Anda di halaman 1dari 10

A.

Judul Percobaan :
Pengaruh Katalis Ammonium Molibdat dalam Reaksi Kalium Iodida dan
Hidrogen Peroksida
B. Tanggal Percobaan :
Mulai (Senin, 9 Maret 2020 Pukul 13.00 WIB)
Selesai (Senin, 9 Maret 2020 Pukul 15.30 WIB)
C. Tujuan Percobaan:
Untuk Mengetahui Pengaruh Katalis Ammonium Molibdat dalam Reaksi
Kalium Iodida dan Hidrogen Peroksida
D. Dasar Teori
1. Ammonium Molibdat
Amonium molibdat memiliki rumus senyawa (NH4)6Mo7O24.4H2O,
senyawa ini berbentuk serbuk padat dengan warna putih atau kuning
kehijauan dan tidak berbau. Sifat fisik dari senyawa ini diantaranya memiliki
massa molar 1163,9 g/mol dan 1235,86 g/mol, berat jenisnya sekitar 2,498
g/cm3, dan titik lelehnya yaitu 190 ℃. Dapat dibuat dengan cara melarutkan
molibdenum trioksida ke dalam cairan amonia berlebih dan diuapkan pada
suhu kamar sehingga kelebihan amonia akan teruap dan menghasilkan
amonium hepta molibdat. Senyawa ini mudah larut dalam air dan asam, tetapi
tidak larut dalam alkohol, juga cukup stabil pada tekanan dan temperatur
normal (Atkins, 1996).
2. Pengaruh Ammonium Molibdat Sebagai Katalis
Pada reaksi antara Kalium Iodida dan Hidrogen Peroksida, dapat
menggunakan Ammonium molibdat sebagai katalis untuk mempercepat
reaksi yang terjadi dengan cara menurunkan energi aktivasinya. Kecepatan
reaksi sangat bergantung pada ion peroksida, Kalium iodida dan asamnya.
Reaksi Hidrogen peroksida dengan dengan Kalium Iodida dalam suasana
asam dan dengan adanya Ammonium molibdat, maka peroksida akan
membebaskan iodium yang berasal dari Kalium iodida yang telah diasamkan
dengan H2SO4.
Reaksi antara H2O2 (aq) + KI (aq), sebagai berikut:
(NH4)2MoO4

H2O2 (aq) + 2I- (aq) + 2H+ (aq) I2 (aq) + 2H2O (l)

Bila reaksi ini merupakan reaksi irreversible, kecepatan reaksi yang


terjadi besarnya seperti pada reaksi pembentukannya, sampai konsentrasi
terakhir tidak berubah. Pada larutan yang mempunyai keasaman tinggi kadar
iodida tinggi akan didapatkan kecepatan reaksi yang lebih besar. Untuk
menghitung kecepatan reaksi yang didapat dihitung adalah penjabaran
kecepatan reaksi yang memerlukan bersarnya konstanta kecepatan reaksi
(Azizah, 2004).
Hukum laju orde pertama untuk konsumsi reaktan adalah :
ln (𝑎 − 𝑏) = − 𝑘𝑡 + ln a
Ammonium molibdat yang digunakan adalah berupa larutan. Bentuk
padat juga bisa digunakan, namun jika dalam bentuk larutan kemudian
diencerkan, maka pengaruhnya bisa maksimal terhadap reaksi. Berikut
persamaan reaksi yang terjadi dalam percobaan ini:

Ammonium Molibdat
2KI (aq) + H2O2 (aq) H (aq) + I2 (aq)

Reaksi Kalium Iodida dan Hidrogen Peroksida dapat berjalan lebih


cepat karena adanya ion Molibdat yang bertindak sebagai katalis, Ion
Molibdat berasal dari Ammonium Molibdat (NH4)2MoO4. Berikut adalah
struktur ammonium molibdat :

Gambar 1. Struktur Ammonium Molibdat


3. Katalis
A. Pengertian Katalis
Berdasarkan teori tumbukan, reaksi terjadi bila molekul
bertumbukan dengan energi yang cukup besar, disebut energi aktivasi,
uintuk memutus ikatan dan mengawali reaksi. Konstanta laju dan
energi aktivasi dihubungkan oleh persamaan Arrhenius:

