada tahun 1968 dalam rapat kerja
kesehatan nasional, dicetUSkan bahwa puskesmas merupakan suatu sistem pelayanan
kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan 0131‘ pemerintah (Departemen Kesehatan)
menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Winas)

puskesmas disepalmti sebagai sum, unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayamn
kuratif dan preventifse‘cara tCrpaldu, menyeluruh. dag mudah dijangkau. dalam wilayah ken.
kecamatan atau 5:383“ ketamatan (11 kotamadya atau kabupaten. Sebagai lini tctdcpan
Pembangunan kese mpuskesmas dihmpkan sclalu vegan Untuk it'll. duperkenalhnlah PW untuk
selalll mengua PuSkesmas (strengthening pushesmas). D! M8313 berkembmg RM

Indonesia» fasilitas kmham berlandaskan masyarakat ditasakan lebih efckuf dan Peg“

Dcpartemen kcsehatan telah membuat usaha intensif unmk membangun puskesmas yang
kemudian dimasukkan kc dalam master plan untuk opemsi Penguatan pelayanan kesehatan
nasional. Kegiatan Pokok dalam program dasar clan utama puskesmas mencakup 18 kegiatan,
yaitu:
l. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Keluarga Berencana (KB). Gizi. Kesehatan lingkungan.

Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta imunisasi, Penyuluhan kesehatan


masyarakat.

Pengobatan.

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Perawatan kesehatan masyarakat.

10. Kesehatan gigi dan mulut.

11. Usaha kesehatan jiwa.

12. Optometri.

13. Kesehatan geriatrik.

14. Latihan dan olahraga.

15. Pengembangan obat-obatan tradisional. 16. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). 17.
Laboratorium dasar.

18. Pengumpulan informasi dan pelaporan untuk sistem informasi kesehatan.

PPNQPPP’P
Pada tahun 1969, sistem puskesmas hanya disepakati dua saja, yaitu Puskesmas tipe A Yang
dikelola oleh dokter dan Puskesmas tipe B yang dikelola oleh seorang paramedis. Dengan
adanya perkembangan tenaga medis, maka pada tahun 1979 tidak diadakan perbedaan
Puskesmas tipe A atau tipe B-hanya ada satu puskesmas saja, yang dikepalai oleh seorang
dokter. Namun, kebijakan tentang pimpinan puskesmas mulai mengalami perubahan tahun
2000, yaitu puskesmas tidak harus dipimpin oleh seorang dokter, tetapi dapat juga dipimpin
oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat. Hal ini tentunya diharapkan dapat membawa perubahan
yang positif, di mana tenaga medis lebih diarahkan pada pelayanan langsung pada klien dan
tidak disibukkan dengan urusan adminstratif/ manajerial, sehingga mutu pelayanan dapat
ditingkatkan. Di provinsi Jawa Timur misalnya, sudah dijumpai Kepala Puskesmas dari lulusan
Sarjana Kesehatan Masyarakat seperti di Kabupaten Gresik, Bojonegoro, Bondowoso, dan lain
sebagainya. Pada tahun 1979 dikembangkan satu peranti manajerial guna penilaian puskesmas,
yaitu stratifikasi puskesmas, sehingga dibedakan adanya:

l. Strata l, puskesmas dengan prestasi sangat baik 2. Strata 2, puskesmas dengan prestasi rata-
rata atau standar.

3. Strata 3, puskesmas dengan prestasi di bawah rata-rata.

Peranti manajerial puskesmas yang lain berupa microplanning untuk perencanaan dan lokakarya
mini untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerja sama tim. Pada tahun 1984,
tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan berkembangnya program paket terpadu
kesehatan dan Keluarga Berencana (Posyandu) yang mencakup Kesehatan Ibu dan Anak,
Keluarga Berencana, gizi, penanggulangan penyakit diare, dan imunisasi.

Sampai dengan tahun 2002, jumlah puskesmas di Indonesia mencapai 7.309. Hal ini berarti 3,6
puskesmas per 100.000 penduduk atau satu puskesmas melayani sekitar 28.144 penduduk.

-, “entara nu, )uuuuu QQSa di I n . 98m n‘enca


SM,“ Puskesmas ““mktia Sep 1 0 £000 penduduk. ’“mlah u U Uh deSa d‘ . Skesm 3 mm?

Pat 70.92! pada tahun 2003, yang berarti setidaknya rNemenuhl kebutuhan pelayanan

andnngkan dengan rumah sakit yang haruS melayani

. torus dikcmban k b'h lanjut untuk . h ter encll‘ . 8 an dan dlatur le I l daera P D‘ anr Prima.
lumlah Puskesmas masih jauh dari memadai’ terutama

. a Jerkadang beberapa kah lebih Illa dan Sumatem. puskesmas harus menangani wilayah yang
Inas, Mikit. Sebuah puskesmas tErk S dari Sntu kabupatcn di Iawa) dengan jumlah penduduk
yang 19b“!

a . . Renduduk puskesmas term“ Mullins lztgi'lgglayanl 10.000 penduduk. Selain itu. bag!
sebagman u L .

Hummus mtmnm owns romnnx pemvnnnn

Mat ini_ pemerintah menjadikan puskesmas sebagai ujung tombak utama pelayanan kesehatan
pada masyarakat sekaligus sebagai wadah isu strategis. Misalnya, isu strategis aksesibilitas
layanan dan penyediaan sumber daya manusia serta sarana prasarana. puskesmas juga mampu
menjadi tempat pelayanan kesehatan pilihan utama masyarakat, karena dekat dengan tempat
tinggal dan murah dari segi biaya pelayanan-rata-rata biaya retribusi yang dikenakan berkisar Rp
1500,00 sampai RD 2000,00. Bahkan berbagai daerah telah menerapkan program pengobatan
gratis yang difokuskan untuk rawat jalan bagi setiap lapisan masyarakat, baik kaya maupun
miskin. Hal ini dilaksanakan oleh pemerintah daerah agar masyarakat menyadari pentingnya
berobat ke puskesmas. Dengan diberlakukannya pengobatan gratis di puskesmas, maka
puskesmas tidak lagi dibebani pemasukan dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sebaliknya,
daerah mengalokasikan sejumlah dana untuk mendukung operasionalisasi di puskesmas, seperti
biaya obat-obatan.
Selain menjadikan puskesmas ujung tombak layanan, pemerintah daerah juga mulai

mendekatkan layanan dokter spesialis kepada masyarakat. Umumnya ada dua cara yang
ditempuh daerah, yaitu menempatkan dokter spesialis di puskesmas atau menentukan
puskesmas khusus (spesiflkasi). Kebijakan menempatkan dokter spesialis di puskesmas
dilatarbelakangi oleh anggapan bahwa dokter spesialis identik dengan pelayanan kesehatan
yang mahal atau hanya bisa diperoleh masyarakat apabila berobat kc rumah sakit. Bagi daerah
yang belum mampu menempatkan layanan dokter spesialis di setiap puskesmas, daerah
mengatasinya dengan dokter spesialis keliling. Sampai saat ini, dokter spesialis yang banyak
ditempatkan di puskesmas adalah dokter spesialis kandungan. mata, kulit, dan penyakit dalam.
Sementara itu, kebijakan menjadikan puskesmas sebagai puskesmas spesifikasi biasanya
didasari oleh kondisi geografis daerah. Puskesmas spesifnkasi yang banyak didirikan, khususnya
di Iawa Timur adalah puskesmas khusus mata, obstetri-ginekologi, puskesmas bencana, dan
puskesmas wisata.

KONSIP PUSKESMAS

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfung“
sebagai pusat pembanguanan kesehatan, pusat pembinaan partisipasi masyarakat dalam bidang
kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegnatan
m Secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada 5‘1““ masyarakat yang bertcmpa!
t

dalam suatu wilayah tertentu.

pgplNlSI PIISKISMAS para ghli mendetinisikan puskesmas sesuai dengan perkembang‘m dan
tuntutan pelayanan kesehatan.

l)ef“1isi puskesmas antara lain sebagai berikut.


1.

$4

Azrul Azwar (1980). Pusat Kesehatan MaSYarakat (Puskesmas) merupakan suatu kesatuan
organisasi fungsional yang langsung memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada
masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.
Departemen Kesehatan RI (1981). Pusat KCSehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan suatu
kesatuan organisasi kesehatan yang langsung memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terintegrasi kepada masyarakat di wilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha
kesehatan pokok.

Departemen Kesehatan RI (1987). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan pusat


pembagunan kesehatan yang berfungsi mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat.
serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam
bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya.

Departemen Kesehatan RI (1991). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan suatu


kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dalam memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

FUNGSI PIISKESMAS

Fungsi pokok puskesmas, antara lain:

sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya;


l.

2. membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan


kemampuan untuk hidup sehat;

3. memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di


wilayah kerjanya.

Sementara proses dalam melaksanakan fungsinya dilakukan dengan cara:

l. merangsang masyarakat, termasuk pihak swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka
menolong dirinya sendiri;

2. memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan


sumber daya yang ada secara efektif dan eflsien;

3. memberi bantuan, baik yang bersifat bimbingan teknik materi, rujukan medis, maupun
rujukan kesehatan kepada masyarakat;

4. memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat;

5. bekelja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program


puskesmas.

VISI PUSKISMAS
Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan pusat
kesehatan adalah sebagai berikut.

l. 2.

3.

Masyarakat hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat.

Memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dam
merata.

Memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Repubhk lndoncsu.

“,5. pllSKISMAS

Misi Puskesmas sebagai pusat Pengeln"“"3a" kmhm" Yang clapat dilakukan memui herbaga i

upaya. antara lain sebagai berikut. 1, Memperluas Jangkauan pelayanan keSChMan sampal kc
desa-dcsa.

2. Meningkatkan mum pelayaumn kesehatan. 3. Mengadakan Petalatan dan obat-olmtan


disesuaikan dengan kebutuhan masYal‘akat.

4. Mengembangkan Pembangunan Keschatan Masyarakat Desa (PKMD)


SMTIGI PIISKESMAS

Strategi puskesmas untuk mewujudkan pembangunan kesehatan antara lain: l. pelayanan


kesehatan yang bersifat mCWeIuruh (comprehensive health care service);

2. pelayanan kesehatan yang menerapkan Pendekatan yang menyeluruh (holistic approach),

SASARAN DAN MEKANISME PELAVANAN KEPERAWA‘I'AN KESEHA‘I‘AN MASYAMKA‘I' DI


PUSKESMAS

Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan. Keluarga dengan risiko tinggi. Keluarga
dengan kasus tindak lanjut keperawatan.

Pembinaan kelompok khusus (sesuai prioritas daerah). Pembinaan desa atau masyarakat
bermasalah (sesuai dengan prioritas daerah).

w9w

PELAYANAN PUSKESMAS

l. Pelayaran di Dalam Gedung a. Penerimaan klien di loket pendaftaran. b. Proses seleksi kasus
prioritas. Pelayanan medis yang diberikan berupa: asuhan keperawatan, dari proses seleksi akan
diketahui sasaran prioritas dan

nonprioritas-sasaran prioritas perlu ditindaklanjuti berupa rujukan ke rumah


sakit atau rujukan ke puskesmas dengan ruang rawat inap; tindak lanjut pelayanan kesehatan
dapat berupa asuhan keperawatan keluarga,

kelompok, dan masyarakat. Penyampaian informasi klien yang memerlukan tindak lanjut asuhan
keperawatan di

c. rumah.

2. Pelayanan di Luar Gedung Mempelajari informasi mengenai data kesenjangan pelayanan


kesehatan dan

a. menampung informasi yang berasal dari masyarakat.

b. Seleksi untuk mendapatkan sasaran prioritas, yaitu: individu, keluarga. kelompok. clan
masyarakat.

c. Menyampaikan informasi sasaran prioritas.

Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap sasaran prioritas.

KNIATAN POIOI WSIBMAS

Mandi": Bulm Woman Kenn Puakumas yang tether“. mdapai 20 usaha pokok kesehatan yang
4.9.: duakuk-n oleh pmkeamns. Namun, peInknn‘m‘nyn sangat bergamung pada faktor tennga,
mm dun muranm Nay: yang mud“. gem komampuan manajemen dari Hap-uap puskesmas.
[\qmtan pnknk puqkesmas amnrn lain sebaga! berikm.
I Up!“ Kesehuan [bu dan Annk (KIA)

Pemeliharaan kesehatan Ibu ham“; Melahlrkan dan menyusui; Sena bayi, anak banta.

‘ dun anak praselmlah.

b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang makanan gum mencegah gm buruk,

c. lmunisasi.

d‘ Pemberian pendidlkan kesehatan tentang perkembangan anak dan cam menstimulasinya.

e. Pcngobatan bagi ibu, bayi, anak balita, serta prasekolah yang menderita bermacam

macam penyakit ringan, dan lain-lain_

2. Upaya Keluarga Berencana (KB) Mengadakan kursus Keluarga Berencana untuk para ibu dan
calon ibu yang mengunjungi

& KIA.

b. Mengadakan kursus Keluarga Berencana kepada dukun yang akan bekerja sebagai penggerak
calon peserta Keluarga Berencana.

c. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai cam pemasangan IUD, cara-cara


penggunaan pil, kondom, dan alat-alat kontrasepsi lainnya. 3. Upaya perbaikan gizi a. Mengenali
penderita-penderita kekurangan gizi. b. Mengembangkan program perbaikan gizi. c.
Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat. 4_ Upaya kesehatan lingkungan Penyehatan air
bersih.

l: Penyehatan pembuangan kotoran. c. Penyehatan lingkungan perumahan. d, Penyehatan


limbah. c. Pengawasan sanitasi tempat umum. L Penyehatan makanan dan minuman. g.
Pelaksanaan peraturan perundangan. 5, Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular a. Mengumpulkan dan menganalisis data penyakit. b. Melaporkan kasus penyakit
menular. c. Menyelidiki benar atau tidaknya laporan yang masuk. d Melakukan tindakan
permulaan untuk mencegah penyebaran penyakit menular. e Menyembuhkan penderita,
sehingga tidak lagi menjadi sumber infeksi. f. Pemberian imunisasi.

8Pemberantasan vektor. 11Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. 5' Upaya pengobatan a.


Melaksanakan diagnosis sedini mungkin melalui:

. mendapatkan riwayat penyakit; . mengadakan pemeriksaan fisik; o mengadakan pemeriksaan


labofatorium. membuat diagnosis. ’ b. Melaksanakan tindakan pengobatam c. Melakukan upaya
rujukan. 7. Upaya penyuluhan kesehatan masyarakat a. Kegiatan penyuluhan kesehatan
dilakukan 01 ch petugas di ldinik. mmah, dan kelompok‘ _ kelompok masyarakat. 1). Di tingkat
puskesmas tidak ada petugas penyuluhan tersendiri, tetapi d1 tingkat kabupaten terdapat
tenaga-tenaga k00rdinator p e nyuluhan kesehatan. 8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) 9.
Kesehatan olahraga 10. Perawatan kesehatan masyarakat ll. Usaha kesehatan kerja 12. Usaha
kesehatan gigi dan mulut 13. Usaha kesehatan jiwa 14. Kesehatan mata 15. Laboratorium
(diupayakan tidak lagi sederhana) 16. Pencatatan dan Pelaporan Sistem Informasi Kesehatan 17.
Kesehatan usia lanjut 18. Pembinaan pengobatan tradisional

Kegiatan pokok puskesmas bersifat dinamis dan berubah sesuai dengan kondisi masyarakat‘ Di
samping penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok puskesmas tersebut d1 atas, puskesmas
sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan program kesehatan tertentu oleh
pemerintah pusat, misalnya melaksanakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN). Dengan demikian,
balk petunjuk
pelaksanaan maupun perbekalan akan diberikan oleh pemerintah pusat bersama pemerintah
daerah.

PIRAN PIISKESMAS

Dalam konteks otonomi daerah seperti saat ini, puskesmas mempunyai peran yang sangat vital
sebagai institusi pelaksana teknis. Puskesmas dituntut memiliki kemampuan manajerial yang
baik dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran
tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui sistem
perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan-kegiatan yang tersusun rapi, serta
memiliki sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Selain itu, puskesmas juga dituntut
berperan serta aktif dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan
pelayanan kesehatan secal’a komprehensif dan terpadu.

WILAYAI'I KEMA PUSKESMAS

WilaYah kerja Puskesmas meliputi sat“ mama“ 3““ “wan dari kecamatan. Faktot kW Penduduk,
luas daerah geogmfls, dan keadaan mm 1mm)“ mempakan bahan perdeG’"

1:

dalam mcnentukan mlm ah krna pmkcsmas. Puskeqm“ mcrupakan perangkal Pemerintah


Daerah Tungkat ll. schmgga pcmhagian wnlayah kcrjn puqkom‘m dudapkan oleh Bupati setelah
mendengar saran tckm: darn lxamor Wllm ah Depnrlcmcn Kesehatan vaimi. Di kota besar.
wilayah kerja puskmmas bna ham'a satu kclurahnn dan puskesmas d. ibukom kecamalan
menjadi puskesmas; rupukan yang bcrlungsn schaga pusat ruiukan dari puskesmas kclurahan.
Selain itu, puskesmas d: kaamatan iuga mempunyai fungsi koordinasi. Sasaran penduduk yang
dilayani oleh sebuah

pmkmmas rota ram 30.000 penduduk.

EASIU'I'AS PINUNJANG Dalam ranska memperluas jangkauan pelayanan kesehatan yang


diberikan, puskesmas perlu dltuniang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana,
antara lain sebagai berikut.

1, Puskesmas Pembantu Puskesmas Pembantu yang lebih sering dikenal sebagai Pustu atau
Pusban adalah unit

pelayanan kesehatan sederhana yang berfungsi menunjang dan membantu pelaksanaan


kegiatan-kegiatan puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil. Puskesmas
Pembantu merupakan bagian integral dari puskesmas. Setiap puskesmas memiliki beberapa
Puskesmas Pembantu di dalam wilayah kerjanya. Namun, terdapat beberapa puskesmas yang
tidak memiliki Puskesmas Pembantu, khususnya puskesmas di daerah perkotaan.

2. Puskesmas Keliling Puskesmas Keliling merupakan unit pelayanan kesehatan keliling yang
dilengkapi dengan

kendaraan bermotor roda empat atau perahu motor, peralatan kesehatan, peralatan
komunikasi, serta sejumlah tenaga yang berasal dari puskesmas. Puskesmas Keliling berfungsi
menunjang dan membantu kegiatan puskesmas dalam wilayah yang belum terjangkau oleh
pelayanan

kesehatan. Kegiatan Puskesmas Keliling antara lain: memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat di daerah terpencil atau daerah
a. yang sulit dijangkau oleh pelayanan puskesmas;

b melakukan penyelidikan tentang Kejadian Luar Biasa (KLB);

c. dapat dipergunakan sebagai alat transportasi penderita, misalnya dalam rangka rujukan kasus
darurat;

d. melakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan alat audiovisual.

Bidan Desa Di setiap desa yang belum memiliki fasilitas pelayanan kesehatan, Bidan Desa
ditempatkan

untuk tinggal di desa tersebut untuk memberikan pelayanan kesehatan. Bidan Desa
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas. Wilayah kerja Bidan Desa adalah satu
desa dengan jumlah penduduk rata-rata 3.000 jiwa. Tugas utama Bidan Desa adalah
meningkatkan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan melalui pembinaan posyandu
dan pembinaan kelompok dasawarsa, serta pertolongan persalinan di rumah penduduk. Dalam
perkembangannya, batasan-batasan di atas makin kabur seiring dengan diberlakukannya
Undang-Undang Otonomi Daerah yang lebih mengedepankan desentralisasi. Dengan otonomi,
setiap Daerah Tingkat II memiliki kesempatan untuk mengembangkan puskesmas sesuai
Rencana Strategis (Renstra) Kesehatan Daerah dan Rencana Pembangunan )angka

Menengah Daerah (RPJMD) Bidang Kesehatan, sesuai dengan situasi dan kondisi Daerah Tingkat
II.

WAYNE" IISINAIAN NMUIUN pdmmn kesehaun yang diberihn pud‘t‘m“ adalah pelayanan
kcschatan yang menyelumh, Yang

meltputi peluvtmn: l. pcnmbmn (mm):


2. pmcegahm (pmmniw): 3. peningkatan kesehatan (pmmonw). t pemulihan kaehatan
(nhabtlitanwl

mAVMAN KBM‘I’AN INTEGRATIF

SM!“ ‘d‘ puskesmas, pelayanan kesehatan di kecamatan meliputi Balai Pengobatan,Ba1ai


Kuejahteraan [bu dan Anak, usaha higiene Sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit
menu];1 dan lainlain. Usahausaha tersebut masih bekerja sendiri sendiri dan bertanggung
jawab langSung‘ kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II. Dengan adanya sistem pelayanan
kesehatan melalui Pllsat kesehatan masyarakat, yaitu puskesmas. Oleh karena itu, berbagai
kegiatan pokok puskesmas

dilaksanakan bersama di bawah satu koordinasi dan satu pimpinan.

KEDIIDIIKAN PUSKESMAS

.1. Kedudukan dalam bidang administrasi Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah
Tingkat II dan bertanggung jawab

langsung, baik teknis maupun administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II.

2. Kedudukan dalam hierarki pelayanan kesehatan Dalam urutan hierarkj pelayanan kesehatan
sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional

(SKN), maka puskesmas berkedudukan pada tingkat fasilitas kesehatan pertama. Apa yang
dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah fasilitas, sedangkan dalam hal
pengembangan kesehatan. puskesmas dapat meningkatkan dan mengembangkan diri ke arah
modernisasi sistem pelayanan kesehatan di semua lini, baik promotif, preventif maupun
rehabilitatif sesuai kebijakan rencana strategis daerah tingkat II di bidang kesehatan.

S‘I'RllK‘l'llll ORGANISAsl DAN TA‘I‘A KEMA

Susunan organisasi puskesmas: 1Unsur pimpinan: Kepala Puskesmas

2Unsur pembantu pimpinan: Urusan Tata Usaha 3Unsur pelaksana: Unit 1, Unit 11, Unit III, Unit
IV, Unit V, Unit VI, dan Unit VII

lab 2 o Sejarah Perlembangm Kepenwatan Komunitas

KM Tata Usaha V11 f nit Unitl UnitII Unit 111 unit 1v UnitV Umt v1 U Puskesmas

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Puskesmas

berikut. kegiatan puskesmas

Tugas pokok masing-masing unsur tersebut antara lain sebagai keuangan. perlengkapan

1. Kepala Puskesmas, mempunyai tugas memimpin dan mengawasi

2. Kepala Urusan Tata Usaha, mempunyai tugas dibidang kepegawaian, dan surat menyurat,
serta pencatatan dan pelaporan.
3. Unit I, melaksanakan kegiatan Kesejahteraan Ibu dan Anak Keluarga Berencana (KB)’
perbaikan gizi.

4. Unit II, melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit. .

Unit III, melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, serta kesehatan tenaga ket'Ja d3“

dan

5. usia lanjut. 6. Unit IV, melaksanakan kegiatan kesehatan masyarakat, sekolah, dan olahraga. 7.
Unit V, melaksanakan kegiatan pembinaan, pengembangan, dan penyuluhan kepada

masyarakat. 8. Unit VI, melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan inap.

9. Unit VII, melaksanakan tugas kefarmasian.

TA'I'A KEIUA PUSKESMAS

Dalam melaksanakan tugasnya, puskesmas wajib menetapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan
sinkronisasi, baik dalam lingkungan puskesmas maupun dalam satuan organisasi di luar muai
dengan tugasnya masing-masing. Kepala Puskesmas bertanggung jawab memimpin,
mengoordinui semua unsur dalam linglqmgan puskesmas, dan memberikan bimb'mgan bagi
pelaksanaan masing-masing. Setiap unsur dj lingkungan puskesmas wajib mengikuti dan
mematuh' "*8“ dan bertanggung jawab kepada Kepala Puskesmas. ‘ m,“

[ANGMUAN PILAVANAN KISIHATAN


sesuai dengan keadaan geografis, luas wilayah. sarana perhubungan, dan kepadatan PendUdu
dalnm wilayah kerja suatu puskesmas, tidak semua penduduk dapat dengan mudah mengakse
pelayanan puskesmas. Agar jangkauan pelayanan puskesmas lebih merata dan meluas,
PUSkesm ' perlu ditunjang dengan Puskesmas Pcmbantu. Puskesmas Keliling, dan Bidan Desa.
Selain it peningkatan peran serta masyarakat untuk mengelola posyandu dan membina
dasawisma ing;

dapat menunjang jangkauan pelayanan kesehatan.

bukungan Multan Sistem rujukan upaya kesehatan merupakan suatu sistem jaringan pelayanan
kesehatan yan

memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya SUatu
masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horizontal. Sistem rujukan Secara

konsepsional menyangkut hal-hal sebagai berikut.

l. Rujukan medis, yang meliputi; konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik pengobatan,
tindakan operatif, dan

a. lain-lain;

h pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap;

c. mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten/ahli untuk meningkatkan


mutu pelayanan pengobatan. ' Rujukan kesehatan, merupakan rujukan yang menyangkut
masalah kesehatan masyarakat

yang bersifat preventif dan promotif, yang meliputi: survei epidemologi dan pemberantasan
penyakit atas Kejadian Luar Biasa (KLB);

a.

b. pemberian pangan di wilayah yang sedang mengalami bencana kelaparan;

c. penyelidikan penyebab keracunan, bantuan teknologi penanggulangan keracunan, dan


bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan massal;

d. pemberian makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan untuk pengungsi atas terjadinya
bencana alam;

e. saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah kekurangan air bersih bagi
masyarat umum;

f. pemeriksaan spesimen air di laboratorium kesehatan, dan lain-lain.

Tujuan sistem rujukan upaya kesehatan, antara lain sebagaj berikut:

1. Umum Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung kualitas


pelayanan
yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara berdaya guna dan berhasil

guna.

2. Khusus Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan rehabilitatif.
serta dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventifdan promotif secara
berha-‘il

guna dan berdaya guna. lenjang tingkat pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia dapat
dilihat pada Tabel 2.4.

Tubal 2A. Jenjang Tingkat Pelayam" Kesehatan

KWponen/Unsur Pouyamn Kouhaun

Jonjang (thrkl Imgut mm... uh”. Pelayanan kesehatan oleh indeu/keluargangscndid. ""9“!
msyaukat “9‘0“" swadaya mas arakat dalam menolong march sendid oteh n kelompok
paguyuban; pxx; Saka Bhakt‘ Husada; anggota RW, R11 d3 masyarakat.

Puskesmas, Puskesmas pembantu, Puskesmas Keliling, Praktik Mm" Swasta. dan Poliklinik
Swasta.

Rumah sakit kabupaten/kota, mmah sakit swasta. klinik swasta/ laboratorium, dan lain-lain.

Fauhtas polavanan kesehatan pmfestonal hngkaigenama Faulius pelayanan mjukan tingkat


Rama fOSllitaS polayanan mjukan yang Rumah sa.kit tipe 8 dan Ttipe A, lembaga spesialistik
swasta, lebih tinggi laboratonum kesehatan daerah, laboratorium klinik swasta, dan m

lain.

Semcntara im, alur rujukan medis dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

Internal antara petugas puskesmas. Antara puskesmas pembantu dengan puskesmas, Antara
masyarakat dengan puskesmas.

Amara puskesmas yang satu dengan puskesmas yang lain. Amara puskesmas dengan rumah
sakit, laboratorium, atau fasilitas kesehatan lainnya.

9+9)»:

Langkah-langkah yang ditempuh puskesmas dalam upaya meningkatkan mutu rujukannya

antara lain sebagai berikut. Meningkatkan mutu pelayanan di puskesmas dalam menampung
rujukan dari Puskesmas

l. Pembantu dan pos kesehatan lain dari masyarakat.

2. Mengadakan pusat rujukan antara dengan mengadakan ruangan tambahan untuk lO tempat
tidur perawatan penderita gawat darurat di lokasi yang strategis. .

3. Meningkatkan sarana komunikasi antara unit pelayanan kesehatan.


4. Menyediakan Puskesmas Keliling di setiap kecamatan dalam bentuk kendaraan roda empat
atau perahu motor yang dilengkapi alat komunikasi.

5. Menyediakan sarana pencatatan dan pelaporan bagi sistem rujukan, baik rujukan medis
maupun rujukan kesehatan.

6. Meningkatkan upaya dana sehat masyarakat untuk menunjang pelayanan rujukan.

Puskcsmas Paawatan Puskesmas perawatan atau puskesmas rawat inap merupakan puskesmas
yang diberi ruangan

tambahan dan fasilitas untuk menolong penderita gawat darurat, baik berupa tindakan operatif
terbatas maupun rawat inap sementara. Kriteria Puskemas Perawatan, antara lain sebagai
berikut. Puskesmas terletak kurang lebih 20 km dari rumah sakit. Puskesmas mudah dicapai
dengan kendaraan bermotor. Puskesmas dipimpin oleh dokter dan telah mempunyai tenaga
yang memadai. Iumlah kunjungan puskesmas minimal 100 orang per hari. Penduduk wilayah
kerja puskesmas dan penduduk wilayah tiga puskesmas di sekitarnya.

Pemerintah daerah bersedia menyediakan dana rutin yang memadai.

9‘5"?pr

Puqkesmas Peruwamn memPakan “P“Sat Rujukan Amara” bagi penderita gawat darur kesman
Puskesmas Pemwatan meliputi. melakukan tindakan operatif terbatas terhadap Pendenat‘
gawal darumt. misalnya kecelakaan lalu lintas, persalinan dengan penyulit, penyakit lain Ya:
mendadak d3“ 83W“ merawat sementam Penderita gawat darurat atau untuk observasi
penderit dalam rangka diagnostik dengan ram rata 3 7 hari perawatan, melakukan pertolongan
semehtar “m“k pengiriman penderita kc rumah 88k“. memberi pertolongan persalinan bagi
kehamuai

dengan risiko tinggi dan persalinan dengan penyulit, serta melakukan metode Opel“aSi pria (1a:
““de operasi wanita (MOP dan MOW) untuk Keluarga Berencana.

Retenagaan Puskesmas Perawatan meliputi: dokter yang telah mendapatkan latihan klinis i
rumah sakit selama 6 bulan dalam bidang bedah, obstetri ginekologi. pediatri dan interna, 880m
8 perawat yang telah dilatih selama 6 bulan dalam bidang perawatan bedah, kebidanan, pediat
dan penyakit dalam. tiga orang perawat/bidan yang diberi tugas bergilir, serta satu orang
pekerja kesehatan (dengan tingkat pendidikan SMA atau lebih).

Unmk melaksanakan kegiatannya. Puskesmas Perawatan harus memiliki luas bangunan‘ mangan
pelayanan serta peralatan yang lebih lengkap daripada puskesmas biasa, antara lain mangan
rawat tinggal yang memadai (nyaman, luas. serta terpisah antara anak, wanita, dan pria untuk
menja privasi), mangan operasi dan pascaoperasi, ruangan persalinan dan menyusui (sekaligus
sebagai ruang recovery), kamar perawat jaga, serta kamar linen dan cuci. Sementara peralatan
medis Yan harus ada antara lain peralatan operasi terbatas, peralatan obstetri patologis,
peralatan vasektomi dan tubektomi, peralatan resusitasi, serta minimal 10 tempat tidur dengan
peralatan perawatan‘ Selain itu, untuk memudahkan komunikasi, Puskesmas Perawatan harus
dilengkapi telepon atau

radio komunikasi jarak sedang dan minimal 1 buah ambulan.

IEnTIlK-BEIITIIK PEIIDEKIITIIII DIIII PHRTISIPIISI IIIIISYIIRIIKHT

Berikut ini akan dijelaskan mengenai bentuk-bentuk dan partisipasi masyarakat.

POSYANDU
Posyandu merupakan suatu forum komunikasi, forum alih teknologi, serta forum pelayanan
kesehatan oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan
sumber daya manusia sejak dini, sebagai pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan
kesehatan dan Keluarga Berencana yang dikelola serta diselenggarakan untuk dan oleh
masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian norma
keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Posyandu merupakan lembaga yang paling bagus dan
paling dekat dengan masyarakat, sehingga ideal untuk diterapkan di Indonesia. Dengan lembaga
yang sudah ada, posyandu dapat berkreasi dari sudut manapun. Sasaran dalam pelayanan
posyandu. yaitu bayi yang berusia kurang dari l tahun, anak bah'ta usia l sampai 5 tahun, ibu
hamil, ibu menyusui, ibu nifas, serta wanita usia subur. Tujuan pokok dari posyandu antara lain:

mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak;

meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR (infant mortality rate);
mempercepat penerimaan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera); meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kcscham‘ 4‘”

l. 2. 3. 4. kegiatan-kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup schat; ~

pendckalan dun pemerataan pclayanan kesehatan kepcda mammkat dalam usaha

5' meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada penduduk berdasarkan letak geograf‘s,

Dun pcndirian posyandu adalah: (l) WMHdu dapat memberikan pelayanan kesehatan. kMwsnw
dalam upaya pencegahm penyaklt dan pppK, sekaligus dengan pelayanan KB; (2)

dc dart masyarakat. untuk masyaraku. dan Oleh magyarakat. uhingga menimbulkan ma m“mil“
mtsyankat terhadap upaya dalam bidang kesehamn Keluarga Berencana.
Posmdu dibentuk dari pos p08 yang ada. Seperu p08 penimbangan balm. p0: imunisasi, P05
gamma Berencana (KB) desa, dan pos kesehatan. Syarat pembentukan posyandu yaitu minimal
mg)“ 100 omng balita dalam satu RW, terdiri am: 120 kepala kcluarga, disesuaikan dengan
kmampum pemgas (Bidan Desa). dan jarak antara kelompok rumah tidak terlalu jauh. Posyandu
«haiknyn berada di tempat yang mudah didatangi oleh magyarakat, ditentukan oleh masyarakat
sendiri. dapat merupakan lokal tersendiri, serta bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di
rumah penduduk, balai rakyat, pos RT/RW. atau pos lainnya. Sementara pelaksanaan kegiatar»
190de adalah anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader kesehatan setempat di
baWab bimbingan puskesmas. Sedangkan pengelola posyandu adalah pengurus yang dibentuk
oleh ken)? RW yang berasal dari kader PKK, tokoh masyarakat formal dan informal, serta kader
kesehataf’ yang ada di wilayah tersebut.

Kegiatan posyandu meliputi tujuh kegiatan utama yang disebut Sapta Krida Posyandw Yaitu:

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA); Keluarga Berencana (KB); imunisasi;

peningkatan gizi; penanggulangan diare;

sanitasi dasar;

penyediaan obat esensial.

NP‘P‘PPP?‘

Selain itu, pelayanan kesehatan yang dijalankan di posyandu meliputi hal-hal sebagai berncut.
1Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita. penimbangan bulanan. pemberian tambahan
makanan bagi yang berat badannya kurang. imunisasi bayi usia 3-14 bulan. pemberian oralit
untuk menanggulangi diare. pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama. 2.
Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur. pemeriksaan
kesehatan umum. pemeriksaan kehamilan dan nifas. pelayanan peningkatan gizi melalui
pemberian vitamin dan pil penambah darah. imunisasi tetanus untuk ibu hamil penyuluhan
kesehatan dan KB. Pemberian alat kontrasepsi KB. Pemberian oralit pada ibu yang terkena
penyakit diare. Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama. Pertolcmgan pertama pada
kecelakaan.

99-957!”

99-917?

9‘???"

sebasasjtfm‘tfder dalam rangka penyelenggman posyandu dibag‘ menjadi “8a kelompok m“ 1'
“1835 kebelum pelaksanaan POSYMdu Twas ini disebut jusa tugas pada hari H(-) posyandu Yang
meliputi‘ m menYiaPkan alat dan bahan» Wit“ alat penimbangan bayi. KMS’ alat peraga, alq‘
Pengukur LILA. obat-obatan yang dibutuhkan (pi! besi» vitam‘“ A’ “am 8““ bah“

materi penyuluhan; ' b‘ mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberi tahu ibu-
lbu untuk data“g

ke posyandu;

c. menghubungi pokja posyandu’ Yaitu menyampaikan rencana kegiatan kfepada kantgr desa
dan meminta mereka untuk memastikan apakah petugas sektor blsa hadir sa‘t pelaksanaan
posyandu;

dmelaksanakan pembagian tugas, yaitu menentukan pembagian tugas di antara kadet


posyandu, baik untuk persiapan maupun pelaksanaan kegiatan.
2' “188$ Pada pelaksanaan posyandu

'Ihgas ini disebut juga tugas pada hari H posyandu dengan tugas pelayanan 5 meja, yang
meliputi:

a. Meja l Pendafiaran, mendaftar bayi/balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subun

Pencatatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur, yaitu menuh'skan
nama balita pada KMS dan secarik kertas yang diselipkan pada KMS, serta menuliskan nama ibu
hamil pada formulir atau register ibu hamil.

Gambar 2.2. Pendaftaran dan Pencatatan.

Meja 2 Penimbangan balita, ibu hamil, dan mencatat basil penimbangan pd. sear“: Inert!

yang akan dipindahkan pada KMS.

remap: nnxemmncnn Kulmn-nn mnnannKnT

Periode perkem'bzngan kegelziatnn mesyarakm terdm atas periode sebelum “mu pengetahUan
‘53. (pmaenttfic perm ) an pe 0 e mu Pengetahuan (scieu‘m‘ Pe'wd)‘ Tr; «9‘

PERIOD! SIBILIIM ILMII PENGITAHIIAN (PRISCIENTIFIC PERIOD) 3233:: perkcmbanga" kesehatan


masyarakat sebelum “mu engetahuan tidak daPat dipisahkan dari 1:“; seiamh kebudayaan yang
ada di dunia, di amaranya a:alah budaya dari bangsa Babiloma, Mes“, 3‘ Yunani» dan Romawi.
Bangsa bangsa tersebut menunjukkan bahwa manusia telah melakUkan 2‘ ”58m untuk
menanggulangi masalah-masalah kesehat an magyafakat dan penyakit. Pada Zaman "‘ gersebut
diperoleh catatan bahwa telah dibangun temp at pembuanga“ kotoran (latrin) umum untuk
$2225; menampuns tinja atau kotoran manusia serta digalinya susia. Saat itu latrin dibangun
dengan tujuan :IEESI agar tinja tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan pandangan yang
tidak menyenangkana 3:35 belum ada pemikiran bahwa latrin dibangun dengan alasan
kesehatan karena tinja atau kotoran {22 manusia dapat menularkan penyakit. Pembuatan susia
oleh masyarakat pada masa itu juga karena :3 air sungai yang biasa mereka minum sudah kotor.
dan terasa tidak enak» bukan karena minum air 32

sungai dapat menyebabkan Penyakit (Greene, 1984). Dari dokumen lain juga tercatat bahwa
pada man RomaWI Kuno telah dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan kepada
masyarakat

i1nmk (Hanlon, 1974): 1_ mencatatkan pembangunan rumah;

2, melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya; 3, melaporkan binatang


peliharaan/ternak yang dapat menimbulkan bau; 4, pemerintah melakukan supervisi ke tempat-
tempat minuman (public bar), warung makanan,

tempat prostitusi, dan lain-lain.

Setelah itu, kesehatan masyarakat makin dirasakan perlunya di awal abad ke-l sampai ke-7

dengan alasan sebagai berikut. 1, Berbagai penyakit menular mulai menyerang penduduk dan
telah menjadi epidemi, bahkan

ada yang menjadi endemis. Di Asia, khususnya Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika muncul
penyakit kolera yang telah
2. tercatat sejak abad ke-7-bahkan di India penyakit kolera telah menjadi endemis. Penyakit
lepra telah menyebar ke Mesir, Asia kecil, dan Eropa melalui para emigran.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi kasus epidemi dan endemis, di amaranya
masyarakat mulai memerhatikan masalah: lingkungan, terutama higiene dan sanitasi
lingkungan; pembuangan kotoran manusia (latrin); mengusahakan air minum bersih;

pembuangan sampah; pembuatan ventilasi yang memenuhi syarat.

Pada abad kel4 mulai terjadi wabah pes yang dasyat di Cina dan India. Pada tahun 1340 telah
tercatat l3 juta orang meninggal karena wabah pes. Di India, Mesir, dan Gaza dilaporkan bahwa
13nbu orang meninggal tiap hari karena serangan pes. Berdasarkan catatan, jumlah orang yang

meninggal karcna wabah penyakit pea di seluruh dunla waktu itu mencapai lebih dari 60 jute
Oran sehinggn kejadmn Pada waktu itu dlsebut '1he Black Death”-serangan wabah PenYakit
menu} ml berlangsung sampai ahad kc 18. Di samping wabah pes, wabah kolera dan tifus juga
mas' berlangsunsPada tahun 1603 lebih darl l darl 6 orang meninggal karena penyakit menular,
d tahun 1665 seknar l dart S orang menmggal. Pada tahun 1759 dilaporkan 70 ribu orang
Pendudu di Kepulauan Cyprus meninggal karena penyakit menular. Penyakit lain yang menjadi
wabah antata lain dlpteri. tifus, disemri. dan Iain-lain.

nmool ILMII PINGITAIIIIAN (SC'ENTIFIC PERIOD)

Pads akhir abad ke18 dan di awal abad ke-l9, bangkitnya ilmu pengetahuan mempunyai dammk
yang sangat luas pada segala aspek kehidupan manusia, termasuk pada aspek kesehatan. Pada
abad ini pendekatan dalam penanganan masalah kesehatan tidak hanya memandang pada
aspek biologs saja. tetapi sudah komprehensif dan multisektoral. Selain itu, telah ditemukan
berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegahan penyakit, seperti pada
Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Penemu dan Hasil Pengmuan dalam Penanggulan Penyakit

Penemu Hasil Temuan Louis Pasteur Vaksin untuk mencetah venyakit cacar Jose-h Lister Asam
carbol carbolic an" untuk stren'lisasi ruanv operasi William Marton Ether sebacai anestesi pada
waktu operasi

Upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai dilaksanakan di Inggris. Hal ini terkait
dengan wabah penyakit endemis kolera tahun 1832 yang terjadi pada masyarakat di perkotaan,
terutama yang miskin. Parlemen Inggris membentuk komisi penanganan pada penyakit ini dan
Edwin Chadwich-seorang pakar sosial (social scientist)--ditunjuk sebagai ketua komisi untuk
melakukan penyelidikan mengenai penyebab wabah kolera ini. Hasil penyelidikan yang
dilaporkan di antaranya yaitu masyarakat yang hidup dalam kondisi sanitasi yang buruk, susia
penduduk berdekatan dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia, adanya aliran
air limbah terbuka yang tidak teratur, makanan yang dijual di pasar tidak higienes (dihinggapi
lalat dan kecoa), sebagaian besar masyarakat hidup miskin, serta bekerja rata-rata l4 jam per
hari sementara gaji yang diperoleh tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hasil laporan
Edwin Chadwich tersebut dilengkapi dengan analisis data yang lengkap dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Akhirnya, parlemen Inggris mengeluarkan undang-
undang yang mengatur upayaupaya peningkatan kesehatan penduduk dan berbagai peraturan
tentang sanitasi lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik, dan lain-lain.

