Anda di halaman 1dari 16

Nama : Annisa

NIM : L1012182003
Program Studi : Ilmu Perikanan

EKONOMI BERBASIS SISTEM SUMBERDAYA ALAM


PERIKANAN TANGKAP LAUT

A. Pendahuluan
Dari sudut pandang ekonomi, perikanan mengacu pada interaksi antara aktivitas
penangkapan oleh manusia, kondisi lingkungan, dan dinamika populasi yang terkait dengan satu
atau lebih spesies ikan. Istilah perikanan tangkap mengacu pada usaha penangkapan ikan laut atau
ikan darat yang berbeda dengan akuakultur atau budidaya ikan. Seperti yang kita ketahui bahwa
perikanan tangkap memiliki karakteristik sumberdaya milik bersama. Akibatnya, persaingan yang
tidak terbatas antar pelaku perikanan, seperti di bawah sistem hak milik properti atas akses terbuka,
dapat mengakibatkan berkurangnya sumber daya dan rentabilitas ekonomi yang diperoleh peserta
perikanan dari sumber daya tersebut. Oleh karena itu, penugasan hak kepemilikan, khususnya hak
pengelolaan yang merupakan elemen penting untuk mempertahankan perikanan. Sebagian besar
perikanan tangkap maritim utama di dunia adalah milik negara, dengan beberapa tingkat
pemerintahan yang bertanggung jawab untuk mengatur penangkapan.
Pembahasan bab ini terfokus pada interaksi antara keadaan biologi, ekonomi, dan peraturan
dalam perikanan tangkap. Kita akan mulai dengan meninjau tren dunia perikanan tangkap. Kita
kemudian akan mengembangkan sebuah model bioekonomi perikanan, pendekatan dinamis yang
menghubungkan kondisi biologis perikanan terhadap keadaan ekonomi para pelaku perikanan.
Selanjutnya, kita akan mempertimbangkan beberapa peraturan perikanan konvensional berbasis
non-kuota, termasuk konsekuensi yang mereka inginkan dan yang tidak diinginkan. Masalah
overkapitalisasi dan kondisi derby (persaingan alat tangkap) yang mengganggu banyak sistem ini
akan menjadi motivasi untuk pertimbangan sistem pengaturan berbasis kuota. Kondisi biologi dan
ekonomi perikanan tangkap laut terpengaruh oleh operasi akuakultur.

