KELOMPOK 3
KONSENTRASI EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
A. PENDAHULUAN
Tsunami adalah gelombang air laut yang merambat ke segala arah dan terjadi karena
adanya gangguan impulsif pada dasar laut. Gangguan impulsif terjadi karena perubahan
bentuk struktur geologis dasar laut secara vertikal utamanya dan dalam waktu singkat.
Perubahan tersebut disebabkan oleh tiga sumber utama, yaitu gempabumi tektonik, letusan
gunung api, atau longsoran yang terjadi di dasar laut. Berdasarkan ketiga sumber tersebut,
penyebab utama tsunami di Indonesia adalah gempabumi tektonik.
Tidak semua gempabumi tektonik mengakibatkan tsunami, tetapi sebagian besar tsunami
disebabkan oleh gempabumi. Gempabumi yang dapat memicu tsunami memiliki kriteria
sebagai berikut:
1. Gempabumi tektonik terjadi di bawah laut
2. Kedalaman (hiposenter) gempabumi kurang dari 100 km
3. Kekuatan 7 Skala Richter (SR) atau lebih
4. Pergerakan lempeng tektonik terjadi secara vertikal, mengakibatkan dasar laut naik/turun,
dan mengangkat/menurunkan kolom air di atasnya
Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap tsunami, terutama daerah-daerah pantai
yang berhadapan langsung dengan pertemuan Lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik,
antara lain bagian barat Pulau Sumatera, selatan Pulau Jawa, Nusa Tenggara, bagian utara
Papua, Sulawesi dan Maluku, serta bagian timur Pulau Kalimantan
T0 – T1: Ketika gempabumi terjadi (T0), seluruh sensor pencatat gempabumi yang
berada di stasiun seismik di sekitar sumber gempabumi akan mencatat data-data
gempabumi dan mengirimkannya ke pusat pengolahan di BMKG Pusat untuk diproses.
Untuk gempabumi di wilayah Indonesia diperlukan waktu kurang dari 5 menit (T0-T1).
Parameter gempabumi dikirim ke sistem diseminasi dan juga ke DSS. Kemudian DSS
memprosesnya dan memberikan gambaran proposal yang siap untuk dilanjutkan yang
mana petugas DSS harus menekan tombol guna memperoleh proposal dari DSS. Hasil
akhir dari DSS adalah proposal berita peringatan dini atau proposal berita gempabumi
yang akan dikirimkan ke sistem diseminasi atas keputusan petugas DSS. Jika
gempabumi tersebut besar dan dirasakan sangat kuat atau gempabumi tidak begitu kuat
tetapi terasa cukup lama, masyarakat di daerah berisiko bencana harus segera
mengambil tindakan penyelamatan diri tanpa harus menunggu berita peringatan dini
dari BMKG.
T2: Disesuaikan dengan masing-masing status ancaman, pemda setempat harus segera
bereaksi terhadap Berita 1 dengan mengambil keputusan apakah evakuasi diperlukan
dan mengumumkannya kepada masyarakat menggunakan fasilitas yang ada, seperti
membunyikan sirene, pengeras suara masjid, kentungan, atau alat bantu lainnya.
Masyarakat harus dapat memahami tanda bahaya dan mengikuti arahan dari pemda
setempat untuk segera melakukan evakuasi ke tempat aman yang telah ditentukan.
T3: Berita 2 berisikan perbaikan parameter gempabumi dan status ancaman. Selain itu,
juga berisi perkiraan waktu tiba tsunami di pantai.
T4: Berita 3 berisikan hasil observasi tsunami dan perbaikan status ancaman yang
dapat didiseminasikan beberapa kali tergantung pada hasil pengamatan tsunami di
stasiun tide gauge dan buoy.
T5 – T6: BMKG terus memantau penyebaran tsunami dan memberikan pembaruan
informasi tsunami melalui Berita 3 (bisa berkali-kali).
Tiga tugas pokok Pemda (kotak merha) dalam pelaksanaan peringatan dini tsunami
Perkiraan rentang waktu kejadian tsunami lokal dan informasi yang diterima serta persoalan
ketidakpastian dan waktu reaksi terbatas.
Penjabaran tingkat peringatan dini dan saran BMKG untuk Pemda kepada masyarakat
2. Saat Bencana
Kegiatan pada tahap event (saat terjadinya tsunami) meliputi kegiatan-kegiatan pada
periode tanggap darurat, yakni serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada
saat terjadinya tsunami untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan.
Penyelenggaraan penanggulangan tsunami pada saat tanggap darurat meliputi:
a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan
sumber daya
Informasi awal data kejadian bencana bisa didapatkan melalui beberapa sumber
antara lain: Laporan instansi/lembaga terkait, media massa, masyarakat dan internet.
Kebenaran informasi perlu dikonfirmasi di lapangan dengan pertanyaan: apa, kapan,
dimana, bagaimana kondisi, berapa jumlah korban, akibat yang ditimbulkan, upaya
yang telah dilakukan, dan kebutuhan bantuan yang harus segera diberikan.
Dari informasi kejadian awal yang diperoleh, tim Assesment melakukan pengkajian
secara cepat dan tepat, melakukan pemetaan lokasi bencana dan camp pengungsian serta
memberikan dukungan pendampingan dalam rangka kegiatan tanggap darurat.
b. Penentuan status keadaan darurat bencana
Berdasar dari hasil laporan tim reaksi cepat dan kajian tim assessment ditentukan
status/skala bencana. Tindak lanjut dari penetapan status/tingkat bencana tersebut, maka
Kepala BNPB/BPBD Provinsi/BPBD Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya
menunjuk seorang pejabat sebagai komandan penanganan tanggap darurat bencana
sesuai status/tingkat bencana skala nasional/daerah.
c. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena tsunami
Dari informasi kejadian awal yang diperoleh, BNPB/BPBD Provinsi/BPBD
Kabupaten/Kota menugaskan Tim Reaksi Cepat tanggap darurat (Rumah sakit dan
SAR) dan Tim Assesment, untuk melaksanakan tugas kedaruratan (pertolongan medis
dan evakuasi masyarakat yang terkena tsunami).
d. Pemenuhan kebutuhan dasar
Memberikan bantuan sarana dan prasarana dasar yang diperlukan antara lain
penyediaan tempat penampungan sementara korban tsunami, bantuan tenaga medis/para
medis, obat-obatan, pakaian dan bahan makanan.
e. Perlindungan terhadap kelompok rentan
Dalam memenuhi kebutuhan dasar selama darurat, perlu diperhatikan hak-hak
kelompok rentan, misalnya orang jompo, ibu hamil, balita, orang sakit, orang cacat, dan
usia lanjut.
f. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital
Kegiatan yang dilakukan meliputi pengamanan asset vital seperti instalasi air minum,
jaringan listrik, dan jaringan telekomunikasi.
3. Pasca Bencana
a. Rehabilitasi Pasca Bencana Tsunami
1) Pengertian
Rehabilitasi Tsunami adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana
tsunami dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar
semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana
tsunami.
Rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan : perbaikan lingkungan daerah bencana,
perbaikan prasarana dan sarana umum, pemberian bantuan perbaikan rumah
masyarakat, pemulihan sosial psikologis, pelayanan kesehatan, rekonsiliasi dan
resolusi konflik, pemulihan sosial ekonomi budaya, pemulihan keamanan dan
ketertiban, pemulihan fungsi pemerintahan, dan pemulihan fungsi pelayanan publik.
Dalam penentuan kebijakan rehabilitasi prinsip dasar yang digunakan adalah
sebagai berikut :
a) Menempatkan masyarakat tidak saja sebagai korban bencana, namun juga sebagai
pelaku aktif dalam kegiatan rehabilitasi.
b) Kegiatan rehabilitasi merupakan rangkaian kegiatan yang terkait dan terintegrasi
dengan kegiatan prabencana, tanggap darurat dan pemulihan dini serta kegiatan
rekonstruksi.
c) “Early recovery” dilakukan oleh “Rapid Assessment Team” segera setelah terjadi
bencana.
d) Program rehabilitasi dimulai segera setelah masa tanggap darurat (sesuai dengan
Perpres tentang Penetapan Status dan Tingkatan Bencana) dan diakhiri setelah
tujuan utama rehabilitasi tercapai.
2) Ruang Lingkup Pelaksanaan
a) Perbaikan Lingkungan Daerah Bencana
Perbaikan lingkungan fisik meliputi kegiatan : perbaikan lingkungan fisik untuk
kawasan pemukiman, kawasan industri, kawasan usaha dan kawasan gedung.
Indikator yang harus dicapai pada perbaikan lingkungan adalah kondisi
lingkungan yang memenuhi persyaratan teknis, sosial, ekonomi, dan budaya serta
ekosistem
b) Perbaikan Prasarana dan Sarana Umum
Prasarana dan sarana umum adalah jaringan infrastruktur dan fasilitas fisik yang
menunjang kegiatan kehidupan sosial dan perekonomian masyarakat. Prasarana
umum atau jaringan infrastruktur fisik disini mencakup: jaringan jalan/
perhubungan, jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan komunikasi, jaringan
sanitasi dan limbah, dan jaringan irigasi/ pertanian. Sarana umum atau fasilitas
sosial dan umum mencakup : fasilitas kesehatan, fasilitas perekonomian, fasilitas
pendidikan, fasilitas perkantoran pemerintah, dan fasilitas peribadatan.
c) Pemberian Bantuan Perbaikan Rumah Masyarakat
Yang menjadi target pemberian bantuan adalah masyarakat korban bencana yang
rumah/ lingkungannya mengalami kerusakan struktural hingga tingkat sedang
akibat bencana, dan masyarakat korban berkehendak untuk tetap tinggal di tempat
semula. Kerusakan tingkat sedang adalah kerusakan fisik bangunan sebagaimana
Pedoman Teknis (DepPU, 2006) dan/ atau kerusakan pada halaman dan/ atau
kerusakan pada utilitas, sehingga mengganggu penyelenggaraan fungsi huniannya.
