Anda di halaman 1dari 10

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


2.1.1 Sulfat
Sulfat merupakan senyawa yang stabil secara kimia karena merupakan
bentuk oksida paling tinggi dari unsur belerang.Sulfat dapat dihasilkan dari oksida
senyawa sulfida oleh bakteri. Sulfida tersebut adalah antara lain sulfida metalik dan
senyawa organosulfur. Sebalikya oleh bakteri golongan heterotrofik anaerob, sulfat
dapat direduksi menjadi asam sulfida.Secara kimia sulfat merupakan bentuk
anorganik daripada sulfida didalam lingkungan aerob. Sulfat didalam lingkungan
(air) dapat berada secara ilmiah dan atau dari aktivitas manusia, misalnya dari
limbah industry dan limbah laboratorium. Secara ilmiah sulfat biasanya berasal dari
pelarutan mineral yang mengandung S, misalnya gips (CaSO4.2H2O) dan kalsium
sufat anhidrat ( CaSO4). Selain itu dapat juga berasal dari oksidasi senyawa organik
yang mengandung sulfat adalah antara lain industri kertas, tekstil dan industri
logam. Metode yang digunakan untuk untuk menentukan kadar sulfat adalah
metode turbidimetri dengan alat spektrofotometri. Metode tersebut berdasarkan
kenyataan bahwa BaSO4 cenderung membentuk endapan koloid yang dibentuk
dengan penambahan BaCl2,bentuk koloid ini distabilkan oleh lar. NaCl dan HCl
yang mengandung gliserol dan senyawa organik. BaSO4 mempunyai kelarutan
dimana kelarutan ini bertambah dengan adanya asam-asam mineral karena
terbentuk ion hidrogen sulfat. Pada pH >8 sulfida membentuk ion sulfida namun
pada pH <8 sulfida cenderung dalam bentuk H2S yang akan melpas gas yang
berbau busuk.

2.1.2 Spektrofotometri
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisis yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar makromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi
difraksi dengan fototube atau tabung foton hampa. Alat yang digunakan adalah
spektrofotometer, yaitu suatu alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa
baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan atau absorbsi

II-1
II - 2
Bab II Tinjauan Pustaka
dari auatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Pada titrasi spektrofotometri,
sinar yang digunakan merupakan satu berkas yang panjangnya tidak berbeda banyak
anatara satu dengan yang lainnya, sedangkan dalam kalorimetri perbedaan panjang
gelombang dapat lebih besar. Dalam hubungan ini dapat disebut juga spektrometri
adsorbsi atomic (Hardjaji,1990).
Metode pengukuran menggunakan prinsip spektrofotometri adalah
berdasarkan absorpsi cahaya pada panjang gelombang tertentu melalui suatu larutan
yang mengandung kontaminan yang akan ditentukan konsentrasinya. Proses ini
disebut “absorpsi spektrofotometri”, dan jika panjang gelombang yang digunakan
adalah gelombang cahaya tampak, maka disebut sebagai “kalorimetri”, karena
memberikan warna. Selain gelombang cahaya tampak, spektrofotometri juga
menggunakan panjang gelombang pada gelombang ultraviolet dan infra merah.
Prinsip kerja dari metode ini adalah jumlah cahaya yang diabsorpsi oleh larutan
sebanding dengan konsentrasi kontaminan dalam larutan (Lestari, 2010).
Dalam analisis secara spektrofotometri, terdapat tiga daerah panjang
gelombang elektromagnetik yang digunakan, yaitu daerah UV (200 – 380 nm),
daerah visible (380 – 700 nm), daerah inframerah (700 – 3000 nm) (Khopkar, 1990).

2.1.3 Jenis-jenis Spektrofotometer


Jenis-jenis spektrofotometer berdasarkan pada daerah spektrum yang akan
dieksporasi terdiri dari spektrofotometer sinar tampak (Vis) serta gabungan
spektrofotometer sinar tampak (Vis) dan ultraviolet (UV), sedangkan berdasarkan
teknik optika sinar terdiri dari spektrofotometer optika sinar tunggal (single beam
optic) dan spektrofotometer optika sinar ganda (double beam optic). Berikut
penjabaran masing-masing jenis spektrofotometer:
a. Spektrofotometer Sinar Tampak (Vis)
Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energi
adalah cahaya tampak (visible). Cahaya visible termasuk spektrum elektromagnetik
yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah
380 sampai 750 nm. Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh kita, entah itu
putih, merah, biru, hijau, apapun.. selama ia dapat dilihat oleh mata, maka sinar
tersebut termasuk ke dalam sinar tampak (visible).

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 3
Bab II Tinjauan Pustaka
Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible adalah
lampu Tungsten halogen. Lampu tungsten halogen menghasilkan cahaya tampak
dalam daerah panjang gelombang 350-800nm. Lampu tersebut terbuat dari tabung
kuarsa yang berisi filament tungsten dan sejumlah kecil iodine. Spektrofotometer
UV-Vis membandingkan cuplikan standar yaitu substrat gelas preparat. Hasil
pengukuran dari spektrofotometer UV-Vis menunjukkan kurva hubungan
transmitan dan panjang gelombang (Basset, 1994).
Tungsten yang dikenal juga dengan nama Wolfram merupakan unsur kimia
dengan simbol W dan no atom 74. Tungsten mempunyai titik didih yang tertinggi
(3422 ºC) dibanding logam lainnya. karena sifat inilah maka ia digunakan sebagai
sumber lampu.
Sample yang dapat dianalisa dengan metode ini hanya sample yang memilii
warna. Hal ini menjadi kelemahan tersendiri dari metode spektrofotometri visible.
Oleh karena itu, untuk sample yang tidak memiliki warna harus terlebih dulu dibuat
berwarna dengan menggunakan reagent spesifik yang akan menghasilkan senyawa
berwarna. Reagent yang digunakan harus betul-betul spesifik hanya bereaksi
dengan analat yang akan dianalisa. Selain itu juga produk senyawa berwarna yang
dihasilkan harus benar-benar stabil.
Salah satu contohnya adalah pada analisa kadar protein terlarut (soluble
protein). Protein terlarut dalam larutan tidak memiliki warna. Oleh karena itu,
larutan ini harus dibuat berwarna agar dapat dianalisa. Reagent yang biasa
digunakan adalah reagent Folin. Saat protein terlarut direaksikan dengan Folin
dalam suasana sedikit basa, ikatan peptide pada protein akan membentuk senyawa
kompleks yang berwarna biru yang dapat dideteksi pada panjang gelombang sekitar
578 nm. Semakin tinggi intensitas warna biru menandakan banyaknya senyawa
kompleks yang terbentuk yang berarti semakin besar konsentrasi protein terlarut
dalam sample.
b. Spektrofotometer Sinar Tampak (Vis) dan Ultraviolet (UV)
Sumber cahaya yang digunakan adalah kombinasi antara lampu tungsten
halogen dan lampu deuterium (D2). Lampu deuterium (D2) dapat menghasilkan
cahaya dalam daerah 160–380nm. Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara
spektrofotometri UV dan Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda,
sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible. Meskipun untuk alat yang lebih
Laboratorium Analisa Instrumen
Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 4
Bab II Tinjauan Pustaka
canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis,
yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator. Untuk sistem
spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan paling populer digunakan.
Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik untuk sample berwarna juga
untuk sample tak berwarna.
c. Spektrofotometer Optika Sinar Tunggal (Single Beam Optic)
Semua cahaya melewati seluruh sel sampel. Contoh alat spektrofotometer
single beam adalah spektronik 20. Alat ini merupakan desain paling awal tetapi
masih banyak digunakan baik dalam pengajaran maupun laboratorium industri.
Panjang gelombang paling rendah adalah 190 sampai 210 nm dan paling tinggi
adalah 800-1000nm.
d. Spektrofotometer Optika Sinar Ganda (Double Beam Optic)
Cahaya terbagi ke dalam dua arah/berkas. Berkas cahaya pertama melewati sel
pembanding, dan cahaya yang lainnya melewati sel sampel/ Berkas cahaya
kemudian bergabung kembali, masuk ke detektor, dan detektor merespon cahaya
netto dari kedua arah. Double beam digunakan pada panjang gelombang 190-
750nm.

2.1.4 Prinsip Kerja Spektrofotometer


Metode Spektrofotometri Ultra-violet dan Sinar Tampak telah banyak
diterapkan untuk penetapan senyawa-senyawa organik yang umumnya
dipergunakan untuk penentuan senyawa dalam jumlah yang sangat kecil. Prinsip
kerjanya berdasarkan penyerapan cahaya atau energi radiasi yang diserap
memungkinkan pengukuran jumlah zat penyerap dalam larutan secara kuantitatif.
Metode Spektrofotometri Ultra-violet dan Sinar Tampak berdasarkan pada hukum
Lambert-Beer (Triyati, 1985).
Monokromator menguraikan sinar yang masuk dari sumber cahaya
tersebut menjadi pita-pita panjang gelombang yang diinginkan untuk pengukuran
suatu zat tertentu, dan setiap gugus kromofor mempunyai panjang gelombang
maksimum yang berbeda. Dari monokromator tadi, cahaya atau energi radiasi
diteruskan dan diserap oleh suatu larutan yang akan diperiksa di dalam kuvet.
Jumlah cahaya yang diserap oleh larutan akan menghasilkan sinyal elektrik pada
detektor, yang mana sinyal elektrik ini sebanding dengan cahaya yang diserap oleh
Laboratorium Analisa Instrumen
Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 5
Bab II Tinjauan Pustaka
larutan tersebut. Besarnya sinyal elektrik yang dialirkan ke pencatat dapat dilihat
sebagai angka (Triyati, 1985).
Sel absorpsi dipakai dari bahan silika, kuvet dan plastik banyak dipakai untuk
daerah Sinar Tampak. Kualitas data absorbans sangat tergantung pada cara
pemakaian dan pemeliharaan sel. Sidik jari, lemak atau pengendapan zat pengotor
pada dinding sel akan mengurangi transmisi. Jadi sel-sel itu harus bersih sekali
sebelum dipakai (Skoog dan West, 1971).
Menurut Lestari (2010), prinsip kerja dari metode spektrofotometri ini adalah
jumlah cahaya yang diabsorpsi oleh larutan sebanding dengan konsentrasi
kontaminan dalam larutan. Prinsip ini dijabarkan dalam Hukum Beer-Lambert, yang
menghubungkan antara absorbansi cahaya dengan konsentrasi pada suatu bahan
yang mengabsorpsi, berdasarkan persamaan berikut:
A = log (Iin / Iout) = (1/T) = a x b x c
Keterangan:
A = Absorbance
Iin = Intensitas cahaya yang masuk
Iout = Intensitas cahaya yang keluar
T = Transmittansi
a = tetapan absorpsivitas molar
b = panjang jalur
c = konsentrasi pada suatu bahan yang mengabsorpsi

II.1.5 Baku Mutu Air Bersih dan Air Minum


Tabel 2.1 Baku Mutu Air Minum menurut KEPMENKES No.
907/MENKES/SK/VII/2002

No Parameter Satuan Persyaratan Teknik Pengujian


FISIKA
1. Bau - tidak berbau Organoleptik
2. Rasa - normal Organoleptik
3. Warna TCU maks.15 Spektrofotometri
4. Total Padatan Terlarut mg/l maks. 1000 Gravimetri
(TDS)
5. Kekeruhan NTU maks. 5 Spektrofotometri

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 6
Bab II Tinjauan Pustaka
6. Suhu C
o Suhu udara  3oC Termometer
KIMIA
7. Besi (Fe) mg/l maks 0.3 AAS
8. Kesadahan sebagai mg/l maks. 500 Titrimetri
CaCO3
9. Klorida (Cl) mg/l maks 250 Argentometri
10. Mangan (Mn) mg/l maks 0.1 AAS
11. pH - 6.5 - 8.5 pH meter
12. Seng (Zn) mg/l maks. 8 AAS
13. Sulfat (SO4) mg/l maks 250 Spektrofotometri
14. Tembaga (Cu) mg/l maks. 1 AAS
15. Klorin (Cl2) mg/l maks. 5 Titrimetri
16. Amonium (NH4) mg/l maks 0.15 Spektrofotometri
(Nesler)
KIMIA ANORGANIK
17. Arsen (As) mg/l maks. 0.01 AAS
18. Fluorida (F) mg/l maks 1.5 Spektrofotometri
19. Krom heksavalen (Cr6+) mg/l maks 0.05 AAS
20. Kadnium (Cd) mg/l maks. 0.003 AAS
21. Nitrat (NO3) mg/l maks 50 Spektrofotometri
(Brusin)
22. Nitrit (NO2) mg/l maks 3 Spektrofotometri
(NED)
23. Sianida (CN) mg/l maks 0.07 Destilasi
24. Timbal (Pb) mg/l maks. 0.01 AAS
25. Raksa (Hg) mg/l maks 0.001 AAS
MIKROBIOLOGI
24. E. Coli APM/100ml negatif MPN
25. Total Bakteri Koliform APM/100ml negatif MPN

Tabel 2.2 Baku Mutu Air Bersih menurut PERMENKES No.


416/MENKES/PER./IX/1990

No. Parameter Satuan Standar Teknik Pengujian


1. Bau - - Organoleptik

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 7
Bab II Tinjauan Pustaka
2. Jumlah Zat Padat mg/l 1.500 Gravimetri
Terlarut
3. Kekeruhan NTU 25 Spektrofotometri
4. Rasa - - Organoleptik
5. Suhu C
o Suhu udara  1-30C Temometer
6. Warna TCU 50 Spektrofotometri
B. KIMIA
a. Kimia Anorganik
1. Air Raksa (Hg) mg/l 0.001 AAS
2. Arsen (As) mg/l 0.05 AAS
3. Besi (Fe) mg/l 1.0 AAS
4. Fluorida (F) mg/l 1.5 Spektrofotometri
5. Kadmium (Cd) mg/l 0.005 AAS
6. Kesadahan sebagai mg/l 500 Titrimetri
CaCO3
7. Klorida (Cl-) mg/l 600 Argentometri
8. Kromium, valensi 6 mg/l 0.05 AAS
(Cr6+)
9. Mangan (Mn) mg/l 0.5 AAS
10. Nitrat (NO3) mg/l 10 Spektrofotometri (Brusin)
11. Nitrit (NO2) mg/l 1.0 Spektrofotometri (Nesler)
12. pH - 6.5-9.0 pH meter
13. Selenium (Se) mg/l 0.01 -
14. Seng (Zn) mg/l 15 AAS
15. Sianida (CN) mg/l 0.1 Destilasi
16. Sulfat (SO4) mg/l 400 Spektrofotometri
17. Timbal (Pb) mg/l 0.05 AAS
b. Kimia Organik
1. Detergent mg/l 0.50 Spektrofotometri
2. Zat Organik mg/l 10.00 Gravimetri
3. Pestisida Gol. Organo mg/l 0.00 -
Fosfat
4. Pestisida Gol. Organo mg/l 0.00 -
Klorida
5. Pestisida Gol. Organo mg/l 0.00 -

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 8
Bab II Tinjauan Pustaka
Karbamat
C. MIKROBIOLOGIK
1. MPN (Golongan Per 100 ml 50 MPN
Coliform)

II.1.6 Pengaruh Sulfat Terhadap Lingkungan


Sulfat secara luas terdistribusi di alam dan dalam air alam, terutama dalam
air limbah industri. Salah satunya adalah air buangan limbah industri kertas dan
pertambangan yang memiliki kadar sulfat yang tinggi karena oksidasi dari pirit.
Konsentrasi sulfat di dalam air alam umumnya terdapat dalam jumlah yang sangat
besar (Aprianti, 2008).
Peningkatan kadar sulfat dapat ditentukan dengan timbulnya bau, rasa tidak
enak dari air serta masalah korosi pada pipa. Hal ini diakibatkan oleh reduksi sulfat
menjadi hidrogen sulfida dalam kondisi anaerobik sesuai dengan persamaan
berikut:
SO42- + bahan organik → S2- + H2O + CO2
Sulfat didalam lingkungan (air) dapat berada secara alamiah dan atau dari
aktivitas manusia, misalnya dari limbah industri dan limbah laboratorium. Selain
itu dapat juga berasal dari oksidasi senyawa organik yang mengandung sulfat
adalah antara lain industri kertas, tekstil dan industri logam.

