Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pioderma merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai. Penyebab


terjadinyainfeksi kulit diakibatkan oleh bakteri gram positif, dapat pula disebabkan
bakteri gram negatif. Misalnya Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris, Proteus
mirabilis, E. coli dan Klebsiella. Penyebab yang umum ialah bakteri gram positif,
seperti Streptokokus dan Stafilokokus.

Impetigo, merupakan salah satu bentuk pioderma yang paling sering


menyerang anak-anak, terutama yang kurang menjaga kebersihan tubuhnya dan
dapat muncul di bagian tubuh manapun setelah terjadi cidera pada kulit, seperti
luka maupun pada infeksi virus herpes simpleks.

Penyakit ini sering terjadi pada neonatus, bayi dan anak. Sebanyak 90%
penderita impetigo Bullosa adalah anak-anak usia dibawah 2 tahun. Namun bisa
juga ditemukan pada orang dewasa yang memiliki imunitas rendah. Impetigo ini
sering muncul di daerah kulit wajah, lengan dan tungkai. Pada orang dewasa,
impetigo bisa terjadi setelah penyakit kulit lainnya, bisa juga terjadi setelah suatu
infeksi saluran pernafasan atas (misalnya flu atau infeksi virus lainnya).

Di Amerika Serikat, kurang lebih 9 – 10 % dari anak-anak yang datang ke


klinik kulit menderita impetigo. Perbandingan antara jenis kelamin laki-laki dan
perempuan adalah sama. Impetigo lebih sering menyerang anak-anak, jenis yang
terbanyak (kira-kira 90%) adalah impetigo bullosa yang terjadi pada anak yang
berusia kurang dari 2 tahun.

1. 2 RUMUSAN MASALAH
1|IMPETIGO
1. Apa definisi dari impetigo ?
2. Bagaimanakah etiologi dari impetigo ?
3. Bagaimana patofisiologi dari impetigo ?
4. Apa saja manifestasi klinis dari impetigo ?
5. Apa saja klasifikasi dari impetigo ?
6. bagaimana penatalaksanaan klinis dari impetigo ?
7. Bagaimana WOC dari impetigo ?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada penderita impetigo ?

1. 3 TUJUAN

A. Tujuan umum :
Mengetahui secara menyeluruh mengenai konsep teori dan konsep asuhan
keperawatan dari impetigo.
B. Tujuan khusus :
1. Mengetahui apa definisi dari impetigo.
2. Mengetahui etiologi dari impetigo.
3. Mengyetahui klasifikasi impetigo.
4. Mengetahui patofisiologi dari impetigo.
5. apa saja manifestasi klinis dari impetigo.
6. Mengetahui bagaimana penatalaksanaan klinis dari impetigo.
7. Mengetahui Bagaimana WOC dari impetigo.
8. Mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan pada penderita
pneumonia.

BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 DEFINISI

2|IMPETIGO
Impetigo adalah salah satu contoh pioderma, yang menyerang lapisan
epidermis kulit (Djuanda, 56:2005).

Impetigo bisa terjadi akibat trauma superficial yang membuat robekan kulit
dan paling sering merupakan penyakit penyerta (secondary infection) dari Pediculosis,
Skabies, Infeksi jamur, dan pada Insect bites (Beheshti, 2:2007).

2. 2 ETIOLOGI

Impetigo disebabkan oleh Staphylococcus Aureus atau Group A Beta


Hemolitik Streptococcus (Streptococcus pyogenes). Staphylococcus merupakan
pathogen primer pada impetigo bulosa dan ecthyma (Beheshti, 2:2007).
Staphylococcus merupakan bakteri sel gram positif yang memiliki bentuk
bulat dan berukuran 1 µm, biasanya tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur,
kokus tunggal, berpasangan, tetrad, dan berbentuk rantai juga bisa didapatkan.
Cara kerja Staphylococcus dengan melakukan pembelahan diri dan menyebar
luas masuk ke dalam jaringan dan melalui produksi beberapa bahan ekstraseluler.
Bahan-bahan tersebut berupa enzim dan yang lain berupa toksin meskipun fungsinya
adalah sebagai enzim. Staphylococcus dapat menghasilkan beberapa bahan seperti
katalase, koagulase, hyaluronidase, eksotoksin, lekosidin, toksin eksfoliatif, toksik
sindrom syok toksik, dan enterotoksin.
Streptococcus mempunyai karakteristik dapat berbentuk pasangan atau rantai
selama pertumbuhannya. Lebih dari 20 produk ekstraseluler yang antigenic termasuk
dalam grup A, (Streptococcus pyogenes) diantaranya adalah Streptokinase,
streptodornase, hyaluronidase, eksotoksin pirogenik, disphosphopyridine
nucleotidase, dan hemolisin.