Berawal dari penelitiaannya, Edwin Chadwich tertarik untuk lebih jauh mempelajari kesehatan
masyarakat, sehingga saat itu ia menjadi pioneer dalam ilmu kesehatan masyarakat. Generasi
setelah Chadwich adalah Winslow-murid Chadwich-yang kemudian dikenal sebagai pembina
kesehatan masyarakat modem (public health modern). Winslow merumuskan defmisi kesehatan
masyarakat yang kemudian diterima oleh WHO. Sejak saat itu, lahirlah berbagai macam detinisi
sehat. John Snow, adalah seorang tokoh yang sudah tidak asing dalam dunia kesehatan
masyarakat dalam upaya sukseenya mengatasi penyakit kolera yang melanda kota London. Hal
yang perlu dicatat di sini adalah bahwa John Snow mempergunakan pendekatan epidemiologi
dalam menganalisis wabah

penyakit kolera, yaitu dengan menganalisis fakmr tempat’ orang, dan waktu-sehingga dia
dianggap ‘
sebagai "lhe Father of Epidemiology. pada akhir abad ke-l9 dan di awal abad ke-20. pendidikan
untuk tenaga kesehatan yang

Profesional mulai dikembangkan. Tahun 1893‘ John Hopkins-seorang pengusaha wiski dari
Amerika memelopori berdirinya universitas Yang di dalamnya terdapat Fakultas Kedokteran.
Pada tahun I908 sekolah kedokteran mulai me'Webar kc Eropa. Kanada, dan negara-negara lain.
Dalam perkembangannya, kurikulum sekolah kNokteran mulai memerhatikan masalah
kesehatar‘ masyarakat d3" SUdah didasarkan Pada suatu asumsi bahwa penyakit dan kesehatan
merupakan hasii interaksi yang dinamis antara faktor genetik, lingkungan fisik, lingkungan sosial
(termasuk kondisi kerja), kebiasaan perorangan, d3" pelayanan kesehatan. Dari segi pelayanan
kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah Amerika membentuk Departemen
Kesehatan yang pertama kali dengan tujuan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi
penduduk, termasuk perbaikaf‘

dan pengawasan sanitasi lingkungan.

penuemsnncnn KESEHIITIIII mnnnnmmDI Inbonesm

Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia di mulai pada abad ke-16, yaitu dimulai
dengan adanya upaya pemberantasan penyakit cacar dan kolera yang sangat ditakuti oleh
masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk ke Indonesia tahun 1927, dan pada tahun 1937
terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura
dan mulai berkembang di Indonesia, sehingga berawal dari wabah kolera tersebut pemerintah
Belanda (pada waktu itu Indonesia dalam penjajahan Belanda) melakukan upaya-upaya
kesehatan masyarakat. Gubernur Ienderal Deandels pada tahun 1807 telah melakukan upaya
pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan
angka kematian bayi (infant mortality rate) yang tinggi. Namun, upaya ini tidak bertahan lama,
akibat langkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru kemudian di tahun 1930, program ini dimulai
lagi dengan didaftarkannya para dukun bayi sebagai penolong dan perawat persalinan. Pada
tahun 1851 berdiri sekolah dokter Iawa oleh dr. Bosch dan dr. Bleeker-Kepala Pelayanan
Kesehatan Sipil dan Militer di Indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA (School Tot
Oplelding van Indiche Arsten) atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913
didirikan sekolah dokter yang ke-2 di Surabaya dengan nama NIAS (Nederland Indische Artsen
School). Pada tahun 1927 STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan sejak berdirinya
Universitas Indonesia tahun 1947, STOVIA berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Selain itu, perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia juga ditandai dengan berdirinya
Pusat Laboratorium Kedokteran di Bandung tahun 1888-tahun 1938 pusat laboratorium ini
berubah menjadi Lembaga Eykman. Selanjutnya, laboratorium-laboratorium lain juga didirikan
di kota-kota seperti Medan, Semarang, Makasar, Surabaya, dan Yogyakarta dalam rangka
menunjang pemberantasan penyakit malaria, lepra, cacar, serta penyakit lainnya, bahkan
lembaga gizi dan sanitasi juga didirikan.

Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke Indonesia dan tahun 1933-1935 penyakit ini menjadi
epidemis di beberapa tempat, terutama di Pulau Iawa. Pada tahun 1935 dilakukan program

pemberantasan penyakit pes dengan cara melakukan penyemprotan DDT terhadap rumah-
rumah penduduk dan vaksinasi massal. Tercatat sampai pada tahun 1941, 15 juta orang telah
divaksinasi. Pad;

tahun 1925’ HYdIiCh-seorang petugas kfsehztan Pemerintah Belanda-melakukan Pengamatan


terhadap masalah tingginya angka kemanan anDkeSakitan di Banyumas Purwokerto. Dari ha,“
Penmatan dan analisisnya, disimPulkan ba wa tingginya angka kesakjtan dan kematian di kedu.
daerah tersebut dikarenakan burukn)’a kfmdl.“ sanitasi lingkungan, masyarakat bums air besa, di
sembarang tempat, dan penggunaan a" mlnum dari sungai yang telah tercemar. Kesimpulan ““8
diPeroleh adalah bahwa mndahnya Wm“ hngkungan dikarenakan perilaku Penduduk yang
kum‘g 581k. sehingga Hydrich memulai "Pa“ kesehatan masyarakat dengan mengembangkan
daemh percontohan, yaitu dengan care me] . an Pmmosi mengenai pendidikan kesehatan.
Sampai sekmng usaha Hydrich ini dianggaP “bag“ awa] kesellatan masyarakat di Indonesia.

Memasuki zaman kemerdekaana 53'” Sat“ tonggak perkembangan kesehatan masYal’akat di


l“donesia adalah saat diperkenalkannya KonseP Bandung (Bandung Plan) pada tahun 1951 Oleh
dF-Y. Leimena dan dr. Patah-yang selanjutnya dikenal dengan nama Patah-Leilnena. Dalam
konsep ini, diperkenalkan bahwa dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat, aspek
preventifdan kuratif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam mengembangkan sistem
pelayanan kesehatan, kedua “M ini tidak boleh dipisahkan. baik di rumah ”kit maupun di
puskesmas. Selanjutnya, pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan
masyarakat oleh dr. Y. Sulianti dengan berdirinya Proyek Bekasi (Lemah Abang) sebagai proyek
Percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di
Indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini juga menekankan pada
pendekatan tim dalam pengelolaan program kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep
pelayanan terpadu ini, terpilih delapan desa wilayah pengembangan masyarakat.

. Sumatera Utara: Indrapura Lampung

Iawa Barat: Bojong Loa Iawa Tengah: Sleman Yogyakarta: Godean

Iawa Timur: Mojosari

Bali: Kesiman

Kalimantan Selatan: Barabai

9°N9‘Snzk1-HP"

Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang ini. Pada bulan
November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan program kesehatan
magyarakat terpadu sesuai dengan kondjsi dan kemampuan rakyat Indonesia, yaitu mengenai
komep puskesmas-yang dipaparkan oleh dLAchmad Dipodilogo-yang mengacu pada Konsep
Bandung dan Proyek Bekas'L Dalam seminar ini talah disimpulkan dan disepakati mengenai
sistem puskesma. yang terdiri atas til)e A, B, dan C. Akhjmya pada tahun 1968 dalam rapat kerja
kesehatan nasional, dicetUSkan bahwa puskesmas merupakan suatu sistem pelayanan
kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan 0131‘ pemerintah (Departemen Kesehatan)
menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Winas)

puskesmas disepalmti sebagai sum, unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayamn
kuratif dan preventifse‘cara tCrpaldu, menyeluruh. dag mudah dijangkau. dalam wilayah ken.
kecamatan atau 5:383“ ketamatan (11 kotamadya atau kabupaten. Sebagai lini tctdcpan
Pembangunan kese mpuskesmas dihmpkan sclalu vegan Untuk it'll. duperkenalhnlah PW untuk
selalll mengua PuSkesmas (strengthening pushesmas). D! M8313 berkembmg RM

Indonesia» fasilitas kmham berlandaskan masyarakat ditasakan lebih efckuf dan Peg“

Dcpartemen kcsehatan telah membuat usaha intensif unmk membangun puskesmas yang
kemudian dimasukkan kc dalam master plan untuk opemsi Penguatan pelayanan kesehatan
nasional. Kegiatan Pokok dalam program dasar clan utama puskesmas mencakup 18 kegiatan,
yaitu:

l. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Keluarga Berencana (KB). Gizi. Kesehatan lingkungan.

Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta imunisasi, Penyuluhan kesehatan


masyarakat.

Pengobatan.

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Perawatan kesehatan masyarakat.

10. Kesehatan gigi dan mulut.


11. Usaha kesehatan jiwa.

12. Optometri.

13. Kesehatan geriatrik.

14. Latihan dan olahraga.

15. Pengembangan obat-obatan tradisional. 16. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). 17.
Laboratorium dasar.

18. Pengumpulan informasi dan pelaporan untuk sistem informasi kesehatan.

PPNQPPP’P

Pada tahun 1969, sistem puskesmas hanya disepakati dua saja, yaitu Puskesmas tipe A Yang
dikelola oleh dokter dan Puskesmas tipe B yang dikelola oleh seorang paramedis. Dengan
adanya perkembangan tenaga medis, maka pada tahun 1979 tidak diadakan perbedaan
Puskesmas tipe A atau tipe B-hanya ada satu puskesmas saja, yang dikepalai oleh seorang
dokter. Namun, kebijakan tentang pimpinan puskesmas mulai mengalami perubahan tahun
2000, yaitu puskesmas tidak harus dipimpin oleh seorang dokter, tetapi dapat juga dipimpin
oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat. Hal ini tentunya diharapkan dapat membawa perubahan
yang positif, di mana tenaga medis lebih diarahkan pada pelayanan langsung pada klien dan
tidak disibukkan dengan urusan adminstratif/ manajerial, sehingga mutu pelayanan dapat
ditingkatkan. Di provinsi Jawa Timur misalnya, sudah dijumpai Kepala Puskesmas dari lulusan
Sarjana Kesehatan Masyarakat seperti di Kabupaten Gresik, Bojonegoro, Bondowoso, dan lain
sebagainya. Pada tahun 1979 dikembangkan satu peranti manajerial guna penilaian puskesmas,
yaitu stratifikasi puskesmas, sehingga dibedakan adanya:
l. Strata l, puskesmas dengan prestasi sangat baik 2. Strata 2, puskesmas dengan prestasi rata-
rata atau standar.

3. Strata 3, puskesmas dengan prestasi di bawah rata-rata.

Peranti manajerial puskesmas yang lain berupa microplanning untuk perencanaan dan lokakarya
mini untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerja sama tim. Pada tahun 1984,
tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan berkembangnya program paket terpadu
kesehatan dan Keluarga Berencana (Posyandu) yang mencakup Kesehatan Ibu dan Anak,
Keluarga Berencana, gizi, penanggulangan penyakit diare, dan imunisasi.

Sampai dengan tahun 2002, jumlah puskesmas di Indonesia mencapai 7.309. Hal ini berarti 3,6
puskesmas per 100.000 penduduk atau satu puskesmas melayani sekitar 28.144 penduduk.

-, “entara nu, )uuuuu QQSa di I n . 98m n‘enca

SM,“ Puskesmas ““mktia Sep 1 0 £000 penduduk. ’“mlah u U Uh deSa d‘ . Skesm 3 mm?

Pat 70.92! pada tahun 2003, yang berarti setidaknya rNemenuhl kebutuhan pelayanan

andnngkan dengan rumah sakit yang haruS melayani

. torus dikcmban k b'h lanjut untuk . h ter encll‘ . 8 an dan dlatur le I l daera P D‘ anr Prima.
lumlah Puskesmas masih jauh dari memadai’ terutama
. a Jerkadang beberapa kah lebih Illa dan Sumatem. puskesmas harus menangani wilayah yang
Inas, Mikit. Sebuah puskesmas tErk S dari Sntu kabupatcn di Iawa) dengan jumlah penduduk
yang 19b“!

a . . Renduduk puskesmas term“ Mullins lztgi'lgglayanl 10.000 penduduk. Selain itu. bag!
sebagman u L .

Hummus mtmnm owns romnnx pemvnnnn

Mat ini_ pemerintah menjadikan puskesmas sebagai ujung tombak utama pelayanan kesehatan
pada masyarakat sekaligus sebagai wadah isu strategis. Misalnya, isu strategis aksesibilitas
layanan dan penyediaan sumber daya manusia serta sarana prasarana. puskesmas juga mampu
menjadi tempat pelayanan kesehatan pilihan utama masyarakat, karena dekat dengan tempat
tinggal dan murah dari segi biaya pelayanan-rata-rata biaya retribusi yang dikenakan berkisar Rp
1500,00 sampai RD 2000,00. Bahkan berbagai daerah telah menerapkan program pengobatan
gratis yang difokuskan untuk rawat jalan bagi setiap lapisan masyarakat, baik kaya maupun
miskin. Hal ini dilaksanakan oleh pemerintah daerah agar masyarakat menyadari pentingnya
berobat ke puskesmas. Dengan diberlakukannya pengobatan gratis di puskesmas, maka
puskesmas tidak lagi dibebani pemasukan dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sebaliknya,
daerah mengalokasikan sejumlah dana untuk mendukung operasionalisasi di puskesmas, seperti
biaya obat-obatan.

Selain menjadikan puskesmas ujung tombak layanan, pemerintah daerah juga mulai

mendekatkan layanan dokter spesialis kepada masyarakat. Umumnya ada dua cara yang
ditempuh daerah, yaitu menempatkan dokter spesialis di puskesmas atau menentukan
puskesmas khusus (spesiflkasi). Kebijakan menempatkan dokter spesialis di puskesmas
dilatarbelakangi oleh anggapan bahwa dokter spesialis identik dengan pelayanan kesehatan
yang mahal atau hanya bisa diperoleh masyarakat apabila berobat kc rumah sakit. Bagi daerah
yang belum mampu menempatkan layanan dokter spesialis di setiap puskesmas, daerah
mengatasinya dengan dokter spesialis keliling. Sampai saat ini, dokter spesialis yang banyak
ditempatkan di puskesmas adalah dokter spesialis kandungan. mata, kulit, dan penyakit dalam.
Sementara itu, kebijakan menjadikan puskesmas sebagai puskesmas spesifikasi biasanya
didasari oleh kondisi geografis daerah. Puskesmas spesifnkasi yang banyak didirikan, khususnya
di Iawa Timur adalah puskesmas khusus mata, obstetri-ginekologi, puskesmas bencana, dan
puskesmas wisata.

KONSIP PUSKESMAS

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfung“
sebagai pusat pembanguanan kesehatan, pusat pembinaan partisipasi masyarakat dalam bidang
kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegnatan
m Secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada 5‘1““ masyarakat yang bertcmpa!
t

dalam suatu wilayah tertentu.

pgplNlSI PIISKISMAS para ghli mendetinisikan puskesmas sesuai dengan perkembang‘m dan
tuntutan pelayanan kesehatan.

l)ef“1isi puskesmas antara lain sebagai berikut.

1.

$4

Azrul Azwar (1980). Pusat Kesehatan MaSYarakat (Puskesmas) merupakan suatu kesatuan
organisasi fungsional yang langsung memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada
masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.
Departemen Kesehatan RI (1981). Pusat KCSehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan suatu
kesatuan organisasi kesehatan yang langsung memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terintegrasi kepada masyarakat di wilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha
kesehatan pokok.

Departemen Kesehatan RI (1987). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan pusat


pembagunan kesehatan yang berfungsi mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat.
serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam
bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya.

Departemen Kesehatan RI (1991). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan suatu


kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dalam memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

FUNGSI PIISKESMAS

Fungsi pokok puskesmas, antara lain:

sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya;

l.

2. membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan


kemampuan untuk hidup sehat;

3. memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di


wilayah kerjanya.
Sementara proses dalam melaksanakan fungsinya dilakukan dengan cara:

l. merangsang masyarakat, termasuk pihak swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka
menolong dirinya sendiri;

2. memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan


sumber daya yang ada secara efektif dan eflsien;

3. memberi bantuan, baik yang bersifat bimbingan teknik materi, rujukan medis, maupun
rujukan kesehatan kepada masyarakat;

4. memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat;

5. bekelja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program


puskesmas.

VISI PUSKISMAS

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan pusat
kesehatan adalah sebagai berikut.

l. 2.

3.

Masyarakat hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat.


Memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dam
merata.

Memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Repubhk lndoncsu.

“,5. pllSKISMAS

Misi Puskesmas sebagai pusat Pengeln"“"3a" kmhm" Yang clapat dilakukan memui herbaga i

upaya. antara lain sebagai berikut. 1, Memperluas Jangkauan pelayanan keSChMan sampal kc
desa-dcsa.

2. Meningkatkan mum pelayaumn kesehatan. 3. Mengadakan Petalatan dan obat-olmtan


disesuaikan dengan kebutuhan masYal‘akat.

4. Mengembangkan Pembangunan Keschatan Masyarakat Desa (PKMD)

SMTIGI PIISKESMAS

Strategi puskesmas untuk mewujudkan pembangunan kesehatan antara lain: l. pelayanan


kesehatan yang bersifat mCWeIuruh (comprehensive health care service);

2. pelayanan kesehatan yang menerapkan Pendekatan yang menyeluruh (holistic approach),


SASARAN DAN MEKANISME PELAVANAN KEPERAWA‘I'AN KESEHA‘I‘AN MASYAMKA‘I' DI
PUSKESMAS

Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan. Keluarga dengan risiko tinggi. Keluarga
dengan kasus tindak lanjut keperawatan.

Pembinaan kelompok khusus (sesuai prioritas daerah). Pembinaan desa atau masyarakat
bermasalah (sesuai dengan prioritas daerah).

w9w

PELAYANAN PUSKESMAS

l. Pelayaran di Dalam Gedung a. Penerimaan klien di loket pendaftaran. b. Proses seleksi kasus
prioritas. Pelayanan medis yang diberikan berupa: asuhan keperawatan, dari proses seleksi akan
diketahui sasaran prioritas dan

nonprioritas-sasaran prioritas perlu ditindaklanjuti berupa rujukan ke rumah

sakit atau rujukan ke puskesmas dengan ruang rawat inap; tindak lanjut pelayanan kesehatan
dapat berupa asuhan keperawatan keluarga,

kelompok, dan masyarakat. Penyampaian informasi klien yang memerlukan tindak lanjut asuhan
keperawatan di

c. rumah.
2. Pelayanan di Luar Gedung Mempelajari informasi mengenai data kesenjangan pelayanan
kesehatan dan

a. menampung informasi yang berasal dari masyarakat.

b. Seleksi untuk mendapatkan sasaran prioritas, yaitu: individu, keluarga. kelompok. clan
masyarakat.

c. Menyampaikan informasi sasaran prioritas.

Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap sasaran prioritas.

KNIATAN POIOI WSIBMAS

Mandi": Bulm Woman Kenn Puakumas yang tether“. mdapai 20 usaha pokok kesehatan yang
4.9.: duakuk-n oleh pmkeamns. Namun, peInknn‘m‘nyn sangat bergamung pada faktor tennga,
mm dun muranm Nay: yang mud“. gem komampuan manajemen dari Hap-uap puskesmas.
[\qmtan pnknk puqkesmas amnrn lain sebaga! berikm.

I Up!“ Kesehuan [bu dan Annk (KIA)

Pemeliharaan kesehatan Ibu ham“; Melahlrkan dan menyusui; Sena bayi, anak banta.

‘ dun anak praselmlah.

b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang makanan gum mencegah gm buruk,


c. lmunisasi.

d‘ Pemberian pendidlkan kesehatan tentang perkembangan anak dan cam menstimulasinya.

e. Pcngobatan bagi ibu, bayi, anak balita, serta prasekolah yang menderita bermacam

macam penyakit ringan, dan lain-lain_

2. Upaya Keluarga Berencana (KB) Mengadakan kursus Keluarga Berencana untuk para ibu dan
calon ibu yang mengunjungi

& KIA.

b. Mengadakan kursus Keluarga Berencana kepada dukun yang akan bekerja sebagai penggerak
calon peserta Keluarga Berencana.

c. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai cam pemasangan IUD, cara-cara

penggunaan pil, kondom, dan alat-alat kontrasepsi lainnya. 3. Upaya perbaikan gizi a. Mengenali
penderita-penderita kekurangan gizi. b. Mengembangkan program perbaikan gizi. c.
Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat. 4_ Upaya kesehatan lingkungan Penyehatan air
bersih.

l: Penyehatan pembuangan kotoran. c. Penyehatan lingkungan perumahan. d, Penyehatan


limbah. c. Pengawasan sanitasi tempat umum. L Penyehatan makanan dan minuman. g.
Pelaksanaan peraturan perundangan. 5, Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular a. Mengumpulkan dan menganalisis data penyakit. b. Melaporkan kasus penyakit
menular. c. Menyelidiki benar atau tidaknya laporan yang masuk. d Melakukan tindakan
permulaan untuk mencegah penyebaran penyakit menular. e Menyembuhkan penderita,
sehingga tidak lagi menjadi sumber infeksi. f. Pemberian imunisasi.

8Pemberantasan vektor. 11Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. 5' Upaya pengobatan a.


Melaksanakan diagnosis sedini mungkin melalui:

. mendapatkan riwayat penyakit; . mengadakan pemeriksaan fisik; o mengadakan pemeriksaan


labofatorium. membuat diagnosis. ’ b. Melaksanakan tindakan pengobatam c. Melakukan upaya
rujukan. 7. Upaya penyuluhan kesehatan masyarakat a. Kegiatan penyuluhan kesehatan
dilakukan 01 ch petugas di ldinik. mmah, dan kelompok‘ _ kelompok masyarakat. 1). Di tingkat
puskesmas tidak ada petugas penyuluhan tersendiri, tetapi d1 tingkat kabupaten terdapat
tenaga-tenaga k00rdinator p e nyuluhan kesehatan. 8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) 9.
Kesehatan olahraga 10. Perawatan kesehatan masyarakat ll. Usaha kesehatan kerja 12. Usaha
kesehatan gigi dan mulut 13. Usaha kesehatan jiwa 14. Kesehatan mata 15. Laboratorium
(diupayakan tidak lagi sederhana) 16. Pencatatan dan Pelaporan Sistem Informasi Kesehatan 17.
Kesehatan usia lanjut 18. Pembinaan pengobatan tradisional

Kegiatan pokok puskesmas bersifat dinamis dan berubah sesuai dengan kondisi masyarakat‘ Di
samping penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok puskesmas tersebut d1 atas, puskesmas
sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan program kesehatan tertentu oleh
pemerintah pusat, misalnya melaksanakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN). Dengan demikian,
balk petunjuk

pelaksanaan maupun perbekalan akan diberikan oleh pemerintah pusat bersama pemerintah
daerah.

PIRAN PIISKESMAS
Dalam konteks otonomi daerah seperti saat ini, puskesmas mempunyai peran yang sangat vital
sebagai institusi pelaksana teknis. Puskesmas dituntut memiliki kemampuan manajerial yang
baik dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran
tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui sistem
perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan-kegiatan yang tersusun rapi, serta
memiliki sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Selain itu, puskesmas juga dituntut
berperan serta aktif dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan
pelayanan kesehatan secal’a komprehensif dan terpadu.

WILAYAI'I KEMA PUSKESMAS

WilaYah kerja Puskesmas meliputi sat“ mama“ 3““ “wan dari kecamatan. Faktot kW Penduduk,
luas daerah geogmfls, dan keadaan mm 1mm)“ mempakan bahan perdeG’"

1:

dalam mcnentukan mlm ah krna pmkcsmas. Puskeqm“ mcrupakan perangkal Pemerintah


Daerah Tungkat ll. schmgga pcmhagian wnlayah kcrjn puqkom‘m dudapkan oleh Bupati setelah
mendengar saran tckm: darn lxamor Wllm ah Depnrlcmcn Kesehatan vaimi. Di kota besar.
wilayah kerja puskmmas bna ham'a satu kclurahnn dan puskesmas d. ibukom kecamalan
menjadi puskesmas; rupukan yang bcrlungsn schaga pusat ruiukan dari puskesmas kclurahan.
Selain itu, puskesmas d: kaamatan iuga mempunyai fungsi koordinasi. Sasaran penduduk yang
dilayani oleh sebuah

pmkmmas rota ram 30.000 penduduk.


EASIU'I'AS PINUNJANG Dalam ranska memperluas jangkauan pelayanan kesehatan yang
diberikan, puskesmas perlu dltuniang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana,
antara lain sebagai berikut.

1, Puskesmas Pembantu Puskesmas Pembantu yang lebih sering dikenal sebagai Pustu atau
Pusban adalah unit

pelayanan kesehatan sederhana yang berfungsi menunjang dan membantu pelaksanaan


kegiatan-kegiatan puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil. Puskesmas
Pembantu merupakan bagian integral dari puskesmas. Setiap puskesmas memiliki beberapa
Puskesmas Pembantu di dalam wilayah kerjanya. Namun, terdapat beberapa puskesmas yang
tidak memiliki Puskesmas Pembantu, khususnya puskesmas di daerah perkotaan.

2. Puskesmas Keliling Puskesmas Keliling merupakan unit pelayanan kesehatan keliling yang
dilengkapi dengan

kendaraan bermotor roda empat atau perahu motor, peralatan kesehatan, peralatan
komunikasi, serta sejumlah tenaga yang berasal dari puskesmas. Puskesmas Keliling berfungsi
menunjang dan membantu kegiatan puskesmas dalam wilayah yang belum terjangkau oleh
pelayanan

kesehatan. Kegiatan Puskesmas Keliling antara lain: memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat di daerah terpencil atau daerah

a. yang sulit dijangkau oleh pelayanan puskesmas;

b melakukan penyelidikan tentang Kejadian Luar Biasa (KLB);


c. dapat dipergunakan sebagai alat transportasi penderita, misalnya dalam rangka rujukan kasus
darurat;

d. melakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan alat audiovisual.

Bidan Desa Di setiap desa yang belum memiliki fasilitas pelayanan kesehatan, Bidan Desa
ditempatkan

untuk tinggal di desa tersebut untuk memberikan pelayanan kesehatan. Bidan Desa
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas. Wilayah kerja Bidan Desa adalah satu
desa dengan jumlah penduduk rata-rata 3.000 jiwa. Tugas utama Bidan Desa adalah
meningkatkan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan melalui pembinaan posyandu
dan pembinaan kelompok dasawarsa, serta pertolongan persalinan di rumah penduduk. Dalam
perkembangannya, batasan-batasan di atas makin kabur seiring dengan diberlakukannya
Undang-Undang Otonomi Daerah yang lebih mengedepankan desentralisasi. Dengan otonomi,
setiap Daerah Tingkat II memiliki kesempatan untuk mengembangkan puskesmas sesuai
Rencana Strategis (Renstra) Kesehatan Daerah dan Rencana Pembangunan )angka

Menengah Daerah (RPJMD) Bidang Kesehatan, sesuai dengan situasi dan kondisi Daerah Tingkat
II.

WAYNE" IISINAIAN NMUIUN pdmmn kesehaun yang diberihn pud‘t‘m“ adalah pelayanan
kcschatan yang menyelumh, Yang

meltputi peluvtmn: l. pcnmbmn (mm):

2. pmcegahm (pmmniw): 3. peningkatan kesehatan (pmmonw). t pemulihan kaehatan


(nhabtlitanwl
mAVMAN KBM‘I’AN INTEGRATIF

SM!“ ‘d‘ puskesmas, pelayanan kesehatan di kecamatan meliputi Balai Pengobatan,Ba1ai


Kuejahteraan [bu dan Anak, usaha higiene Sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit
menu];1 dan lainlain. Usahausaha tersebut masih bekerja sendiri sendiri dan bertanggung
jawab langSung‘ kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II. Dengan adanya sistem pelayanan
kesehatan melalui Pllsat kesehatan masyarakat, yaitu puskesmas. Oleh karena itu, berbagai
kegiatan pokok puskesmas

dilaksanakan bersama di bawah satu koordinasi dan satu pimpinan.

KEDIIDIIKAN PUSKESMAS

.1. Kedudukan dalam bidang administrasi Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah
Tingkat II dan bertanggung jawab

langsung, baik teknis maupun administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II.

2. Kedudukan dalam hierarki pelayanan kesehatan Dalam urutan hierarkj pelayanan kesehatan
sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional

(SKN), maka puskesmas berkedudukan pada tingkat fasilitas kesehatan pertama. Apa yang
dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah fasilitas, sedangkan dalam hal
pengembangan kesehatan. puskesmas dapat meningkatkan dan mengembangkan diri ke arah
modernisasi sistem pelayanan kesehatan di semua lini, baik promotif, preventif maupun
rehabilitatif sesuai kebijakan rencana strategis daerah tingkat II di bidang kesehatan.

S‘I'RllK‘l'llll ORGANISAsl DAN TA‘I‘A KEMA


Susunan organisasi puskesmas: 1Unsur pimpinan: Kepala Puskesmas

2Unsur pembantu pimpinan: Urusan Tata Usaha 3Unsur pelaksana: Unit 1, Unit 11, Unit III, Unit
IV, Unit V, Unit VI, dan Unit VII

lab 2 o Sejarah Perlembangm Kepenwatan Komunitas

KM Tata Usaha V11 f nit Unitl UnitII Unit 111 unit 1v UnitV Umt v1 U Puskesmas

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Puskesmas

berikut. kegiatan puskesmas

Tugas pokok masing-masing unsur tersebut antara lain sebagai keuangan. perlengkapan

1. Kepala Puskesmas, mempunyai tugas memimpin dan mengawasi

2. Kepala Urusan Tata Usaha, mempunyai tugas dibidang kepegawaian, dan surat menyurat,
serta pencatatan dan pelaporan.

3. Unit I, melaksanakan kegiatan Kesejahteraan Ibu dan Anak Keluarga Berencana (KB)’
perbaikan gizi.

4. Unit II, melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit. .


Unit III, melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, serta kesehatan tenaga ket'Ja d3“

dan

5. usia lanjut. 6. Unit IV, melaksanakan kegiatan kesehatan masyarakat, sekolah, dan olahraga. 7.
Unit V, melaksanakan kegiatan pembinaan, pengembangan, dan penyuluhan kepada

masyarakat. 8. Unit VI, melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan inap.

