Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KELOMPOK 4

ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN

“ DASAR-DASAR KEPEMIMPINAN STRATEGIK


DAN BERPIKIR SISTEM”

Disusun Oleh :

1. Yulza Erita 1711216056

2. Khairunnisa Yuza 1711212003

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Andalas Padang
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia
yang diberikan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kelompok yang
pada kesempatan ini akan membahas tentang Pelapisan Sosial Dalam Masyarakat tepat
pada waktunya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait yang ikut membantu
dalam proses penyelesaian makalah ini. Mengingat kami dalam proses belajar, kami
menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan banyak kekurangan dari segi, penulisan,
bahasa, kelengkapan maupun segi lainnya.

Oleh karena itu, kami membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
informasi yang bermanfaat serta dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan kita
semua.

Padang, April 2018


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................2

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3

PENDAHULUAN.................................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................................4

1.3 Tujuan..............................................................................................................................................5

1.4 Manfaat............................................................................................................................................5

BAB II...................................................................................................................................................6

PEMBAHASAN...................................................................................................................................6

2.1 ....................................................................................................Error! Bookmark not defined.

2.2 ....................................................................................................Error! Bookmark not defined.

2.3 ....................................................................................................Error! Bookmark not defined.

2.4 ....................................................................................................Error! Bookmark not defined.

2.5 ....................................................................................................Error! Bookmark not defined.

2.6 ....................................................................................................Error! Bookmark not defined.

2.7.....................................................................................................Error! Bookmark not defined.

2.8 ....................................................................................................Error! Bookmark not defined.

2.9 ....................................................................................................Error! Bookmark not defined.

BAB III................................................................................................................................................11

PENUTUP...........................................................................................................................................11

3.1 KESIMPULAN..........................................................................................................................11

3.2 SARAN......................................................................................................................................11

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalu
berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan.Manusia hidup berkelompok baik dalam
kelompok besar maupun dalam kelompok kecil
Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan sosial manusiapun perlu
dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya
yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok dan lingkungan
dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik dan sulit. Disinilah
dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan
dengan baik.
Dalam praktek sehari-hari, seorang diartikan sama antara pemimpin dan kepemimpinan,
padahal pengertian tersebut berbeda. Pemimpin adalah orang yang tugasnya memimpin, sedangkan
kepemimpinan adalah bakat dan atau sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin. Kemampuan dan
keterampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah faktor penting efektifitas manajer. bila
organisasi dapat mengidentifikasikan kualitas-kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan,
kemampuan untuk menseleksi pemimpin maka pemimpin efektif akan meningkat. Dan bila
organisasi dapat mengidentifikasikan perilaku dan teknik-teknik kepemimpinan efektif, akan dicapai
pengembangan efektifitas personalis dalam organisasi.
Berpikir system mencakup sekumpulan besar metode, alat dan prinsip yang agak tidak
berbentuk yang semua diorientasikan untuk melihat kesaling- terkaitan antara kekuatan- kekuatan
dan melihatnya sebagai bagian dari suatu proses bersama.
Suatu system merupakan suatu keseluruhan yang dirasakan unsure-unsurnya “ tergantung
bersama” karena unsur- unsur itu terus menerus saling mempengaruhi dari waktu kewaktu dan
beroperasi menuju suatu tujuan bersama.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian sistem dan berfikir sistem?

2. Apa saja komponen sistem?

3. Apa itu konsep sistem?

4. Peran berfikir sistem dam sistem kesehatan ?


Tujuan

1. Mengetahui pengertian sistem dan berfikir sistem

2. Mengetahui komponen-komponen sistem

3. Mengetahui konsep sistem

4. Mengetahui apa peran berfikir sitem dalam sistem kesehatan

Manfaat

1. Mahasiswa mampu mendefenisikan pengertian sistem dan befikir sitem

2. Mahasiswa mampu mengindetifikasi komponen-komponen sistem

3. Mahasiswa mampu mengenali dan memahami konsep-konsep sistem

4. Mahasiswa mengetahui peran berfikir sistem dalam sistem kesehatan


BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI SISTEM DAN BERPIKIR SISTEM

Sistem berasal dari bahasa latin systēma dan bahasa Yunani sustēma yaitu suatu kesatuan yang
terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi,
materi atau energi. Secara sederhana, suatu sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau
himpunan dari unsur, komponen, atau variabel yang terorganisir, saling berinteraksi, saling
tergantung satu sama lain, dan terpadu. Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak.
Berpikir sistemik (systemic thinking) didefinisikan sebagai hal yang lebih kearah proses
memahami dan berpikir bagaimana agar kita memandang suatu sistem dalam perspektif yang lebih
luas, melihat keseluruhan pola berbagai macam komponen di dalam sistem tadi saling
mempengaruhi satu sama lain dalam suatu kesatuan. Contohnya di dalam suatu organisasi,
bagaimana kita memahami suatu sistem yang terdiri dari orang – orang, struktur dan proses dapat
saling bekerja sama agar membuat organisasi tersebut dapat bekerja dengan baik atau tidak baik.
Dengan berpikir sistemik, kita akan diarahkan untuk melihat suatu permasalahan sebagai
bagian dari suatu sistem secara luas, bukan sebagai suatu bagian spesifik yang terpisah. Dengan
demikian, akan lebih mudah dalam mengidentifikasi isu – isu yang ada di suatu sistem / organisasi
kemudian berusaha berpikir lebih luas dan jangka panjang tentang bagaimana mengatasi
permasalahan tersebut.

B. KOMPONEN SISTEM
Pada prinsipnya, setiap sistem selalu terdiri atas empat komponen:
1. Objek: berupa bagian, elemen, ataupun variabel.
Dapat benda fisik, abstrak, ataupun keduanya sekaligus; tergantung kepada sifat sistem tersebut.
2. Atribut: menentukan kualitas atau sifat kepemilikan sistem dan objeknya.
3. Hubungan internal, di antara objek-objek di dalamnya.
4. Lingkungan, tempat di mana sistem berada.

C. KONSEP SISTEM

Ada beberapa elemen yang membentuk sebuah sistem, yaitu : tujuan, masukan, proses,
keluaran, batas, mekanisme pengendalian dan umpan balik serta lingkungan. Berikut penjelasan
mengenai elemen-elemen yang membentuk sebuah sistem :
1. Tujuan
Setiap sistem memiliki tujuan (Goal), baik hanya satu atau mungkin banyak. Tujuan inilah
yang menjadi motivasi yang akan mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tak terarah dan
tak terkendali. Tentu saja, tujuan antara satu sistem dengan sistem yang lain berbeda.
2. Masukan
Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan selanjutnya
menjadi bahan yang diproses. Masukan dapat berupa hal-hal yang berwujud (tampak secara fisik)
maupun yang tidak tampak. Contoh masukan yang berwujud adalah bahan mentah, sedangkan contoh
yang tidak berwujud adalah informasi. Input berupa komponen – komponen yang membentuk suau
kesatuan yang akan diproses ini, diklasifikasikan berdasar kegunaannya dalam sistem tersebut, yaitu :
 Komponen esensial
Merupakan komponen yang penting dan harus ada dalam menjalankan fungsi dan
mencapai tujuan dari sistem tersebut.
 Komponen aksesoris
Merupakan komponen yang boleh ada, namun tidak vital dalam fungsi suatu sistem
menjalankan tugasnya.
Suatu komponen sistem, dapat digolongkan menjadi esensial dan aksesoris tergantung tujuan
dari sistem itu sendiri. Sebuah komponen dapat saja menjadi esensial bagi suatu sistem, namun di
sistem lain bisa saja menjadi tidak esensial. Seperti halnya antara sistem sepeda motor dan sistem
pembelajaran, di lihat dari tujuannya kedua sistem tersebut memiliki tujuan yang berbeda, maka
komponen misalnya “sumber bahan ajar” yang merupakan komponen esensial di sistem
pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan seseorang, menjadi tidak esensial
pada sistem sepeda motor yang tujuannya sebagai alat transportasi.
Tidak hanya di antara sistem yang berbeda, dalam sistem yang sama pun, bila tujuannya
berbeda, maka komponen yang tadinya esensial dapat juga menjadi aksesoris, misalnya pada sistem
telepon genggam, bila tujuannya sebagai alat komunikasi dan penghubung antar pengguna, maka
komponen pemutar musik menjadi tidak esensial bila dibandingakan dengan sistem telepon genggam
yang pembuatan dan pemasarannya ditujukan sebagai alat penghibur dengan spesifikasi edisi musik.
Begitulah contoh sederhananya.
3. Proses
Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari masukan
menjadi keluaran yang berguna dan lebih bernilai, misalnya berupa informasi dan produk, tetapi juga
bisa berupa hal-hal yang tidak berguna, misalnya saja sisa pembuangan atau limbah. Pada pabrik
kimia, proses dapat berupa bahan mentah. Pada rumah sakit, proses dapat berupa aktivitas
pembedahan pasien.
4. Keluaran
Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem Kesehatan, keluaran bisa
berupa kesembuhan pasien atau malah perburukan kondisi pasien.
5. Batas
Yang disebut batas (boundary) sistem adalah pemisah antara sistem dan daerah di luar sistem
(lingkungan). Batas sistem menentukan konfigurasi, ruang lingkup, atau kemampuan sistem. Sebagai
contoh, rumah sakit memiliki aturan – aturan yang mengatur jalannya fungsi sistem di rumah sakit
tersebut. Tentu saja batas sebuah sistem dapat dikurangi atau dimodifikasi sehingga akan mengubah
perilaku sistem. Sebagai contoh, dengan memilih program – program prefentif dan mengeliminasi
program yang kurang di butuhkan saat itu, rumah sakit dapat menghindar dari adanya keterbatasan
biaya.
6. Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik
Mekanisme pengendalian (control mechanism) diwujudkan dengan menggunakan umpan
balik (feedback), yang mencuplik keluaran. Umpan balik ini digunakan untuk mengendalikan baik
masukan maupun proses. Tujuannya adalah untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan
tujuan.

7. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada diluar sistem. Lingkungan bisa berpengaruh
terhadap fungsi suatu sistem, dalam arti bisa merugikan atau menguntungkan sistem itu sendiri.
Lingkungan yang merugikan tentu saja harus ditahan dan dikendalikan supaya tidak mengganggu
kelangsungan fungsional sistem, sedangkan yang menguntungkan tetap harus terus dijaga, karena
akan memacu terhadap kelangsungan hidup sistem.

D. PERAN BERPIKIR SISTEMIK DALAM SISTEM KESEHATAN


Adanya tanggung jawab besar dalam memajukan kesehatan masyarakat, membuat
pemerintah menjadi konsen pada sistem kesehatan. Berbagi upaya telah dilakukan namun dari tahun
ke tahun tingkat kesehatan masyarakat masih belum dapat ditingkatkan secara bermakna, sehingga
terjadi ketidakpuasan masyarakat terhadap sistem kesehatan yang ada.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi ini ialah mencoba
merubah cara pandang, perumusan dan analisa masalah di dalam sistem kesehatan tersebut. Sebab,
permaslahan yang ada saat ini telah membuat sistem kesehatan yang ada seharusnya memandang
lebih holistik yang tidak hanya berfokus pada analisa satu bagian sistem, tapi lebih ke arah
bagaimana menyatukan seluruh komponen subsistem tersebut dan saling menghubungkannya satu
sama lain.
Hal ini sangatlah penting, sebab dengan hanya menganalisa dan melakukan perbaikan pada
satu sector saja, dapat mengakibatkan gangguan terhadap keseimbangan keseluruhan sistem yang
sudah dibangun sejak awal san menyebabkan bagian sistem yang lain menjadi menolak bahkan
melakukan tindakan yang melawan terhadap aksi perbaikan tersebut. Oleh karena itulah saat ini
pendekatan masalah yang paling memungkinkan terhadap situasi tersebut ialah melalui Systems
Thinking, dimana kita memandang satu masalah sebagai suatu bagian dari keseluruhan sistem, yang
keseluruhan komponen sistem tersebut juga harus ditinjau lagi, guna perbaikan ke depannya.
Penerapan Systemic thinking pada sistem kesehatan nasional ditujukan untuk membantu
tercapainya tujuan dari sistem kesehatan nasional itu sendiri. Karena sistem kesehatan adalah suatu
sistem yang kompleks dan luas sehingga harus disusun secara sistematik agar dapat tercipta suatu
cara pandang yang dapat mencakup semua aspek yang berhubungan dengan terciptanya kesehatan di
Indonesia. Dengan menerapkan kerangka konsep dari pemikiran yang sistemik, akan membantu
pelaksanaan sistem dan meminimalisir kemungkinan kegagalan sistem.
Pemikiran secara sistemik akan memberikan wawasan yang luas sehingga dalam
perencanaan dan pelaksanaannya dapat lebih mencakup seluruh aspek sehingga tidak ada yang
terlewatkan dan lebih sistematis dan terkonsep dengan baik. Dengan penerapan pemikiran sistemik
yang baik dalam sistem kesehatan nasional akan memudahkan komponen - komponen dalam sistem
kesehatan baik yang esensial maupun yang non-esensial dalam menyatukan visi dan misi.

Berpikir Sistem untuk Mengarahkan Perubahan dalam Organisasi


Istilah “berpikir sistem” dipopulerkan dalam buku 5 th Discipline oleh Peter Senge di awal
tahun 1990-an. Buku ini membahas bahwa untuk menjawab tantangan kompleksitas dunia di masa
akan datang, organisasi perlu membangun 5 kedisiplinan utama: keahlian personal, visi bersama,
belajar secara kelompok, model mental dan berpikir sistem. Judul Disiplin ke-5 menunjukkan bahwa
disiplin terakhir adalah yang terpenting yaitu disiplin untuk berpikir sistem.

Didalam buku ini Senge berargumen pentingnya bagi individu dalam organisasi untuk
melakukan metanoia (shift of mind – perubahan pemikiran) melalui penciptaan kembali diri kita
melalui belajar tanpa henti dalam kerangka sistem (Senge 1990).

Pemilihan kata disiplin oleh Peter Senge memiliki makna kebiasaan. Kita sering sekali
bereaksi otomatis terhadap suatu kondisi yang sama atau yang kita asumsikan sama. Kata lain dari
proses otomatis ini adalah kebiasaan (habit). Ketika kita sudah terbiasa dengan sesuatu, maka sesuatu
yang sama dan mirip akan memulai sebuah reaksi otomatis berupa pikiran, emosi dan tindakan yang
biasa kita lakukan. Sehingga dibutuhkan disiplin untuk mengubahnya.

Konsep 5-disiplin ini juga membuka pentingnya konsep organisasi pembelajar (learning
organization). Ketika sebuah manusia dipandang sebagai sebuah sistem juga harus secara aktif
beradaptasi terhadap perubahan, maka ternyata organisasi juga sama. Organisasi bisa dipandang
sebagai sebuah sistem yang harus beradaptasi dengan perubahan yang bisa sangat kompetitif.
Tentunya organisasi secara nyata bukanlah makhluk hidup yang memiliki kemampuan untuk
belajar, hanya manusia didalamnya yang mampu belajar. Jadi yang dimaksud dengan organisasi
pembelajar adalah organisasi yang mendorong manusia didalamnya untuk saling berinteraksi untuk
belajar secara kolektif. Dorongan ini bisa berupa insentif, peraturan, prosedur, struktur organisasi,
dan yang terpenting adalah budaya organisasi.

Penerapan berpikir sistem pada organisasi ditujukan untuk membantu tercapainya tujuan
dari organisasi itu sendiri. Dengan menerapkan kerangka konsep berpikir sistem yang sistemik, akan
membantu pelaksanaan sistem dan meminimalisir kemungkinan kegagalan sistem. Pemikiran secara
sistemik akan memberikan wawasan yang luas sehingga dalam perencanaan dan pelaksanaannya
dapat lebih mencakup seluruh aspek sehingga tidak ada yang terlewatkan dan lebih sistematis dan
terkonsep dengan baik.

Dengan penerapan pemikiran sistemik yang baik dalam sistem organisasi akan memudahkan
komponen - komponen dalam organisasi tersebut dalam menyatukan visi dan misinya. Sangat
diperlukan seorang pemimpin dalam berpikir sistem ini, karena seorang pemimpinlah yang bisa
mengatur anggotanya.

BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN

1. system merupakan suatu keseluruhan yang dirasakan unsure-unsurnya “ tergantung bersama”


karena unsur- unsur itu terus menerus saling mempengaruhi dari waktu kewaktu dan
beroperasi menuju suatu tujuan bersama.

2. Berpikir sistemik (systemic thinking) adalah proses memahami dan berpikir bagaimana agar
kita memandang suatu sistem dalam perspektif yang lebih luas, melihat keseluruhan pola
berbagai macam komponen di dalam sistem tadi saling mempengaruhi satu sama lain dalam
suatu kesatuan.

3. Konsep sistem yaitu tujuan, masukan, proses, keluaran, batas, mekanisme pengendalian dan
umpan balik serta lingkungan.
4. Komponen-kompones sistem adalah objek, lingkungan, hubungan internal dan atribut

5. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk memajukan sistem kesehatan masyarakat
adalah mencoba merubah cara pandang, perumusan dan analisa masalah di dalam sistem
kesehatan tersebut. Sebab, permasalahan yang ada saat ini telah membuat sistem kesehatan
yang ada seharusnya memandang lebih holistik yang tidak hanya berfokus pada analisa satu
bagian sistem, tapi lebih ke arah bagaimana menyatukan seluruh komponen subsistem
tersebut dan saling menghubungkannya satu sama lain.

SARAN
Kami sadar bahwa makalah yang kami susun masih banyak terdapat kesalahan. Oleh karena
itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang positif dan membangun, guna
penyusunan makalah kami berikutnya agar dapat tersusun lebih baik lagi.

Daftar Pustaka

Nastitihemas. “Berpikir Sistem, Solusi Penyelesaian Masalah secara Komprehensif”. 28 Maret 2018.
http://healthforindonesia.blogspot.co.id/2010/11/berpikir-sistem-solusi-
penyelesaian.html
Hidayatno, Akhmad. “Berpikir Sistem, Pola Berpikir untuk Pemahaman Masalah yang Baik”. 28
Maret 2018.
https://www.researchgate.net/profile/Akhmad_Hidayatno/publication/302412744_Berpikir_Sistem_P
ola_Berpikir_untuk_Pemahaman_Masalah_yang_lebih_baik/links/5730642508ae3736095cdb88/Ber
pikir-Sistem-Pola-Berpikir-untuk-Pemahaman-Masalah-yang-lebih-baik.pdf

Anda mungkin juga menyukai