2. 3 KLASIFIKASI

a. Impetigo contagiosa (tanpa gelembung cairan, dengan krusta / keropeng /


koreng)

3|IMPETIGO
Impetigo krustosa hanya terdapat pada anak-anak, paling sering muncul
di muka, yaitu di sekitar hidung dan mulut. Kelainan kulit berupa eritema dan
vesikel yang cepat memecah sehingga penderita datang berobat yang terlihat
adalah krusta tebal berwarna kuning seperti madu. Jika dilepaskan tampak
erosi dibawahnya. Jenis ini biasanya berawal dari luka warna merah pada
wajah anak, dan paling sering di sekitar hidung dan mulut. Luka ini cepat
pecah, berair dan bernanah, yang akhirnya membentuk kulit kering berwarna
kecoklatan. Bekas impetigo ini bisa hilang dan tak menyebabkan kulit seperti
parut. Luka ini bisa saja terasa gatal tapi tak terasa sakit. Impetigo jenis ini
juga jarang menimbulkan demam pada anak, tapi ada kemungkinan
menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening pada area yang terinfeksi.
Dan karena impetigo sangat mudah menular, makanya jangan menyentuh atau
menggaruk luka karena dapat menyebarkan infeksi ke bagian tubuh lainnya.

b. Bullous impetigo (dengan gelembung berisi cairan)

Impetigo jenis ini utamanya menyerang bayi dan anak di bawah usia 2
tahun. Namun ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Impetigo bulosa
terdapat pada anak dan juga pada orang dewasa, paling sering muncul di
ketiak, dada, dan punggung. Kelainan kulit berupa eritema, vesikel, dan bula.
Kadang-kadang waktu penderita datang berobat, vesikel atau bula telah pecah.
Impetigo ini meski tak terasa sakit, tapi menyebabkan kulit melepuh berisi
cairan. Bagian tubuh yang diserang seringkali badan, lengan dan kaki. Kulit di
sekitar luka biasanya berwarna merah dan gatal tapi tak terasa sakit. Luka
akibat infeksi ini dapat berubah menjadi koreng dan sembuhnya lebih lama
ketimbang serangan impetigo jenis lain

2. 4 PATOFISIOLOGI

Infeksi akibat Staphylococcus aureus atau Group A Beta Hemolitik


Streptococcus dimana sebelumnya diketahui bakteri-bakteri tersebut dapat
menyebabkan penyakit berkat kemampuannya mengadakan pembelahan dan
4|IMPETIGO
menyebar luas ke dalam jaringan dan melalui produksi beberapa bahan ekstraseluler.
Beberapa dari bahan tersebut adalah enzim dan yang lain berupa toksin meskipun
fungsinya adalah sebagai enzim. Staphylococcus dapat menghasilkan katalase,
koagulase, hyaluronidase, eksotoksin, lekosidin, toksin eksfoliatif, toksik sindrom
syok toksik, dan enterotoksin. Toksin yang dihasilkan bakteri staph ini dapat
menyebabkan impetigo menyebar ke area lainnya. Toksin ini menyerang protein yang
membantu mengikat sel-sel kulit. Sehingga membuat protein ini rusak, dan semakin
memudahkan bakteri menyebar dengan cepat. Dan enzim yang dikeluarkan oleh Stap
akan membuat struktur kulit rusak dan akan timbul rasa gatal yang dapat
menyebabkan terbentuknya lesi pada kulit.
Pada awalnya, rasa gatal dengan lesi berbentuk berupa makula eritematosa
yang berukuran 1-2 mm, kemudian berubah menjadi bula atau vesikel. Pada Impetigo
contagiosa Awalnya berupa warna kemerahan pada kulit (makula) atau papul
(penonjolan padat dengan diameter <0,5cm) yang berukuran 2-5 mm. Lesi papul
segera menjadi vesikel atau pustul (papula yang berwarna keruh/mengandung
nanah/pus) yang mudah pecah dan menjadi papul dengan keropeng/koreng berwarna
kunig madu dan lengket yang berukuran <2cm dengan kemerahan minimal atau tidak
ada kemerahan disekelilingnya, sekret seropurulen kuning kecoklatan yang kemudian
mengering membentuk krusta yang berlapis-lapis. Krusta mudah dilepaskan, di bawah
krusta terdapat daerah erosif yang mengeluarkan sekret, sehingga krusta akan kembali
menebal. Sering krusta menyebar ke perifer dan menyembuh di bagian tengah.
Kemudian pada Bullous impetigo bula yang timbul secara tiba tiba pada kulit yang
sehat dari plak (penonjolan datar di atas permukaan kulit) merah, berdiameter 1-5cm,
pada daerah dalam dari alat gerak (daerah ekstensor), bervariasi dari miliar sampai
lentikular dengan dinding yang tebal, dapat bertahan selama 2 sampai 3 hari. Bila
pecah, dapat menimbulkan krusta yang berwarna coklat, datar dan tipis.

2. 5 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Bila diperlukan dapat memeriksa isi vesikel dengan pengecatan gram untuk
menyingkirkan diagnosis banding dengan gangguan infeksi gram negatif. Bisa

5|IMPETIGO
dilanjutkan dengan tes katalase dan koagulase untuk membedakan antara
Staphylococcus dan Streptococcus (Brooks, 332:2005).

2. 6 MANIFESTASI KLINIS

a. Impetigo Krustosa
Tempat predileksi tersering pada impetigo krustosa adalah di wajah,
terutama sekitar lubang hidung dan mulut, karena pada daerah tersebut
dianggap sumber infeksi. Tempat lainnya yang dapat terkena, yaitu anggota
gerak (kecuali telapak tangan dan kaki), dan badan, tetapi umumnya terbatas,
walaupun penyebaran luas dapat terjadi (Boediardja, 2005; Djuanda, 2005).
Biasanya mengenai anak pra sekolah. Gatal dan rasa tidak nyaman
dapat terjadi, tetapi tidak disertai gejala konstitusi. Pembesaran kelenjar limfe
regional lebih sering disebabkan oleh Streptococcus.
Kelainan kulit didahului oleh makula eritematus kecil, sekitar 1-2 mm.
Kemudian segera terbentuk vesikel atau pustule yang mudah pecah dan
meninggalkan erosi. Cairan serosa dan purulen akan membentuk krusta tebal
berwarna kekuningan yang memberi gambaran karakteristik seperti madu
(honey colour). Lesi akan melebar sampai 1-2 cm, disertai lesi satelit
disekitarnya. Lesi tersebut akan bergabung membentuk daerah krustasi yang
lebar. Eksudat dengan mudah menyebar secara autoinokulasi (Boediardja,
2005).
b. Impetigo Bulos
Tempat predileksi tersering pada impetigo bulosa adalah di ketiak,
dada, punggung. Sering bersama-sama dengan miliaria. Terdapat pada anak
dan dewasa. Kelainan kulit berupa vesikel (gelembung berisi cairan dengan
diameter 0,5cm) kurang dari 1 cm pada kulit yang utuh, dengan kulit sekitar
normal atau kemerahan. Pada awalnya vesikel berisi cairan yang jernih yang
berubah menjadi berwarna keruh. Atap dari bulla pecah dan meninggalkan
gambaran “collarette” pada pinggirnya. Krusta “varnishlike” terbentuk pada
bagian tengah yang jika disingkirkan memperlihatkan dasar yang merah dan
basah. Bulla yang utuh jarang ditemukan karena sangat rapuh (Yayasan Orang
Tua Peduli, 1:2008).
Bila impetigo menyertai kelainan kulit lainnya maka, kelainan itu
dapat menyertai dermatitis atopi, varisela, gigitan binatang dan lain-lain. Lesi
dapat lokal atau tersebar, seringkali di wajah atau tempat lain, seperti tempat

6|IMPETIGO
yang lembab, lipatan kulit, ketiak atau lipatan leher. Tidak ada pembengkakan
kelenjar getah bening di dekat lesi. Pada bayi, lesi yang luas dapat disertai
dengan gejala demam, lemah, diare. Jarang sekali disetai dengan radang paru,
infeksi sendi atau tulang.