B. Tren Dunia
Barangkali sumber informasi terbaik untuk tren dunia adalah United Nations Food and
Agriculture Organization (FAO), dan statistik dari FAO (FAO, 2002). Jumlah total pendaratan
dari perikanan tangkap laut dan air tawar (kecuali Cina) tumbuh dari sekitar 20 juta metrik ton
pada tahun 1950 menjadi 83 juta metrik ton pada tahun 1989, dan berkisar antara 70 sampai 80
juta metrik ton antara tahun 1996 dan 2001. Perikanan tangkap laut mewakili sekitar 90% dari
total pendaratan perikanan tangkap antara tahun 1996 dan 2001, dan puncak produksi dari
perikanan tangkap laut (kecuali Cina) adalah 75,5 juta metrik ton pada tahun 1995. Cina diyakini
telah melebih-lebihkan pendaratannya, terutama selama tahun 1990-an, sehingga statistik dunia
sering mengecualikan Cina. Barat laut Pasifik, barat Pasifik, tenggara Pasifik, dan timur laut
Atlantik mendominasi pendaratan perikanan tangkap laut dunia, dan total penangkapan dari
wilayah-wilayah tersebut telah berkembang atau tetap stabil sejak 1970. Cina semakin
mendominasi hasil tangkapan dari wilayah barat laut Pasifik, dan dianggap sebagai hasil tangkapan
terbesar di dunia dari perikanan tangkap laut. Anchoveta sejauh ini merupakan spesies dominan
yang berasal dari perikanan tangkap laut pada tahun 2000, namun pendaratan spesies ini
berfluktuasi dari tahun ke tahun tergantung kondisi laut.
FAO (2002) mencatat bahwa tekanan pada penangkapan ikan secara global terus
meningkat. Diperkirakan 25% dari stok utama ikan laut atau kelompok spesies diinformasikan
mengalami underexploited. Sekitar 18% stok atau kelompok spesies dilaporkan overexploited
secara berlebihan. Sekitar 75% stok ikan laut utama di dunia diperkirakan akan tetap konstan atau
menurun di masa depan.
Perubahan pada pendaratan dari perikanan tangkap laut utama terjadi disebabkan manusia
maupun lingkungan. Misalnya, biomassa beberapa kelompok jenis bentik atau kelompok ikan
seperti cod, flounder, halibut, dan rockfish kemungkinan tidak mudah pulih setelah ditangkap
secara besar-besaran. Banyak ikan berumur panjang, tidak menjadi dewasa secara seksual selama
bertahun-tahun, dan lambat bereproduksi. Contohnya adalah penangkapan ikan cod di barat laut
Atlantik dan timur Pasifik. The Grand Banks and Georges Bank Fisheries di barat laut Atlantik
pernah menjadi wilayah perikanan paling produktif di dunia dan sekarang ditutup setelah
mengalami kegagalan. The Georges Bank mencapai puncak penangkapan ikan cod lebih dari
60.000 metrik ton pada tahun 1983 dan menurun 20.000 metrik ton pada tahun 1994.
Penangkapan ikan cod Atlantik di wilayah timur Kanada selama berabad-abad menjadi
ekonomi andalan bagi masyarakat yang bergantung pada perikanan, terutama di Newfoundland
dan Labrador. Sementara penangkapan tahunan pada abad ke-19 berkisar antara 150.000 dan
400.000 metrik ton, penangkapan ikan cod tahunan mencapai puncaknya pada tahun 1960-an yaitu
hampir dua juta metrik ton. Penangkapan ikan cod di Kanada kemudian setiap tahunnya menurun
drastis selama tahun 1970-an, dan pada tahun 1977 turun di bawah 500.000 metrik ton. Penurunan
penangkapan ikan cod berlanjut sampai awal 1990-an, dimana penangkapan ikan cod Kanada
banyak dipandang berada dalam tahapan krisis. Pada tahun 1993 Kanada mengumumkan bahwa
semua penangkapan ikan cod akan ditangguhkan, selanjutnya kuota untuk jenis ikan darat lainnya
akan dibatasi secara serius pada tahun 1994. Pada tahun 1998, Kanada mengumumkan program
lima tahunan, senilai $730 juta yang disebut Canadian Fisheries Adjustment and Recovery Plan
menyebutkan secara tetap penurunan besar-besaran perikanan Atlantik. Saat itu menteri perikanan
Kanada mencatat bahwa stok ikan di laut Atlantik bisa memakan waktu bertahun-tahun (mungkin
beberapa dekade) untuk bisa kembali pulih.
Pola serupa telah berkembang di pantai barat Amerika Serikat terhadap perikanan darat
Pasifik. Pada tahun 1976, Magnuson Fishery Management and Conservation Act menggantikan
kapal pukat perusahaan asing dengan kapal-kapal domestik pada Zona Ekonomi Eksklusif 200 mil
yang baru didirikan di perairan federal. Program seperti Investment Tax Credit, Fishing Vessel
Obligation Guarantee Fund, dan Capital Construcation Fund mendorong investasi pada kapal
baru, walaupun pada saat itu ada informasi buruk mengenai laju stok penangkapan yang dapat
dipertahankan. Nelayan menanggapi berdasarkan peningkatan secara drastis jumlah kapal di
pesisir barat selama tahun 1970-an, sementara teknologi canggih semakin meningkat membuat
kapal-kapal yang telah ada sebelumnya dan kapal-kapal baru lebih efisien dalam menangkap ikan.
Pada awal tahun 1980-an, perikanan udang dan salmon di pantai barat menurun, dan banyak kapal
beralih ke perikanan darat. Pada tahun 2000, Scientific and Statistical Committee of the Pacific
Fishery Management Council memperkirakan bahwa sekitar 70% kapal penangkap ikan di barat
pesisir mengalami overeksploitasi. Overeksploitasi ini dipandang sebagai penyebab mendasar
banyak masalah dalam perikanan.
Biomassa beberapa kelompok spesies pelagis seperti anchoveta, pilchard, sarden, dan cumi
(ditemukan di laut lepas dari dasar laut) berfluktuasi karena kondisi samudera seperti siklus El
Nino. Siklus ini mempertlihatkan pemanasan permukaan laut di Pasifik timur yang terjadi setiap
empat sampai dua belas tahun ketika suhu dingin dan pengkayaan nutrisi tidak terjadi. Jenis hewan
laut ini relatif berumur pendek dan subur, dan berpotensi pulih kembali dari penangkapan besar-
besaran selama periode tahun atau dekade.
Pada bulan April 1994, The U. S. National Academy of Sciences (NAS) menyimpulkan
bahwa penangkapan perikanan yang berlebihan telah menyebabkan penurunan drastis pada banyak
spesies ikan konsumsi. Selain itu, NAS melaporkan bahwa perubahan komposisi dan kelimpahan
flora dan fauna laut telah cukup luas untuk membahayakan fungsi ekosistem laut. Sementara NAS
menyadari bahwa menangkap hanya satu dari sejumlah dampak negatif manusia terhadap
lingkungan laut, penangkapan berlebih dianggap sebagai dampak tunggal yang paling penting.
Serupa dengan sebelumnya, FAO telah menyimpulkan bahwa kerusakan substansial terjadi pada
lingkungan laut dan terhadap ekonomi yang bergantung pada sumberdaya perikanan.

