Anda di halaman 1dari 10

JPJA-JURNAL PENDIDIKAN JASMANI DAN ADAPTIF

Volume (02), No 01, Mei 2019


p-ISSN: e-ISSN: DOI: http://doi.org/

MODEL PERMAINAN KESEIMBANGAN UNTUK ANAK


BERKEBUTUHAN KHUSUS (AUTISME) USIA 6-10 TAHUN

Yohanis Padafani1, Novi Marlina Siregar2, Fatah Nurdin3, Widiastuti4


1
Pendidikan Jasmani Universitas Negeri Jakarta,
2 3
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Jakarta
4
Pendidikan Jasmani Universitas Negeri Jakarta

hanspadafani@gmail.com

Abstrak
Tujuan : Untuk mengetahui model permainan keseimbangan untuk anak berkebutuhan khusus
(autisme) usia 6-10 tahun. Metode : Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu model
pengembangan Borg and Gall terdiri dari 10 (sepuluh) tahapan di antaranya studi pendahuluan
(research and Information collecting), merencanakan penelitian (planning), pengembangan
desain (develop preliminary of product), preliminary field testing, revisi hasil uji lapangan
terbatas (main product revision), main field test, revisi hasi uji lapangan lebih luas (operational
product revision), uji kelayakan (operational field testing), revisi final hasil uji kelayakan (final
roduct revision), dan desiminasi dan implementasi produk akhir (dissemination and
implementation). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, melalui quisioner dan
pengukuran standing balance test (stork test) untuk mengetahui keefektifan dari pengembangan
model permainan yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus (autisme). Instrumen yang
digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini, yaitu kuisioner dan pengukuran tes
keseimbangan standing balance test (stork test). Pengambilan subjek (sampel) dalam penelitian
ini dengan teknik purposive sampling, yaitu one group pre test dan post test design. Penelitian
ini menyimpulkan model permainan yang dikembangkan, yaitu sebanyak 34 model permainan
yang dinilai valid dan layak, sehingga dapat meningkatkan keseimbangan pada anak
berkebutuhan (autisme). Hasil : Berdasarkan hasil penelitian dengan pengukuran tes
keseimbangan menggunakan stork test menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan antara
sebelum dan sesudah pemberian model permainan.

Kata Kunci : Model Permainan, Keseimbangan, Autisme.

http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jpja |6
JPJA-JURNAL PENDIDIKAN JASMANI DAN ADAPTIF
Volume (02), No 01, Mei 2019
p-ISSN: e-ISSN: DOI: http://doi.org/

BALANCE GAME MODEL FOR CHILDREN WITH SPECIAL NEEDS


(AUTISM) 6-10 YEARS OF AGE

Abstract

Objective: To know the balance game model for children with special needs (autism) 6-10 years
of age. Method : The method used in this research, the Borg and Gall development model
consists of 10 (ten) stages including preliminary study of research, planning of design,
development of preliminary of product, preliminary field testing, revision of main product
revision, main field test, broader operational product revision, operational field testing, final
revision of the final roduct revision, and dissemination and implementation of the final product
(dissemination and implementation). The instrument used in this research is, through quisioner
and measurement of standing balance test (stork test) to know the effectiveness of game model
development given to children with special needs (autism). Instruments used in this research and
development, namely the questionnaire and the measurement of the balance balance test test
(stork test). Taking the subject (sample) in this research with purposive sampling technique,
namely one group pre test and post test design. This research concludes game model developed,
that is as many as 34 game model which assessed valid and feasible, so as to improve balance in
children with need (autism). Results : Based on the results of the study with the measurement of
the balance test using stork test showed a significant increase between before and after giving the
game model.

Keywords : Game Model, Balance, Autism.

http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jpja |7
JPJA-JURNAL PENDIDIKAN JASMANI DAN ADAPTIF
Volume (02), No 01, Mei 2019
p-ISSN: e-ISSN: DOI: http://doi.org/

Pendahuluan anak, yaitu termasuk pembentukan


Usia dini merupakan kesempatan kepribadian, kemampuan berkomunikasi
emas bagi anak untuk belajar, sehingga (verbal dan non verbal), ketahanan,
disebut usia emas (golden age). Pada usia kekuatan, kemampuan untuk menghargai
ini anak memiliki kemampuan untuk belajar dan menikmati hidup, keinginan untuk
yang luar biasa khususnya pada masa belajar. Setiap anak memiliki kekuatan,
kanak-kanak awal. Mengingat usia dini kepribadian dan pengalaman individual.
merupakan usia emas maka pada masa itu Tetapi karena suatu gangguan yang
perkembangan anak harus dioptimalkan. menyebabkan anak tersebut mengalami
Perkembangan anak usia dini sifatnya keterbatasan.
holistik, yaitu dapat berkembang optimal Salah satu gangguan perkembangan
apabila sehat badannya, cukup gizinya dan yang ditandai oleh keterbatasan dalam
mendapatkan pendidikan secara baik dan interaksi sosial, komunikasi dan imajinasi
benar. adalah Autism Spectrum Disorders (ASD)
Anak berkembang dari berbagai (M. de Visser, 2009). ASD mengacu pada
aspek yaitu berkembang fisiknya, baik pola perilaku yang melibatkan tiga fitur
motorik kasar maupun halus, berkembang utama, yaitu gangguan dalam sosialisasi,
aspek kognitif, aspek sosial dan emosional. komunikasi verbal atau non verbal
Perkembangan motorik kasar merupakan keterbatasan dan tindakan stereotip yang
hal yang sangat penting bagi anak usia dini dapat sangat bervariasi dalam hal ekspresi
khususnya anak kelompok bermain (KB) gejala (Cliff Allenby, 2002). Autisme
dan taman kanak-kanak (TK). Sebenarnya spektrum disorder (termasuk sindrom
anggapan bahwa perkembangan motorik asperger) adalah kecacatan perkembangan
kasar akan berkembang dengan secara seumur hidup yang mempengaruhi cara
otomatis dengan bertambahnya usia anak, seseorang berkomunikasi, dan berhubungan
merupakan anggapan yang keliru. Hal ini dengan orang lain. Hal ini juga
mengisyaratkan bahwa apabila anak mempengaruhi bagaimana mereka
diberikan banyak stimulasi berupa memahami dunia di sekitar mereka (Anom,
permainan dan latihan untuk 2005).
mengembangkan dirinya secara Gejala yang muncul pada anak
menyeluruh, maka perkembangan pada dengan gangguan ASD, yaitu gangguan
aspek kognitif, motorik, serta afektif dapat berkomunikasi secara sosial, dan berulang-
dicapai secara optimal yang akan ulang. Selain itu anak ASD juga mengalami
mendukung perkembangan anak keterlambatan bahasa atau berbicara
selanjutnya. Hal ini tentu saja dapat dicapai sehingga menyebakan perkembangan
apabila anak bertumbuh dan berkembang kognitif dan keterampilan terhambat. Pada
secara normal, berarti bahwa tidak ada umumnya anak dengan gangguan ASD
gangguan yang diderita anak baik secara mengalami kesulitan besar dalam
fisik, psikologis maupun perilakunya, bersosialisasi (Simmons, Karen , 2016).
seperti pada anak berkebutuhan khusus Autisme biasanya terdeteksi sebelum
(Ingrid Pramling Samuelsson dan Yoshie usia 3 tahun. Namun, ada juga gejala sejak
Kaga, 2008). usia bayi dengan keterlambatan interaksi
Anak-anak dengan kebutuhan sosial dan bahasa (progresi) atau pernah
pendidikan khusus adalah anak-anak yang mencapai normal tapi sebelum usia 3 tahun
memiliki banyak kesamaan dengan anak- perkembangannya berhenti dan mundur,
anak lain seumuran pada umumnya. Namun serta muncul ciri-ciri autisme. Masalahnya,
ada banyak aspek untuk perkembangan sekolah insklusi untuk gangguan prilaku

http: //journal.unj.ac.id/unj/index.php/jpja |8
JPJA-JURNAL PENDIDIKAN JASMANI DAN ADAPTIF
Volume (02), No 01, Mei 2019
p-ISSN: e-ISSN: DOI: http://doi.org/

seperti halnya autisme masih sulit jumlahnya meningkat menjadi empat kali
ditemukan. Masih banyak guru dan orang lipat. Sementara itu, prevalensi ASD di
tua yang belum mengenali gejala autisme Indonesia berkisar 400.000 anak, laki-laki
pada anak. Hal lain yang memperberat lebih banyak daripada perempuan dengan
penanganan autisme ini adalah pandangan perbandingan 4 : 1 (Anom, 2000).
negatif masyarakat terhadap penyandang Perkembangan motorik kasar pada
autisme masih kuat, terutama di luar anak perlu adanya bantuan dari lembaga
Jakarta. pendidikan dengan anak berkebutuhan
Menurut asosiasi American Academy khusus yaitu dari sisi apa yang dibantu,
of Pediatrics, bahwa belum ada faktor bagaimana membantu yang tepat/
penyebab yang pasti mengenai ASD. appropriate, bagaimana caranya
Namun ada beberapa faktor pemicu seperti memberikan edukasi melalui jenis
pola asuh yang salah, genetika, kelainan permainan, latihan maupun aktivitas yang
kromosom dan gen, anggota keluarga yang aman bagi anak sesuai dengan tahapan usia
memiliki anak kembar, kemungkinan dan bagaimana kegiatan fisik motorik kasar
saudara kandungnya juga memiliki yang menyenangkan bagi anak.
beberapa bentuk ASD 10 kali lebih tinggi Kemampuan melakukan gerakan dan
daripada populasi umum. Faktor tindakan fisik untuk seorang anak terkait
lingkungan juga dapat berperan sekunder, dengan rasa percaya diri dan pembentukan
tetapi ini belum terbukti. Kondisi medis konsep diri.
tertentu, seperti sindrom X, sklerosis Oleh karena itu perkembangan
tuberous, sindrom rubella kongenital, Dua motorik kasar sama pentingnya dengan
obat resep yang berpotensi dikaitkan aspek perkembangan yang lain bagi anak
dengan ASD adalah Thalidomide dan berkbutuhan khusus. Perkembangan
valproate, namun belum diketahui secara motorik kasar bagi anak berkebutuhan
pasti, vaksin yang mengandung pengawet khusus antara lain melempar dan
merkuri (AAP, 2006). menangkap bola, berjalan di atas papan
Sampai saat ini, belum ada data pasti titian (keseimbangan tubuh), berjalan
mengenai jumlah penyandang autisme di dengan berbagai variasi (maju mundur di
Indonesia. Dari catatan praktek dokter atas satu garis lurus), memanjat dan
diketahui, dokter menangani 3-5 pasien bergelantungan (berayun), melompati parit
autisme per tahun. Data yang akurat dari atau berguling, dan sebagainya. Sudah
autisme ini sulit untuk didapatkan, hal ini seharusnya gerakan-gerakan motorik kasar
disebabkan karena orang tua anak yang ini dipraktekkan oleh anak-anak
dicurigai mengindap autisme seringkali berkebutuhan khusus di bawah bimbingan
tidak menyadari gejala-gejala autisme pada dan pengawasan pendidik/ guru ataupun
anak. Akibatnya, mereka tidak terdeteksi terapis, sehingga diharapkan semua aspek
dan begitu juga keluarga yang curiga perkembangan dapat berkembang secara
anaknya ada kelainan mencari pengobatan optimal. Pengembangan motorik kasar
ke bagian THT, karena menduga anaknya sama pentingnya dengan aspek-aspek
mengalami gangguan pendengaran atau ke perkembangan lainnya, karena
poli tumbuh kembang anak karena mengira ketidakmampuan anak melakukan kegiatan
anaknya mengalami masalah dengan fisik akan membuat anak kurang percaya
perkembangan fisik. Sebelum tahun 1990- diri, bahkan menimbulkan konsep diri
an prevalensi ASD pada anak berkisar 2-5 negatif dalam kegiatan fisik. Padahal jika
penderita dari 10.000 anak-anak usia anak dibantu oleh pendidik, besar
dibawah 12 tahun, dan setelah itu peluangnya dapat mengatasi

http: //journal.unj.ac.id/unj/index.php/jpja |9
JPJA-JURNAL PENDIDIKAN JASMANI DAN ADAPTIF
Volume (02), No 01, Mei 2019
p-ISSN: e-ISSN: DOI: http://doi.org/

ketidakmampuan tersebut dan menjadi seseorang mempertahankan sikap dan


lebih percaya diri. Pembinaan awal posisi tubuh secara tepat pada saat berdiri
dilakukan melalui pemberian rangsangan (static balance) maupun bergerak (dinamic
pendidikan untuk membantu pertumbuhan balance). Keseimbangan adalah
dan perkembangan jasmani dan rohani agar kemampuan seseorang untuk mengontrol
anak memiliki kesiapan dalam memasuki posisi tubuh terhadap bidang tumpu (Duane
pendidikan lebih lanjut. Knudson, 2007).
Pada usia dini kemampuan motorik Faktor-faktor yang mempengaruhi
kasar atau fisik anak sedang berkembang keseimbangan pada seseorang, yaitu :
pesat. Perkembangan motorik sangat a. Pusat gravitasi (Center of Gravity-
dipengaruhi oleh sistem saraf pusat dan COG)
stimulasi yang didapat. Gerak merupakan Merupakan titik utama tubuh yang
pintu gerbang masuknya pengetahuan dan akan mendistribusikan masa tubuh
stimulasi untuk mengembangkan potensi secara merata, terletak di pusat pelvis
dalam diri anak. Apabila anak tidak mampu disekitar umbilicus dan simfisis pubis.
melakukan gerakan fisik dengan baik akan Kemampuan seseorang untuk
menumbuhkan rasa tidak percaya diri mempertahankan keseimbangan dalam
dalam melakukan gerakan fisik. Selain itu berbagai posisi tubuh sangat
bergerak atau bermain melibatkan emosi, dipengaruhi oleh kemampuan tubuh
perasaan dan pikirannya yang nantinya juga menjaga COG untuk tetap dalam area
akan berpengaruh pada kemampuan batas stabilitas tubuh (stability limit).
sosialisasi dan psikologis anak. Salah satu b. Faktor kedua yang memperngaruhi
faktor terpenting pada anak-anak dalam keseimbangan adalah garis gravitasi
melakukan aktivitas sehari-hari seperti, (Line of Gravity/ LOG).
permainan, maupun latihan, yaitu LOG dimulai dari atas kepala dan
keseimbangan. Selain mengalami gangguan turun ke antara bahu melalui batang
perhatian dan konsentrasi, anak autisme tubuh, sedikit di anterior sacrum dan
juga mengalami gangguan keseimbangan. diantara sendi yang menahan bobot
Untuk mengantisipasi masalah tubuh dan bidang tumpu. Hubungan
tersebut dibutuhkan model permainan yang antara garis gravitasi, pusat gravitasi
dapat meningkatkan kemampuan gerak, dan bidang tumpu adalah menentukan
keseimbangan, kelincahan dan kreatifitas derajat stabilitas tubuh. Bidang tumpu
anak. Model permainan yang diberikan (Base of Support/ BOS) atau dasar
pada anak dengan gangguan autisme, yaitu penyangga adalah faktor
model permainan yang dirancang keseimbangan yang merupakan bagian
semenarik mungkin agar anak tersebut tidak dari tubuh yang berhubungan dengan
menyadari bahwa jika sebernarnya ia permukaan tumpuan atau pendukung.
sedang berlatih keseimbangan.
Fisiologi Keseimbangan
Keseimbangan Keseimbangan terbentuk melalui 3
Keseimbangan merupakan proses integrasi dari sensoris, dan output
kemampuan mempertahankan sikap dan sensoris. Pada system keseimbangan
posisi tubuh secara tepat pada saat berdiri diperlukan 3 sistem yaitu (1) Sistem
(static balance) atau pada saat melakukan persarafan pada indera yang berfungsi
gerakan (dynamic balance)( Widiastuti, memproses sensori untuk persepsi melalui
2015). Keseimbangan menurut Rubianto visual, vestibular dan somatosensorik (taktil
Hadi (2007), yaitu bahwa kemampuan dan propriosepsi) (2) Sistem

http: //journal.unj.ac.id/unj/index.php/jpja |10


JPJA-JURNAL PENDIDIKAN JASMANI DAN ADAPTIF
Volume (02), No 01, Mei 2019
p-ISSN: e-ISSN: DOI: http://doi.org/

muskuloskeletal yang meliputi postural Bermain adalah aktivitas spontan, sukarela,


alignmen, fleksibilitas otot, integritas sendi menyenangkan dan fleksibel yang
dan performa otot (3) Sistem lingkungan melibatkan kombinasi tubuh, objek,
yakni efek gravitasi, tekanan pada tubuh penggunaan simbol dan hubungan.
dan berbagai gerakan. Berbeda dengan permainan, perilaku
Propriosepsi penting dalam menjaga bermain lebih tidak teratur, dan biasanya
keseimbangan, sebab propriosepsi mampu dilakukan untuk kepentingannya sendiri
memberikan sinyal ke otak mengenai (yaitu, prosesnya lebih penting daripada
lingkungan luar yang memungkinkan untuk tujuan atau titik akhir). Fenomena
terjadi perubahan titik keseimbangan. permainan adalah hak yang sah untuk masa
Propriosepsi dihasilkan melalui respon kanak-kanak dan harus menjadi bagian dari
secara stimultan oleh visual, vestibular dan semua kehidupan anak-anak. Antara 3% -
sensorimotor, yang memiliki peranan 20% waktu dan energi anak kecil
penting untuk menjaga kestabilan postural. dihabiskan untuk bermain, pada ruang yang
Sensorimotor sangat diperhatikan dalam bebas (Peter K. Smith &, Goldsmiths,
meningkatkan propriosepsi, sebab 2013).
informasi yang diterima oleh reseptor saraf Adapun model permainan
untuk meningkatkan propriosepsi terletak keseimbangan untuk anak berkebutuhan
pada ligament, kapsul sendi, tulang rawan khusus (autisme) yang direncanakan, yaitu
dan geometri tulang yang terlibat dalam sebagai berikut :
struktur sendi. 1) Model permainan patung berdiri
Sejumlah reseptor, tidak hanya pada 2) Model permainan patung buta
sendi, memberi masukan propriosesi. 3) Model permainan tumpuan satu kaki
Propioseptor otot memberi informasi 4) Model permainan tumpuan satu kaki
umpan balik tentang ketegangan dan dan mata tertutup
panjang otot serta akselerasi, sudut dan arah 5) Model permainan pesawat terbang
6) Model permainan tumpuan satu kaki
gerakan. Proprioseptor kulit memberitahu
dan memantul bola ke lantai
sistem saraf pusat tentang tekanan yang
7) Model permainan tumpuan satu kaki
diterima kulit. Propriseptor yang berada di dan lempar tangkap bola
telinga dalam dan yang ada di otot leher, 8) Model permainan tumpuan satu kaki
memberi informasi mengenai posisi kepala dan memantul bola ke dinding
dan leher sehingga sistem saraf pusat dapat 9) Model permainan meniti garis lurus
mengorientasikan kepala dengan benar 10) Model permainan meniti balok titian
(Carolyn Kisner dan Lynn Allen 11) Model permainan lompat kelinci
Colby,2007). 12) Model permainan koordinasi gerak
13) Model permainan gerakan ½
Permainan (Bermain) lingkaran
14) Model permainan tic tac toe
Bermain didefinisikan sebagai semua
15) Model permainan lompat zebra
aktivitas maupun kegiatan apapun yang
16) Model permainan ketangkasan
dipilih secara bebas, secara intrinsik, 17) Model permainan gerak ½ lingkaran
termotivasi, melalui pribadi secara dengan rintangan
langsung tidak mempunyai tujuan namun 18) Model permainan meniti bidang
dilakukan untuk menyenangkan diri sendiri. miring
Selain itu bermain merupakan dasar dari 19) Model permainan perosotan
seni yang meliputi kegiatan seperti 20) Model permainan patung berdiri
membaca, berolahraga, menonton film, dan pada ketinggian
fashion (Jeffrey Goldstein, 2012). 21) Model permainan kecepatan gerak

http: //journal.unj.ac.id/unj/index.php/jpja |11


JPJA-JURNAL PENDIDIKAN JASMANI DAN ADAPTIF
Volume (02), No 01, Mei 2019
p-ISSN: e-ISSN: DOI: http://doi.org/

22) Model permainan ayunan bergerak Peneliti menghadirkan tiga orang ahli
23) Model permainan gerakan berayun dalam penilaian kelayakan model. Tiga
24) Model permainan rocking board orang ahli model tersebut berprofesi
(papan berayun) sebagai ahli (dosen) permainan, ahli
25) Model permainan rocking board dan fisioterapis ABK, dan psikologi anak.
memantul bola ke dinding Setelah hasil pengembangan model
26) Model permainan lompat tali
permainan keseimbangan untuk anak
27) Model permainan gasing berputar
berkebutuhan khusus (autisme), diuji
28) Model permainan berputar di atas
rintangan cobakan dalam skala kecil dan telah
29) Model permainan gym ball aktivity direvisi, maka tahap selanjunya adalah
30) Model permainan papan skateboard melakukan uji coba kelompok besar.
31) Model permainan konsentrasi gerak Berdasarkan hasil uji coba kelompok kecil
32) Model permainan gerak jalan yang telah dievaluasi oleh para ahli,
mundur kemudian peneliti melakukan revisi produk
33) Model permainan meniti garis lurus awal dan memperoleh 34 item model
dengan sepeda permainan keseimbangan yang akan
34) Model permainan zig-zag dengan digunakan dalam uji coba kelompok besar.
sepeda Langkah selanjutnya setelah model
mengalami revisi tahap II dari ahli maka
Metode Penelitian dilanjutkan dengan uji coba produk kepada
Metode yang digunakan dalam kelompok besar dengan menggunakan
penelitian ini, yaitu model pengembangan subyek penelitian sebanyak 30 anak
Borg and Gall terdiri dari 10 (sepuluh) berkebutuhan khusus (autisme) usia 6-10
tahapan di antaranya studi pendahuluan tahun.
(research and Information collecting), Data penilaian dari 30 subyek
merencanakan penelitian (planning), (sampel) terhadap efektivitas model
pengembangan desain (develop preliminary permainan keseimbangan untuk anak
of product), preliminary field testing, revisi berkebutuhan khusus (autisme) dapat
hasil uji lapangan terbatas (main product ditunjukan pada tabel dibawah ini :
revision), main field test, revisi hasi uji
lapangan lebih luas (operational product
revision), uji kelayakan (operational field
testing), revisi final hasil uji kelayakan
(final roduct revision), dan desiminasi dan
implementasi produk akhir (dissemination
and implementation).

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Setelah melakukan tahapan
pengumpulan data dan pembuatan desain
model permainan, maka langkah
selanjutnya adalah dengan melakukan uji
ahli, dimana tujuan yang ingin dicapai,
yaitu mendapatkan uji kelayakan atau
validitas model yang dibuat dengan
penilaian langsung dari ahli.

http: //journal.unj.ac.id/unj/index.php/jpja |12


JPJA-JURNAL PENDIDIKAN JASMANI DAN ADAPTIF
Volume (02), No 01, Mei 2019
p-ISSN: e-ISSN: DOI: http://doi.org/