2. 7 PENATALAKSANAAN

Prinsip-prinsip penatalaksanaan antara lain :

1. Membersihkan luka yang lecet atau mengalami pengausan secara


perlahan-lahan. Tidak boleh melakukan gosokan-gosokan pada luka
terlalau dalam.
2. Pemberian mupirocin secara topical merupakan perawatan yang cukup
adekuat untuk lesi yang tunggal atau daerah-daerah kecil.
3. Pemberian antibiotik sistemik diindikasikan untuk lesi yang luas atau
untuk impetigo bulosa.
4. Pencucian dengan air panas seperti pada Staphylococcal Scalded Skin
Syndrome diindikasikan apabila lesi menunjukkan keterlibatan daerah
yang luas.
5. Diagnosis dan penatalaksanaan yang dini dapat mencegah timbulnya
sikatrik dan mencegah penyebaran lesi.
6. Kebutuhan akan konsultasi ditentukan dari luasnya daerah yang
terserang/terlibat dan usia pasien. Neonatus dengan impetigo bulosa
memerlukan konsultasi dengan ahli neonatologi.
Medikamentosa:
Pemberian antibiotik merupakan terapi yang paling penting. Obat yang
dipilih harus bersifat melindungi dan melawan koagulasi-positif Streptococcus
aureus dan Streptococcus beta hemolyticus grup A
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3. 1 PENGKAJIAN
a. Identitas penderita dan identitas orang tua (mencakup : nama, jenis
kelamin, umur, suku, agama, pekerjaan, alamat)
b. Keluhan utama. Misalnya luka garukan di regio lumbal posterior dekstra.

7|IMPETIGO
c. Riwayat penyakit sekarang. Misalnya : menurut ibu pasien mulai 10 hari
yang lalu pasien mengeluhkan gatal pada regio lumbal posterior dekstra,
tanpa adanya keluhan gatal di daerah lain. Awalnya muncul vesikel, karena
gatal, lalu digaruk oleh pasien kemudian vesikel pecah dan menimbulkan
kerak.vesikel-vesikel semakin lama semakin bertambah banyak dan
menyebar.pasien sudah dibawa berobat ke dokter, diberi salep dan tablet
namun keluhan tidak berkurang.akhirnya pasien berobat ke rsud.
d. Riwayat penyakit dahulu. Misalnya : pasien tidak pernah menderita
penyakit seperti ini sebelumnya.
e. Riwayat penyakit keluarga. Ada atau tidak yang menderita penyakit yang
sama dengan pasien.
f. Riwayat pengobatan. Tanyakan, apakah pernah berobat ke dokter umum?
Apakah keluhan berkurang setelah diberi obat?.
g. Riwayat alergi. Kaji apakah ada riwayat alergi makanan atau obat atau jenis
alergi lainnya.

3.2 Pemeriksaan Fisik


a. Status Generalis
· Kesadaran: Komposmentis
· Keadaan Umum: baik
· Kepala/Leher: Dalam batas normal
· Thorak
· Cor : S1S2 tunggal, lain-lain dalam batas normal
· Pulmo: Vesikuler, Rh-/-, Wh -/-, lain-lain dalam batas normal
· Abdomen: Soepel, bising usus (+), lain-lain dalam batas normal
· Ekstremitas: dalam batas normal
· Genitalia: Dalam batas normal
b. Status Lokalis
· Lokasi : regio lumbal dekstra bagian posterior
· Efloresensi : Pada pemeriksaan didapatkan lesi kulit berupa papula
berisi cairan keruh, tidak dikelilingi daerah eritematus, selain itu juga
ditemukan bekas bula yang pecah berupa kulit yang eritematus dengan
krusta tipis kecoklatan pada bagian tepi.

8|IMPETIGO
3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan cedera mekanik


(garukan pada kulit yang gatal)
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan
sekunder
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan restrain fisik
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan lesi pada kulit
5. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun
6. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi

3.4 Intervensi Keperawatan

1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan cedera


mekanik (garukan pada kulit yang gatal)

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …x 24 jama


diharapkan lapisan kulit terlihat normal.

Kriteria Hasil :

 Integritas kuit yang baik dapat dipertahankan (elastisitas,


temperature, sensasi).

 Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban


kulit serta perawatan alami.

 Perfusi jaringan baik.

 Tidak ada luka atau lesi pada kulit

Rencana Tindakan

Intervensi Rasional

Monitor kulit yang terdapat ruam Untuk mengetahui perkembangan


kemerahan penyakit

Potong kuku dan jaga kebersihan Untuk menghindari luka atau lesi
9|IMPETIGO
tangan klien semakin parah karena kuku yang
pendek akan mengurangi garukan

Anjurkan klie untuk mengganti Baju yang longgar akan


baju dengan baju yang longgar mengurangi gesekan pada kulit
sehingga mengurangi lesi pada
kulit

Jaga kebersihan kulit agar tetap Kulit yang bersih dan kering akan
bersih dan kering menghindari perkembangbiakan
dari bakteri

Mandikan klien dengan air hangat Air hangat akan mengurangi ruam
dan sabun (antiseptic) merah dan membunuh bakteri.
Sabun antiseptic akan mengurangi
atau membunuh bakteri pada kulit

Kolaborasi untuk pemberian Antibiotic topical dapat memutus


antibiotic topical pada klien atau menghambat pertumbuhan
bakteri Staph dan kolaborasi akan
mempercepat proses penyembuhan

2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam


penampilan sekunder

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …x 24 jam


diharapkan klien tidak mengalami gangguan citra diri.

Kriteria Hasil :

 Mengungkapkan penerimaan atas penyakit yang dialaminya.

 Mengakui dan memantapkan kembali sistem dukungan yang


ada.

Rencana Tindakan :

10 | I M P E T I G O
Intervensi Rasional

Beri penjelasan tentang masalah Agar klien dan keluarganya dapat


penanganan dan proses penyakit memahami proses penyakit yang
kepada klien dan keluarganya. diderita dan beranggapan bahwa
hal yang terjadi adalah hal yang
wajar bagi penderita.

Dorong individu untuk Agar klien dapat merasa diterima.


mengekspresikan perasaan
khususnya mengenai pikiran dan
pandangan dirinya.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan restrain fisik

Tujuan :Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …x 24 jam


diharapkam pola tidur klien tidak terganggu.

Kriteria Hasil :

 Mampu mengurangi rasa gatal pada jaringan kulit sehingga


klien tidur nyenyak.

Rencana Tindakan :

Intervensi Rasional

Kaji kebiasaan tidur klien Untuk mengetahui pola kebiasaan


tidur klien

Observasi vital sign klien Dengan mengobservasi vital sign


klien dapat diketahui pembuluh
yang terjadi pola tidur

Beri posisi nyaman pada klien Dengan posisi yang nyaman


dengan kepala klien rendah kaki kepala lebih rendah daripada kaki
dapat melancarkan aliran darah ke
otak

Anjurkan klien untuk melakukan Pengompresan pada daerah kulit

11 | I M P E T I G O
kompres pada area kulit yang gatal yang gatal dapat mengurangi rasa
gatal

Kolaborasi untuk pemberian Antibiotikbetadine dapat


antibiotikbetadine mengurangi rasa gatal

4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan lesi pada kulit

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …x24 jam klien


tidak mengalami gangguan rasa nyaman.

Kriteria Hasil :

 Mampu mengurangi lesi pada kulit

 Perfusi jaringan baik

Rencan Tindakan :

Intervensi Rasional

Kaji tingkat rasa nyaman pada Dapat mengetahui skala rasa


klien gatal / nyeri yang dirasakan klien

Monitor kulit klien Dengan mengobservasi kulit dapat


diketahui perubahan yang terjadi
pada kulit

Anjurkan klien untuk melakukan Dengan melakukan personal


personal hygiene pada kulit hygiene dapat mencegah
penyebaran baud an infeksi pada
area kulit lain

Kolaborasi dengan pemberian Dengan pemberian antibiotic


antibiotic topical, penisilin oral topical dapat mengurangi rasa
indikasi jika ada lesi yang besar gatal.

12 | I M P E T I G O
5. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …x24 jam


diharapkan klien tidak mengalami infeksi.

Kriteria Hasil :

 Klien menunjukkan perilaku hidup sehat

 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

 Klien dapat mendeskrisikan proses penularan penyakit dan


factor yang mempengaruhi penularan.

Rencana Tindakan :

Intervensi Rasional

Monitor tanda dan gejala infeksi Untuk mengetahui ada atau


tidaknya tanda-tanda infeksi

Ajarkan klien pola hidup bersih Agar klien dapat mengerti pola
yang baik hidup bersih yang baik dan dapat
menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari.

Jelaskan kepada klien dan keluarga Agar klien dan keluarga dapat
tentang proses penularan penyakit mencegah dan menghindari
dan faktor yang mempengaruhi adanya penularan penyakit.
penularan.

6. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi pada hipotalamus

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …x24 jam


diharapkan suhu klien kembali normal.

Kriteria Hasil :
13 | I M P E T I G O
 Suhu tubuh klien kembali normal pada 36,5 0C

Rencana Tindakan :

Intervensi Rasional

Monitor tanda dan gejala Untuk mengetahui ada atau


hipertermi tidaknya tanda-tanda hipertermi

Observasi vital sign klien Dengan memonitor vital sign klien


dapat diketahui suhu tubuh klien.

Anjurkan klien untuk mengganti Agar sirkulasi panas dari


baju dengan baju yang tipis dan pembuluh darah dapat keluar
mudah menyerap keringat. dengan lancar.

Kolaborasi dengan pemberian Dengan pemberian parasetamol


parasetamol dapat menurunkan suhu tubuh
klien.

3.5 Pendidikan Kesehatan Terpilih

SATUAN ACARA PENYULUHAN


IMPETIGO

Topik : Impetigo

Sub Topik : Pencegahan Impetigo

Hari/Tanggal : Senin, 09 November 2015

Waktu / Jam : 30 Menit / 10.00 – 10.30 WIB

Tempat : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Peserta : Mahasiswa S1-Keperawatan 5B

a. TUJUAN UMUM

14 | I M P E T I G O
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan mahasiswa S1-Keperawatan 5B mampu
mengetahui cara – cara pencegahan Impetigo dan dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari – hari.

B. TUJUAN KHUSUS
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit mahasiswa S1-Keperawatan 5B
mampu :

 Menjelaskan pengertian Impetigo


 Menjelaskan tentang penyebab Impetigo
 Menjelaskan tentang penatalaksanaan Impetigo
 Menjelaskan cara pencegahan Impetigo

C. MATERI
1. Pengertian Impetigo
2. Penyebab Impetigo
3. Cara Penanganan/ penatalaksanaan Impetigo
4. Pencegahan Impetigo
D. METODA
Ceramah Dan Tanya Jawab

E. MEDIA
Leaflet dan alat peraga.

A. EVALUASI :

Dilakukan setelah ceramah diberikan dengan mengacu pada tujuan yang telah
ditetapkan

B. MATERI PENYULUHAN IMPETIGO


1. PENGERTIAN IMPETIGO
Impetigo bisa terjadi akibat trauma superficial yang membuat robekan
kulit dan paling sering merupakan penyakit penyerta (secondary infection)
dari Pediculosis, Skabies, Infeksi jamur, dan pada Insect bites (Beheshti,
2:2007).

2. PENYEBAB IMPETIGO
15 | I M P E T I G O
a. Personal hygiene yang buruk
b. Daya tahan tubuh yang menurun
c. penyebaran infeksi ke bagian tubuh lainnya yang disebabkan menggaruk/
menyentuh secara langsung luka penderita Impetigo.

3. CARA PENANGANAN IMPETIGO


1. Modifikasi Gaya Hidup
 Hindari memakai handuk/ baju yang bergantian
 Sebelum dan sesudah melakukan aktifitas biasakan selalu cuci
tangan
 Selalu konsultasikan pada ahli neonatologi agar penanganan cepat
dilaksanakan pada daerah yang terserang/terlibat dengan impetigo.
2. Terapi medika mentosa.
Pemberian antibiotik merupakan terapi yang paling penting. Obat yang
dipilih harus bersifat melindungi dan melawan koagulasi-positif
Streptococcus aureus dan Streptococcus beta hemolyticus grup A.

4. PENCEGAHAN IMPETIGO
a. Mengatur pola makanan yang sehat
b. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktifitas.
c. Menghindari memakai handuk/pakaian yang bergantian
d. Sering melakukan aktifitas olahraga

Surabaya, 01 April
2015
Mengetahui,
Pembimbing

(Retno Sumara, S.Kep., Ns., M.Kep., )

16 | I M P E T I G O
BAB IV
WEB OF CAUSATION (WOC)

17 | I M P E T I G O
BAB V
ASPEK LEGAL ETIK

18 | I M P E T I G O
5.1 Prinsip Etik
a. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir
logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap
kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki
berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain.
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang
menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat
perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang
perawatan dirinya.
b. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.
Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip
ini dengan otonomi.
c. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang
lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai
ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk
terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar
untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis
selama perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien dan keluarga.
e. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap
klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.
Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,
komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien
tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama
menjalani perawatan.
f. Menepati janji (Fidelity)

19 | I M P E T I G O
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah
kewajiban seseorang perawat untuk mempertahankan komitmen yang
dibuatnya kepada pasien.
g. Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus
dijaga privasinya. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan
kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak
ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan
oleh klien dengan bukti persetujuan.
h. Akuntabilitas (Accountabiliy)
Akuntabilitas merupakan tandar yang pasti bahwa tindakan seorang
profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali
(Dalami, 2010).

5.2 Identifikasi Issue


Pengobatan Impetigo yaitu dengan pemberian Antibiotik salep antara lain
a. Kloramfenikol salep 2% 3-4x/hari;
b. antibiotik oral: Amoksisilin 3 x 500 mg;
c. Klorfeniramin maleat 3 x 2 mg. Jika krusta banyak, dilepas dan di cuci
dengan H2O2 dalam air
Dalam pemberian obat obat diatas tentu memiliki efek samping, tetapi efek
samping tersebut tidak sama antara satu dengan orang yang lain, misalnya terjadi
mual muntah, diare, ngantuk dan alergi.
Selanjutnya untuk mengatasi impetigo bisa dengan Menjaga kebersihan kulit
dengan mandi pakai sabun 2 kali sehari. Mengganti pakaian 2 kali sehari. Makan
makanan bergizi, minum obat teratur.

5.3 Analisa
Dalam pengobatan impetigo bullosa maupun krustosa pasien akan terus
menerus menggunkan obat salep 3-4x dalam sehari, ini tentu akan membuat pasien
merasa tidak nyaman,serta pasien akan merasa malu dan terkucilkan karena luka yang
diakibatkan impetigo yaitu bersifat merusak jaringan kulit, melepuh, bernanah dan
menjadi keropeng, serta obat yang digunakan akan menghasilkan efek samping
seperti mual muntah, ngantuk, dan alergi untuk yang memiliki imun rendah.
Hal ini peran perawat yaitu memliki jiwa Keadilan (Justice) Prinsip keadilan
dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung
prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek
20 | I M P E T I G O
profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar
praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
Dalam pelaksanaannya perawat tidak boleh membeda – bedakan antara pasien
satu dengan pasie yang lain, karena mereka memiliki hak untuk sehat yang sama,
untuk itu perawat harus memeperlakukan pasen secara baik dan benar sesuai prosedur
pengobatan yang ada.

BAB VI

LAMPIRAN JURNAL

7. 1 Analisis Jurnal

Impetigo vesikobulosa adalah penyakit infeksi piogenik akut kulit yang

mengenai epidermis superfi sial, disebabkan oleh Staphylococcus aureus, dan bersifat

sangat menular. Impetigo vesikobulosa disebabkan oleh Staphylococcus aureus,

paling sering tipe 71. Strain ini memiliki toksin yang dapat menyebabkan

Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS).

Pada bayi, impetigo vesikobulosa sering ditemukan di daerah selangkangan,

ekstre- mitas, dada, punggung, dan daerah yang tidak tertutup pakaian. Kelainan kulit

diawali dengan makula eritematosa yang dengan cepat akan menjadi vesikel, bula dan

21 | I M P E T I G O
bula hipopion. Impetigo bulosa berisi cairan jernih ke- kuningan berisi bakteri

S.aureus dengan halo eritematosa. Bula bersifat superfisial di lapisan epidermis,

mudah pecah karena letaknya subkorneal, meninggalkan skuama anular dengan

bagian tengah eritema (koleret), dan cepat mengering. Lesi dapat melebar membentuk

gambaran polisiklik. Sering kali bula sudah pecah saat berobat, sehingga yang tampak

ialah lesi koleret dengan dasar eritematosa. Pasien berusia di bawah 1 tahun atau bayi,

akan tampak rewel karena rasa nyeri di kulit membuat pasien merasa tidak nyaman.