9. Unit VII, melaksanakan tugas kefarmasian.

TA'I'A KEIUA PUSKESMAS

Dalam melaksanakan tugasnya, puskesmas wajib menetapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan
sinkronisasi, baik dalam lingkungan puskesmas maupun dalam satuan organisasi di luar muai
dengan tugasnya masing-masing. Kepala Puskesmas bertanggung jawab memimpin,
mengoordinui semua unsur dalam linglqmgan puskesmas, dan memberikan bimb'mgan bagi
pelaksanaan masing-masing. Setiap unsur dj lingkungan puskesmas wajib mengikuti dan
mematuh' "*8“ dan bertanggung jawab kepada Kepala Puskesmas. ‘ m,“

[ANGMUAN PILAVANAN KISIHATAN

sesuai dengan keadaan geografis, luas wilayah. sarana perhubungan, dan kepadatan PendUdu
dalnm wilayah kerja suatu puskesmas, tidak semua penduduk dapat dengan mudah mengakse
pelayanan puskesmas. Agar jangkauan pelayanan puskesmas lebih merata dan meluas,
PUSkesm ' perlu ditunjang dengan Puskesmas Pcmbantu. Puskesmas Keliling, dan Bidan Desa.
Selain it peningkatan peran serta masyarakat untuk mengelola posyandu dan membina
dasawisma ing;

dapat menunjang jangkauan pelayanan kesehatan.

bukungan Multan Sistem rujukan upaya kesehatan merupakan suatu sistem jaringan pelayanan
kesehatan yan

memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya SUatu
masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horizontal. Sistem rujukan Secara

konsepsional menyangkut hal-hal sebagai berikut.

l. Rujukan medis, yang meliputi; konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik pengobatan,
tindakan operatif, dan

a. lain-lain;

h pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap;

c. mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten/ahli untuk meningkatkan

mutu pelayanan pengobatan. ' Rujukan kesehatan, merupakan rujukan yang menyangkut
masalah kesehatan masyarakat
yang bersifat preventif dan promotif, yang meliputi: survei epidemologi dan pemberantasan
penyakit atas Kejadian Luar Biasa (KLB);

a.

b. pemberian pangan di wilayah yang sedang mengalami bencana kelaparan;

c. penyelidikan penyebab keracunan, bantuan teknologi penanggulangan keracunan, dan


bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan massal;

d. pemberian makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan untuk pengungsi atas terjadinya
bencana alam;

e. saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah kekurangan air bersih bagi
masyarat umum;

f. pemeriksaan spesimen air di laboratorium kesehatan, dan lain-lain.

Tujuan sistem rujukan upaya kesehatan, antara lain sebagaj berikut:

1. Umum Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung kualitas


pelayanan

yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara berdaya guna dan berhasil

guna.
2. Khusus Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan rehabilitatif.
serta dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventifdan promotif secara
berha-‘il

guna dan berdaya guna. lenjang tingkat pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia dapat
dilihat pada Tabel 2.4.

Tubal 2A. Jenjang Tingkat Pelayam" Kesehatan

KWponen/Unsur Pouyamn Kouhaun

Jonjang (thrkl Imgut mm... uh”. Pelayanan kesehatan oleh indeu/keluargangscndid. ""9“!
msyaukat “9‘0“" swadaya mas arakat dalam menolong march sendid oteh n kelompok
paguyuban; pxx; Saka Bhakt‘ Husada; anggota RW, R11 d3 masyarakat.

Puskesmas, Puskesmas pembantu, Puskesmas Keliling, Praktik Mm" Swasta. dan Poliklinik
Swasta.

Rumah sakit kabupaten/kota, mmah sakit swasta. klinik swasta/ laboratorium, dan lain-lain.

Fauhtas polavanan kesehatan pmfestonal hngkaigenama Faulius pelayanan mjukan tingkat

Rama fOSllitaS polayanan mjukan yang Rumah sa.kit tipe 8 dan Ttipe A, lembaga spesialistik
swasta, lebih tinggi laboratonum kesehatan daerah, laboratorium klinik swasta, dan m

lain.
Semcntara im, alur rujukan medis dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

Internal antara petugas puskesmas. Antara puskesmas pembantu dengan puskesmas, Antara
masyarakat dengan puskesmas.

Amara puskesmas yang satu dengan puskesmas yang lain. Amara puskesmas dengan rumah
sakit, laboratorium, atau fasilitas kesehatan lainnya.

9+9)»:

Langkah-langkah yang ditempuh puskesmas dalam upaya meningkatkan mutu rujukannya

antara lain sebagai berikut. Meningkatkan mutu pelayanan di puskesmas dalam menampung
rujukan dari Puskesmas

l. Pembantu dan pos kesehatan lain dari masyarakat.

2. Mengadakan pusat rujukan antara dengan mengadakan ruangan tambahan untuk lO tempat
tidur perawatan penderita gawat darurat di lokasi yang strategis. .

3. Meningkatkan sarana komunikasi antara unit pelayanan kesehatan.

4. Menyediakan Puskesmas Keliling di setiap kecamatan dalam bentuk kendaraan roda empat
atau perahu motor yang dilengkapi alat komunikasi.
5. Menyediakan sarana pencatatan dan pelaporan bagi sistem rujukan, baik rujukan medis
maupun rujukan kesehatan.

6. Meningkatkan upaya dana sehat masyarakat untuk menunjang pelayanan rujukan.

Puskcsmas Paawatan Puskesmas perawatan atau puskesmas rawat inap merupakan puskesmas
yang diberi ruangan

tambahan dan fasilitas untuk menolong penderita gawat darurat, baik berupa tindakan operatif
terbatas maupun rawat inap sementara. Kriteria Puskemas Perawatan, antara lain sebagai
berikut. Puskesmas terletak kurang lebih 20 km dari rumah sakit. Puskesmas mudah dicapai
dengan kendaraan bermotor. Puskesmas dipimpin oleh dokter dan telah mempunyai tenaga
yang memadai. Iumlah kunjungan puskesmas minimal 100 orang per hari. Penduduk wilayah
kerja puskesmas dan penduduk wilayah tiga puskesmas di sekitarnya.

Pemerintah daerah bersedia menyediakan dana rutin yang memadai.

9‘5"?pr

Puqkesmas Peruwamn memPakan “P“Sat Rujukan Amara” bagi penderita gawat darur kesman
Puskesmas Pemwatan meliputi. melakukan tindakan operatif terbatas terhadap Pendenat‘
gawal darumt. misalnya kecelakaan lalu lintas, persalinan dengan penyulit, penyakit lain Ya:
mendadak d3“ 83W“ merawat sementam Penderita gawat darurat atau untuk observasi
penderit dalam rangka diagnostik dengan ram rata 3 7 hari perawatan, melakukan pertolongan
semehtar “m“k pengiriman penderita kc rumah 88k“. memberi pertolongan persalinan bagi
kehamuai

dengan risiko tinggi dan persalinan dengan penyulit, serta melakukan metode Opel“aSi pria (1a:
““de operasi wanita (MOP dan MOW) untuk Keluarga Berencana.
Retenagaan Puskesmas Perawatan meliputi: dokter yang telah mendapatkan latihan klinis i
rumah sakit selama 6 bulan dalam bidang bedah, obstetri ginekologi. pediatri dan interna, 880m
8 perawat yang telah dilatih selama 6 bulan dalam bidang perawatan bedah, kebidanan, pediat
dan penyakit dalam. tiga orang perawat/bidan yang diberi tugas bergilir, serta satu orang
pekerja kesehatan (dengan tingkat pendidikan SMA atau lebih).

Unmk melaksanakan kegiatannya. Puskesmas Perawatan harus memiliki luas bangunan‘ mangan
pelayanan serta peralatan yang lebih lengkap daripada puskesmas biasa, antara lain mangan
rawat tinggal yang memadai (nyaman, luas. serta terpisah antara anak, wanita, dan pria untuk
menja privasi), mangan operasi dan pascaoperasi, ruangan persalinan dan menyusui (sekaligus
sebagai ruang recovery), kamar perawat jaga, serta kamar linen dan cuci. Sementara peralatan
medis Yan harus ada antara lain peralatan operasi terbatas, peralatan obstetri patologis,
peralatan vasektomi dan tubektomi, peralatan resusitasi, serta minimal 10 tempat tidur dengan
peralatan perawatan‘ Selain itu, untuk memudahkan komunikasi, Puskesmas Perawatan harus
dilengkapi telepon atau

radio komunikasi jarak sedang dan minimal 1 buah ambulan.

IEnTIlK-BEIITIIK PEIIDEKIITIIII DIIII PHRTISIPIISI IIIIISYIIRIIKHT

Berikut ini akan dijelaskan mengenai bentuk-bentuk dan partisipasi masyarakat.

POSYANDU

Posyandu merupakan suatu forum komunikasi, forum alih teknologi, serta forum pelayanan
kesehatan oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan
sumber daya manusia sejak dini, sebagai pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan
kesehatan dan Keluarga Berencana yang dikelola serta diselenggarakan untuk dan oleh
masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian norma
keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Posyandu merupakan lembaga yang paling bagus dan
paling dekat dengan masyarakat, sehingga ideal untuk diterapkan di Indonesia. Dengan lembaga
yang sudah ada, posyandu dapat berkreasi dari sudut manapun. Sasaran dalam pelayanan
posyandu. yaitu bayi yang berusia kurang dari l tahun, anak bah'ta usia l sampai 5 tahun, ibu
hamil, ibu menyusui, ibu nifas, serta wanita usia subur. Tujuan pokok dari posyandu antara lain:

mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak;

meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR (infant mortality rate);
mempercepat penerimaan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera); meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kcscham‘ 4‘”

l. 2. 3. 4. kegiatan-kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup schat; ~

pendckalan dun pemerataan pclayanan kesehatan kepcda mammkat dalam usaha

5' meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada penduduk berdasarkan letak geograf‘s,

Dun pcndirian posyandu adalah: (l) WMHdu dapat memberikan pelayanan kesehatan. kMwsnw
dalam upaya pencegahm penyaklt dan pppK, sekaligus dengan pelayanan KB; (2)

dc dart masyarakat. untuk masyaraku. dan Oleh magyarakat. uhingga menimbulkan ma m“mil“
mtsyankat terhadap upaya dalam bidang kesehamn Keluarga Berencana.

Posmdu dibentuk dari pos p08 yang ada. Seperu p08 penimbangan balm. p0: imunisasi, P05
gamma Berencana (KB) desa, dan pos kesehatan. Syarat pembentukan posyandu yaitu minimal
mg)“ 100 omng balita dalam satu RW, terdiri am: 120 kepala kcluarga, disesuaikan dengan
kmampum pemgas (Bidan Desa). dan jarak antara kelompok rumah tidak terlalu jauh. Posyandu
«haiknyn berada di tempat yang mudah didatangi oleh magyarakat, ditentukan oleh masyarakat
sendiri. dapat merupakan lokal tersendiri, serta bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di
rumah penduduk, balai rakyat, pos RT/RW. atau pos lainnya. Sementara pelaksanaan kegiatar»
190de adalah anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader kesehatan setempat di
baWab bimbingan puskesmas. Sedangkan pengelola posyandu adalah pengurus yang dibentuk
oleh ken)? RW yang berasal dari kader PKK, tokoh masyarakat formal dan informal, serta kader
kesehataf’ yang ada di wilayah tersebut.

Kegiatan posyandu meliputi tujuh kegiatan utama yang disebut Sapta Krida Posyandw Yaitu:

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA); Keluarga Berencana (KB); imunisasi;

peningkatan gizi; penanggulangan diare;

sanitasi dasar;

penyediaan obat esensial.

NP‘P‘PPP?‘

Selain itu, pelayanan kesehatan yang dijalankan di posyandu meliputi hal-hal sebagai berncut.
1Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita. penimbangan bulanan. pemberian tambahan
makanan bagi yang berat badannya kurang. imunisasi bayi usia 3-14 bulan. pemberian oralit
untuk menanggulangi diare. pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama. 2.
Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur. pemeriksaan
kesehatan umum. pemeriksaan kehamilan dan nifas. pelayanan peningkatan gizi melalui
pemberian vitamin dan pil penambah darah. imunisasi tetanus untuk ibu hamil penyuluhan
kesehatan dan KB. Pemberian alat kontrasepsi KB. Pemberian oralit pada ibu yang terkena
penyakit diare. Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama. Pertolcmgan pertama pada
kecelakaan.
99-957!”

99-917?

9‘???"

sebasasjtfm‘tfder dalam rangka penyelenggman posyandu dibag‘ menjadi “8a kelompok m“ 1'
“1835 kebelum pelaksanaan POSYMdu Twas ini disebut jusa tugas pada hari H(-) posyandu Yang
meliputi‘ m menYiaPkan alat dan bahan» Wit“ alat penimbangan bayi. KMS’ alat peraga, alq‘
Pengukur LILA. obat-obatan yang dibutuhkan (pi! besi» vitam‘“ A’ “am 8““ bah“

materi penyuluhan; ' b‘ mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberi tahu ibu-
lbu untuk data“g

ke posyandu;

c. menghubungi pokja posyandu’ Yaitu menyampaikan rencana kegiatan kfepada kantgr desa
dan meminta mereka untuk memastikan apakah petugas sektor blsa hadir sa‘t pelaksanaan
posyandu;

dmelaksanakan pembagian tugas, yaitu menentukan pembagian tugas di antara kadet


posyandu, baik untuk persiapan maupun pelaksanaan kegiatan.

2' “188$ Pada pelaksanaan posyandu


'Ihgas ini disebut juga tugas pada hari H posyandu dengan tugas pelayanan 5 meja, yang
meliputi:

a. Meja l Pendafiaran, mendaftar bayi/balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subun

Pencatatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur, yaitu menuh'skan
nama balita pada KMS dan secarik kertas yang diselipkan pada KMS, serta menuliskan nama ibu
hamil pada formulir atau register ibu hamil.

Gambar 2.2. Pendaftaran dan Pencatatan.

Meja 2 Penimbangan balita, ibu hamil, dan mencatat basil penimbangan pd. sear“: Inert!

yang akan dipindahkan pada KMS.

LI,” 3?: j “35/ “'u:1‘~‘”»

Gambar 2.3a. Penimbangan Zaman Dahulu.

9-a. gang Gambar 2.3b. Penimbangan Zaman Sekarang.

c. Meja 3 . ' bah Pengisian KMS,(Kartu Menuju Sehat), memindahkan catatan hasnl
pemmbangan ta dari secarik kertas ke dalam KMS.

Gambar 2.4. Pengisian KMS.


d. Meja 4

. Diketahui berat badan anak

. Yang naik atau t' tmggh dan PUS Yang belum ldak

mengikuti KB. Balk, ibu hamil dengan risiko

Penyuluhan kesehatan, menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasa data kenaikan barat
badan Yang digambarkan dalam graflk KMS kepada ibu 3;“ balita dan memberikan PenYUJuhan
kepada setiap ibu dengan mengacu Pada W KMS anaknya atau hasll Pengamatan mengenai
masalah yang dialami, da‘a Pelayanan PMT, oralit, vVitamin A, tablet zat besi, pi] ulang, clan
kondOm‘

Gambar 2.5a. Penyuluhan Kesehatan.

Gambar 2.5b. Pelayanan Kesehatan.

Me'a 5 ‘ Peliyanan sektor yang biasanya dilakukan oleh petugas kesehatan di antaranya dokter,
bidan, perawat, juru imunisasi, dan sebagainya. Pelayanan yang diberikan meliputii pemberian
imunisasi, pemberian pil tambah darah (Pil b850, vitamin A d“ obat' obatan lainnya,
pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan kesehatan dan M80m’ um

pelayanan kontrasepsi seperti IUD, suntikan. dan lain-lain.

.
Penyuluhan kesehatan, menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasa data kenaikan barat
badan Yang digambarkan dalam graflk KMS kepada ibu 3;“ balita dan memberikan PenYUJuhan
kepada setiap ibu dengan mengacu Pada W KMS anaknya atau hasll Pengamatan mengenai
masalah yang dialami, da‘a Pelayanan PMT, oralit, vVitamin A, tablet zat besi, pi] ulang, clan
kondOm‘

Gambar 2.5a. Penyuluhan Kesehatan.

Gambar 2.5b. Pelayanan Kesehatan.

Me'a 5 ‘ Peliyanan sektor yang biasanya dilakukan oleh petugas kesehatan di antaranya dokter,
bidan, perawat, juru imunisasi, dan sebagainya. Pelayanan yang diberikan meliputii pemberian
imunisasi, pemberian pil tambah darah (Pil b850, vitamin A d“ obat' obatan lainnya,
pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan kesehatan dan M80m’ um

pelayanan kontrasepsi seperti IUD, suntikan. dan lain-lain.

3.

. Gambar 2.6. Pemben‘an Imunisasi.

Tugas setelah pelaksanaan posyandu Tugas ini disebut juga tugas pada H (+) posyandu, yang
meliputi: Memindahkan catatancatatan dalam KMS kc dalam buku register atau buku bantu

a. kader.
b. Menilaj (mengevaluasi) hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan posyandu pada bulan
berikutnya.

Kegiatan diskusi kelompok (penyuluhan kelompok) bersama ibu-ibu yang lokasi

rumahnya berdekatan (kelompok dasawisma). d. Kegiatan kunjungan rumah (penyuluhan


perorangan). sekaligus untuk tindak lanjut

dan mengajak ibu-ibu datang ke posyandu pada kegiatan bulan berikutnya.

Prinsip dasar posyandu adalah sebagai berikut. Posyandu merupakan usaha masayarakat di
mana terdapat perpaduan antara pelayanan

profesional dan nonprofesional (oleh masyarakat). Adanya kerja sama lintas program yang baik
(KIA, KB, gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare) maupun lintas sektoral (Departemen
Kesehatan RI dan BKKBN). Kelembagaan masyarakat (pos desa, kelompok timbang atau pos
timbang, pos imunisasi, pos

kesehatan, dan lain-lain). Mempunyai sasaran penduduk yang sama (bayi 0-1 tahun, anak balita
1-4 tahun, ibu hamiI,

dan PUS). Pendekatan yang digunakan adalah pengembangan dan Pembangunan Kesehatan
Masyaraka

Desa (PKMD) atau Primary Health Care (PHC).


Langkah-langkah pembentukan posyandu adalah sebagai berikut. Perumusan masalah: survei
mawas diri dan penyajian hasil survei (lokakarya mini). Perencanaan pemecahan masalah:
kaderisasi sebagai pelaksana posyandu, pembentnkan pengurus sebagai pengelola posyandu,
dan menyusun rencana kegiatan posyandu. Pelaksanaan kegiatan: kegiatan di posyandu sekali
sebulan atau lebih, pengumpulan damn

sehat dan pencatatannya, serta laporan kegiatan posyandu. Evaluasi: evaluasi hasil kegiatan
yang sedang bexjalan dan evaluasi basil kegiatan scsuai dcngan

batas waktu yang telah ditetapkan.

Penyuluhan kesehatan, menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasa data kenaikan barat
badan Yang digambarkan dalam graflk KMS kepada ibu 3;“ balita dan memberikan PenYUJuhan
kepada setiap ibu dengan mengacu Pada W KMS anaknya atau hasll Pengamatan mengenai
masalah yang dialami, da‘a Pelayanan PMT, oralit, vVitamin A, tablet zat besi, pi] ulang, clan
kondOm‘

Gambar 2.5a. Penyuluhan Kesehatan.

Gambar 2.5b. Pelayanan Kesehatan.

Me'a 5 ‘ Peliyanan sektor yang biasanya dilakukan oleh petugas kesehatan di antaranya dokter,
bidan, perawat, juru imunisasi, dan sebagainya. Pelayanan yang diberikan meliputii pemberian
imunisasi, pemberian pil tambah darah (Pil b850, vitamin A d“ obat' obatan lainnya,
pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan kesehatan dan M80m’ um

pelayanan kontrasepsi seperti IUD, suntikan. dan lain-lain.


3.

. Gambar 2.6. Pemben‘an Imunisasi.

Tugas setelah pelaksanaan posyandu Tugas ini disebut juga tugas pada H (+) posyandu, yang
meliputi: Memindahkan catatancatatan dalam KMS kc dalam buku register atau buku bantu

a. kader.

b. Menilaj (mengevaluasi) hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan posyandu pada bulan
berikutnya.

Kegiatan diskusi kelompok (penyuluhan kelompok) bersama ibu-ibu yang lokasi

rumahnya berdekatan (kelompok dasawisma). d. Kegiatan kunjungan rumah (penyuluhan


perorangan). sekaligus untuk tindak lanjut

dan mengajak ibu-ibu datang ke posyandu pada kegiatan bulan berikutnya.

Prinsip dasar posyandu adalah sebagai berikut. Posyandu merupakan usaha masayarakat di
mana terdapat perpaduan antara pelayanan

profesional dan nonprofesional (oleh masyarakat). Adanya kerja sama lintas program yang baik
(KIA, KB, gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare) maupun lintas sektoral (Departemen
Kesehatan RI dan BKKBN). Kelembagaan masyarakat (pos desa, kelompok timbang atau pos
timbang, pos imunisasi, pos
kesehatan, dan lain-lain). Mempunyai sasaran penduduk yang sama (bayi 0-1 tahun, anak balita
1-4 tahun, ibu hamiI,

dan PUS). Pendekatan yang digunakan adalah pengembangan dan Pembangunan Kesehatan
Masyaraka

Desa (PKMD) atau Primary Health Care (PHC).

Langkah-langkah pembentukan posyandu adalah sebagai berikut. Perumusan masalah: survei


mawas diri dan penyajian hasil survei (lokakarya mini). Perencanaan pemecahan masalah:
kaderisasi sebagai pelaksana posyandu, pembentnkan pengurus sebagai pengelola posyandu,
dan menyusun rencana kegiatan posyandu. Pelaksanaan kegiatan: kegiatan di posyandu sekali
sebulan atau lebih, pengumpulan damn

sehat dan pencatatannya, serta laporan kegiatan posyandu. Evaluasi: evaluasi hasil kegiatan
yang sedang bexjalan dan evaluasi basil kegiatan scsuai dcngan

batas waktu yang telah ditetapkan.

5. Kesimpman t. Posvandu merupakan “Rim“ Yang telah dilakukan oleh masyarakat dalam
bentuk pos timbangan. PM1‘(Pe111herian Makanan 'I‘ambahan), pos kesehatan, dan
sebagainy.a dcngan motivasi baru yang merupakan bentuk operasional dari pendekatan
strategis keterpaduan 5 program atau KB kesehatan dalam rangka mempercepat penurunan
angka kematian bayi, balita, dan penurunan angka fertilitas dalam rangka mempercepat
terwujudnya norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS).

b. Peranan lintas sektoral dan lintas program berpengaruh dalam keberhasilan posyandu.
c. Peningkatan peran serta aktif masyarakat akan meningkatkan daya guna dan hasil guna
posyandu.

d. Alih teknologi, swakelola masyarakat merupakan aspek dalam rangka meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat.

Pada pelaksanaannya, posyandu melibatkan petugas puskesmas, petugas BKKBN sebagai


penyelenggara pelayanan profesional, dan peran serta masyarakat secara aktif dan positif
sebagai penyelenggara pelayanan nonprofesional secara terpadu dalam rangka alih teknologi
dan swakelola masyarakat.

Dari segi petugas puskesmas:

l. pendekatan yang digunakan adalah pengembangan dan pembinaan PKMD; 2. perencanaan


terpadu tingkat puskesmas (microplanning), lokakarya mini; 3. pelaksanaan melalui sistem meja
5 dan alih teknologi.

Dari segi masyarakat: 1. kegiatan swadaya masyarakat yang diharapkan adanya kader kesehatan;
perencanaan melalui musyawarah masyarakat desa; 3. pelaksanaannya melalui sistem 5 meja.

Dukungan lintas sektoral sangat diharapkan mulai dari tahap persiapan, perencanaan,
pelaksanaan, bahkan penilaian dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, baik
dalam segi motivasi maupun teknis dari masing-masing sektor.

Posyandu pasca-otonomi daerah menjadi mati suri. Hal ini disebabkan banyaknya daerah
yang beranggapan bahwa posyandu bukanlah sektor strategis. Akibatnya, pemerintah daerah
setempat tidak menjadikan posyandu sebagai program prioritas di bidang kesehatan sekaligus
mengalokasikan anggaran yang cukup. Merebaknya kasus balita bergizi buruk pada tahun 2005
berujung pada revitalisasi posyandu. Di Iawa Timur, mulai tahun 2006 posyandu ditetapkan
sebagai . program utama, bahkan telah menganggarkan alokasi dana APBD yang cukup besar.
Dana tersebut difokuskan pada pemberian uang insentif bagi kader Posyandu, Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) bagi balita, dan melengkapi sarana prasarana di posyandu seperti
alat timbangan dan lainnya.

Daerah juga mulai kreatif dalam mengombinasikan program posyandu, tidak semata-mata
kegiatan penimbangan balita dan PMT, tetapi posyandu mulai digabungkan dengan kegiatan
Pendidikan Anak Usia Dini (PADU) atau simpan pinjam untuk kegiatan ekonomi produktif.
Kemudian kegiatan tersebut lebih dikenal dengan nama posyandu terpadu.

Penyuluhan kesehatan, menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasa data kenaikan barat
badan Yang digambarkan dalam graflk KMS kepada ibu 3;“ balita dan memberikan PenYUJuhan
kepada setiap ibu dengan mengacu Pada W KMS anaknya atau hasll Pengamatan mengenai
masalah yang dialami, da‘a Pelayanan PMT, oralit, vVitamin A, tablet zat besi, pi] ulang, clan
kondOm‘

Gambar 2.5a. Penyuluhan Kesehatan.

Gambar 2.5b. Pelayanan Kesehatan.

Me'a 5 ‘ Peliyanan sektor yang biasanya dilakukan oleh petugas kesehatan di antaranya dokter,
bidan, perawat, juru imunisasi, dan sebagainya. Pelayanan yang diberikan meliputii pemberian
imunisasi, pemberian pil tambah darah (Pil b850, vitamin A d“ obat' obatan lainnya,
pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan kesehatan dan M80m’ um
pelayanan kontrasepsi seperti IUD, suntikan. dan lain-lain.

3.

. Gambar 2.6. Pemben‘an Imunisasi.

Tugas setelah pelaksanaan posyandu Tugas ini disebut juga tugas pada H (+) posyandu, yang
meliputi: Memindahkan catatancatatan dalam KMS kc dalam buku register atau buku bantu

a. kader.

b. Menilaj (mengevaluasi) hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan posyandu pada bulan
berikutnya.

Kegiatan diskusi kelompok (penyuluhan kelompok) bersama ibu-ibu yang lokasi

rumahnya berdekatan (kelompok dasawisma). d. Kegiatan kunjungan rumah (penyuluhan


perorangan). sekaligus untuk tindak lanjut

dan mengajak ibu-ibu datang ke posyandu pada kegiatan bulan berikutnya.

Prinsip dasar posyandu adalah sebagai berikut. Posyandu merupakan usaha masayarakat di
mana terdapat perpaduan antara pelayanan

profesional dan nonprofesional (oleh masyarakat). Adanya kerja sama lintas program yang baik
(KIA, KB, gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare) maupun lintas sektoral (Departemen
Kesehatan RI dan BKKBN). Kelembagaan masyarakat (pos desa, kelompok timbang atau pos
timbang, pos imunisasi, pos

kesehatan, dan lain-lain). Mempunyai sasaran penduduk yang sama (bayi 0-1 tahun, anak balita
1-4 tahun, ibu hamiI,

dan PUS). Pendekatan yang digunakan adalah pengembangan dan Pembangunan Kesehatan
Masyaraka

Desa (PKMD) atau Primary Health Care (PHC).

Langkah-langkah pembentukan posyandu adalah sebagai berikut. Perumusan masalah: survei


mawas diri dan penyajian hasil survei (lokakarya mini). Perencanaan pemecahan masalah:
kaderisasi sebagai pelaksana posyandu, pembentnkan pengurus sebagai pengelola posyandu,
dan menyusun rencana kegiatan posyandu. Pelaksanaan kegiatan: kegiatan di posyandu sekali
sebulan atau lebih, pengumpulan damn

sehat dan pencatatannya, serta laporan kegiatan posyandu. Evaluasi: evaluasi hasil kegiatan
yang sedang bexjalan dan evaluasi basil kegiatan scsuai dcngan

batas waktu yang telah ditetapkan.

5. Kesimpman t. Posvandu merupakan “Rim“ Yang telah dilakukan oleh masyarakat dalam
bentuk pos timbangan. PM1‘(Pe111herian Makanan 'I‘ambahan), pos kesehatan, dan
sebagainy.a dcngan motivasi baru yang merupakan bentuk operasional dari pendekatan
strategis keterpaduan 5 program atau KB kesehatan dalam rangka mempercepat penurunan
angka kematian bayi, balita, dan penurunan angka fertilitas dalam rangka mempercepat
terwujudnya norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS).
b. Peranan lintas sektoral dan lintas program berpengaruh dalam keberhasilan posyandu.

c. Peningkatan peran serta aktif masyarakat akan meningkatkan daya guna dan hasil guna
posyandu.

d. Alih teknologi, swakelola masyarakat merupakan aspek dalam rangka meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat.