C. Model Bioekonomi Perikanan


Misalkan X (t) adalah stok atau biomassa ikan bernilai ekonomis pada waktu t, dan F(X)
adalah fungsi pertumbuhan biologis untuk persediaan dari waktu ke waktu (dari sudut pandang
kalkulus, anggap ini sebagai tingkat pertumbuhan seketika X , sama dengan dX/dt). F(X)
mencerminkan tingkat rekrutmen bersih (jumlah ikan baru yang memasuki perikanan, setelah
dikurangi ikan yang dipindahkan dari perikanan). Misalkan untuk spesies tertentu yang dimaksud
F (X) dapat digambarkan dengan fungsi logistik:

F(X) = rX(1 – X/k)

Perhatikan bahwa r diinterpretasikan sebagai laju pertumbuhan X saat stok X hampir nol.
Perhatikan bahwa k diinterpretasikan sebagai nilai maksimum stok (carrying capacity) untuk
habitat tertentu. Demikian:

X=k F(X) = 0

Seperti ditunjukkan pada Gambar 6.1, aliran ikan yang dapat ditangkap dari stok ikan-
(diukur dengan F(X)) - mulai kecil saat stoknya kecil, dan kemudian naik ke potensi lestari
maksimum (MSY) pada FMAX. Aliran Ikan yang dapat ditangkap pada awal pertumbuhan sebagai
stok pertumbuhan ikan disebabkan stok kecil hanya mengeksploitasi sebagian kecil makanan dan
habitat yang tersedia, sehingga memungkinkan keberhasilan reproduktif dan rekrutmen ikan baru
masuk ke dalam persediaan. Di luar X aliran ikan yang dapat ditangkap kemudian jatuh seiring
kenaikan stok ke arah k. Aliran ikan yang dapat ditangkap akhirnya menurun seiring kenaikan stok
di luar XMSY karena persediaan ikan yang besar semakin mengeksploitasi makanan dan habitat yang
ada, sehingga membatasi keberhasilan reproduksi dan perekrutan ikan baru ke dalam stok. X=k
adalah ekuilibrium biologi dimana habitat sepenuhnya dieksploitasi dan populasi diperkirakan
seimbang dengan predasi bukan manusia, sehingga tidak ada pertumbuhan bersih yang bisa terjadi.

Gambar 6.1. Mekanisme biologi perikanan

Berikut adalah pengenalan tingkat penangkapan oleh manusia H ke dalam model dan
dikembangkan gagasan ekuilibrium bioekonomi. Kita bisa menggunakan model bioekonomi untuk
menghubungkan tingkat hasil tangkapan dengan tingkat pertumbuhan stok ikan. Ekuilibrium
bioekonomi terjadi dimana H=F(X) dan tingkat pertumbuhan bersih stok sama dengan nol. Kita
dapat mengidentifikasi beberapa kasus yang berbeda yang menghubungkan tingkat hasil
tangkapan dengan aliran ikan yang dapat ditangkap. Untuk kasus pertama kami, anggaplah bahwa
tingkat tangkap melebihi batas maksimum dari ikan hasil tangkapan (H> FMAX). Dalam hal ini
tingkat pertumbuhan bersih stok ikan, F(X)-H, akan negatif dan stok akan turun. Tingkat
penangkapan ini tidak berkelanjutan, dan jika tidak dikurangi, ekuilibrium bioekonomi akan
menampilkan penghapusan stok ikan (X=0), pada titik mana H=F(0)=0.
Dalam kasus selanjutnya, misalkan tingkat penangkapan H disamakan dengan FMAX seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 6.2. karena tingkat penangkapan setara dengan potensi lestari
maksimum dari perikanan, tidakkah ini menjamin bahwa perikanan akan bertahan lama? Ini sangat
bergantung pada ukuran stok ikan pada saat pengaturan penangkapan diberlakukan. Jika stok ikan
X lebih besar dari XMSY pada saat peraturan penangkapan diberlakukan, maka dapat kita lihat pada
Gambar 6.2 bahwa F(X)<FMAX, yang berarti bahwa sebenarnya aliran ikan hasil tangkapan kurang
dari keberlanjutan maksimum. Tidak seperti kasus pertama, bagaimanapun, stok akan berhenti
menyusut pada H=FMAX, yang menunjukkan bahwa ekuilibrium bioekonomi terjadi pada XMSY.
Jika stok ikan X lebih kecil dari XMSY, bagaimanapun, maka sekali lagi kita dapat melihat pada
Gambar 6.2 bahwa F(X)<FMAX, yang berarti bahwa sebenarnya aliran ikan yang dapat ditangkap
kurang dari potensi lestari maksimum. Setalah H>F(X) diketahui bahwa tingkat pertumbuhan
bersih stok ikan akan menjadi negatif dan stok akan menurun, lalu stok akan habis seluruhnya
kecuali jika tingkat penangkapan berkurang. Jadi, ekuilibrium bioekonomi lainnya terjadi pada
X=0 pada titik H= F(0)=0.

Gambar 6.2. Keseimbangan bioeknomi dengan H = FMAX

Kasus ketiga yang menarik diilustrasikan pada Gambar 6.3, yang disertai dengan tingkat
penangkapan H<FMAX. Dalam hal ini ada tiga ekuilibrium bioekonomi. Salah satunya terjadi pada
XH. Jika pada saat itu peraturan tangkap ini dimasukkan ke dalam stok ikan lebih besar dari XH,
maka H>F(X) dan kita tahu bahwa tingkat pertumbuhan bersih stok ikan akan menjadi negatif dan
stok akan turun. Stok akan berhenti menyusut pada H=F(XH), menunjukkan bahwa ekuilibrium
bioekonomi terjadi pada XH. Jika saat itu peraturan penangkapan diberlakukan maka stok ikan
adalah seperti XL<X<XH, maka kita dapat melihat pada Gambar 6.3 bahwa H<F(X) dan diketahui
bahwa tingkat pertumbuhan ikan bersih akan menjadi positif dan stok akan tumbuh. Stok akan
berhenti tumbuh pada H=F(XH), menunjukkan lagi bahwa ekuilibrium bioekonomi terjadi pada
XH. Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa ekuilibrium biomassa yang tinggi adalah stabil
pada tingkat persediaan yang relatif luas.

Gambar 6.3. Keseimbangan bioeknomi dengan H < FMAX

Ekuilibrium bioekonomi kedua ada di XL, di mana titik H=F(XL). Untuk melihat ini,
perhatikan bahwa jika X, maka kita mendapatkan ekuilibrium biomassa tinggi seperti yang
ditunjukkan pada paragraf sebelumnya. Apalagi jika X <XL maka H>F(X) dan tingkat
pertumbuhan bersih stok ikan akan negatif dan stok akan turun. Tingkat penangkapan ini tidak
berkelanjutan, dan jika tidak berkurang, maka ekuilibrium bioekonomi (ketiga) akan terjadi pada
X=0, di mana titik H=F(0)=0.
Sejauh ini, kita berasumsi bahwa tingkat penangkapan konstan. Untuk menjadi lebih
realistis, pertimbangkan fungsi penangkapan berikut ini:

Fungsi penangkapan ini memberi tahu kita bahwa tingkat hasil tangkapan H adalah fungsi
dari ukuran stok ikan X dan tingkat usaha penangkapan ikan E pada periode waktu t. Usaha
penangkapan ikan adalah ukuran input yang diterapkan pada penangkapan ikan. Persamaan
penangkapan hanyalah bentuk khusus dari fungsi produksi, yang dalam teori mikroekonomi
menghubungkan transformasi input menjadi output. Untuk tingkat usaha tertentu, kami
memperkirakan bahwa kenaikan stok ikan akan menghasilkan peningkatan tangkapan (dalam
istilah kalkulus, bahwa dH/dX>0). Demikian pula, untuk tingkat persediaan tertentu, kita akan
mengharapkan bahwa peningkatan usaha akan menghasilkan peningkatan tangkapan (dalam
istilah kalkulus, bahwa dH/dE>0). The Law of Diminishing Marginal Returns akan menunjukkan
bahwa dalam jangka pendek, dengan tingkat persediaan tetap, akan memerlukan peningkatan
usaha yang lebih besar untuk menghasilkan kenaikan hasil tangkapan secara berturut-turut dengan
ukuran tertentu.

Gambar 6. 4. Keseimbangan Bioekonomi dengan 2 Tingkat Perbedaan Usaha Penangkapan

Gambar 6.4 menggambarkan ekuilibrium bioekonomi yang pertama kali dibahas pada
Gambar 6.3, namun sekarang dengan dua fungsi penangkapan. Fungsi penangkapan H2
mengasumsikan tingkat usaha total E1 yang relatif rendah yang diterapkan oleh peserta perikanan,
dan menunjukkan tingkat tangkapan meningkat secara linier dengan kenaikan ukuran stok ikan.
Fungsi penangkapan H adalah seperti yang pertama, namun mengasumsikan tingkat usaha E2 yang
relatif tinggi. Mari berasumsi bahwa E1 sesuai dengan tingkat keberhasilan kelompok yang
optimal, sementara E2 sesuai dengan tingkat usaha yang sepenuhnya menghilangkan jumlah sewa
Hotelling di antara para peserta perikanan. Untuk ukuran stok ikan tertentu pada sumbu horizontal,
tingkat penangkapan ikan yang lebih besar yang diasumsikan dalam H2 menghasilkan tingkat
penangkapan yang lebih besar (diukur pada sumbu vertikal) daripada H1. Anda dapat melihat ini
pada Gambar 6.4 dengan mengasumsikan bahwa stok ikan ada di XL, dan kemudian mencatat
bahwa H1=G[E1, XL]<H2=G[E2, XL].
Meskipun model bioekonomi ini tidak sesuai dengan biomekanik semua perikanan, namun
ini memberikan ilustrasi yang relatif sederhana tentang interaksi dinamis antara persediaan ikan
dan tingkat hasil tangkapan oleh manusia.

D. Pengelolaan Perikanan
Skema pengaturan tradisional yang digunakan dalam perikanan tangkap laut di Amerika
Serikat dan di tempat lain mencakup kontrol keluaran, tindakan teknis, dan kontrol masukan.
Contoh kontrol output mencakup jumlah tangkapan yang diijinkan (TAC) untuk batas perikanan
dan perjalanan atau tas pada pendaratan kapal. Contoh tindakan teknis termasuk pembatasan
ukuran ikan dan jenis kelamin. Contoh kontrol input pada usaha, jenis alat pengelolaan perikanan
tertua, mencakup pembatasan peralatan, lisensi kapal, dan pembatasan musiman. Sebagian besar
perikanan dikelola dengan menggunakan kombinasi tindakan tersebut.Dalam banyak kasus, taktik
peraturan ini terbukti tidak efektif dalam mempertahankan persediaan perikanan dan telah
menyebabkan sejumlah konsekuensi yang tidak diinginkan yang berbahaya bagi nelayan dan
konsumen.
Sejarah praktik pengelolaan telah digunakan terhadap halibut Alaska dan sablefish, yang
termasuk dalam penyusunan TAC, pembatasan peralatan, dan pembatasan musim. Pengaturan alat
pengelolaan ini serupa dengan beberapa perikanan lainnya. Semenjak nelayan tidak memiliki hak
properti untuk dibagikan dari TAC, mereka merespon batas musim dengan memperoleh lebih
banyak perlengkapan dan kapal yang lebih besar sehingga bisa menangkap lebih banyak ikan
dalam jangka waktu yang lebih singkat selama musim terbuka. Hasilnya adalah perlombaan yang
singkat untuk menangkap ikan, atau derby, yang mana pada gilirannya mungkin memerlukan
regulator untuk lebih mengurangi musim terbuka.
Kondisi Derby dapat terjadi tanpa TAC asalkan ada jumlah ikan relatif tetap tersedia untuk
ditangkap. Sebagai contoh, pembatasan penangkapan perikanan kepiting California’s Dungeness
untuk kepiting jantan dengan diameter karapas 6,25 inci selama musim terbuka yang dimulai pada
pertengahan musim panas. Perikanan telah dieksploitasi secara penuh dan intensif setidaknya
selama empat puluh tahun. Sekitar 80 sampai 90 persen kepiting jantan berukuran legal ditangkap
setiap musim. Meskipun penangkapan yang intens dan tingginya variabilitas pada kelimpahan,
kebanyakan ilmuwan dan pelaku industri merasa bahwa peraturan saat ini cukup melindungi
sumber daya kepiting. Overcapitalization berkontribusi terhadap kondisi derby dalam perikanan
ini, kira-kira 80% dari total penangkapan tahunan di California dibuat dalam beberapa minggu di
bulan Desember. Perikanan Derby mengalami sejumlah masalah, yaitu:
1. Derbies membuat sebuah insentif bagi peserta perikanan untuk mendapatkan kapal yang lebih
besar dan lebih banyak perlengkapan daripada yang mereka butuhkan, sehingga menyebabkan
overcapitalization.
2. Besarnya penangkapan ikan, diikuti dengan periode tidak aktif yang panjang, mensyaratkan
ikan dibekukan dan dijual sepanjang tahun, yang mana bisa menghasilkan kualitas produk
yang lebih rendah daripada ikan hidup atau segar, dan lebih terkonsentrasi sehingga struktur
industri pengolahannya kurang kompetitif.
3. Perlombaan untuk mendapatkan ikan menyebabkan penangkapan ikan di laut menjadi
berbahaya.

Partisipasi perikanan overcapitalized yang terlibat hutang dapat memberi tekanan politik
yang luar biasa pada pembuat kebijakan dalam menentukan batas penangkapan. Ada kesulitan
praktis yang terlibat dalam mengurangi kelebihan kapasitas penangkapan ikan. Satu kesulitan
praktis adalah pengukuran. Beberapa perlengkapan dan kapal dapat digunakan di berbagai
perikanan, yang menyulitkannya untuk mengaitkan sejumlah kapasitas penangkapan ikan dengan
perikanan tertentu. Selain itu, upaya untuk mengurangi kapasitas penangkapan ikan dalam satu
perikanan dapat menyebabkan kapal dan peralatan berpindah ke perikanan lain.

E. Kuota Individu
Masalah utama dengan perikanan terbuka dan pengelolaan perikanan tradisional adalah
bahwa nelayan tidak memiliki hak kepemilikan atas ketersedian stok perikanan sebelum
ditangkap. Karena nelayan tidak memiliki hak properti untuk menangkap ikan sampai
penangkapan, penangkapan dengan satu kapal memaksakan aturan penangkapan eksternalitas
pada yang lainnya dengan mengurangi sisa stok ikan. Ketika peraturan penangkapan external
berlaku, peserta perikanan mempunyai sebuah dorongan untuk overcapitalize pada kapal, awak,
dan alat. Kami juga melihat bahwa aturan tersebut mendukung terjadinya perburuan ikan yang
menyebabkan penurunan kualitas produk dan meningkatnya bahaya penangkapan. Sejumlah
bentuk alternatif pengelolaan telah diterapkan untuk mengatasi beberapa atau semua kekurangan
dari pengelolaan tradisional ini.
Karena IQ memberikan hak kepada pemilik untuk mendapatkan persentase TAC yang tetap,
nilai IQ harus mencerminkan nilai harga saat ini sebagaimana yang diharapkan mengalir
berdasarkan sewa Hotelling dari kuota. Oleh karena itu, harga saham kuota naik mengindikasikan
kenaikan harga sewa Hotelling, yang dapat dikaitkan dengan peningkatan efisiensi ekonomi dan
pengelolaan perikanan secara lestari.
Ada sejumlah isu yang bisa membuat IQ sulit untuk diimplementasikan. Pertama, sangat
memungkinkan untuk menetapkan TAC pada perikanan, yang dari sudut pandang biologis
mungkin sulit dilakukan. Selain itu, perlu dilakukan pemantauan penangkapan untuk mencegah
kecurangan pada saham kuota. Kedua, saham kuota harus dialokasikan untuk individu, kapal, atau
masyarakat pesisir, dan alokasi kuota awal menjadi perdebatan. Praktik yang umum adalah
mengalokasikan saham kuota awal berdasarkan asal usul penangkapan. Ketiga, keputusan harus
dibuat yang mana IQ dapat diperdagangkan. Jika IQ dapat diperdagangkan, maka penentuan harus
dibuat mengenai siapa yang diizinkan untuk membeli saham kuota dan apakah ada batas atas
kepemilikan kuota oleh individu, kapal, atau masyarakat. Batasan pada saham kuota tidak
didasarkan pada IQ untuk perikanan quahog Atlantik, yang menyebabkan tingkat konsentrasi
kepemilikan dan kekhawatiran tentang kekuatan pasar dan penurunan cepat dalam total lapangan
kerja (National Research Council 1999). Keempat, beberapa melihat sistem IQ sebagai sumber
daya publik bagi individu pribadi, jadi sebuah keputusan harus dibuat apakah semacam lelang atau
pajak harus digunakan untuk mengklaim kembali sewa Hotelling dari perikanan, dan untuk
mendanai pemantauan dan penegakan hukum.
Kuota usaha telah digunakan untuk membatasi usaha dan mengurangi overcapitalization
perikanan. Sebagian besar kuota usaha yang digunakan di Amerika Serikat telah menjadi program
sertifikat perangkap dalam perikanan untuk krustasea seperti kepiting Dungeness dan lobster
berduri. Dalam kasus sertifikat perangkap, jumlah perangkap untuk perikanan ditetapkan, dan
jatah kuota saham atau sertifikat biasanya diberikan kepada nelayan berdasarkan riwayat
penangkapan individu dalam perikanan. Seperti halnya IQ, sertifikat perangkap bisa
diperdagangkan. Kuota usaha juga telah digunakan untuk ikan laut dan kerang Atlantik melalui
keterbatasan "days-at-sea" (National Research Council 1999). Sementara kuota usaha dapat
mengurangi overcapitalization dan beberapa tingkatan penangkapan meluas secara temporal,
mereka tidak menetapkan hak atas ikan sebelum ditangkap dan tidak menyelesaikan semua aspek
negatif dari perikanan derby.
F. Budidaya
Sementara sebagian besar perikanan tangkap laut dunia telah mencapai atau melampaui
eksploitasi penuh, akuakultur, atau budidaya ikan, yang terus tumbuh baik pada tingkat absolut
dan sebagai persentase dari total produksi ikan. Menurut FAO (2002), kontribusi akuakultur
terhadap pasokan global ikan, krustasea, dan moluska terus meningkat, dari 3,9 persen dari total
produksi pada tahun 1970 menjadi 27,3 persen pada tahun 2000. Pada tahun 2000, akuakultur
menyediakan lebih dari 36 persen persediaan makanan ikan dunia. Akuakultur tumbuh lebih cepat
daripada semua sektor penghasil makanan hewan lainnya. Di seluruh dunia, sektor ini meningkat
pada tingkat gabungan rata-rata 9,2 persen per tahun sejak 1970, dibandingkan dengan hanya 1,4
persen untuk perikanan tangkap dan 2,8 persen untuk sistem produksi daging ternak terestrial.
Kira-kira sepertiga dari udang yang dikonsumsi pada tahun 1996 diproduksi oleh akuakultur, dan
60 persen dari seluruh salmon yang dikonsumsi pada tahun 2003 dibudidayakan. Produksi
akuakultur air tawar mewakili sekitar 60 persen dari total produksi akuakultur. Akuakultur air
tawar didominasi oleh produksi ikan seperti ikan mas, dan kerang yang mendominasi akuakultur
laut. Pada tahun 2000 Cina sejauh ini merupakan produsen ikan budidaya yang dominan di dunia,
menghasilkan hampir 68 persen dari total produksi akuakultur dunia dan 82 persen produksi
akuakultur dunia terjadi di negara-negara dengan defisit makanan berpenghasilan rendah. Spesies
akuakultur bernilai tinggi mencakup udang windu raksasa, tiram di Pasifik, berbagai ikan mas, dan
salmon Atlantik.
Sementara akuakultur merupakan sumber makanan yang penting di negara-negara defisit
makanan, dalam beberapa kasus akuakultur dapat membahayakan stok perikanan bebas. Sebagai
contoh, beberapa pembudidaya udang terlibat dalam skala besar “penangkapan ikan” ukuran jaring
yang baik untuk menangkap sejumlah besar anak-anak dari stok perikanan bebas. Pembangunan
perangkap untuk ikan pesisir atau tambak udang menyumbang sebagian besar penurunan
ekosistem mangrove di dunia, yang penting sebagai tempat pemeliharaan bagi banyak spesies ikan
dan sebagai sistem penyaringan air alami. Sebagai contoh, Nixon (1996) melaporkan bahwa
sekitar 75% hutan mangrove asli yang ada di Filipina pada tahun 1920-an hilang, area yang
dilakukan penebangan biasanya ditransformasikan menjadi tambak udang. Safina (1994)
melaporkan bahwa budidaya ikan kerapu, bandeng, dan belut mensyaratkan agar benih ditangkap
dari stok liar karena tidak dapat ditangkarkan di penangkaran, sehingga memberi tekanan lebih
lanjut pada stok liar. Kepadatan ikan pada fasilitas budidaya meningkatkan potensi penyebaran
penyakit, yang meningkatkan risiko hilangnya produksi terhadap operator dan menciptakan
potensi penyebaran penyakit pada stok liar.

Selain berdampak pada ekologi laut, budidaya juga memiliki dampak ekonomi pada
perikanan tangkap laut. Pertimbangkan, misalnya, kasus salmon yang hidup di perairan lepas dan
dibudidayakan. Nelayan salmon membuat jarring perangkap di kawasan yang dilindungi yang
dipelopori secara komersial di Norwegia pada tahun 1970-an. Persepsi sebenarnya adalah nelayan
salmon akan mengurangi tekanan pada stok liar dan memberikan kesempatan ekonomi bagi
masyarakat pesisir yang terkena dampak penurunan stok liar. Pengamat industri mencatat bahwa
visi yang ideal untuk budidaya salmon didasarkan pada operasi skala kecil yang menghasilkan
ikan dengan harga di atas harga yang berlaku untuk salmon dari perikanan tangkap. Namun,
tingginya harga dan permintaan konsumen yang meningkat dalam kondisi persaingan di pasar
makanan laut dunia menghasilkan pendapatan berskala besar oleh operator budidaya ikan salmon
yang baru di negara-negara pesisir dengan kondisi laut yang sesuai di seluruh dunia, termasuk
Kanada, Cile, Islandia, Irlandia, Belanda, dan Skotlandia. Turunnya harga memaksa operator
untuk mengeksploitasi berdasarkan skala ekonomi, menyebabkan industri tersebut melakukan
konsolidasi ke sejumlah operator besar yang relatif kecil, dan langkah pemotongan biaya ini
mengakibatkan tekanan lebih lanjut terhadap harga. Salmon sekarang merupakan komoditas
protein internasional yang bersaing langsung dengan salmon dari stok liar, juga daging sapi, ayam,
dan produk protein lainnya.
Pada tahun 1980, salmon Alaska yang berasal dari alam mewakili 43% dari semua salmon
yang dikonsumsi di seluruh dunia, dan salmon budidaya hanya mewakili 1% konsumsi dunia.
Selama dua puluh tahun berikutnya, pasar penangkapan oleh salmon Alaska alam menurun
sementara salmon budidaya meningkat. Pada tahun 2001, salmon Alaska dari alam hanya
menguasai 19% dari salmon dunia. Salmon budidaya secara signifikan meningkatkan secara
keseluruhan konsumsi salmon dan mengubah pilihan produk.

Kesimpulan

1. Dari sudut pandang ekonomi, perikanan mengacu pada interaksi antara aktivitas penangkapan
oleh manusia, kondisi lingkungan, dan dinamika populasi yang terkait dengan satu atau lebih
spesies ikan.
2. Istilah perikanan tangkap mengacu pada usaha penangkapan ikan laut atau darat, yang dapat
dikontraskan dengan budidaya ikan.
3. Perikanan tangkap sering memiliki karakteristik sumber daya common-pool. Akibatnya,
persaingan yang tidak terbatas antara peserta perikanan, seperti sistem hak kepemilikan open
access, dapat mengakibatkan penipisan sumber daya dan rentabilitas ekonomi yang diperoleh
peserta perikanan dari sumber daya tersebut.
4. Total penangkapan dari perikanan tangkap dan penangkapan air tawar (tidak termasuk China)
tumbuh dari sekitar 20 juta metrik ton pada tahun 1950 menjadi puncak 83 juta metrik ton
pada tahun 1989, dan berkisar antara 70 sampai 80 juta metrik ton antara tahun 1996 dan 2001.
5. Tekanan penangkapan ikan global terus meningkat, jumlah sumber daya perikanan yang
kurang dieksploitasi terus menurun sedikit, jumlah stok yang dieksploitasi sepenuhnya tetap
stabil, dan jumlah stok yang dieksploitasi secara besar-besaran, habis, dan pemulihan stok
sedikit meningkat. Penangkapan dari sekitar 75 persen stok ikan laut utama di dunia
diperkirakan akan tetap konstan atau menurun di masa depan.
6. Ekuilibrium bioekonomi terjadi ketika tingkat penagkapan sama dengan tingkat pertumbuhan
stok ikan. Dengan fungsi pertumbuhan stok logistik, jika tingkat penagkapan ditetapkan di
bawah hasil lestari maksimum, tingkat penagkapan tertentu dapat dihasilkan dari tingkat usaha
yang tinggi dan rendah. Tingkat optimum total usaha yang diterapkan pada perikanan
memaksimalkan total sewa Hotelling untuk peserta perikanan.
7. Program pengelolaan perikanan kelautan yang memungkinkan peserta bersaing
memperebutkan jumlah ikan yang tersedia (seperti dengan TAC) seringkali menjadi
overcapitalized dan menampilkan perlombaan untuk ikan, atau derby, yang menghasilkan
penangkapan temporer, mengurangi keuntungan bagi peserta, industri pengolahan yang lebih
terkonsentrasi, dan produk beku yang kurang diminati.
8. Sebaliknya, pengelolaan perikanan laut yang mengalokasikan kuota stok TAC tetap kepada
peserta tidak menjadi overcapitalized dan tidak menonjolkan kondisi derby. Jika kuota
individu ini dapat dipindahtangankan, maka kapal yang tersisa dapat beroperasi secara efisien
bahkan dalam perikanan yang habis, meskipun ada potensi kepemilikan kuota terkonsentrasi.
9. Pada tahun 2000, akuakultur menyediakan lebih dari 36 persen persediaan makanan ikan
dunia. Akuakultur tumbuh lebih cepat daripada semua sektor penghasil makanan hewan
lainnya.
10. Sementara pertanian penyaringan hewan seperti tiram dapat memperbaiki kualitas air, ada
masalah lingkungan yang signifikan terkait dengan akuakultur udang dan salmon.

Anda mungkin juga menyukai