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 9
Bab II Tinjauan Pustaka

II.2 Jurnal Aplikasi Industri


Verifikasi Metode Pengujian Sulfat dalam Air dan Air Limbah Sesuai SNI
6989.20 : 2009
Ardhaningtyas Riza Utami
2017
Pengujian sulfat pada air dan air limbah secara turbidimetri yang mengacu
pada SNI 6989.20 : 2009 mempunyai kisaran kadar 1 mg/L sampai dengan tebal
kuvet 2,5 - 10 mm dan kisaran 5 mg/L sampai dengan 70 mg/L dengan tebal kuvet 1
mm. Tebal kuvet mempunyai pengaruh dalam pengujian karena pengujian ini
berdasarkan pada kekeruhan sampel. Prinsip dari pengujian ini adalah ion sulfat
dalam suasana asam bereaksi dengan Barium Clorida (BaCl2) membentuk kristal
barium sulfat (BaSO4) yang serba sama. Sinar yang diserap oleh suspensi barium
sulfat diukur dengan fotometer dan kadar sulfat dihitung secara perbandingan
pembacaan dengan kurva kalibrasi.
Membuat deret standard dari larutan baku sulfat 100 mg/L. Working range
dibuat dalam 2 range kerja, yaitu untuk konsentrasi < 5 mg/L dan konsentrasi di atas
5 mg/L. Larutan buffer yang ditambahkan untuk range konsentrasi > 5 mg/L adalah
larutan buffer B, sedangkan untuk sampel dengan konsentrasi > 5 mg/L
ditambahkan larutan buffer A. Deret standard tersebut dibaca absorbansinya dengan
menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm. Berikut ini
adalah working range untuk konsentrasi < 5 mg/L. Menyiapkan contoh dan larutan
standard yang telah diketahui konsentrasinya. Sampel yang digunakan untuk
pengujian akurasi ini adalah sampel air permukaan, sedangkan konsentrasi standard
yang ditambahkan kedalam sampel tergantung dari konsentrasi sampel.
Dari kegiatan verifikasi dan validasi metode sulfat ini, didapatkan nilai
LOQ= 1.9212, LOD = 0.5764 dan MDL = 0.6038. sedangkan uji presisi dan
reprodukbility didapatkan hasil yang memenuhi syarat keberterimaan. RSD uji
presisi yang didapatkan adalah 3,187 lebih kecil dari 0.5 CV horwitz, yaitu 5.615.
Sedangkan uji reprodukbility didapatkan RSD 2.601 lebih kecil dari 2/3 CV
Horwitz, yaitu 7.527. Kurva kalibrasi yang dibuat mempunyai linearitas (r) = 0.997
untuk konsentrasi sulfat > 5 mg/L, sedangkan untuk konentrasi sulfat < 5 mg/L

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II -
Bab
10 II Tinjauan Pustaka
didapatkan r kurva kalibrasi = 0.998 % recovery dari uji akurasi didapatan nilai 105
%, masih berada dalam range keberterimaan.

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018

Anda mungkin juga menyukai

  • Essay Refleksi Diri
    Essay Refleksi Diri
    Dokumen2 halaman
    Essay Refleksi Diri
    Windy Anizatul M
    Belum ada peringkat
  • Abstrak
    Abstrak
    Dokumen1 halaman
    Abstrak
    Windy Anizatul M
    Belum ada peringkat
  • BAB 3 Gravimetri
    BAB 3 Gravimetri
    Dokumen3 halaman
    BAB 3 Gravimetri
    Windy Anizatul M
    Belum ada peringkat
  • Bab 4 - (1)
    Bab 4 - (1)
    Dokumen4 halaman
    Bab 4 - (1)
    Windy Anizatul M
    Belum ada peringkat
  • Ion Kromatografi
    Ion Kromatografi
    Dokumen7 halaman
    Ion Kromatografi
    Windy Anizatul M
    Belum ada peringkat
  • Pertimbangkan Penguapan Cairan A Ke Dalam Kolom
    Pertimbangkan Penguapan Cairan A Ke Dalam Kolom
    Dokumen1 halaman
    Pertimbangkan Penguapan Cairan A Ke Dalam Kolom
    Windy Anizatul M
    Belum ada peringkat
  • Larutan
    Larutan
    Dokumen2 halaman
    Larutan
    Windy Anizatul M
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Windy Anizatul M
    Belum ada peringkat
  • Iodi
    Iodi
    Dokumen3 halaman
    Iodi
    Windy Anizatul M
    Belum ada peringkat
  • Bab V - (2)
    Bab V - (2)
    Dokumen1 halaman
    Bab V - (2)
    Windy Anizatul M
    Belum ada peringkat
  • Besi
    Besi
    Dokumen1 halaman
    Besi
    Windy Anizatul M
    Belum ada peringkat
  • Prosedur
    Prosedur
    Dokumen5 halaman
    Prosedur
    Windy Anizatul M
    Belum ada peringkat
  • 07 - Makalah Pada Prosiding Seminar Tempe Otik
    07 - Makalah Pada Prosiding Seminar Tempe Otik
    Dokumen15 halaman
    07 - Makalah Pada Prosiding Seminar Tempe Otik
    Meissy
    Belum ada peringkat
  • Bkpmpengendalianproses
    Bkpmpengendalianproses
    Dokumen30 halaman
    Bkpmpengendalianproses
    Windy Anizatul M
    Belum ada peringkat
  • Dokumen MP Youtube
    Dokumen MP Youtube
    Dokumen2 halaman
    Dokumen MP Youtube
    Windy Anizatul M
    Belum ada peringkat
  • Buku Pedoman Kerja Mahasiswa Pengendalian Proses
    Buku Pedoman Kerja Mahasiswa Pengendalian Proses
    Dokumen15 halaman
    Buku Pedoman Kerja Mahasiswa Pengendalian Proses
    Siti Ambar Khalis
    Belum ada peringkat
  • Bab II Ls
    Bab II Ls
    Dokumen7 halaman
    Bab II Ls
    Windy Anizatul M
    Belum ada peringkat
  • Bab I LS
    Bab I LS
    Dokumen1 halaman
    Bab I LS
    Windy Anizatul M
    Belum ada peringkat
  • Essay Majapahit
    Essay Majapahit
    Dokumen2 halaman
    Essay Majapahit
    Windy Anizatul M
    Belum ada peringkat
  • BAB 3 Revisi
    BAB 3 Revisi
    Dokumen5 halaman
    BAB 3 Revisi
    Windy Anizatul M
    Belum ada peringkat
  • PH Meter
    PH Meter
    Dokumen1 halaman
    PH Meter
    Windy Anizatul M
    Belum ada peringkat
  • Cover TB Fenol
    Cover TB Fenol
    Dokumen2 halaman
    Cover TB Fenol
    Windy Anizatul M
    Belum ada peringkat
  • Larutan Buffer Praktikum 2014
    Larutan Buffer Praktikum 2014
    Dokumen3 halaman
    Larutan Buffer Praktikum 2014
    Zaham Akbar Fals
    Belum ada peringkat
  • Narasi Poster
    Narasi Poster
    Dokumen1 halaman
    Narasi Poster
    Windy Anizatul M
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen1 halaman
    Bab I
    Windy Anizatul M
    Belum ada peringkat
  • PH Meter
    PH Meter
    Dokumen1 halaman
    PH Meter
    Windy Anizatul M
    Belum ada peringkat
  • Narasi Poster
    Narasi Poster
    Dokumen1 halaman
    Narasi Poster
    Windy Anizatul M
    Belum ada peringkat
  • Keti Kan
    Keti Kan
    Dokumen1 halaman
    Keti Kan
    Windy Anizatul M
    Belum ada peringkat
  • Besi
    Besi
    Dokumen1 halaman
    Besi
    Windy Anizatul M
    Belum ada peringkat