Anda di halaman 1dari 12

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (MK3) adalah bagian dari

sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,


perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya
yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan K3 dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja, guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Berangkat dari kajian Total Project Management (ECI,1995), keselamatan perlu
diintegrasikan dalam proyek, mulai dari konsepsi sampai proyek selesai (from
conception to completion). Dikatakan selanjutnya bahwa kegiatan penilaian
tentang keselamatan, kesehatan dan lingkungan perlu dimulai dari tahap
perencanaan proyek (project plan), kontrak, evaluasi tender, konstruksi, sampai
ke tahap pemeliharaan dan bahkan sampai ke perobohan (demolition) (ECI,1995).
Konsep rasional Total Safety Control adalah suatu pengintegrasian tindakan
manajemen dan tindakan pelaksanaan yang sinergis untuk mempromosikan suatu
proses konstruksi yang aman (Suraji,2004). Ada banyak pendekatan dalam
manajemen K3, diantaranya menurut OHSAS 18001, dan menurut TQM di mana
keselamatan merupakan suatu pusat dan fokus integral dalam program
pengendalian mutu terpadu, Fiegenbaum (1991) yang harus ditingkatkan secara
terus menerus untuk memenuhi kepuasan pelanggan (intern-ekstern). Pada tulisan
ini akan dibahas dari fungsi-fungsi manajemen, sumber-sumber yang terlibat, dan
beberapa aspek yang relevan.

Bahan/material yang dipakai


Berdasarkan komponen material dan mesin/ alat yang dipakai, haruslah digunakan
yang sesuai dengan standar yang disyaratkan. Penggunaan/pembuatan beton harus
yang sesuai dengan kekuatan yang ditetapkan oleh spesifikasi, karena penggunaan
beton yang kurang akan dapat menyebabkan kecelakaan baik selama tahap
kontruksi maupun tahap pemanfaatan bangunan. Begitu pula dengan material
yang lain. Alat/mesin yang dipakai harus dijamin yang masih dalam kondisi baik
yang dibuktikan dengan perawatan yang teratur dan sertifikat kemampuan alat
yang masih berlaku. Keran (crane) dan rantai baja misalnya harus betul-betul
dicek dari segi keselamatan pemakaiannya.
Bahaya di tempat kerja
Bahaya fisik dan mekanik
Bahaya fisik adalah sumber utama dari kecelakaan di banyak industri.[3] Bahaya
tersebut mungkin tidak bisa dihindari dalam banyak industri seperti konstruksi
dan pertambangan, namun seiring berjalannya waktu, manusia mengembangkan
metode dan prosedur keamanan untuk mengatur risiko tersebut. Buruh anak
menghadapi masalah yang lebih spesifik dibandingkan pekerja dewasa.[4] Jatuh
adalah kecelakaan kerja dan penyebab kematian di tempat kerja yang paling
utama, terutama di konstruksi, ekstraksi, transportasi, dan perawatan bangunan.[5]
Permesinan adalah komponen utama di berbagai industri seperti manufaktur,
pertambangan, konstruksi, dan pertanian,[6] dan bisa membahayakan pekerja.
Banyak permesinan yang melibatkan pemindahan komponen dengan kecepatan
tinggi, memiliki ujung yang tajam, permukaan yang panas, dan bahaya lainnya
yang berpotensi meremukkan, membakar, memotong, menusuk, dan memberikan
benturan dan melukai pekerja jika tidak digunakan dengan aman.[7]
Tempat kerja yang sempit yang memiliki ventilasi dan pintu masuk/keluar
terbatas, seperti tank militer, saluran air, dan sebagainya juga membahayakan.[8][9]
Kebisingan juga memberikan bahaya tersendiri yang mampu mengakibatkan
hilangnya pendengaran.[10][11] Temperatur ekstrem panas mampu memberikan
stress panas, kelelahan, kram, ruam, mengabutkan kacamata keselamatan,
dehidrasi, menyebabkan tangan berkeringat, pusing, dan lainnya yang dapat
membahayakan keselamatan kerja.[12] Pada temperatur ekstrem dingin, risiko yang
dihadapi adalah hipotermia, frostbite, dan sebagainya.[13] Kejutan listrik
memberikan risiko bahaya seperti tersengat listrik, luka bakar, dan jatuh dari
fasilitas instalasi listrik.[14]

Bahaya kimiawi dan biologis


1. Bahaya biologis (Bakteri, Virus, Fungi, Patogen bawaan darah,
Tuberculosis)
2. Bahaya kimiawi (Asam, Basa, Logam berat, Pelarut, Petroleum,
Partikulat, Asbestos, Silika, Asap, Bahan kimia reaktif, Api, bahan yang
mudah terbakar, Ledakan)
3. Masalah psikologis dan sosial (Stres akibat jam kerja terlalu tinggi atau
tidak sesuai waktunya, Kekerasan di dalam organisasi, Penindasan,
Pelecehan seksual, Keberadaan bahan candu yang tidak menyenangkan
dalam lingkungan kerja, seperti rokok dan alkohol)

K3 berdasarkan industri
K3 yang spesifik dapat bervariasi pada sector dan industri tertentu. Pekerja
kontruksi akan membutuhkan pencegahan bahaya jatuh, sedangkan nelayan
menghadapi risik tenggelam. Biro Statistik Buruh Amerika Serikat menyebutkan
bahwa perikanan, penerbangan, industri kayu, pertanian, pertambangan,
pengerjaan logam, dan transportasi adalah sektor industri yang paling
berbahaya.[15]
1. Konstruksi
Konstruksi adalah salah satu pekerjaan yang paling berbahaya di dunia,
menghasilkan tingkat kematian yang paling banyak di antara sektor lainnya.[16][17]
Risiko jatuh adalah penyebab kecelakaan tertinggi.[16] Penggunaan peralatan
keselamatan yang memadai seperti guardrail dan helm, serta pelaksaan prosedur
pengamanan seperti pemeriksaan tangga non-permanen dan scaffolding mampu
mengurangi risiko kecelakaan.[18] Tahun 2010, National Health Interview Survey
mengidentifikasi faktor organisasi kerja dan psikososial dan paparan kimiawi/fisik
pekerjaan yang mampu meningkatkan beberapa risiko dalam K3. Di antara semua
pekerja kontruksi di Amerika Serikat, 44% tidak memiliki standar pengaturan
kerja, sementara pekerja di sektor lainnya hanya 19%. Selain itu 55% pekerja
konstruksi memiliki pengalaman ketidak-amanan dalam bekerja, dibandingkan
32% pekerja di sektor lainnya. 24% pekerja konstruksi terpapar asap yang bukan
pekerjaannya, dibandingkan 10% pekerja di sektor lainnya.[19]
2. Pertanian
Pekerja pertanian memiliki risiko luka, penyakit paru-paru akibat paparan asap
mesin, kebisingan, sakit kulit, dan kanker akibat bahan kimia seperti pestisida.
Pada pertanian industri, kecelakaan melibatkan penggunaan alat dan mesin
pertanian. Kecelakaan yang paling umum adalah traktor yang terguling.[20]
Pestisida dan bahan kimia lainnya yang digunakan dalam pertanian juga
berbahaya bagi kesehatan pekerja, mampu mengakibatkan gangguan kesehatan
organ seks dan kelainan kelahiran bayi.[21]
Jumlah jam kerja para pekerja di bidang pertanian di Amerika Serikat
memperlihatkan bahwa 37% pekerja memiliki jam kerja 48 jam seminggu, dan
24% bekerja lebih dari 60 jam seminggu. Dipercaya tingginya jam kerja tersebut
mengakibatkan tingginya risiko kecelakaan. Dan dari semua pekerja di sektor
pertanian, 85% lebih sering bekerja di luar ruangan dibandingkan sektor lainnya
yang hanya 25%.[22]
3. Sektor jasa
Sejumlah pekerjaan di sektor jasa terkait dengan industri manufaktur dan industri
primer lainnya, namun tidak terpapar risiko yang sama. Masalah kesehatan utama
dari pekerjaan di sektor jasa adalah obesitas dan stres psikologis serta kelebihan
jam kerja.
4. Pertambangan dan perminyakan
Pekerja di sektor perminyakan dan pertambangan memiliki risiko terpapar bahan
kimia dan asap yang membahayakan kesehatan. Risiko kulit terpapar bahan kimia
berbahaya, menghirup asap, hingga risiko lain seperti homesick karena lokasi
kerja yang jauh dari rumah, bahkan hingga ke area lepas pantai.

Upaya Pencegahan Pajanan


1. Pendekatan Teknis
Pendekatan teknis menyangkut kondisi fisik, peralatan, lingkungan kerja
maupun proses produksi. Pendekatan teknis untuk mencegah kecelakaan
misalnya: Pembuatan rancang bangun yang sesuai dengan standard dan
ketentuan yang berlaku. Memasang system pengamanan pada alat kerja
atau instalasi untuk mencegah kecelakaan dalam pengoperasian alat,
misalnya tutup pengaman mesin, system inter lock, system alarm, dan
sebagainya
2. Pendekatan Administratif
Pendekatan secara administratif dapat dilakukan dengan cara:
a. Penyediaan alat keselamatan kerja
b. Mengatur pola kerja
c. Membuat Standar Operating Procedure pengoperasian mesin
d. Pengaturan waktu dan jam kerja untuk menghindari kelelahan pekerja
Kelengkapan Administrasi K3
Setiap pelaksanaan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi
kelengkapan administrasi K3, meliputi:
− Pendaftaran proyek ke departemen tenaga kerja setempat
− Pendaftaran dan pembayaran asuransi tenaga kerja (Astek)
− Pendaftaran dan pembayaran asuransi lainnya, bila disyaratkan
proyek
− Ijin dari kantor kimpraswil tentang penggunaan jalan atau jembatan
yang menuju lokasi untuk lalu-lintas alat berat
− Keterangan laik pakai untuk alat berat maupun ringan dari instansi
yang berwenang memberikan rekomendasi
− Pemberitahuan kepada pemerintah atau lingkungan setempa

3. Pendekatan Manajemen
Upaya pencegahan kecelakaan dari sisi manajemen antara lain:
a. Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
b. Mengembangkan organisasi K3
c. Mengembangkan komitmen dan kepemimpinan K3, khususnya untuk
manajemen tingkat atas

4. APD (Alat Pelindung Diri)

Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan


saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan
pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.

Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departement


Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. Hal ini tertulis di
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
Per.08/Men/VII/2010 tentang pelindung diri. Adapun bentuk dari alat
tersebut adalah : Safety Helmet, Sabuk Keselamatan (safety belt),
Sepatu Karet (sepatu boot), Sepatu pelindung (safety shoes), Sarung
Tangan, Tali Pengaman (Safety Harness), Penutup Telinga (Ear Plug
/ Ear Muff), Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses),
Masker (Respirator), Pelindung wajah (Face Shield), Jas Hujan (Rain
Coat)

Kecelakaan kerja bersumber kepada faktor-faktor organisasi dan


manajemen. Para pekerja dan pegawai mestinya dapat diarahkan dan
dikontrol oleh pihak manajemen sehingga tercipta suatu kegiatan kerja
yang aman. Sejalan dengan teori-teori penyebab kecelakaan yang terbaru,
maka pihak manajemen harus bertanggungjawab terhadap keselamatan
kerja para pekerjanya
P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan baik diminta
maupun tidak kepada pengusaha atau pengurusmengenai masalah
keselamatan dan kesehatan kerja.
Perusahaan dapat mengunakan konsultan untuk menerapkan Sistem
Manajemen K3, berdasarkan pertimbangan berikut :
• Konsultan yang baik dan berpengalaman dan bervariasi sehingga dapat
mentransfer pengetahuan secara efektif, sehingga dapat memberikan
rekomendasi yang tepat dalam proses penerapan Sistem Manajemen
K3.
• Konsultan yang independen memungkinkan konsultan tersebut secara
bebas, dapat memberikan umpan balik kepada manajemen secara
objektif tanpa erpengaruh oleh persaingan antar kelompok didalam
organisasi/perusahaan.
• Konsultan yang memiliki waktu yang cukup.
Berbeda dengan tenaga perusahaan yang meskipun mempunyai keahlian
dalam sistem manajemen K3 namun karena desakan tugas-tugas lain di
perusahaan, akibatnya tidak punya cukup waktu.
Sebenarnya perusahaan/organisasi dapat menerapkan Sistem Manajemen
K3 tanpa menggunakan jasa konsultan, bila organisasi tersebut cukup
mampu untuk mengorganisasikan dan mengarahkan orang.

Tinjauan ulang penerapan SMK3, paling sedikit meliputi: (1) evaluasiterhadap


kebijakan K3; (2) tujuan, sasaran dan kinerja K3; (3) hasil temuan auditSMK3;
dan (4) evaluasi efektifitas penerapan SMK3, dan kebutuhan
untuk pengembangan SMK3.Perbaikan dan peningkatan kinerja dilakukan
berdasarkan pertimbangan:
a) perubahan peraturan perundang-undangan;
b) tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar;
c) perubahan produk dan kegiatan perusahaan;
d) perubahan struktur organisasi perusahaan;
e) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk epidemologi;
f) hasil kajian kecelakaan dan penyakit akibat kerja:
g) adanya pelaporan; dan/atau adanya saran dari pekerja/buruh.

Saat meilihat lowongan Health, Safety, dan Environment (HSE) di berbagai


macam perusahaan seringkali kita melihat persyaratan pemahaman dan
pengalaman dalam sistem manajemen ISO 9001, ISO 14001, dan OHSAS
18001. Bagi yang sudah berpengalaman dan profesional mungkin sudah tidak
asing dengan ketiga sistem manajemen tersebut. Namun bagi pelajar /
mahasiswa atau freshgraduate mungkin masih agak asing dengan hal tersebut
atau masih belum terlalu mendalami atau hanya tahu beberapa dari ketiga sistem
manajemen tersebut dan masih bingung apa hubungan ketiga sistem
manajamen tersebut satu sama lain.

ISO 9001 = Standar Kualitas / Mutu

Meningkatnya persaingan semakin menyadarkan perusahaan-perusahaan akan


mutu. Arti mutu atau kualitas yang semula bersifat netral kini telah mengarah ke
positif. Semakin kritisnya pelanggan dalam menyikapi mutu produk semakin
meningkatkan kebutuhan perusahaan untuk meningkatkan mutu. ISO 9001 telah
menjadi salah satu persyaratan dalam perdagangan dunia sebagai salah satu
wujud jaminan terhadap mutu produk yang dijual, bahkan persyaratan ini telah
menjadi persyaratan yang mutlak dari pelanggan negara-negara maju khususnya
Amerika, Eropa, Jepang, hal ini menjadi tantangan bagi perusahaan dalam
meningkatkan kepuasan pelanggan.

ISO 9001 adalah standar internasional yang diakui dunia untuk sertifikasi Sistem
Manajemen Mutu (SMM) dan bersifat global. SMM menyediakan kerangka kerja
bagi perusahaan dan seperangkat prinsip-prinsip dasar dengan pendekatan
manajemen secara nyata dalam aktifitas rutin perusahaan. Sistem ini besifat
umum dan dapat diterapkan untuk berbagai jenis organisasi dan industri. Sistem
ini juga bersifat fleksibel untuk mengarahkan berbagai organisasi dan industri
dalam mencapai efisiensi dan efektifitas dalam pengelolaannya untuk mencapai
kepuasan pelanggan.

Suatu lembaga/organisasi yang telah mendapatkan akreditasi (pengakuan dari


pihak lain yang independen) ISO tersebut, dapat dikatakan telah memenuhi
persyaratan internasional dalam hal manajemen penjaminan mutu produk/jasa
yang dihasilkannya.

ISO 9001 dipelajari oleh berbagai bidang pendidikan. Pada bidang ekonomi dan
ergonomi (teknik industri), sistem manajemen ini banyak ditemui di kuliah total
quality management (TQM).

ISO 14001 = Standar Lingkungan

Perkembangan perusahaan dan industri dewasa ini telah menyebabkan krisis


lingkungan dan energi. Bermula dari dampak industri inilah maka organisasi dan
industri dituntut untuk meningkatkan pertanggungjawaban terhadap konservasi
lingkungan. Berdasarkan kondisi ini, maka tuntutan peraturan dunia terhadap
pertanggungjawaban organisasi dan industri dalam pengelolaan lingkungan
menjadi meningkat. Konservasi lingkungan telah menjadi tuntutan dari pelanggan
negara maju yang secara sadar melihat pentingnya perlindungan terhadap
lingkungan dilaksanakan sejak dini untuk meminimalkan kerusakan lingkungan di
masa depan, maka berdasarkan kesepakatan international pada tahun 1996
International Organization for Standardization meluncurkan suatu standar untuk
mengelola lingkungan secara professional di dalam organisasi dan industri,
standar tersebut disebut Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001.

ISO 14001 dipelajari oleh berbagai bidang pendidikan namun tidak “seumum”
ISO 9001 yang banyak ditemui di bidang apa saja. Sistem manajemen ini banyak
ditemui pada bidang teknik lingkungan. Selain itu sistem manajemen ini juga
mempunyai kaitan dengan bidang ergonomi (teknik industri) terutama pada
kuliah manajemen limbah industri. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa
bidang lingkungan hidup atau ekologi dan ergonomi mempunyai hubungan yang
cukup kuat, selengkapnya klik disini.

OHSAS 18001 = Standar Keselamatan dan Kesehatan

Perkembangan perusahaan dan industri mempunyai korelasi dengan pekerja,


Banyak Industri yang prosesnya berdampak negatif terhadap keselamatan dan
kesehatan pekerjanya seperti industri bahan kimia, jasa konstruksi, plastik, besi
baja, dsb. Hal tersebut dapat berpengaruh pada meningkatnya biaya pekerja dan
berpengaruh pada citra. Sejalan dengan hal ini maka industri-industri yang
berdampak bagi pekerjanya harus mengelola lingkungan kerja nya agar dapat
menurunkan dampak. Sikap kritis dari masyarakat dunia juga mendorong industri
yang beresiko ke pekerja untuk menerapkan suatu sistem pengelolaan yang
aman bagi pekerjanya. Latar belakang inilah yang melandasi pembentukan
OHSAS 18001. OHSAS 18001 diakomodasikan untuk pengendalian operasional
proses yang aman bagi pekerja.

OHSAS 18001 adalah suatu standard internasional untuk menerapkan Sistem


Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja/perusahaan.
Banyak organisasi di berbagai negara telah mengadopsi OHSAS 18001 untuk
mendorong penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dengan melaksanakan
prosedur yang mengharuskan organisasi secara konsisten mengidentifikasi dan
mengendalikan resiko bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan di tempat
kerja; serta memperbaiki kinerja dan citra perusahaan.
OHSAS 18001 dipelajari di bidang ergonomi (teknik industri) terutama pada
kuliah K3 atau sistem keselamatan kerja atau semacamnya.

Hubungan Kualitas, Lingkungan, dan Keselamatan & Kesehatan

Untuk mencapai peningkatan yang berkelanjutan, adalah penting bagi


perusahaan untuk mengelola dan mengendalikan resiko keselamatan dan
kesehatan kerja, lingkungan dan kualitas. Untuk mengelola ketiga hal tersebut
(kualitas, lingkungan, dan keselamatan & kesehatan), banyak perusahaan sudah
mulai menerapkan manajemen berbagai sistem, termasuk yang telah disebutkan
di atas yakni ISO 9001, ISO 14001, dan OHSAS 18001. Dalam prakteknya, telah
terbukti sulit untuk menangani ketiga sistem manajemen tersebut secara terpisah
dan untuk memastikan keberpihakan mereka dengan strategi organisasional.
Oleh karena itu saat ini banyak yang mengintegrasikan QMS (Quality
Management System) dalam hal ini ISO 9001, EMS (Environment Management
System) dalam hal ini ISO 14001, dan OHSAS (Occupational Health & Safety
Assessment Series) dalam hal ini OHSAS 18001 menjadi suatu sistem
manajemen terpadu karena pada dasarnya ketiga sistem tersebut memiliki
struktur yang sama dan sistem yang mirip.

Sejalan dengan itu banyak perusahaan yang sudah mengintegrasikan bagian-


bagian kerja tersebut (bagian kerja kualitas dan bagian kerja keselamatan &
kesehatan kerja dan lingkungan hidup atau HSE) menjadi satu bagian yakni
QHSE (Quality, Health, Safety, dan Environment). Hal tersebut sangat penting
karena operasional yang peduli pada aspek mutu, lingkungan hidup,
keselamatan dan kesehatan kerja semakin mendapat perhatian dan sorotan
yang serius dari kalangan bisnis. Jika ketiga sistem manajemen tersebut
diimplementasikan secara terpisah akan ada banyak duplikasi standar kerja,
prosedur dan sistem kerja, dan bisa mengakibatkan biaya tambahan dan bahkan
konflik.

Keinginan perusahaan dalam beroperasi sangat dipengaruhi oleh kebijakan yang


dibuat oleh manajemen atau pendiri perusahaan. Kebijakan merupakan pedoman
dan dasar rencana suatu perusahaan melakukan kegiatan atau rencana. Pedoman
dan dasar itu berasal dari konsep dan asas pemikiran manajemen atau pendiri
perusahaan.

Dalam kebijakan yang berintegrasi tentunya sistem dibuat berdasarkan asas dan
konsep pada kualitas, K3 dan lingkungan (QHSE) secara bersamaan. Semuanya
harus menjadi pertimbangan dalam kebijakan dan implementasi di lapangan.
Secara sederhananya adalah memastikan kebijakan sudah lengkap mengakomodir
kebutuhan QHSE menjadi pedoman dan rencana suatu perusahaan.

Tips dalam menentukan Kebijakan Integrasi QHSE:

-Unik, kebijakan seharusnya berbeda, menunjukkan deferensiasi. Bukankah bisnis


yang langgeng harus terus mempunyai perbedaan dari yang lain. Perbedaan perlu
dihasilkan dari konsep mendasar. Kalau tidak maka semua perusahaan akan
mempunyai kebijakan yang sama.

-Jelas mengatakan konsep dasar dan keinginan perusahaan. Misalkan


keinginan suatu perusahaan pembuata Piano yang besar, menuliskan di kalimat
kebijakan perusahaannya, "Menghibur dunia melalui suara piano yang
berkualitas". Tentu ini sudah jelas menggambarkan keinginan perusahaan
pembuat piano yang akan memasarkan ke dunia. Saya membayangkan dunia itu
penuh dengan persaingan yang sengit, persaingan yang sengit akan bisa didapat
melalui sistem yang benar-benar kuat

-Mempunyai dasar yang benar mengenai persyaratan produk, K3 dan


Lingkungan pada material, proses atau layanan, produk, kemasan atau setelah
pakai.

 Memahami persyaratan produk tidak hanya sekedar produk itu dihasilkan


tetapi bagaimana fungsi dari produk/ jasa yang dihasilkan. Penjual kamera
sebenarnya adalah bukan menjual produk kamera tetapi menjual memori
suatu kejadian yang akan dikenang atau pada bisnis konsultan sebenarnya
bukan menjual ilmu tetapi lebih dari itu seharusnya, menjual perubahan
atau perbaikan. Bagaimana itu bisa dihasilkan? Tentu dengan memastikan
semua tahapan mengarah ke fungsi sebenarnya dari produk.
 Memahami K3, adalah memahami bahwa K3 itu untuk menciptakan pada
sistem, infrastruktur dan pada kesadaran pekerja sehingga ada
kenyamanan selama bekerja, terciptanya situasi kerja yang aman (tanpa
kecelakaan) dan sehat (tidak ada penyakit akibat kerja)
 Memahami lingkungan, adalah memahami bahwa kegiatan menghasilkan
produk /jas tidak mencemari lingkungan sehingga mulai dari material,
energi, proses kerja sampai, produk ketika dipakai dan setelah pakai
 Menuju kepuasan pelanggan, pada sistem integrasi pemahaman pelanggan
bukan diartikan si pembeli produk tetapi semua yang mempunyai dampak
dari proses, produk/jasa yang kita hasilkan: Pelanggan, pemerintah dan
masyarakat
 Menyatakan improvement, improvement yang mengajak semua karyawan
membuktikan bahwa semua karyawan adalah agen untuk melakukan
perubahan. Melibatkan semua karyawan akan memberikan dampak
perubahan suatu perusahaan
 Mengandalkan sistem. Sistem akan membuat kondisi sekarang bisa
dipertahankan, komitmen ini akan memberikan suatu gambaran keinginan
perusahaan yang ingin menjadi besar. Mana ada perusahaan yang besar
tanpa sistem

Mengandalkan perubahan. Kebijakan tidak statis tetapi ada komitmen untuk juga
mengajak berubah. Perubahan harus dimulai dari pendiri. Biasanya perubahan
keinginan perubahan dari kebijakan dinyatakan dengan adanya review kebijakan
setiap tahunnya

Anda mungkin juga menyukai