Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH EKONOMI SUMBERDAYA PERIKANAN

PENERAPAN KEBIJAKAN PUBLIK TERHADAP PERIKANAN


DI INDONESIA

Oleh

ANNISA L012182003

PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS ILMU PERIKANAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
KEBIJAKAN PUBLIK TERHADAP PERIKANAN
1. BUDIDAYA PERAIRAN
Penerapan kebijakan budidaya perairan yang telah diterapkan diluar negri,
menurut saya dapat diterapkan di Indonesia. Budidaya ikan dapat meningkatkan
produktivitas perikanan di Indonesia, serta mengurangi penangkapan ikan secara
berlebihan (overfishing). Kebijakan ini harus mendapatkan dukungan yang optimal dari
pemerintah supaya dapat berjalan dengan baik. Budidaya perairan dapat
menguntungkan bagi pembudidaya itu sendiri maupun lingkungan. Tujuannya dibentuk
kebijakan budidaya perairan yaitu, supaya perairan umum yang tidak memiliki
kepemilikian (common property) dan terbuka untuk siapa saja (open access) dapat
dimanfaatkan tanpa mempedulikan lingkungan tersebut. Namun, dengan adanya
kebijakan ini dapat menciptakan hak kepemilikan pribadi sehingga kepengurusan dan
pengelolaannya dapat dikelola secara efektif dan efisien oleh pembudidaya. Selain
daripada itu, si pembudidaya mendapatkan keuntungan investasi dari sumberdaya
tersebut.
Setiap kebijakan yang diterapkan pasti menimbulkan permasalahan atau
tantangan kedepannya yang harus dipecahkan. Permasalahan yang ditimbulkan dari
penerapan kebijakan budidaya perairan, yaitu:
- Tidak semua jenis ikan dapat dibudidayakan, karena terdapat beberapa kendala.
Kendala yang biasa terjadi adalah faktor teknologi yang belum memadai,
keterampilan dalam melakukan budidaya, proses domestikasi ikan, pemberian
pakan yang tidak sesuai dan lain-lain. Contoh ikan yang masih dilakukan penelitian
untuk domestikasi ikan yaitu, ikan tuna.
- Menimbulkan masalah lingkungan. Tujuan awal dari kebijakan ini adalah supaya
pengelolaan perairan umum dapat dikelola secara efektif dan efisien namun pada
kenyataanya banyak yang menimbulkan masalah lingkungan. Seperti, budidaya
udang windu di Karawang, ketika menggeliatnya budidaya udang windu di
karawang pada masa keemasan tahun 90an. Awalnya hanya beberapa petambak
budidaya, seiring berjalannya waktu dilakukannya budidaya intensif dibuka lahan
tambak budidaya dengan menebang semua ekosistem mangrove di Pesisir
Pantai. Pada tahun 2000an terjadi kematian massal udang dan hingga kini banyak
tambak yang belum beroperasi. Ekosistem mangrove merupakan sediment trap
bagi limbah budidaya ataupun limbah rumah tangga yang dialirkan dari perairan
umum. Setelah ditebangnya ekosistem mangrove tersebut, tidak ada lagi
sediment trap yang berfungsi untuk penetralisir limbah tersebut sehingga daya
dukung lingkungan perairan sekitar Kabupaten Karawang terjadi pernurunan yang
menyebabkan banyak virus. Sehingga, mengakibatkan kematian massal pada
udang windu.
- Tantangannya mempertahankan keberlanjutan sumberdaya dan ekosistem itu
sendiri.
2. MENINGKATKAN BIAYA PENANGKAPAN
Penerapan kebijakan peningkatan biaya penangkapan tidak bisa dilaksanakan di
Indonesia. Karena menurut saya hal ini dapat menyebabkan eksploitasi penangkapan
ikan (overfishing). Nelayan cenderung menangkap banyak ikan untuk menutupi
pengeluaran yang disebabkan biaya penangkapan yang tinggi. Sehingga, dapat
mengakibatkan penurunan produktivitas perikanan di perairan umum. Pendekatan
pengelolaan perikanan juga harus mempertimbangkan sisi ekonomi supaya efisien.
3. PAJAK
Penerapan kebijakan pemberian pajak dapat diterapkan di Indonesia. Namun
penerapan pajak yang tinggi dapat menyebabkan hal yang sama ketika penerapan
kebijakan biaya penangkapan ikan yang tinggi, dapat menimbulkan eksploitasi
penangkapan ikan guna menutupi pajak yang tinggi. Tetapi, penerapan pajak dapat
dimanfaatkan oleh pemerintah demi keberlangsungan sumberdaya perikanan itu sendiri.
Contoh, pajak perikanan dimanfaatkan untuk revitalisasi pasar ikan, mengembangkan
infrastruktur perikanan, mengelola ekosistem yang rusak dan masih banyak kegiatan
yang bisa dimanfaatkan dari hasil pajak guna meningkatkan produktivitas sumberdaya
perikanan.
4. KUOTA TANGKAPAN YANG EFISEN
Penerapan kebijakan sistem kuota tangkapan yang efisien ini agak susah untuk
diterapkan di Indonesia tetapi akan sangat bagus sekali jika pendekatan penerapan ini
berjalan dengan baik. Sistem kuota yang efisien memiliki beberapa karakteristik yang
dapat diidentifikasi:
a. Nelayan di batasi melakukan penangkapan untuk ikan tertentu;
b. Efesiensi operasional penangkapan harus sesuai dengan kouta hasil tangkapan;
c. Nelayan harus mengetahui harga pasar atau standar harga dan tidak boleh
melakukan transshipment.
Karakteristik system kuota tangkapan ini apabila terpenuhi maka sumberdaya
perikanan di Indonesia dapat dikelola secara bertanggung jawab dan dimanfaatkan
secara optimal. Kebijakan pemerintah Indonesia terhadap kelautan dan perikanan di
bawah pimpinan Ibu Susi telah mengeluarkan larangan Transhipment dalam Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia Nomor 32 Tahun 2016 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor 15/Permen-Kp/2016 Tentang
Kapal Pengangkut Ikan Hidup. Hal ini dilakukan demi tercatatnya sumberdaya ikan di
Indonesia yang selama ini masih kerap terjadi illegal unreported and unregulated fishing
(IUU Fishing). Sehingga dapat diketahui stok sumberdaya ikan di Indonesia untuk
menunjang pembatasan penangkapan ikan dalam jumlah tertentu.
Penerapan kuota tangkapan yang efisien ini kenapa saya beranggapan hal ini
susah diterapkan, karena stok sumberdaya ikan di Indonesia belum tercatat dengan baik.
Sehingga, tidak dapat ditentukan batasan penangkapan untuk ikan tertentu pada point
pertama. Sedangkan, pada poin kedua untuk efisiensi operasional penangkapan belum
bisa terlaksana dikarenakan banyak alat tangkap di Indonesia yang tidak efisien karena
menangkap semua jenis ikan atau tidak spesifik. Belum lagi penerapan kebijakan ini
memerlukan petugas penegak hokum guna memantau berjalannya kebijakan ini.
Karakteristik yang terdapat pada point ketiga tentang harga pasar ikan di
Indonesia terkadang berubah-ubah sesuai dengan musim ikan dan tidak sesuai dengan
modal yang dikeluarkan diawal oleh nelayan. Bisnis penangkapan ikan di Indonesia
sebenarnya tidak menguntungkan bagi nelayan kecil. Karena terdapat dibeberapa
daerah nelayan banyak kekurangan modal untuk melaut. Tingginya modal untuk
penangkapan ikan menyebabkan nelayan meminjam uang kepada rentenir atau
tengkulak, sehingga hasil tangkapan yang mereka dapatkan harus dijual kepada
tengkulak tersebut dengan harga murah dan tidak dapat menutupi modal jika hasil
tangkapan sedikit. Sedangkan sumberdaya ikan di Indonesia sudah tidak seperti dulu
lagi yang dengan kapal kecil bisa dengan mudah menangkap ikan di pinggir pantai.
Tetapi, jarak fishing ground sekarang semakin jauh dan susah didapatkan yang
menyebabkan modal yang dikeluarkan nelayan semakin tinggi.
5. SUBSIDI DAN BUYBACKS
Penerapan kebijakan subsidi terhadap pelaku perikanan di Indonesia sudah
diterapkan dan sangat membantu nelayan skala tradisional dalam mengurangi modal
penangkapan. Tetapi hal ini memiliki dampak jangka panjang, dimana kebijakan subsidi
ini mengakibatkan eksploitasi ikan. akibatnya stok ikan akan habis sehingga sumberdaya
perikanan tidak akan berkelanjutan. Kebijakan ini sangat menarik untuk dibahas karena
ketika kebijakan ini dicabut akan banyak nelayan yang berdemo seperti kasus alat
tangkap cantrang. Karena kebijakan ini merupakan kepentingan nasional,banyak
nelayan (tenaga kerja) yang bergantung pada kebijakan ini. Ketika, kebijakan ini hilang
maka cost atau modal akan semakin tinggi yang menyebabkan nelayan harus
menangkap lebih banyak untuk menutupi modal awal. Namun, ketika kebijakan ini tetap
terus dilaksanakan akan dalam jangka waktu yang panjang tetap akan menyebabkan
penurunan sumberdaya ikan. Tanggapan saya mengenai kebijakan ini harus tetap
diterapkan di Indonesia karena sangat membantu nelayan. Tetapi yang harus menjadi
tanggapan atau perhatian khusus dari pemerintah adalah bagaimana caranya untuk
konservasi dan mengawasi penangkapan.
6. KAWASAN KONSERVASI LAUT DAN CAGAR LAUT
Penerapan kebijakan pembentukan kawasan konservasi laut dan cagar laut
sangat diperlukan di Indonesia. Hal ini merupakan pemeliharaan dan restorasi kawasan
laut guna meningkatkan sumberdaya ikan. Kegunaan dari konservasi dan cagar laut
yaitu, melindungi spesies individu terutama spesies yang terancam punah, mengurangi
kerusakan habitat yang disebabkan oleh alat tangkap atau aktifitas yang dapat merusak
struktur biologis laut dan meningkatkan keseimbangan ekosistem dengan melindungi
terhaap spesies hilang yang sangat penting karena jika tidak ada spesies tersebut dapat
membuat ekosistem menjadi tidak seimbang atau mengubah keragaman dan
produktivitasnya. Sehingga kebijakan ini sangat bagus untuk diterapkan di Indonesia, hal
ini bisa saja diterapkan namun pemerintah dan masyarakat sendiri harus bekerjasama
dan bekerja keras dalam melaksanakan kebijakan ini.
Kebijakan dikeluarkan bukan berarti tanpa mempertimbangkan dari berbagai
aspek, dari kegunaan yang bisa dicapai dari kebijakan tersebut, terdapa masalah yang
bisa ditimbulkan. Pembuatan Kawasan Konservasi Laut (KKL) dapat membuat nelayan
tidak memiliki penghasilan dalam suatu waktu namun biaya pemeliharaan kapal dan
kebutuhan sehari-hari tetap berlangsung yang mengakibatkan keperluan tidak terpenuhi.
Sehingga perlu dilakukan pengantisipasian dari pemerintah mengenai solusi hal tersebut.
Selain daripada permasalahan itu, ada juga misalkan fishing ground terletak di pinggir
pantai, sekarang lokasi tersebut dicanangkan sebagai KKL dan fishing ground berubah
menjadi lebih jauh dari sebelumnya yang mengakibatkan modal penangkapan menjadi
lebih tinggi.
7. ZONA PERLINDUNGAN 200mil
Penerapan kebijakan batas 200 mil atau biasa disebut Zona Economic Exclusive
(ZEE) sangat diperlukan di Indonesia. Diperkuat dengan adanya peraturan perikanan
Internasional yang terdapat dalam UNCLOS 1982 (Konvensi Perserikatan Bangsa-
Bangsa tentang Hukum Laut) tentang batas laut negara yang meluas hingga 200 mil
sangat menguntungkan bagi Indonesia. ZEE harus dimanfaatkan dan dikelola dengan
baik oleh negara Indonesia. Namun hal ini mendapatkan kendala terhadap pengawasan
yang bisa menimbulkan illegal fishing karena kekurangan teknologi dan apparat penegak
hukum. Indonesia merupakan negara maritime yang memiliki luasan laut yang lebih besar
daripada daratannya sehingga diperlukan pengawasan yang ketat dan teknologi yang
memadai untuk pemantauan atau pengawasan wilayah NKRI.
8. PENEGAKAN HUKUM EKONOMI
Penerapan kebijakan penegakan hokum ekonomi sangat mungkin dilakukan di
Indonesia dan harus diterapkan. Karena penerapan kebijakan ini dapat menguntungkan
dua belah pihak dimana, pengelolaan bisa dimaksimalkan dan keutungan yang optimal.
Kebijakan ini dirancang dengan mempertimbangkan dua hal yaitu, pertama rancangan
kebijakan harus mempertimbangkan penegakan hukum dan kedua efisiensi penegakan
hukum. Salah satunya penegakan hukum dikenakan biaya yang sangat tinggi yang
sebanding dengan tujuan. Kebijakan juga harus dibuat ketentuan untuk menangani
ketidakpatuhan sehingga timbul kejelasan. Namun ketika memperketat penegak hokum
akan menimbulkan biaya yang besar sehingga tidak efisien.
9. MENCEGAH ILLEGAL FISHING
Kebijakan untuk pencegahan terjadinya illegal fishing di Indonesia telah diterapkan
dalam beberapa kebijakan dan dikembangkan dengan kebijakan lain. Salah satunya
kebijakan yang dicantumkan pada UU Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perikanan, pada
pasal 69 ayat 4 “… penyidik dan/atau pengawas perikanan dapat melakukan
tindakan khusus berupa pembakaran dan/atau penenggelaman kapal perikanan
yang berbendera asing berdasarkan bukti permulaan yang cukup.”. dilanjutkan
dengan kebijakan PERMEN KP NO. 37 TAHUN 2017 Tentang Standar Operasional
Prosedur Penegakan Hukum Satuan Tugas Pemberantasan Penangkapan Ikan Secara
Ilegal (Illegal Fishing) yang menguatkan kebijakan sebelumnya.
Pemberantasan illegal fishing pada periode menteri Ibu Susi telah
menenggelamkan kapal sejak Oktober 2014 sampai dengan 1 April 2017 adalah 317
kapal, dengan rincian Vietnam 142 kapal, Filipina 76 kapal, Thailand 21 kapal, Malaysia
49 kapal, Indonesia 21 kapal, Papua Nugini 2 kapal, China 1 kapal, Belize 1 kapal dan
tanpa negara 4 kapal. Data tersebut tidak termasuk dengan 11 kapal illegal asing asal
China yang melarikan diri dan 35 kapal yang sedang menunggu putusan dari Peradilan.
Namun kebijakan penenggelaman kapal tersebut mendapatkan kecaman dari dalam
negeri maupun luar negeri. Berbagai reaksi negara-negara ASEAN (Thailand, Filipina
dan Vietnam) dalam bentuk protes dilayangkan ke Indonesia atas kebijakan
penenggelaman kapal asing dan eks-asing.

Anda mungkin juga menyukai