Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN ANAK

PREMATUR

NAMA : ARMALIA AGUSTIN

NIM : 185140057

PROGRAM PROFESI NERS

UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA

JAKARTA 2019 / 2020

1
LAPORAN PENDAHULUAN PREMATUR

A. Pengertian
Bayi prematur adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500
gram. Bayi prematur adalah neonatus dengan Berat Badan Lahir pada saat kelahiran
kurang dari 2500 gram (Tanto, 2014). Dalam hal ini dibedakan menjadi:
1. Prematuritas murni Yaitu bayi pada kehamilan < 37 minggu dengan berat
badan sesuai.
2. Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR)
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan usia
kehamilan

Klasifikasi pada bayi premature:


a. Bayi prematur digaris batas
1) 37 mg, masa gestasi
2) 2500 gr, 3250 gr
3) 16 % seluruh kelahiran hidup
4) Biasanya normal
5) Masalah: Ketidak stabilan, kesulitan menyusui, ikterik, RDS mungkin
muncul
6) Penampilan: Lipatan pada kaki sedikit, payudara lebih kecil, lanugo banyak,
genitalia kurang berkembang.

b. Bayi Prematur Sedang


1) 31 mg – 36 gestasi
2) 1500 gr – 2500 gram
3) 6 % - 7 % seluruh kelahiran hidup
4) Masalah: Ketidak stabilan, pengaturan glukosa, RDS, ikterik, anemia, infeksi,
kesulitan menyusu.
5) Penampilan: Seperti pada bayi premature di garis batas tetapi lebih parah,
kulit lebih tipis, lebih banyak pembuluh darah yang tampak.
c. Bayi Sangat Prematur
1) 24 mg – 30 mg gestasi
2) 500 gr – 1400 gr
3) 0,8 % seluruh kelahiran hidup
4) Masalah : semua
5) Penampilan: Kecil tidak memiliki lemak, kulit sangat tipis, kedua mata
mungkin berdempetan (Tanto, 2014).

B. Etiologi
Prematuritas adalah penyebab utama dari kematian perinatal di negara idiopatik,
meskipun pada beberapa kasus disebabkan oleh infeksi, kelainan uterus,
inkompetensia serviks dan kelainan placenta. Etiologi prematur adalah :
1. Demografi
a. Insidens bertambah
1) Batas usia teratas dan terbawah Mungkin berkaitan dengan campuran faktor
lainnya.
2) Status sosial ekonomi yang rendah
3) Prenatal care yang tidak adekuat
4) Ras. Beberapa penelitian melaporkan kenaikan dua kali lipat kulit hitam.

2. Gaya hidup dan pekerjaan


a. Terbukti menaikkan insidens
1) Merokok
2) Penggunaan obat-obatan (drug ust)

b. Mungkin insidens naik


1) Berdiri terlalu lama
2) Kelelahan kerja dan kerja terlalu lama
3) Kerja berat mengangkat berat pada pasien yang mempunyai predisposisi
melahirkan prematur.

3. Riwayat Reproduksi
Faktor utama dalam menetapkan resiko pada kehamilan yang sedang berlangsung.
4. Anomali uterus
Lelomiomata pada uterus bisa juga meningkatkan insidens partus prematurus.

5. Kenaikan berat badan


Berat badan yang rendah atau kenaikan berat badan yang sedikit bisa
meningkatkan resiko.

6. Anemia
a. Alat prediksi yang paling lemah.
b. Kemungkinan berkaitan dengan faktor resiko lainnya.

7. Ukuran uterus dan kelainan placenta


Uterus yang menggelembung (distended) bisa memperbesar perbentukan junction.
a. Kehamilan ganda
b. Polihramnnion

Faktor yang dapat mendorong timbulnya prematuritas adalah :


1. Faktor ibu adalah meliputi :
a. Usia dibawah 20 tahun atau di atas 35 tahun.
b. Penyakit yang diderita ibu, misalnya pendarahan antepartum, trauma psikis,
toksimia gravidarum.
c. Hipotensi tiba-tiba
d. Pre eklami dan eklamsi
e. Multigravida yang jarak kehamilannya terlalu dekat.
f. Keadaan sosial ekonomi rendah
g. Ibu perokok, peminum alkohol.

2. Faktor janin adalah :


a. Kehamilan ganda
b. Kelainan kromosom
c. Infeksi dalam kandungan
d. KPD
3. Faktor lingkungan
a. Tempat tinggal
b. Radiasi
c. Zat-zat racun (Adnyanti, 2011).

C. Patofisiologi
Penyebab terjadinya kelahiran bayi prmatur belum diketahui secara jelas. Data
statistik menunjukkan bahwa bayi lahir prematur terjadi pada ibu yang memiliki
sosial ekonomi rendah. Kejadian ini dengan kurangnya perawatan pada ibu hamil
karena tidak melakukan antenatal care selama kehamilan. Asupan nutrisi yang tidak
adekuat selama kehamilan, infeksi pada uterus dan komplikasi obstetrik yang lain
merupakan pencetus kelahiran bayi prematur. Ibu hamil dengan usia yamg masih
muda, mempunyai kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol juga
menyebabkan terjadinya bayi prematur. Faktor tersebut bisa menyebabkan
terganggunya fungsi plasenta menurun dan memaksa bayiuntuk keluar sebelum
waktunya. Karena bayi lahir sebelum masa gestasi yang cukup maka organ tubuh
bayi belum matur sehingga bayi lahir prematur memerlukan perawatan yang sangat
khusus untuk memungkinkan bayi beradaptasi dengan lingkungan luar (Tanto, 2014)

D. Pathway
E. Tanda atau Gejala bayi Prematur
Karakteristik bayi prematur adalah :
1. Berat badan kurang dari 2500 gram
2. Panjang badan kurang dari 45 cm
3. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
4. Lingkar dada kurang dari 30 cm
5. Kepala lebih besar dari badan
6. Kulit tipis transparan
7. Lanugo (bulu-bulu) banyak terutama di dahi, pelipis dan telinga dan tangan.
8. Lemak subkutan kurang.
9. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora (pada
wanita). Pada laki-laki tester belum turun.
10. Rambut tipis, halus.
11. Tulang rawan di daun telinga masih kurang sempurna.
12. Putting susu belum terbentuk dengan baik.
13. Pergerakan kurang dan lemah.
14. Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami
serangan apnae.
15. Reflek tonus lemah, reflek menghisap dan menelan serta reflek batul belum
sempurna.
16. Kulit tampak mengkilat dan licin (Adnyanti, 2011).

F. Penatalaksanaan Bayi Prematur


1. Perawatan di Rumah Sakit
Mengingat belum sempurnanya kerja alat – alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup
di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian
makanan dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi sertamencegah
kekurangan vitamin dan zat besi.
a. Pengaturan suhu
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila berada di
lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan
tubuh bai yang relative lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan,
kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan kekurangan lemak coklat
(brown flat). Untuk mencegah hipotermia perlu diusahakan lingkunagn yang
cukup hangat untuk bayi dan dalam keadaan istirahat konsumsi okigen
paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap normal. Bila bayi di rawat di
dalam incubator maka suhu untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg
adalah 35 ˚C dan untuk bayi dengan berat badan 2 – 2,5 kg adalah 34 ˚C
agar ia dapta mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 ˚C. Kelembapan
incubator berkisar antara 50% - 60%. Kelembapan yang lebih tinggi
diperlukan pada bayi dengan sindroma gangguan pernafasan. Suhu
incubator dapat diturunkan 1˚C perminggu untuk bayi dengan berat badan 2
kg dan secara berangsur – angsur ia dapat di letakkan di dalam tempat tidur
bayi dengan suhu lingkungan 27˚C - 29˚C. Bila incubator tidak ada,
pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol
– botol hangat disekitarnya atau dengan memasang lampu petromaks di
dekat tempat tidur bayi.

Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh bayi sekitar 36˚C - 37˚C
adalah dengan memakai alat “perspexheat shield” yang diselimutkan pada
bayi dalam incubator. Alat ini digunakan untuk menghilangkan panas
karena radiasi. Akhir – akhir ini telah mulai digunakan incubator yang
dilengkapi dengan alat temperature sensor (thermistor probe). Alat ini
ditempelkan di kulit bayi. Suhu incubator dikontrol oleh alat
servomechanism. Dengan cara ini suhu kulit bayi dapat dipertahankan pada
derajat yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat ini sangat bermanfaat untuk
bayi dengan lahir yang rendah.

Bayi dalam incubator hanya dipakaikan popok. Hal ini mungkin untuk
pengawasan mengenai keadaan umum, perubahan tingkah laku, warna kulit,
pernafasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit yang diderita dapat
dikenal sedini – dininya dan tindakan serta pengobatan dapat dilaksanakan
secepatnya.

b. Pemberian ASI pada bayi premature


Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik yang dapat diberikan oleh
ibu pada bayinya, juga untuk bayi premature. Komposisi ASI yang
dihasilkan ibu yang melahirkan premature berbeda dengan komposisi ASI
yang dihasilkan oleh ibu yang melahirkan cukup bulan dan perbedaan ini
berlangsung selama kurang lebih 4 minggu. Jadi apabila bayi lahir sangant
premature (<30>

Sering kali terjadi kegagalan menyusui pada ibu yang melahirkan premature.
Hal ini disebabkan oleh karena ibu stres, ada perasaan bersalah, kurang
percaya diri, tidak tahu memerah ASI pada bayi prematur refleks hisap dan
menelan belum ada atau kurang, energi untuk menghisap kurang, volume
gaster kurang, sering terjadi refluks, peristaltik lambat.

Agar ibu yang melahirkan prematur dapat berhasil memberikan ASI perlu
dukungan dari keluarga dan petugas, diajarkan cara memeras ASI dan
menyimpan ASI perah dan cara memberikan ASI perah kepada bayi
prematur dengan sendok, pipet ataupun pipa lambung.

1) Bayi prematur dengan berat lahir >1800 gram (> 34 minggu gestasi) dapat
langsung disusukan kepada ibu. Mungkin untuk hari – hari pertama kalau
ASI belum mencukupi dapat diberikan ASI donor dengan sendok /
cangkir 8 – 10 kali sehari.

2) Bayi prematur dengan berat lahir 1500- 1800 gram (32 – 34 minggu),
refleks hisap belum baik, tetapi refleks menelan sudah ada, diberikan
ASI perah dengan sendok / cangkir, 10 – 12 kali sehari. Bayi prematur
dengan berat lahir 1250 – 1500 gram (30 – 31 minggu), refleks hisap dan
menelan belum ada, perlu diberikan ASI perah melalui pipa orogastrik
12X sehari.

c. Makanan bayi

Pada bayi prematur, reflek hisap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas
lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih
kurang disamping itu kebutuhan protein 3 – 5 gram/ hari dan tinggi kalori
(110 kal/ kg/ hari), agar berat badan bertambah sebaik – baiknya. Jumlah ini
lebih tinggi dari yang diperlukan bayi cukup bulan. Pemberian minum
dimulai pada waktu bayi berumur 3 jam agar bayi tidak menderita
hipoglikemia dan hiperbilirubinemia.

Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan penghisapan cairan


lambung. Hal ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia esophagus dan
mencegah muntah. Penghisapan cairan lambung juga dilakukan setiap
sebelum pemberian minum berikutnya. Pada umumnya bayi denagn berat
lahir 2000 gram atau lebih dapat menyusu pada ibunya. Bayi dengan berat
lahir kurang dari 1500 gram kurang mampu menghisap air susu ibu atau susu
botol, terutama pada hari – hari pertama, maka bayi diberi minum melalui
sonde lambung (orogastrik intubation).

Jumlah cairan yang diberikan untuk pertama kali adalah 1 – 5 ml/jam dan
jumlahnya dapat ditambah sedikit demi sedikit setiap 12 jam. Banyaknya
cairan yang diberikan adalah 60mg/kg/hari dan setiap hari dinaikkan sampai
200mg/kg/hari pada akhir minggu kedua.

d. Mencegah infeksi

Bayi prematur mudah sekali terserang infeksi. Ini disebabkan oleh karena
daya tahan tubuh terhadap infeksi kurang, relatif belum sanggup membentuk
antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik
oleh karena itu perlu dilakukan tindakan pencegahan yang dimulai pada
masa perinatal memperbaiki keadaan sosial ekonomi, program pendidikan
(nutrisi, kebersihan dan kesehatan, keluarga berencana, perawatan antenatal
dan post natal), screening (TORCH, Hepatitis, AIDS), vaksinasi tetanus serta
tempat kelahiran dan perawatan yang terjamin kebersihannya. Tindakan
aseptik antiseptik harus selalu digalakkan, baik dirawat gabung maupun
dibangsal neonatus. Infeksi yang sering terjadi adalah infeksi silang melalui
para dokter, perawat, bidan, dan petugas lain yang berhubungan dengan
bayi. Untuk mencegah itu maka perlu dilakukan:
1) Diadakan pemisahan antara bayi yang terkena infeksi dengan bayi yang
tidak terkena infeksi
2) Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang bayi
3) Membersihkan temapat tidur bayi segera setelah tidak dipakai lagi
(paling lama seorang bayi memakai tempat tidur selama 1 minggu untuk
kemudian dibersihkan dengan cairan antisptik)
4) Membersihkan ruangan pada waktu – waktu tertentu
5) Setiap bayi memiliki peralatan sendiri
6) Setiap petugas di bangsal bayi harus menggunakan pakaian yang telah
disediakan
7) Petugas yang mempunyai penyakit menular dilarang merawat bayi
8) Kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan sebaik – baiknya
9) Para pengunjung hanya boleh melihat bayi dari belakang kaca

