id
SKRIPSI
G 0008072
FAKULTAS KEDOKTERAN
Surakarta
2011
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Hubungan Asupan Zat Besi dengan Insidensi Anemia
Defisiensi Besi pada Balita di Bangsal Anak RSUD Dr. Moewardi
Pembimbing Utama
Nama : Muhammad Riza, dr., Sp.A., M.Kes
NIP : 19761126 201001 1 005 (...................................)
Pembimbing Pendamping
Nama : Dr. Sugiarto, dr., Sp.PD
NIP : 19620522 198901 1 001 (...................................)
Penguji Utama
Nama : Prof. Dr. Harsono Salimo, dr., Sp.A (K)
NIP : 19441226 197310 1 001 (...................................)
Anggota Penguji
Nama : Wachid Putranto, dr., Sp.PD
NIP : 19720226 200501 1 001 (...................................)
Surakarta,
Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM
NIP 19660702 199802 2 001 NIP 19510601 197903 1 002
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Cholifatur Ravita Fauzi, G0008072, 2011. Hubungan Asupan Zat Besi dengan
Insidensi Anemia Defisiensi Besi pada Balita di Bangsal Anak RSUD Dr.
Moewardi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Simpulan penelitian: Terdapat hubungan antara asupan zat besi dengan insidensi
Anemia Defisiensi Besi. Balita yang memiliki asupan besi defisit memiliki rIsiko
6,46 kali lebih besar dari asupan besi normal untuk mengalami anemia defisiensi
zat besi. Kesimpulan ini telah mengontrol pengaruh dari riwayat ASI eksklusif.
Kata kunci: asupan zat besi, anemia defisiensi besi, ASI eksklusif
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Objective: The objective of this study is to test the relationship between iron
intake and the incidence of iron deficiency anemia in toddlers at pediatric ward
Dr. Moewardi hospital.
Methods: The method which used in this study is case control approach. This
study used 54 samples of toddlers. The sample was devided into two groups. The
first group was the case group (iron deficiency anemia) and the second group was
the control group (non-anemic), each of them consisting of 27 samples. A
questioner, document, and an observation were used to collect the data from the
sample. The independent variable in this study is iron intake with controlling
exclusive breastfed history. Multiple regression logistic was run to test the data.
Results: From the 54 number of samples obtained that 27 toddlers have iron
deficiency anemia and 27 others non-anemic. The result of this study shows that
the toddlers with deficit iron intake have odds ratio 6,46 in having iron deficiency
anemia which statistically significant (OR = 6,46; CI 95% = 1,89 – 22,05; p =
0,003). Whereas the exclusively breastfed history variable do not show significant
relationship with the incidence of iron deficiency anemia (OR = 1,53; CI 95% =
0,46 – 5,15; p = 0,492).
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan naskah skrispsi
yang berjudul “Hubungan Asupan Zat Besi dengan Insidensi Anemia Defisiensi
Besi pada Balita di Bangsal Anak RSUD Dr. Moewardi”.
Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan skripsi dan penyususnan
naskah ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, serta dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menghanturkan terimakasih
kepada:
1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
2. Muhammad Riza, dr.,Sp.A.,M.Kes dan Dr. Sugiarto, dr., Sp.PD selaku
dosen pembimbing I dan II yang telah memberikan bantuan dan
bimbingan selama penelitian hingga naskah ini dapat terwujud.
3. Prof. Dr. Harsono Salimo, dr., Sp.A (K) dan Wachid Putranto, dr., Sp.PD
selaku dosen penguji I dan II yang telah memberikan banyak arahan dan
masukan dalam penulisan naskah ini.
4. Budhianti Wiboworini, dr.. M.Kes yang telah memberikan masukan dalam
bidang gizi selama penelitian ini berlangsung
5. Prof. Dr. Bhisma Murti, dr. MPH yang telah membantu dan memeberikan
masukan penulis dalam hal statistik yang berhubungan dengan penelitian
ini.
6. Renitha, dr., Aan, dr., dan Rudi, dr. yang telah membantu dalam
pengambilan sampel saat proses penelitian.
7. Keluarga tercinta (Papa Hasan, Mama Isna, Mbak Inna, Dek Arul) atas
kasih sayang, dukungan, nasihat, dan doa selama penelitian hingga
penulisan naskah.
8. Sahabat-sahabatku (Endika Rachmawati, Ikvin Muttathi’in, Dea Alberta,
Titis Ummi Nurjanati, Dinar Handayani) atas dukungan dan bantuan yang
telah memberi semangat kepada penulis.
9. Teman seperjuangan, Mega Astriningrum, atas dukungan dan bantuannya
selama penelitian.
10. Pihak pihak lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa naskah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
PRAKATA ........................................................................................................... vi
C. Hipotesis ......................................................................................... 15
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Simpulan ......................................................................................... 37
B. Saran ............................................................................................... 37
LAMPIRAN
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 7. Hubungan antara Riwayat ASI Eksklusif dengan Insidensi ADB ......... 28
Tabel 8. Hubungan antara Ssupan Zat Besi dengan Insidensi ADB ................... 29
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR SINGKATAN
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia dan lebih dari setengah
mengalami defisiensi zat besi. Hal tersebut masih menjadi ancaman kurang
Departemen Kesehatan, sejak Pelita I sampai dengan Pelita VI. Upaya ini
Anemia Gizi Besi, dan Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI) (Kristijono,
prevalensi anemia pada anak 0 – 5 tahun 47%, anak usia sekolah dan remaja
26,5%, dan wanita usia subur 40% (Subeno, 2007). Dari data terakhir survey
kesehatan dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta dari tahun 2001 – 2009
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
didapat sekitar 57,9% kasus anemia pada anak balita dan 54,7% pada anak
dalam usia pra sekolah (IDAI, 2009). Masa Balita sering dinyatakan sebagai
Untuk itu Balita membutuhkan zat gizi yang seimbang agar status gizinya
kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi. Salah
melimpah, baik besi heme maupun non-heme. Zat besi banyak terkandung
dalam tubuh juga tergantung dari kandungan lain dari bahan makanan yang
beda akan menimbulkan efek yang berbeda pula terhadap status besi
seseorang. Sampai saat ini, pemberian makan pada anak masih merupakan
masalah yang sangat unik dan tidak selalu mudah untuk ditetapkan pada setiap
Penyebab utama anemia gizi adalah konsumsi zat besi yang tidak
cukup, absorbsi zat besi yang rendah, dan pola makan yang sebagian besar
terdiri dari nasi dan menu yang kurang beraneka ragam. Selain itu infestasi
menyatakan bahwa anemia gizi juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti sosial
asupan zat besi dengan insidensi anemia defisiensi besi. Penelitian ini
dilakukan pada Bangsal Anak RSUD Dr. Moewardi karena belum adanya
insidensi ADB.
B. Rumusan Masalah
defisiensi besi?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Aspek Teoritik
2. Aspek Aplikatif
untuk anak-anaknya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
penurunan cadangan besi maka defisiensi besi dapat disertai atau tidak
Penyebab defisiensi besi pada bayi dan anak antara lain (1) pengadaan zat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
besi yang tidak cukup, bisa pada waktu lahir cadangan zat besi tidak cukup
(BBLR atau ibu mengalami anemia) atau asupan zat besi saat itu kurang
dan kelainan saluran pencernaan; (3) Kebutuhan akan zat besi meningkat
Malnutrisi energi protein (MEP) serta infeksi yang akut dan berulang,
besi berkurang, baik karena malabsorbsi atau pun intake besi yang
besi. Pada fase ini kelaianan pertama yang dijumpai adalah peningkatan
sehingga terbentuk sel darah merah yang pucat (hipokromik) dan kecil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(mikrositik) yang disebut ADB (Bakta et al, 2007; Sacher dan McPherson,
2004).
dengan hemoglobin sel rerata (MCH) yang kurang dari 27 pg/L dan
volume sel rerata (MCV) kurang dari 80 fL. Ada beberapa kondisi yang
dan McPherson, 2004). Defisisensi besi sendiri bisa juga tidak disertai
dengan anemia. Oleh karena itu menentukan ADB tidak cukup hanya
dengan menggunakan satu test saja (Alton, 2005). Menurut Bakta dkk
a. Anemia hipokromik mikrositer pada hapusan darah tepi, atau MCV <
80fl dan MCHC < 31% dengan salah saru dari b,c,d,e.
c. Feritin serum < 12 mg/L atau < 100 mg/L (bila disertai infeksi) (Theurl
et.al., 2009)
besi negatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Sacher dan McPherson, 2004). Feritin terdapat di dalam serum dan plasma
defisiensi besi pada anak-anak, patokan nilai feritin serum yang disarankan
adalah kurang dari 10 µg/L (Baker et al, 2010). Namun, untuk daerah
tropik dimana angka infeksi dan inflamasi masih tinggi, titik pemilah yang
feritin < 12 µg/L dan < 20 µg/L memberikan sensitivitas dan spesifisitas
masing-masing 68% dan 98% serta 68% dan 96% (Adnyana et al, 2007).
dalam tubuh. Selain kadar cadangan besi dalam tubuh juga dipengaruhi
2. Zat Besi
sintesis heme, besi dalam bentuk ferro (Wood et al, 2006). Jumlah zat besi
dalam tubuh bervariasi menurut umur, jenis kelamin, status gizi dan
jumlah cadangan zat besi.Semua zat besi dalam tubuh terdapat dalam
hemoglobin dalam eritrosit dan mioglobin dalam otot (Wood et al, 2006;
Gallagher, 2008).
10
makanan terdapat dalam dua bentuk, yaitu : (1) Besi heme, terdapat dalam
daging dan ikan, memiliki tingkat absorbsi dan bioavailabilitas yang tinggi
bioavailabilitasnya rendah (Bakta et al, 2007). Lebih dari 80% besi dalam
diet berasal dari besi non-heme.Bentuk ini terdapat dalam 60% produk
absorbsi zat besi non heme hinggaempat kali lipat. Vitamin C dan zat besi
membentuk senyawa askorbat besi kompleks yang mudah larut dan mudah
konsumsi vitamin C. Disebutkan bahwa zat besi non heme akan meningkat
teh setelah makan mempunyai dampak dalam penurunan kadar Hb, karena
dalam teh terkandung tanin yang bersifat inhibitor terhadap absorpsi zat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
Kandungan besi pada bayi baru lahir sebanyak 65-90 mg/kgBB atau
dan besi jaringan. Sebelum pertumbuhan berhenti jumlah zat besi harus
defisiensi besi dibandingkan dengan bayi yang minum susu sapi oleh
karena besi dalam ASI diserap sebanyak 48%, sedangkan besi dari bahan
makanan lain hanya 5-10% dapat diserap. Besi pada ASI diabsorbsi 2 – 3x
lebih efisien dari pada dalam susu sapi, mungkin karena perbedaan
walaupun jumlah besi dalam ASI rendah, sebanyak 49% zat besi dalam
ASI dapat diabsorbsi oleh bayi. Sedangkan susu sapi hanya dapat
yaitu sebagai bahan baku pembuatan hemoglobin. Zat besi dalam makanan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
dapat berupa berupa besi heme dan non-heme. Setiap makanan memiliki
suasana asam oleh adanya HCL di dalam lambung, sebagian besar besi
dalam bentuk feri direduksi menjadi bentuk fero yang siap untuk diserap
membutuhkan. Kelebihan besi yang dapat mencapai 200 hingga 1.500 mg,
sumsum tulang belakang (30%), selebihnya di dalam limpa dan otot serta
dalam tubuh.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
besi seseorang dalam proses selanjutnya. Bila jumlah zat besi yang masuk
bila asupan tak kunjung terpenuhi semakin lama cadangan besi dalam
tubuh pun akan terus berkurang bahkan habis karena dipakai untuk
eritropoiesis. Hal tersebut ditandai dengan habisnya simpanan zat besi dan
defisiensi besi yang tidak disertai anemia. Bila cadangan besi habis, maka
heme. Karena tidak ada Fe yang diikat maka terjadi peningkatan free
masuk dalam tubuh selain dari jumlah kandungan zat besi dari setiap jenis
makanan yaitu jenis zat besi (heme atau non-heme), kemampuan absorbsi,
14
milligram besi untuk setiap milliliter sel darah merah yang diproduksi.
diperoleh dari daur ulang besi dari perputaran eritrosit dan hasil
dan McPherson, 2004). Faktor-faktor selain asupan zat besi yang dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
B. Kerangka Pemikiran
Asupan
zat besi
1. Malabsorbsi
2. Vitamin C, daging- Zat besi masuk
kurang
dagingan <<
3. Fitat, tannin, kalsium >>
Peningkatan
Absorbsi ↓ kebutuhan besi:
Sekresi besi ↑: • Masa pertumbuhan
1. Diare kronis
2. Infeksi Cacing
3. Perdarahan Riwayat BBLR,
Cadangan Besi ↓
bayi kembar
Besi untuk
Infeksi eritropoiesis ↓ Riwayat ASI
eksklusif
Hb ↓, eritrosit
kecil
Status gizi
buruk
Anemia Defisiensi
Besi (ADB)
: diteliti
: tidak diteliti
C. Hipotesis
defisiensi besi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
analitik, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas dan variabel terikatnya,
C. Subjek Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien anak yang
screening ADB, sebagai kontrol dipilih anak yang tidak menderita anemia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
2. Setuju dan bersedia ikut serta dalam penelitian yang dinyatakan dengan
akurat dan efisien (Murti, 2006). Besar sampel yang dibutuhkan untuk
karena itu jumlah sampel yang diperlukan akan lebih besar dibandingkan
n = jumlah sampel
n> 50+m
m = jumlah variabel bebas (termasuk variabel
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
n> 50+4
n> 54
E. Skema Penelitian
Pasien Balita di
Bangsal anak
Kriteria inklusi
dan eksklusi
Pemeriksaan
Lab
Normal (Tidak
ADB ADB)
Analisis
F. Instrumen Penelitian
19
3. Variabel perancu
a. Terkendali
b. Tidak Terkendali
cerna.
1. Balita
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Balita atau anak pra
dalam kriteria sample mengacu pada prevalensi dari ADB yang banyak
terjadi pada periode balita. Dari data terakhir survei kesehatan dari Dinas
Kesehatan Kota Surakarta dari tahun 2001 – 2009 didapat sekitar 57,9%
kasus anemia pada anak Balita dan 54,7% pada anak sekolah (Dinas
20
Asupan zat besi merupakan jumlah asupan zat besi heme dan non-
b. Defisit : bila asupan zat besi per hari < 77% AKG
Skala: nominal
dari 11 µg/L untuk anak usia 12 – 59 bulan (Baker et al, 2010). Tahap
awal sebelum terjadinya ADB adalah deplesi besi yang ditandai dengan
berkurangnya besi dan feritin serum serta cadangan besi di sumsum tulang.
21
(Lee, 2004).
feritin serum < 12 mg/L atau < 100 mg/L (bila disertai
Skala: nominal
4. ASI Eksklusif
dilakukan selama 6 bulan pertama karena pada masa tersebut ASI dapat
22
b. Tidak ASI eksklusif : bila sampai umur 6 bulan diberi susu formula
Skala: nominal
5. BBLR
dengan berat badan kurang dari 2.500 gram. Dalam penelitian ini BBLR
studi case control sehingga memakai uji beda dengan rumus Chi-Square.
multivariat. Faktor tersebut meliputi riwayat ASI eksklusif dan asupan zat
besi. Untuk mengukur faktor resiko asupan besi dan beberapa faktor perancu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
Menghitung Crude analysis dengan variabel bebas asupan zat besi, dan
Rumus : OR= ad
bc
Keterangan :
pembanding.
Rumus p = 1
1+ e - (a+ΣBnXn)
OR = eksponen B
a = konstanta
(Murti, 2006)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
BAB IV
HASIL
Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan mulai bulan April sampai
bulan Juli 2011. Karakteristik dari 54 sampel yang telah dikumpulkan sebagai
berikut:
A. Karakteristik sampel
Kelompok Jumlah %
ADB 27 50
Tidak ADB 27 50
Total 54 100
dalam 2 kelompok, yaitu kelompok kasus (ADB) dan kelompok kontrol (Tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
Ya 25 46,3
Tidak 29 53,7
Total 54 100
mendapatkan ASI eksklusif sedikit lebih tinggi (7,4%) yaitu sebesar 53,7 %
(29 sampel).
Normal 30 55.6
Defisit 24 44,4
Total 54 100
normal sebesar 55,6% (30 sampel). Sedangkan kelompok dengan asupan zat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
a. Kelompok kasus
Pneumonia 2 7,40
Asma 1 3,70
Pangatritis 1 3,70
Total 27 100
kasus (Balita ADB) dimana kasus diare akut dehidrasi sedang memiliki jumlah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
b. Kelompok kontrol
Pneumonia 1 3,70
Bronkolitis 1 3,70
Dispepsia 1 3,70
Total 27 100
kelompok kotrol (Balita non-anemia) adalah diare akut dehidrasi sedang yaitu
29,63% (8 sampel), urutan kedua dengan jumlah 5 sampel, yaitu faringitis akut,
urutan ketiga dengan jumlah 4 sampel yaitu diare akut tanpa dehidrasi dan
rhinofaringitis akut.
B. Analisis Bivariat
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Untuk mencarinya dapat
28
langkah untuk melakukan seleksi terhadap variabel yang akan masuk ke dalam
dan variabel luar terkendali dengan variabel terikat ditunjukkan dengan nilai p
< 0,05 dan nilai OR>1. Variabel yang akan dianalisis secara bivariat yaitu
ADB
Ya % Tidak %
Eksklusif Ya 10 37 15 55,6
Hasil analisis bivariat dengan uji Chi Kuadrat diperoleh X2 value 1,862
dengan nilai OR = 2,125. Hal tesrsebut memiliki arti bahwa balita yang tidak
29
statistik tidak signifikan yang ditunjukkan dari nilai p > 0,05 yaitu 0,172.
ADB
Ya % Tidak %
18 sampel (66,7%) memiliki asupan zat besi yang defisit, dan 9 di antaranya
(33,3%) memilki asupan besi yang normal. Pada kelompok kontrol (Tidak
asupan besi, sedangkan yang memiliki asupan besi normal ada 21 sampel
(56,25%).
10,800 dengan OR= 7. Dengan demikian berarti bahwa Balita dengan asupan
besi yang defisit dapat menimbulkan insidensi ADB sebesar 7 kali lebih besar
probabilitas pasien yang mengalami defisit asupan besi untuk menjadi ADB
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
adalah sebesar 87,5%. Secara statistik, hasil ini bermakna sangat signifikan
menggunakan uji regresi logistik ganda dengan metode Enter pada tingkat
kemaknaan 95%.
Tabel 9. Hasil analisis Regresi Logistik Ganda tentang Hubungan Asupan Zat
CI 95%
Variabel Bebas OR p
Batas bawah Batas atas
N observasi = 54
Nagelkerke R2 = 25,9%
secara statistik antara asupan zat besi dengan insidensi anemia defisiensi besi
dengan p = 0,003. Balita dengan defisit asupan zat besi memiliki resiko untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
mengalami anemia defisiensi besi 6,5 kali lebih besar dari asupan zat besi
dan tidak ASI eksklusif secara bersama mampu menjelaskan terjadinya ADB
sebesar 25,9%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
BAB V
PEMBAHASAN
infeksi. Junca et. al. (1998) pun pernah meneliti bahwa pasien anemia di rumah
penyebab tersering anemia. Oleh karena itu sangat sulit membedakan apakah
anemia itu disebabkan murni karena defisiensi besi atau penyakit kronis. Banyak
referensi yang menyatakan bahwa diagnosis ADB yang bersamaan dengan proses
inflamasi memang cukup sulit untuk itu cutoff yang digunakan pun berubah.
Untuk membedakan ADB yang tercampur infeksi dengan anemia karena penyakit
kronis menggunakan cutoff feritin < 100 mg/L. Bila feritin lebih dari dari normal
(> 100) maka kemungkinan besar penyebab anemia tersebut tidaklah lagi karena
defisiensi besi melainkan penyakit kronis murni (Theurl et.al., 2009). Penelitian
Kis dan Carnes (1998) juga menyebutkan bahwa cutoff < 100 mg/L sudah optimal
untuk menentukan terjadinya defisiensi besi pada pasien anemia yang disertai
adalah diare akut dehidrasi sedang, tetapi jumlah pada kelompok kasus lebih
banyak (lebih dari setengahnya) dan perbandingan dengan kasus lainnya cukup
jauh. Pada kelompok kontrol, walaupun jumlah Balita yang memiliki diare akut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
dehidrasi sedang paling banyak tetapi perbedaan jumlah dengan penyakit penyerta
lainnya tidak terpaut jauh. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa kasus
tersering yang mempengaruhi timbulnya ADB pada Balita adalah diare akut
dehidrasi sedang. Hal ini bisa dijelaskan dengan teori, sistem pencernaan apabila
dalam mengabsorbsi makanan yang masuk, dalam hal ini adalah zat besi. Bila
terjadi diare, maka zat besi yang diabsorbsi akan semakin berkurang dan
yang meningkat juga merupakan salah satu faktor terjadinya ADB (Wahyuni,
2004; Masrizal, 2007). Namun, hal ini tidak mutlak demikian bila melihat pada
kelompok kontrol juga teryata ada 8 dari 27 sampel yang memiliki penyakit
penyerta tersebut. Hal ini bisa dipengaruhi oleh faktor yang mempercepat
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah asupan zat besi
dengan variabel luar terkendali adalah riwayat ASI eksklusif. Dari hasil analisis
multivariat dengan regresi logistik ganda didapatkan hasil bahwa variabel asupan
zat besi berhubungan dengan insidensi ADB pada Balita di Bangsal Anak RSUD
ditunjukkan dengan nilai p = 0,003. Balita yang mengalami defisit asupan zat besi
memiliki resiko untuk terjadinya ADB sebesar 6,46 kali lebih besar dibandingkan
dengan yang memilki asupan zat besi normal (OR = 6,46; CI 95% = 1,89 –
22,05). Hasil demikian pun seperti penelitian Margiani (2006) yang menyebutkan
bahwa terdapat hubungan antara tingkat konsumsi zat besi dengan status anemia
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
Hasil tersebut menguatkan teori asupan zat besi sebagai salah satu faktor
resiko ADB. Apabila jumlah zat besi yang dikonsumsi cukup maka cadangan zat
besi dalam tubuh pun akan tercukupi dimana akan digunakan untuk pembentukan
Hb dan eritrosit dengan asumsi tidak ada malabsorbsi dalam saluran pencernaan
ataupun sekresi yang berlebihan dari zat besi tersebut. Namun, bila jumlah zat
besi yang dikonsumsi tidak mencukupi AKG, maka cadangan besi akan berkurang
karena digunakan untuk pembentukan Hb dan eriotrosit dan semakin lama akan
Faktor risiko yang lain dan menjadi variabel perancu dalam penelitian ini
adalah riwayat ASI eksklusif. Dari hasil analisis multivariat didapatkan tidak ada
hubungan dengan insidensi ADB ditunjukkan dengan hasil yang tidak signifikan
(p = 0,492). Jika dilihat dari nilai OR yaitu 1,53 balita yang tidak mendapatkan
ASI eksklusif akan mengalami ADB satu setengah kali lebih besar dari balita
yang mendapatkan ASI eksklusif, tetapi dikatakan tidak bermakna karena nilai CI
eksklusif ini merupakan faktor secara tidak langsung untuk terjadinya ADB. ASI
disini sebagai asupan ketika bayi yang bisa menjadi cadangan besi dalam masa
pertumbuhan. Menurut Schwartz (2000) besi dalam ASI diserap oleh tubuh
sebanyak 48% sedangkan dalam makanan hanya sebesar 5 – 10%. Begitu juga
menurut Wahyuni (2004), walaupun jumlah besi dalam ASI rendah, sebanyak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
49% zat besi dalam ASI dapat diabsorbsi oleh bayi. Sedangkan susu sapi hanya
dapat diabsorbsi sebanyak 10 – 12% zat besi. Dengan tingginya absorbsi dari zat
besi tersebut dapat digunakan sebagai cadangan besi di dalam tubuh yang sangat
diperlukan untuk pertumbuhan dan aktifitas yang lain.Teori ini ditunjang dengan
penelitian yang dilakukan oleh Raj et. al. (2008) yang menyatakan bahwa
besi ataupun anemia defisiensi besi. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh
Picasane et.al yang menyebutkan bahwa 30 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif
pada bulan ke tujuh dan seterusnya tidak mengalami defisiensi besi sedang 43%
bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif mengalami anemi pada umur 12
bulan.
