Acquired
Immune
Deficiency
Syndrome
1
partikel yang mengganggu sistem tubuhnya, sekalipun penyakit-
penyakit tersebut biasanya ringan dan mudah sembuh.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005)
C. Karakteristik HIV
Klasifikasi HIV:
2
– Menyerang semua vertebra
Struktur HIV
Keterangan:
• Envelop
– gp 120
– gp41
• Enzym
– Reverse transcriptase
– Integrase
– Protease
• Inti
– P17 (matrix)
– P24 (kapsid)
– P7/P9 (nucleocapsid)
3
Terdapat suatu protein matriks yang disebut p17 yang
mengelilingi segmen bagian dalam membran virus. Sedangkan inti
dikelilingi oleh suatu protein kaspid yang disebut p24. Di dalam kaspid,
p24, terdapat dua untai RNA identik dan molekul preformed reverse
transcriptase, integrase dan protease yang sudah terbentuk. HIV
adalah suatu retrovirus, sehingga materi genetik berada dalam bentuk
RNA bukan DNA. Reverse tranciptase adalah enzim yang
mentrancripsikan RNA virus menjadi DNA setelah virus masuk sasaran.
Enzim – enzim lain yang menyertai RNA adalah integrasi dan protease.
4
dalam nukleus sel hospes. Aliran informasi terbalik “retro” dari DNA ke
RNA dibuat oleh enzim reverse transcriptase. Komplek enzim ini dapat
meningkatkan efisiensi replikasi virus begitu virus masuk kedalam sel
manusia.
D. Insidensi
5
juta perempuan di Indonesia menjadi populasi rawan tertular HIV.
Lebih dari 24.000 perempuan usia subur telah terinfeksi HIV, dan
sedikitnya 9000 perempuan hamil terinfeksi HIV positif setiap tahun.
Sampai tahun 2006, diprediksi 4.360 anak terkena HIV dan separuh
diantaranya meninggal dunia. Saat ini diperkirakan 2.320 anak
terinfeksi HIV.
E. Etiologi
6
Jangkitan HIV tidak seperti virus selesma. Ia tidak bisa
ditularkan melalui udara. Kuman HIV tidak akan menular melalui
pergaulan biasa dengan pengidap HIV, seperti berjabat tangan, makan
bersama, ataupun menggunakan peralatan makan yang sama. HIV
juga tidak menular akibat berenang di kolam renang, menggunakan
telepon atau memegang tombol pintu.
Virus HIV hanya dapat hidup dalam tubuh manusia. Virus ini
akan mati jika terpapar oleh udara. Walau demikian, HIV sebenarnya
tidak mengenal sasarannya, HIV tidak hanya menjangkiti golongan-
golongan tertentu, seperti pengguna jarum suntik, pekerja seks, dan
mereka yang manganut seks bebas. Seseorang juga dapat terjangkit
virus HIV jika tidak waspada. Yang pasti, siapapun yang kurang
pengetahuan akan penyakit ini akan beresiko tinggi terjangkit virus
HIV .
Cara penularan HIV dari ibu kepada bayinya pada umumnya
terjadi selama proses kehamilan, kelahiran dan menyusui. Risiko bayi
tertular HIV pada proses kelahiran secara normal terbilang cukup tinggi
karena saat terjadi gesekan antara tubuh bayi dan leher rahim maka
dimungkinkan terjadi kontak langsung antara darah ibu dengan darah
bayi.
F. Patogenesis Penyakit
Ada 5 fase dalam replikasi virus HIV yaitu
Binding and entry
Reverse transcription
Replication
Budding
Maturation
7
Transmisi HIV
8
Sasaran Mayor, In Vivo :
Limfosit T CD4+
Monosit/makrofag
9
Asimtomatik dan AIDS
• Primary
10
– Anti HIV imune respond muncul (Cell mediated +humoral)
Stadium AIDS:
Demam
Lemah, Lesu
Nyeri sendi
Batuk
Nyeri tenggorokan
Lemah
Diare
Batuk, sesak
Perdarahan
11
HIV menyerang tubuh dan menghindari mekanisme pertahanan
tubuh dengan mengadakan aksi perlawanan, kemudian
melumpuhkannya. Mula-mula virus masuk kedalam tubuh seseorang
dalam keadaan bebas atau berada dalam limfosit, kemudian virus
dikenal oleh sel-sel limfosit T jenis T-helper (T-4); selanjutnya terjadi 3
proses patologi:
12
Pada suatu saat (5 tahun kemudian), HIV akan diaktifkan oleh
proses infeksi lain, membentuk RNA dan keluar dari T4, menyerang sel
lain, menimbulkan gejala AIDS. Populasi sel T4 sudah lumpuh, tidak
ada mekanisme pembentukan sel T-killer, sel B dan sel fagosit lain,
sehingga tubuh tidak sanggup mempertahankan diri. Virus AIDS yang
berada didalam T4, bermultiplikasi dengan cara menumpang proses
perkembangan T4. T-helper generasi baru tidak dapat mengenalnya
sehingga tidak ada yang memberi komando kepada sel lain untuk
mengadakan perlawanan (host defense mechanism) terhadap virus
AIDS.
13
3. Perinatal, yaitu penularan dari ibu yang mengidap HIV kepada
janin yang dikandungnya. Transmisi HIV-1 dari ibu ke janin dapat
mencapai 30%, sedangkan HIV-2 hanya 10%. Penularan dengan
cara ini biasanya terjadi pada akhir kehamilan atau saat
persalinan. Bila antigen p24 ibu jumlahnya banyak, dan atau
jumlah reseptor CD4 kurang dari 700/ml, maka penularan lebih
mudah terjadi. Ternyata HIV masih mungkin ditularkan melalui air
susu ibu.
G. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis infeksi HIV sangat luas spektrumnya, karena itu ada
beberapa macam klasifikasi. Yang paling umum dipakai adalah
klasifikasi infeksi HIV (CDC, USA, 1987)
CDC (1993) menyusun klasifikasi klinis dari infeksi HIV sebagai berikut:
14
Tanda laboratoris dan klinis tidak menunjukkan adanya depresi
imun
HIV antibody (+)
3. Group III ( limpadenopati menyeluruh DNA / menetap)
dengan kriteria:
15
negara yang masih belum memiliki fasilitas diagnostik yang cukup)
sebagai berikut:
Gejala Mayor:
Gejala Minor:
4. kandidiasis oro-faring
16
5. limfadenopati generalisata
• Lesi ulseratif/kronik/erosif
• Terapi
• Asiklovir
• 5 X 200 mg
• Foscarnet
• Cidofovir
7. Onikomikosis
17
Pengobatan
– Itraconazol
– 400mg/hari X 7hari
– (3-4 pulses)
8. Dermatofitosis
• Pengobatan
– Shampoo antifungal
9. Anogenital Warts
18
• Resiko meningkat untuk terjadinya cervical displasia +/-
anal displasia
• Pengobatan
– CO2 laser,
– Podofilin
– Imiquimod
• simetris
• Pengobatan
19
• Pengobatan
– Salep Hidrokortison
– Shampoo Ketoconazol
• Keluhan gatal
b. Dicurigai AIDS pada anak, bila terdapat paling sedikit dua gejala
mayor dan dua gejala minor, dan tidak terdapat sebab-sebab
imunosupresi yang lain seperti kanker, malnutrisi berat,
pemakaian kortikosteroid yang lama atau etiologi lain.
Gejala Mayor:
20
1. penurunan berat badan atau pertumbuhan yang lambat
dan abnormal
Gejala Minor:
1. limfadenopati generalisata
2. kandidiasis oro-faring
4. batuk persisten
5. dermatitis generalisata
Stadium Klinis I
Asimtomatis
Stadium Klinis II
21
Demam tanpa sebab yang jelas yang (intermiten atau konstan)
> 1 bulan
Stadium Klinis IV
HIV wasting syndrome (BB turun 10% ditambah diare kronik > 1
bln atau demam >1 bln yg tidak disebabkan penyakit lain)
Cryptococcosis, extrapulmonary
Extrapulmonary tuberculosis
Lymphoma
22
and/or Performance scale 4: bed-ridden, >50% or the day during
the last month.
H. Pemeriksaan Penunjang
Viral Load HIV adalah jumlah partikel virus HIV yang ditemukan
dalam setiap mililiter darah. Semakin banyak jumlah partikel virus HIV
di dalam darah, semakin cepat sel-sel CD4 dihancurkan dan semakin
cepat pasien kearah AIDS. Seperti tampak pada grafik di bawah ini :
23
Pemeriksaan Viral Load bila dikombinasi dengan pemeriksaan
jumlah CD4 dan dipantau dari waktu ke waktu memungkinkan hal-hal
sebagai berikut :
Mengetahui bagaimana tubuh memerangi HIV
Memperkirakan risiko kearah AIDS
Mengetahui efektifitas dari terapi
Viral Load HIV diperiksa dengan produk Roche Amplicor HIV-1
Monitor Test yang menggunakan teknologi PCR (Polymerase Chain
Reaction = Reaksi Rantai Polimerase). PCR digunakan deteksi pada
keadaan antibodi tidak terdeteksi dan bayi < 18 bulan .
CD 4 Kategori Klinis
Total % A (Asimtomatik) B (Simtomatik) C (AIDS)
>500 > 29 A1 B1 C1
200 -499 14 - 28 A2 B2 C2
< 200 < 14 A3 B3 C3
24
Berdasarkan CDC 1993) kategori immunologi, berdasarkan
umur, CD4 dan presentasi sebagai berikut:
25
kebanyakan laboratorium adalah rata-rata 800 – 1050 (sel/ mm³)
dengan kisaran mewakili dua standart deviasi kurang lebih 500 hingga
1400. Tes CD4 diulangi sampai tiga sampai enam bulan untuk pasien
yang belum dioati ARV dan jangkan waktu 2 – 4 bulan pada pasien
yang diobati ARV. Hasil tersebut sebaiknya diulangi bila hasil tidak
konsisten dengan kecenderungan sebelumnya. Frekuensi akan
berbeda-beda tergantung individu. Kalau tidak diobati rata-rata CD4
menurun 4 pertahun untuk setiap log viral load. Dengan terapi awal
atau perubahan terapi usulan adalah dilakukan tes CD4 (serta
viralload) pada 4, 8, sampai 12 dan 16 sampai 24 minggu.
Perbedaan analisis
Perbedaan musim dan diurnal pagi hari sampai malam hari.
Beberapa penyakit bersamaan dan penggunaan kortsticosteroid
Perbedaaan analisis yang bermakna yang bertanggungjawab
untuk kisaran yang besar pada nilai normal (umumnya (500-
1400)mencerminkan kenyataan bahwa jumlah CD4 dihitung
berdasarka variabel (jumlah dihitung berdasarkan tiga variabel
(jumlah sel darah putih, persentase limfosit dan persentase sel
CD4/ sel yang membewa reseptor CD4)
Perbedaan musim dan perbedaan diurnal dengan tingkat paling
rendah pada pukul 12.30dan tinkat puncak pada pukul 20.30,
perbedaan ini tidak secara jelas sesuai dengan ritme circadian
korticosteroid
26
dibawah 300 dengan penggunaan akut. Penggunaan kronis
mengakibatkan perubahan yang tidak sebesar ini. Perubahan akut
diakibatkan redistribusi leukosit antara sirkulasi perifer dan sumsum
tulang, limfa dan kelenjar getah bening. Jumlah CD4 seakan akan tinggi
dapat terjadi dengan koinfeksi HTLV-1 (splenektoni). HTlv 1 sangat
terkait erat dengan HTLV 2 dan kebanyakan tes serologi tidak
membedakan antara kedua infeks tetapi hanya HTLV 1 menyebabkan
jumlah CD4 seakan akan tinggi. Penelitian serologi di AS menunjukkan
angka infeksi HTLV 1/ 2 pada 7-12% pada pengguna narkoba suntikan
dan 2-10 % pada pekerja seks, 80-90% infeksi tersebut adalah HTLV 2
pada kedua kelompok.
Gender
Usia pada orang dewasa
Srters psikologis
Sters fisik
Kehamilan
27
Hasil pemeriksaan positif palsu terjadi karena keadaan-
keadaan berikut ini :
Wanita Multipara
Wanita hamil
Individu yang pernah mengalami malaria.
Individu yang menderita penyakit otoimun tertentu.
Individu yang menderita beberapa jenis limfoma.
Pemakai obat-obatan dan jarum intra vena yang digunakan
bersama-sama.
Individu yang bereaksi dengan antigen sel seperti HLA-DR4
Reaksi spesifk terhadap materi seluler H yang dipakai pada
piring kontrol.
Reaksi silang dengan dinding sel dimana HIV ditumbuhkan.
Kadang-kadang terjadi pada individu dengan titer antibodi HTLV-
1 tinggi.
Bayi baru lahir yang menunjukkan antibodi maternal sampai usia
18 bulan.
2. Western Blot
28
Hasil postif palsu jarang, tapi dapat terjadi pada keadaan
berikut ini :
29
Orang tersebut mungkin terinfeksi tapai antibodinya belum
meningkat.
Penderita AIDS yang mungkin sudah sedemikian lemah
sehingga sistem kekebalan tidak lagi dapat memberikan
respon untuk membentuk antibodi.
Hasil yang meragukan juga dapat terjadi, misalnya jika ELISA
atau Western Blot bereaksi lemah dan dengan demikian
menimbulkan kecurigaan. Hal ini dapat terjadi pada infeksi HIV dini,
infeksi yang sedang berkembang (sampai semua pita pada
pemeriksaan western Blot terlihat lengkap, atau pada reaktifitas
silang terhadap titer retrovirus lain yang tinggi, misalnya HIV-2 atau
HTLV-1.
Kultur
Pemeriksaan antigen
Amplifikasi gen-gen HIV (yaitu reaksi rantai polimerase)
Cara-cara ini terutama dipakai dalam riset. Cara-cara ini
dapat mendeteksi adanya virus atau DNA virus sebelum bisa
dideteksi oleh ELISA atau Western Blot, dan dapat mengurangi
terjadinya hasil negatif palsu yang bisa terjadi pada infeksi HIV dini
dimana antibodi yang terbentuk belum banyak, arti klinis dari
pemeriksaan ini belum dapat ditentukan, tapi nampaknya
pemeriksaan-pemeriksaan ini sangat berguna penanda penyakit,
detektor dini, dan tolak ukur dari perkembangan penyakit.
Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi oleh HIV memperlihatkan
antibodi terhadap virus hingga usia 10-18 bulan. Bayi menerima
antibodi dari ibunya, agar melindunginya sehingga sistem kekebalan
tubuhnya terbentuk penuh. Jadi hasil tes positif pada awal hidup
bukan berarti si bayi terinfeksi. Jika bayi ternyata terinfeksi, sistem
kekebalan tubuhnya akan membentuk antibodi terhadap HIV, dan tes
30
HIV akan terus-menerus menunjukkan hasil positif. Jika bayi tidak
terinfeksi, antibodi dari ibu akan hilang sehingga hasil tes menjadi
negatif setelah kurang-lebih 6-12 bulan.
Karena itu, status HIV anak tidak dapat didiagnosis untuk uji
ELISA atau Western Blot. Untuk ini digunakan uji untuk biakan virus,
antigen p24 atau RNA HIV, atau analisis PCR untuk RNA dan DNA
virus. PCR DNA HIV adalah uji virologik yang dianjurkan kerena
sensitif untuk mendiagnosis infeksi selama masa neonatus. Antibodi
HIV yang terdapat dalam bayi memang mengindikasikan bahwa ibu
positif HIV.
I. Prognosa Penyakit
J. Komplikasi
Hiperpigmentasi
Penyebab
• Obat-2an
• Endokrin
(adrenalis, tiroid)
• Nutrisi
• Terpajan
lama dan intensif
oleh UV
• Penyakit-2 lain (TB, histoplasmosis, kriptokokus)
K. Dampak HIV/AIDS
Psikologi
HIV adalah penyakit terminal dan kronis. Jika seseorang yang
hamil terdiagnosa dengan HIV, maka seseorang tersebut akan
merasa seperti terdakwa mati, dan merasakan kecemasan yang
sangat, dan ketakutan, ketakutan atau kecemasan tersebut tidak
31
hanya berasal dari stigma penyakit itu sendiri, tetapi juga karena
adanya penurunan sistem imun yang menyebabkan peningkatan
resiko infeksi, misalnya vaginitis, herpes, dan penyakit kelamin lain
yang dianggap buruk oleh masyarakat. Dengan kondisi fisik yang
seperti itu maka dapat menurunkan harga diri sang ibu, sehingga
sang ibu mengalami gangguan body image.
Isolasi
Tidak jarang penderita HIV mengalami kesedihan karena
diisolasi oleh keluarganya atau masyarakat. Karena terdapat
banyak pendapat untuk memasukkan ODHA ke tempat
penampungan khusus penderita HIV/AIDS. Hal itu berarti suatu
diskriminasi dan isolasi terhadap ODHA. Padahal tanpa melakukan
kontak seksual maupun kontak darah dengan ODHA, HIV/AIDS yang
ada pada tubuh ODHA tidak akan menular ke individu lain,
termasuk kepada OHIDA. Selain itu orang dengan status terinfeksi
HIV masih produktif seperti orang sehat pada umumnya.
32
Stigma
HIV merupakan penyakit yang paling ditakuti di masyarakat.
Karena pada faktanya penyakit tersebut bisa ditularkan melalui
pertukaran cairan tubuh, paling banyak melalui kontak seksual dan
pemakaian obat-obatan IV. Hal itu menambah stigma tentang HIV
bahwa seseorang dengan HIV tersebut bukan merupakan orang
baik-baik. Anggapan itu akan muncul bila masyarakat belum
mengetahui informasi yang benar tentang HIV. Padahal bisa saja
seseorang yang terkena HIV adalah petugas kesehatan yang
terpapar dengan cairan penderita HIV.
Fisik
Dampak HIV pada fisik juga tidak dapat dipungkiri. Jika
jumlah sel CD4 turun di bawah 200/mm 3 maka seseorang memiliki
resiko tinggi komplikasi infeksi.
L. Penatalaksanaan
Konseling
Dampak HIV
Perkembangan HIV
Penggunanan pengobatan antiretrovirus dan lainnya
Konsepsi yang aman jika partner HIV-negatif.
33
Beberapa wanita dengan HIV mungkin akan sulit untuk
meningkatkan berat badan. Karena efek samping dari
pengobatan HIV mungkin akan sulit untuk meningkatkan berat
badan atau bahkan dapat menyebabkan penurunan berat
badan. Pada kunjungan pertama pengkajian yang teliti pada
status nutrisi harus dilakukan.
M. Pengobatan Penderita
a. Terapi antiretrovirus
34
setelah kelahiran, resiko penularan HIV menurun dari 25% menjadi
8%.
b. Inhibitor Protease
35
limfosit T4, sebagian lainnya mengubah membran virus dan
mencegah masuknya virus ke dalam sel-sel hospes. Jenis Obat : L-
Drug (L 524) dan RO31-8985. Efek samping : sakit kepala,
gangguan gastrointestinal.
c. Imunomodulator
N. Terapi alternatif
36
Terapi dengan tenaga fisik dan alat : akupuntur dan akupresure,
terapi masase, refleksiologi, terapi sentuhan, yoga dan kristal.
Terapi Nutrisi : diet vegetarian, protein tinggi, suplemen vitamin
C, obat tradisional cina seperti campuran herbal tradisonal serta
senyawa Q (ekstrak ketimun cina) dan monmordica charanma
(bitter melon) yang diberikan sebagi enema juga digunakan
dalam terapi alternatif, makanan yang mengandung Zn (Zinc =
seng) yaitu daging, kerang-kerangan, biji-bijian, serealia,
leguminosa, telur dan susu. Gizi buruk terbukti meningkatkan
angka penularan HIV dari ibu-ke-bayi. Gizi yang baik membantu
tubuh menyerang infeksi, mengurangi masalah kelahiran (berat
badan bayi rendah, kematian bayi), membantu khasiat ARV, dan
dapat mengurangi efek samping obat. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa ada manfaat pada Odha perempuan bila
dipakai tambahan vitamin waktu hamil. Multi-vitamin (vitamin
B1, B2, B6, dan B12, niacin, vitamin C, vitamin E, dan asam
folat) diberi pada perempuan hamil dapat memperpanjang masa
tanpa gejala.
Pengkajian
Aktifitas / Istirahat
Malaise
Perubahan Pola tidur
Berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya
Perubahan TD, frekuensi jantung, pernapasan
37
Pasangan yang menggunakan obat-obatan IV
Merokok dan Alkohol
Gizi buruk
Stres dan keletihan meningkat
Keamanan
Seksualitas
38
Interaksi sosial
Kelelahan terus-menerus
Mudah memar dan berdarah
Sakit tenggorokan
Diare
Infeksi opportunistik seperti TBC, Pneumocystis Carinii
Pneumonia (PCP) yang ditunjukkan oleh batuk terus–
menerus, demam, sesak napas
Sarkoma kaposi’s (jenis kanker kulit yang ditunjukkan oleh
banyaknya bisul keunguan dan benjolan pada kulit.
Jumlah sel CD4 200mm3 atau kurang
Tes diagnostik
39
penularan telah lengkap tetapi umumny akarena faktor lain,
misalnya lingkungan.
P24 (Protein Pembungkus HIV) : peningkatan nilai kuantitas
protein ini mengindikasikan progresif infeksi.
Sel T4 Helper : jumlah kurang dari 200 mengindikasikan
defisien si respon imun berat.
Kaji pengertian kondisi dan respon emosi terhadap diagnosa
dan rencana pengobatan.