e. Minum cukup

Selama dirawat, pihak rumah sakit harus memastikan bayi mengkonsumsi


susu sesuai kebutuhan tubuhnya. Selama belum bisa menghisap denagn
benar, minum susu dilakukan dengan menggunakan pipet.

f. Memberikan sentuhan

Ibu sangat disarankan untuk terus memberikan sentuhan pada bayinya. Bayi
prematur yang mendapat banyak sentuhan ibu menurut penelitian
menunjukkan kenaikan berat badan yang lebih cepat daripada jika si bayi
jarang disentuh.

g. Membantu beradaptasi

Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di RS bertujuan membantu


bayi beradaptasi dengan limgkungan barunya. Setelah suhunya stabil dan
dipastikan tidak ada infeksi, bayi biasanya sudah boleh dibawa pulang.
Namunada juga sejmlah RS yang menggunakan patokan berat badan.
Misalnya bayi baru boleh pulang kalau beratnya mencapai 2kg kendati
sebenarnya berat badan tidak berbanding lurus dengan kondisi kesehatan
bayi secara umum (Adnyanti, 2011).

2. Perawatan di rumah

a. Minum susu

Bayi prematur membutuhkan susu yang berprotein tinggi. Namun


dengan kuasa Tuhan, ibu – ibu hamil yang melahirkan bayi prematur
dengan sendirinya akan memproduksi ASI yang proteinnya lebih tinggi
dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. Sehingga
diusahakan untuk selalu memberikan ASI eksklusif, karena zat gizi yang
terkandung didalamnya belum ada yang menandinginya dan ASI dapat
mempercepat pertumbuhan berat anak.

b. Jaga suhu tubuhnya

Salah satu masalah yang dihadapi bayi prematur adalah suhu tubuh yang
belum stabil. Oleh karena itu, orang tua harus mengusahakan supaya
lingkungan sekitarnya tidak memicu kenaikan atau penurunan suhu
tubuh bayi. Bisa dilakukan dengan menempati kamar yang tidak terlalu
panas ataupun dingin.

c. Pastikan semuanya bersih

Bayi prematur lebih rentan terserang penyakit dan infeksi. Karenanya


orang tua harus berhati – hati menjaga keadaan si kecil supaya tetap
bersih sekaligus meminimalisir kemungkinan terserang infeksi. Maka
sebaiknya cuci tangan sebelum memberikan susu, memperhatikan
kebersihan kamar.
d. BAB dan BAK

BAB dan BAK bayi prematur masih terhitung wajar kalau setelah
disusui lalu dikeluarkan dalam bentuk pipis atau pup. Menjadi tidak
wajar apabila tanpa diberi susu pun bayi terus BAB dan BAK. Untuk
kasus seperti ini tak ada jalan lain kecuali segera membawanya ke
dokter.

d. Berikan stimulus yang sesuai

Bisa dilakukan dengan mengajak berbicara, membelai, memijat,


mengajak bermain, menimang, menggendong, menunjukkan perbedaan
warna gelap dan terang, gambar – gambar dan mainan berwarna cerah.

G. Lamanya Perawatan
Secara prinsip, semua rumah sakit di tanah air sudah bisa merawat bayi dengan
BBLR kecuali yang disertai ketidakmatangan organ-organ vital seperti paru-paru dan
jantung yang hanya dapat ditangani oleh rumah sakit dengan fasilitas NICU
(Neonatal Intensive Care Unit). Ruang NICU adalah ruang perawatan intensif untuk
bayi baru lahir yang memerlukan pengobatan dan perawatan khusus, guna mencegah
dan mengobati terjadinya kegagalan organ-organ vital. NICU sendiri merupakan
sarana terdapat pada level perawatan 3.