Sampel Usia Pre Post


(Tahun) Test Test model permainan yang diterapkan efektif
(detik) (detik) dalam meningkatkan keseimbangan anak
1 9 10 15
berkebutuhan khusus (autisme) usia 6-10
2 6 12 16
3 7 15 21 tahun.
4 8 13 20 Berikut ini merupakan perbandingan
5 8 12 17 hasil pengukuran keseimbangan dengan
6 9 10 18 menggunakan standing stork test, sebelum
7 10 15 19 dan sesudah pemberian model-model
8 10 15 20 permainan keseimbangan yang dapat dilihat
9 6 12 18 pada diagram batang berikut ini :
10 7 14 18
11 10 12 22
12 9 10 20
13 8 10 24 Grafik 1 Hasil Standing Stork Test,
14 7 14 22 Sebelum Treatment (Pre Test) dan
15 6 11 21 Sesudah Treatment (Post Test).
16 6 13 19
17
18
7
8
14
10
18
24
Stork Test
19 9 12 23 1000
20 10 15 25
21 6 14 20 500
22 6 14 19 Stork Test
23 7 11 23 0
24 7 13 19 Sebelum Sesudah
25 8 12 22
26 8 14 21
27 9 13 19
28 9 14 22 Dari hasil uji coba kelompok kecil
29 10 15 21
dan kelompok besar diatas dapat
30 10 11 20
Jumlah 380 606 disimpulkan bahwa model permainan yang
detik detik diberikan kepada anak berkebutuhan
khusus (autisme) efektif terhadap
Tabel 1 Hasil Pengukuran peningkatan keseimbangan.
Standing Balance Test, Sebelum
Treatment (Pre Test) dan Sesudah Pembahasan
Treatment (Post Test). 1. Penyempurnaan Produk
Berdasarkan hasil uji coba diperoleh
Berdasarkan keterangan tabel diatas nilai pada tabel diatas, sehingga dapat
terdapat perbedaan antara hasil sebelum dan disimpulkan bahwa model permainan
sesudah tes yang diperoleh pada uji coba keseimbangan untuk anak berkebutuhan
kelompok besar, yaitu dengan nilai khusus (autisme), dapat atau layak
keseimbangan sebelum treatment sebesar digunakan dalam proses belajar (terapi) di
380 detik. Setelah itu diberikan treatment sekolah (klinik) anak berkebutuhan khusus
dengan penerapan model-model permainan (autisme) karena efektif terhadap
keseimbangan pada anak berkebutuhan peningkatan keseimbangan. Terdapat nilai
khusus (autisme), didapatkan hasil sesudah yang menunjukan bahwa, hasil dari
treatment, yaitu sebesar 606 detik. Dengan pengukuran sebelum dan sesudah treatment
demikian maka dapat disimpulkan bahwa ada perbandingan, yaitu nilai sebelum

http: //journal.unj.ac.id/unj/index.php/jpja |13


JPJA-JURNAL PENDIDIKAN JASMANI DAN ADAPTIF
Volume (02), No 01, Mei 2019
p-ISSN: e-ISSN: DOI: http://doi.org/

treatment adalah 380 detik, dan setelah c. Sarana dan prasarana yang digunakan
treatment adalah 606 detik. Maka dapat dalam penelitian ini masih terbatas dan
disimpulkan bahwa model permainan yang kurang memadai
diberikan efektif dalam hal meningkatkan d. Adanya faktor lain seperti kontrol diri
keseimbangan anak berkebutuhan khusus (emosi) anak saat penelitian sehingga
(autisme) usia 6-10 tahun. berdampak pada hasil penelitian.
2. Pembahasan Produk
Model permainan yang Kesimpulan
dikembangkan oleh peneliti ini merupakan Berdasarkan data yang diperoleh,
produk yang bertujuan untuk membantu dari uji coba kelompok kecil dan uji coba
terapis, guru, maupun orangtua (keluarga) kelompok besar dapat disimpulkan bahwa :
dalam menangani anak-anak berkebutuhan 1. Penerapan model permainan efektif
dalam hal meningkatkan kesimbangan
khusus (autisme).
pada anak berkebutuhan khusus
Setelah dikaji dan perbaiki maka
(autisme) usia 6-10 tahun.
dapat disampaikan bahwa keunggulan dari 2. Melalui model permainan
produk model permainan ini, yaitu : keseimbangan ini, diharapkan dapat
a. Meningkatkan keseimbangan, membantu guru, terapis, maupun
konsentrasi, koordinasi mata dan tangan keluarga (orangtua) dalam menangani
b. Melatih daya ingat (memori) (mengajarkan) anak berkebutuhan
c. Melatih kognitif, afektif, dan khusus (autisme).
psikomotor,
d. Melati interaksi sosial dengan sesama, Saran
e. Anak-anak lebih bersemangat untuk 1. Saran Pemanfaatan
bermain Model permainan ini merupakan
f. Kerjasama tim
model permainan yang dapat digunakan
g. Sumbangan bagi ilmu pengetahuan
untuk melatih keseimbangan anak,
terutama untuk guru, terapis, maupun
orangtua (keluarga) yang menangani sehingga dalam pemanfaatan atau
anak berkebutuhan khusus (autisme) penggunaan model permainan ini perlu
h. Model permainan ini dapat dilakukan berhati-hati, agar anak tidak mengalami
secara bertahap dari model yang cedera saat bermain, sehingga
termudah sampai model yang tersulit menimbulkan trauma berkelanjutan.
3. Keterbatasan Produk 2. Saran Deseminasi
Penelitian model permainan ini telah Dalam penyebarluasan model
diupayakan secara maksimal sesuai dengan permainan keseimbangan ini ke sasaran
kemampuan dari peneliti, namun dalam yang lebih luas, maka peneliti memberikan
penelitian ini masih terdapat beberapa saran antara lain, yaitu :
keterbatasan yang harus diakui dan a. Sebelum disebarluaskan model
dikemukakan oleh peneliti sebagai permainan kesimbangan untuk anak
pertimbangan dari hasil yang dicapai. berkebutuhan khusus (autisme) ini perlu
Adapun keterbatasan-keterbatasan disusun serta diperhatikan kembali
tersebut antara lain sebagai berikut : berdasarkan tujuan dan sasaran yang
a. Uji coba lapangan penelitian hanya akan capai.
dilakukan pada satu sekolah (klinik), b. Agar model permainan ini dapat
yaitu klinik miracle, digunakan oleh guru, terapis, maupun
b. Produk yang digunakan masih jauh dari keluarga (orangtua) dalam menangani
sempurna anak berkebutuhan khusus (autisme),
maka sebaiknya dicetak lebih banyak
lagi, sehingga dapa digunakan di