k = Ae− Ea/ RT
Dalam sifat pereaksinya, ada yang reaktif dan ada yang kurang reaktif,
misalnya bensin lebih cepat terbakar daripada minyak tanah. Berdasarkan
suhunya, hampir semua pereaksi menjadi lebih cepat bila suhu dinaikkan,
Karena kalor yang diberikan akan menambah energi kinetik partikel pereaksi,
akhirnya jumlah energi tabrakan bertambah besar (Syukri, 1999).
Katalis sangat diperlukan dalam reaksi organik, termasuk dalam
organisme. Sedangkan pada konsentrasi pereaksi, dua molekul yang akan
bereaksi harus bertabrakan langsung. Jika konsentrasi pereaksi diperbesar,
berarti kerapatannya bertambah dan akan memperbanyak kemungkinan
tabrakan sehingga akan mempercepat reaksi (Syukri, 1999).
Reaksi yang berlangsung lambat dapat dipercepat dengan zat lain
tanpa menambah konsentrasi atau suhu. Zat itu disebut katalis. Istilah ini
mula-mula dipakai oleh Berzelius pada tahun 1835. Katalis biasanya ikut
bereaksi sementara dan kemudian terbentuk kembali sebagai zat bebas.
Selanjutnya bereaksi lagi dengan pereaksi mempercepat reaksi dan bebas
kembali. Demikian seterusnya berulang kali sehingga reaksi selesai (Syukri,
1999).
Fungsi katalis adalah mempercepat laju reaksi dengan jalan
memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi. Walaupun partikel- partikel
berorientasi dengan baik, tidak akan terjadi reaksi jika partikel-partikel
tersebut bertumbukan belum melampaui energi minimum yang disebut
dengan energi aktivasi reaksi (Ea). Dengan menurunnya energi
pengaktifan/aktivasi maka partikel-partikel tersebut memenuhi energi
minimum yang dibutuhkan untuk bereaksi, dan pada suhu y ang sama
reaksi dapat berlangsung lebih cepat (Bambang Sugiarto, 2014).
B. Sifat Katalis
a. Katalis tidak bereaksi secara permanen, karena terbukti tidak mengalami
perubahan kimia selama reaksi.
b. Jumlah katalis yang diperlukan dalam reaksi sangat sedikit.
c. Katalis tidak mempengaruhi hasil akhir reaksi.
d. Katalis tidak memulai suatu reaksi tetapi hanya mempengaruhi lajunya.
e. Katalis bekerja efektif pada suhu optinum. Artinya, dibawah atau diatas
suhu tersebut kerja katalis berkurang.
Suatu katalis berperan dalam reaksi tetapi bukan sebagai pereaksi
ataupun produk. Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat.
Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih
rendah. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya
reaksi. Keterlibatan katalis dalam reaksi reversibel mempercepat laju reaksi
pada kedua arah dengan proporsi yang sama, sehingga tidak mempengaruhi
tetapan kesetimbangan. Berdasarkan jumlah fasa yang terlibat, proses katalis
dibedakan atas katalis homogen dan heterogen (Syukri, 1999).
1) Katalis Homogen
Prosesnya disebut homogen jika berlangsung dalam satu fasa, artinya
katalis berfasa sama dengan reaktan. Katalis homogen umumnya bereaksi
dengan satu atau lebih pereaksi untuk membentuk suatu perantara kimia
yang selanjutnya bereaksi membentuk produk akhir reaksi, dalam suatu
proses yang memulihkan katalisnya (Syukri, 1999).
2) Katalis Heterogen
Prosesnya disebut heterogen jika berlangsung dalam dua fasa, artinya
katalis tidak berfasa sama dengan reaktan Sebaliknya bila fasa katalis
berbeda dengan reaktan, misalnya reaksi yang dikatalisis oleh permukaan
zat padat, prosesnya disebut katalis heterogen. Sedangkan reaksi-reaksi yang
melibatkan adsorpsi permukaan termasuk katalis heterogen (Syukri, 1999).
4. Laju
Reaksi
Laju reaksi merupakan laju pengurangan reaktan tiap satuan waktu
atau laju pembentukan produk tiap satuan waktu (Kristaningrum, 2003). Laju
reaksi hampir selalu sebanding dengan konsentrasi pereaksi. Untuk reaksi
dengan reaktan A dan B menghasilkan produk C dan D seperti pada rumus
persamaan reaksi berikut, seiring waktu jumlah molekul reaktan A dan B
akan berkurang dan jumlah molekul produk C dan D akan bertambah, dan
rumus laju reaksi (v) yaitu:
Aa + bB → Cc + dD

Setiap reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan umum :

Reaktan produk
Persamaan ini, memberitahukan bahwa selama berlangsungnya suatu
reaksi, molekul reaktan bereaksi sedangkan molekul produk terbentuk.
Sehingga dapat diamati jalanya reaksi dengan cara memantau menurunnya
konsentrasi reaktan atau meningkatnya konsentrasi produk.
Menurunnya jumlah molekul A dan meningkatnya molekul B seiring
dengan waktu. Secara umum, akan lebih mudah apabila menyatakan laju
dalam perubahan konsentrasi terhadap waktu. Jadi, untuk reaksi diatas dapat
dinyatakan laju sebagai:
∆[ A] ∆[ B]
Laju = - atau laju =
∆t ∆t
Dengan ∆[A] dan ∆[B] adalah perubahan konsentrasi (dalam
molalitas) selama waktu ∆t. Karena konsentrasi A menurun selama selang
waktu, ∆[A] merupakan kuantitas negatif. Laju reaksi adalah kuantitas positif,
sehingga tanda minus diperlukan dalam rumus laju agar lajunya positif.
Sebaliknya ,pada laju pembentukan produk tidak memerlukan tanda minus
sebab ∆[B] adalah kuantitas positif (konsentrasi B meningkat seiring waktu)
(Chang, 2003).
Secara sistematis, persamaan laju reaksi dapat dituliskan sebagai berikut:
−d [ A ]
=−k [ A ]n
dt
−d [ A ]
Dimana: = Laju perubahan konsentrasi A pada waktu tertentu
dt
k = Konstanta laju reaksi