Hasil yang berlainan ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Raj et al
dan Picasane et al ini bisa dikarenakan umur subjek yang berbeda dimana pada
penelitian ini menggunakan subjek balita. ASI eksklusif diberikan sampai umur 6
bulan dan setelah itu kebutuhan akan ASI menurun dan digantikan oleh makanan
pendamping. Dengan kondisi seperti ini bisa menjelaskan bahwa riwayat ASI
tidak bisa menjadi faktor resiko timbulnya ADB untuk balita karena lebih banyak
dipengaruhi oleh asupan makanan.Dalam buku ajar Ilmu Kesehatan Anak (Hasan
et al, 2007) dijelaskan bahwa penyebab ADB untuk anak balita lebih banyak
disebabkan oleh infeksi yang berulang dan diet yang tidak adekuat.
Moewardi yang berarti bahwa sampel yang diambil adalah Balita yang sudah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
ekonomi yang sama, yaitu golongan menengah ke bawah sehingga jenis makanan
yang dimakan kesehariannya tidak berbeda jauh. Untuk itu, hasil dari penelitian
ini tidak dapat disamakan dengan penelitian pada anak-anak yang sehat (tidak
terdapat dalam penelitian ini adalah tidak memperhitungkan jumlah asupan faktor
enhancer (seperti vitamin C, dan berbagai jenis protein) dan inhibitor (seperti
tannin dalam teh, phytat, kalsium) dimana turut berperan serta dalam absorbsi zat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
BAB VI
A. SIMPULAN
defisiensi besi dimana balita dengan asupan zat besi defisit memiliki risiko
untuk mengalami anemia defisiensi besi 6,46 kali lebih besar daripada
asupan zat besi normal. Hubungan tersebut secara statistik signifikan dan
B. SARAN
untuk Balita.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana W.L., Bakta I.M., Suega K., Darmayuda T.G. 2007. Hubungan Feritin
Serum dengan Kadar IL-2 Pada Penderita Anemia Defisiensi Besi. J Peny
Dalam. 8(1): 14-15.
Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
pp: 249-251.
Baker R.D. et al. 2010.Diagnosis and Prevention of Iron Deficiency and Iron-
Deficiency Anemia in Infants and Young Children (0 – 3 Years of
Age).Pediatrics. 126:1040-1043.
Bakta I.M., Suega K., Dharmayuda T.G. 2007. Anemia Defisiensi Besi. Dalam:
Sudoyo A.W., Setiyohadi B., Alwi I., Simadibrata M., Setiati S. (eds).
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pp: 634-635.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
Dinas Kesehatan Kota Surakarta. 2009. Profil Kesehatan Kota Surakarta tahun
2002. Surakarta: Dinas Kesehatan.
Gallagher M.L. 2008. The Nutrients and Their Metabolism. In: Mahan L.K.,
Escott-Stump S.(eds). Krause’s Food and Nutrition Therapy. 12th ed.
Missouri: Saunder Elsevier.pp:114-20.
Hasan R. et al. 2007. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Info Medika,
p: 434.
40
Murti B. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press, pp: 68; 136.
Picasane A. et. al.1995. Iron Status in Breastfed Infants. J Pediatric. 127: 429 –
431.
Pudjiadi S. 2000. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI, p: 190.
Sacher R.A., McPherson R.A.; Pendit B.U., Wulandari D. (terj). 2004. Tinjauan
Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Edisi 11. Jakarta: EGC, p:
38;40;68-69.
Sastra N.N., Multasih S., Sunaryo. 2005. Biovailabilitas Zat Besi. Anemia
Defisiensi Besi. Yogyakarta: Medika, pp:1-6.
41
Strain J.J. dan Cashman K.R. 2002. Minerals and Trace Element. In: Gibney
M.J., Vorster H.H, Kok F.J. (eds). Introductionto Human Nutrition.
Oxford: Blackwell Science, pp:194-195.
Supariasa I.D.N., Bakri B., Fajar I. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC,
p:94.
Wood RJ, Ronnenberg AG. Iron.In: Shils ME, Shike M, Ross AC, Caballero B,
Cousins RJ, editors. Modern Nutrition In Health and Disease. 10th edition.
Philadelphia: Lippicott Williams & Wilkins. 2006.pg.248-70.
commit to user