Oleh:
Nafiatul Aliah
30101407262
Pembimbing:
dr. Sri Suwarni, Sp. S
2019
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Stroke adalah suatu kelainan neurologis fokal ataupunh global secara tiba-tiba,
dengan gejala yang berlangsung lebih dari 24 jam (atau meninggal), dan diakibatkan oleh
gangguan vaskuler (WHO, 2005).
Stroke hemoragik adalah stroke yang diakibatkan oleh perdarahan arteri otak didalam
jaringan otak (intracerebral hemorrhage) dan/atau perdarahan arteri diantara lapisan
pembungkus otak, piamater dan arachnoidea (WHO, 2005).
Klasifikasi
Stroke dapat disebabkan baik iskemik (80%) maupun hemoragik (20%). Stroke
hemoragik sendiri diklasifikasikan lagi menjadi pendarahan intraserebral (PIS) sebanyak
15% dan perdarahan subaraknoid (PSA) sebanyak 5% (Warlow, 2008).
Epidemiologi
Stroke merupakan penyebab ketiga angka kematian di dunia dan penyebab
pertama kecacatan. Angka morbiditas lebih berat dan angka mortalitas lebih tinggi pada
stroke hemoragik dibandingkan dengan stroke iskemik. Hanya 20% pasien yang dapat
melakukan kegiatan mandirinya lagi. Angka mortalitas dalam bulan pertama pada stroke
hemoragik mencapai 40-80%. Dan 50% kematian terjadi dalam 48 jam pertama (Nassisi,
2009)
Tingkat insidensi dari stroke hemorhagik seluruh dunia berkisar antara 10 sampai
20 kasus per 100.000 populasi dan bertambah dengan umur. Perdarahan intraserebral
lebih sering terjadi pada pria disbanding dengan wanita, terutama pada usia diatas 55
tahun, dan juga pada populasi tertentu seperti pada orang kulit hitam dan orang jepang
(Qureshi, 2001)
Gambar 1.
Tipe-tipe Stroke
Definisi
Perdarahan yang paling sering timbul pada parenkim otak terjadi di daerah arteri
kecil yang melayani ganglia basal, thalamus, dan batang otak dan oleh arteriopathy
karena hipertensi kronik atau micratheroma. Penyakit ini, sering berhubungan dengan
arteriosklerosis, karena terjadi penyumbatan pada infark lakunar atau kebocoran yang
menyebabkan perdarahan otak. Perdarahan kecil dapat mendahului perdarahan besar dari
degeneratif yang mempengaruhi media dari arteri yang lebih kecil, terutama materi abu-
abu otak, dan terlihat pada usia lanjut. Tumor otak, obat simpatomimetik, koagulopati,
Gambar 2
Gejala Klinis
•Penurunan kesadaran yang berat sampai koma disertai hemiplegia/hemiparese dan dapat
disertai kejang fokal / umum.
•Tanda-tanda penekanan batang otak, gejala pupil unilateral, refleks pergerakan bola mata
menghilang dan deserebrasi
•Dapat dijumpai tanda-tanda tekanan tinggi intrakranial (TTIK), misalnya papil edema
dan perdarahan subhialoid.
Diagnosis
Gambar 3
Pengobatan
Patofisiologi
a. Perdarahan Ulang
Jika terjadi, lebih sering letal (50%) daripada perdarahan subarakhnoid awal. Resiko
perdarahan ulang adalah 20% pada hari 14 pertama setelah SAH awal, dan 50% pada
enam bulan pertama, jika aneurisma belum diobliterasi. Tidak seperti SAH awal,
perdarahan ulang sering menimbulkan hematoma intraparenkimal yang besar, karena
ruang subarakhnoid di sekitara neurisma sebagian tertutup oleh adesi yang disebabkan
oleh perdarahan awal. Pada kasus-kasus tersebut, manifestasi klinis dan perjalanan
perdarahan ulang aneurismal adalah seperti yang dideskripsikan di atas mengenai
perdarahan intraserebral spontan.
b.Vasospasme
Iskemia otak tertunda dari vasospasme untuk sebagian besar morbiditas dan mortalitas
terjadi setelah SAH. Penyempitan arteri progresif berkembang setelah SAH pada sekitar
70% dari pasien, tetapi defisit iskemia tertunda berkembang hanya 20% sampai 30%.
Proses ini dimulai 3 sampai 5 hari setelah pendarahan, menjadi maksimal pada 5 sampai
14 hari, dan selesai secara bertahap lebih dari 2 sampai 4 minggu.
c. Hidrosefalus
Hidrosefalus akut terjadi pada 15% sampai 20% pasien dengan SAH dan
terutama berkaitan dengan volume intraventricular dan darah subarachnoid. Dalam kasus
ringan, hidrosefalus menyebabkan lesu, perlambatan psikomotor, dan gangguan memori
jangka pendek. Temuan lainnya termasuk keterbatasan menatap ke atas, kelumpuhan
saraf kranial keenam, dan hyperreflexia ekstremitas bawah. Dalam kasus yang lebih
parah, hidrosefalus obstruktif akut menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Pasien
yang terkena dampak stupor atau koma, dan progresif batang otak herniasi akan
mengakibatkan produksi CSF yang menerus, kecuali kateter ventrikular dimasukkan.
Gejala Klinis
• Gejala penyakit berupa nyeri kepala mendadak seperti meledak, dramatis, berlangsung
dalam 1 – 2 detik sampai 1 menit.
• Vertigo, mual, muntah, banyak keringat, menggigil, mudah terangsang, gelisah dan
kejang.
• Dapat ditemukan penurunan kesadaran dan kemudian sadar dalam beberapa menit
sampai beberapa jam.
• Gangguan fungsi otonom berupa bradikardi atau takikardi, hipotensi atau hipertensi,
banyak keringat, suhu badan meningkat, atau gangguan pernafasan.
Diagnosis
A. CT Scan
CT harus menjadi diagnostik studi pertama untuk menetapkan
diagnosis SAH, karena ketersediaan siap dan kemudahan penafsiran. Ketika SAH
misdiagnosed, kesalahan diagnostik yang paling umum adalah kegagalan untuk
memperoleh CT scan. CT paling sering menunjukkan baur darah di waduk basal; dengan
lebih parah perdarahan, darah meluas ke sylvian dan celah interhemispheral, sistem
ventrikel, dan di atas convexities.
B. Lumbar Puncture
CSF biasanya terlalu berdarah. SAH dapat dibedakan dari traumatis oleh
penampilan xanthochromic (kuning-diwarnai) centrifuged supernatant. Namun,
xanthochromia dapat berlangsung hingga 12 jam, tekanan CSF hampir selalu tinggi dan
protein juga meninggi. Pada awalnya, proporsi CSF leukosit untuk eritrosit adalah bahwa
darah perifer, dengan rasio biasa 1:700. Setelah beberapa hari reaktif pleocytosis dan
kadar glucose rendah dapat berkembang dari steril meningitis kimia yang disebabkan
oleh darah. Sel darah merah dan xanthochromia menghilang sekitar 2 minggu, kecuali
perdarahan berulang.
C. Angiografi
Angiografi otak adalah prosedur diagnostik definitif untuk mendeteksi
aneurisma intrakranial dan mendefinisikan anatomi mereka. Meskipun peningkatan
ketersediaan dan gambar kualitas CT dan MRA telah memungkinkan beberapa pusat
menggunakan tes ini untuk membuat diagnosis awal, angiogram empat-vessel yang
melibatkan bilateral karotid internal dan arteri vertebralis suntikan wajib ketika tes ini
negatif. Selain itu, angiografi dilakukan selama penyisipan kumparan atau setelah aplikasi
bedah klip ini umumnya disarankan untuk mengevaluasi kecukupan aneurisma perbaikan
dan layar untuk aneurisma sekunder lebih kecil yang dapat terjawab oleh CT atau Mr
Vasospasm, trombosis lokal, atau sedikt teknik dapat mengakibatkan angiogram palsu-
negatif. Untuk alasan ini, pasien dengan angiogram negatif pada pemeriksaan pertama
harus memiliki studi lanjutan 1 untuk 2 minggu kemudian; aneurisma akan didapatkan
sekitar 5% dari kasus ini. Pengecualian aturan ini adalah pasien dengan
perimesencephalic SAH, yang biasanya tidak memerlukan angiografi. Angiogram
menunjukkan timbulnya suatu pecah aneurisma, dengan ekstravasasi bahan kontras ke
dalam ruang subarachnoid dari aspek anterosuperior dari aneurisma bilobed dalam arteri
cerebellar posteroinferior.
Terapi
Selain itu, bentuk terapi yang lebih tidak invasif adalah mengisi aneurisma dengan metal
coils (“coiling”, suatu prosedur yang menjadi bidang neuroradiologiintervensional). Coil
dihantarkan dari ujung kateter angiografik khusus, yang dimasukkan secara transfemoral
dan didorong hingga mencapai aneurisma. Coiling menghindari perlunya kraniotomi,
tetapi mungkin tidak sereliabel obliterasi aneurisma secara permanen.
Perbedaan Stroke Hemoragik dan Stroke Non Hemorhagik
STATUS PASIEN
I. Identitas Penderita
Nama : Tn. MS
Umur : 40 tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Demak
Status Pasien : Rawat Inap
Bangsal : Soka
II. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Lemah anggota gerak kanan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
I. Lokasi : Lengan dan tungkai kanan
II. Onset : Mendadak, 7 jam SMRS
III. Kualitas : Mengganggu aktivitas sehari-hari, pasien tidak dapat
berjalan, bicaranya susah
IV. Kuantitas : Mendadak
V. Faktor modifikasi
a. Faktor memperberat : Tidak ada
b. Faktor memperingan : Tidak ada
VI. Kronologi : Pada hari Senin, 29 Juli 2019 pukul 04.30 saat pasien
terbangun dari tidur, tiba tiba tidak bisa menggerakkan anggota
tubuh bagian kanannya, pasien tidak dapat berbicara. Keluhan ini
muncul kurang lebih 7 jam SMRS. Keluhan muncul secara tiba tiba
saat pasien bangun dari tidur. Sebelum keluhan muncul, pasien
mengeluh sakit kepala, keluarga memutuskan membawa pasien ke
IGD RSUD Demak, saat dibawa ke IGD kondisi pasien masih sadar.
VII. Keluhan lain : mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-), demam (-),
batuk (-), pilek (-), penurunan kesadaran (-)
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa :-
Riwayat trauma kepala :-
Riwayat penyakit HT :+
Riwayat penyakit jantung :-
Riwayar penyakit DM :-
Riwayat kolesterol :-
Riwayat alergi obat :-
Riwayat kejang :-
Riwayat stroke :-
Riwayat kemoterapi :-
4. Riwayat Keluarga
Riwayat keluhan serupa :-
Riwayat penyakit HT :+
Riwayar penyakit DM :-
5. Riwayat Sosial Ekonomi
Pengobatan menggunakan BPJS kelas III
III. Pemeriksaan Fisik
1. Status Present (29-07-2019)
Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4M6V5
Tekanan darah : 120/80 mmHg
HR : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,1oC
BB : 55 kg
TB : 165 cm
2. Status Internus
Kepala : mesocephal
Mata : Konjungtiva Anemis : (-/-) Sklera Ikterik : (-/-) Pupil :
(3mm/3mm) Refleks Cahaya : (+/+)
Thorax
o Inspeksi : simetris kanan kiri
o Palpasi : pergerakan paru simetris, stem fremitus kanan = kiri
o Perkusi : sonor seluruh lapang paru
o Auskultasi: suara dasar vesikuler (+/+)
Abdomen
o Inspeksi : datar
o Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
o Perkusi : timpani (+)
o Auskultasi: bising usus (+) normal
Extremitas
Superior Inferior
Oedem -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
3. Status Neurologis
a. Pemeriksaan Motorik
Inspeksi : tidak terdapat kelainan di ekstremitas superior et
inferior, dextra et sinistra.
Palpasi : otot kenyal, tidak ada nyeri
Badan dan Anggota Gerak
1. BADAN
MOTORIK
Respirasi : DBN
Duduk : DBN
SENSIBILITAS
Taktil : DBN
Nyeri : DBN
Thermi : Sulit dinilai
Diskriminasi 2 titik : DBN
Posisi : DBN
REFLEK
Reflek kulit perut : Sulit dinilai
Reflek kremaster : Sulit dinilai
2. ANGGOTA GERAK
MOTORIK
Motorik Superior Inferior
Pergerakan T/B T/BT
Kekuatan 222/555 111/555
Tonus Normotonus Normotonus
Klonus - -
Trofi Eutrofi Eutrofi
SENSIBILITAS
Superior Inferior
Taktil DBN DBN
Nyeri DBN DBN
Thermi Sulit dinilai Sulit dinilai
Diskriminasi 2 titik DBN DBN
Posisi DBN DBN
REFLEK FISIOLOGIS
Dx Sx
Biceps ++ ++
Triceps ++ ++
Patella ++ ++
Achilles ++ ++
REFLEKS PATOLOGIS
Hoffman - -
Trommer - -
Babinski + -
Chaddock + -
b. Gerakan-gerakan Abnormal
Tremor :-
Athetosis :-
Korea :-
Hemibalismus :-
c. Alat Vegetatif
Miksi : DC (+)
Defekasi : DBN
d. Pemeriksaan N. Cranialis
N.I ( OLFAKTORIUS) : Sulit dinilai
N II ( OPTIKUS)
tajam penglihatan : Sulit dinilai
lapang penglihatan : Sulit dinilai
melihat warna : Sulit dinilai
funduskopi : Sulit dinilai
N III ( OKULOMOTORIUS ), N IV (TROKLEARIS ), N VI
(ABDUCENS )
Dx Sx
PERGERAKAN DBN DBN
BOLA MATA
NISTAGMUS - -
EKSOFTALMUS - -
DIPLOPIA - -
N V ( TRIGEMINUS )
Dx Sx
MEMBUKA MULUT DBN DBN
N VIII (VESTIBULOCOCHLEARIS)
Dx Sx
SUARA BERBISIK DBN DBN
N IX (GLOSSOPHARINGEUS)
Pengecapan 1/3 posterior lidah : Tidak dilakukan
Sensibilitas faring : Tidak dilakukan
N X ( VAGUS )
Arkus faring : DBN
Menelan : DBN
Nadi : DBN
N XI (ACCESORIUS )
Mengangkat bahu : kanan (-), kiri (+)
Memalingkan kepala : DBN
N XII ( HYPLOGOSSUS )
Tremor lidah : Sulit dinilai
Artikulasi : Sulit dinilai
Deviasi Lidah : Lidah tidak dapat dijulurkan
Atrofi : Sulit dinilai
V. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah Rutin
Hb : 15,3 g/dL (L)
Hematokrit : 39,6% (L)
Lekosit : 11.600 /ul
Trombosit : 315.000 ul
LED 1 jam : 35 mm/jam (H)
LED 2 jam : 55 mm/jam (H)
c. Elektrolit
Kalium : 3,72 mmol/L
Natrium : 139,14 mmol/L
Kalsium : 8,82 mg/L
Klorida : 103,19 mmol/L
Magnesium : 1,9 mg/dL
d. Profil Lipid
Kolesterol total : 204 mg/dL (H)
HDL : 50 mg/dL (L)
e. Lain-lain
GDS : 128 mg/dL
CT Scan Kepala Non Kontras
Kesan:
Intra cerebral hemorrhage pada sentrum semiovale, corona radiate,
nucleus lentiformis kiri (Vol ± 41,239 cm3) dengan tanda-tanda
peningkatan tekanan intrakranial
VI. Assessment
1. Diagnosa Klinis : Hemiparesis Dextra Spastik
Paresis N.VII dextra , paresis N XII bilateral
Diagnosa Topis : Nukleus lentiformis Sinistra
Diagnosa Etiologi : Stroke Hemoragik
Siriraj score
Tingkat kesadaran : Composmentis (0 x 2,5)
Muntah : Tidak ada (0 x 2)
Nyeri kepala : Tidak ada (1 x 2)
Tekanan darah diastolik : 80 mmHg (80 x 0.01)
Ateroma : Ada (0 x 3)
Total : 0 + 0 + 0 + 0 +8 + 0 -12 = -4
Interpretasi
SS -4 = Infark serebri
Alogaritma gajah mada
Penurunan kesadaran (-)
Nyeri kepala (+)
Reflek babinski (-)
Interpretasi: Stroke Hemoragik
2. Dislipidemia
3. Hiperurisemia
VII.Terapi
1. Terapi Umum
Breathing : Bebasakan jalan nafas, oksigenasi dan ventilasi baik,
ET bila GCS 8, Alih baring miring kanan kiri 2 jam.
Blood : Menjaga agar tekanan darah stabil (fase akut jangan
langsung memberikan antihipertensi, jaga komposisi darah baik
Hb, albumin, kalium, natrium dan gula darah tetap stabil.
Brain: Jaga agar tidak timbul kejang, Bila TIK meningkat beri
manitol, cegah hipertensi.
Bowel: Jaga jumlah kalori, hindari obstipasi.
Bladder : Perhatikan mungkin adanya retensio/inkontinensia urin,
bila perlu pasang kateter.
2. Terapi Khusus
- Medikamentosa :
1. Inf. RL 20 tpm
2. Inj. Piracetam 3 x 3 gr (IV)
3. Inj. Citicolin 2 x 500 mg (IV)
4. P/O Pentoxifylline 2 x 400 mg
5. Clopidogrel 1x75mg
6. Inj. Asam Tranexamat 6 x 1 gr (IV)
7. Manitol 100 cc clam loss, kemudian Drip Manitol 8 jam
(4x100cc)
8. Allopurinol 3x100mg
9. Simvastatin 1x10mg
10. Fenofibrat 1x300 mg
- Non Medikamentosa :
Fisioterapi
Konsul Sp.PD
VIII. Edukasi
1.Edukasi mengenai penyakit stroke non hemoragik kepada keluarga baik
penjelasan tentang penyakit, prognosis, resiko serta komplikasi perawatan
2.Motivasi kepada pasien agar sabar, tawakal serta ikhlas dalam berobat, tidak
boleh menyerah dengan penyakit dan sifat suka marah nya dikurangi
3.Anjuran pada keluarga agar terus memotivasi pasien untuk sembuh dan
membantu pasien dalam melakukan activity daily life-nya
4.Penjelasan kepada pasien dan keluarga bahwa penyakit ini dapat berulang
sehingga keluarga harus rutin kontrol baik di poli saraf, poli penyakit dalam
dan rehabilitasi medik
5.Penjelasan mengenai gejala stroke ulang dan bila terdapat gejala tersebut
maka harus segera dibawa ke IGD RS
IX. Prognosa
Ad Vitam : Dubia ad Malam
Ad Sanationam : Dubia ad Malam
Ad fungsional : Dubia ad Malam