Untuk diketahui, level perawatan pasien di rumah sakit dibagi tiga bagian. Level 1
merupakan perawatan biasa, pasien dirawat di ruang atau kamar biasa dan tidak
memerlukan alat atau fasilitas khusus. Pada level 2, ruang perawatan memerlukan
monitor dan inkubator. Sedangkan di level 3, selain monitor dan inkubator, ruangan
juga mesti difasilitasi ventilator. Monitor berfungsi untuk mengontrol detak jantung
dan otak. Sedangkan ventilator untuk membantu sistem pernapasan. Bayi BBLR
umumnya dirawat di level 2 dan 3. Dokter anak khususnya bagian perinatologi
sangat berperan dalam perawatan dan pengobatan kasus-kasus seperti ini.

Soal lamanya waktu perawatan pasien bayi dengan BBLR tentu tergantung kasus.
Namun biasanya mereka diperbolehkan pulang jika sudah mendekati tanggal
kelahiran idealnya. Contoh bayi yang dilahirkan 6 minggu lebih dini dari seharusnya,
biasanya mesti menjalani perawatan di rumah sakit kurang lebih 4 minggu, atau lebih
cepat dua minggu dari kelahiran idealnya. Pertimbangan lainnya, bayi akan
dipulangkan jika kondisi tubuhnya sudah stabil, organ-organ vitalnya sudah
berfungsi baik, dan berbagai resiko yang mengancam sudah bisa dihindari. Salah satu
indikatornya adalah kemampuan bayi untuk mengisap atau buang air besar dan kecil
sudah baik.

Oleh sebab itu pemulangan paksa pasien bayi dengan BBLR oleh orang tua/keluarga
sangat tidak disarankan karena ia dapat mengalami berbagai resiko kesehatan, seperti
infeksi, gagal napas, gagal jantung dan sebagainya (Tanto, 2014).

H. Komplikasi
1. Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi,
penyakit membran hialin.
2. Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu.
3. Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak.
4. Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan darah.
5. Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC).
6. Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal (Adnyanti, 2011).
D. Pathway Etiologi

Faktor Ibu Faktor Plasenta Faktor Janin

Persalinan Preterm/Prematur

Permukaan tubuh Imaturitas Integumen Imaturitas Organ-Organ


relative lebih luas

Lemak Subkutan Kulit tipis, halus, Sistem kekebalan Gangguan


Penguapan Pemaparan Kurang mudah lecet tubuh blm aliran darah
Berlebih dg suhu luar sempurna
Panas tubuh Resiko kerusakan
Perfusi O2 ke
Kehilangan Imaturitas Berkurang integritas kulit
Penurunan daya jaringan
Cairan Termoregulasi
tahan tubuh
Respon Resiko Infeksi
Kehilangan Gangguan
dehidrasi Menggigil
Panas Pertukaran gas
Resiko infeksi
Sepsis
Resiko Melalui Pembakaran lemak
kekurangan kulit metabolisme Suplai O2 dalam
Volume darah menurun Imaturitas
cairan paru-paru
Hipotermia

Kekurangan Tidak
cadangan energi Hipoksia terbentuk
surfaktan
Reflek menghisap Tonus otot menurun
Malnutrisi Volume paru
belum sempurna menurun
Intoleransi
aktifitas Ketidakefektifan
Nutrisi kurang dari Hipoglikemi
kebutuhan pola nafas
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI LAHIR PREMATUR

1. Pengkajian

a. Sirkulasi

Nadi apikal mungkin cepat / tidak teratur dalam batas normal (120 sampai 160
dpm) murmur jantung yang dapat menandakan duktus arteriosus paten (PDA)

b. Makanan / Cairan

Berat badan kurang dari 2500 g

c. Neurosensori

1) Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut

2) Ukuran kepala besar dalam hubungan dengan tubuh : sutura mungkin


mudah di gerakan, fontanel mungkin besar / terbuka lebar

3) Umumnya terjadi edema pada kelopak mata, mata mungkin merapat


Reflek tergantung pada usia gestasi

d. Pernafasan

1) Apgar score mungkin rendah

2) Pernafasan dangkal, tidak teratur, pernafasan diafragmatik intermiten (40-


60 x/mnt) mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal
subternal, sianosis ada.

3) Adanya bunyi ampelas pada auskultasi, menandakan sindrom distres


pernafasan (RDS)

e. Keamanan

1) Suhu berfluktuasi dengan mudah

2) Menangis mungkin lemah

3) Wajah mungkin memar, mungkin kaput suksedaneum

4) Kulit transparan

5) Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh

6) Ekstremitas tampak edema


7) Garis telapak kaki terlihat

8) Kuku pendek

f. Seksualitas

1) Persalinan / kelahiran tergesa-gesa

2) Genetalia ; Labia minora lebih besar dari labia mayora dengan kritoris
menonjol testis pria tidak turun, rugae mungkin banyak / tidak ada pada
skrotum

g. Data Penunjang :

1) Pengobatan :

a) Cettrazidine 2 x 75 mg

b) Aminophylin 2 x 0,15 /IV

c) Mikasin 2 x 10 mg

d) Aminosteril 15 cc

2) Perhatian Khusus:

a) O2

b) Observasi TTV

3) Laboratorium pada tanggal 27 September 2005 :

a) Ht : 46 vol %
b) Hb : 15,7 gr/dl
c) Leukosit : 11 900 ul
d) Clorida darah : 112 mEq
e) Natrium darah : 140
f) Kalium : 4,1
g) GDS : 63

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi


ventilasi
b. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan imaturitas pusat pernafasan
perkembangan otot, penurunan energi / kelelahan

c. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan imaturitas


produksi enzim.

d. Resiko terjadi penurunan hipotermia berhubungan dengan perkembangan SSP


imatur, ketidak mampuan merasakan dingin berkeringat

e. Resiko infeksi berhubungan dengan respon imun imatur, prosedur invasif

3. Intervensi Keperawatan

a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi


ventilasi

Intervensi:

1) Ukur berat badan bayi dan perhatikan jenis kelamin

2) Observasi pernafasan ; cuping hidung, dispnea dan ronki

3) Observasi dengan pemantauan O2 catat setiap jam ubah sisi alat setiap 3-4
jam

b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas pusat pernafasan,


keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi / kelelahan

Intervensi:

1) Observasi frekuensi pernapasan dan pola nafas (pernafasan, tonus otot dan
warna kulit)

2) Atur / posisikan bayi telentang dengan gulungan popok di bawah bahu

3) Pertahankan suhu tubuh

4) Berikan rangsang taktil yang segera

Kolaborasi :

1) Berikan O2  ½ liter

2) Berikan obat aminofilin 2 x 0,15 cc


c. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan imaturitas
produksi enzim.

Intervensi:

1) Observasi maturitas refleks menelan dan menghisap

2) Auskultasi bising usus sehari 1 kali

3) Beri minum susu pasi ”LLM” 10 x 10 cc/mnt setiap 3 jam

4) Timbang berat badan setiap hari.

5) Berikan terapi mikasin 2 x 25 mg

d. Resiko terjadi penurunan hipotermia berhubungan dengan perkembangan SSP


imatur, ketidak mampian merasakan dingin dan berkeringat

Intervensi:

1) Gunakan lampu pemanas selama prosedur

2) Kurangi pemajanan pada aliran udara

3) Ganti pakaian bila basah

4) Observasi sistem pengaturan suhu inkubater setiap 15 menit (33,4 oC)

5) Observasi adanya sesak, sianosis, kulit belang dan menangis buruk

6) Observasi haluaran dan berat jenis urin

Kolaborasi :

1) Berikan O2

2) Therapy Blue Light

e. Resiko infeksi berhubungan dengan respon imun imatur, prosedur invasif

Intervensi:

1) Pertahankan cuci tangan yang benar

2) Pertahankan kesterilan alat

3) Observasi hasil pemeriksaan laboratorium

4) Obervasi TTV “ S, N, P “ tiap 8 jam

5) Observasi tanda-tanda infeksi


Kolaborasi:

1) Berikan aminofilin 2 x 0,15 cc  encerkan melalui IV tiap 7 jam

2) Berikan garamicyn (salep) 3 x sehari

4. Evaluasi :

a. Jalan nafas tetap paten

b. Bayi tidak menunjukan tanda-tanda TIK

c. Bayi menunjukan bukti homeostatis

d. Bayi dapat menunjukan penambahan berat badan (2x 20-30 gr/hr)

e. Suhu aksila bayi tetap dalam rentang normal untuk usia pasca konsepsi
DAFTAR PUSTAKA

Adnyanti, Niti. 2011. Laporan Pendahuluan Pada Bayi Premature. Bali http://niti-
adnyani.blogspot.co.id/2011/09/laporan-pendahuluan-pada-pasien-dengan
4945.html (diakses pada tanggal 27 Agustus 2019).

Lia, Dewi VN. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jogjakarta: Salemba
Medika.

Tanto, Chris. 2014. Kapita Selekta Kedokteran edisi IV. Jakarta : Media Aesculapius.

Mansjoer Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Euculapcius UI.

Anda mungkin juga menyukai