Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA PASIEN DENGAN

SARS (SEVERE ACUTE RESPIRATORY SYNDROME)

OLEH :
KELOMP0K 8

HIKMA ILMUL YAQIN


NUR FITRI AULIA
ENI WAHYUNI
SITO FEBIYATI

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan karunia-Nya sehingga kami dapat mengerjakan tugas ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan Kritis Pada Pasien Dengan Sars (Severe Acute Respiratory Syndrome)”
dapat diselesaikan. Ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Keperawatan Kritis” di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mataram.

Mataram, September 2019

Kelompok 8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tanggal 15 Maret 2003, WHO memberikan suatu kewaspadaan global
suatu penyakit pneumonia akut atipikal yang sampai dengan tanggal 31 Maret 2003
belum teridentifikasi dengan jelas etiologi dan pengobatannya. WHO memberi nama
sebagai Severe Akut Respiratory Syndrome.
Antara 1 Februari 2003 sampai dengan tanggal 27 Maret 2003, sudah 15
negara yang melaporkan adanya penderita SARS, dengan. Total penderita 1408 orang
dengan 53 kematian. Itu berarti dibandingkan keadaan pada tanggal 21 Maret 2003,
bertambah dengan 2 negara lagi yang meliputi 350 kasus dengan 10 kematian.
Negara-negara tersebut adalah. Canada, China, Hongkong, Taiwan, Perancis, Jerman,
Italia, Irlandia, Romania, Singapura, Switzerland, Thailand, Inggris, Amerika, dan
VietNam. Data Slovenia dan Spanyol sudah dikeluarkan sebagai negara berjangkit.
WHO merekomendasikan agar setiap orang yang mengadakan perjalanan dari Canada
(Toronto), Singapura, China (Propinsi Beijing, Guangdong, Hongkong, Shaxi dan
Taiwan), serta VietNam, tiba-tiba menderita sakit demam panas untuk menunda
perjalanannya sampai merasa sehat kembali. Tim investigasi perlu mempersiapkan
diri dengan menyusun suatu pedoman investigasi kasus SARS di Indonesia
B. Identifikasi Masalah
Dalam makalah ini masalah yang diangkat adalah definisi, penyebab, tanda dan
gejala, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, serta asuhan keperawatan kritis pada
klien dengan Sars.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Tujuan Umum dari pembuatan makalah ini memberikan gambaran dalam
melaksanakan Asuhan keperawatan kritis pada klien dengan Sars.
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini, antara lain mengetahui:
a. Definisi dan penyebab Sars
b. Tanda dan gejala Sars
c. Patofisiologi Sars
d. Pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan pada klien dengan Sars
e. Asuhan keperawatan pada klien dengan Sars
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit
pernapasan yang mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran
pernafasan yang disebabkan oleh virus Corona Family Paramyxovirus.
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) atau Corona Virus Pneumonia (CVP)
adalah Syndroma pernafasan akut berat yang merupakan penyakit infeksi pada jaringan
paru manusia yang sampai saat ini belum diketahui pasti penyebabnya.
SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah suatu jenis kegagalan paru-paru
dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya pengumpulan
cairan di paru-paru (edema paru).

B. Penyebab
Etiologi SARS masih dipelajari. Pada 7 April 2003, WHO mengumumkan
kesepakatan bahwa coronavirus yang baru teridentifikasi adalah mayoritas agen
penyebab SARS. Coronavirus berasal dari kata “Corona” yang berasal dari bahasa Latin
yang artinya “crown” atau mahkota. Ini sesuai dengan bentuk Coronavirus itu sendiri
yang kalau dilihat dengan mikroskop nampak seperti mahkota.
Penyebabnya lain bisa karena penyakit apapun, yang secara langsung ataupun tidak
langsung yang melukai paru-paru, diantaranya :
1. Pneumonia
2. Tekanan darah yang sangat rendah (syok)
3. Terhirupnya makanan ke dalam paru (menghirup muntahan dari lambung)
4. Beberapa transfusi darah
5. Kerusakan paru-paru karena menghirup oksigen konsentrasi tinggi
6. Emboli paru
7. Cedera pada dada
8. Overdosis obat seperti heroin, metadon, propoksifen atau aspirin
9. Trauma hebat
10. Transfusi darah (terutama dalam jumlah yang sangat banyak).
C. Patofisiologi
Penyebab penyakit SARS disebabkan oleh coronavirus (family paramoxyviridae)
yang pada pemeriksaan dengan mikroskop electron. Virus ini stabil pada tinja dan urine
pada suhu kamar selama 1-2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4 hari pada penderita
diare. Seperti virus lain, corona menyebar lewat udara, masuk melalui saluran
pernapasan, lalu bersarang di paru-paru. Lalu berinkubasi dalam paru-paru selama 2-10
hari yang kemudian menyebabkan paru-paru akan meradang sehingga bernapas menjadi
sulit. Metode penularannya melalui udara serta kontak langsung dengan pasien atau
terkena cairan pasien. Misalnya terkena ludah (droplet) saat pasien bersin dan batuk. Dan
kemungkinan juga melalui pakaian dan alat-alat yang terkontaminasi.
Cara penularan : SARS ditularkan melalui kontak dekat, misalnya pada waktu
merawat penderita, tinggal satu rumah dengan penderita atau kontak langsung dengan
secret atau cairan tubuh dari penderita suspect atau probable. Penularan melalui udara,
misalnya penyebaran udara, ventilasi, dalam satu kendaraan atau dalam satu gedung
diperkirakan tidak terjadi, asal tidak kontak langsung berhadapan dengan penderita
SARS. Untuk sementara, masa menular adalah mulai saat terdapat demam atau tanda-
tanda gangguan pernafasan hingga penyakitnya dinyatakan sembuh.
Masa penularan berlangsung kurang dari 21 hari. Petugas kesehatan yang kontak
langsung dengan penderita mempunyai risiko paling tinggi tertular, lebih-lebih pada
petugas yang melakukan tindakan pada sistem pernafasan seperti melakukan intubasi atau
nebulasi.
D. Pathway

Tinja, droplet, udara


(terkontaminasi coronaV)

Kontak/invasi saluran
pernapasan
Reaksi pertahanan
1. Batuk
2. Bersin Masuk saluran
pernapasan bawah

keluar Masuk Aktifan antibody

Antigen Reaksi
Proses reflikasi antibody inflamasi
cepat

Pelepasan Suhu tubuh meningkat


Proses radang mediator
kimia
Metabolisme
meningkat Hipovolemia

Sekresi mukus

Bersihan jalan napas tidak efektif

Gangguan pertukaran gas Tidak seimbang suplai O2

Pnurunan O2 k’jaringan

Metabolisme anaerob

Asam laktat

Predisposisi edema selebral

Penekanan SSP

Penurunan Kesadaran Intoleransi


aktifitas

Tidak mampu memenuhi


kbutuhan nutrisi

Defisit nutrisi
E. Tanda dan Gejala
Suhu badan lebih dari 38oC, ditambah batuk, sulit bernapas, dan napas pendek-
pendek. Jika sudah terjadi gejala-gejala itu dan pernah berkontak dekat dengan pasien
penyakit ini, orang bisa disebut suspect SARS. Kalau setelah di rontgen terlihat ada
pneumonia (radang paru-paru) atau terjadi gagal pernapasan, orang itu bisa disebut
probable SARS atau bisa diduga terkena SARS. Gejala lainnya sakit kepala, otot terasa
kaku, diare yang tak kunjung henti, timbul bintik-bintik merah pada kulit, dan badan
lemas beberapa hari. Ini semua adalah gejala yang kasat mata bisa dirasakan langsung
oleh orang yang diduga menderita SARS itu. Tapi gejala itu tidak cukup kuat jika belum
ada kontak langsung dengan pasien. Tetap diperlukan pemeriksaan medis sebelum
seseorang disimpulkan terkena penyakit ini. Paru-parunya mengalami radang,
limfositnya menurun, trombositnya mungkin juga menurun. Kalau sudah berat, oksigen
dalam darah menurun dan enzim hati akan meningkat. Ini semua gejala yang bisa dilihat
dengan alat medis. Tapi semua gejala itu masih bisa berubah. Penelitian terus
dilangsungkan sampai sekarang.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologis : air bronchogram : Streptococcus pneumonia.
2. Pada pemeriksaan fisik : dengan menggunakan stetoskop, terdengar bunyi pernafasan
abnormal (seperti ronki atau wheezing). Tekanan darah seringkali rendah dan kulit,
bibir serta kuku penderita tampak kebiruan (sianosis, karena kekurangan oksigen).
3. Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis SARS :
 Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbunan cairan di tempat yang
seharusnya terisi udara)
 Gas darah arteri
 Hitung jenis darah dan kimia darah
 Bronkoskopi.
4. Pemeriksaan Laboratorium : Leukosit.
5. Pemeriksaan Bakteriologis : sputum, darah, aspirasi nasotrakeal atau transtrakeal,
aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronskoskopi, biopsy
6. Test DNA sequencing bagi coronavirus yang dapat diperoleh hasilnya dalam 8 jam
dan sangat akurat. Test yang lama hanya mampu mendeteksi antibody.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN SARS

A. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan SARS :
1. Kaji terhadap nyeri, takipnea, penggunaan otot aksesori, nadi cepat
bersambungan, batuk, sputum purulen, dan auskultasi bunyi napas untuk
mengetahui konsolidasi.
2. Perhatikan perubahan suhu tubuh.
3. Kaji terhadap kegelisahan dan delirium dalam alkoholisme.
4. Kaji terhadap komplikasi yaitu demam berlanjut atau kambuhan,
tidak berhasil untuk sembuh, atelektasis, efusi pleural, komplikasi jantung, dan
superinfeksi.
5. Faktor perkembangan pasien : Umur, tingkat perkembangan,
kebiasaan sehari-hari, mekanisme koping, kemampuan mengerti tindakan yang
dilakukan.
6. Pengetahuan pasien atau keluarga : pengalaman terkena penyakit
pernafasan, pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan yang dilakukan.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan
suplai oksigen.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
inflamasi dan obstruksi jalan nafas.
3. Hipovolemia berhubungan dengan hipertermi
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan
kesadaran.
5. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan klien
dalam memenuhi kebutuhan.
C. Rencana Tindakan Keperawatan
No.
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Gangguan pertukaran gas Tujuan : Pemantauan respirasi :
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas.
gangguan suplai oksigen. 3x24 jam gangguan pertukaran gas teratasi  Monitor pola napas
dengan kriteria:  Monitor adanya produksi sputum
 Dispnea (5)  Monitor adanya sumbatan jalan napas
 Bunyi napas tambahan (5)  Auskultasi bunyi napas
 Napas cuping hidung (5)  Monitor saturasi oksigen
 Pola napas (5)  Monitor nilai AGD
2 Bersihan jalan nafas Tujuan : Manajemen jalan napas :
tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
berhubungan dengan 3x24 jam bersihan jalan napas tidak efektif  Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
inflamasi dan obstruksi teratasi dengan kriteria:  Monitor bunyi napas tambahan
jalan nafas.  Produksi sputum (5)  Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan
 Mengi (5) chin-lift.
 Wheezing (5)  Posisikan semi-fowler atau fowler
 Dispnea (5)  Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
 Ortopnea (5)  Berikan oksigen, jika perlu
 Frekuensi napas (5)  Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
 Pola napas (5) mukolitik, jika perlu
3 Hipovolemia Tujuan : Pemantauan cairan :
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
hipertermi 3x24 jam hipovolemia teratasi dengan kriteria:  Monitor tekanan darah
 Suhu tubuh (5)  Monitor jumlah dan warna urine
 Intake cairan (5)  Monitor intake dan output cairan
 Membran mukosa (5)  Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (misalnya, frekuensi
 Tekanan nadi (5) nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,
 Tekanan darah (5) tekanan nadi menyempit, membran mukosa kering, volume
 Frekuensi nadi (5) urine menurun)
4 Intoleransi aktivitas Tujuan : Terapi oksigen :
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  Monitor kecepatan aliran oksigen
penurunan kesadaran. 3x24 jam intoleransi aktivitas teratasi dengan  Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan
kriteria: oksigen
 Saturasi oksigen (5)  Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trakea, jika perlu
 Pertahankan kepatenan jalan napas
 Kolaborasi penentuan dosis oksigen
5 Defisit nutrisi Tujuan : Manajemen nutrisi :
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  Identifikasi status nutrisi
ketidakmampuan klien 3x24 jam defisit nutrisi teratasi dengan kriteria:  Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
dalam memenuhi - Berat badan (5)  Monitor asupan makanan
kebutuhan. - Indeks masa tubuh (5)  Monito berat badan
- Frekuensi makan (5)  Identikasi makan yang disukai
- Nafsu makan (5)  Hentikan pemberian makan melalui selang nasogatrik jika
- Bising usus (5) asupan dari oral dapat ditoleransi.
- Membran mukosa (5)  Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Anjurkan pemberian medikasi sebelum makan (pereda
nyeri, antiematik), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan,
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit
pernapasan yang mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran
pernafasan yang disebabkan oleh virus Corona Family Paramyxovirus.
WHO mengumumkan kesepakatan bahwa coronavirus yang baru teridentifikasi
adalah mayoritas agen penyebab SARS. Coronavirus berasal dari kata “Corona” yang
berasal dari bahasa Latin yang artinya “crown” atau mahkota. Ini sesuai dengan bentuk
Coronavirus itu sendiri yang kalau dilihat dengan mikroskop nampak seperti mahkota.
Penyebabnya lain bisa karena penyakit apapun, yang secara langsung ataupun tidak
langsung yang melukai paru-paru.
Metode penularannya melalui udara serta kontak langsung dengan pasien atau
terkena cairan pasien. Misalnya terkena ludah saat pasien bersin dan batuk bahkan bisa
melalui barang-barang yang terkontaminasi atau barang yang digunakan oleh pasien
SARS. Masa penularan berlangsung kurang dari 21 hari.

B. Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat dan tenaga kesehatan untuk lebih berhati-hati
dan selalu waspada dalam menangani pasien atau klien yang terkena penyakit SARS.
Karena SARS dapat menular melalui kontak langsung, terutama kepada tenaga kesehatan
mempunyai risiko paling tinggi untuk tertular SARS.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 3, EGC,
Jakarta

Jong, W, 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC Jakarta

Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi Ketiga. 1999. Media
Aesculapius : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai