ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
ii
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
di PT. Kalbe Farma, Tbk. dan menyelesaikan laporan PKPA ini. Pelaksanaan
PKPA dan penulisan laporan PKPA ini diajukan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Pada penulisan laporan ini, penulis
mendapat arahan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melaksanakan PKPA.
2. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Apt., selaku Pj.S Dekan Fakultas Farmasi
UI sampai dengan Desember 2013
3. Dr. Harmita. Apt selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk melaksanakan PKPA.
4. Agung Martupa Bukit Leonardo Malau, S.Farm., Apt selaku pembimbing dan
Supervisor Departemen Quality Assurance PT. Kalbe Farma, Tbk., yang telah
memberikan arahan, bimbingan perhatian, ilmu, dan dukungan kepada
penulis selama melaksanakan PKPA.
5. Dr. Herman Suryadi M.S., Apt selaku pembimbing yang telah memberikan
arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penulisan laporan PKPA.
5. Seluruh karyawan Quality Assurance PT. Kalbe Farma, Tbk., terutama
kepada Kak Ragil, dan Kak Veli atas bantuannya selama melaksanakan
PKPA.
6. Keluarga, Orang tua dan saudara atas dukungan, perhatian, dan doa yang
diberikan kepada penulis selama melaksanakan Profram Profesi Apoteker di
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
Penulis
vi
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri
Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Agar obat
yang dihasilkan berkualitas, mempunyai efikasi yang baik, bermutu, dan aman
serta konsisten maka dibutuhkan suatu pedoman bagi industri farmasi tentang
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Apoteker dituntut untuk mempunyai
wawasan, pengetahuan yang luas dan pengalaman praktis yang memadai serta
kemampuan dalam memimpin agar dapat mengatasi permasalahanpermasalahan
yang ada di industri farmasi. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilakukan
pada 17 Juni – 12 Juli Dan 14 Agustus – 30 Agustus 2013 Di PT. Kalbe Farma,
Tbk. Kawasan Industri Delta Silicon JL M.H. Thamrin Blok A3-1, Lippo
Cikarang, Bekasi Dalam rangka pembinaan terhadap generasi baru di bidang
industri farmasi.
viii
Health is good health, physically, mentally, spiritually and socially to enable more
people to live socially and economically productive. Pharmaceutical Industry is an
entity that has a permit from the Minister Health to the manufacture of drugs or
drug ingredients. In order for the resulting drug quality, have good efficacy,
quality, and safe and consistent we need a guide for the pharmaceutical industry
on the Good Manufacturing Practices (GMP). Pharmacists are required to have
insight, extensive knowledge and good practical experience and ability to lead in
order to overcome the problems of the pharmaceutical industry. Pharmacists
Internship Program (PIP) conducted on 17 June to 12 July and 14 August to 30
August 2013 at PT. Kalbe Farma Tbk. Delta Silicon Industrial Estate Jl. MH
Thamrin Blok A3-1, Lippo Cikarang, Bekasi to develop the new generations in
the pharmaceutical industry.
ix
xi
xii
xiii
1 Universitas Indonesia
Salah satu aspek dalam CPOB adalah mengenai personalia, yang salah
satunya adalah Apoteker dalam industri farmasi memegang peranan penting
dalam industri farmasi untuk menjamin mutu obat yang dihasilkan. Kedudukan
Apoteker juga diatur dalam CPOB, yaitu sebagai penanggung jawab produksi,
pengawasan mutu, dan pemastian mutu. Sehingga seorang Apoteker dituntut
untuk mempunyai wawasan, pengetahuan yang luas dan pengalaman praktis yang
memadai serta kemampuan dalam memimpin agar dapat mengatasi permasalahan-
permasalahan yang ada di industri farmasi. Dalam rangka mencapai tujuan
tersebut, calon Apoteker harus mendapatkan bekal pengetahuan dan pengalaman
praktis yang cukup yang salah satunya dapat diperoleh melalui kegiatan praktek
kerja profesi di industri farmasi. Dalam rangka pembinaan terhadap generasi baru
di bidang industri farmasi, yaitu tenaga apoteker, PT. Kalbe Farma, Tbk. memberi
kesempatan kepada calon apoteker untuk melaksanakan PKPA. Pelaksanaan
PKPA di PT. Kalbe Farma, Tbk. ini berlangsung dari tanggal 17 Juni sampai
dengan 12 Juli dan 14 Agustus sampai dengan 30 Agustus 2013.
1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan PKPA di PT. Kalbe Farma, Tbk. adalah untuk:
a. Memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai penerapan segala aspek
CPOB di PT. Kalbe Farma, Tbk.
b. Memahami peran dan tugas apoteker dalam industri farmasi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pengawasan mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar.
Industri farmasi bertanggungjawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing. Seluruh personil
hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal yang
berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan
pekerjaan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
d. Daerah pengolahan produk steril dipisahkan dari daerah produksi lain serta
dirancang dan dibangun secara khusus
e. Produk antibiotika tertentu, hormon tertentu, sitotoksik tertentu, bahan aktif
berpotensi tinggi hendaklah diproduksi di bangunan terpisah
f. Permukaan bagian dalam ruangan (dinding, lantai, dan langit-langit)
hendaklah licin, bebas dari keretakan, dan sambungan yang terbuka serta
mudah dibersihkan dan bila perlu mudah didesinfeksi
g. Saluran air limbah hendaklah cukup besar dan mempunyai bak kontrol serta
ventilasi yang baik
h. Area produksi diventilasi secara efektif dengan fasilitas pengendali udara.
2.2.4 Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets-ke-bets dan
untuk memudahkan pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah
kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya
berdampak buruk pada mutu produk.
Hendaklah tersedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan ketelitian
yang tepat untuk proses produksi dan pengawasan. Peralatan untuk mengukur,
menimbang, mencatat dan mengendalikan hendaklah dikalibrasi dan diperiksa
pada interval waktu tertentu dengan metode yang ditetapkan.
Peralatan hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah risiko
kesalahan atau kontaminasi. Antara masing-masing peralatan hendaklah
ditempatkan pada jarak yang cukup untuk menghindarkan kesesakan dan
memastikan tidak terjadi kekeliruan dan kecampurbauran produk.
Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau
pencemaran yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk.
Peralatan dan alat bantu hendaklah dibersihkan, disimpan, dan bila perlu disanitasi
dan disterilisasi untuk mencegah kontaminasi atau sisa bahan dari proses
sebelumnya yang akan memengaruhi mutu produk.
Universitas Indonesia
2.2.6 Produksi
Kegiatan produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang
telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi).
Unsur-unsur produksi yang diatur oleh CPOB meliputi pembelian bahan
awal yaitu bahan baku & bahan pengemas; validasi proses; pencegahan
Universitas Indonesia
2.2.8. Inspeksi Diri, Audit Mutu, dan Audit & Persetujuan Pemasok
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek
produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB
ditetapkan. Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi
Universitas Indonesia
2.2.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
Universitas Indonesia
memperkecil resiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul
karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, dokumen produksi
induk/ formula pembuatan, prosedur, metode, instruksi, laporan, dan catatan harus
bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen adalah
sangat penting.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
14 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Lantai 1 digunakan untuk ruang produksi line 1, line 1 extention, line 2, line
4, line 5, gudang bahan baku dan wadah, gudang kemas, dan gudang obat
jadi.
c. Lantai 2 digunakan untuk ruang produksi line 6, line 7, line 8A, 8B, 8C dan
line 8 extention.
d. Lantai 3 digunakan untuk ruang purified water generator, pure steam
generator, water for injection generator, dan oil free air compressor.
Lantai ruang produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk. dicat dengan cat epoksi
agar mudah dibersihkan, dibuat melengkung (tidak memiliki sudut) agar tidak
menjadi tempat berkumpulnya debu, serta bingkai jendelanya dibuat miring
dengan maksud agar mudah dibersihkan dan juga tidak menjadi tempat
berkumpulnya debu. Berdasarkan CPOB tahun 2012, ruangan di industri farmasi
dibagi menjadi 5 jenis area berdasarkan perbedaan tingkat kebersihannya, yaitu
kelas A, B, C, D dan E. Kelas A, B, C, dan D digunakan untuk produksi sediaan
steril dan kelas E untuk produksi sediaan nonsteril. PT. Kalbe Farma, Tbk. Telah
menyesuaikan kembali klasifikasi ruangan sesuai dengan pedoman CPOB 2012.
Meskipun demikian dalam kesehariannya area produksi steril (kelas A, B, C, dan
D) masih disebut sebagai area putih (white area), area produksi nonsteril (kelas E)
disebut area abu-abu (grey area), dan area pengemasan sekunder disebut area
hitam (black area).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
percobaan menjadi induk, dan mengatasi masalah atau trouble shooting produksi.
Departemen Process Development dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
3.4.2.1 Formulation (Formulasi)
Tugas utama bagian formulasi adalah memperbaiki atau mengembangkan
formula-formula produk existing, mendukung bagian produksi jika ada masalah
terutama dalam hal formulasi, dan mendukung bagian pembelian (purchasing)
dalam hal diversifikasi raw material. Menyiapkan dokumen untuk bagian
produksi, seperti: Prosedur Pengolahan Induk 1 (PPI 1) yang berisi keterangan
Raw Material yang digunakan dan Prosedur Pengolahan Induk 2 (PPI 2) yang
berisi prosedur pembuatan obat dan spesifikasinya.
3.4.2.2 Packaging (Kemasan)
Tugas utama bagian kemasan adalah melakukan penelitian dan
pengembangan material kemasan, baik primer dan sekunder, penelitian dan
pengembangan tersebut juga mencakup uji stabilitas dan trial di produksi (jika
diperlukan). Selain itu bagian kemasan juga melakukan penelitian dan
pengembangan desain kemasan produk existing, mulai dari pembuatan konsep,
verifikasi sampai dengan penyiapan disket dan print-out final art work untuk
dikirim ke supplier kemasan serta menyiapkan/ menyediakan dokumen yang
terkait dengan kemasan, seperti Prosedur Pengolahan Induk (PPI) dan Production
Model (PM) Kemas. Bagian ini juga memberi dukungan terhadap bagian lain
untuk masalah-masalah yang terkait/ berhubungan dengan kemasan, seperti
pembelian mesin baru di bagian produksi, diversifikasi supplier oleh bagian
Purchasing dan permintaan penyederhanaan prosedur pemeriksaan dari bagian
QC.
3.4.2.3 Analytical Development
a. Pengembangan metode, dan membantu dalam deversifikasi. Trouble solution
jika ada masalah analisa
b. Studi pre-marketing percobaan pilot Process Development
Universitas Indonesia
merupakan bagian dari grup PPIC dari empat situs perusahaan yang berada di
bawah grup Kalbe, yaitu PT. Kalbe Farma, Tbk., PT. Dankos Farma, PT.
Hexpharm Jaya, dan PT. Fima. Grup PPIC ini menjadi penghubung antara bagian
pemasaran dan distributor, yaitu PT. Enseval Putera Megatrading dengan divisi
produksi masing-masing situs. Departemen PPIC berada dibawah koordinasi
Assistant Director Plant. PPIC manager membawahi PPIC specialist, sedangkan
PPIC specialist membawahi empat bagian yaitu Inventory Plannning Control
(IPC), Production Planning Control (PPC), dan Toll Manufacturing. Secara
umum tugas dari departemen ini adalah sebagai berikut:
a) Merencanakan, mempersiapkan, dan mengendalikan proses produksi mulai dari
bahan baku sampai obat jadi.
b) Melakukan kegiatan toll manufacturing, meliputi:
1) Toll in, yaitu permintaan produksi dari perusahaan lain yang bisa dipenuhi
karena masih tersedia kapasitas.
2) Toll out, yaitu permintaan bantuan produksi ke perusahaan lain karena tidak
memiliki fasilitas produksi produk bersangkutan atau karena kapasitas tidak
mencukupi.
c) Membuat laporan ke instansi terkait, antara lain hasil produksi, pemakaian
material seperti prekursor, dan narkotik/psikotropik.
Tugas dari masing-masing bagian di Departemen PPIC adalah:
a. Inventory Planning Control (IPC):
1) Menghitung Evaluasi Kebutuhan Material (EKM) bulanan selama 6 bulan
kedepan berdasrkan Rolling Production Plan (RPP).
2) Memantau persediaan bahan baku, wadah, dan kemasan dengan
mempertimbangkan prioritas penggunaan material di bagian produksi.
3) Membuat Formulir Permintaan Barang (FPB) untuk material.
4) Memperbanyak dan menurunkan Kartu Produksi (KP) atau Prosedur
Pengolahan Induk (PPI)
b. Production Planning Control (PPC):
1) Menerjemahkan rolling forecast (ROFO) yang merupakan permintaan dari
PT. Enseval Putera Megatrading menjadi Rolling Production Plan (RPP)
dengan mempertimbangkan stock, buffer stock, work in process (WIP),
Universitas Indonesia
batch size, average selling out, pending order, dan day of inventory (DOI).
ROFO merupakan jumlah perkiraan penjualan selama 6 bulan mendatang
dalam satuan unit. RPP merupakan rencana produksi yang dibuat setiap 6
bulan mendatang dalam satuan batch.
2) Mengirim RPP ke bagian IPC untuk dijadikan dasar penyusunan Rencana
Pemakaian Material (RPM) setiap bulan.
3) Membuat rencana produksi bulanan (RPB) yang berisikan jumlah batch dan
target yang harus dicapai oleh Departmen Produksi selama satu bulan.
4) Mengevaluasi pencapaian rencana produksi bulan lalu untuk perencanaan
rencana produksi bulan berikutnya
c. Toll Manufacturing bertugas mengkoordinasi produk-produk toll out dan toll in
untuk menjamin agar kebutuhan sales dan marketing tetap dapat dipenuhi oleh
rekanan yang telah ditentukan oleh perusahaan apabila kapasitas produksi tidak
tersedia/ tidak mencukupi.
Universitas Indonesia
ukuran batch yang besar. Line ini terdiri atas line 1, 4, 9. Non-dedicated line
merupakan line yang memproduksi obat dengan jenis produk relatif banyak
namun dengan ukuran batch yang relatif kecil atau sedikit. Line ini terdiri atas line
2, 5, 6, 7, 8A, 8B, dan 10. Produk obat yang diproduksi di setiap line adalah
sebagai berikut:
1. Line 1: line ini memproduksi 1 jenis produk sediaan padat yaitu tablet
Promag®. Line ini juga mempunyai extension. Line 1 extension ini khusus
memproduksi tablet Promag® untuk menunjang permintaan pasar yang tidak
dapat dipenuhi oleh line 1. Saat ini line 1 extention sudah beroperasi. Dan
sudah dapat membantu line 1 karena ruangan produksi tablet Promag® akan
diperbesar dan akan menggunakan mesin yang lebih baru sehingga dapat
memproduksi jumlah batch yang lebih besar dan lebih cepat.
2. Line 2: line ini terdiri atas 2 line yang merupakan gabungan dari line 2A dan
line 2B. Sebagian besar produk line 2A adalah tablet inti, sedangkan produk
line 2B adalah tablet coating. Produk line 2 antara lain: Neo Entrostop®, Xon-
Ce®, Pronicy®, Neuralgin®, Cypron®, Vitazym®, Zegavit®, dan Zegase®
3. Line 4: line yang memproduksi tablet inti, contoh produknya: Procold®, dan
Promag® Double Action.
4. Line 5: line yang memproduksi sediaan cair oral antara lain sirup, emulsi, dan
suspensi, seperti Cerebrofort®, Plantacid® dan Woods®.
5. Line 6: line ini khusus memproduksi sediaan cair steril (injeksi) seperti
Rantin®, Ulsikur®, dan Kalmethasone®.
6. Line 7: line ini memproduksi sediaan semi padat topikal seperti krim, semi
solid seperti jeli, dan salep, serta sediaan suppositoria dan ovula. Contoh
produknya adalah Bioplacenton® (gel), Mycoral® (krim), dan Kaltrofen® (gel
dan suppositoria).
7. Line 8: line yang banyak memproduksi beberapa jenis produk obat namun
volumenya kecil. Produk yang dihasilkan tersebut sebagian besar merupakan
produk ethical. Line ini dibagi menjadi 2 yaitu line 8A yang menangani proses
pembuatan produk, line 8B menangani pengemasan produk.
8. Line 9: line ini khusus memproduksi sediaan cair non oral yaitu Kalpanax®
Tincture.
Universitas Indonesia
9. Line 10: line ini khusus melakukan pengemasan ulang (repack) untuk produk
impor.
Tugas umum Departemen Produksi secara keseluruhan adalah melakukan
proses produksi dari raw material dan packaging material menjadi produk jadi.
Tugas dan tanggung jawab masing-masing line produksi antara lain:
a. Mencapai target produksi (kuantitas, kualitas, dan waktu yang tepat) yang
ditetapkan berdasarkan ketersediaan kapasitas mesin dan ketersediaan tenaga
kerja serta memonitor aktivitas harian dan mingguan berdasarkan Jadwal
Produksi Mingguan (JPM).
b. Mengoptimalkan dan mengontrol expense (biaya bulanan dan tahunan) yang
dipakai untuk mencapai target produksi. Sebagai contoh, biaya lembur dan gaji
karyawan, biaya toolsand supplies (selang, solvent, dan oli) dan maintenance
mesin (break down dan periodik).
c. Mencapai rendemen (yield) yang ditetapkan dengan cara meminimalkan bahan
baku yang terbuang pada setiap tahap proses dan mengusulkan penyederhanaan
proses (bekerjasama dengan R&D dan Process Development). Rendemen
sudah ditetapkan standarnya setiap tahun.
d. Memastikan ketersediaan utilitas kerja, seperti Air Handling Unit (AHU),
pengendali tekanan, Relative Humidity (RH), udara, dan suhu.
e. Memantau produktivitas kerja (orang dan mesin).
f. Mengefisienkan pemakaian kapasitas mesin dengan cara melakukan
penjadwalan yang efisien, penempatan operator yang tepat, dan perawatan
mesin.
g. Memeriksa, mengevaluasi, dan memberi approval dokumen-dokumen yang
dipakai dan dikirim ke QA.
h. Membimbing supervisor dan subordinat.
i. Memberi masukan kepada atasan, untuk perencanaan jangka panjang (misal:
perubahan lay out ruangan, penambahan mesin dan karyawan, optimalisasi
cara kerja).
j. Memastikan suasana kerja yang sehat dan memotivasi bawahan (misalnya
membantu masalah mereka dan memberi training).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
produk jadi. Secara struktural departemen logistik dipimpin oleh seorang Manager
Logistik yang membawahi empat Kasi (kepala seksi) gudang, yaitu Kasi gudang
bahan baku (raw material) dan wadah (primary packaging material), Kasi gudang
penimbangan, Kasi gudang kemasan sekunder (secondary packaging material)
dan Kasi gudang produk jadi (finished goods). Bagian Logistik memiliki peranan
penting dalam kegiatan penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran bahan baku,
wadah, kemasan, maupun produk. Dalam menjalankan peran tersebut,
Departemen Logistik terkait dengan beberapa bagian, yaitu bagian QA/QC, R&D,
Purchasing, PPIC, Produksi, dan Teknik. Fungsi dan tugas dari masing-masing
seksi adalah sebagai berikut:
a. Seksi gudang bahan baku/ wadah
Gudang bahan baku dan wadah mempunyai beberapa ruang penyimpanan
dengan suhu ruangan yang berbeda-beda, yaitu ruang suhu kamar (25-30°C),
ruang AC/ cool room (20-25°C), dan ruang pendingin/cold storage (2-8°C)
untuk penyimpanan bahan baku yang rentan terhadap suhu. Untuk ruang AC,
terdapat ruangan AC untuk penyimpanan material halal, penyimpanan essence
dan flavouring, penyimpanan bahan kemas primer (foil), serta ruang AC untuk
penyimpanan berbagai macam bahan baku dan wadah. Selain itu, terdapat
beberapa area atau ruang yang penting seperti:
1. Area khusus prekursor serta tempat khusus penyimpanan bahan baku yang
bersifat prekursor narkotika dan psikotropika. Area ini selalu terkunci dan
akses ke area ini harus mendapat persetujuan supervisor dan mengisi log
book.
2. Ruang sampling QC, ruang khusus untuk proses sampling bahan baku dan
wadah yang baru datang untuk diuji kualitasnya sebelum digunakan.
3. Ruang tolak, ruangan atau area yang terpisah yang menyimpan bahan baku
dan wadah yang ditolak oleh QC.
Universitas Indonesia
material dalam rak. Cara penyimpanan barang di gudang pada dasarnya disusun
antara lain berdasarkan hal-hal berikut:
1. kondisi penyimpanan yang dipersyaratkan (suhu, cahaya, dan kelembaban).
2. kedekatan dengan pelanggan (gudang timbang atau produksi).
3. bentuk material dan sifat bahan baku (flammable atau non flammable).
4. untuk barang-barang toll out didekatkan area toll out.
5. berdasarkan status (karantina, baik, atau tolak).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
36 Universitas Indonesia
macam aspek seperti produk yang sesuai standar, bangunan dan fasilitas yang
memadai, dan sebagainya.
4.2 Personalia
Dalam suatu industri farmasi, personil yang terlibat dalam industri tersebut
harus memenuhi persyaratan, baik secara kuantitas maupun kualitas. CPOB
mensyaratkan jumlah personil yang memadai dan terkualifikasi untuk
melaksanakan semua tugas. Setiap personil harus memiliki kesehatan mental dan
fisik yang baik sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara professional.
Sikap dan kesadaran tinggi setiap personil juga diperlukan dalam mewujudkan
pelaksanaan CPOB.
PT. Kalbe Farma, Tbk. Memiliki personil yang terlatih secara teknis
dengan jumlah memadai untuk melaksanakan kegiatan produksi, pengawasan dan
pemastian mutu. Kegiatan dilakukan mengikuti prosedur dan spesifikasi yang
telah ditentukan secara efektif dan efisien. Departemen produksi, QA, dan QC
dipimpin oleh apoteker yang bersifat independen. Apoteker-apoteker ini diberi
wewenang penuh dan sarana yang cukup untuk dapat melaksanakan tugasnya
secara efektif.
Peningkatan kesadaran dan pemahaman karyawan terhadap CPOB di PT.
Kalbe Farma, Tbk. dilakukan melalui program pelatihan Kualitas Lima Aspek
(KUA LIMA) yang meliputi K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja), dan 5R
(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Aspek KUA LIMA meliputi produk,
manusia, bahan dan peralatan, metode, serta lingkungan kerja. Uraian lima aspek
dalam KUA LIMA adalah:
a. Produk yang senantiasa berorientasi pada pasar
b. Sumber daya manusia yang selalu mengutamakan kualitas
c. Peralatan, bahan, dan teknologi yang memadai
d. Proses, prosedur, dan metode kerja yang efisien
e. Lingkungan kerja yang mendorong prestasi
Untuk menjamin kepuasan terhadap semua pelanggan, baik internal
maupun eksternal PT. Kalbe Farma Tbk. melakukan berbagai upaya antara lain
dengan menerapkan Kalbe Service Exellence (KSE). Setiap karyawan harus
Universitas Indonesia
melaksanakan sebelas perilaku KSE, yaitu senyum tulus, wajah hangat dan
bersemangat, pelanggan adalah orang penting, dengarkan kebutuhannya,
menyebut namanya, bahasa tubuh positif, membicarakan yang diminati
pelanggan, bahasa yang halus dan tepat, memberitahukan proses yang
sudah/sedang/akan dikerjakan, pengetahuan akan produk, serta tampil dengan
rapi.
Universitas Indonesia
umum karyawan atau bahan. Pada area produksi terdapat ruang staging yang
digunakan sebagai tempat penyimpanan kemasan dan bahan baku. Selain itu,
terdapat pula ruang work in process (WIP) untuk staging produk ruahan dan
produk antara.
Desain pada permukaan lantai, dinding, langit-langit, dan pintu dibuat
sedemikian rupa agar kedap air, tidak terdapat sambungan, dan mudah untuk
dibersihkan. Permukaan lantai ruang produksi menggunakan beton yang dilapisi
epoksi, sudut-sudut ruangan dibuat melengkung, sambungan dilapisi oleh silicon
rubber, dinding dan langit-langitnya dilapisi cat minyak. Penutup fitting lampu,
titik ventilasi, dan instalasi lainnya dibuat rata dengan langit-langit sehingga
meminimalkan adanya celah yang dapat menahan debu. Sarana-sarana penunjang
produksi, seperti Heating, Ventilating, and Air Conditioning (HVAC), pipa
saluran air, Air Handling Unit (AHU), kabel listrik diletakkan di ruangan khusus
di antara setiap lantai ruangan produksi yang disebut mezzanine. Beberapa
ruangan juga dilengkapi dengan pengumpul debu (dust collector) untuk
mengendalikan jumlah partikel sesuai dengan kelas ruangan masing-masing.
Bangunan pada PT. Kalbe Farma, Tbk. menerapkan sistem line (jalur
produksi). Satu line mencakup semua tahap pengolahan sampai dengan
pengemasan produk sehingga kontaminasi silang dapat dihindari. Ruang produksi
di PT. Kalbe Farma, Tbk. diklasifikasikan sesuai dengan ASEAN GMP, yaitu
kelas I dan II (white area), kelas III (grey area), dan kelas IV (black area).
Apabila dikaitkan dengan CPOB, kelas black area merupakan kelas E, kelas grey
area merupakan kelas C (untuk produksi steril), D (untuk produksi non-steril),
dan kelas white area merupakan kelas A, B (produksi steril). Sebagai penghubung
antara kelas ruangan yang satu dengan yang lain disediakan ruang antara atau
ruang buffer dan loker karyawan. Setiap kelas ruangan memiliki persyaratan
jumlah partikel dan jumlah mikroba tertentu, serta tekanan udara yang berbeda
untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang. Pengaturan perbedaan tekanan
udara ini dilakukan dengan membedakan volume udara yang dimasukkan ke
dalam ruangan oleh AHU. White area memiliki tekanan udara paling tinggi dan
black area memiliki tekanan udara yang paling rendah, sedangkan tekanan udara
di grey area berada diantaranya.
Universitas Indonesia
Black area ditandai dengan lantai yang dicat epoksi berwarna hijau dan
dinding yang dicat minyak berwarna kuning muda. Area ini meliputi ruang
penanggung jawab line produksi, ruang pengemasan sekunder, dan ruang ganti
pakaian untuk menuju grey area. Grey area memiliki lantai berwarna biru tua dan
dinding berwarna kuning muda. Area ini meliputi daerah-daerah yang
berhubungan langsung dengan proses produksi, seperti gudang timbang, koridor
penghubung gudang timbang dengan ruang proses produksi, ruang proses
produksi, ruang pengemasan primer, serta ruang penyangga atau buffer. Lantai
white area berwarna biru muda dengan dinding berwarna kuning muda. Area ini
khusus memproduksi sediaan steril, meliputi ruang penyangga, ruang ganti
pakaian, ruang penyemprot udara (air shower), dan ruang pengisian (filling). Pada
area ini dilengkapi pula penyaring HEPA yang dapat menyaring udara yang
masuk ke dalam ruangan sehingga dapat membatasi jumlah dan ukuran partikel,
serta jumlah bakteri yang ada di ruangan tersebut.
Gudang bahan baku dan wadah, gudang kemas, dan gudang produk jadi
disusun sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam penyimpanan dan
penelusuran barang. Penyimpanan barang yang baru datang, karantina, atau
barang ditolak diletakkan terpisah. Gudang penyimpanan bahan-bahan mudah
terbakar atau mudah meledak diletakkan terpisah. Selain itu, juga terdapat sarana
gudang dengan kondisi khusus, yaitu suhu dan kelembaban ruangan yang
terkendali, misalnya penyimpanan pada suhu 2-8OC.
4.4 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk.
memiliki rancang-bangun dan konstruksi yang kuat, ukuran yang memadai, serta
ditempatkan pada posisi yang tepat. Masing-masing alat diberi penandaan agar
memudahkan dalam identifikasinya. Pemasangan dan penempatan peralatan diatur
sedemikian rupa sehingga proses produksi dapat berjalan secara efektif dan
efisien. Bahan yang digunakan untuk peralatan selama proses produksi sebagian
besar adalah baja tahan karat (stainless steel). Peralatan yang digunakan selalu
dirawat secara berkala agar tetap berfungsi dengan baik dan konsisten serta
Universitas Indonesia
mencegah terjadinya pencemaran yang dapat merubah identitas dan mutu atau
kemurnian produk.
Peralatan yang digunakan pada tiap line produksi disesuaikan dengan
produk yang dihasilkan dan ukuran bets dari masing-masing produk. Penempatan
peralatan produksi dilakukan mengikuti alur proses kerja sehingga produksi dapat
dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Pemisahan peralatan dilakukan untuk
menghindari kontaminasi silang antara produk satu dengan produk yang lain.
Pencegahan terhadap kontaminasi debu yang dihasilkan pada saat proses produksi
dilakukan dengan menggunakan pengumpul debu. Peralatan juga diberi
penandaan status penggunaan alat tersebut untuk menghindari kesalahan
penggunaan alat.
Tiap mesin diletakkan dalam ruang sesuai dengan proses yang sedang
berlangsung. Bila terdapat lebih dari satu alat dalam satu ruangan maka peralatan
diletakkan tidak berdekatan agar proses kerja dilakukan dengan leluasa dan
mencegah terjadinya kontaminasi silang dan pencampuran antar bahan maupun
produk ruahan.
Keakuratan peralatan selalu dijaga dengan melakukan validasi, kalibrasi,
dan kualifikasi secara teratur oleh Departemen Pemastian Mutu bekerja sama
dengan lembaga metrologi setempat. Peralatan dan mesin baru harus melalui
tahapan kualifikasi terlebih dahulu, yaitu kualifikasi instalasi, kualifikasi operasi
dan kualifikasi kinerja. Pada peralatan lama dilakukan kualifikasi secara periodik,
yaitu setiap 3 tahun. Kalibrasi dilakukan pada periode tertentu yang sudah
ditetapkan dan tercatat dalam Jadwal Kalibrasi Alat. Kalibrasi dilakukan terhadap
peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, dan menguji. Sertifikat
Penerimaan dikeluarkan untuk mesin yang telah melewati tahapan-tahapan
tersebut dan menyatakan bahwa mesin tersebut telah memenuhi syarat.
Pemeliharaan peralatan menjadi tanggung jawab Departemen Produksi dan
Departemen Teknik, yaitu Bagian Perencanaan Perawatan. Bagian ini melakukan
perawatan pencegahan yang meliputi pengecekan, penggantian bagian-bagian dari
mesin yang rusak, pembersihan, dan lubrikasi mesin secara periodik. Kegiatan
perawatan dan pencegahan dilakukan dengan mempertimbangkan jadwal produksi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
rutin juga dilakukan pada alat yang sudah lama tidak digunakan. Peralatan yang
dapat dipindahkan dicuci di ruang pencucian pada grey area, sedangkan peralatan
yang tidak dapat dipindahkan dicuci di ruangan tempat peralatan tersebut berada.
Ruangan tersebut telah dilengkapi dengan saluran khusus untuk pembuangan
limbah dari pencucian alat. Pembersihan alat dan mesin tersebut dilakukan
berdasarkan prosedur tetap yang telah ditetapkan oleh Pemastian Mutu.
Semua ruang di line produksi memiliki status tertentu yang diwujudkan
dalam bentuk tulisan yang ditempelkan pada pintu ruangan, meliputi label
”TELAH DIBERSIHKAN”, ”SEDANG PROSES”, atau ”UNTUK
DIBERSIHKAN”. Hanya ruang dengan label ”TELAH DIBERSIHKAN” yang
dapat digunakan untuk proses produksi. Sedangkan, label untuk alat/mesin
meliputi label ”SIAP PAKAI”, ”SEDANG PROSES”, ”UNTUK
DIBERSIHKAN”, atau ”SEDANG RUSAK”. Hanya alat berlabel ”SIAP
PAKAI” saja yang dapat digunakan untuk proses produksi.
Pada black area pakaian yang digunakan terdiri dari baju dan celana
berwarna putih yang dilengkapi dengan penutup kepala dan sandal karet. Untuk
masuk ke grey area ataupun white area, karyawan melalui ruang penyangga di
mana tekanan udara di ruang buffer lebih kecil daripada ruang produksi sehingga
mencegah adanya kontaminasi. Perlengkapan yang digunakan selama berada di
grey area berupa baju terusan yang dilengkapi dengan penutup kepala yang
dirangkap pada baju black area, masker, dan sepatu khusus dengan bagian depan
tertutup atau menggunakan penutup sepatu (shoes cover). Sarung tangan
digunakan jika bersentuhan langsung dengan produk, sedangkan penutup telinga
digunakan untuk operator yang bekerja dengan mesin-mesin yang mengeluarkan
bunyi bising. Khusus grey area pada line 6 baju terusan yang digunakan berwarna
merah muda, sedangkan pada line lainnya berwarna putih. Pada white area,
personel yang diperbolehkan masuk ke ruangan white area hanyalah personel
yang telah terkualifikasi. Personel yang akan masuk ke white area harus
mengganti baju grey area dengan baju white area dengan baju terusan bebas serat
dengan penutup kepala, sarung tangan, masker, penutup mata, dan sepatu khusus.
Pakaian kotor di simpan terpisah dalam wadah tertutup dan di cuci secara berkala
Universitas Indonesia
dua kali dalam seminggu. Peraturan ini berlaku untuk semua orang, termasuk
pimpinan dan tamu pabrik.
4.6 Produksi
Departemen Produksi bertanggung jawab untuk memproduksi produk
sesuai dengan target dan JPB (Jadwal Produksi Bulanan) yang ditetapkan bersama
dengan Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan. Proses
produksi dilaksanakan berdasarkan Prosedur Pengolahan Induk (PPI) yang
disusun oleh R&D dan Process Development dan dikeluarkan oleh Departemen
Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan. Formula dan proses yang
digunakan telah tervalidasi melalui beberapa tahap, seperti percobaan pada skala
laboratorium dan produksi, pravalidasi, dan validasi. Penggunaan PPI bertujuan
untuk memberikan jaminan bahwa produk senantiasa dibuat melalui prosedur
yang tetap dan tervalidasi sehingga kualitas produk selalu terjaga. Selain itu,
penggunaan PPI juga ditujukan untuk memudahkan penelusuran pada proses
produksinya jika ditemukan masalah pada suatu produk. Semua proses produksi
dikerjakan sesuai dengan PPI dan bila ada perubahan dalam proses dilaporkan
dalam Deviation Report (DR) di dalam Catatan Produksi Bets (CPB). Untuk
produk yang telah rilis, pengolahan ulang produk dilakukan melalui pengajuan
Formulir Usulan Pengolahan Ulang (FUPU) dengan persetujuan dari QA.
Pencegahan terjadinya pencemaran silang dan pencampuran bahan
diupayakan melalui pembagian proses produksi dalam line produksi. Proses
dikerjakan dalam ruang yang terpisah sesuai dengan tahapan proses dan terdapat
ruang penyangga di antara kelas yang berbeda. Setiap line produksi mempunyai
ruang timbang yang terpisah. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pencemaran
di ruang timbang. Setiap line juga dilengkapi dengan AHU, pengumpul debu, dan
pengaturan tekanan dalam upaya pencegahan pencemaran, baik kimia maupun
mikroba. Selain itu, terdapat persyaratan penggunaan pakaian yang berbeda-beda
pada tiap kelas.
Kontrol selama proses oleh bagian produksi dilakukan untuk menjamin
kualitas produk . Kontrol ini dilakukan melalui pemeriksaan terhadap parameter-
parameter kritis kualitas produk. Laboratorium kontrol selama proses terletak di
Universitas Indonesia
setiap line produksi dan dilengkapi dengan alat penguji semua sediaan yang
diproduksi. Kontrol selama proses bertujuan mendeteksi langsung penyimpangan
yang terjadi sehingga solusi dapat segera diupayakan. Kontrol proses ini
mengikuti Prosedur Pengolahan Induk (PPI), meliputi jenis uji yang dilakukan,
banyaknya sampel yang diambil, frekuensi pengambilan sampel, titik-titik
pengambilan sampel, dan batas-batas yang masih memenuhi syarat untuk setiap
spesifikasi uji yang dilakukan. Pengawasan mutu produk antara dan produk jadi
juga dilakukan oleh Departemen Pengawasan Mutu. Produk antara boleh di kemas
hanya jika sudah dinyatakan memenuhi persyaratan dan dirilis oleh Departemen
Pengawasan Mutu.
Pada proses pengemasan produk PT. Kalbe Farma, Tbk. dapat dilakukan
secara manual maupun otomatis. Hal ini disesuaikan dengan mesin yang
digunakan pada masing-masing line produksi. Setelah produk dikemas, kemudian
dilakukan pemeriksaan oleh Bagian Penjaminan Mutu untuk menentukan apakah
produk dapat dirilis atau tidak. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan hasil bahwa
produk tidak dapat dirilis, akan dilakukan tindakan lebih lanjut, baik berupa
pengolahan ulang, rilis dengan perubahan spesifikasi, ataupun pemusnahan.
Pengolahan ulang untuk produk yang belum dirilis bisa dilakukan bila ada
pengajuan Deviation Report yang disetujui oleh Departemen Produksi, R&D, dan
Pemastian Mutu. Pengolahan ulang produk yang telah rilis dilakukan melalui
pengajuan Formulir Usulan Pengolahan Ulang dengan persetujuan dari
Departemen Pemastian Mutu.
Produk jadi, baik yang dalam status karantina maupun rilis, disimpan di
gudang obat jadi yang terhubung langsung dari ruang produksi sesuai dengan
kondisi penyimpanan yang tertera pada label klaim. Contoh pertinggal (retained
sample) dan PPI dikirim ke bagian Evaluasi Catatan Bets.
Apoteker memegang peranan penting dalam proses produksi. Seorang
apoteker yang menjadi manajer produksi bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
pembuatan obat. Obat dibuat sesuai Cara Pembuatan Obat yang Baik dan
memenuhi spesifikasi kualitas yang ditetapkan dalam batas waktu dan biaya yang
telah ditentukan. Apoteker yang menjadi supervisor produksi akan mengatur dan
memastikan obat dibuat menurut prosedur pembuatan yang telah ditentukan dan
Universitas Indonesia
sesuai jadwal; memeriksa catatan pengolahan batch telah diisi dengan benar; serta
membimbing karyawan dalam bidang teknis dan mengatur ketertiban atau disiplin
karyawan.
Universitas Indonesia
4.8. Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit & Persetujuan Pemasok
Untuk menilai kesesuaian seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu
dalam industri farmasi dengan ketentuan CPOB serta mengevaluasi dan
menentukan tindakan apa yang harus diambil sebagai langkah korektif jika terjadi
suatu penyimpangan, maka diperlukan adanya langkah mandiri dari industri
tersebut, yaitu dengan melaksanakan inspeksi diri dan audit mutu. CPOB
mensyaratkan agar kegiatan ini dilakukan secara teratur.
PT. Kalbe Farma, Tbk. telah melaksanakan program inspeksi diri melalui
Departemen Pemastian Mutu. Inspeksi tersebut mencakup kesesuaian dengan
sistem atau regulasi yang berlaku dan penilaian aspek produksi melalui inspeksi
proses yang dilakukan secara berkala. Pelaksanaan inspeksi diri di PT. Kalbe
Farma, Tbk. diwujudkan dalam bentuk audit internal yang dilakukan secara rutin.
Audit internal dilakukan dua kali dalam setahun oleh suatu tim internal PT. Kalbe
Farma, Tbk. yang telah terlatih dan tersertifikasi. Pelaporannya meliputi hasil
audit, penilaian dan kesimpulan, serta usulan tindakan perbaikan. Berdasarkan
laporan audit, manajemen perusahaan akan mengevaluasi dan mengambil
tindakan perbaikan yang diperlukan.
Audit eksternal dilakukan oleh auditor dari Badan Sertifikasi Nasional
yang menilai kelayakan penerapan ISO 9001. Saat ini, PT. Kalbe Farma, Tbk.
telah berhasil melakukan resertifikasi ISO 9001 sekaligus memperoleh sertifikasi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
pemasaran. Atas dasar hasil evaluasi dan penelitian terhadap keluhan yang ada,
bagian Pascapemasaran membuat jawaban atas keluhan dan bila perlu meminta
saran dari pihak terkait. Tindak lanjut yang dilakukan adalah tindakan
perbaikan/pencegahan atau bila ternyata keluhan yang dikirimkan dapat
merugikan pelanggan bisa dilakukan penarikan kembali. Hasil evaluasi dan tindak
lanjut yang dilakukan kemudian dilaporkan kepada bagian terkait dalam
perusahaan antara lain: Bagian Pemasaran, Bagian Pengawasan Mutu, Bagian
Produksi dan direksi.
Penarikan kembali obat dapat berupa penarikan kembali satu atau lebih
bets atau seluruh obat jadi tertentu. Penarikan kembali produk bisa dilakukan
sebagai tindak lanjut dari evaluasi terhadap adanya keluhan. Penarikan
berdasarkan evaluasi dilakukan bila produk tidak memenuhi persyaratan mutu
atau atas dasar pertimbangan efek samping. Selain itu, penarikan kembali produk
bisa terjadi karena adanya Surat Perintah Penarikan Produk yang dikeluarkan oleh
Badan POM (SPPP BPOM). Dengan adanya SPPP BPOM maka perlu dilakukan
evaluasi terhadap contoh pertinggal (retained sample) sesuai nomor bets yang
dimaksud. Jika hasil evaluasi sesuai dengan SPPP BPOM, bagian Pengawasan
Mutu akan menindaklanjuti pelaksanaan penarikan yaitu pembuatan SPPP ke
pelanggan yang dilakukan dalam waktu satu minggu. Setelah penarikan produk,
dilakukan tindak lanjut berupa pemusnahan ataupun pengerjaan ulang. Selain itu
perlu dibuat laporan penarikan produk yang ditujukan ke Badan POM. Penarikan
produk dari produsen dilakukan dengan prosedur yang sama dengan penarikan
karena adanya SPPP BPOM. Pemusnahan produk hasil penarikan dilaksanakan
dengan memakai jasa pihak dari luar PT. Kalbe Farma, Tbk.
Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian
dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluwarsa,
atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan
keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan.
Produk obat yang dikembalikan akan diganti oleh PT. Kalbe Farma, Tbk. Jika
setelah dilaksanakan evaluasi ternyata kerusakan tersebut diakibatkan oleh
kesalahan dari pihak perusahaan atau produk yang dikembalikan belum melewati
batas waktu pengembalian yang telah ditetapkan yaitu 1 bulan sebelum atau 4
Universitas Indonesia
bulan setelah tanggal kadaluwarsa. Selain itu semua produk kembalian harus
masih berada dalam kemasan aslinya. Semua obat kembalian tersebut akan
dikarantina di gudang obat jadi sambil menunggu hasil evaluasi dari
pascapemasaran untuk menentukan apakah obat kembalian tersebut dapat
dikembalikan ke persediaan gudang, dikemas ulang, diolah ulang, atau ditolak.
Obat kembalian yang ditolak mendapatkan tanda ditolak berdasarkan surat
penolakan oleh bagian pengawasan mutu. Pemusnahannya tidak dilakukan sendiri
oleh PT. Kalbe Farma, Tbk, tetapi melibatkan pihak dari luar.
4.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah aspek esensial dalam industri farmasi dalam rangka
memenuhi persyaratan CPOB. PT. Kalbe Farma, Tbk membagi dokumentasi
menjadi empat tingkatan yaitu manual perusahaan, prosedur perusahaan, dokumen
pendukung, dan rekaman perusahaan. Dokumentasi di PT. Kalbe Farma, Tbk
dibuat dan disusun oleh departemen yang berkaitan dengan jenis dokumen yang
dibuat. Dokumentasi seperti spesifikasi dan metode analisa pemeriksaan bahan
atau produk disusun oleh Departemen R&D bagian Analytical Development,
sedangkan dokumen hasil pemeriksaan mutu dibuat oleh Departemen Pengawasan
Mutu (QC). Dokumen formula, prosedur, metode, dan instruksi dalam proses
produksi disusun oleh bagian Departemen R&D dalam bentuk PPI. Pelaksanaan
proses produksi didokumentasikan oleh departemen produksi yang ditulis dalam
PPI yang telah disediakan. Dokumen pelaksanaan produksi akan diperiksa oleh
bagian Penjaminan Mutu (QA) dan rekaman bets akan ditangani oleh bagian
Pemastian Mutu (QA) dalam bentuk Catatan Pengolahan Bets (CPB). Dokumen
rekaman bets ini harus disimpan minimal 1 tahun setelah waktu kadaluarsa produk
jadi.
Penataan dokumen secara sistematis telah dilakukan oleh PT. Kalbe
Farma, Tbk. Penataan ini dilakukan untuk memudahkan dalam pencarian
dokumen. Penataan dan pengelolaan dokumen dilakukan oleh Departemen
Quality System (QS) dan juga oleh departemen lain yang terkait. Di samping
sistem dokumen secara manual, PT. Kalbe Farma, Tbk. juga menggunakan system
dokumen yang dibangun dalam suatu sistem jaringan komputer yang terintegrasi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1. Kesimpulan
a. Telah memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai penerapan segala
aspek CPOB di PT. Kalbe Farma, Tbk. yang telah menerapkan Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam rangkaian pembuatan obatnya,
yaitu dalam aspek manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas,
peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri, audit
mutu, audit dan persetujuan pemasok, penanganan keluhan terhadap produk
dan penarikan kembali produk, dokumentasi, pembuatan dan analisis
berdasarkan kontrak, kualifikasi dan validasi.
b. Seorang apoteker dalam industri farmasi memiliki peranan yang penting, yaitu
sebagai kepala bagian produksi, kepala bagian pengawasan mutu dan kepala
bagian pemastian mutu. Ilmu dan keterampilan yang dimiliki apoteker harus
dibaktikan secara menyeluruh dalam pekerjaan profesinya di suatu industri
farmasi. Penerapan ilmu dan keterampilan apoteker secara total akan
meningkatkan kualitas produk obat yang dihasilkan oleh industri farmasi
semakin baik dari waktu ke waktu.
5.2. Saran
a. PT. Kalbe Farma, Tbk yang telah menerapkan sistem yang baik, terutama
dalam manajemen proses produksi, pengawasan mutu, dan pemastian mutunya
sebaiknya terus meningkatkan pengkajian dan evaluasi terhadap efektivitas
sistem yang dikelola PT. Kalbe Farma, Tbk. Dengan demikian, kinerja setiap
bagian dalam perusahaan dapat ditingkatkan lebih baik.
b. PT. Kalbe Farma, Tbk. sebaiknya terus meningkatkan pemahaman setiap
karyawannya akan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam kaitannya
dengan bidang kerjanya dan secara mendasar. Pemahaman ini pun harus terus
diperbaharui menyesuaikan dengan pembaharuan dari lembaga regulator, yaitu
Badan POM.
55 Universitas Indonesia
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2012). Peraturan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan RI No HK. 03.1.33.12.12.8195 Tentang Penerapan
Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta.
PT. Kalbe Farma, Tbk. (2011). Laporan Tahunan PT. Kalbe Farma. Jakarta
56 Universitas Indonesia
57 Universitas Indonesia
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
ii
Tabel 4.1 Produk yang Diproduksi oleh Mesin Mixing Diosna P- 250.......... 13
Tabel 4.2 Analisis Resiko Produk.................................................................... 15
iii
iv
1 Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan tugas khusus ini adalah menentukan produk dan zat aktif
terburuk pada mesin mixing Diosna P-250.
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.3.1 Dokumentasi
Protokol validasi pembersihan harus mencakup (PIC/S, 2007)
1. Tujuan proses validasi
2. Tanggung jawab dalam melakukan dan persetujuan studi validasi
3. Deskripsi mesin yang digunakan
4. Interval antara akhir proses produksi dan mulainya proses pembersihan
5. Prosedur pembersihan yang digunakan untuk masing-masing produk,
masing-masing sistem manufaktur atau masing-masing bagian mesin
6. Jumlah siklus pembersihan yang dilakukan
7. Persyaratan monitoring rutin
8. Proses sampling termasuk penjelasan rasional mengenai metode sampling
tertentu digunakan
9. Tempat sampling yang jelas
10. Recovery studi bila diperlukan
11. Metode analisis termasuk LOD dan LOQ
12. Batas penerimaan termasuk penjelasan rasional dalam menetapkan batas
spesifik
13. Produk lain, proses dan mesin yang direncanakan menggunakan konsep
bracketing
14. Jadwal revalidasi
Protokol tersebut harus disetujui oleh Plant Management untuk menjamin
bahwa protokol telah diketahui dan disetujui oleh management. Departemen
Quality Assurance harus terlibat dalam persetujuan protokol dan laporan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
×
=
×
Bila menggunakan rumus di atas, maka MACO untuk tiap produk akan
berbeda. Oleh sebab itu, untuk produk dengan SF sama, perhitungan MACO
menggunakan konsep worst case, yaitu menggunakan TDD zat aktif yang paling
rendah (zat paling poten) dan perbandingan antara jumlah bets terkecil untuk
seluruh produk dan TDD maksimum.
50 × 70
=
2000
×
=
×
Universitas Indonesia
c. General Limit
Jika metode berdasarkan dosis terapi atau data toksikologi menghasilkan angka
carryover sangat tinggi atau tidak relevan, atau data toksikologi untuk
intermediet tidak dikenal, dapat digunakan cara berikut ini. General limit ini
sering ditetapkan sebagai batas atas untuk konsentrasi maksimum
(MAXCONC) suatu zat yang dapat mencemari pada batch berikutnya.
Konsentrasi zat yang dapat diterima pada batch berikutnya, menurut
perhitungan sebagai berikut:
= ×
Universitas Indonesia
ppm umum
CONC : Konsentrasi (kg / kg atau ppm) dari produk
sebelumnya pada batch berikutnya. Berdasarkan
MACO dihitung dari dosis terapi dan / atau
Data toksikologi.
MAXCONC : Konsentrasi maksimum (kg/kg or ppm) yang
diijinkan pada produk sebelumnya untuk berada di
batch berikutnya
MBS : Minimum Batch Size untuk produk berikutnya
Batas general limit 10 ppm atau 100 ppm (tergantung kebijakan masing -
masing institusi). (APIC, 2000)
d. Swab Limit
Jika distribusi homogen diasumsikan berada pada semua permukaan, nilai yang
direkomendasikan dapat ditetapkan untuk digunakan dalam swab. Hal ini dapat
digunakan sebagai informasi dasar untuk persiapan metode analisis dan batas
deteksi. Cara menetapkan nilai batas swab menggunakan cara:
μg [ ]
Target value [ ]=
dm [dm ]
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
METODOLOGI PENGKAJIAN
12 Universitas Indonesia
4.1 Hasil
4.1.1 Pendataan Produk yang Diproduksi oleh Mesin Diosna P-250
Mesin Mixing Diosna P-250 di Line 8 extention adalah mesin yang
memproduksi beberapa sediaan tablet. Produk sediaan yang diproduksi oleh
mesin ini yaitu :
Tabel 4.1 Produk yang Diproduksi oleh Mesin Mixing Diosna P-250
4.1.2 Impact
Impact A : Kategori produk berdasarkan LD 50
Impact B : Kategori produk berdasarkan kelarutan (dalam air)
Impact C : Kategori produk berdasarkan jumlah bahan aktif
Impact D : Kategori produk berdasarkan kemudahan dibersihkan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.2 Pembahasan
Universitas Indonesia
sedangkan untuk pembersihan ulang dilakukan jika mesin akan dioperasikan lagi
setelah tidak dipakai (idle) selama lebih dari 1 minggu.
Sebelum melaksanakan validasi pembersihan harus disusun terlebih
dahulu protokol validasi pembersihan dimana protokol ini berfungsi sebagai suatu
rencana tertulis mengenai pelaksanaan program validasi yang akan dilaksanakan
termasuk parameter pengujian dan batas pengambilan keputusan terhadap hasil uji
yang dapat diterima. Tujuan pembuatan protokol ini yaitu untuk membuktikan
bahwa prosedur pembersihan mesin dengan produk worst case dan zat marker
setelah dianalisis dengan metode analisis yang telah tervalidasi senantiasa
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Protokol ini disusun oleh Supervisor
Departemen Quality Assurance (QA) dan harus mendapat persetujuan Manager
Departemen QA, Research and Development (R&D) dan Produksi. Protokol
validasi pembersihan ini harus diterapkan pada 3 batch produk worst case
berturut-turut. Apabila hasil pembersihan dari 3 batch berturut-turut menghasilkan
tingkat pembersihan yang dapat diterima, barulah proses pembersihan ini dapat
diaplikasikan pada proses pembersihan rutin. Setelah protokol validasi ini
disusun, bila ada perubahan parameter kritis, maka prosedur mesin perlu
divalidasi ulang. Namun bila tidak ada perubahan parameter kritis, maka tetap
perlu dilakukan validasi ulang setiap 3 tahun sekali. Parameter kritis pembersihan
merupakan parameter–parameter kritis yang harus dipenuhi dari proses
pembersihan dan merupakan parameter yang memastikan bahwa seluruh kegiatan
berada dalam batas–batas yang termonitor dan terkontrol. Parameter kritis yang
dimaksud mencakup perubahan volume bilasan, waktu proses pembersihan, suhu
air, perubahan sumber bahan baku dan penambahan atau pengurangan produk
yang diproduksi oleh mesin tersebut.
Testing point validasi merupakan pengujian–pengujian yang dilakukan
untuk memastikan bahwa pembersihan yang dilakukan senantiasa memenuhi
spesifikasi, konsisten dan reprodusibel. Contoh dalam testing point validasi antara
lain kadar residu, kadar TOC, jumlah mikroba, dan lain sebagainya.
Kriteria penerimaan yang dilakukan di PT. Kalbe Farma, Tbk dimana hasil
pengujian terhadap 3 kali proses pembersihan memenuhi persyaratan yang telah
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
untuk jumlah zat aktif produk ini yaitu sebesar 66 kg sehingga skornya adalah 4
dengan kategori high dan secara kemudahan dibersihkan produk ini memiliki skor
5 dengan kategori very high yang artinya sangat sukar dibersihkan. Hasil analisis
risiko dapat dilihat di Lampiran 1.
Universitas Indonesia
5.1. Kesimpulan
Produk terburuk untuk mesin mixing Diosna P-250 adalah Mycoral Tablet
dengan zat aktif adalah Ketoconazole.
5.2. Saran
Perlu dilanjutkan dengan pembuatan protokol validasi pembersihan untuk
mesin Diosna P-250 serta keterlibatan mahasiswa dalam proses validasi
pembersihan di lapangan.
20 Universitas Indonesia
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2012). Peraturan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan RI No HK. 03.1.33.12.12.8195 Tentang Penerapan
Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta.
21 Universitas Indonesia
22
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
SKOR SKOR SKOR SKOR
TOTAL
NO NAMA API Kategori A IMPACT Kategori B IMPACT Kategori C IMPACT Kategori D IMPACT
SKOR
A B C D
Sangat sukar
11 Tidak larut 2.6
Simvastatin; 20 mg 4438 mg/kg [oral , rat] 3 5 1 dibersihkan 5 14
Svt 20 mg Tablet
Levofloxacin anhydrat; 250 1507 mg/kg [oral , rat] Tidak mudah larut 10.8 Sukar dibersihkan
19 Cravit 250 mg Tablet 5 2 1 5 13
mg
Universitas Indonesia
23
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
SKOR SKOR SKOR SKOR
TOTAL
NO NAMA API Kategori A IMPACT Kategori B IMPACT Kategori C IMPACT Kategori D IMPACT
SKOR
A B C D
30.000 mg/kg [oral , Sangat sukar
Tidak larut 1.38
Ferronyl - Iron ;84.7-83 mg rat] 1 5 1 dibersihkan 5 12
21
11.900 mg/kg [oral ,
Mudah larut 1.36 Mudah dibersihkan
Ascorbic Acid ;150 mg rat] 1 1 1 1 4
Vit B12 (Cyanocobalamin) 115 mg/kg [oral , rat] Larut 21.8 Mudah dibersihkan
5 1 2 1 9
;10 mg
3710 mg/kg [oral , rat] Mudah larut 13.1 Mudah dibersihkan
Vit B1 (Thiamine HCl) ;3 mg 4 1 1 1 7
Ferofort FC Tablet
980 [oral, rat] Sangat sukar larut 6.53 Sukar dibersihkan
Vit B2 (Riboflavine) ;3 mg 5 4 1 3 13
Vit B6 (Pyridoxine HCl) ;5 4000 [oral, rat] Larut 9.05 Mudah dibersihkan
4 1 1 1 7
mg
3500 mg/kg [oral , rat] Sangat mudah larut 17.9 Mudah dibersihkan
Niacinamide ;30 mg 4 1 1 1 7
ZnSO4.H2O - Zinc ;41.2-15 1710 mg/kg [oral , rat] Mudah larut Mudah dibersihkan
5 1 1 7
mg
10000 mg/kg [oral , rat] Mudah larut Mudah dibersihkan
Lysine 1 1 1 3
Universitas Indonesia
24
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
SKOR SKOR SKOR SKOR
TOTAL
NO NAMA API Kategori A IMPACT Kategori B IMPACT Kategori C IMPACT Kategori D IMPACT
SKOR
A B C D
Sangat sukar
4000 mg/kg [oral , rat] Tidak larut 18.7
28 Vitalene FilcoTablet Vitamin E ;200 IU 4 5 2 dibersihkan 5 16
Sangat sukar 16
29 Praktis tidak larut 0.075
Risperidone ;1 mg 980 mg/kg [oral, rat] 5 5 1 dibersihkan 5
Zofredal 1 mg Tablet
25
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
SKOR SKOR SKOR SKOR
TOTAL
NO NAMA API Kategori A IMPACT Kategori B IMPACT Kategori C IMPACT Kategori D IMPACT
SKOR
A B C D
Keterangan :
26
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014