http: //journal.unj.ac.id/unj/index.php/jpja |14


JPJA-JURNAL PENDIDIKAN JASMANI DAN ADAPTIF
Volume (02), No 01, Mei 2019
p-ISSN: e-ISSN: DOI: http://doi.org/

sekolah maupun klinik yang Kisner Carolyn dan Lynn Allen Colby. 2007.
membutuhkan. Therapeutic Exercise Foundations
3. Saran Pengembangan Lebih Lanjut and Techniques. Fifth Edition.
Dalam mengembangkan penelitian Philadelphia : Davis Company.
ini ke arah lebih lanjut, peneliti mempunyai Knudson, Duane. 2007. Fundamentalsof
beberapa saran sebagai berikut : Biomechanics. Second Edition. Usa
a. Dalam penelitian ini sebaiknya : Springer.
dilakukan pada subyek yang lebih luas Pramling Samuelsson, Ingrid dan Yoshie
baik dari subyek itu sendiri, sekolah Kaga, 2008. The contribution of
(klinik), atau yayasan anak
Early Childhood Education to a
berkebutuhan khusus lainnya, yang
sustainable Society. Paris : Unesco.
digunakan sebagai kelompok uji coba.
b. Hasil penelitian model permainan Smith, Peter K &, Goldsmiths. 2013. Play.
keseimbangan ini dapat disebarluaskan London : University of London.
ke sekolah-sekolah (klinik), yayasan Widiastuti. 2015. Tes Pengukuran Olahraga.
anak berkebutuhan khusus lainnya, yang Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.
menangani anak berkebutuhan khusus
(autisme).
Demikian saran terhadap
pemanfaatan, deseminasi, maupun
pengembangan produk lebih lanjut terhadap
model permainan keseimbangan untuk anak
berkebutuhan khusus (autisme).

DAFTAR PUSTAKA

AAP. 2006. Understanding Autism Spectrum


Disorders. Amerika : American
Academy of Pediatrics.
Allenby Cliff. 2002. Autistic Spectrum
Disorders. California : Department
of Developmental Services.
Autism Spectrum Disorders a Resource Pack
for School Staff (London : The
National Autistic Society, 2005).
De Visser, M. 2009. Autism Spectrum
Disorders : a Lifetime of Difference
(Hague : Health Council of the
Netherlands).
Goldstein, Jeffrey. 2012. Play in Children’s
Development, Health and Well-
Being. Brussels : fueldesign.
Hadi, Rubianto. 2007. Ilmu Kepelatihan
Dasar Semarang : Rumah Indonesia.
Karen, L Simmons. The Official Autism 101
E-Book : Autism Today. Alberta,
Canada : 2016.

http: //journal.unj.ac.id/unj/index.php/jpja |15

Anda mungkin juga menyukai