IMPETIGO
IMPETIGO
PENDAHULUAN
Penyakit ini sering terjadi pada neonatus, bayi dan anak. Sebanyak 90%
penderita impetigo Bullosa adalah anak-anak usia dibawah 2 tahun. Namun bisa
juga ditemukan pada orang dewasa yang memiliki imunitas rendah. Impetigo ini
sering muncul di daerah kulit wajah, lengan dan tungkai. Pada orang dewasa,
impetigo bisa terjadi setelah penyakit kulit lainnya, bisa juga terjadi setelah suatu
infeksi saluran pernafasan atas (misalnya flu atau infeksi virus lainnya).
1. 2 RUMUSAN MASALAH
1|IMPETIGO
1. Apa definisi dari impetigo ?
2. Bagaimanakah etiologi dari impetigo ?
3. Bagaimana patofisiologi dari impetigo ?
4. Apa saja manifestasi klinis dari impetigo ?
5. Apa saja klasifikasi dari impetigo ?
6. bagaimana penatalaksanaan klinis dari impetigo ?
7. Bagaimana WOC dari impetigo ?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada penderita impetigo ?
1. 3 TUJUAN
A. Tujuan umum :
Mengetahui secara menyeluruh mengenai konsep teori dan konsep asuhan
keperawatan dari impetigo.
B. Tujuan khusus :
1. Mengetahui apa definisi dari impetigo.
2. Mengetahui etiologi dari impetigo.
3. Mengyetahui klasifikasi impetigo.
4. Mengetahui patofisiologi dari impetigo.
5. apa saja manifestasi klinis dari impetigo.
6. Mengetahui bagaimana penatalaksanaan klinis dari impetigo.
7. Mengetahui Bagaimana WOC dari impetigo.
8. Mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan pada penderita
pneumonia.
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 DEFINISI
2|IMPETIGO
Impetigo adalah salah satu contoh pioderma, yang menyerang lapisan
epidermis kulit (Djuanda, 56:2005).
Impetigo bisa terjadi akibat trauma superficial yang membuat robekan kulit
dan paling sering merupakan penyakit penyerta (secondary infection) dari Pediculosis,
Skabies, Infeksi jamur, dan pada Insect bites (Beheshti, 2:2007).
2. 2 ETIOLOGI
2. 3 KLASIFIKASI
3|IMPETIGO
Impetigo krustosa hanya terdapat pada anak-anak, paling sering muncul
di muka, yaitu di sekitar hidung dan mulut. Kelainan kulit berupa eritema dan
vesikel yang cepat memecah sehingga penderita datang berobat yang terlihat
adalah krusta tebal berwarna kuning seperti madu. Jika dilepaskan tampak
erosi dibawahnya. Jenis ini biasanya berawal dari luka warna merah pada
wajah anak, dan paling sering di sekitar hidung dan mulut. Luka ini cepat
pecah, berair dan bernanah, yang akhirnya membentuk kulit kering berwarna
kecoklatan. Bekas impetigo ini bisa hilang dan tak menyebabkan kulit seperti
parut. Luka ini bisa saja terasa gatal tapi tak terasa sakit. Impetigo jenis ini
juga jarang menimbulkan demam pada anak, tapi ada kemungkinan
menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening pada area yang terinfeksi.
Dan karena impetigo sangat mudah menular, makanya jangan menyentuh atau
menggaruk luka karena dapat menyebarkan infeksi ke bagian tubuh lainnya.
Impetigo jenis ini utamanya menyerang bayi dan anak di bawah usia 2
tahun. Namun ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Impetigo bulosa
terdapat pada anak dan juga pada orang dewasa, paling sering muncul di
ketiak, dada, dan punggung. Kelainan kulit berupa eritema, vesikel, dan bula.
Kadang-kadang waktu penderita datang berobat, vesikel atau bula telah pecah.
Impetigo ini meski tak terasa sakit, tapi menyebabkan kulit melepuh berisi
cairan. Bagian tubuh yang diserang seringkali badan, lengan dan kaki. Kulit di
sekitar luka biasanya berwarna merah dan gatal tapi tak terasa sakit. Luka
akibat infeksi ini dapat berubah menjadi koreng dan sembuhnya lebih lama
ketimbang serangan impetigo jenis lain
2. 4 PATOFISIOLOGI
2. 5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Bila diperlukan dapat memeriksa isi vesikel dengan pengecatan gram untuk
menyingkirkan diagnosis banding dengan gangguan infeksi gram negatif. Bisa
5|IMPETIGO
dilanjutkan dengan tes katalase dan koagulase untuk membedakan antara
Staphylococcus dan Streptococcus (Brooks, 332:2005).
2. 6 MANIFESTASI KLINIS
a. Impetigo Krustosa
Tempat predileksi tersering pada impetigo krustosa adalah di wajah,
terutama sekitar lubang hidung dan mulut, karena pada daerah tersebut
dianggap sumber infeksi. Tempat lainnya yang dapat terkena, yaitu anggota
gerak (kecuali telapak tangan dan kaki), dan badan, tetapi umumnya terbatas,
walaupun penyebaran luas dapat terjadi (Boediardja, 2005; Djuanda, 2005).
Biasanya mengenai anak pra sekolah. Gatal dan rasa tidak nyaman
dapat terjadi, tetapi tidak disertai gejala konstitusi. Pembesaran kelenjar limfe
regional lebih sering disebabkan oleh Streptococcus.
Kelainan kulit didahului oleh makula eritematus kecil, sekitar 1-2 mm.
Kemudian segera terbentuk vesikel atau pustule yang mudah pecah dan
meninggalkan erosi. Cairan serosa dan purulen akan membentuk krusta tebal
berwarna kekuningan yang memberi gambaran karakteristik seperti madu
(honey colour). Lesi akan melebar sampai 1-2 cm, disertai lesi satelit
disekitarnya. Lesi tersebut akan bergabung membentuk daerah krustasi yang
lebar. Eksudat dengan mudah menyebar secara autoinokulasi (Boediardja,
2005).
b. Impetigo Bulos
Tempat predileksi tersering pada impetigo bulosa adalah di ketiak,
dada, punggung. Sering bersama-sama dengan miliaria. Terdapat pada anak
dan dewasa. Kelainan kulit berupa vesikel (gelembung berisi cairan dengan
diameter 0,5cm) kurang dari 1 cm pada kulit yang utuh, dengan kulit sekitar
normal atau kemerahan. Pada awalnya vesikel berisi cairan yang jernih yang
berubah menjadi berwarna keruh. Atap dari bulla pecah dan meninggalkan
gambaran “collarette” pada pinggirnya. Krusta “varnishlike” terbentuk pada
bagian tengah yang jika disingkirkan memperlihatkan dasar yang merah dan
basah. Bulla yang utuh jarang ditemukan karena sangat rapuh (Yayasan Orang
Tua Peduli, 1:2008).
Bila impetigo menyertai kelainan kulit lainnya maka, kelainan itu
dapat menyertai dermatitis atopi, varisela, gigitan binatang dan lain-lain. Lesi
dapat lokal atau tersebar, seringkali di wajah atau tempat lain, seperti tempat
6|IMPETIGO
yang lembab, lipatan kulit, ketiak atau lipatan leher. Tidak ada pembengkakan
kelenjar getah bening di dekat lesi. Pada bayi, lesi yang luas dapat disertai
dengan gejala demam, lemah, diare. Jarang sekali disetai dengan radang paru,
infeksi sendi atau tulang.
2. 7 PENATALAKSANAAN
ASUHAN KEPERAWATAN
3. 1 PENGKAJIAN
a. Identitas penderita dan identitas orang tua (mencakup : nama, jenis
kelamin, umur, suku, agama, pekerjaan, alamat)
b. Keluhan utama. Misalnya luka garukan di regio lumbal posterior dekstra.
7|IMPETIGO
c. Riwayat penyakit sekarang. Misalnya : menurut ibu pasien mulai 10 hari
yang lalu pasien mengeluhkan gatal pada regio lumbal posterior dekstra,
tanpa adanya keluhan gatal di daerah lain. Awalnya muncul vesikel, karena
gatal, lalu digaruk oleh pasien kemudian vesikel pecah dan menimbulkan
kerak.vesikel-vesikel semakin lama semakin bertambah banyak dan
menyebar.pasien sudah dibawa berobat ke dokter, diberi salep dan tablet
namun keluhan tidak berkurang.akhirnya pasien berobat ke rsud.
d. Riwayat penyakit dahulu. Misalnya : pasien tidak pernah menderita
penyakit seperti ini sebelumnya.
e. Riwayat penyakit keluarga. Ada atau tidak yang menderita penyakit yang
sama dengan pasien.
f. Riwayat pengobatan. Tanyakan, apakah pernah berobat ke dokter umum?
Apakah keluhan berkurang setelah diberi obat?.
g. Riwayat alergi. Kaji apakah ada riwayat alergi makanan atau obat atau jenis
alergi lainnya.
8|IMPETIGO
3.3 Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil :
Rencana Tindakan
Intervensi Rasional
Potong kuku dan jaga kebersihan Untuk menghindari luka atau lesi
9|IMPETIGO
tangan klien semakin parah karena kuku yang
pendek akan mengurangi garukan
Jaga kebersihan kulit agar tetap Kulit yang bersih dan kering akan
bersih dan kering menghindari perkembangbiakan
dari bakteri
Mandikan klien dengan air hangat Air hangat akan mengurangi ruam
dan sabun (antiseptic) merah dan membunuh bakteri.
Sabun antiseptic akan mengurangi
atau membunuh bakteri pada kulit
Kriteria Hasil :
Rencana Tindakan :
10 | I M P E T I G O
Intervensi Rasional
Kriteria Hasil :
Rencana Tindakan :
Intervensi Rasional
11 | I M P E T I G O
kompres pada area kulit yang gatal yang gatal dapat mengurangi rasa
gatal
Kriteria Hasil :
Rencan Tindakan :
Intervensi Rasional
12 | I M P E T I G O
5. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun
Kriteria Hasil :
Rencana Tindakan :
Intervensi Rasional
Ajarkan klien pola hidup bersih Agar klien dapat mengerti pola
yang baik hidup bersih yang baik dan dapat
menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Jelaskan kepada klien dan keluarga Agar klien dan keluarga dapat
tentang proses penularan penyakit mencegah dan menghindari
dan faktor yang mempengaruhi adanya penularan penyakit.
penularan.
Kriteria Hasil :
13 | I M P E T I G O
Suhu tubuh klien kembali normal pada 36,5 0C
Rencana Tindakan :
Intervensi Rasional
Topik : Impetigo
a. TUJUAN UMUM
14 | I M P E T I G O
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan mahasiswa S1-Keperawatan 5B mampu
mengetahui cara – cara pencegahan Impetigo dan dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari – hari.
B. TUJUAN KHUSUS
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit mahasiswa S1-Keperawatan 5B
mampu :
C. MATERI
1. Pengertian Impetigo
2. Penyebab Impetigo
3. Cara Penanganan/ penatalaksanaan Impetigo
4. Pencegahan Impetigo
D. METODA
Ceramah Dan Tanya Jawab
E. MEDIA
Leaflet dan alat peraga.
A. EVALUASI :
Dilakukan setelah ceramah diberikan dengan mengacu pada tujuan yang telah
ditetapkan
2. PENYEBAB IMPETIGO
15 | I M P E T I G O
a. Personal hygiene yang buruk
b. Daya tahan tubuh yang menurun
c. penyebaran infeksi ke bagian tubuh lainnya yang disebabkan menggaruk/
menyentuh secara langsung luka penderita Impetigo.
4. PENCEGAHAN IMPETIGO
a. Mengatur pola makanan yang sehat
b. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktifitas.
c. Menghindari memakai handuk/pakaian yang bergantian
d. Sering melakukan aktifitas olahraga
Surabaya, 01 April
2015
Mengetahui,
Pembimbing
16 | I M P E T I G O
BAB IV
WEB OF CAUSATION (WOC)
17 | I M P E T I G O
BAB V
ASPEK LEGAL ETIK
18 | I M P E T I G O
5.1 Prinsip Etik
a. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir
logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap
kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki
berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain.
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang
menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat
perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang
perawatan dirinya.
b. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.
Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip
ini dengan otonomi.
c. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang
lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai
ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk
terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar
untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis
selama perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien dan keluarga.
e. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap
klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.
Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,
komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien
tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama
menjalani perawatan.
f. Menepati janji (Fidelity)
19 | I M P E T I G O
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah
kewajiban seseorang perawat untuk mempertahankan komitmen yang
dibuatnya kepada pasien.
g. Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus
dijaga privasinya. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan
kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak
ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan
oleh klien dengan bukti persetujuan.
h. Akuntabilitas (Accountabiliy)
Akuntabilitas merupakan tandar yang pasti bahwa tindakan seorang
profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali
(Dalami, 2010).
5.3 Analisa
Dalam pengobatan impetigo bullosa maupun krustosa pasien akan terus
menerus menggunkan obat salep 3-4x dalam sehari, ini tentu akan membuat pasien
merasa tidak nyaman,serta pasien akan merasa malu dan terkucilkan karena luka yang
diakibatkan impetigo yaitu bersifat merusak jaringan kulit, melepuh, bernanah dan
menjadi keropeng, serta obat yang digunakan akan menghasilkan efek samping
seperti mual muntah, ngantuk, dan alergi untuk yang memiliki imun rendah.
Hal ini peran perawat yaitu memliki jiwa Keadilan (Justice) Prinsip keadilan
dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung
prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek
20 | I M P E T I G O
profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar
praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
Dalam pelaksanaannya perawat tidak boleh membeda – bedakan antara pasien
satu dengan pasie yang lain, karena mereka memiliki hak untuk sehat yang sama,
untuk itu perawat harus memeperlakukan pasen secara baik dan benar sesuai prosedur
pengobatan yang ada.
BAB VI
LAMPIRAN JURNAL
7. 1 Analisis Jurnal
mengenai epidermis superfi sial, disebabkan oleh Staphylococcus aureus, dan bersifat
paling sering tipe 71. Strain ini memiliki toksin yang dapat menyebabkan
ekstre- mitas, dada, punggung, dan daerah yang tidak tertutup pakaian. Kelainan kulit
diawali dengan makula eritematosa yang dengan cepat akan menjadi vesikel, bula dan
21 | I M P E T I G O
bula hipopion. Impetigo bulosa berisi cairan jernih ke- kuningan berisi bakteri
bagian tengah eritema (koleret), dan cepat mengering. Lesi dapat melebar membentuk
gambaran polisiklik. Sering kali bula sudah pecah saat berobat, sehingga yang tampak
ialah lesi koleret dengan dasar eritematosa. Pasien berusia di bawah 1 tahun atau bayi,
akan tampak rewel karena rasa nyeri di kulit membuat pasien merasa tidak nyaman.
Keadaan umum biasanya baik. Pada keadaan ini, bayi yang mengalami impetigo baik
penularannya, namun penyakit ini tidak begitu mengancam nyawa jika faktor-faktor
pencetus dapat segera diatasi dan diobati. Faktor resiko berupa hygiene yang buruk
fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada tubuh bayi bagian punggung terdapat lesi
diskret berukuran nummular dengan batasan tegas, sebagian terlihat kering. Juga
didapati bula hipopion, krusat medikamentosa, krusata serosa, plak eritema dengan
skuama kolaret dan erosi. Pasien tidak mengalami demam, dan pada pemeriksaan
metode pewarnaan gram. Diagnosis differensial dari pasien bayi ini adalah impetigo
medikamentosa pada pasien yaitu akibat pemberian obat topical, sedangkan pada
impetigo krustosa, krusta terlihat tebal dan berwarna kuning disebabkan oleh
22 | I M P E T I G O
Dalam penatalaksanaannya pasien diberi kompres NaCl 0,9% trbuka dan asam
fusidat sebagai antiseptic topical setelah lesi kering. Untuk pengobatan sistemiknya
waktu obat ini berkisar 8 jam, obat ini dapat membunuh bakteri gram positif.
Pemberian edukasi pada orangtua pasien juga dilakukan seperti penggantian baju tiap
23 | I M P E T I G O
24 | I M P E T I G O
BAB VII
PENUTUP
7. 1 KESIMPULAN
7. 2 SARAN
25 | I M P E T I G O
Untuk mencapai asuhan keperawatan dalam merawat klien, pendekatan
dalam proses keperawatan harus dilakukan secara sistematis.
26 | I M P E T I G O