[A] = Konsentrasi A

n = Orde Reaksi
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi diantaranya sebagai berikut:
1. Temperatur
Semakin tinggi temperatur dalam sistem maka semakin cepat laju
reaksi dalam sistem. Hal ini disebabkan oleh saat suhu dinaikkan maka
partikel akan semakin aktif bergerak sehingga lajunya akan semakin cepat.
Kenaikan suhu akan menaikkan energi kinetik sehigga partikel bergerak
semakin cepat dan frekuensi tumbukan lebih banyak, sehingga kenaikan suhu
akan mempercepat laju reaksi.
2. Konsentrasi
Semakin tinggi kosentrasi, maka semakin cepat reaksi yang terjadi.
Hal ini disebabkan oleh saat konsentrasi pereaksi besar, tumbukan akan
semakin sering terjadi sehingga lajunypun akan semakin cepat.
3. Tekanan
Semakin tinggi tekanan reaktan maka reaksi akan semakin cepat
berlangsung. Hal ini disebabkan oleh penambahan tekanan dapat
memperkecil volume sehingga membuat konsentrasinya semakin besar,
dengan demikian akan menyebabkan laju reaksi berlangsung lebih cepat.
4. Katalis
Keberadaan katalis dalam suatu reaksi akan mempercepat jalannya
suatu reaksi dalam sistem tanpa merubah komposisi. Katalis memberikan
jalan baru yang memiliki energi aktivasi lebih rendah sehingga reaksi dapat
berjalan lebih cepat.
5. Luas Permukan
Semakin luas permukaan suatu pertikel maka reaksi akan semakin
cepat berlangsng. Hal ini disebabkan oleh semakin luas permukaan maka
tumbukan yang terjadi akan semakin banyak, sehingga menyebabkan laju
reaksi semakin cepat berlangsung (Setiaji, 2011).

5. Orde Reaksi
Orde dari suatu reaksi menggambarkan bentuk matematika dimana
hasil perubahan dapat ditunjukkan. Orde reaksi adalah jumlah pangkat faktor
konsentrasi dalam hukum laju differensial. Orde reaksi hanya dapat dihitung
secara eksperimen dan hanya dapat diramalkan jika suatu mekanisme reaksi
diketahui seluruh orde reaksi yang dapat ditentukan sebagai jumlah dari
masing-masing eksponen untuk reaktan, sedangkan hanya eksponen masing-
masing reaktan dikenal dengan orde reaksi untuk komponen itu (Hiskia,
2001).
Orde reaksi keseluruhan ialah jumlah pangkat dari konsentrasi reaktan
yang muncul dalam hukum laju. Menurut Wilkinson untuk :
a. Orde 1
 Metode differensial :
−1 d [ A ]
=k [ A ]
a dt
 Metode Integral :
ln [ A ] =−kt+ ln [ A 0 ]

 Grafik metode Integral :

ln (a-x)

t
b. Orde 2
 Metode differensial :
Model I :
−1 d [ A ] 2
=k [ A ]
a dt
Model II :
dx
=k [ A ][ B ]
dt
 Metode Integral :
Model I :
1 1
=kt +
[A] [ A0 ]
Model II :
[ A] [ A0]
ln =kt ( b [ A 0 ] −a [ B0 ] ) + ln
[B] [ B0 ]
 Grafik metode Integral :

c. Orde 3 t

 Metode differensial :
Model I :
−1 d [ A ] 3
=k [ A ]
a dt
Model II :
dx 2
=k [ A ] [ B ]
dt
 Metode Integral :
Model I :
1 1
2
=2 kt + 2
[A] [ A0]
Model II :
[ A ] [ B0 ]
1

1
[ A ] [ A0]
+
b ln
( [ A0 ] [ B ] ) 2
=kt
( a [ B0 ]−b [ A 0 ]) ( a [ B0 ]−b [ A 0 ] )

 Grafik metode Integral :

1
(2 a−x)2

Daftar Pustaka

Atkins, P.W. 1996. Kimia Fisika Jilid 2 Edisi keempat. Jakarta : Erlangga.
Azizah, Utiyah. 2004. Laju Reaksi. Jakarta : Direktur Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Bird, Tony. 1987. Kimia Fisika Untuk Universitas. Jakarta : PT Gramedia.
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid
2. Jakarta: Erlangga.
Hiskia, Achmad. 2001. Elektrokimia Dan Kinetika Kimia. Bandung: Citra
Aditya Sakti.
Kristaningrum, Susila. 2003. Kinetika Kimia Workshop Guru Bidang Studi
Kimia.
Setiadji, Kartika. 2011. Laporan Percobaan Kimia. Yogyakarta: SMA 1 Jetis.
Sugiarto, Bambang, dkk. 2014. Kimia Dasar. Surabaya: Fakultas MIPA
Universitas Negeri Surabaya.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung : ITB Press.
Wilkinson, F. 1936. Chemical Kinetics and Reaction Mechanisms. New
York.

Anda mungkin juga menyukai