Pada pelaksanaannya, posyandu melibatkan petugas puskesmas, petugas BKKBN sebagai


penyelenggara pelayanan profesional, dan peran serta masyarakat secara aktif dan positif
sebagai penyelenggara pelayanan nonprofesional secara terpadu dalam rangka alih teknologi
dan swakelola masyarakat.

Dari segi petugas puskesmas:

l. pendekatan yang digunakan adalah pengembangan dan pembinaan PKMD; 2. perencanaan


terpadu tingkat puskesmas (microplanning), lokakarya mini; 3. pelaksanaan melalui sistem meja
5 dan alih teknologi.

Dari segi masyarakat: 1. kegiatan swadaya masyarakat yang diharapkan adanya kader kesehatan;
perencanaan melalui musyawarah masyarakat desa; 3. pelaksanaannya melalui sistem 5 meja.

Dukungan lintas sektoral sangat diharapkan mulai dari tahap persiapan, perencanaan,
pelaksanaan, bahkan penilaian dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, baik
dalam segi motivasi maupun teknis dari masing-masing sektor.
Posyandu pasca-otonomi daerah menjadi mati suri. Hal ini disebabkan banyaknya daerah

yang beranggapan bahwa posyandu bukanlah sektor strategis. Akibatnya, pemerintah daerah
setempat tidak menjadikan posyandu sebagai program prioritas di bidang kesehatan sekaligus
mengalokasikan anggaran yang cukup. Merebaknya kasus balita bergizi buruk pada tahun 2005
berujung pada revitalisasi posyandu. Di Iawa Timur, mulai tahun 2006 posyandu ditetapkan
sebagai . program utama, bahkan telah menganggarkan alokasi dana APBD yang cukup besar.
Dana tersebut difokuskan pada pemberian uang insentif bagi kader Posyandu, Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) bagi balita, dan melengkapi sarana prasarana di posyandu seperti
alat timbangan dan lainnya.

Daerah juga mulai kreatif dalam mengombinasikan program posyandu, tidak semata-mata
kegiatan penimbangan balita dan PMT, tetapi posyandu mulai digabungkan dengan kegiatan
Pendidikan Anak Usia Dini (PADU) atau simpan pinjam untuk kegiatan ekonomi produktif.
Kemudian kegiatan tersebut lebih dikenal dengan nama posyandu terpadu.

PRIMARY umm CARI

Primary health care (PHC) merupakan hasll pengkajian. pemiklran. dan pengalaman dalam
Pembangunan kesehatan di banyak negara yang diawali dengan kamPanyc massal pada tahun
1950-an dalam pemberantasan penyaldt menular. Pada mhun 1960. teknologi kuratif dan
prevanf mengalami kemajuan. Oleh karena itu, timbul pemikiran untuk mengembangkan komep
upaya dasar kesehatan. Tahun 1977, pada sidang kesehatan dunia dicetuskan kmpakatan untuk
melahirkzn ’Healthfor All by the Year 2000”. yang sasaran utamanya dalam bidang sosial pada
mhun 2000 adahb "tercapainya derajat kesehatan yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif. bail: seam social maupun ekonomi”.

PHC adalah pelayanan kesehatan pokok berdasarkan kepada metode dan teknologi pubis,
ilmiah, dan sosial yang dapat diterima secara umum, baik oleh individu maupun kduarga dalam
masyarakat, melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta biaya yang dapat dijangkau oleh
unsyamkd dan negera untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat
untuk hidq mandiri (self reliance) dan menentukan nasib sendiri (selfdetermination).
Tujuan Primary Health Care (PHC) dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berilmt.

l. '1th umum, yaitu mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang
diselenggarakan, sehingga akan tercapai tingkat kepuasan pada masyarakat yang m pelayanan.

2. Tujuan khusus, yaitu:

a. pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani;

b. pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani;

c. pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani;

d. pelayanan harus secara maksimal menggunakan tenaga dan sumber-sumber daya bin dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat.

PHC hendaknya memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut.

1. Pemeliharan kesehatan

2. Pencegahan penyakit

5. Diagnosis dan pengobatan 4. Pelayanan tindak lanjut


g. Pemberian sertiflkat

Tiga unsur utama PHC, yaitu: nlencakuP uPaYa-upaya dasar kesehatan; nmelibatkan peran serta
masyarakat; I1\elibatkan kerja sama lintas sektoral.

Dalam pelaksanaannya PHC , , venkuk Palmg sedlklt harus memlhki 8 elemen. antara lam “mg
Pendldlkan mengenal masalah ke s h I Penge (1 ahannya. e atan dan Cara pencegahan
Penyakn \em Penmgkatan penyedlaan makanan

Penyuluhan kesehatan, menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasa data kenaikan barat
badan Yang digambarkan dalam graflk KMS kepada ibu 3;“ balita dan memberikan PenYUJuhan
kepada setiap ibu dengan mengacu Pada W KMS anaknya atau hasll Pengamatan mengenai
masalah yang dialami, da‘a Pelayanan PMT, oralit, vVitamin A, tablet zat besi, pi] ulang, clan
kondOm‘

Gambar 2.5a. Penyuluhan Kesehatan.

Gambar 2.5b. Pelayanan Kesehatan.

Me'a 5 ‘ Peliyanan sektor yang biasanya dilakukan oleh petugas kesehatan di antaranya dokter,
bidan, perawat, juru imunisasi, dan sebagainya. Pelayanan yang diberikan meliputii pemberian
imunisasi, pemberian pil tambah darah (Pil b850, vitamin A d“ obat' obatan lainnya,
pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan kesehatan dan M80m’ um

pelayanan kontrasepsi seperti IUD, suntikan. dan lain-lain.

3.
. Gambar 2.6. Pemben‘an Imunisasi.

Tugas setelah pelaksanaan posyandu Tugas ini disebut juga tugas pada H (+) posyandu, yang
meliputi: Memindahkan catatancatatan dalam KMS kc dalam buku register atau buku bantu

a. kader.

b. Menilaj (mengevaluasi) hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan posyandu pada bulan
berikutnya.

Kegiatan diskusi kelompok (penyuluhan kelompok) bersama ibu-ibu yang lokasi

rumahnya berdekatan (kelompok dasawisma). d. Kegiatan kunjungan rumah (penyuluhan


perorangan). sekaligus untuk tindak lanjut

dan mengajak ibu-ibu datang ke posyandu pada kegiatan bulan berikutnya.

Prinsip dasar posyandu adalah sebagai berikut. Posyandu merupakan usaha masayarakat di
mana terdapat perpaduan antara pelayanan

profesional dan nonprofesional (oleh masyarakat). Adanya kerja sama lintas program yang baik
(KIA, KB, gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare) maupun lintas sektoral (Departemen
Kesehatan RI dan BKKBN). Kelembagaan masyarakat (pos desa, kelompok timbang atau pos
timbang, pos imunisasi, pos
kesehatan, dan lain-lain). Mempunyai sasaran penduduk yang sama (bayi 0-1 tahun, anak balita
1-4 tahun, ibu hamiI,

dan PUS). Pendekatan yang digunakan adalah pengembangan dan Pembangunan Kesehatan
Masyaraka

Desa (PKMD) atau Primary Health Care (PHC).

Langkah-langkah pembentukan posyandu adalah sebagai berikut. Perumusan masalah: survei


mawas diri dan penyajian hasil survei (lokakarya mini). Perencanaan pemecahan masalah:
kaderisasi sebagai pelaksana posyandu, pembentnkan pengurus sebagai pengelola posyandu,
dan menyusun rencana kegiatan posyandu. Pelaksanaan kegiatan: kegiatan di posyandu sekali
sebulan atau lebih, pengumpulan damn

sehat dan pencatatannya, serta laporan kegiatan posyandu. Evaluasi: evaluasi hasil kegiatan
yang sedang bexjalan dan evaluasi basil kegiatan scsuai dcngan

batas waktu yang telah ditetapkan.

5. Kesimpman t. Posvandu merupakan “Rim“ Yang telah dilakukan oleh masyarakat dalam
bentuk pos timbangan. PM1‘(Pe111herian Makanan 'I‘ambahan), pos kesehatan, dan
sebagainy.a dcngan motivasi baru yang merupakan bentuk operasional dari pendekatan
strategis keterpaduan 5 program atau KB kesehatan dalam rangka mempercepat penurunan
angka kematian bayi, balita, dan penurunan angka fertilitas dalam rangka mempercepat
terwujudnya norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS).

b. Peranan lintas sektoral dan lintas program berpengaruh dalam keberhasilan posyandu.
c. Peningkatan peran serta aktif masyarakat akan meningkatkan daya guna dan hasil guna
posyandu.

d. Alih teknologi, swakelola masyarakat merupakan aspek dalam rangka meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat.

Pada pelaksanaannya, posyandu melibatkan petugas puskesmas, petugas BKKBN sebagai


penyelenggara pelayanan profesional, dan peran serta masyarakat secara aktif dan positif
sebagai penyelenggara pelayanan nonprofesional secara terpadu dalam rangka alih teknologi
dan swakelola masyarakat.

Dari segi petugas puskesmas:

l. pendekatan yang digunakan adalah pengembangan dan pembinaan PKMD; 2. perencanaan


terpadu tingkat puskesmas (microplanning), lokakarya mini; 3. pelaksanaan melalui sistem meja
5 dan alih teknologi.

Dari segi masyarakat: 1. kegiatan swadaya masyarakat yang diharapkan adanya kader kesehatan;
perencanaan melalui musyawarah masyarakat desa; 3. pelaksanaannya melalui sistem 5 meja.

Dukungan lintas sektoral sangat diharapkan mulai dari tahap persiapan, perencanaan,
pelaksanaan, bahkan penilaian dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, baik
dalam segi motivasi maupun teknis dari masing-masing sektor.

Posyandu pasca-otonomi daerah menjadi mati suri. Hal ini disebabkan banyaknya daerah
yang beranggapan bahwa posyandu bukanlah sektor strategis. Akibatnya, pemerintah daerah
setempat tidak menjadikan posyandu sebagai program prioritas di bidang kesehatan sekaligus
mengalokasikan anggaran yang cukup. Merebaknya kasus balita bergizi buruk pada tahun 2005
berujung pada revitalisasi posyandu. Di Iawa Timur, mulai tahun 2006 posyandu ditetapkan
sebagai . program utama, bahkan telah menganggarkan alokasi dana APBD yang cukup besar.
Dana tersebut difokuskan pada pemberian uang insentif bagi kader Posyandu, Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) bagi balita, dan melengkapi sarana prasarana di posyandu seperti
alat timbangan dan lainnya.

Daerah juga mulai kreatif dalam mengombinasikan program posyandu, tidak semata-mata
kegiatan penimbangan balita dan PMT, tetapi posyandu mulai digabungkan dengan kegiatan
Pendidikan Anak Usia Dini (PADU) atau simpan pinjam untuk kegiatan ekonomi produktif.
Kemudian kegiatan tersebut lebih dikenal dengan nama posyandu terpadu.

PRIMARY umm CARI

Primary health care (PHC) merupakan hasll pengkajian. pemiklran. dan pengalaman dalam
Pembangunan kesehatan di banyak negara yang diawali dengan kamPanyc massal pada tahun
1950-an dalam pemberantasan penyaldt menular. Pada mhun 1960. teknologi kuratif dan
prevanf mengalami kemajuan. Oleh karena itu, timbul pemikiran untuk mengembangkan komep
upaya dasar kesehatan. Tahun 1977, pada sidang kesehatan dunia dicetuskan kmpakatan untuk
melahirkzn ’Healthfor All by the Year 2000”. yang sasaran utamanya dalam bidang sosial pada
mhun 2000 adahb "tercapainya derajat kesehatan yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif. bail: seam social maupun ekonomi”.

PHC adalah pelayanan kesehatan pokok berdasarkan kepada metode dan teknologi pubis,
ilmiah, dan sosial yang dapat diterima secara umum, baik oleh individu maupun kduarga dalam
masyarakat, melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta biaya yang dapat dijangkau oleh
unsyamkd dan negera untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat
untuk hidq mandiri (self reliance) dan menentukan nasib sendiri (selfdetermination).

Tujuan Primary Health Care (PHC) dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berilmt.
l. '1th umum, yaitu mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang
diselenggarakan, sehingga akan tercapai tingkat kepuasan pada masyarakat yang m pelayanan.

2. Tujuan khusus, yaitu:

a. pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani;

b. pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani;

c. pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani;

d. pelayanan harus secara maksimal menggunakan tenaga dan sumber-sumber daya bin dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat.

PHC hendaknya memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut.

1. Pemeliharan kesehatan

2. Pencegahan penyakit

5. Diagnosis dan pengobatan 4. Pelayanan tindak lanjut

g. Pemberian sertiflkat
Tiga unsur utama PHC, yaitu: nlencakuP uPaYa-upaya dasar kesehatan; nmelibatkan peran serta
masyarakat; I1\elibatkan kerja sama lintas sektoral.

Dalam pelaksanaannya PHC , , venkuk Palmg sedlklt harus memlhki 8 elemen. antara lam “mg
Pendldlkan mengenal masalah ke s h I Penge (1 ahannya. e atan dan Cara pencegahan
Penyakn \em Penmgkatan penyedlaan makanan

95m.»

m 'N'o‘p‘EASNNU-A m o. .\1

$9939.

termasuk Keluarga Berencana. " ' | i

Kesehatan Ibu d3“ A:::;kit-Penyakit .infekSi utama. P . penyaklt endemik setempat.

hnunisasi terha 3? PenCegahan dan peggen d an ruda paksa. Pengobatan 19‘3“yaklt um

nsi Penyediaan obat-obat ese

Ciri-ciri PHC, antafa lam' pelayanan yang utama an pelayanan yang menye pelayanan yang
terorga
tin pelayanan yang meme? . pelayanan yang berkesmambungan’

pelayanan yang progesif; . Pdayanan berorientasi kepada keluacrlga. pelayanan tidak


berpandangan kepa a salah satu aSpek saja,

Tanggung jawab perawat dalam P “C lebih dititikberatkan kepada hal-hal sebagai berikut

intim dengan maSYarakat;

luruh;

Mendorong partisipasi aktif masyarakat .

Kerja sama dengan masyarakat. 1‘31““ 83v dan individu. Mengajarkan konsep kesehatan dasar
dan teknik asuhan diri sendiri pada masyarakat

Memberikan bimbingan dan dukungan kepada petugas pelayanan kesehatan dan kepada

masyarakat. Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai