Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KOMUNIKASI PADA PASIEN DAN KELUARGA


PADA PENYAKIT KRONIS

OLEH :

NAMA:NUR HIDAYANTI
NIM :70300117043

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat ALLAH S.W.T yang telah
memberikan kita kesehatan dan ilmu sehingga kita masih sempat membuat makalah ini
walaupun kurang dari kesempurnaan.

Tak lupa juga kita mengirimkan sholawat atas Nabiullah Muhammad S.A.W sebab
berkat beliaulah yang telah memperjuangkan islam sehingga kita masih dapat mengetahui
islam yang sesungguhnya serta yang telah membawa kita dari kurangnya ilmu pengetahuan
atau pada zaman jahiliyyah menuju masa ilmu pengetahuan yang sangat banyak, sehingga
kita masih bisa merasakan ilmu-ilmu hingga menuju kesuksesan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, Amin yarobbal ‘alamin.

Makalah ini jauh dari kata sempurna, sehingga bila ada kesalahan dan kekurangan
mohon diberi kritikan dan masukan, karena sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah
SWT semata. Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua.

Samata, 10 September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian komunikasi
B. Pengertian penyakit kronik
C. Prinsip Komunikasi Terapeutik Pada Klien Penyakit Kronik
D. Langkah-Langkah Menyampaikan Berita Buruk
E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Klien Penyakit Kronik

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keterampilan komunikasi efektif merupakan salah satu kompetensi yang
mendapat sorotan dalam pelayanan kesehatan. Keterampilan ini dinilai sangat penting
dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan pendekatan patientcentered.
Komunikasi dalam bentuk verbal dan non verbal yang baik tidak hanya memberikan
pemahaman pasien mengenai penyakitnya, tetapi juga memberikan kepuasan pasien
terhadap perawatan yang dilakukan. Hal ini tentunya dapat mempengaruhi kualitas
hubungan dokter-pasien dan meningkatkan efektivitasterapi pasien (Al-Mohaimeed et
al. 2013).
Seseorang dengan penyakit kronik akan megalami rasa berduka dan
kehilangan. Sebagai seorang perawat kita harus mampu memahami hal tersebut.
Komunikasi dengan klien penyakit terminal dan kronis merupakan komunikasi yang
tidak mudah. Perawat harus memiliki pengetahuan tentang penyakit yang mereka
alami serta pengetahuan tentang proses berduka dan kehilanga.
Informasi mengenai penyakit, termasuk kondisi yang buruk adalah hak pasien.
Hal ini terkait dengan otonomi seseorang untuk mengetahui dan menentukan nasibnya
sendiri. Dengan informasi tersebut, pasien dapat mempertimbangkan langkah
selanjutnya, baik terkait dengan penatalaksanaan penyakit maupun terkait dengan
kehidupan pribadinya. Harapan pasien terhadap proses penyampaian berita buruk
bervariasi. Sebuah penelitian di Iranmenunjukkan bahwa 93% pasien yang menderita
penyakit kanker ingin mengetahui penyakitnya dan sebanyak 75,5% pasien ingin
menjadi orang pertama yang mengetahui penyakitnya (Arbabi, 2014). Sebuah
penelitian di Arab Saudi menemukan bahwa hanya 16% pasien kanker yang
memperoleh informasimengenai penyakitnya dari dokter sedangkan pada 69% kasus
lainnya, dokterlebih memilih menyampaikan berita buruk tersebut kepada
keluarganya (Al Mohaimeed et al., 2013).
Menyampaikan berita buruk dinilai sebagai salah satu tugas yang paling
kompleks dan dianggap sulit oleh para dokter praktik. Seorang dokter tidak hanya
bertugas menyampaikan berita yang buruk, tetapi juga mengelola emosi pribadi dan
pasiennya selama proses komunikasi berlangsung. Seorang dokter sering menjadi
emosional ketika menghadapi reaksi pasien dan merasa bersalah karena tidak dapat
memenuhi harapan pasien. Proses tersebut dapat membawa dokter dan pasien atau
keluarganya ke dalam situasi yang menyedihkan dan sering menjadi pengalaman
emosional yang buruk (Barnett et al., 2007).
Kompleksitas menyampaikan berita buruk dapat membuat seorang perawat
merasa cemas bahkan dapat menimbulkan efek fisiologis. Proses ini diketahuidapat
meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung. Kecemasan yangdirasakan sering
terkait dengan ketidaknyamanan dalam menghadapi reaksi pasienatau keluarganya
yang timbul selama proses berlangsung (Hulsman et al., 2010).

B. Rumusan masalah
1. Pengertian komunikasi
2. Apa pengertian penyakit kronik
3. Apa Prinsip Komunikasi Terapeutik Pada Klien Penyakit Kronik
4. Sebutkan Langkah-Langkah Menyampaikan Berita Buruk
5. Bagaimana Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Klien Penyakit
Kronik

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui mengapa komunikasi itu perlu
2. Dapat menjelaskan pengertian penyakit kronik
3. MengetahuiPrinsip Komunikasi Terapeutik Pada Klien Penyakit Kronik
4. Mengetahui Langkah-Langkah Menyampaikan Berita Buruk
6. Memahami Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Klien Penyakit
Kronik
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi
komunikasi berasal dari bahasa latin communicare,communication dan
communicatus yang berarti suatu alat yang berhubungan dengan proses
pertukaran,penyampaian,dan penerimaan berita atau informasi dari seseorang ke
orang lain.
Oleh karena itu didalam profesi keperawatan,komunikasi sangat penting karena
komunikasi merupakan alat dalam melaksanakan suatu proses keperawatan.melalui
komunikasi perawat bisa berintraksi secara efektif dengsn pasien.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar yang
bertujuan untuk membantu pasien memperjelas dan mengurangi perasaan
cemas,mengetahui keluh kesah pasien,sehingga perawat bisa mengambil tindakan apa
yang akan dilakukan terhadap pasien melalui komunikasi.
Adapun tahap komunikasi teraupetik yaitu:
1. tahap praintraksi(persiapan) merupakan tahap persiapan sebelum berintraksi
secara langsung dengan pasien, jadi seorang perawat haruslah dapat
mempersiapakan dirinya sebelum melakukan suatu tindakan.
2. Tahap perkenalan(orientasi),ditahap ini para tenaga kesehatan memiliki
kesempatan untuk menjalin hubungan yang baik dengan pasiennya.karena di
fase inilah perawat akan membentuk sikapnya terhadap pasiennya.
3. Tahap kerja,merupakan tahap yang paling penting karena setiap melakukan
tindakan seorang perawat harus tetap menerapkan komunikasi,membantu
meyakini si pasien bahwa tindakan yang akan dilakukan dapat membantu
proses penyembuhannya.
4. Tahap terminasi merupakan tahap akhir dalam berkomunikasi.
B. Pengertian penyakit kronik

Menurut WHO penyakit kronik adalah penyakit yang berdurasi lama dengan
progress kemajuan yang lambat, penyakit kronis termasuk dalam golongan penyakit
tidak menular. Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian
berjalan melalui suatu tahapam proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi
individu.
Berita buruk adalah berita (informasi) yang secara drastis dan negatif
mengubah pandangan hidup pasien tentang masa depannya. Berita buruk sering
diasosiasikan dengan suatu diagnosis terminal, namun seorang dokter keluarga
mungkin akan menghadapi banyak situasi yang termasuk dalam bagian berita buruk,
seperti hasil USG seorang ibu hamil yang menunjukkan bahwa janinnya telah
meninggal, atau gejala polidispi dan penurunan berat badan seorang remaja yang
terbukti merupakan onset diabetes.
Menyampaikan berita buruk pada pasien adalah salah satu tanggung jawab
seorang petugas medis yang harus dikerjakan dalam praktek pelayanan kesehatan.
Menyampaikan berita buruk merupakan keterampilan komunikasi yang penting dan
menantang. Terdapat kewajiban secara sosial dan moral bagi petugas medis untuk
bersikap sensitif dan tepat dalam menyampaikan berita buruk. Secara medikolegal
petugas medis berkewajiban menyampaikan atau menginformasikan diganosis yang
secara potensial berakibat fatal. Jika petugas medis tidak menyampaikan dengan
tepat, komunikasi tentang berita buruk akan berakibat pada munculnya perasaan
ketidak percayaan, kemarahan, ketakutan, kesedihan atau pun rasa bersalah pada diri
pasien. Hal-hal tersebut dapat berefek konsekuensi emosional jangka panjang pada
keluarga pasien. Terdapat hubungan yang kuat antara persepsi pasien yang menerima
informasi adekuat tentang penyakit dan pengobatannya dengan penyesuaian
psikologis pasien dalam jangka waktu yang lebih lama. Pasien yang menyadari
mereka menerima terlalu banyak atau terlalu sedikit informasi mempunyai risiko lebih
besar untuk mengalami stress atau berkembang menjadi cemas dan atau depresi.
Mengingat bahwa menyampaikan berita buruk merupakan salah satu bagian
dari komunikasi, maka dengan mempelajari dan melatih keterampilan berkomunikasi
petugas medis akan mampu menyampaikan berita buruk dengan cara yang dapat
mengurangi ketidak nyamanan dan lebih memuaskan pasien dan keluarganya.
Penyampaian berita buruk dengan sikap dan cara yang tepat dapat meningkatkan
penerimaan pasien dan keluarga tentang penyakitnya dan rencana terapi lebih lanjut,
pendorong pencapaian tujuan terapi yang realistis, memberi dukungan mental serta
menguatkan hubungan pada pasien.

C. Prinsip Komunikasi Terapeutik Pada Klien Penyakit Kronik


Seseorang dengan penyakit kronis atau dengan penyakit terminal akan
mengalamirasa berduka dan kehilangan. Sebagai seorang perawat kita harus mampu
memahami hal tersebut. Komunikasi dengan klien penyakit terminal dan kronis
merupakan komunikasi yang tidak mudah. Perawat harus memiliki pengethauan
tentang penyakit yang mereka alami serta pengetahuan tentang proses berduka dan
kehilangan. Dalam berkomunikasi perewat menggunakan konsep komunikasi
terapeutik.
Saat berkomunikasi dengan klien dengan kondisi seperti itu bisa jadi akan
timbul penolakan dari klien. Dalam menghadapi kondisi tersebut, perawat
menggunakan komunikasi terapetik. Membangun hubungan saling percaya dan caring
dengan klien dan keluarga melaui penggunaan komunikasi terapeutik membentuk
dasar bagi intervensi pelayanan paliatif (Potter dan Perry 2010).
Dalam berkomunikasi, gunakan komunikasi terbuka dan jujur, tunjukkan rasa
empati. Dengarkan dengan baik, tetap berpikiran terbuka, serta amatirespon verbal
dan nonverbal klien dan keluarga. Saat berkomunikasi mungkin saja klien akan
menghindari topic pembicaraan, diam, atau mungkin saja menolak untuk berbicara.
Hal tersebut adalah respon umum yang mungkin terjadi. Respon berduka yang normal
seperti kesedihan, mati rasa, penyangkalan, marah, membuat komunikasi menjadi
sulit. Jika klien memilih untuk tidak mendiskusikan penyakitnya saat ini, perawat
harus mengizinkan dan katakana bahwa klien bisa kapan saja mengungkapkannya.
Beberapa klien tidak akan mendiskusikan emosi karena alasan pribadi atau budaya,
dan klien lain ragu – ragu untuk mengungkapkan emosi mereka karena orang lain
akan meninggalkan mereka (Buckley dan Herth, 2004 dikutip dari potter dan perry
2010).
Memberi kebebasan klien memilih dan menghormati keputusannya akan
membuat hubungan terapeutik dengan klien berkembang. Terkadang klien perlu
mengatasi berduka mereka sendirian sebelum mendiskusikannya dengan orang lain.
Ketika klien ingin membicarakan tentang sesuatu, susun kontrak waktu dan tempat
yang tepat.

D. Langkah-Langkah menyampaikan berita buruk


Penelitian pada anggota keluarga pasien yang selamat dari kematian yang
traumatik menunjukkan, bahwa hal terpenting dari penyampaian berita buruk adalah
attitude (sikap dan perilaku) penyampai berita, informasi yang jelas, privasi dan
kemampuan penyampai berita menjawab pertanyaan.
1. Persiapan
Pahami anda sendiri sebagai perawat dan siapkan diri anda dengan berbagai
macam informasi yang paling baik dalam menyampaikan berita buruk adalah
dengan bertemu langsung dengan orang yang kita tuju. Menyampaikan denagn
tidak jelas dan menakutkan hendaknya di hindari seperti : “Ibu, datanglah segera,
saya mempunyai sesuatu yang harus saya katakan kepada anda”.
Selain itu alangkah lebih baiknya jika perawat menyediakan tempat duduk
bagi perawat, dokter dan orang yang akan di ajak bicara, duduk dan tampakkan
bahwa anda memberikan perhatian dan tidak dalam keadaan tergesa gesa. Cegah
berbicara sambil berlari atau di tempat yang tidak semestinya misal : koridor
rumah sakit yang banyak orang. Beritahukan rekan anda bahwa anda tidak bisa di
ganggu selagi anda menyampaikan berita kepada pasien. Atur suara agar anda
terlihat normal, tidak grogi, atau bergetar.
2. Membuat hubungan
Buatlah percakapan awal, walaupun anda mengira bahwa orang yang akan
anda ajak bicara sudah memiliki firasat apa yang akan anda sampaikan. Beberapa
tugas penting di awal: Percakapan awal Perkenalkan diri anda dan orang-orang
bersama anda, jika di sana terdapat orang yang elum di ketahui oleh perawat maka
cari tahu siapa dia. Kaji status resipien (orang yang anda tuju untuk dikabarkan
dengan kabar buruk) Tanyakan kabar atau kenyamanan dan kebutuhannya. Anda
harus mengkaji tentang pemahaman resipien terhadap situasi. Hal ini akan
membantu perawat dalam membuat transisi dalam menyampaikan kabar buruk
dan akan membantu perawat dalam mengkaji persepsi pasien terhadap keadaan.
Perawat dapat mengutarakan pertanyaan seperti “mengapa tes itu di lakukan?”
3. Berbagi cerita
Ada kiasan bahwa kabar buruk adalah seperti bom. Yang radiasinya akan
mengenai semua yang ada lingkungannya. Bicara pelan Berikan peringatan awal
“saya takut saya mempunyai kabar yang kurang baik untuk anda.... Kalimat
hendaknya singkat dan beberapa kalimat pendek saja.
4. Akibat dari berita
a. Tunggu reaksi dan tenang, misal : menangis, pingsan dll
b. Lihat dan berikan respon sebagai tanda empati. Perawat bisa menyampaikan
“Saya paham, hal ini sulit bagi anda. Apa yang ada dalam pikiran anda saat
ini”
c. Ikuti dan perhatikan resipien selanjutnya. Anda dapat membantu resipien agar
dapat menguasai kontrol dengan menanyakan “Apakah anda membutuhkan
informasi baru atau kita bisa bicara di kemudian?”
d. Berikan perhatian dan hormati perasaan dan kebutuhan diri perawat Sering
kali perawat merasa berat hati dan merasa stres ketika menyampikan brita
buruk. Oleh karna itu berbagi pengalaman dan perasaan terhadap teman
sejawat sangat di perlukan dan bisa sebagai support system bagi diri anda
sendiri.

E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Klien Penyakit Kronik


Fase kehilangan dan teknik komunikasi terapeutik :
Tiap fase yang dialami oleh klien kronis memiliki karakteristik yang berbeda
sehingga perawat diharapkan juga memberikan respon berbeda yang sesuai. Dalam
berkomunikasi, perawat harus memperhatikan fase mana yang sedang dihadapi klien
sehingga mudah bagi perawat menyesuaikan diri dengan fase kehilangan yang dialami
klien.
1. Fase Denial (Pengingkaran)
Reaksi pertama yang dialami individu saat kehilangan adalah syok, tidak
percaya atau menolak kenyataan bahwa kehilangan itu terjadi dengan mengatakan,
“Tidak,saya tidak percaya itu terjadi”. Bagi klien atau keluarga yang mengalami
penyakit kronis akan terus menerus mencari informasi tambahan. Reaksi fisik
yang terjadi pada fase pengingkaran adalah letih, lemah, pucat, mual, diare,
gangguan pernapasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, tidak tahu harus
berbuat apa. Reaksi tersebut dapat berlangsung beberapa menit sampai dengan
beberapa tahun.
Teknik komunikasi yang digunakan:
a. Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping yang konstruktif dalam
menghadapi kehilangan
b. Selalu berada di dekat klien dan keluarga
c. Pertahankan kontak matab.
2. Fase Anger (Marah)
Fase ini dimulai dari timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya
kehilangan. Individu menunjukkan perasaan emosi yang meningkat, yang sering
diproyeksikan kepada orang yang ada di sekitanya atau pada diri sendiri. Tidak
jarang klien/ keluarga menunjukkan perilaku agresif, bicara kasar, menolak
pengobatan, atau menyalahkan dokter atau perawat yang merawatnya. Respon
fisik yang sering terjadi seperti muka merah,nadi cepat, gelisah, susah tidur.
Teknik komunikasi yang digunakan:
a. Memberikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaannya
b. Mendengarkan aktif
c. Menggunakan teknik respek
3. Fase Bargaining (Tawar-Menawar)
Apabila individu sudah mampu memgungkapkan rasa marahnya secara
intensif, maka ia akan maju pada fase tawar-menawar dengan memohon
kemurahan hati Tuhan. Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata: “Kalau
saja kejadian ini bisa ditunda, maka saya akan selalu berdoa”. Apabila proses ini
dialami oleh keluarga, maka pernyataan yang sering dijumpai seperti, “Kalau saja
yang sakit bukan anak saya..”
Teknik komunikas yang digunakan:
a. Mmberikan kesempatan untuk menawar
b. Menanyakan apa yang klien/keluarga inginkan
4. Fase Depression
Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri, tidak
mau berbicara, kadang bersikap sebagai pasien yang baik dan penurut atau dengan
ungkapan keputusasaan, perasaan tidak berharga. Gejala fisik yang sering
diperlihatkan seperti menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
Teknik komunikasi yang digunakan:
a. Biarkan klien/ keluarga mengekspresikan kesedihannya
b. Memberikan support pada klien/ keluarga
5. Fase Acceptance (Penerimaan)
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Fase menerima
biasanya dinyatakan dengan kata-kata, “Apa yang dapat saya lakukan agar saya
cepat sembuh?”. Apabila individu dapat menyelesaikan fase-fase sebelumnya dan
sampai pada fase damai atau penerimaan, maka akan dapat mengakhiri proses
berduka dan mengatasi perasaan kehilangannya secara tuntas. Akan tetapi, bila
individu tetap berada pada salah satu fase, akan sulit baginya untuk sampai
menerima suatu kehilangan. Teknik komunikasi yang dapat digunakan perawat:
Sediakan waktu untuk mendiskusikan perasaan klien/keluarga terhadap kejadian
kehilangan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit kronik adalah penyakit yang berdurasi lama dengan progress
kemajuan yang lambat, penyakit kronis termasuk dalam golongan penyakit tidak
menular.Berita buruk adalah berita (informasi) yang secara drastis dan negatif
mengubah pandangan hidup pasien tentang masa depannya.
Menyampaikan berita buruk pada pasien adalah salah satu tanggung jawab
seorang petugas medis yang harus dikerjakan dalam praktek pelayanan kesehatan.
Menyampaikan berita buruk merupakan keterampilan komunikasi yang penting dan
menantang. Terdapat kewajiban secara sosial dan moral bagi petugas medis untuk
bersikap sensitif dan tepat dalam menyampaikan berita buruk.
Langka-langka menyampaikan berita buruk yaitu, persiapan, membuat
hubungan, berbagi cerita, dan akibat dari berita.
DAFTAR PUSTAKA

buku rika.pdf filename_0=filenam S2-2016-337389-intr


e-0=Makalah Yuli - BREAKING BAD NEWS oduction.pdf
- Bidan - Wonos.pdf

58-113-1-SM.pdf 3264-6297-1-SM.pd
f

Anda mungkin juga menyukai