Anda di halaman 1dari 5

Titrasi Penetralan

Ilmu kimia analitik adalah ilmu yang merupakan dasar dari metode
pemisahan-pemisahan dan analisa suatu bahan. Analisis dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi sesuatu dari sampel yang didapatkan baik secara fisik maupun
karakteristik dari sampel tersebut. Dalam kimia analitik dapat dibedakan
berdasarkan tujuannya yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis
kualitatif membahas identifikasi zat-zat, yaitu unsur atau senyawa apa yang terdapat
dalam suatu sampel. Sedangkan analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan
banyaknya suatu zat tertentu dalam sampel (Day dan Underwood, 1992)

Asam dapat didefinisikan sebagai zat yang apabila dilarutkan dalam air
mengalami disosiasi dan membentuk ion hidrogen (H+). Asam dapat dibagi menjadi
asam kuat dan asam lemah. Contohnya senyawa yang termasuk asam kuat HCl,
H2SO4, dan sebagainya. Contoh senyawa yang termasuk dalam asam lemah adalah
CH3COOH, HCOOH, dan sebagainya. Ion hidrogen ketika didalam air tidak bisa
berdiri sendiri, maka dari itu ion hidrogen berikatan dengan air (H2O) dengan cara
berkoordinasi dengan sepasang elektron bebas yang terdapat pada oksigen dari air,
dan terbentuk ion-ion hidronium :
H+ + H2O → H3O+

Basa dapat didefinisikan sebagai zat yang apabila dilarutkan dalam air
mengalami disosiasi dengan membentuk ion hidroksida (OH-). Ion hidroksida dapat
berdiri sendiri jika dilarutkan dalam air. Basa dapat dibagi menjadi basa kuat dan
basa lemah. Contoh senyawa yang termasuk basa kuat adalah NaOH, KOH, dan
sebagainya. contoh yang termasuk dalam basa lemah adalah NH3, NH4OH, dan
sebagainya.

Garam dapat didefinisikan sebagai hasil reaksi antara asam dan basa. Reaksi
tersebut bisa disebut juga netralisasi. Definisi ini adalah benar, dalam artian, bahwa
jika sejumlah asam dan basa murni ekuivalen dicampur, dan larutannya diuapkan,
suatu zat kristalin tertinggal, yang tak mempunyai ciri-ciri khas suatu asam maupun
basa. Zat-zat ini dinamakan garam oleh ahli-ahli kimia zaman dulu (Shevla, 1985).

Reaksi netralisasi atau sering disebut titrasi penetralan digunakan untuk


menentukan konsentrasi suatu larutan asam atau basa dan untuk menentukan kadar
suatu zat dalam sampel. Reaksi – reaksi ini melibatkan ion hidrogen dan ion
hidroksida. Titrasi penetralan ini disebut analisis volumetri atau titimetri dimana
prinsipnya jika untuk menentukan konsentrasi suatu larutan zat bereaksi
dimasukkan dalam erlenmeyer yang biasanya disebut sebagai titer dengan zat lain
yang sudah diketahui konsentrasinya yang biasanya disebut titran dan zat tersebut
dialirkan melalui buret. Setetes demi setetes zat yang diketahui konsentrasinya
(titran) bereaksi dengan zat yang belum diketahui konsentrasinya (titrat), titrasi
dihentkan ketika mencapai titik akhir yang ditandai dengan perubahan warna pada
larutan karena indikator yang ditambahkan pada titrat (Syukri, 1999). Penggunaan
indikator ini sangat penting dalam titrasi penetralan karena menunjukkan perubahan
warna pada saat akhir titrasi (Yazid, 2018). Ketika itu juga titik ekivalen tercapai
dimana :
mol ekivalen titran = mol ekivalen titrat

Kemudian, konsentrasi analit atau titrat dihitung. Syaratnya adalah reaksi


harus berlangsung secara cepat, reaksi berlangsung kuantitatif dan tidak ada reaksi
samping (Khopkar, 2003).

Titrasi penetralan ini mempunyai dua jenis metode yaitu asidimetri dan
alkalimetri. Asidimetri merupakan titrasi penetralan yang melibatkan basa dengan
asam yang diketahui konsentrasinya. Dalam asidimetri yang digunakan sebagai
titran adalah larutan asam, ini juga sekaligus disebut sebagai larutan standar karena
sudah dikethui konsentrasinya. Sedangkan larutan basanya digunakan sebagai titrat
dan sebagai larutan baku karena konsentrasinya harus di cari melalui penimbangan,
pengenceran, dan perhitungan. Sebaliknya, alkalimetri adalah titrasi penetralan
yang melibatkan asam dan basa yang diketahui konsentrasinya. Dalam alkalimetri
yang digunakan sebagai titran adalah larutan basa, ini juga sekaligus digunakan
sebagai larutan standar karena telah diketahui konsentrasinya. Sedangkan larutan
asam digunakan sebagai titrat dan sekaligus digunakan juga sebagai larutan baku.

Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya belum diketahui secara


tepat dan melewati proses penimbangan, pengenceran, dan perhitungan.
Sedangkan larutan standar adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya
secara teliti. Proses penentuan konsentrasi larutan standar disebut
“menstandartkan”. Larutan standar adalah larutan yang diketahui konsentrasinya,
yang akan digunakan pada analisis volumetrik. Ada cara dalam menstandarkan
larutan yaitu :
1. Pembuatan langsung dengan melarutkan suatu zat murni dengan berat
tertentu, kemudian diencerkan sampai memperoleh volume terntentu
secara tepat. Larutan ini disebut dengan larutan standard primer, sedangkat
zat yang digunakan disebut standard primer. Larutan standard primer
haruslah diketahui komposisi dan konsentrasinya. Larutan dibuat dengan
melarutkan zat dengan kemurnian tinggi yang diketahui tepat beratnya
dalam suatu larutan yang tepat volumenya. Apabila titran tidak cukup
murni maka perlu distandarisasi dengan larutan primer.
2. Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara menimbang
zat kemudian melarutkan untuk memperoleh volume tertentu, tetapi dapat
distandarkan dengan larutan standard primer, disebut dengan larutan
standard sekunder, larutan sekunder konsentrasinya diperoleh dengan cara
menitrasi dengan larutan primer. HCL tidak bisa digunakan sebagai
standard primer, supaya menjadi standard sekunder maka larutan ini dapat
dititrasi dengan larutan standard primer Na2CO3.

Dalam titrasi selalu digunakan yang namanya indikator asam basa karena
dalam titrasi yang menggunakan buret dan dilakukan secara manual tidak dapat
terlihat kapan tepatnya titik ekivalen dan titik akhir titrasi karena keterbatasan
indera manusia. Bisa juga ada kemungkinan titik akhir titrasi tidak tepat sama
dengan titik ekivalen. Karena alasan tersebut digunakan indikator untuk
mengetahui kapan titik akhir titrasi. Indikator adalah zat-zat warna yang warna
tersebut bergantung pada pH larutan, atau zat yang dapat menunjukkan sifat asam,
basa, dan netral (Padmaningrum, 2006). Indikator ini merupakan asam dan basa
organik lemah yang bentuk ion dan bentuk ter-disosiasinya menunjukkan warna
yang berlainan. Molekul semacam itu dapat digunakan untuk menetapkan kapan
telah ditambahkan cukup titran dan disebut indikator tampak (visual indicator)
(Day dan Underwood, 1992). Salah satu contohnya adalah p-nitrofenol atau
biasanya disebut asam pikrat yang berubah warna dari tak berwarna ke warna
kuning. Untuk pemilihan indikator yang sesuai sebaiknya memilih suatu indikator
yang berubah warna kira-kira pada pH titik kesetaraan titrasi.

Bermacam-macam zat asam atau basa, baik organic maupun anorganik


dapat ditentukan dengan titrasi asam basa. Juga banyak contoh yang analitnya
dapat diubah secara kimia menjadi asam atau basa dan kemudian ditentukan
kadarnya melalui titrasi asam basa. Pupuk ZA ((NH4)2SO4) merupakan pupuk
kimia buatan yang mengandung amonium sulfat yang dibuat untuk memberi
tambahan nitrogen dan belerang pada tanaman. Wujud pupuk ini butiran kristal
mirip garam dapur dan terasa asin di lidah. Pupuk ini higroskopis (mudah
menyerap air) walaupun tidak sekuat pupuk urea. Karena ion sulfat sangat mudah
larut dalam air sedangkan ion amonium lebih lemah, pupuk ini berpotensi
menurunkan pH tanah yang terkena aplikasinya sehingga hanya cocok digunakan
pada tanah alkalin. Dibandingkan pupuk lain, seperti amonium nitrat dan urea,
pupuk ini mengandung lebih sedikit kadar nitrogen sehingga meningkatkan biaya
pemupukan per massa nitrogen yang diberikan pada usaha pertanian, tetapi
memberi keuntungan masuknya hara utama lainnya, belerang. Dalam budidaya
tebu, ZA adalah pupuk yang wajib diberikan karena tidak memberi efek
penurunan kadar gula(rendemen), berbeda dari pemberian urea saja. Dalam
pengaplikasian titrasi penetralan digunakan pupuk ZA untuk mencari tahu kadar
NH3 dalam pupuk tersebut. Dititrasi dengan HCl yang sudah diketahui
konsentrasinya. Dalam aplikasi tersebut yang digunakan sebagai titrat dan sebagai
larutan baku adalah larutan pupuk ZA yang nanti diencerkan dengan NaOH, HCl
sebagai titran daln larutan standar karena sudah diketahui konsentrasinya. Untuk
mencari kadar suatu zat dalam suatu massa sampel digunakan rumus :

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑁𝐻3
%𝑁𝐻3 = × 100
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Atau bisa juga dengan rumus :


𝑁 × 𝑉 × 𝐵𝐸 × 𝐹𝑝
%𝑁𝐻3 = × 100
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Anda mungkin juga menyukai