Keadaan umum biasanya baik. Pada keadaan ini, bayi yang mengalami impetigo baik

vesikobulosa maupun krustosa memiliki kemungkinan yang sama untuk

penularannya, namun penyakit ini tidak begitu mengancam nyawa jika faktor-faktor

pencetus dapat segera diatasi dan diobati. Faktor resiko berupa hygiene yang buruk

atau daya tahan tubh yang menurun.

Dalam pembahasan jurnal ini, kasusnya menimpa bayi perempuan berusia 10

bulan yang didiagnosis impetigo vesikobullosa berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada tubuh bayi bagian punggung terdapat lesi

diskret berukuran nummular dengan batasan tegas, sebagian terlihat kering. Juga

didapati bula hipopion, krusat medikamentosa, krusata serosa, plak eritema dengan

skuama kolaret dan erosi. Pasien tidak mengalami demam, dan pada pemeriksaan

penunjang didapati adanya kuman coccusyang berkelompok seperti anggur pada

metode pewarnaan gram. Diagnosis differensial dari pasien bayi ini adalah impetigo

vesikobullosa disertai impetigo krustosa. Terdapat lesi kulit berupa krusta

medikamentosa pada pasien yaitu akibat pemberian obat topical, sedangkan pada

impetigo krustosa, krusta terlihat tebal dan berwarna kuning disebabkan oleh

pecahnya vesikel di kulit.

22 | I M P E T I G O
Dalam penatalaksanaannya pasien diberi kompres NaCl 0,9% trbuka dan asam

fusidat sebagai antiseptic topical setelah lesi kering. Untuk pengobatan sistemiknya

menggunakan amoksilin-klavulanat 25 mg/kg/hari dibagi 3 dosis karenan paruh

waktu obat ini berkisar 8 jam, obat ini dapat membunuh bakteri gram positif.

Pemberian edukasi pada orangtua pasien juga dilakukan seperti penggantian baju tiap

berkeringat dan memandikan pasien dengan air bersih.

23 | I M P E T I G O
24 | I M P E T I G O
BAB VII

PENUTUP

7. 1 KESIMPULAN

Impetigo bisa terjadi akibat trauma superficial yang membuat robekan


kulit dan paling sering merupakan penyakit penyerta (secondary infection) dari
Pediculosis, Skabies, Infeksi jamur, dan pada Insect bites (Beheshti, 2:2007).

Impetigo disebabkan oleh Staphylococcus Aureus atau Group A Beta


Hemolitik Streptococcus (Streptococcus pyogenes). Staphylococcus merupakan
pathogen primer pada impetigo bulosa dan ecthyma (Beheshti, 2:2007). Dimana
toksin ini menyerang protein yang membantu mengikat sel-sel kulit. Sehingga
membuat protein ini rusak, dan akan timbul rasa gatal yang dapat menyebabkan
terbentuknya lesi pada kulit.. gejala impetigo demam, lemah, diare. Jarang sekali
disetai dengan radang paru, infeksi sendi atau tulang. Adapun untuk mencegah
impetigo yaitu Menjaga kebersihan tubuh merupakan cara terbaik untuk
mencegah terjadinya impetigo pada anak.

7. 2 SARAN

25 | I M P E T I G O
Untuk mencapai asuhan keperawatan dalam merawat klien, pendekatan
dalam proses keperawatan harus dilakukan secara sistematis.

Dimana pelayanan keperawatan hendaknya dilaksanakan sesuai dengan


prosedur tetap yang memperhatikan dan menjaga privacy klien.

Perawat hendaknya selalu menjalin hubungan kerjasama yang baik atau


kolaborasi baik kepada teman sejawat, dokter atau para medis lainnya dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan maupun dalam hal pengobatan kepada klien
agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

26 | I M P E T I G O

Anda mungkin juga menyukai