Batasan karakteristik :
Kriteria Evaluasi :
Suhu tubuh normal (37⁰C) dan SDP normal (3500 – 10.000 mEq),
keringat malam berkurang, tidak ada batuk, meningkatnya
asupan makanan, tercapai penyembuhan luka atau lesi pada
waktunya.
INTERVENSI
N TINDAKAN RASIONAL
o
Pantau : Data objektif adalah perlu untuk
1.
Hasil CD4 mengevaluasi keefektifan terapi
40
seluruh tubuh.
41
ada percikan cairan tubuh
yang mungkin terjadi.
Hindarkan penggunaan
jarum yang telah dipakai.
Tempatkan semua benda
tajam ke dalam kontainer
pembuangan.
42
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan nyeri lesi di mulut, penurunan nafsu makan, dan
efek medikasi, infeksi (anoreksia, nausea dan vomiting,
gangguan menelan)
Tujuan : Untuk mencegah penurunan status gizi.
Kriteria Hasil :
N TINDAKAN RASIONAL
o
1. Pantau : Untuk mengenal indikasi-indikasi
Berat badan setiap hari kemajuan atau penyimpangan
setiap 8 jam.
Persentase makanan
yang dimakan setiap hari.
2. Berikan makanan porsi sedikit Untuk menghindari muntah
tapi sering setiap 2 atau 3 jam.
Beri biskuit krekers setelah
bangun tidur pagi atau 1 jam
sebelum minum obat, makan
banyak karbohidrat seperti
pisang, kentang, sereal, teh
jahe dengan madu
3. Beri suplemen vitamin. Kekurangan vitamin terjadi akibat
penurunan masukan makanan
dan/atau kegagalan mengunyah
dan asorbsi dalam sistem GI.
4. Beri suplemen besi (Ferrous Untuk mengurangi anemia pada
Sulfat) ibu hamil.
5. Jika cairan diare berlebihan : Diare sering disebabkan oleh
pertahankan puasa dan protozoa (Cryptospiridiium) yang
43
pengobatan, terutama menyerang lapisan epitel,
infuse NPT. menyebabkan meningkatnya
berikan obat-obat anti produksi gas dan banyak cairan
diare dan evaluasi masuk dalam usus. Pasien bias
keefektifannya. kehilangan cairan 10 liter per hari
Berangsur-angsur mulai karena diare. Berhentinya defekasi
pemberian makanan peroral bila hanya karena pengobatan yang
diare terkontrol. efektif
Anjurkan untuk menggunakan
beta laktose, rendah lemak, ini
akan menurunkan volume diare.
Konsul ke dokter jika diare tetap
berlangsung atau tambah
memburuk
6. Berikan informasi tentang Ibu hamil mampu memaksimalkan
kebutuhan nutrisi. Tekankan kebutuhan nutrisi selama
pada peningkatan pemasukan kehamilan terutama untuk
protein. pertumbuhan dan perkembangan
janin.
7. Rujuk ke ahli diet untuk Ahli diet adalah spesialis nutrisi
membantu memilih dan yang dapat membantu pasien
merencanakan makanan untuk dalam perencanaan menu dan
kebutuhan nutrisi. kebutuhan nutrisi untuk kondisi
sekarang.
Tujuan:
Kriteria Hasil:
44
Intervensi:
Evaluasi
Klien dapat:
45
4. Nyeri akut atau nyeri kronis berhubungan dengan
atralgia, mialgia dan neuropati karena penyakit HIV
Tujuan:
Kriteri Hasil
Intervensi
Evaluasi
Klian dapat:
46
imobilisasi dalam jangka waktu lama, faktor psikologis
dan situasi
Tujuan:
Kriteria Hasil
Intervensi :
Evaluasi
Klien dapat:
47
Tujuan :
Kriteria Hasil :
INTERVENSI
N TINDAKAN RASIONAL
o.
1. Kaji tingkat ketakutan klien. Menetapkan tingkat fungsional
pada waktu penerimaan dan
mewaspadakan perawat pada
perubahan status yang dapat
infeksi/kemungkinan penyakit
yang kemungkinan makin
memburuk.
2. Izinkan klien untuk Penerimaan perasaan pasien
mengekspresikan perasaan akan dapat membuat perasaan
marah dan bersalah. klien dapat menerima situasi.
3. Berikan informasi yang sesuai Dapat meningkatkan
untuk membantu klien dapat pemahaman klien terhadap
membuat keputusan. penyakit yang dideritanya.
4. Kaji mekanisme koping klien Pasien mungkin akan
terhadap tindakannya. menggunakan sistem bertahan
dengan penolakan dan terus
berharap bahwa diagnosanya
tidak akurat. Rasa bersalah dan
tekanan spiritual mungkin akan
menyebabkan klien menarik diri
dan percaya bahwa bunuh diri
adalah suatu alternative.
5. Dorong interaksi klien dengan Mengurangi perasaan terisolasi.
48
keluarga dan sistem
pendukung.
6. Kaji adanya dukungan baik dari Menjamin adanya sistem
keluarga maupun orang pendukung bagi pasien dan
terdekat. memberikan kesempatan orang
terdekat untuk berpartisipasi
dalam kehidupan klien.
7. Berikan informasi yang dapat Menurunkan interaksi personal
dipercaya dan konsisten. yang lebih baik dan menurunkan
kecemasan dan rasa takut.
Kriteria Hasil :
INTERVENSI
49
bersalah. mengidentifikasi masalah
untukmembuat pemecahan
masalah.
5. Rujuk klien pada kelompok Dukungan tambahan dapat
pelayan kesehatan yang membantu klien dalam
khusus menangani penyakit menerima stress.
HIV.
6. Rujuk klien pada pekerja Dukungan tambahan dapat
kesehatan mental atau membantu klien dalam
kelompok pendukung. menerima stress.
Kriteria Hasil
Intervensi Rasional
1. Ciptakan lingkungan yang Upaya untuk
suportif dan pribadi bagi mengkomunikasikan perasaan
keluarga sayang dan perhatian pada
anggota keluarga dapat
membantu mengurangi perasaan
mereka tentang isolasi dan rasa
malu.
2. Gali persepsi anggota keluarga Diskusi terbuka dapat membantu
tentang situasi. Berikan menurunkan perasaan bersalah
dorongan untuk karena menyebabkan atau
50
mengungkapkan perasaan marah pada masyarakat,
bersalah, marah, komunitas gay atau kekasih
menyalahkan, dll. Bila keluarga klien.
tidak menyadari praktek
seksual klien atau penggunaan
obat terlarang sebelum ada
diagnosis HIV, berikan mereka
dorongan untuk berbagi
perasaan mereka.
3. Sesuai kebutuhan, berikan Intervensi ini dapat membantu
informasi tentang menurunkan rasa bersalah dan
homoseksualitas dan tekankan menggerakkan anggota keluarga
bahwa klien adalah orang yang untuk mendukung klien (Govoni,
sama seperti sebelum keluarga 1988)
mengetahui orientasi
seksualnya.
4. Tekankan aspek hidup klien Ini dapat membantu menurunkan
pada orang lain selain tentang dan menghilangkan stigma AIDS
HIVatau perilaku resiko, misal : (Govoni, 1988)
hobi, hal-hal yang sudah
dicapai.
5. Sesuai kebutuhan, izinkan Bila kekasih dan teman adalah
kekasih klien dan teman untuk kelompok beresiko tinggi mereka
berbagi beban mereka dan dapat mengalami AIDS sebelum
pengalaman sebelumnya atau mungkin HIV positif. Saling
dengan AIDS berbagi pengelaman mereka
dapat membantu klien dan
keluarga mengerti lebih baik dan
mengatasi gangguan.
6. Bahas dengan klien Melakukan dialog mengenai
kemungkinan konflik yang kemungkinan konflik dengan
mungkin timbul antara pasangan yang berhubungan
keluarga dan kekasih serta dengan keputusanpengobatanm,
teman. keuangan, dan perawatan dapat
membantu mengklarifikasi
miskonsepsi tentang peran dan
51
tanggung jawab.
7. Bila memungkinkan, anjurkan Hal ini menunjukkan bahwa anda
klien untuk menghargai hak menentukan
mendokumentasikan keinginan sendiri klien dan dapat
mengenai penunjukan membantu mengurangi konflik
pembuat keputusan, perawatn antara bertahan hidup dengan
akhir hidup, keuangan dan pendapat yang kontradiksi
pengurusan pemakaman.
8. Tentukan apakah mekanisme Penyakit dari anggota keluarga
koping keluarga efektif. dapat menyebabkan perubahan
peran yang signifikan,
menempatkan anggota keluarga
pada resiko maladaptasi.
9. Identifikasi disfungsi Setiap keluarga yang
mekanisme koping : menunjukkan disfungsi koping
a. Penyalahgunaan zat mungkin memerlukan bantuan
b. Penyangkalan terus- dari luar dan sumber tambahan.
menerus.
c. Eksploitasi salah satu
anggota keluarga atau lebih.
d. Perpisahan atau
penghindaran.
10 Tingkatkan kekuatan keluarga : Intervensi ini dapat membantu
. a. Terima bantuan mereka. mempertahankan struktur dan
b. Libatkan mereka dalam fungsi keluarga sebagai unit
perawatan klien. pendukung. Keluarga dengan
c. Anjurkan untuk menjauh konflik tak terselesaikan sebelum
sejenak dari klien untuk diagnosis adalah paling beresiko
mencegah ketegangan terhadap disfungsi koping.
pemberian perawatan.
d. Perbanyak humor.
11 Bantu keluarga untuk Strategi diperlukan untuk
. mengenali peran di rumah, mempertahankan integritas
menyyusun prioritas dan keluarga dan untuk mengurangi
mendistribusikan tanggung stres, juga meulihkan rasa
jawab. Izinkan klien untuk kontrol dan kemandirian pasien.
52
melakukan sebanyak yang bisa
dilakukan.
12 Ingatkan keluarga untuk Pedoman antisipasi dapat
. bersiap terhadap depresi, mewaspadakan anggota
ansietas, marah, dan keluarga terhadap masalh yang
ketergantungan dari klien. mengancam.
Tujuan :
Kriteria Hasil :
INTERVENSI
53
untuk mengidentifikasi perhatian
dan asimilasi informasi.
3. Diskusikan perilaku resiko Klien dapat mengetahui factor
tinggi yang meningkatkan yang dapat meningkatkan resiko
transmisi HIV. untuk terkena infeksi HIV seperti
penggunaan obat secara
intravena, keterlibatan
hubungan seks multiple
penderota AIDS, dsb.
4. Berikan informasi tentang Pasien mungkin mengalami
implikasi HIV pada penyakit penyakit akut 2-6 minggu
AIDS. setelah terinfeksi, meskipun
demikian adalah umum untuk
menjadi subklinis dengan
adanya rasa tidak nyaman bagi
penderita.
5. Informasikan kepada klien Mencegah pemajanan,
tentang resiko seks dengan membantu menurunkan resiko
pasangan dan kontak terinfeksi.
langsung dengan cairan tubuh
dan darah.
6. Beri informasi tertulis sampai Pasien mungkin akan merasa
dimana klien bisa mengerti. berlebihan dan materi tertulis
diberikan untuk tinjauan lebih
lanjut dan penguatan jika pasien
memiliki kesempatan untuk
menenangkan diri.
7. Tanyakan klien, apakah klien Banyak pasien yang merasa
ingin agar keluarga atau takut mengungkapkannya
orang terdekatnya tahu dengan orang terdekat,
tentang diagnosa keluarga, dan teman karena
penyakitnya. takut ditolak. Menarik diri
sebagai akibat perasaan yang
menggemparkan. Dengan
memberikan kesempatan pada
orang terdekat klien untuk
54
mempelajari diagnosa penyakit
klien akan berguna bagi
dukungan jangka panjang
terhadap klien/ pasien.
DAFTAR PUSTAKA
55
6. Handayani, tina. 2008. Kuliah Medical Surgical Nursing III. Jurusan
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang
7. Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005
8. Kane,Brigid M. 2008. HIV/ AIDS Treatment Drug. New York: Chelsea
House
9. Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi,
RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
10. Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A
Human Needs Approach,J.B. Lippincott Company, London.
11. Phipps, Wilma. et al, 1991, Medical Surgical Nursing : Concepts
and Clinical Practice, 4th edition, Mosby Year Book, Toronto
12. Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada
Anak, cetakan kedua, EGC, Jakarta.
13. The United Nations Children’s Fund (UNICEF). 2003. What
Religious Leader Can do about HIV/ AIDS
14. The World Bank, editor by Yolanda Tayler. 2004. Battling HIV/
AIDS. Washington DC
15. http://www.acponline.org/patients_families/pdfs/health/hiv.pdf
16. http://www.wcrp.org/files/TK-ENGLISH-hiv.pdf
17. http://siteresources.worldbank.org/INTPROCUREMENT/Resources/
Technical-Guide-Procure-HIV-AIDS-Meds.pdf
18. http://www.ussc.gov/r_congress/HIV.PDF
19. http://menozac.1-online-drug-store.com/sitemap-22.html
20. http://cph.georgetown.edu/aging/extras/hiv.pdf
56
57