Untuk bangunan rumah rusak berat atau roboh diarahkan untuk rekonstruksi.
Tidak termasuk sasaran pemberian bantuan rehabilitasi adalah rumah/ lingkungan
dalam kategori: pembangunan kembali (masuk dalam rekonstruksi), pemukiman
kembali (resettlement dan relokasi), transmigrasi ke luar daerah bencana
d) Pemulihan Sosial Psikologis
Pemulihan sosial psikologis adalah pemberian bantuan kepada masyarakat yang
terkena dampak bencana agar dapat berfungsi kembali secara normal. Sedangkan
kegiatan psikososial adalah kegiatan mengaktifkan elemen-elemen masyarakat
agar dapat kembali menjalankan fungsi sosial secara normal. Kegiatan ini dapat
dilakukan oleh siapa saja yang sudah terlatih. Pemulihan sosial psikologis
bertujuan agar masyarakat mampu melakukan tugas sosial seperti sebelum terjadi
bencana, serta tercegah dari mengalami dampak psikologis lebih lanjut yang
mengarah pada gangguan kesehatan mental.
e) Pelayanan Kesehatan
Pemulihan pelayanan kesehatan adalah aktivitas memulihkan kembali segala
bentuk pelayanan kesehatan sehingga minimal tercapai kondisi seperti sebelum
terjadi bencana. Pemulihan sistem pelayanan kesehatan adalah semua usaha yang
dilakukan untuk memulihkan kembali fungsi sistem pelayanan kesehatan yang
meliputi : SDM Kesehatan, sarana/prasarana kesehatan, kepercayaan masyarakat.
f) Rekonsiliasi dan Resolusi Konflik
Kegiatan rekonsiliasi adalah merukunkan atau mendamaikan kembali pihak-pihak
yang terlibat dalam perselisihan, pertengkaran dan konflik. Sedangkan kegiatan
resolusi adalah memposisikan perbedaan pendapat, perselisihan, pertengkaran
atau konflik dan menyelesaikan masalah atas perselisihan, pertengkaran atau
konflik tersebut. Rekonsiliasi dan resolusi ditujukan untuk membantu masyarakat
di daerah bencana untuk menurunkan eskalasi konflik sosial dan ketegangan serta
memulihkan kondisi sosial kehidupan masyarakat.
g) Pemulihan Sosial Ekonomi Budaya
Pemulihan sosial ekonomi budaya adalah upaya untuk memfungsikan kembali
kegiatan dan/ atau lembaga sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di daerah
bencana. Kegiatan pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya ditujukan untuk
menghidupkan kembali kegiatan dan lembaga sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat di daerah bencana seperti sebelum terjadi bencana.
h) Pemulihan Keamanan dan Ketertiban
Pemulihan keamanan adalah kegiatan mengembalikan kondisi keamanan dan
ketertiban masyarakat sebagaimana sebelum terjadi bencana dan menghilangkan
gangguan keamanan dan ketertiban di daerah bencana. Pemulihan keamanan dan
ketertiban ditujukan untuk membantu memulihkan kondisi keamanan dan
ketertiban masyarakat di daerah bencana agar kembali seperti kondisi sebelum
terjadi bencana dan terbebas dari rasa tidak aman dan tidak tertib.
i) Pemulihan Fungsi Pemerintahan
Indikator yang harus dicapai pada pemulihan fungsi pemerintahan adalah :
(1)Keaktifan kembali petugas pemerintahan.
(2)Terselamatkan dan terjaganya dokumen-dokumen negara dan pemerintahan.
(3)Konsolidasi dan pengaturan tugas pokok dan fungsi petugas pemerintahan.
(4)Berfungsinya kembali peralatan pendukung tugas-tugas pemerintahan.
(5)Pengaturan kembali tugas-tugas instansi/lembaga yang saling terkait
j) Pemulihan Fungsi Pelayanan Publik
Pemulihan fungsi pelayanan publik adalah berlangsungnya kembali berbagai
pelayanan publik yang mendukung kegiatan/ kehidupan sosial dan perekonomian
wilayah yang terkena bencana. Pemulihan fungsi pelayanan publik ini meliputi :
pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, pelayanan perekonomian, pelayanan
perkantoran umum/pemerintah, dan pelayanan peribadatan.
D. SARAN
1. Pengembangan sistem manajemen informasi dalam penanganan bencana tsunami perlu
mendapatkan perhatian yang besar dan pengelolaan secara professional.
2. Perlu adanya pelatihan, simulasi dan pengujian penggunaan system informasi yang
diperlukan untuk mempersipakan calon pengguna system informasi.