Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM BIOPSIKOLOGI

FINGER DEXTERITY

Nama : Aulia Satrio Wibowo

NIM : 1511416010

Rombel :1

Tutor : Siti Jaro’ah

LABORATORIUM FAAL DAN EKSPERIMEN

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017
LAPORAN PRAKTIKUM

BIOPSIKOLOGI

Nama Percobaan : Finger Dexterity

Nomor Percobaan :-

Nama Orang Percobaan : Aulia Satrio Wibowo

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 19 Tahun

Pendidikan : Sedang Menempuh Pendidikan S1 Psikologi

Nama Pelaku Percobaan : Figi, Kisti Nurhayati

Tanggal Percobaan : 12 Mei 2017

Waktu Percobaan : Pukul 14.00 – 15.00

Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal dan Eksperimen

Ruang 305 Gedung A1 Fakultas Ilmu Pendidikan

A. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan mengukur seberapa
cepat dan teliti jari dalam memasukkan objek kecil ke dalam lubang sesuai
dengan waktu reaksi standar yang telah di tentukan.

B. HIPOTESIS

H1 : Perbedaan antara waktu reaksi individu dengan waktu reaksi standar

H0 : Tidak ada perbedaan antara waktu reaksi individu dengan waktu


reaksi standar.

Ha : Ada perbedaan antara waktu reaksi individu dengan waktu reaksi


standar.

H2 : Perbedaan antara waktu reaksi individu dengan waktu reaksi kelompok

H0 : Tidak ada perbedaan antara waktu reaksi individu dengan waktu


reaksi kelompok.

2
Ha : Ada perbedaan antara waktu reaksi individu dengan waktu reaksi
kelompok.

C. DASAR TEORI

1. Anxiety Theory

Anxiety atau kecemasan adalah rasa takut akan kemungkinan bahwa


hasrat atau dorongan yang tidak terpenuhi dan kemungkinan terhadap
bahaya-bahaya yang akan di hadapi, kecemasan memiliki 3 jenis, yaitu:

1) Objective anxiety

Kecemasan yang berasal dari sumber yang nyata.

2) Neurotic anxiety

Kecemasan yang berasal dari potensi hukuman atau kegagalan


dalam pemenuhan hasrat.

3) Moral anxiety

Kecemasan terhadap pelanggaran moral.


2. Finger Dexterity
Finger Dexterity adalah tes psikomotor yang mengukur seberapa
terampil dan cepat jari-jari tangan dalam memindahkan objek kecil dan
memasukkannya ke dalam lubang yang ada di pinboard sesuai dengan
waktu yang sudah di tentukan.
3. Motorik Halus
Motorik halus adalah gerakan halus yang melibatkan bagian-bagian
tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, sehingga memerlukan
koordinasi yang cermat dan ketelitian mata dan tangan.
4. Teori Koneksionisme
Koneksi (connection) merupakan asosiasi antar kesan-kesan
penginderaan dengan dorongan untuk bertindak, yaitu upaya untuk
menggabungkan antara kejadian penginderaan dengan perilaku. Ada
tiga hukum belajar dalam memperkuat koneksi yaitu:
1) Hukum Kesiapan
a. Apabila individu memiliki kesiapan untuk bertindak dan dapat
melaksanakannya m aka akan mengalami kepuasan.
b. Apabila individu memiliki kesiaan untuk bertindak tetapi tidak
dapat melaksanakannya maka akan merasa kecewa.

3
c. Apabila individu tidak memiliki kesiapan untuk bertindak tetapi
dipaksa untuk melakukannya maka akan menimbulkan keadaan
yang tidak memuaskan.
2) Hukum Latihan
Koneksi antara stimulus dan respon akan menjadi kuat apabila sering
latihan. Ada 2 aspek dalam hukum latihan :
a. The law of use, yaitu hukum yang menyatakan bahwa
hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi kuat apabila
sering digunakan.
b. The law of disuse, yaitu hukum yang menyatakan bahwa
hubungan antara stimulus dan respon akan menjadi lemah apabila
tidak ada latihan.
3) Hukum Akibat
Apabila sesuatu memberikan hasil yang menyenangkan atau
memuaskan maka hubungan antara stimulus dan respon akan menjadi
kuat.
5. Area Otak dan Pembelajaran Motorik
Seiring dengan dipelajarinya keterampilan motorik baru oleh sesorang
atau seekor hewan, maka neuron-neuron pada korteks motorik
menyesuaikan respon mereka. Pada awalnya, pergerakan yang
dihasilkan lambat dan tidak konsisten. Seiring dengan bertambah
cepatnya pergerakan, maka neuron-neuron yang bersangkutan akan
mempercepat laju penembakannya (D. Cohen dan Nicolelis, 2004).

6. Korteks Motorik Tambahan


Korteks motorik tambahan berperan penting dalam perencanaan dan
pengaturan urutan pergerakan yang cepat, seperti mendorong, menarik
da n memutar batang dengan urutan tertentu.
D. BAHAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN

1. Pin Board

2. Stopwatch

3. Lembar Kerja

4. Meja

5. Kursi

6. Alat Tulis

4
E. PELAKSAAAN

Langkah-langkah:

1. Peserta praktikum memasuki ruang Laboratorium Faal dan Eksperimen


dan duduk di kursi yang sudah di sediakan.

2. Setelah itu tutor menjelaskan apa itu tes finger dexterity, bagaimana cara
kerjanya, proses pencatatan hasil praktikum pada lembar kerjanya, dan
mempersiapkan alat-alat dan bahan yang akan di gunakan untuk
melakukan praktikum ini.

3. Setelah semua peserta paham dan siap untuk melaksanakan praktikum,


tutor memulai praktikum ini.

4. Dalam praktikum ini dilakukan oleh 3 orang, yang pertama sebagai


subjek, yang kedua sebagai eksperimenter atau orang yang bertugas
menjalankan stopwatch dan memberikan perintah berganti lajur papan,
dan yang ketiga sebagai observer atau orang yang bertugas mengamati
ekspresi subjek, kesalahan yang dilakukan subjek, dan mencatatnya ke
lembar kerja milik subjek.

5. Praktikum dimulai dengan aba-aba dari eksperimenter dan subjek mulai


melakukan tes finger dexterity ini, dan observer juga mulai mengamati
subjek.

6. Setiap kesalahan baik kesalahan mengambil pin lebih dari satu, atau pin
yang jatuh mulai di catat oleh observer sesuai dengan lajur yang sedang
di isi oleh subjek, selain itu observer juga mencatat berapa jumlah pin
yang berhasil di masukkan kedalam lubang yang berjumlah 100 yang
berisi 10 per lajur setiap 10 detik.

7. Praktikum ini dilakukan dengan cara bergantian baik subjek, observer,


dan eksperimenter.

8. Setelah selesai melakukan tes ini, para peserta mulai menghitung waktu
reaksi individu maupun kelompok.

9. Di akhir praktikum tutor menjelaskan cara membuat laporan praktikum


ini, mulai dari format penulisan, konten, sampai apa saja yang perlu di isi
di laporan praktikum.

5
F. HASIL PERCOBAAN

1. Tabel Individual

Lubang Stik yang Waktu Jumlah


Lajur Observasi
yang terisi jatuh Reaksi Kesalahan

1 5 2 Grogi

2 4 2,5 1 Grogi

3 5 2 1 Grogi

4 4 2,5 Grogi

5 5 1 2 1 Grogi

6 5 2 Grogi

7 4 2,5 Grogi

8 5 1 2 Grogi

9 5 2 Grogi

10 5 2 Grogi

Dari data tabel di atas, pada lajur pertama saya berhasil mengisi 5
lubang tanpa ada kesalahan, di lajur kedua saya hanya mampu
memasukkan ke 4 lubang dengan jumlah 1 kesalahan, dan itu membuat
saya sedikit cemas, pada lajur ketiga saya berhasil memasukkan ke 5
lubang dengan 1 kesalahan, lalu di lajur keempat saya hanya mampu
memasukkan pin ke lubang sebanyak 4 tetapi tidak ada kesalahan, tetapi
di lajur kelima saya mampu memasukkan 5 pin dengan 1 pin jatuh dan
ada 1 kesalahan karena sudah mulai kurang fokus, di lajur keenam saya
berhasil memasukkan 5 pin ke lubang, selanjutnya di lajur 7 saya hanya
mampu memasukkan 4 pin ke lubang, di lajur 8 saya mampu
memasukkan 5 pin dan ada 1 pin yang jatuh, di lajur 9 dan 10 saya
berhasil memasukkan 5 pin.

2. Tabel Kelompok

6
Trial (Lubang Yang Terisi) Mean Waktu
No Subjek Waktu Reaksi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Reaksi Standar
1 Siti B 5 6 4 5 4 5 6 6 7 6 1,9 1
2 Aulia Satrio 5 4 5 4 5 5 4 5 5 5 2,15 1
3 Figi 4 4 5 4 5 4 5 4 5 6 2,2 1
4 Vika S.P. 5 5 6 5 6 6 5 6 6 6 1,8 1
5 Indah P. 4 4 5 6 5 5 5 5 6 6 2 1
6 Kisti N. 5 4 5 4 5 5 5 6 6 6 2 1
Jumlah 12,072

Berdasarkan hasil percobaan yang telah di lakukan, ada perbedaan


waktu reaksi individu dengan waktu reaksi kelompok:

1. Subjek 1 (Siti Badriyah) berhasil memasukkan 54 pin dari kolom 1-10


secara berturut-turut dengan mean waktu reaksi 1,9.

2. Subjek 2 (Aulia Satrio Wibowo) berhasil memasukkan 47 pin dari


kolom 1-10 secara berturut-turut dengan mean waktu reaksi 2,15.

3. Subjek 3 (Figi) berhasil memasukkan 46 pin dari kolom 1-10 secara


berturut-turut dengan mean waktu reaksi 2,2.

4. Subjek 4 (Vika Suryani Putri) berhasil memasukkan 56 pin dari kolom


1-10 secara berturut-turut dengan mean waktu reaksi 1,8.

5. Subjek 5 (Indah Puspitaningrum) berhasil memasukkan 51 pin dari


kolom 1-10 secara berturut-turut dengan mean waktu reaksi 2.

6. Subjek 6 (Kisi Nurhayati) berhasil memasukkan 51 pin dari kolom 1-


10 secara berturut-turut dengan mean waktu reaksi 2.

7. Jadi, dengan data tersebut diperoleh mean waktu reaksi kelompok


adalah 2,012 stik/10 detik.
G. PEMBAHASAN

Fingmer dexterity test adalah tes psikomotor yang mengukur seberapa


terampil dan cepat jari-jari tangan dalam memindahkan objek kecil dan

7
memasukkannya ke dalam lubang yang ada di pinboard sesuai dengan
waktu yang sudah di tentukan, jadi dalam proses memindahkan objek kecil
ini melibatkan motorik halus, dalam motorik halus otak juga berperan untuk
mengolah informasi dan kemudian memberikan respon yaitu seberapa cepat
jari-jari bergerak. Di dalam otak, motorik halus menggunakan korteks motorik
untuk menyesuaikan respon, di awal-awal tes pergerakan yang dihasilkan
lambat dan tidak konsisten, ini yang membuat hasil pin yang masuk di awal-
awal lebih sedikit dibandingkan dengan hasil di akhir-akhir atau lajur akhir di
tes finger dexterity ini, namun seiring dengan bertambah cepatnya
pergerakan, maka neuron-neuron yang bersangkutan akan mempercepat
laju pergerakan. Dalam hukum latihan pada teori koneksionisme juga
mempengaruhi hasil tes di lajur-lajur terakhir karena semakin sering subjek
melakukannya maka hubungan stimulus dan respon akan semakin kuat,
sehingga hasilnya semakin membaik, selain itu juga ada hukum kesiapan
yaitu apabila subjek siap untuk melakukan tes maka hasilnya akan
memuaskan, tetapi apabila tidak siap maka hasilnya tidak akan memuaskan,
ini juga yang membuat subjek cemas di awal-awal tes karena belum pernah
melakukan tes ini sebelumnya dan berpotensi tidak terpenuhi apa yang di
harapkan dari tes ini. Hasil dari kecemasan inilah yang membuat subjek
terlihat grogi, dan melakukan kesalahan mengambil pin lebih dari 1 atau pin
yang terjatuh.

H. APLIKASI

1. Aplikasi dalam bidang fisiologi

Finger dexterity test ini dapat di gunakan untuk mengetahui bakat dan
potensi dari subjek, karena dalam tes ini subjek dapat mengetahui dan
mengukur seberapa cepat respon yang dapat dilakukan oleh jari-jarinya
dalam melakukan gerak motorik halus, sehingga dapat mengetahui
kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Dalam kehidupan sehari-hari tes
ini bisa di gunakan untuk melatih ketelitian dan mengembalikan
kemampuan motorik halus pada lanjut usia, selain itu juga bisa
digunakan untuk belajar fokus pada penderita autis.

2. Aplikasi dalam bidang psikologi

8
Finger dexterity test ini dapat diaplikasikan dalam bidang psikologi, yaitu
untuk mengetahui bakat, minat, dan potensi yang di miliki oleh
seseorang, selain itu juga dalam dunia kerja tes ini bisa digunakan untuk
mengukur ketangkasan pelamar seperti kecepatan, kecekatan, dan
ketelitian. Tes ini bisa digunakan untuk salah satu tes penerimaan kerja
yang membutuhkan ketangkasan dan ketelitian motorik halus, seperti
buruh pabrik, pekerja di bagian perakitan, dan beberapa pekerjaan teknik
otomotif.

I. KESIMPULAN

Finger dexterity test adalah tes psikomotor yang mengukur seberapa


terampil dan cepat jari-jari tangan dalam memindahkan objek kecil dan
memasukkannya ke dalam lubang yang ada di pinboard sesuai dengan
waktu yang sudah di tentukan, jadi dalam proses memindahkan objek kecil
ini melibatkan motorik halus, dalam motorik halus otak juga berperan untuk
mengolah informasi dan kemudian memberikan respon yaitu seberapa cepat
jari-jari bergerak.di awal-awal tes pergerakan yang dihasilkan lambat dan
tidak konsisten, namun seiring dengan bertambah cepatnya pergerakan,
maka neuron-neuron yang bersangkutan akan mempercepat laju
pergerakan.

Dalam hukum latihan pada teori koneksionisme juga mempengaruhi hasil tes
di lajur-lajur terakhir karena semakin sering subjek melakukannya maka
hubungan stimulus dan respon akan semakin kuat, sehingga hasilnya
semakin membaik, selain itu juga ada hukum kesiapan yaitu apabila subjek
siap untuk melakukan tes maka hasilnya akan memuaskan, tetapi apabila
tidak siap maka hasilnya tidak akan memuaskan

Hasil dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

Mean waktu reaksi yang dibutuhkan subjek Aulia Satrio Wibowo dalam
praktikum ini adalah 2,15 detik per stik. Hal ini menunjukan perbedaan
dengan waktu reaksi standar yaitu 10 stik per 10 detik. Dengan demikian
hipotesisnya (Ha) “Ada perbedaan antara waktu reaksi individu dengan
waktu reaksi standar” diterima dan (H0) ditolak.

Mean waktu reaksi yang dibutuhkan subjek Aulia Satrio Wibowo dalam
praktikum ini adalah 2,15 detik per stik menunjukan perbedaan dengan

9
mean waktu reaksi kelompok 2,012 detik per stik. Dengan demikian
hipotesisnya (Ha) “Ada perbedaan waktu antara waktu reaksi individu
dengan waktu reaksi kelompok” diterima dan (H0) ditolak.

Tes ini dapat di aplikasikan dalam bidang fisiologi dan psikologi, dalam
bidang fisiologi tes ini bisa di gunakan untuk melatih ketelitian dan
mengembalikan kemampuan motorik halus pada lanjut usia, selain itu juga
bisa digunakan untuk belajar fokus pada penderita autis. Sedangkan dalam
bidang psikologi tes ini bisa digunakan untuk salah satu tes penerimaan
kerja yang membutuhkan ketangkasan dan ketelitian motorik halus, seperti
buruh pabrik, pekerja di bagian perakitan, dan beberapa pekerjaan teknik
otomotif.

J. DAFTAR PUSTAKA

Ellen Schultz, Sydney & Duane P. Zchlutz. (2013). A History Of Modern


Psychology. Bandung: Nusa Media. Diterjemahkan oleh: Lita Hardian.

Kalat, J.W. (2010). Biopsikologi. Jakarta: Salemba Humanika.

Indraswari, Lolita. (2012). Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Anak


Usia Dini Melalaui Kegiatan Mozaik Di Taman Kanak-Kanak Pembina
Agam. Jurnal Pesona PAUD. Vol.1.

Semarang, 30 Mei 2017

Aulia Satrio Wibowo


(1511416010)
Nilai :

Tutor : Siti Jaro’ah

10

Anda mungkin juga menyukai